• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSEDUR PENETAPAN PENGADA DAN ATAU PENGEDAR BENIH DAN ATAU BIBIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROSEDUR PENETAPAN PENGADA DAN ATAU PENGEDAR BENIH DAN ATAU BIBIT"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PROSEDUR

PENETAPAN

PENGADA DAN ATAU PENGEDAR

BENIH DAN ATAU BIBIT

DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

BALAI PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN KEHUTANAN

2017

(2)

KATA PENGANTAR

Standar Operasional Prosedur (SOP) Penetapan Pengada/Pengedar Benih dan atau Bibit di susun dalam rangka tertib kegiatan sehingga diperoleh hasil yang efektif dan efesien. SOP akan mempermudah penyelesaian suatu kegiatan sehingga tertib secara administrasi dan teknis.

SOP disusun dengan mengacu kepada peraturan yang berlaku yang berisi urutan pekerjaan yang harus dilakukan dari awal sampai dengan akhir. Kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan dapat diminimalisir dengan memperhatikan dan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan. SOP juga bisa menjadi bagian dari pengawasan kegiatan. Mengingat tupoksi dan kewenangan yang diberikan berdasarkan Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten berwenang untuk menerbitkan SK Penetapan Pengada/Pengedar Benih dan atau Bibit berdasarkan rekomendasi dari BPDASHL terdekat atau BPTH Wilayah I Pelembang yang diawali dengan verifikasi oleh Balai Perbenihan dan Proteksi Tanaman Kehutanan Provinsi Banten.

Semoga pelayanan kepada masyarakat dapat lebih baik lagi dengan disusunnya SOP ini.

Serang, Februari 2017

KEPALA DINAS

LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN PROVINSI BANTEN

Ir. H. M. HUSNI HASAN, CES Pembina Utama Madya NIP. 19621222 199003 1 004

(3)

PROSEDUR PENETAPAN PENGADA BENIH DAN PENGEDAR BENIH DAN/ATAU BIBIT TANAMAN HUTAN TERDAFTAR

A. Pengada Benih dan Pengedar Benih dan/atau Bibit Terdaftar

1. Pengada Benih dan pengedar benih dan/atau bibit terdaftar adalah perorangan, BUMN, BUMD, BUMS dan koperasi yang bergerak di bidang usaha benih atau bibit tanaman hutan yang memenuhi persyaratan dan ditetapkan oleh Dinas Provinsi atas rekomendasi Balai Perbenihan Tanaman Hutan Wilayah I Palembang atau BPDASHL terdekat.

2. Pengada Benih dan pengedar benih dan/atau bibit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:

a. pengada dan/atau pengedar benih; b. pengedar bibit;

c. pengada dan/atau pengedar benih dan bibit.

B. Pejabat yang Berwenang Menetapkan

1. Pengada benih dan pengedar benih dan/atau bibit terdaftar ditetapkan oleh Kepala Dinas Provinsi setempat di mana terletak pusat kegiatan perbenihan dan/atau pembibitan yang dimiliki oleh pengada dan/atau pengedar benih dan/atau bibit tanaman hutan.

2. Penetapan pengada benih dan pengedar benih dan/atau bibit terdaftar dilaksanakan berdasarkan rekomendasi teknis dari Kepala Balai Perbenihan Tanaman Hutan Wilayah I Palembang atau BPDASHL terdekat.

C. Persyaratan Pengada Benih dan Pengedar Benih dan/atau Bibit Terdaftar

1. Pengada Benih dan pengedar benih terdaftar.

a. Pengada Benih dan pengedar benih terdaftar harus memenuhi persyaratan administrasi dan teknis.

b. Persyaratan administrasi terdiri dari:

1) Perorangan

 Keterangan domisili;

 Keterangan lokasi pusat kegiatan perbenihan dari Kepala Desa/Lurah dan diketahui

oleh notaris;

 Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

2) Badan usaha (BUMN, BUMS dan Koperasi)

 Akte pendirian;

 Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP);

 Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

(4)

 Keterangan lokasi pusat kegiatan perbenihan dari Kepala Desa/Lurah dan diketahui oleh notaris.

c. Persyaratan teknis terdiri atas:

1) Memiliki atau mengelola atau memanfaatkan sumber benih bersertifikat;

2) Memiliki sarana dan prasarana perbenihan lengkap sekurangkurangnya terdiri dari

alat pengunduhan, alat ekstraksi benih, fasilitas/alat penjemuran dan penyimpanan benih dalam jumlah yang memadai;

3) Memiliki tenaga ahli atau terampil di bidang perbenihan;

4) Memiliki stok benih yang bersertifikat;

5) Memiliki surat penunjukan dari pengelola sumber benih bersertifikat sebagai

distributor.

2. Pengedar Bibit Terdaftar

a. Pengedar bibit terdaftar harus memenuhi persyaratan administrasi dan teknis. b. Persyaratan administrasi terdiri dari:

1) Perorangan

 Keterangan domisili;

 Keterangan lokasi pusat kegiatan pembibitan dari Kepala Desa/Lurah dan diketahui

oleh notaris;

 Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

2) Badan usaha (BUMN, BUMS dan Koperasi)

 Akte pendirian;

 Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP);

 Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

 Keterangan domisili;

 Keterangan lokasi pusat kegiatan pembibitan dari Kepala Desa/Lurah dan diketahui

oleh notaris

c. Persyaratan teknis terdiri atas:

1) Memiliki atau mengelola atau memanfaatkan sumber benih bersertifikat;

2) Memiliki sarana dan prasarana pembibitan sekurang-kurangnya terdiri dari fasilitas penyimpanan benih, fasilitas penaburan benih, pertumbuhan stek, penyapihan, pembesaran bibit (ruang terbuka dan tertutup) dan fasilitas pengangkutan bibit dalam jumlah yang memadai lengkap;

3) Memiliki tenaga ahli atau terampil di bidang pembibitan; 4) Memiliki stok bibit yang bersertifikat;

(5)

5) Terdapat aktifitas pembuatan bibit

3. Pengada dan/atau pengedar benih dan bibit terdaftar.

a. Pengada dan/atau pengedar benih dan bibit terdaftar harus memenuhi persyaratan administrasi dan teknis.

b. Persyaratan administrasi terdiri dari: 1) Perorangan.

 Keterangan domisili;

 Keterangan lokasi pusat kegiatan perbenihan dan pembibitan dari Kepala

Desa/Lurah dan diketahui oleh notaris;

 Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

2) Badan usaha (BUMN, BUMS dan Koperasi).

 Akte pendirian;

 Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP);

 Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

 Keterangan domisili;

 Keterangan lokasi pusat kegiatan perbenihan dan pembibitan dari Kepala

Desa/Lurah dan diketahui oleh notaris. c. Persyaratan teknis terdiri dari:

1) Memiliki atau mengelola atau memanfaatkan sumber benih bersertifikat; 2) Memiliki sarana dan prasarana perbenihan dan pembibitan lengkap; 3) Memiliki tenaga ahli atau terampil di bidang perbenihan dan pembibitan; 4) Memiliki stok benih dan bibit yang bersertifikat;

5) Terdapat aktifitas pembuatan bibit;

6) Surat penunjukan dari pengada benih dan/atau bibit sebagai distributor

D. Prosedur Penetapan Menjadi Pengada Benih dan Pengedar Benih dan/atau Bibit Terdaftar.

1. Calon pengada dan/atau pengedar mengajukan permohonan yang dilengkapi dengan

dokumen administrasi dan teknis kepada Kepala Dinas Provinsi setempat dengan tembusan kepada Kepala Balai Perbenihan dan Proteksi Tanaman Kehutanan Provinsi Banten serta BPDASHL / BPTH Wilayah I Palembang.

2. Berdasarkan permohonan tersebut, Kepala Dinas Provinsi melakukan penilaian atas

persyaratan administrasi dan kesiapan perusahaan yang bersangkutan melalui Balai Perbenihan dan Proteksi Tanaman Kehutanan Provinsi Banten dan selanjutnya

(6)

menyampaikan surat permintaan rekomendasi teknis kepada Kepala BPDASHL setempat atau BPTH Wilayah I Palembang.

3. Berdasarkan hasil dari rekomendasi teknis yang diberikan oleh Kepala BPDASHL atau BPTH

Wilayah I Palembang, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten memutuskan menerima atau menolak penetapan sebagai pengada benih dan pengedar benih dan/atau bibit tanaman hutan terdaftar.

4. Penetapan oleh Kepala Dinas Provinsi dibuat dengan format sebagaimana diatur pada

Blanko 4.

5. Surat penetapan atau penolakan dari Kepala Dinas Provinsi, dikirimkan kepada Pemohon

dengan tembusan kepada Kepala BPDASHL terdekat dan atau BPTH Wilayah I Palembang.

6. Masa berlaku penetapan sebagai pengada benih dan pengedar benih dan/atau bibit

tanaman hutan terdaftar berlaku selama 2 (dua) tahun sejak diterbitkan penetapan, dan dapat diperpanjang langsung oleh Dinas tanpa rekomendasi Balai kecuali jika terdapat perubahan status perusahaan dan/atau pemindahan lokasi pusat kegiatan perbenihan dan/atau pembibitan.

E. Hak dan Kewajiban Pengada benih dan Pengedar Benih dan/atau bibit Terdaftar

1. Pengada benih dan pengedar benih dan/atau bibit tanaman hutan terdaftar berhak

mendapatkan pelayanan dalam hal menjadi pengada benih dan pengedar benih dan/atau bibit.

2. Pengada benih dan pengedar benih dan/atau bibit tanaman hutan terdaftar harus

melaksanakan tata usaha benih dan/atau bibit sebagaimana peraturan yang berlaku.

3. Penetapan pengada benih dan pengedar benih dan/atau bibit tanaman hutan terdaftar

dapat dicabut sewaktu-waktu apabila:

a. Pengada benih dan pengedar benih dan/atau bibit yang bersangkutan tidak memenuhi

kewajibannya dan melanggar peraturan dan perundangan yang berlaku; atau

b. Balai menyampaikan usulan pencabutan penetapan pengada benih dan pengedar benih

dan/atau bibit tanaman hutan terdaftar berdasarkan hasil evaluasi.

4. Apabila di kemudian hari pengada benih dan pengedar benih dan/atau bibit tanaman hutan

terdaftar memiliki pembibitan/pembenihan di lokasi baru maka wajib melaporkannya kepada Dinas Provinsi.

(7)

1.

Prosedur Penerbitan Surat Rekomendasi

No. Tahap Kegiatan

Unit Penyelesaian Waktu Penyelesaian ( hari) Pe m oh on Ke pa la D in as Lin gk un ga n H id up d an Ke hu ta na n Ke pa la B ala i Pe rb en ih an d an Pr ot ek si Ta na m an Ke hu ta na n da n Pe rk eb un an Ke pa la S ub Ba g Ta ta U as ah a Ke pa la S ek si Pr od uk si da n Se rtif ik as i B en ih BP D SA H L at au BP TH Wil I Pa le m ba ng 1.

Pemohon mengajukan permohonan penetapan sebagai pengada/pengedar benih dan atau bibit kepada Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Kepala Dinas permohonan tersebut kepada Kepala Balai Perbenihan dan Proteksi Tanaman Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Banten (BPPTKP)

--

1

2.

Atas dasar permohonan tersebut, Kepala BPPTKP mendisposisikan kepada Kepala Seksi Produksi dan Sertifikasi Benih untuk meverifikasi kelengkapan berkas dan membuat Surat Permohonan Penilaian Calon Pengada/Pengedar kepada BPDASHL terdekat atau BPTH Wilayah I Palembang.

2

3.

Kepala BPPTKP menandatangani Surat

Permohonan kepada BPDASHL atau BPTH apabila berkas dinyatakan lengkap atau surat untuk melengkapi berkas kepada pemohon apabila berkas tidak lengkap. Kepala Sub Bagian Tata Usaha akan memberikan penomoran surat dan menyampaikan Surat kepada tujuannya.

1

4.

Kepala BPTKP Provinsi Banten akan menelaah dan mengajukan hasil telaahnya kepada Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan atas rekomendasi yang diberikan oleh BPDASHL atau BPTH berdasarkan pemeriksaan lapangan yang dilakukannya

1

6.

Kepala BPPTKP membuat draft SK Penetapan berdasarkan hasil rekomendasi BPDASHL atau

BPTH Wil I Palembang

1

7.

Kepala Sub Bagian Tata Usaha Kepala Dinas dan Kepala Seksi Produksi dan Sertifikasi Benih untuk diarsipkan dengan tembusan kepada Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Banten.

Referensi

Dokumen terkait

Jawaban : kalo dalam iklan sepertinya pekerja pribumi dengan pemilik perusahaan yang memang etnis tionghoa sangat rukun padahal realitasnya di masyarakat ada

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka yang akan menjadi pokok permasalahan dalam penelitian adalah bagaimana peran koperasi simpan pinjam

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata tekanan intracuff pada kelompok saline normal lebih rendah dibandingkan dengan kelompok media udara dimana rerata

217 dikelas adalah: (1) Guru melaksana- kan apersepsi, untuk mengetahui kondisi kesiapan siswa, (2) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dengan menggunakan media

Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Kim (2016) pada kasus CP spastik yang diberikan Neuro Developmental Treatment dengan melatih Gross Motor berdiri

Ren"ana kegiatan harus da$at di"a$ai dengan biaya yang #asuk akal' 7ni berarti  bahwa ren"ana tersebut harus sederhana teta$i e(ekti(& tidak harus

Akibat letak tambang yang tidak memiliki akses lintasan kereta api, perusahaan menggunanakan moda angkutan truk untuk pengangkutan batubara dari Lahat menuju

This indicated that the alternative hypothesis stating that the eighth graders of SMPN 3 Palangka Raya taught using Cartoon movie have better score in students’ ability i