• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENDAHULUAN HEMICOLECTOMY DI BAGIAN INSTALASI BEDAH PUSAT/COT RSUP. DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PENDAHULUAN HEMICOLECTOMY DI BAGIAN INSTALASI BEDAH PUSAT/COT RSUP. DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN

HEMICOLECTOMY

DI BAGIAN INSTALASI BEDAH PUSAT/COT

RSUP. DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

Muh. Adi Fitrah

C12108279

CI Institusi

CI Lahan

(____________________)

(____________________)

PROFESI KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

(2)

KONSEP MEDIS

A. Anatomi dan fisiologi colon

Sistem pencernaan merupakan salah satu sistim yang ada di tubuh kita untuk mengolah bahan makanan yang masuk ke tubuh kita menjadi zat yang dapat diserap ke dalam peredaran darah, sedangkan sisa atau ampas yang dihasilkan dari proses pencernaan akan disingkirkan atau dikeluarkan melalui feses.

Sistem pencernaan terdiri atas suatu saluran panjang yaitu saluran cerna di mulai dari mulut sampai anus, dan kelenjar-kelenjar yang berhubungan seperti kelenjar liur, hati dan pancreas, yang letaknya di luar saluran tetapi menghasilkan sekret melalui sistim duktus masuk ke dalam saluran tersebut.

Colon atau usus besar merupakan salah satu traktus/saluran pencernaan. Tunika mukosa bagian usus besar dilapisi oleh epitel selapis silindris dengan sel goblet. Pada permukaannya tidak mempunyai vilus, hanya kriptus Lieberkuhn. Permukaan mukosa rata dan seragam tingginya yang menandakan bahwa usus besar tidak mempunyai vilus tetapi hanya kriptus Lieberkuhn. Pada lamina propia kadang ditemukan adanya noduli limfatisi, disamping itu juga terdapat lapisan otot polos (tunika muskularis mukosa). Tunika submukosa terdiri atas jaringan ikat longgar. Tunika

(3)

muskularisnya sama seperti lapisan usus lainnya terdiri atas lapisan sirkular dan longitudinal. Tunika adventisia atau serosanya terdiri atas jaringan ikat jarang.

Bahan makanan masuk ke dalam usus besar dalam keadaan setengah cair yang kemudian diubah menjadi setengah padat yang merupakan konsistensi feses. Fungsi usus besar :

1. Absorpsi cairan

2. Sekresi mukus yang berfungsi sebagai pelumas feses yang telah diabsorpsi cairannya agar tidak merusak mukosa.

3. Tempat pembusukan sisa makanan oleh bakteri normal usus besar.

B. Defenisi

Hemicolectomy adalah suatu tindakan pembedahan dengan mengangkat sebagian dari kolon beserta pembuluh darah dan saluran limfe.

(4)
(5)

Terdapat beberapa tipe dari hemikolektomi, antara lain : 1. Hemikolektomi kanan

Hemikolektomi kanan dilakukan untuk mengangkat suatu tumor atau penyakit pada kolon kanan. Dilakukan pada kasus tumor bersifat kuratif dengan melakukan reseksi pada kasus karsinoma sekum, kolon asenden. Pembuluh darah ileokolika, kolika kanan dan cabang kanan pembuluh darah kolika media diligasi dan dipotong. Sepanjang 10 cm ileum terminal juga harus direseksi, yang selanjutnya dibuat anastomosis antara ileum dan kolon transversum.

2. Hemikolektomi Kanan Diperluas

Hemikolektomi kanan diperluas (Extended Right Colectomy) dapat dilakukan untuk mengangkat tumor pada fleksura hepatika atau proksimal kolon transversum. Standar hemikolektomi kanan diperluas adalah dengan mengikut sertakan pemotongan pembuluh darah kolika media. Kolon kanan dan proksimal kolon transversum direseksi dilanjutkan anastomosis primer antara ileum dan bagian distal kolon transversum. Jika supply darah diragukan, reseksi diperluas sampai fleksura lienalis dan selanjutnya membuat anstomosis ileum dengan kolon desenden.

3. Kolektomi Transversum

Suatu tumor pada pertengahan kolon transversum dapat direseksi dengan melakukan ligasi pada pembuluh darah kolika media sekaligus mengangkat seluruh kolon transversum yang diikuti membuat anastomosis kolon asenden dengan kolon desenden. Bagaimanapun, suatu kolektomi kanan diperluas dengan anastomosis antara ileum terminal dengan kolon desenden merupakan anastomosis yang aman dengan menghasilkan fungsi yang baik.

(6)

4. Hemikolektomi kiri

Suatu tumor pada kolon transversum bagian distal , fleksura lienalis , atau kolon descenden direncanakan untuk dilakukan hemikolektomi kiri. Cabang kiri dari pembuluh darah kolika media, kolika kiri dan cabang pertama dari pembuluh darah sigmoid dilakukan ligasi dan dipotong. Selanjutnya dilakukan anastomosis kolo transversum dengan kolon sigmoid.

5. Hemikolektomi Kiri Diperluas

Digunakan untuk mengangkat tumor pada kolon transversum bagian distal. Pada operasi ini, dilakukan kolektomi kiri dengan perluasan ke bagian proksimal cabang kanan pembuluh darah kolika media.

6. Kolektomi Sigmoid

Tumor pada kolon sigmoid dengan melakukan ligasi dan pemotongan cabang sigmoid dari arteri mesenterika inferior. Umumnya, kolon sigmoid dilakukan reseksi setinggi refleksi peritoneum dilanjutkan anastomosis antara kolon desenden dan rektum bagian proksimal. Untuk menghindari tension pada anastomosis maka perlu dilakukan pembebasan fleksura lienalis.

7. Kolektomi Total atau Sub total

Dilakukan pada pasien dengan kolitis fulminan termasuk familial adenomatous polyposis atau karsinoma kolon yang sinkronus. Sesuai prosedur, pembuluh darah ileokolika, pembuluh darah kolika dekstra, kolika media, kolika sinistra dilakukan ligasi dan dipotong. Selanjutnya ileum terminal sampai sigmoid direseksi. Anastomosis ileo-rektal.

C. Indikasi operasi

Hemicolectomy dapat dilakukan pada beberapa kondisi seperti :

 Keganasan pada sekum, kolon asenden, fleksura hepatika dan kolon tranversum kanan.

 Keganasan pada kolon transversum kiri, fleksura lienalis, kolon desenden.  Poliposis kolon. 

Trauma kolon.

D. Prosedur operasi 1. Persiapan alat a. Scaple handle b. Scaple blade

(7)

c. Forceps (pinset) d. Clamps

e. Hemostatic f. Hak gigi/kulit.

g. Suture needle (jarum)

h. Gunting jaringan dan benang

i. Benang absorbable dan non absorbable j. Kasa steril

2. Persiapan klien

a. Imformed concent

b. Klien dipuasakan dan dilakukan klisma c. Mencukur rambut pada daerah pubis

d. Melepaskan perhiasan dan lain-lain (gigi palsu) e. Memakai pakaian operasi

f. Persiapan obat-obatan yang diperlukan 3. Teknik operasi

a. Setelah penderita diberi narkose dengan endotrakeal, posisi telentang.

b. Dilakukan desinfeksi lapangan pembedahan dengan larutan antiseptik, kemudian dipersempit dengan linen steril.

c. Dibuat insisi midline, diperdalam memotong linea alba sampai tampak peritoneum dan peritoneum dibuka secara tajam.

d. Lesi pada kolon kanan diinspeksi dan dipalpasi untuk menilai dapat tidaknya dilakukan pengangkatan tumor (menentukan resektabilitas). Jika lesi diprediksi ganas, palpasi pada kelenjar mesokolon dan hepar untuk melihat metastase (menentukan stadium).

e. Dengan menggunakan kasa lebar, usus kecil dialihkan kebagian kiri agar ekspose dari kolon asenden tampak jelas.

f. Suatu insisi dibuat pada refleksi peritoneum yang menutupi dinding lateral kolon asenden dimulai dari batas sekum sampai dengan daerah pada fleksura hepatika. Batas daerah bebas tumor harus diperhatikan. Saat masuk ke fleksura hepatika, pastikan bahwa bagian kolon kanan dapat dibebaskan termasuk ligamentum hepatokolika yang mengandung pembuluh darah dapat dipotong dan diligasi.

g. Angkat kolon kanan ke arah kiri untuk memastikan bahwa tidak ada cedera pada ureter kanan dan vasa spermatika. Juga diperhatikan puncak dari kolon asenden sampai batas fleksura hepatika akan terjadinya cedera dari duodenum.

h. Selanjutnya identifikasi dari a. kolika media sampai sepanjang cabang kanan yang akan dilakukan transeksi. Lakukan klem pada mesokolon daerah transeksi dan dipotong. Cabang kanan dari a. kolika media diligasi ganda dan dipotong, begitu pula a. kolika dekstra dan a. ileokolika.

(8)

i. Ileum terminal dipreparasi untuk dilakukan reseksi bersama sekum dan apendiks. Selanjutnya dilakukan reseksi ileum terminal dan sebagian kolon transversum dan dilanjutkan anastomosis ileo-transversotomi end to end. Segmen kolon dan kelenjar getah bening pada mesokolon yang diangkat sebagai dalam satu kesatuan diperiksakan patologi anatomi.

j. Perdarahan yang masih ada dirawat, kemudian luka pembedahan ditutup lapis demi lapis.

k. Tindakan yang sama diperlakukan pada hemikolektomi kiri, dimana reseksi kolon dilakukan pada kolon transversum kiri dan kolon desenden dan dilakukan kolotransverso-sigmoidostomi end to end. E. Komplikasi operasi

Komplikasi yang dapat timbul pada prosedur hemikolektomi antara lain :  Perdarahan

 Kebocoran dari anastomosis yang dapat menimbulkan peritonitis dan sepsis

 Fistel

 Cedera ureter

 Cedera vasa spermatika ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian

Berdasarkan klasifikasi Doenges et.al (2000) data dasar pengkajian adalah sebagai berikut :

1) Aktivitas/istirahat

Gejala : Kelemahan dan/atau keletihan, perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur malam hari, keterbatasan partisipasi dalam hobi, tingkat stress tinggi.

2) Sirkulasi

Gejala : Palpitasi, nyeri dada pada pengerahan kerja. Tanda : Perubahan pada TD.

3) Integritas ego

Gejala: Masalah tentang perubahan dalam penampilan, menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, kehilangan kontrol, depresi.

(9)

Gejala: Perubahan pada pola BAB, perubahan eliminasi urinarius. Tanda : Perubahan pada usus, distensi abdomen.

5) Makanan/cairan

Gejala: Kebiasaan diet buruk, anoreksia, mual atau muntah, intoleransi makanan, perubahan pada berat badan, berkurangnya massa otot. Tanda : Perubahan pada kelembaban atau turgor kulit.

6) Neurosensori

Gejala : Pusing, sinkope. 7) Nyeri/kenyamanan

Gejala : Tidak ada nyeri atau derajat bervariasi. 8) Pernapasan

Gejala : Merokok, pemajanan asbes. 9) Keamanan

Gejala: Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari lama.

Tanda : Demam, ruam kulit, ulserasi. 10) Seksualitas

Gejala : Masalah seksual, pasangan seks multipel, aktivitas seksual dini.

11) Interaksi sosial

Gejala: Ketidakadekuatan atau kelemahan sistem pendukung masalah tentang fungsi atau tanggung jawab peran dan riwayat perkawinan.

12) Penyuluhan/pembelajaran

Gejala : Riwayat kanker pada keluarga, penyakit metastatik, riwayat pengobatan.

B. Diagnosa dan intervensi

1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat pembedahan.

Tujuan : Nyeri berkurang sampai dengan hilang, klien tampak tenang.

INTERVENSI RASIONAL

1.Pantau tekanan darah, nadi dan pernapasan setiap 4 jam.

2.Kaji intensitas nyeri. Informasikan ke dokter jika nyeri diberikan

1. Untuk mengenal indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan. 2. Ini merupakan indikasi bahwa

(10)

sampai pemberian obat respon terhadap analgetik yang bertambah buruk atau tidak ada selanjutnya.

3.Bantu pasien untuk mengambil posisi yang nyaman. Tinggikan ekstremitas yang terasa sakit.

Tekuk lutut dengan

menggunakan bantal atau penyokong lutut ditempat tidur untuk menurunkan ketegangan otot-otot perut setelahtindakan bedah atau bila ada nyeri dipunggung.

4.Ajarkan pasien teknis napas dalam berirama untuk nyeri yang ringan sampai sedang dalam hubungannya deengan nyeri yang lain meringankan intervensi : Instrusikan pasien untuk memelihara kontak mata pada suatu objek sambil menarik napas perlahan melalui mulut dan mengeluarkan napas melalui bibir yang dikerutkan. 5.Berikan istirahat sampai nyeri

hilang. Kurangi kebisingan dan sinar yang terang. Jaga kehangatan pasien dengan selimut ekstra.

perlu analgetik yang lebih keras atau mulai ada komplikasi.

3. Tempatkan tubuh pada posisi

yang nyaman untuk

mengurangi penekanan dan mencegah otot-otot tegang membantu menurunkan rasa tidak nyaman.

4. Distraksi mengganggu stimulus nyeri dengan mengurangi rasa nyeri. Distraksi tidak mengubah intensitas nyeri. Paling baik digunakan untuk periode pendek pada nyeri ringan sampai sedang.

5. Istirahat menurunkan

pengeluaran energi.

Vasokontriksi perifer terjadi pada nyeri hebat dan menyebabkan pasien merasa dingin. Biasanya rangsangan lingkungan yang kuat, memperhebat persepsi nyeri.

(11)

2. Kurang perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik sekunder terhadap pembedahan

Tujuan : Perawatan diri terpenuhi dan klien dapat memenuhi kebutuhan aktifitas.

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji kemampuan darin tingkat kekurangan untuk melakukan aktivitas sehari-hari

2. Hindari melakukan sesuatu untuk klien yang dapat dilakukan klien sendiri, tetapi berikan bantuan sesuai kebutuhan

3. Pertahankan dukungan, sikap yang tegas. Berikan klien waktu yang cukup untuk mengerjakan tugasnya

4. Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang

dilakukan untuk

keberhasilannya. 3

1. Membantu dalam

mengantisipasi/merencanakan pemenuhan kebutuhan secara individual.

2. Klien mungkin menjadi sangat tergantung dan meskipun bantuan yang diberikan bermanfaat dalam mencegah frustasi. Ada pentingnya bagi klien untuk melakukan sebanyak mungkin untuk diri sendiri untuk mempertahankan harga diri dan meningkatkan pemulihan.

3. Klien akan memerlikan empati tetapi perlu untuk mengetahui pemberi asuhan keperawatan yang akan membantu klien secara konsisten.

4. Meningkatkan perasaan makna diri, meningkatkan kemandirian, dan mendorong klien untuk berusaha secara kontinu.

3. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pembedahan

Tujuan : Risiko tinggi terhadap infeksi tidak terjadi, suhu tubuh normal 370C, dan tanda-tanda infeksi tidak terjadi.

(12)

INTERVENSI RASIONAL 1. Pantau suhu badan setiap 4

jam, Keadaan luka ketika melakukan perawatan luka Hasil laboratorium terutama jumlah leukosit.

2. Tetap pada fasilitas kontrol infeksi, sterilisasi dan prosedur/kebijakan aseptik. 3. Identifikasi gangguan pada

teknik aseptik dan atasi dengan segera pada waktu terjadi. 4. Sediakan pembalut yang steril. 5. Kolaborasi pemberikan

antibiotik sesuai petunjuk

1. Untuk mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan. 2. Tetapkan mekanisme yang

dirancang untuk untuk mencegah infeksi.

3. Kontaminasi dengan

lungkungan/ kontak personal akan menyebabkan daerah yang steril menjadi tidak steril sehingga dapat meningkatkan risiko infeksi.

4. Mencegah kontaminasi lingkungan pada luka yang baru.

5. Dapat diberikan secara profilaksis bila dicurigai terjadinya infeksi atau kontaminasi.

3. Tujuan pemulangan

1.

Pemasukan nutrisi adekuat untuk kebutuhan individu.

2.

Komplikasi dicegah/minimal.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Doenges at. al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, Jakarta : EGC.

Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, Jakarta : EGC.

Brunner & Suddarth (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Jakarta : EGC.

Familial adematosus polyposis, diakses pada tanggal 28 Mei 2012. (http://www.hopkins-gi.org/GDL_Disease )

Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan, diakses pada tanggal 28 Mei 2012.

Referensi

Dokumen terkait

Penetrasi dan perubahan temperatur lebih terkonsentrasi pada jaringan otot sebab jaringan otot lebih banyak mengandung cairan/darah Jenis terapi yang efektif untuk kondisi

baumannii banyak ditemukan sebagai bakteri penyebab infeksi nosokomial pada saluran kemih, infeksi luka operasi, infeksi pembuluh darah, Ventilator-Associated

Bentuk pengendalian sebelum kejadian tertusuk jarum suntik ada lima (berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 66 Tahun 2016 Tentang K3 Rumah Sakit), namun hasil

Berdasarkan tabel 5.5 karakteristik Elektrokardiogram segmen ST pada pasien IMA, menunjukkan bahwa dari 12 responden yang diteliti dalam penelitian ini pada lead I

Kemampuan utama yang diperlukan oleh perawat dalam proses pengkajian yaitu dapat melakukan pemeriksaan fisik secara tepat, sistematis dan sesuai prosedur untuk

Simpulan akhir dari penelitian ini adalah anak dengan penyakit kanker darah (talasemia) ternyata memiliki prevalensi karies yang tinggi yaitu sebesar 57,1 % dengan status karies

Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo memberikan pelayanan medis khusus kebidanan dan ginekologi. Dalam melaksanakan kegiatan pelayanan medis tersebut pihak

Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengantugor kulit yan kurang baik dan asites 1 tujuan: setelah dilakukan tindakan kepera$atan dalam $aktu -69 jam dinas