• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENGANTAR BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN Strategi Pelatihan Metode Pelatihan... 14

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENGANTAR BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN Strategi Pelatihan Metode Pelatihan... 14"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

Operator Gondola Pada Bangunan Gedung

Menerapkan Kerjasama di Tempat Kerja

F 45 3 1 6 5 2 01 I 08 03

2009

BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG MEKANIKAL

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA

PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI (PUSBIN-KPK)

(2)

BAB I PENGANTAR ... 1

1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi ... 1

1.2. Penjelasan Modul ... 1

1.2.1. Desain Modul ... 2

1.2.2. Isi Modul ... 3

1.2.3. Pelaksanaan Modul ... 3

1.3. Pengakuan Kompetensi Terkini (CRCC) ... 3

1.4. Pengertian-Pengertian Istilah ... 4

BAB II STANDAR KOMPETENSI ... 6

2.1. Peta Paket Pelatihan... 6

2.2. Pengertian Unit Standar ... 6

2.3. Unit Kompetensi yang Dipelajari ... 7

2.3.1. Judul Unit ... 8

2.3.2. Kode Unit ... 8

2.3.3. Deskripsi Unit ... 8

2.3.4. Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja ... 8

2.3.5. Batasan Variabel ... 9

2.3.6. Panduan Penilaian ... 10

(3)

4.3.1. Definisi ... 15

4.3.2. Sarana dan Prasarana Pelatihan ... 15

4.3.3. Peralatan Utama Pelatihan ... 15

4.3.4. Peralatan Bantu Pelatihan ... 15

4.3.5. Perangkat Lunak Pelatihan ... 16

4.4. Mengidentifikasi tujuan dan peran dalam kelompok kerja ... 16

4.4.1. Peran dan tanggung jawab anggota dalam kelompok kerja diidentifikasi ... 16

4.4.2. Perubahan peran dan tujuan kelompok kerja atas perintah atasan, disepakati sebelum dilakukan pekerjaan ... 26

4.4.3. Peran dan tanggung jawab definif anggota dalam kelompok kerja diisikan kedalam daftar simak (Check List) ... 26

4.5. Mengidentifikasi tugas dan tanggung jawab setiap anggota dalam kelompok ... 28

4.5.1. Identifikasi tugas dan tanggungjawab anggota dilakukan sesuai dengan uraian dan tanggungjawab kelompok ... 33

4.5.2. Kerjasama dalam kegiatan kelompok dilakukan dengan cara yang efektif dan tepat ... 39

4.5.3. Catatan atau laporan hasil identifikasi dibuat berdasarkan prosedur yang telah ditetapkan ... 48

4.6. Melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawabnya dalam kelompok ... 49

4.6.1. Konstribusi terhadap tugas dan tanggung jawab kelompok diberikan dengan efektif ... 49

4.6.2. Konstribusi diberikan sesuai dengan kompetensi masing-masing anggota kelompok ... 50

4.6.3. Memberikan kontribusi pada pengembangan peranan kelompok didasarkan pada pengertian bersama yang objektif dan kompetensi masing-masing ... 50

(4)

BAB V SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN

KOMPETENSI ... 55

5.1. Sumber Daya Manusia ... 55

5.2. Sumber-Sumber Perpustakaan ... 56

5.3. Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan ... 56

(5)

BAB I

PENGANTAR

1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi

x Apakah pelatihan berdasarkan kompetensi?

Pelatihan berdasarkan kompetensi adalah pelatihan yang memperhatikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan di tempat kerja agar dapat melakukan pekerjaan dengan kompeten. Standar Kompetensi dijelaskan oleh Kriteria Unjuk Kerja.

x Apakah artinya menjadi kompeten ditempat kerja?

Jika Anda kompeten dalam pekerjaan tertentu, Anda memiliki seluruh keterampilan, pengetahuan dan sikap yang perlu untuk ditampilkan secara efektif ditempat kerja, sesuai dengan standar yang telah disetujui.

1.2. Penjelasan Modul

Modul ini dikonsep agar dapat digunakan pada proses Pelatihan Konvensional/Klasikal dan Pelatihan Individual/Mandiri. Yang dimaksud dengan Pelatihan Konvensional/Klasikal, yaitu pelatihan yang dilakukan dengan melibatkan bantuan seorang pembimbing atau guru seperti proses belajar mengajar sebagaimana biasanya dimana materi hampir sepenuhnya dijelaskan dan disampaikan pelatih/pembimbing yang bersangkutan.

Sedangkan yang dimaksud dengan Pelatihan Mandiri/Individual adalah pelatihan yang dilakukan secara mandiri oleh peserta sendiri berdasarkan materi dan sumber-sumber informasi dan pengetahuan yang bersangkutan. Pelatihan mandiri cenderung lebih menekankan pada kemauan belajar peserta itu sendiri. Singkatnya pelatihan ini dilaksanakan peserta dengan menambahkan unsur-unsur atau sumber-sumber yang diperlukan baik dengan usahanya sendiri maupun melalui bantuan dari pelatih.

(6)

1.2.1. Desain Modul

Modul ini didisain untuk dapat digunakan pada Pelatihan Klasikal dan Pelatihan Individual/mandiri:

x Pelatihan klasikal adalah pelatihan yang disampaiakan oleh seorang pelatih.

x Pelatihan individual/mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan oleh peserta

dengan menambahkan unsur-unsur/sumber-sumber yang diperlukan dengan bantuan dari pelatih.

1.2.2. Isi Modul

Modul ini terdiri dari 3 bagian, antara lain sebagai berikut:

a. Buku Informasi

Buku informasi ini adalah sumber pelatihan untuk pelatih maupun peserta pelatihan.

b. Buku Kerja

Buku kerja ini harus digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap pertanyaan dan kegiatan praktik baik dalam Pelatihan Klasikal maupun Pelatihan Individual / mandiri.

Buku ini diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi :

ƒ Kegiatan-kegiatan yang akan membantu peserta pelatihan untuk

mempelajari dan memahami informasi.

ƒ Kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memonitor

pencapaian keterampilan peserta pelatihan.

(7)

ƒ Metode-metode yang disarankan dalam proses penilaian keterampilan peserta pelatihan.

ƒ Sumber-sumber yang digunakan oleh peserta pelatihan untuk

mencapai keterampilan.

ƒ Semua jawaban pada setiap pertanyaan yang diisikan pada Buku

Kerja.

ƒ Petunjuk bagi pelatih untuk menilai setiap kegiatan praktik.

ƒ Catatan pencapaian keterampilan peserta pelatihan.

1.2.3. Pelaksanaan Modul

Pada pelatihan klasikal, pelatih akan :

ƒ Menyediakan Buku Informasi yang dapat digunakan peserta pelatihan

sebagai sumber pelatihan.

ƒ Menyediakan salinan Buku Kerja kepada setiap peserta pelatihan.

ƒ Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama dalam

penyelenggaraan pelatihan.

ƒ Memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban / tanggapan

dan menuliskan hasil tugas praktiknya pada Buku Kerja.

Pada Pelatihan individual / mandiri, peserta pelatihan akan :

ƒ Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama pelatihan.

ƒ Menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada buku Kerja.

ƒ Memberikan jawaban pada Buku Kerja.

ƒ Mengisikan hasil tugas praktik pada Buku Kerja.

ƒ Memiliki tanggapan-tanggapan dan hasil penilaian oleh pelatih.

1.3. Pengakuan Kompetensi Terkini (RCC)

ƒ Apakah pengakuan Kompetensi Terkini ( Recognition of Current

Competency). Jika anda telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk elemen unit kompetensi tertentu, anda dapat

mengajukan pengakuan kompetensi terkini (RCC). Berarti anda tidak

akan dipersyaratkan untuk belajar kembali.

(8)

anda telah :

a. Bekerja dalam suatu pekerjaan yang memerlukan suatu

pengetahuan dan keterampilan yang sama atau.

b. Berpartisipasi dalam pelatihan yang mempelajari kompetensi yang sama atau

c. Mempunyai pengalaman lainnya yang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang sama .

1.4. Pengertian-Pengertian Istilah Profesi

Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut sikap. Pengetahuan serta keterampilan/keahlian kerja tertentu yang diperoleh dari proses pendidikan. pelatihan serta pengalaman kerja atau penguasaan sekumpulan kompetensi tertentu yang dituntut oleh suatu pekerjaan /jabatan.

Standardisasi

Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan serta menerapkan suatu standar tertentu.

Penilaian / Uji Kompetensi

Penilaian atau uji Kompetensi adalah proses pengumpulan bukti melalui

perencanaan, pelaksanan dan peninjauan ulang (review) penilaian serta

keputusan mengenai apakah kompetensi sudah tercapai dengan membandingkan bukti-bukti yang dikumpulkan terhadap standar yang dipersyaratkan.

(9)

Kompetensi

Kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk menunjukkan aspek sikap. Pengetahuan dan keterampilan serta penerapan dari ketiga aspek tersebut ditempat kerja untuk mencapai unjuk kerja yang ditetapkan.

Standar Kompetensi

Standar kompetensi adalah standar yang ditampilkan dalam istilah-istilah hasil serta memiliki format standar yang terdiri dari judul unit, deskripsi unit, elemen kompetensi, kriteria unjuk kerja, ruang lingkup serta pedoman bukti.

Sertifikat Kompetensi

Adalah pengakuan tertulis atas penguasaan suatu kompetensi tertentu kepada seseorang yang dinyatakan kompeten yang diberikan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi.

Sertifikat Kompetensi

Adalah proses penerbitan sertifikat kompetensi melalui proses penilaian / uji kompetensi.

(10)

BAB II

STANDAR KOMPETENSI

2.1. Peta Paket Pelatihan

Modul yang sedang Anda pelajari ini adalah untuk mencapai satu unit kompetensi, yang termasuk dalam satu paket pelatihan, yang terdiri atas unit-unit kompetensi berikut:

NO KODE UNIT JUDUL KOMPETENSI

I KELOMPOK KOMPETENSI UMUM

1 F. 45 3 1 6 5 2 01 I 08 01 Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Selama Mengoperasikan Gondola. 2 F. 45 3 1 6 5 2 01 I 08 02 Menerapkan Komunikasi yang Efektif di

Tempat Kerja

3 F. 45 3 1 6 5 2 01 I 08 03 Menerapkan Kerjasama ditempat kerja

II KELOMPOK KOMPETENSI INTI

1 F. 45 3 1 6 5 2 01 I 08 04 Mengidentifikasi Spesifikasi Teknik Gondola 2 F. 45 3 1 6 5 2 01 I 08 05 Melaksanakan Pemeriksaan Gondola sebelum

Dioperasikan Sesuai Petunjuk Pengoperasian 3 F. 45 3 1 6 5 2 01 I 08 06 Melakukan Gerakan Dasar Pengoperasian

Gondola

4 F. 45 3 1 6 5 2 01 I 08 07 Melaksanakan Tahapan Operasional Gondola 5 F. 45 3 1 6 5 2 01 I 08 08 Membuat Laporan Harian Operasi

(11)

2.2. Pengertian Unit Standar Apakah Standar Kompetensi ?

Setiap Standar Kompetensi Menentukan :

a. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mencapai kompetensi. b. Standar yang diperlukan untuk mendemonstrasikan kompetensi.

c. Kondisi dimana kompetensi dicapai.

Apa yang akan Anda pelajari dari Unit Kompetensi ini ?

Anda akan mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan dipersyaratkan untuk “Menerapkan prosedur-prosedur mutu”

Berapa lama Unit Kompetensi ini dapat diselesaikan ?

Pada sistem pelatihan berdasarkan kompetensi, fokusnya ada pada pencapaian Kompetensi, bukan pada lamanya waktu. Peserta yang berbeda mungkin membutuhkan waktu yang berbeda pula untuk menjadi kompeten dalam keterampilan tertentu.

Berapa banyak kesempatan yang Anda miliki untuk mencapai kompetensi ?

Jika Anda belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan pertama, Pelatih Anda akan mengatur rencana pelatihan dengan Anda. Rencana ini akan memberikan Anda kesempatan kembali untuk meningkatkan level kompetensi Anda sesuai dengan level yang diperlukan. Jumlah maksimum usaha/kesempatan yang disarankan adalah 3 (tiga) kali.

2.3 Unit Kompetensi yang dipelajari

Dalam sistem pelatihan, Standar Kompetensi diharapkan menjadi panduan bagi peserta pelatihan atau siswa untuk dapat :

x Mengidentifikasi apa yang harus dikerjakan peserta pelatihan.

x Mengidentifikasi apa yang telah dikerjakan peserta pelatihan.

x Memeriksa kemajuan peserta pelatihan.

x Meyakinkan bahwa semua elemen (sub-kompetensi) dan kriteria unjuk kerja

(12)

2.3.1 Judul Unit

Menerapkan Kerjasama di Tempat Kerja 2.3.2 Kode Unit

F. 45 3 1 6 5 2 01 I 08 03

2.3.3 Deskripsi Unit

Unit ini berhubungan dengan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap kerja yang diperlukan untuk melakukan kerjasama dalam kelompok di tempat kerja selama pelaksanaan pekerjaan mengoperasikan gondola

2.3.4 Elemen Kompetensi

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1. Mengidentifikasi tujuan dan

peran dalam kelompok kerja

1.1 Peran dan tanggung jawab anggota dalam kelompok kerja diidentifikasi. 1.2 Perubahan peran dan tujuan

kelompok kerja atas perintah atasan, disepakati sebelum dilakukan pekerjaan

1.3 Peran dan tanggung jawab definif anggota dalam kelompok kerja

diisikan kedalam daftar simak (Check

List)

(13)

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

3. Melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawabnya dalam kelompok

3.1. Konstribusi terhadap tugas dan

tanggung jawab kelompok diberikan dengan efektif

3.2. Konstribusi diberikan sesuai dengan kompetensi masing-masing anggota kelompok

3.3. Memberikan kontribusi pada

pengembangan peranan kelompok didasarkan pada pengertian bersama yang objektif dan kompetensi masing-masing.

3.4. Catatan penerapan kerjasama di tempat kerja dibuat dengan menggunakan format sesuai dengan SOP atau prosedur yang ditetapkan

2.3.5 Batasan Variabel

1. Kontek Variabel

1.1. Kompetensi ini diterapkan secara perorangan pada operator gondola yang bekerja dalam satu kelompok kerja.

1.2. Kompetensi ini diterapkan ditempat kerja untuk dapat tercipta sinerji kelompok kerja

2. Perlengkapan dan Peralatan

2.1. Prosedur Standar perusahaan 2.2. Uraian tugas pribadi dalam kelompok 2.3. Spesifikasi dan pedoman dari pabrik

3. Tugas–tugas Yang Harus Dilakukan

(14)

3.2 Mengidentifikasi tugas dan tanggung jawab setiap anggota dalam kelompok.

3.3 Melaksanakan tugas sesuai dengan tangung jawab dalam kelompok

4. Peraturan–peraturan Yang Diperlukan

4.1 Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja 4.2 Permenakertran tentang Pesawat Angkat dan Angkut yang

berlaku

4.3 Prosedur standar perusahaan 4.4 Prosedur kerja di tempat kerja 4.5 Spesifikasi dan pedoman dari pabrik 4.6 POS yang terkait dan berlaku

2.3.6 Panduan Penilaian

1. Kondisi Penilaian

Kompetensi yang tercakup dalam unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di tempat kerja atau di luar kerja secara simulasi dengan kondisi seperti tempat kerja normal dengan menggunakan kombinasi metode uji untuk mengungkap pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan tuntutan standar. Metode tersebut antara lain:

1.1 Wawancara/uji lisan, 1.2 Ujian tertulis.

(15)

2.2 Kaitan Dengan Unit Lain

2.2.1. F. 45 3 1 6 5 2 01 I 08 04 Mengidentifikasi Spesifikasi

Teknik Gondola

2.2.2. F. 45 3 1 6 5 2 01 I 08 05 Melaksanakan pemeriksaan

gondola sebelum dioperasikan sesuai petunjuk pengoperasian

2.2.3. F. 45 3 1 6 5 2 01 I 08 06Melakukan gerakan dasar

pengoperasian gondola

2.2.4. F. 45 3 1 6 5 2 01 I 08 07 Melaksanakan tahapan

operasional gondola

2.2.5. F. 45 3 1 6 5 2 01 I 08 08 Membuat laporan harian operasi

3. Pengetahuan Yang Dibutuhkan untuk mendukung unit kompetensi ini :

3.1 Komunikasi efektif

3.2 Struktur organisasi (kelompok kerja) 3.3 Uraian tugas kelompok

3.4 Etika profesi dan etos kerja

4. Keterampilan Yang Dibutuhkan untuk mendukung kompetensi ini

4.1 Melakukan kerja sama yang efektif

4.2 Mengidentifikasi peran tugas pribadi dan tugas kelompok

4.3 Melaksanakan tugas sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya dalam kelompok.

5. Aspek Kritis

Aspek kritis yang harus diperhatikan

5.1 Kemampuan untuk melakukan kerjasama dalam kelompok 5.2 Kemampuan memberikan kontribusi dalam tugas kelompok 5.3 Kemampuan dalam menterjemahkan peran dan tujuan kelompok.

(16)

2.3.7 Kompetensi Kunci

NO. KOMPETENSI KUNCI TINGKAT

1. Mengumpulkan, menganalisa dan mengorganisasikan

informasi 1

2. Mengkomunikasikan informasi dan ide-ide 1

3. Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan 1

4. Bekerjasama dengan orang lain dan dalam kelompok 1

5. Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis 1

6. Memecahkan masalah 1

(17)

BAB III

STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

3.1. Strategi Pelatihan

Belajar dalam suatu sistem berdasarkan Kompetensi berbeda dengan yang sedang “diajarkan” di kelas oleh Pelatih. Pada sistem ini Anda akan bertanggung jawab terhadap belajar Anda sendiri. Artinya bahwa Anda perlu merencanakan belajar Anda dengan Pelatih dan kemudian melaksanakannya dengan tekun sesuai dengan rencana yang telah dibuat.

Persiapan/ Perencanaan

a. Membaca bahan/materi yang telah diidentifikasi dalam setiap tahap belajar dengan tujuan mendapatkan tinjauan umum mengenai isi proses belajar Anda. b. Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca.

c. Memikirkan bagaimana pengetahuan baru yang diperoleh berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah anda miliki.

d. Merencanakan aplikasi praktek pengetahuan dan keterampilan Anda.

Permulaan dari proses pembelajaran

a. Mencoba mengerjakan seluruh pertanyaan dan tugas praktek yang terdapat pada tahap belajar.

b. Merevisi dan meninjau meteri belajar agar dapat menggabungkan

pengetahuan anda.

Pengamatan terhadap tugas praktek

a. Mengamati keterampilan praktek yang didemonstrasikan oleh Pelatih atau orang yang telah berpengalaman lainnya.

b. Mengajukan pertanyaan kepada Pelatih tentang konsep sulit yang Anda temukan.

Implementasi

a. Menerapkan pelatihan kerja yang aman.

b. Mengamati indikator kemajuan personal melalui kegiatan praktek. c. Mempraktekkan keterampilan baru yang telah Anda peroleh.

(18)

Penilaian

Melaksanakan tugas penilaian untuk penyelesaian belajar Anda.

3.2. Metode Pelatihan

Terdapat tiga prinsip metode belajar yang dapat digunakan. Dalam beberapa kasus. Kombinasi metode belajar mungkin dapat digunakan.

Belajar secara mandiri

Belajar secara mandiri membolehkan Anda untuk belajar secara individual, sesuai dengan kecepatan belajarnya masing-masing. Meskipun proses belajar dilaksanakan secara bebas. Anda disarankan untuk menemui Pelatih setiap saat untuk mengkonfirmasikan kemajuan dan mengatasi kesulitan belajar.

Belajar Berkelompok

Belajar berkelompok memungkinkan peserta untuk datang bersama secara teratur dan berpartisipasi dalam sesi belajar berkelompok. Walaupun proses belajar memiliki prinsip sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing. sesi kelompok memberikan interaksi antar peserta. Pelatih dan Pakar / Ahli dari tempat kerja.

Belajar terstruktur

Belajar terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang dilaksanakan oleh Pelatih atau ahli lainnya. Sesi belajar ini umumnya mencakup topic tertentu.

(19)

BAB IV

MATERI UNIT KOMPETENSI

4.1. Tujuan Instruksional Umum

ƒ Peserta pelatihan mampu menerapkan kerjasama di tempat kerja

4.2. Tujuan Instruksional Khusus

ƒ Peserta pelatihan mampu mengidentifikasi tujuan dan peran dalam

kelompok kerja

ƒ Peserta pelatihan mampu mengidentifikasi tugas dan tanggung jawab

setiap anggota dalam kelompok

ƒ Peserta pelatihan mampu melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung

jawabnya dalam kelompok

4.3. Pengetahuan Dasar Pelaksanaan Pekerjaan Operator Gondola Pada Bangunan Gedung

4.3.1. Definisi

Pekerjaan Operator Gondola Pada Bangunan Gedung adalah salah satu bagian dari pekerjaan konstruksi bangunan gedung

4.3.2. Sarana dan Prasarana Pelatihan

Pelatihan pelaksanaan pekerjaan Operator gondola memerlukan sarana dan prasarana:

4.3.3. Peralatan Utama Pelatihan

1 Gondola dan perlengkapannya. 2 Barikade.

3 Alat-alat K3/APD.

4.3.4. Peralatan Bantu Pelatihan

(20)

4.3.5. Perangkat Lunak Pelatihan

Tidak diperlukan perangkat lunak untuk pelatihan.

4.4. Mengidentifikasi tujuan dan peran dalam kelompok kerja

Tujuan dan peran dalam kelompok perlu diidentifikasi (ditemukenali) agar tidak terjadi duplikasi tujuan dan peran masing-masing anggota kelompok. Selain itu juga untuk mencegah terjadi tujuan dan peran tanpa penanggung sama sekali dari anggota kelompok. Penentuan penanggung jawab dan anggota dalam kelompok diputuskan oleh atasan.

4.4.1. Peran dan tanggung jawab anggota dalam kelompok kerja diidentifikasi.

Dalam mengopoerasikan gondola biasanya terdiri dari 2 (dua) orang, oleh karena itu perlu ditentukan siapa berperan sebagai ketua (koordinator) dan anggota.

Koordinator bertanggung jawab dan berperan untuk :

1. Membimbing dan mengarahkan anggota dalam melaksanakan tugas. 2. Mengambil kendali dan inisiatif pada batas-batas kewenangannya dalam

kondisi darurat.

3. Menjalin/menjaga komunikasi dengan atasan maupun rekan kerja yang lain.

(21)

6. Mampu memberi pertolongan pertama bila dirinya atau anggotanya mengalami kecelakaan/luka ringan.

7. Melakukan persiapan, pemeriksaan kelengkapan dan persyaratan lainnya serta mengoperasikan gondola sesuai ketentuan pada buku manual/pedoman dari pabrik maupun petunjuk atasan atau pedoman dari perusahaan.

8. Mengoperasikan gondola dengan membagi tugas kepada anggota kelompok seperti menekan tombol naik, turun maupun gerakan ke samping serta menstabilkan gondola dan lain-lain disesuaikan dengan saat pengoperasian gondola.

9. Melakukan pembersihan dinding luar gedung dengan menggunakan bahan dan alat-alat pembersih (cleaning service) sesuai jadwal dan pedoman dari perusahaan.

Anggota kelompok bertanggung jawab dan berperanuntuk :

1. Mematuhi dan melaksanakan perintah/arahan/bimbingan, tugas, yang diberikan oleh koordinator.

2. Melakukan persiapan, pemeriksaan kelengkapan dan persyaratan lainnya serta mengoperasikan gondola dengan arahan/komando dari koordinator. 3. Mengoperasikan gondola sesuia dengan arahan atau perintah dari

atasan.

4. Melakukan pembersihan dinding luar gedung dengan menggunakan

bahan dan alat-alat pembersih (cleaning service) sesuai arahan

koordinator.

5. Melaporkan pada koordinator atas kelainan-kelainan yang terjadi baik pada gondola dan perlengkapannya maupun pada dirinya terutama selama pengoperasian gondola berlangsung.

Tindakan tegas terhadap anggota yang melakukan pelanggaran atau kesalahan, perlu dilaksanakan dengan pendekatan yang bermuatan pendidikan agar dapat mendorong si pelanggar untuk menyadari kesalahannya dan memiliki komitmen untuk memperbaiki diri sehingga pelanggaran atau kesalahan itu tidak terulang lagi. Penggunaan tindakan

(22)

tegas yang mendidik terhadap anggota, akan tetap menyuburkan kasih sayang, dapat menyadarkan anggota akan kesalahannya, mengembangkan hubungan yang harmonis dengan anggota, dan mampu membentuk budi pekerti yang baik pada anggota, serta tetap menghargai dan menghormati, sehingga kewibawaan seorang koordinator tetap terpelihara.

Didalam melakukan Peran dan tanggung jawab anggota dalam kelompok kerja maka perlu adanya struktur organisasi, struktur organisasi dapat dibagi sebagai berikut:

1. Struktur Organisasi ‘Vertikal’

Berita/pesan/instruksi bergerak sepanjang garis vertikal ke atas dan ke bawah. Meskipun kedua komunikasi (ke bawah dan ke atas) melalui jalur yang sama, namun seperti halnya dengan air, maka komunikasi ke bawah biasanya lebih mudah (tanpa hambatan) dibandingkan dengan yang ke atas. Hal ini menyebabkan terjadinya ketidak seimbangan antara

komunikasi yang datangnya dari atas (top down) dengan yang berasal

dari bawah (bottom up).

Komunikasi dari atas biasanya berisi informasi atau instruksi dan merupakan bentuk komunikasi yang tercepat, apalagi jika menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan sederhana. Kelemahan komunikasi jenis ini adalah atasan sering kali menganggap bahwa ia mengerti masalah yang dihadapi bawahan, sehingga menyebabkan atasan kurang peduli terhadap keluhan bawahan.

(23)

putusan yang cepat, lagi pula komunikasi lisan biasanya lebih cepat dan lebih murah.

Beberapa hal yang dapat menyempurnakan komunikasi top down adalah:

a Bawahan perlu secara jelas memahami berita yang disampaikan, untuk tidak menjadikan bahan perdebatan yang menghabiskan banyak waktu, akibat perbedaan persepsi dan/atau interpretasi.

b Bawahan mesti diyakini bahwa berita yang disampaikan tetap konsisten dengan tujuan organisasi. Keraguan akan menyebabkan bawahan enggan untuk mengerjakannya secara cepat dan/atau memerlukan penjelasan tambahan agar dapat diterima dan tidak menimbulkan konflik.

c Bawahan juga mesti diyakini bahwa hal itu sesuai dengan harapan dan kepentingannya, jika tidak akan timbul penolakan, pengunduran diri, pemogokan dan bukan tidak mungkin sabotase.

d Bawahan harus mampu menjalankan instruksi yang diberikan, baik secara mental maupun secara fisik.

Selanjutnya, komunikasi dari bawah biasanya berupa informasi, gagasan, usulan, opini atau permintaan pada seseorang diatasnya. Banyak kesalahan dalam organisasi disebabkan oleh karena atasan (manajer tingkat menengah) keliru dalam menafsirkan apa yang diinginkan bawahan. Atasan harus menempatkan tiga hal ini, penghargaan atas pekerjaan yang diselesaikan secara baik, menaruh perhatian atas segala hal yang terjadi, dan memberi pertolongan dan bersimpati pada masalah pribadi yang dihadapi bawahan.

Agar dapat terbina komunikasi dari bawah ke atas secara efektif, maka atasan dan bawahan perlu bekerja sama dalam semangat yang didasari pada saling mempercayai dan saling menghormati. Jika bawahan mengetahui bahwa usulan yang disampaikan diperlakukan secara penuh perhatian dan rasa hormat, maka setidak-tidaknya organisasi akan memperoleh lima hal:

(24)

a Komunikasi ke atas yang efektif menunjukkan pada manajemen bahwa kebijakan organisasi dapat diterima dan dipercaya oleh semua bawahan.

b Kebebasan untuk menyampaikan sesuatu kepada atasan akan memacu bawahan untuk bekerja secara lebih bergairah dan merangsang bawahan untuk lebih berpartisipasi dalam memajukan organisasi.

c Sering kali bawahan mempunyai gagasan dan usulan yang berharga

bagi peningkatan kuantitas dan mutu pekerjaan, sehingga unit pengembangan dan penelitian bukan satu-satunya yang dapat menyempurnakan operasional organisasi.

d Jika komunikasi ke atas berjalan lancar, atasan dengan mudah dan cepat mengetahui situasi yang kurang menguntungkan, sehingga secara cepat dapat ditanggulangi tanpa perlu mencari ‘kambing hitam’ karena keterlambatan penyelesaian masalah.

e Jika bawahan dapat berbicara tentang masalah pribadinya yang dapat mempengaruhi kinerjanya, dan atasan dengan sungguh-sungguh bersimpati atas masalahnya itu, maka akan terbentuk dan berkembang tata nilai yang didasari oleh rasa saling menghormati, yang akan mempengaruhi suasana nyaman dalam bekerja.

2. Struktur Organisasi ‘Horizontal’

Struktur organisasi ‘horizontal’ digunakan bila anggotanya berada pada tingkat hirarki dan kewenangan yang sama, satu dengan yang lainnya. Struktur organisasi ini dapat berjalan untuk keperluan formal maupun informal, kedinasan maupun bukan kedinasan. Struktur ini memberikan

(25)

Pada masa sekarang ini beberapa organisasi berinisiatif mencari terobosan dalam menjalankan program organisasi dengan menciptakan komunikasi antar departemen yang lebih baik, yang sering disebut sebagai struktur organisasi ‘matriks’ atau tim proyek (Gambar 4.1).

A C B D E F G H I J K L M C A B M H L F S tru k tu r O rg a n is a s i 'U m u m ' S tru k tu r O rg a n is a s i 'P ro ye k J a n g k a P e n d e k '

Gambar 4.1. Struktur Organisasi ‘Matriks’

Perubahan ini dapat menyebabkan perubahan hirarki, sehingga yang dulunya merupakan bawahan sekarang mungkin menjadi atasan atau sama tingkatannya. Pada awalnya, mungkin terjadi semacam ‘rasa sungkan’ atau ketegangan di dalam menjalankan komunikasi, tetapi setelah pekerjaan mulai berjalan maka struktur organisasi ini dapat membantu memecahkan hambatan yang dulunya terasa kaku akibat komunikasi formal.

(26)

Struktur yang disusun secara terpadu ini merupakan penggabungan dari beberapa unit dalam satu tim kerja yang ‘memutus’ hubungan atasan-bawahan, yang tentunya jika berjalan baik akan dapat memperbaiki suasana kerja, tetapi juga beresiko terjadinya hambatan-hambatan, karena setiap orang yang terlibat harus belajar membiasakan berhubungan secara horizontal dengan teman sekerjanya dan secara diagonal dengan orang yang berbeda tingkatannya.

3. Struktur Organisasi ‘Line-Staff’

Fungsi ‘line’ biasanya ditujukan pada hal-hal yang berhubungan langsung

dengan kegiatan utama organisasi, sedang ‘staff’ berfungsi sebagai

asisten yang membantu memberikan masukan/nasihat atau dalam kapasitas administratif (Gambar 4.2).

Presiden Direktur Direktur Teknik Direktur Keuangan Direktur Personalia Asisten Pres. D ir. (STAF)

(27)

Ada tiga jenis staf, yaitu: staf umum, staf khusus dan staf pribadi. Staf umum biasanya membantu dalam beberapa hal, staf khusus hanya melakukan ketrampilan yang spesifik dalam bidang keahlian yang sempit, sedang staf pribadi biasanya diwujudkan dalam bentuk sekretaris pribadi yang mengurus jadwal kegiatan, mengatur pertemuan, dan menyimpan surat-surat koresponden pribadi.

Staf umum lebih dinamis dibandingkan orang yang berada dalam ‘line’,

oleh sebab itu ia harus mempunyai informasi yang lebih banyak dari biasanya.

Staf khusus sering kali menimbulkan konflik dengan pejabat (‘line’),

karena pejabat merasa kuatir staf menemukan hal-hal baru yang dapat mengurangi kewenangannya. Komunikasi yang buruk, kekasaran dan bukan tidak mungkin adanya sabotase terjadi antara staf dan pejabat. Para staf khusus umumnya tidak diberikan kewenangan untuk memberikan instruksi, tetapi mereka biasanya mempunyai motivasi yang lebih besar untuk berkomunikasi, karena mereka sadar bahwa keberhasilannya tergantung dari gagasan yang diusulkan pada pihak lainnya. Staf juga mempunyai keterbatasan dalam berhubungan dengan pejabat diatasnya, yang berakibat mobilitas mereka lebih banyak dibandingkan pekerjaan operasional.

Keterpaduan tim kerja yang dibentuk oleh personil ‘line & staff’

menciptakan hubungan inter personal yang lebih baik di antara orang-orang yang bekerja dan memberikan pengaruh yang cukup besar dalam komunikasi dalam kelompok kecil.

(28)

Dew an Direksi Presiden D irektur as.pres.dir -R iset T eknik Biro H ukum B end ahara Perencanaan O rg anisasi Pem asaran Engineering

Hub ung an Ind ustri Perso nalia Angg aran M anufaktur Penjualan L og istik K o m ite Manufaktur K om ite Ang g aran Ko m ite K oo rdinasi

K o m ite Pro duk Baru

Ko m ite Pengelo laan

W akil Presiden D irektur (K husus)

G aris Kom ando Langsung

'LINE' FUNG SI STAF STAF PENASIHAT Bidang M inat Presiden Direktur

Tum pang Tindih W ew enang & Tanggung

Jaw ab (indikasi pengaruh relatif)

Jalur Kom unikasi Inform al Titik Konflik

(29)

mengabaikan pekerjaan yang merupakan bagian tanggung jawabnya.

Namun pada kenyataannya, organisasi formal yang menggunakan struktur organisasi ini tidak terlalu rasional, karena ada beberapa bagian yang harusnya berada dalam garis komando langsung. Di samping itu, struktur organisasi ini dapat menimbulkan konflik di antara departmen/unit yang ada. Selanjutnya, keberadaan komite juga tidak memberikan manfaat yang jelas bagi pelayanan organisasi. Konflik juga muncul akibat adanya koordinasi kerja yang tidak jelas.

5. Struktur Organisasi ‘Memusat’

M ANAJER KANTO R CABANG KO NSULTAN ASISTEN ADM INISTRASI RESEPSIO NIS MANAJER PEN GEMB AN GAN

USAH A

MANAJER ADMINIST RASI

KEUANG AN

Gambar 4.4. Struktur Organisasi ‘Memusat’

Struktur Organisasi ‘memusat’ ini (Gambar 4.4) tidak sebagaimana lazimnya yang mempunyai tingkatan hirarki yang berbentuk piramid. Struktur organisasi ini menunjukkan bahwa setiap unit mempunyai peran dan fungsi yang strategis, sehingga orang yang terlibat didalamnya merasa mendapat kedudukan yang penting.

(30)

4.4.2. Perubahan peran dan tujuan kelompok kerja atas perintah atasan, disepakati sebelum dilakukan pekerjaan

Dalam suatu organisasi, tidak jarang terjadi perubahan-perubahan baik menyangkut strukturnya maupun personil/anggota organisasi. Perubahan terjadi karena perubahan ruang lingkup/skala usaha, tuntutan keadaan yaitu persaingan usaha, mutasi personil, personil keluar atau meninggal dan sebab lain. Demikian juga untuk tingkatan opereator gondola juga dapat mengalami perubahan peran, antara peran koordinator dan anggota maupun penggantian salah satu atau keduanya dengan petugas atau operator yang lain. Hal ini bisa terjadi jika operator gondola yang bekerja tiba-tiba mengalami sakit yang mendadak.

Perubahan peran ini berasal dari usulan operator gondola yaang bersangkutan maupun dari atasan. Oleh karena itu operator gondola harus menjelaskan alasan usulan penggantian tersebut. Jika ide penggantian operator gondola berasal dari atasan, maka atasan harus menjelaskan dan menentukan perubahan peran ini sebelum mulai mengoperasikan gondola sehingga dipahami dan dipatuhi para operator gondola yang terkait dengan perubahan ini.

Dengan demikian para operator gondola ini dapat bertugas secara baik dan bertanggung jawab sesuai dengan peran baru masing-masing.

4.4.3. Peran dan tanggung jawab definif anggota dalam kelompok kerja diisikan kedalam daftar simak (Check List)

(31)

Tabel 4.1. Daftar simak (checklist) peran dan tanggung jawab definitive anggota dalam kelompok kerja.

No Pekerjaan

Operator Bersama-sama A dan

B Ket

A B

1. Memeriksa kesehatan secara

mandiri

A B

2. Memeriksa lingkungan A

3. Memriksa cuaca dan angin A B A dan B bersama-sama

4. Memeriksa alat-alat K3 dan APD A

5. Memasang rambu-rambu APD dan

K3

B

6. Memeriksa sitim elektrik gondola B

7. Memeriksa sistim mekanik gondola A B A dan B bersama-sama

8. Memeriksa sistim struktur gondola A B A dan B bersama-sama

9. Memeriksa sistim keselamatan gondola

A B A dan B bersama-sama

10. Mengoperasikan gondola A B A dan B bersama-sama

11. Melakukan komunikasi dengan

atasan atau pihak yang terkait

A B A atau B bergantian

12. Merapikan area kerja A B A dan B bersama-sama

13. Membersihkan dinding sesuai

jadwal yang telah ditentukan

A B A dan B bersama-sama

14. Menyimpan gondola dan

perlengkapannya di tempat yang telah ditentukan.

(32)

15 Membuat laporan A B A dan B bersama=sama

16 Menyiapkan alat-alat dan material

untuk membersihkan gedung

A B A dan B bersama=sama

17 Menyiapkan alat komunikasi

Persetujuan Atasan Jakarta,

Tanggal:..,...,...

Nama Atasan Nama Operator

4.5. Mengidentifikasi tugas dan tanggung jawab setiap anggota dalam kelompok

Untuk menjaga kelancaran dan ketertiban anggota kelompok dalam melaksanakan pekerjaannya, maka perlu dibuat atau diidentifikasi tugas dan tanggung jawab tiap anggota kelompok dan juga perlu dirahan dari pemimpin. Pemimpin adalah orang yang mempunyai tanggung jawab dalam pencapaian tujuan usaha yang dipimpinnya. Sebagai seorang pemimpin tentunya.

1. Teori kepemimpinan

a. Teori Sifat

(33)

syarat-yang memiliki kelebihan tertentu syarat-yang diperlukan oleh kelompok dalam situasi tertentu untuk membantu kelompok dalam mengatasi masalah yang dihadapi kelompok.

2. Peranan Pemimpin

a. Timbulnya kepemimpinan

Manusia sejak dilahirkan sudah dikaruniai bermacam-macam kemampuan dan desakan untuk mempertahankan serta mengembangkan eksistensinya. Faktor-faktor pembawaan, lingkungan dan pendidikan menghasilkan individu yang berbeda-beda, berbeda jasmani dan rohaninya, berbeda kesanggupan dan pengalamannya, masing-masing dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Dalam usaha mempertahankan dan mengembangkan hidupnya, individu-individu ini tidak dapat hidup terpisah. Sebagai makhluk sosial mereka ditakdirkan untuk hidup berkelompok, bermasyarakat. Kelebihan dan kekurangan masing-masing mengharuskan mereka untuk saling mengisi dan saling membantu. Makin kompleks struktur masyarakat, makin banyak masalah-masalah yang harus dipecahkan bersama dan makin diperlukan lagi kerjasama antara anggota untuk dapat memenuhi syarat-syarat hidup dalam masyarakatnya.

Kalau sekelompok individu mengadakan usaha bersama yang ditujukan kepada pencapaian tujuan bersama, akan tampak berbagai macam gejala, yakni adanya individu-individu yang berusaha menekan kepentingan perseorangan masing-masing dan meningkatkan saling bantu-membantu demi tercapainya tujuan bersama tersebut, ada pula individu-individu yang masih agak sukar menyesuaikan dirinya kepada kepentingan dan tujuan bersama tersebut. Perbedaan ini akan menimbulkan pengaruh tertentu pada masing-masing individu dan pada kelompok secara keseluruhan.

Anggota kelompok yang sukar menyesuaikan dirinya kepada kepentingan bersama, akan mempengaruhi sikap dan tingkah laku anggota kelompok

(34)

lainnya ke arah yang negatif yang dapat mengurangi jiwa gotong-royong dalam kelompok. Sebaliknya anggota kelompok yang kuat sekali kemauan dan kemampuannya untuk bekerjasama mencapai tujuan bersama, akan besar pula pengaruhnya terhadap anggota kelompok lainnya secara positif.

Dinamika pengaruh antar individu inilah yang dapat menimbulkan kepemimpinan secara wajar dari dalam. Anggota yang dengan sadar dan sengaja mempengaruhi anggota-anggota lainnya dalam kelompok yang mempunyai “kelebihan” dalam usaha mencapai tujuan bersama, dapat diterima oleh kelompoknya sebagai “pemimpin”. Meskipun mungkin secara informal, tanpa formalitas keputusan/penunjukan resmi, kepemimpinannya mendapat pengakuan dari kelompoknya.

Kepemimpinan dan kerjasama kelompok merupakan hal-hal yang berhubungan dan saling memerlukan.

b. Kelebihan Pemimpin

Untuk mempengaruhi sesama anggota kelompok dan memimpinnya ke arah kerjasama yang lebih baik, si Pemimpin harus diterima dan diakui oleh kelompoknya sebagai yang memiliki suatu kelebihan. Kelebihan ini dapat timbul dan diakui secara wajar dari dalam, seperti yang diuraikan di atas atau dapat pula ditimbulkan/ditentukan dari luar (dari atas) berupa surat putusan/penunjukan secara formal.

Penunjukan/pengangkatan dari atas didasarkan atas pilihan dan anggapan bahwa yang ditunjuk memilik suatu kelebihan daripada anggota-anggota lainnya, meskipun yang ditunjuk datangnya dari luar kelompok. Pemimpin

(35)

Kelebihan yang dimiliki seorang Pemimpin tidak boleh membawanya kepada sikap “ingin lebih” atau “ingin berkuasa” terhadap kelompoknya. Kelebihannya tidak boleh dijadikan alat untuk mendominasi. Seorang pemimpin harus menyadari bahwa ia memiliki kemampuan-kemampuan lebih daripada anggota kelompok yang dipimpinnya, tetapi hal ini tidak boleh menimbulkan anggapan padanya, bahwa ialah yang merupakan sebab utama tercapainya tujuan usaha bersama, ia tidak boleh menganggap bahwa anggota-anggota kelompoknya tidak akan sanggup mencapai tujuan tanpa pimpinannya. Jika ia mempunyai anggapan demikian, yaitu anggapan bahwa ia lah yang paling tahu, ia lah yang paling mampu, ia lah yang paling bertanggungjawab, dan karena itu ia yang paling berhak menentukan segala-galanya. Pemimpin yang demikian akan mendominasi kelompoknya dan akan membuat kelompoknya sebagai alat saja.

Pemimpin yang demikian cara bekerjanya bukan “di dalam bersama-sama kelompoknya” tetapi dengan cara ”dari luar terhadap kelompoknya”. Ini merupakan cara pemimpin yang tidak demokratis.

Kepemimpinan yang demikian bukan saja akan mengurangi dan melemahkan kemampuan anggota kelompoknya dan dengan demikian akan menghambat perkembangan individu masing-masing, tetapi juga akan menghambat tercapainya tujuan bersama dan akhirnya akan dapat menimbulkan oposisi dan obstruksi.

Setiap individu mempunyai keinginan untuk dihargai oleh individu-individu lain. Setiap individu mempunyai “kesadaran harga diri” yang memerlukan penghargaan dan pengakuan dari individu-individu lain. Jika individu-individu dipaksa bekerjasama di bawah tekanan dominasi yang tidak memberikan kesempatan berkembang dan tanpa memberikan penghargaan/pengakuan terhadap pribadi dan kemampuan masing-masing, akan timbullah reaksi dari inbdividu-individu tersebut. Reaksi ini akan berpengaruh negatif terhadap kerjasama dalam kelompok dan terhadap pencapaian tujuan usaha bersama. Karena itu bentuk dominasi dari pihak Pemimpin harus dihindarkan.

(36)

Masyarakat demokratis memerlukan Pemimpin yang demokratis pula dan kepemimpinan yang demokratis tidak dapat dilaksanakan dalam bentuk dominasi oleh Pemimpin.

c. Pemimpin sebagai pendidik

Setiap individu berkembang ke arah penyempurnaan pribadinya, pengetahuannya dan kemampuannya. Proses dan hasil perkembangan ini dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor baik dari dalam maupun dari luar.

Sebagai faktor dari luar yang mempengaruhi perkembangan ini ialah pengaruh dan bimbingan orang-orang yang berusaha mempercepat dan menyempurnakan perkembangan dimaksud. Pengaruh tersebut datangnya dari para pemimpin yang pada hakekatnya mempunyai tugas sebagai pendidik. Pemimpin sebagai pendidik dalam tugas memimpin dan mendidik sebenarnya membantu yang dipimpin/dididiknya supaya kemampuan-kemampuan yang belum berkembang dapat ditimbulkan, dipercepat dan disempurnakan.

Perkembangan dengan percepatan dan penyempurnaannya datang dari dalam diri individu itu sendiri. Pemimpin sebagai pendidik hanya membantu agar yang dipimpinnya itu dapat mengembangkan dirinya agar dapat menyadari kelebihan dan kekurangannya sendiri, dapat mengatasi kesulitannya sendiri, dapat menyempurnakan kemampuannya sendiri dengan kesadaran dan keinsyafan sendiri.

(37)

waktu tertentu, dapat berfungsi sebagai pemimpin yang memiliki kemampuan memimpin berdasarkan kelebihan-kelebihan yang dimilikinya.

Tugas pemimpin sebagai pendidik adalah menimbulkan kesadaran pada yang dipimpin, bahwa ia memiliki kemampuan dan kelebihan dalam bidang-bidang tertentu, dan menimbulkan kepercayaan pada dirinya sendiri sehingga ia dapat mengembangkan kemampuan dan kelebihannya itu, dan kemudian dapat pula menggunakannya untuk membantu orang lain dan memimpin orang lain.

Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa tugas pemimpin sebagai pendidik adalah mengembangkan kemampuan dan kelebihan pada yang dipimpinnya sehingga mampu menjadi pemimpin. Jadi memimpin ialah menimbulkan kepemimpinan pada yang dipimpin

4.5.1. Identifikasi tugas dan tanggungjawab anggota dilakukan sesuai dengan uraian dan tanggung jawab kelompok

Tugas dan tanggung jawab kelompok adalah :

1. Menyimpulkan hasil pemeriksaan pemeriksaan diri tentang kesehatan dan kesiapan sebelum mengoperasikan gondola;

Informasi ini mengenai kondisi kesehatan, maupun kelelahan operator gondola sebagai dasar keputusan atasan untuk memberi perintah, saran maupun mengizinkan atau melarang operator gondola untuk mengoperasikan gondola.

2. Mengidentifikasi potensi bahaya dan resiko kerja.

Kadang-kadang di lokasi kerja dijumpai ada barang-barang yang tidak terkait dengan pengoperasian gondola, misalnya terpal, tali, bahkan kendaraan yang diparkir di bawah arae pengopersian gondola. Barang-barang tersebut harus dipindahkan karena dapat membahayakan atau mengganggu pengoperasian gondola

(38)

3. Memeriksa area dan lingkungan kerja;

Informasi ini disampaikan oleh operator gondola atau petugas lain yang ditunjuk oleh atasan kepada operator gondola lainnya, misalnya mengenai barang-barang yang ada di lokasi kerja yang harus dipindahkan karena membahayakan atau mengganggu pengoperasian gondola

4. Memeriksa kelengkapan dan kondisi Alat Pelindung Diri;

Seluruh APD yang diperlukan harus lengkap dan layak fungsi. Jika ternyata APD tidak lengkap dan cacat misalnya helm pecah, sepatu sobek, sabuk pengaman putus, maka tidak boleh dilakukan pengoperasian gondola selanjutnya segera lapor kepada atasan

5. Memeriksa sistem keselamatan gondola;

Seluruh system keselamatan gondola harus lengkap dan berfungsi dengan baik, seperti safety rope tidak melilit, putus-putus, penambat tali keselamatan terpasang dengan kokoh/kuat, baut-baut lengkap dan lain-lain

6. Memeriksa kondisi alat komunikasi yang akan digunakan;

Dalam kondisi tertentu khususnya darurat, maka operator gondola harus menggunakan alat komunikasi HT atau HP untuk berkomunikasi dengan atasan atau pihak-pihak yang terkait

(39)

Gambar 4.5: Alat Komunikasi HT dan HP

7. Memeriksa kondisi cuaca dan angin;

Hasil pengamatan cuaca dan kecepatan angin, misal panas, dingin, hujan, angin kencang. Pengamatan tersebut dilakukan secara manual dan bila menurut penilaian operator gondola bahwa kondisi tersebut tidak aman untuk mengoperasian gondola maka pengoperasian gondola tidak dapat dilakukan

8. Memeriksa kondisi sistem struktrur, elektrikal, dan mekanikal gondola ; Sistem mekanik yang diidentifikasi adalah:penggulung tali baja, motor2, sistem teleskopik,hoist dan lain-lain, Sistem elektrik adalah kabel, panel, daya listrik, lampu indikator, dan lain-lain

(40)

Gambar 4.6: Wire Rope

Uji coba motor penggerak ini untuk memastikan bahwa semua motor gondola dapat difungsikan untuk gerakan naik – turun, gerakana ke kanan dan ke kiri serta gerakan menstabilkan. Caranya adalah dengan menekan tombol-tombol panel gondola

Wire Rope

(41)

Sistem kelistrikan yang diperiksa meliputi kabel, apakah mengelupas, lepas atau putus. Kemudian panel listrik, diperiksa apakah tombol-tombolnya ada yang rusak, kabelnya terkelupas, lampu indikator tidak menyala dan lain-lain.

Gambar 4.8: Sistem kelistrikan/Panel-panel

Gambar 4.9: Sistem kelistrikan/Panel-panel

Tombol naik

Tombol Turun

Indikator lamp

Selector Switch (Kanan, Kiri dan stabilizer)

Emergency Stop Tombol Start Kunci Pintu panel

(42)

Gambar 4.10: Sistem kelistrikan/Panel-panel/tombol-tombol

9. Melakukan perbaikan kecil sebatas kewenangan jika hasil pemeriksaan-pemeriksaan di atas ditemui adanya kelainan/kerusakan kecil;

10. Mengoperasikan gondola sesuai pedoman pengoperasian gondola dari pabrik.

Apabila semua kondisi elektrik, struktur, mekanik, sistem keselamatan dan alat pelindung diri memenuhi syarat untuk pengoperasian gondola, maka gondola mulai dioperasikan

11. Melakukan pekerjaan pembersihan dinding luar gedung sesuai jadwal dan ketentuan dari perusahaan;

(43)

4.5.2. Kerjasama dalam kegiatan kelompok dilakukan dengan cara yang efektif dan tepat

1. Tujuan

Peserta dapat memahami sikap kerjasama dalam kelompok agar setiap anggotakelompok mempunyai peran masing-masing untuk menyelesaikan suatu tugas secara efisien.

2. Uraian Materi

Sikap kerjasama dalam kelompok merupakan hal yang penting bagi para wirausaha untuk menyelesaikan tugas secara efisien dan efektif. Karakteristikkarakteristik pribadi dari anggota kelompok yang baik meliputi: a. Kesetiaan b. Kesopanan c. Kesabaran d. Semangat e. Optimis f. Komunikasi

g. Kemampuan untuk Menyetujui h. Dapat diandalkan

i. Ketepatan waktu

j. Keberhati-hatian k. Humoris

Agar mekanisme kerja kelompok menjadi lancar dan terarah, masing-masing kelompok hendaknya mempunyai pengurus kelompok yang terdiri atas: ketua kelompok, sekretaris kelompok dan kalau perlu bendahara kelompok. Dalam mengembangkan sikap kerjasama kelompok yang kreatif dan inovatif seorang pengusaha perlu mengkaji secara komprehensif tujuan kerjasama kelompok yang dibentuk agar sesuai dengan visi dan misi pengusaha. Dengan demikian, kelompok harus mempunyai satu visi untuk memberikan fokus dan pengarahan pada energi kreatif. Contoh, kelompok penilaian (evaluation team) di tingkat pengusaha harus memiliki visi yang jelas, dianut bersama, dirundingkan, bisa dicapai dan melibatkan personil yang

(44)

profesional dalam bidangnya. Kelompok tersebut harus dapat memberikan inspirasi bagi anggota kelompok untuk menyumbangkan hasil pemikirannya bagi kepentingan pengusaha.

Selanjutnya, dalam membangun kelompok terdapat sejumlah dimensi yang harus dipahami bersama agar dapat mencapai hasil yang optimal adalah sebagai berikut:

1. Kejelasan Visi.

Banyak kelompok yang bekerja tanpa visi yang jelas sehingga dalam melakukan kegiatan terkesan hanya sekedar berkegiatan tanpa pegangan yang pasti. Oleh karena itu, dalam pembentukan kelompok perlu dipikirkan dengan matang visi apa yang akan dicapai dalam kelompok tersebut.

2. Visi Bersama.

Apabila anggota kelompok tidak berbagi visi kelompok, kreativitas individu anggotanya tidak dapat disatukan untuk membuahkan hasil kelompok kreatif. Ini mengisyaratkan bahwa visi juga dirundingkan karena anggota kelompok tidak berkumpul dengan nilai dan visi identik. Ketika pemimpin kelompok menetapkan “visi” bagi suatu kelompok maka kecil kemungkinan visi itu dimiliki bersama dan berpengaruh basar pada kreativitas. Ketika ada kebersamaan yang kuat dalam memiliki tujuan atau orientasi dalam suatu kelompok, lebih besar pula kemungkinan komitmen dan kreativitas akan dihasilkan dan digerakkan. Dengan demikian, visi harus dirundingkan oleh anggota kelompok yang berkumpul, mengatasi perbedaan yang kelompok untuk menemukan orientasi yang dinilai tinggi berdasarkan konsensus.

(45)

pengaruh atas pembuatan keputusan, berbagi informasi dan interaksi.

4. Pengaruh Atas Pembuatan Keputusan.

Apabila anggota kelompok mempunyai pengaruh atau dapat dikembangkan dalam pembuatan keputusan kelompok maka individu tersebut akan lebih memungkinkan menyumbangkan ide kreatifnya. Semua anggota kelompok harus mengemban tanggung jawab atas aspek dan berfungsinya kelompok, bukannya berasumsi bahwa hanya ketua/pemimpin kelompok bertanggung jawab atas sasaran, strategi dan proses. Namun, semua anggota kelompok harus bertanggung jawab dalam pembuatan keputusan kelompok. Partisipasi kelompok sejati terjadi ketika proses pembuatan keputusan ditentukan secara kolektif, semua anggota kelompok berkolaborasi untuk menghasilkan keputusan kolektif yang bermutu, kecuali keputusan tertentu yang sangat strategis kadang-kadang ada di tangan individu-individu. Dengan kata lain, pembuatan keputusan tidak mengarah pada kelumpuhan anggota kelompok untuk bertindak, karena ketidak-kompakan kelompok. Partisipasi seperti itu memastikan agar pandangan, pengalaman dan kemampuan semua orang dalam kelompok akan mewarnai masa depan dari kelompok tersebut.

5. Berbagi Informasi.

Berbagi informasi adalah salah satu “roh” dari konsep partisipati. Sesama anggota kelompok hendaknya berkomunikasi, berkonsultasi dan berbagi informasi dengan cara yang terbuka dan murah hati, karena apabila hal tersebut tidak terjadi maka kelompok dapat kehilangan kesempatan untuk mengemukakan cara baru dan kreatif dalam mengerjakan berbagai hal. Namun demikian, berbagi informasi juga mempunyai kelemahan tersendiri, apabila para anggota kelompok terlalu asik menenggelamkan satu sama lain. Kekayaan informasi ditentukan oleh medium yang menyalurkan informasi. Dengan demikian, kelompok harus mendorong terjadinya komunikasi sebagai bahan kajian bagi anggota kelompok lainnya.

(46)

6. Frekuensi Interaksi.

Frekuensi interaksi anggota kelompok akan menentukan sejauhmana mereka bertukar ide, informasi dan pandangan yang saling bertentangan. Dengan demikian, akan memperkaya bank pengetahuan kolektif dan kesempatan kreatif dan inovatif. Ketika anggota kelompok menghindari satu sama lain untuk bertemu dalam rangka untuk menghindari konflik, pada dasarnya mereka menghindari kesempatan untuk mengembangkan kreativitas dan hilangnya konsensus kreatif.

TIP Sikap dan perilaku individu dalam kelompok

Bekerja dengan orang lain untuk tujuan bersama (kerja sama dalam tim) merupakan sesuatu yang penting.

x Perlihatkan rasa hormat kepada mereka yang bekerja bersama Anda.

Tunjukkan bahwa Anda merasa mereka dapat melakukan pekerjaan mereka dengan baik.

x Jangan mengesampingkan yang lain dengan hanya berbicara, makan

siang, dll. dengan sebuah kelompok kecil orang saja. Jangan menggosipkan pekerja yang lain.

x Gunakan kompromi untuk menyelesaikan konflik. Dalam kompromi,

kedua belah pihak mengorbankan sesuatu yang mereka inginkan dalam rangka mencapai suatu kesepakatan. Sebagai seorang pegawai, Anda merupakan bagian dari sebuah tim. Kadang kala tujuan perusahaan harus diutamakan dari tujuan pribadi.

(47)

x Ada berbagi informasi

x Seringnya terjadi interaksi antar anggota kelompok.

Kerjasama adalah upaya bersama yang dilakukan dengan sadar, saling mendukung, dan saling menguatkan sehingga dicapai sinergi yang baik. Adanya sinergi ini karena adanya hasil yang lebih baik bila dibandingkan dengan bekerja sendiri dalam dimensi ruang atau waktu yang sarna. Kerjasama dilakukan untuk peningkatan kualitas atau mutu suatu institusi. Oleh karena itu, kerjasama diarahkan untuk mendukung kinerja operator

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa untuk mengoperasikan gondola minimum dilakukan oleh 2 (dua) orang. Karena itu perlu diatur kerjasama antar operator secara efektif dan tepat sehingga pelaksanaan pengoperasian gondola berjalan dengan selamat, tertib dan lancar.

Untuk mencapai kerjasama dalam kegiatan kelompok berjalan efektif dan tepat maka perlu dilakukan hal-hal berikut ini :

1. Atasan harus menetapkan lebih dahulu siapa sebagai koordinator dan anggota kelompok dalam mengoperasikan gondola.

2. Atasan dan/atau koordinator membagi tugas dengan wajar/proporsional antara koordinator dan anggota kelompok.

3. Koordinator harus menjelaskan sejelas-jelasnya pembagian tugas kepada anggota kelompok.

4. Koordinator harus mampu mengarahkan, mengendalikan dan membantu anggota kelompok dalam melaksanakan tugasnya.

5. Koordinator diberi wewenang memberi teguran dan menilai kinerja anggota kelompok dalam melaksanakan tugasnya.

6. Koordinator tidak boleh bersikap sewenang-wenang terhadap anggota kelompok, dan jika koordianator bersikap demikian maka akan menerima teguran dan/atau sanksi dari atasannya.

7. Anggota kelompok harus mematuhi perintah, saran maupu arahan dari koordinator kelompok.

8. Anggota kelompok harus melaksanakan tugas yang diberikan oleh koordinator dengan sungguh-sungguh.

(48)

Dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang, diperlukan komunikasi dan kerjasama. Jika sekelompok orang itu bersama-sama melakukan sesuatu untuk tujuan yang sama, maka tujuan bersama itu perlu diketahui oleh semua anggota, dan untuk dapat dipahami oleh semua anggota yang terlibat, hal itu perlu dikomunikasikan. Semua kegiatan sekelompok orang itu diletakkan dalam kerangka komunikasi. Tanpa komunikasi tidak mungkin tercapai kerjasama.

Tiga hal yang menyertai tumbuhnya organisasi, adalah bahwa setiap orang dapat berkomunikasi satu dengan yang lainnya, mereka ingin melakukan sesuatu, dan mereka dapat menyelesaikan tujuan bersama. Ini merupakan tiga elemen penting untuk setiap organisasi, dan masing-masing sama pentingnya dalam melaksanakan fungsi organisasi secara efektif.

Di dalam organisasi modern, komunikasi merupakan dasar dari fungsi organisasi lainnya. Komunikasi tidak saja berfungsi untuk menyalurkan informasi dan membuat pemahaman setiap orang dan kelompok, tetapi juga menyatukan perilaku kelompok.. Penyatuan perilaku menghasilkan dasar bagi kerjasama yang berkelanjutan, sehingga efisiensi dan kesinambungan fungsi organisasi tergantung dari seberapa baik saluran komunikasi itu bekerja.

Saluran komunikasi adalah jalur di mana berita berpindah dari orang yang satu kepada orang yang lain, dan/atau dari kelompok yang satu kepada kelompok yang lain. Semua organisasi menggunakan saluran komunikasi

(49)

komunikasi satu arah yang tidak memungkinkan terjadinya umpan balik. Umpan balik yang cepat memungkinkan dipenuhinya pemahaman, kredibilitas dan penerimaan berita yang benar.

Saluran komunikasi formal, sebagaimana dijelaskan di atas, merupakan bagian integral dari struktur organisasi. Rangkaian struktur organisasi merupakan aturan dan kebiasaan yang menentukan pembagian wewenang dan tanggung jawab, tingkatan, serta jenis pekerjaan dalam organisasi.

Sebaliknya, komunikasi informal, merupakan jaringan dan rangkaian komunikasi yang dibentuk oleh hubungan persahabatan dan sosial di dalam lingkungan kerja organisasi. Komunikasi inter personal ini merupakan hal yang penting dalam komunikasi informal dalam suatu organisasi.

Diagram atau tabel yang menggambarkan struktur organisasi merupakan gambar anatomi yang menjelaskan komunikasi formal, jalur kedinasan yang harus dilalui oleh berita/pesan/instruksi. Jalur komunikasi informal tidak muncul dalam struktur organisasi, karena sifatnya yang tidak mapan dan bentuknya yang sulit dipolakan. Namun demikian, struktur organisasi tidak dapat menunjukkan semua jalur formal, hanya secara garis besar saja. Diagram yang menunjukkan semua jalur formal yang dilalui oleh berita/pesan/instruksi akan terlihat rumit dan memusingkan. Sekretaris atau resepsionis, misalnya, kadang-kadang tidak tergambar dalam struktur organisasi, tetapi dalam organisasi yang besar, hampir semua berita/pesan/instruksi disampaikan melalui unit ini. Baik buruknya sistem komunkasi banyak tergantung dari mutu sekretaris direksi dalam berinteraksi dengan unit-unit lainnya.

Kerjasama, kepemimpinan, kepengurusan, komunikasi, dan mengelola konflik merupakan unsur-unsur penting dalam pengembangan kelompok yang perlu dipahami bagi seorang pendamping. Berikut ini adalah uraian singkat mengenai unsur-unsur tersebut.

(50)

1. Kerjasama

Kerjasama dilakukan atas dasar tujuan yang sama yang hendak dicapai, sehingga kerjasama berbeda dengan 'sama-sama kerja' yang tidak mempunyai tujuan bersama.

Keuntungan yang dapat diperoleh dari bekerjasama

Beberapa keuntungan yang dapat dipetik dari kerjasama antara lain : a. Memperingan tugas yang harus dipikul oleh masing-masing pihak;

b. Menghemat tenaga, pikiran dan dana yang biasanya sangat terbatas dalam setiap kegiatan;

c. Dengan dana, tenaga, pikiran yang tersedia, dapat menghasilkan lebih banyak;

d. Lebih memberi kemungkinan pada seluruh pihak untuk mengembangkan kemampuan dalam rangka menuju terbangunnya kemanusiaannya.

Beberapa hal yang dapat mendukung terjalinnya kerjasama

Agar terjalin kerjasama yang mantap dalam suatu kelompok dari masing-masing anggota, sehingga mampu memecahkan masalah yang sedang dihadapi, perlu diperhatikan beberapa hal yang dapat mendukung, antara lain :

a. Masing-masing pihak harus sadar dan mengakui kemampuan masing-masing. Masing-masing pihak yang akan kerjasama harus mengerti dan memahami akan masalah yang dihadapi.

b. Masing-masing pihak yang bekerjasama perlu berkomunikasi.

(51)

Beberapa hal yang dapat mengganggu kerjasama

a. Ada pihak yang selalu bersikap menyerahkan pekerjaan kepada orang lain dan tidak bersedia bertanggung-jawab

b. Ada pihak yang bersedia menampung semua pekerjaan meskipun jelas tidak mampu mengerjakannya.

c. Tidak bersedia memberikan sebagian dari kemampuannya untuk

membantu pihak lain. Dalam pengertian, ini termasuk tidak bersedia menyerahkan sebagian dari wewenangnya kepada pihak lain.

d. Lekas puas dengan hasil pekerjaannya sendiri, sehingga tidak

memperlihatkan dan tidak menaruh perhatian pada pihak yang masih bekerja.

e. Hanya bersedia memberikan sesuatu yang dirasa tidak lagi diperlukan dirinya, sehingga memberi tidak sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan oleh pihak lain.

f. Tidak bersedia memberi bantuan sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang dihadapi, hanya terus tekun dengan pekerjaannya sendiri.

g. Menutup diri, dan tidak mengundang pihak lain yang dapat memberi

bantuan, misal selain berusaha mengerjakan sesuatu dengan sempurna sehingga sulit pihak lain dapat membantu.

h. Tidak bersedia berkorban, misalnya membongkar atau merubah kegiatan yang sudah direncanakan, demi mencapai kerjasama dan hasil kegiatan yang lebih baik.

i. Bersikap maha tahu, sehingga menutup diri untuk minta pendapat dan bantuan pihak lain.

j. Tidak percaya kemampuan pihak lain sehingga tidak bersedia minta bantuan atau pendapat kepadanya.

(52)

A B II III IV A B C D I II Struktur O rgan isasi 'Vertikal'

- M aksimum Rentang M anajemen : 3 - 4 T ingkatan Manajemen

Struktur O rganisasi 'Horizontal' - Maksimum Rentang M anajem en : 12

- 2 T ingkatan Manajemen

Gambar 4.11. Bentuk Umum Struktur Organisasi

Struktur organisasi menggambarkan struktur internal dari pembagian pekerjaan dan hirarki kekuasaan serta jalur formal bagi setiap berita/pesan/instruksi yang perlu dilalui di antara dan/atau di dalam divisi-divisi yang ada.

Secara umum ada dua jenis pengelompokan struktur organisasi, struktur organisasi yang vertikal dan struktur organisasi yang horizontal (Gambar 4.11). Makin ‘jangkung’ struktur organisasi makin lama waktu yang dibutuhkan untuk penyampaian suatu berita/pesan/instruksi, dan jika hal ini dilakukan secara lisan, maka makin besar pula kekeliruan yang mungkin

(53)

1. Operator gondola baik anggota maupun koordinator menidentifikasi tugas dan tanggung jawab setiap anggota kelompok.

2. Hasil identifikasi tersebut dibagi antara tugas koordinator dan tugas anggota kelompok, selanjutnya dilaporkan kepada atasan atau supervisor langsung untuk mendapat koreksi dan persetujuan.

3. Setelah dikoreksi dan disetujui oleh atasan atau supervisor langsung maka ditetapkan secara resmi oleh perusahaan.

4. Setelah disahkan oleh perusahaan selanjutnya disosialisasikan kepada operator gondola untuk dilaksanakan.

4.6. Melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawabnya dalam kelompok

Masing-masing anggota kelompok baik perannya sebagai coordinator maupun anggota kelompok harus melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab masing-masing seperti yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

4.6.1. Konstribusi terhadap tugas dan tanggung jawab kelompok diberikan dengan efektif dengan cara :

1. Setiap operator gondola harus melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara sungguh-sungguh, benar dan tepat waktu.

2. Menyampaikan informasi dan laporan tepat waktu kepada atasan atau pihak-pihak terkait terutama jika terjadi kelainan-kelainan atau kondisi-kondisi yang membahayakan keselamatan maupun kelancaran pengoperasian gondola, keselamatan di sekitar area kerja baik gedungnya, kendaraan maupun orang-orang yang kebetulan berada di sekitar area kerja. Selain itu juga melaporkan pekerjaan pembersihan dinding luar gedung.

3. Pihak yang menerima informasi atau laporan harus segera menanggapi secara cepat, tepat dan proporsional sesuai kapasitas/wewenangnya. 4. Saling mengingatkan dan bantu membantu antar operator gondola sangat

(54)

4.6.2. Konstribusi diberikan sesuai dengan kompetensi masing-masing anggota kelompok

Anggota kelompok yang akan memberi kontrubusi dalam pelaksanaan pengoperasian gondola, mulai dari tahap persiapan, pemeriksaan, pelaksanaan dan pengakhiran pekerjaan harus sesuai dengan kompetensinya. Operator gondola yang memberi kontribusi untuk menyelesaikan problem/kerusakan namun tidak sesuai dengan kompetensinya justru akan dapat membahayakan pengoperasian gondola. Akan tetapi untuk kondisi-kondisi yang dapat membahayakan keselamatan, maka operator gondola atau anggota kelompok meskipun tidak sesuai kompetensinya tetap harus melaporkan pada atasan. Tentunya kompetensi anggota kelompok atau operator gondola dikaitkan dengan sistem yang ada pada gondola, seperti sistem elektrikal, mekanikal, struktur, sistem keselamatan gondola, dan lain-lain seperti yang tertuang dalam Standar Kompentensi Kerja Nasional Indonesia.

4.6.3. Memberikan kontribusi pada pengembangan peranan kelompok didasarkan pada pengertian bersama yang objektif dan kompetensi masing-masing.

Rujukan kompetensi adalah Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia. Anggota kelompok dan /atau operator gondola harus jujur dan terbuka serta obyektif akan kemampuan dan kompetensinya. Hal ini penting untuk meningkatkan kemampuan dan kompetensi anggota kelompok dan/atau operator gondola. Anggota kelompok atau operator gondola yang

(55)

lebih banyak dilakukan dengan cara komunikasi informal/tidak resmi. Namun untuk membantu koordinator dan operator gondola dalam menerapkan kerja sama di tempat kerja, maka dapat ditetapkan format pembagian tugas sebagai berikut.

SOP atau prosedur penerapan kerja sama di tempat kerja dikelompokkan sebagai berikut:

1. Kerja sama pra operasi (sebelum pengoperasian)

Kerja sama pra operasi ini dilakukan oleh para operator gondola yang dibagi menjadi koordinator dan anggota kelompok yang meliputi pekerjaan sebagai berikut:

a. Pengarahan dari koordinator kepada anggota kelompok mengenai tugas-tugas koordinator dan anggota kelompok

b. Mempersiapkan alat-alat danmaterial yang akan digunakan untuk melakukan pembersihan area dinding gedung

c. Mempersiapkan APD dan perlengkapan pengamanan gondola serta gondola berikut perlengkapan lainnya .

Koordinator dan anggota kelompok melaksanakan pekerjaan di atas secara bersama-sama.

2. Kerja sama persiapan

Setelah melakukan pekerjaan pra operasi selesai maka dilakukan persiapan-persiapan dengan tahapan sebagai berikut:

a. memeriksa kesehatan masing-masing (melakukan pemeriksaan mandiri terhadap kesehatan dan tingkat kelelahan / kondisi fisik masing-masing).

b. Melakukan pemeriksaan cuaca secara bersama-sama antara koordinator dan anggota kelompok, yaitu meliputi: kondisi cuaca, kecepatan angin, hujan atau panas. Pemeriksaan ini dilakukan tanpa menggunakan alat tapi ketajaman panca indera atau subyektif.

(56)

meliputi, Helm, sarung tangan, masker, sabuk pengaman dan sepatu, pemeriksaan ini dilakukan secara bersama-sama dengan cara bagi tugas

d. Melakukan pemeriksaan kondisi lingkungan atau lokasi kerja yaitu meliputi: lantai dasar, lantai atap dan dinding gedung. Pemeriksaan ini dilakukan secara bersamaan dengan cara bagi tugas

e. Melakukan pemeriksaan kondisi struktur gondola yang meliputi: dilakukan secara bersamaan dengan cara bagi tugas

f. Melakukan pemeriksaan kondis elektrikal meliputi: dilakukan secara bersamaan dengan cara bagi tugas

g. Melakukan pemeriksaan kondisi mekanikal meliputi: dilakukan secara bersamaan dengan cara bagi tugas

h. Melakukan pemeriksaan sistem safety meliputi: dilakukan secara bersamaan dengan cara bagi tugas

i. Koordinator dan kelompok bertemu mengkomunikasikan hasil pemeriksaan yang di lakukan oleh koordinator maupun kelompok kemudian membuat kesimpulan hasil pemeriksaan apakah gondola layak dioperasikan atau tidak. selanjutnya Hal ini dilaporkan kepada atasan. Apabila hasil pemeriksaan di simpulkan bahwa gondola tidak layak dioperasikan maka pengoperasian gondola tidak dilakukan. 3. Kerja sama saat pengoperasian

Apabila hasil pemeriksaan disimpulkan pengoperasian gondola dapat dilaksanakan maka dilakukan bagian tugas pada saat pengoperasian ini antara koordinator dan anggota kelompok yaitu sebagai berikut:

(57)

menggunakan APD. Hal ini dilakukan secara bersama-sama antara koordinator dan anggota kelompok.

c. Masing-masing baik koordinator maupun anggota kelompok

menyiapkan dan membawa alat komunikasi masing-masing, material dan perlengkapan untuk membersihkan gedung dimasukkan dalam keranjang gondola.

d. Masing-masing baik koordinator maupun kelompok mengenakan alat pelindung diri (APD)

e. Koordinator memberi komando agar anggota kelompok mulai menekan tombol untuk menggerakkan gondola ke atas, sementara koordinator memberi arahan.

f. Gondola digerakkan ke atas oleh anggota kelompok dengan dipandu oleh koordinator menuju ke lokasi yang dikehendaki.

g. Setelah sampai di lokasi dikehendaki, koordinator memberi instruksi pada koordinator agar menghentikan gondola pada lokasi tersebut. Kemudian anggota kelompok menekan tombol untuk menghentikan lokasi gondola.

h. Koordinator dan anggota kelompok mulai membersihkan dinding gedung yang telah ditentukan.

i. Apabila bidang dinding gedung yang dibersihkan telah selesai ,maka gondola diarahkan atau digerakkan ke lokasi yang lain (ke kanan, kiri dan, ke atas, bawah) sampai seluruh area /bidang gedung yang dikehendaki dibersihkan.

j. Bila seluruh bidang gedung yang dikehendaki telah selesai dibersihkan, maka gondola digerakkan dibawah.

k. Koordinator memberi instruksi pada anggota kelompok untuk

menekan tombol turun (down) sampai ke lantai dasar.

l. Setelah sampai lantai dasar, maka koordinator dan anggota kelompok mulai melepas APD dan menurunkan sisa material serta peralatan kebersihan dari keranjang gondola.

4. Kerja sama saat pasca pengoperasian

a. Koordinator dan anggota kelompok secara bersama-sama melepas blockstop, melepas kabel power dari gondola dan dari gedung

Gambar

Gambar 4.1. Struktur Organisasi ‘Matriks’
Gambar 4.4. Struktur Organisasi ‘Memusat’
Tabel 4.1. Daftar simak (checklist) peran dan tanggung jawab  definitive anggota dalam kelompok kerja.
Gambar 4.5: Alat Komunikasi HT dan HP
+4

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian terhadap tingkat kesukaan donat ubi jalar yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa perlakuan penambahan surimi lele dumbo pada donat ubi

Nomor (12) : Diisi dengan alamat Wajib Pajak dalam hal yang menandatangani surat permohonan perpanjangan jangka waktu pelunasan pembayaran pajak bagi Wajib Pajak

Disaat perusahaan sudah tidak mampu menjalankan roda kegiatannya maka kewajiban pihak manajemen untuk mencari solusi.Salah satu solusi yang bisa diambil oleh pihak

Dalam pembuatan Aplikasi Kamus Bahasa Banjar software yang akan digunakan untuk peng-editan gambar menggunakan Adobe Photoshop CS3. Sedangkan code program

Gambar memperlihatkan banyak reseptor asetilkolin yang sangat kecil dalam mebran serabut otot ini merupakan kanal ion bergerbang asetilkolin, dan kanal ion

Tabel 4. QSPM Matrix PT.. Hasil analisis QSPM Matrix, maka urutan peringkat untuk ke-empat alternatif strategi yang tersedia adalah berikut: 1) Strategi pengembangan produk

Interaksi antara pemberian dosis pupuk kandang kambing dan interval waktu aplikasi pupuk cair super bionik tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman selada,

Pakan fermentasi merupakan salah satu teknologi sederhana untuk mengolah dan mengawetkan rumput tersbeut, dengan adanya pengolahan pakan berupa fermentasi, peternak