• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANGKA KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR 7-12 TAHUN DI KELURAHAN KENJERAN SURABAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANGKA KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR 7-12 TAHUN DI KELURAHAN KENJERAN SURABAYA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANGKA KEJADIAN

KARIES GIGI PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR 7-12 TAHUN DI

KELURAHAN KENJERAN SURABAYA

1Izzah Qomarul Haq S, 2Destri Susilaningrum dan 3M. Sjahid Akbar Jurusan Statistika, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Jalan Arief Rahman Hakin, Surabaya 60111

E-mail : izah_2212@yahoo.com,destri_s@statistika.its.ac.id,m_syahid_a@statistika.its.ac.id Abstrak Karies gigi merupakan salah satu penyakit pada

mulut yang sering dialami sebagian besar orang terutama di kalangan anak usia sekolah dasar 7-12 tahun. Karena pada usia ini merupakan fase pergantian gigi susu ke gigi permanen. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan angka kejadian karies gigi pada anak usia sekolah dasar, karakteristik social ekonomi keluarga nelayan serta menganalisis factor-faktor apa saja yang mempengaruhi angka kejadian karies gigi pada anak sekolah dasar di kelurahan Kenjeran Surabaya. Sampel yang digunakan adalah keluarga nelayan yang memiliki anak usia sekolah dasar 7-12 tahun di kelurahan Kenjeran dengan 𝛂𝛂=𝟓𝟓% didapatkan responden 68 keluarga. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa anak sekolah dasar paling banyak menderita karies tinggi dengan rata-rata usia 8 tahun dan berjenis kelamin perempuan. Faktor-faktor yang mempengaruhi karies gigi yaitu waktu menyikat gigi, teknik menyikat gigi, intensitas makan makanan manis, dan waktu makan makanan manis. Peluang anak beresiko karies tinggi sebesar 0,877, peluang anak beresiko karies sedang sebesar 0,018, dan peluang anak beresiko karies rendah 0,015.

Kata kunci : Karies gigi, keadaan social ekonomi keluarga nelayan, regresi logistic ordinal

I.

PENDAHULUAN

sehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang perlu mendapat perhatian serius. Laporan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) menyatakan prevalensi karies gigi (gigi berlubang) dan radang gusi pada masyarakat adalah 90,05 dan sekitar 85% merupakan anak usia sekolah dasar yang mengalama gigi berlubang (karies) [1]. Center Disease Control and Prevention (CDC) tahun 2005 menyebutkan bahwa prevalensi karies gigi yang tinggi pada anak-anak, yaitu 27% pada anak usia pra-sekolah dan 43% pada anak usia sekolah. Hal ini disebabkan, pada geligi usia tersebut mengalami fase pergantian gigi, dari gigi sulung ke fase gigi pergantian [2].

Surabaya merupakan salah satu kota dengan jumlah penduduk sebanyak 3.107.609 jiwa [3]. Menurut letak geografisnya, batas kota Surabaya sebelah timur dibatasi oleh Selat Madura. Nelayan merupakan mata pencaharian utama pada masyarakat yang berada di pesisir timur Surabaya. Kecamatan Bulak merupakan kecamatan yang memiliki jumlah rumah tangga nelayan yang paling banyak yaitu 1136 rumah tangga dibandingkan dengan kecamatan yang lain seperti kecamatan Gunung Anyar, Rungkut, Sukolilo, Mulyorejo, dan Kenjeran.

Pola pekerjaan sebagai nelayan membatasi aktivitas ke sektor pekerjaan lain yang pada akhirnya mempengaruhi kehidupan sosial ekonomi keluarga nelayan seperti pendapatan dan pengeluaran rumah tangganya baik pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari maupun kesehatannya. Oleh karena itulah, masyarakat nelayan

memiliki tingkat sosial ekonomi yang rendah. Usaha yang berskala kecil, sederhana dan tradisional lebih banyak mengarah pada aspek sosial budaya dibandingkan dengan aspek ekonominya.

Dewasa ini, karies gigi telah menjadi epidemik sejak terjadinya perubahan pola makan yang dikonsumsi setiap orang. Beberapa faktor yang dikemukakan erat hubungannya dengan terjadinya karies gigi, antara lain usia, jenis kelamin, kultur sosial ekonomi, perilaku berobat, pengetahuan, serta sikap terhadap kesehatan gigi. Pada anak usia sekolah dasar, keadaan kesehatan gigi dan mulut masih sangat bergantung pada peran orang tuanya.

Pada tugas akhir ini, peneliti ingin meneliti tentang factor-faktor yang mempengaruhi angka kejadian karies gigi pada anak usia sekolah dasar 7-12 tahun di kelurahan Kenjeran Surabaya dengan menggunakan analisis regresi logistik ordinal dengan variabel respon yaitu angka kejadian karies gigi yang bersifat polikotomus dengan skala bertingkat (ordinal). Objek penelitian yang akan dilakukan yaitu di wilayah kelurahan Kenjeran dengan jumlah rumah tangga nelayan sebanyak 68 rumah tangga.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Statistika Deskriptif

Statistika deskriptif adalah metode-metode yang berkai-tan dengan pengumpulan dan penyajian data sehingga dapat memberikan informasi yang berguna.

B. Regresi Logistik

Metode regresi merupakan suatu analisis data yang mendeskripsikan hubungan antara variabel respon dan satu atau lebih variabel predictor. Bentuk persamaan regresi logistic. k x k x e k x k x e x ββ ββ ββ π + + + + + + + = ... 1 1 0 1 ... 1 1 0 ) ( (1)

Transformasi logit dari persamaan (1).

k x k x x x x g β β β π π + + + = − =

... 1 1 0 ) ( 1 ) ( ln ) ( (2) Pentingnya transformasi ini adalah bahwa g(x) memiliki banyak sifat yang diinginkan dari sebuah model regresi linier. Fungsi logit, g(x), linier dalam parameternya, mungkin kontinyu, dan dapat berkisar dari -

ke

, bergantung pada kisaran x.

C. Regresi Logistik Ordinal

Regresi logistik ordinal merupakan salah satu metode statistika untuk menganalisis hubungan antara variabel respon yang mempunyai skala data ordinal dan variabel prediktor berupa data kategorik atau kontinyu [4]. Model

(2)

regresi logistic dengan p variable predictor yaitu x1, x2, …, xp adalah sebagai berikut.

p x p x x e p x p x x e x β β β β β β β β π + + + + + + + + + = ... 2 2 1 1 0 1 ... 2 2 1 1 0 ) ( (3) Transformasi logit dari

π

(

x

)

dilakukan dengan variable prediktor

x

=

(

x

1

,

x

2

,

...,

x

p

)

Tsehingga diperoleh model regresi logistik seperti pada persamaan (4).

p x p x x g(x) =β0112 2+...+β (4) Model kumulatif logit digunakan untuk model logistik dengan data respon ordinal [5]. Peluang kumulatif logit didefinisikan sebagai berikut [6].

(

)

(

)

= + + ∑ = + = = ≤ p k kxik r p k kxik r i x r Y P 1 0 exp 1 1 0 exp π(x) ) ( β β β β (5) Sehingga, kumulatif logit ditunjukkan pada persamaan (6).





≤ − ≤ = ≤ ) ( 1 ) ( ln ) ( x j Y P x j Y P x j Y LogitP

(6)

Persamaan (7) diperoleh dengan mensubstitusikan persamaan (5) dan (6).

(

)

(

)

(

)

(

)

∑ = + + ∑ = + − ∑ = + + ∑ = + = ≤ p k βkxik r β p k βkxik r β p k βkxik r β p k βkxik r β i x r Y LogitP 1 0 exp 1 1 0 exp 1 1 0 exp 1 1 0 exp ln ) ( ∑ = + = ≤ p k βkxik r β i x r Y LogitP 1 0 ) (

(7)

Dengan nilai βk untuk setiap k = 1, 2, …, p pada setiap model regresi logistic ordinal adalah sama.

Jika terdapat tiga kategori respon dimana r = 1, 2, 3 maka peluang kumulatif dari respon ke-r seperti pada persamaan (8).

(

)

(

)

= + + ∑ = + = ≤ p k βkxik β p k βkxik β i x Y P 1 01 exp 1 1 01 exp ) 1 ( (8)

(

)

(

)

= + + ∑ = + = ≤ p k βkxik β p k βkxik β i x Y P 1 02 exp 1 1 02 exp ) 2 ( (9) Berdasarkan kedua peluang kumulatif pada persamaan (8) dan (9), didapatkan peluang untuk masing-masing kategori respon sebagai berikut.

(

)

(

)

(

)

(

)

(

(

)

)

(

)

(

)

= + + ∑ = + − = = = ∑ = + + ∑ = + − ∑ = + + ∑ = + = = = ∑ = + + ∑ = + = = = p k βkxik β p k βkxik β x r Y P p k βkxik β p k βkxik β p k βkxik β p k βkxik β x r Y P p k βkxik β p k βkxik β x r Y P 1 02 exp 1 1 02 exp 1 ) ( 3 ) 3 ( 1 01 exp 1 1 01 exp 1 02 exp 1 1 02 exp ) ( 2 ) 2 ( 1 01 exp 1 1 01 exp ) ( 1 ) 1 ( π π π (10) Estimasi parameter model regresi logistic ordinal menggunakan Maximum Likelihood Estimator (MLE).

Model yang telah terbentuk perlu diuji kesignifikansiannya, yaitu dengan melakukan uji statistik untuk mengetahui adanya hubungan nyata atau tidak antara variabel-variabel prediktor dengan variabel respon. Pengujian parameter yang dilakukan adalah pengujian secara parsial dengan menggunakan uji Wald dan dilanjutkan secara serentak dengan menggunakan uji G2.

Setelah diketahui variable yang signifikan pada uji serentak, maka dapat dilanjutkan dengan uji kesesuaian model dengan menggunakan uji Deviance. Selanjutnya diinterpretasikan model yang terbaik dengan Odds Ratio. D. Karies Gigi

Karies berasal dari bahasa Latin yaitu caries yang artinya kebusukan. Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi yang mengenai email (lapisan luar gigi), dentin dan sementum. Kondisi gigi pada fase pertumbuhan gigi sulung dan gigi permanen akan mempengaruhi mikrostruktur kedua jenis gigi tersebut dan akan menentukan sifat gigi tersebut, mudah diserang atau tahan terhadap karies gigi. 1. Etiologi Karies Gigi

Karies gigi memiliki etiologi yang multifaktorial sehingga terjadi interaksi dari tiga faktor utama dan satu faktor tambahan : mikroorganisme, substrat, host (gigi dan saliva), dan waktu.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Karies Gigi Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi karies gigi. a) Perilaku Menyikat Gigi

Perilaku menyikat gigi meliputi rutin sikat gigi, frekuensi menyikat gigi, waktu menyikat gigi, teknik menyikat gigi dan jenis pasta gigi.

b) Perilaku Konsumsi Makanan Kariogenik

Perilaku mengkonsumsi makanan kariogenik dapat menyebabkan karies dapat dilihat dari intensitas konsumsi makanan kariogenik dan waktu konsumsi makanan kariogenik.

a) Perilaku Menjaga Kesehatan Gigi Dan Mulut

Adapun perilaku menjaga kesehatan gigi dan mulut yaitu dengan rutin ke dokter gigi 6 bulan sekali.

(3)

b) Perilaku Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut

Perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut dapat berupa tindakan saat ada keluhan gigi dan pernah mendapatkan perawatan gigi serta tempat mendapatkan perawatan.

3. Indeks Pengukuran Karies Gigi

Untuk gigi sulung karena kesulitan dalam membedakan apakah gigi dicabut karena karies atau karena tanggal alami, khususnya pada anak usia lebih dari 5 tahun, digunakan def-t dan df (decayed, filled) [7].

Def-t adalah jumlah gigi sulung yang mengalami karies dengan menghitung:

1. d (decayed) yaitu gigi sulung yang mengalami karies, dan jika sudah direstorasi ada karies.

2. e (indicated for extraction) yaitu terdapat karies yang besar pada gigi sulung dan diindikasikan untuk dilakukan pencabutan.

3.

f (filled) yaitu gigi sulung yang karies dan sudah direstorasi tanpa adanya karies sekunder.

Perhitungan nilai def-t untuk individu sebagai berikut. ∑def = d+e+f

Klasifikasi angka kejadian karies gigi (indeks def-t) menurut WHO, adalah sebagai berikut:

Tabel 1 Klasifikasi Tingkat Karies Gigi

Tingkat Nilai

Rendah ≤ 3

Sedang 3,1 – 5

Tinggi > 5

E. Keadaan Sosial Ekonomi Rumah Tangga Nelayan Sejak krisis ekonomi berdampak pada tingginya biaya operasional melaut dan diperparah hancurnya laut akibat rusaknya terumbu karang oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab membuat ikan yang diperoleh nelayan semakin sedikit. Sementara biaya yang dikeluarkan nelayan sangat besar sehingga mereka menjadi terkatung-katung dalam kemiskinan.

Ada hubungan antara keadaan sosial ekonomi dan prevalensi karies [8]. Anak dari keluarga dengan tingkat sosial ekonomi rendah mengalami jumlah karies gigi yang lebih banyak dan kecenderungan untuk tidak mendapatkan perawatan gigi lebih tinggi dibanding dengan anak dengan tingkat sosial ekonomi tinggi. Jenis pekerjaan orang tua erat kaitannya dengan tingkat penghasilan dan lingkungan kerja, bila penghasilan tinggi maka pemanfaatan pelayanan kesehatan dan pencegahan penyakit juga meningkat, dibandingkan dengan penghasilan rendah akan berdampak pada kurangnya pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam hal pemeliharaan kesehatan karena daya beli obat maupun biaya transportasi dalam mengunjungi pusat pelayanan kesehatan.

Faktor-faktor sosial ekonomi yang dapat mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut meliputi kondisi rumah, jumlah anggota keluarga, pendapatan, pengeluaran, jaminan kesehatan, tingkat pendidikan ibu, dan pengasuh anak.

III.

METODOLOGI PENELITIAN

A. Sumber Data dan Variabel Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dengan cara survey yang dilakukan terhadap rumah tangga nelayan yang berada di wilayah kelurahan Kenjeran Surabaya yang memilik anak usia sekolah dasar 7-12 tahun. Adapun data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data dari Dinas Pertanian Surabaya tentang jumlah keluarga nelayan yang berada di kelurahan Kenjeran Surabaya. Pengambilan data dilakukan pada bulan Agustus 2012 de ngan melakukan wawancara langsung terhadap responden yang sesuai dengan criteria.

Simple Random Sampling (SRS) merupakan metode yang digunakan untuk pengambilan sampel pada penelitian ini. Maka, diperoleh sebanyak 88 keluarga nelayan yang mempunyai anak usia sekolah dasar 7-12 tahun dengan menggunakan nilai P dan Q masing-masing sebesar 0,5, α=0,05 dan nilai B sebesar 0, 055 didapatkan banyaknya sampel yang diambil adalah sebesar 68 keluarga.

Variable respon yang digunakan dalam penelitian. Tabel 2 Variabel Respon yang Digunakan Dalam Penelitian

Tingkat Nilai

Rendah ≤ 3

Sedang 3,1 – 5

Tinggi > 5

Variabel predictor yang digunakan dalam penelitian. Tabel 3 Variabel Prediktor

Variabel Keterangan

X1 Rutin Sikat Gigi X2 Frekuensi Sikat Gigi X3 Waktu Sikat Gigi X4 Teknik Sikat Gigi X5 Jenis Pasta Gigi X6 Intensitas Makan Manis

X7 Waktu Makan Manis

X8 Perawatan Gigi Rutin X9 Pernah Ada Keluhan Gigi X10 Penanganan Keluhan Gigi X11 Pergi ke Pelayanan Kesehatan

X12 Kondisi Rumah

X13 Pendapatan

X14 Jumlah Anggota Keluarga

X15 Pengeluaran

X16 Jaminan Kesehatan X17 Tingkat Pendidikan

X18 Pengasuh Anak

B. Langkah Analisis

Langkah-langkah analisis yang yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian adalah sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui karakteristik angka kejadian karies

gigi pada anak usia sekolah dasar 7-12 tahun digunakan analisis deskriptif dengan melakukan tabulasi silang (cross tabulation) antara variabel respon (Y) yaitu tingkat karies gigi dengan masing-masing variabel prediktor

(4)

yang berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut (X1-X11) dan menampilkan pie cart atau bar chart.

2. Untuk menjawab tujuan kedua yaitu mengetahui karakteristik keadaan sosial ekonomi nelayan digunakan analisis deskriptif dengan melakukan tabulasi silang (cross tabulation) antara variabel respon (Y) yaitu tingkat karies gigi dengan masing-masing variabel prediktor yang berkaitan dengan keadaan social ekonomi keluarga nelayan (X12-X18).

3. Mendapatkan model faktor-faktor yang mempengaruhi angka kejadian karies gigi pada anak usia sekolah dasar 7–12 tahun dengan cara analisis logistik ordinal. Adapun langkah-langkah dalam analisis regresi logistik ordinal adalah sebagai berikut.

a. Melakukan uji parsial masing-masing variabel prediktor terhadap variabel respon.

b. Melakukan uji serentak seluruh variabel prediktor terhadap variabel respon.

c. Melakukan pembentukan model.

d. Menguji kesesuaian model yang telah terbentuk. 4. Menginterpretasikan model yang didapatkan dengan odds

ratio untuk mengetahui seberapa besar faktor yang mempengaruhi angka kejadian karies gigi pada anak usia sekolah dasar dan dilanjutkan dengan pengambilan kesimpulan.

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Angka Kejadian Karies Gigi

Gambar 1 Angka Kejadian Karies Gigi

Gambar 1 menunjukkan bahwa angka kejadian karies gigi tinggi paling banyak diderita anak sekolah dasar berusia 7 hingga 12 tahun di kelurahan Kenjeran. Pada penelitian, didapatkan frekuensi yaitu sebesar 66% anak.

Gambar 2 Frekuensi Karies Berdasarkan Usia

Gambar 2 menunjukkan bahwa karies gigi banyak diderita anak berusia 7 dan 8 tahun dengan prosentase masing-masing sebesar 33% dan 27%.

Gambar 3 menunjukkan bahwa anak perempuan cenderung lebih banyak menderita karies dengan prosentase

sebesar 54%, sedangkan anak laki-laki yang menderita karies prosentasenya sebesar 46%.

Gambar 3 Frekuensi Karies Berdasarkan Jenis Kelamin

Berikut merupakan tabulasisilang dari variable respon terhadap masing-masing variable predictor yang telah signifikan setelah diuji secara parsial dan serentak.

Tabel 4 Tabulasi Silang Waktu Sikat Gigi dengan Karies Gigi

Karies Gigi Total Rendah ≤3 Sedang >3≤5 Tinggi >5 Waktu Sikat Gigi Pagi setelah sarapan dan sebelum tidur 9 9 1 19 13.2% 2.9% 1.5% 27.9% Selain waktu tersebut 2.9% 2 4.4% 3 64.7% 44 72.1% 49 Total 16.2% 11 17.6% 12 66.2% 45 100% 68

Tabel 4 menunjukkan bahwa anak dengan perilaku waktu sikat gigi sesuai anjuran pagi setelah sarapan dan sebelum tidur dengan kategori karies rendah sebesar 13,2%.

Tabel 5 Tabulasi Silang Teknik Sikat Gigi dengan Karies Gigi

Karies Gigi Total Rendah ≤3 Sedang >3≤5 Tinggi >5 Teknik Sikat Gigi Disikat dengan keras dan cepat ke segala arah 0 1 22 23 0% 1.5% 32.4% 33.8% Semua permukaan gigi disikat 10 6 9 25 14.7% 8.8% 13.2% 13.2% Lainnya 1 5 14 20 1.5% 7.4% 20.6% 29.4% Total 16.2% 11 17.6% 12 66.2% 45 100% 68

Tabel 5 menunjukkan bahwa anak dengan teknik sikat gigi disikat dengan keras dan cepat dengan kategori karies tinggi sebesar 32,4%. Tabel 6 menunjukkan bahwa sebesar 58,8% anak dengan kategori karies tinggi memiliki perilaku mengonsumsi makan makanan manis >4 kali sehari.

Tabel 6 Tabulasi Silang Intensitas Makan Manis dengan Karies Gigi

Karies Gigi Total Rendah ≤3 Sedang >3≤5 Tinggi >5 Intensitas Makan Manis >4 kali sehari 0% 0 1.5% 1 58.8% 40 60.3% 41 ≤4 kali sehari 16.2% 11 17.6% 12 7.4% 5 39.7% 27 Total 16.2% 11 17.6% 12 66.2% 45 100% 68 16% 18% 66% Rendah Sedang Tinggi 27% 33% 13% 16% 7% 4% 7 th 8 th 9 th 10 th 11 th 12 th 46% 54% Laki-laki Perempuan

(5)

Tabel 7 Tabulasi Silang Waktu Makan Manis dengan Karies Gigi Karies Gigi Total Rendah ≤3 Sedang >3≤5 Tinggi >5 Waktu Makan Manis Diantara jam makan 1.5% 1 8.8% 6 42.6% 29 52.9% 36 Jam makan normal 14.7% 10 8.8% 6 23.5% 16 47.1% 32 Total 16.2% 11 17.6% 12 66.2% 45 100% 68

Tabel 7 menunjukkan bahwa 42,6% anak dengan karies tinggi mengkonsumsi makan makanan manis pada waktu diantara jam makan.

B. Uji Parsial Hipotesis: H0 : βk = 0

H1 : βk ≠ 0 dengan k = 1, 2, …, 18.

Daerah penolakan : tolak H0 jika |W| > Zα/2 atau nilai p-value< α.

Tabel 8 Regresi Logistik Ordinal Secara Parsial

Variabel Estimate Wald P-value

Rutin Sikat Gigi (X1)

Konstanta 1 -0,834 4,984 0,026

Konstanta 2 0,448 1,603 0,205

Tidak rutin 3,207 16,250 0,000*

Frekuensi Sikat Gigi (X2)

Konstanta 1 -0,510 1,772 0,189

Konstanta 2 1,173 7,072 0,008

1 kali sehari 4,815 19,345 0,000*

Waktu Sikat Gigi (X3)

Konstanta 1 -4,182 31,394 0,000

Konstanta 2 -2,145 21,174 0,000

Setelah sarapan dan sebelum tidur -4,210 27,812 0,000*

Teknik Sikat Gigi (X4)

Konstanta 1 -0,552 1,896 0,168

Konstanta 2 0,739 3,261 0,071

Lainnya 1,661 7,003 0,008*

Disikat dg keras dan cepat ke

segala arah 3,843 12,073 0,001*

Intensitas Makan Manis (X6)

Konstanta 1 -0,389 0,989 0,320

Konstanta 2 1,513 9,333 0,002

>4 kali sehari 5,205 21,292 0,000*

Waktu Makan Makanan Manis (X7)

Konstanta 1 -0,974 6,645 0,010

Konstanta 2 0,112 0,104 0,747

Diantara jam makan 1,590 8,484 0,004*

Perawatan Gigi Rutin (X8)

Konstanta 1 -0,258 0,303 0,582

Konstanta 2 1,012 4,107 0,043

Tidak rutin 2,405 16,051 0,000*

Penanganan Sakit Gigi (X10)

Konstanta 1 -0,003 0,000 0,996

Konstanta 2 1,104 3,080 0,079

Dibiarkan 2,288 9,687 0,002*

Pengobatan sendiri/tradisional 1,733 5,366 0,021*

Pernah Tidaknya ke Pelayanan Kesehatan (X11)

Konstanta 1 -0,226 0,114 0,735

Konstanta 2 0,825 1,477 0,224

Tidak pernah 1,741 5,519 0,019*

Pernah, ada keluhan 1,492 2,875 0,090*

Kondisi Rumah (X12) Konstanta 1 -1,165 9,026 0,003 Tabel 8 (lanjutan) Konstanta 2 -0,144 0,172 0,679 Semi permanen 1,020 3,889 0,049* Pendapatan (X13) Konstanta 1 -1,072 8,000 0,005 Konstanta 2 -0,013 0,002 0,969 ≤ UMR 1,401 6,706 0,010*

Tabel 8 menunjukkan bahwa dari 18 v ariabel predictor diketahui 11 variabel yang berpengaruh terhadap angka kejadian karies gigi setelah diuji secara parsial, yaitu variable (X1), (X2), (X3), (X4), (X6), (X7), (X8), (X10), (X11), (X12), dan (X13). Selanjutnya dilakukan uji secara serentak dengan variable predictor yang berpengaruh terhadap angka kejadian karies gigi.

C. Uji Serentak

H0 : β1 = β2 = … = β18 = 0

H1 : Paling sedikit ada satu βk ≠ 0, k = 1, 2, …, 18. Statistik Uji : G = 35,613

Pengujian dengan likelihood ratio test menunjukkan bahwa nilai G = 35,613 dan nilai p-value sebesar 0,000 < α=10%, maka diputuskan tolak H0 artinya terdapat satu atau lebih variable bebas (βk) yang berpengaruh secara signifikan terhadap angka kejadian karies gigi pada anak usia sekolah dasar. Hasil pengujian secara serentak dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Hasil Variabel yang Signifikan Regresi Logistik Ordinal Secara Serentak

Variabel Kategori Estimate Wald df P-value

Angka Kejadian

Karies Konstanta (1) Konstanta (2) 0,126 4,015 0,004 3,696 1 1 0,948 0,055 Waktu Sikat Gigi

(X3) Setelah sarapan dan sebelum tidur 2,534 2,914 1 0,088 Teknik Sikat Gigi

(X4) Lainnya 2,239 3,346 1 0,067 Intensitas Makan

Manis (X6) > 4 kali/hari 4,592 7,237 1 0,007 Waktu Makan

Manis (X7) Diantara jam makan 1,727 3,035 1 0,081 Tabel 9 menunjukkan bahwa dari 11 v ariabel yang signifikan saat dilakukan uji secara parsial hanya dihasilkan 4 variabel yang berpengaruh saat dilakukan uji secara serentak terhadap angka kejadian karies gigi pada anak usia sekolah dasar 7-12 tahun yaitu variabel waktu menyikat gigi (X3), teknik menyikat gigi (X4), intensitas makan makanan manis (X6) dan waktu makan makanan manis (X7). Sehingga diputuskan untuk tolak H0, karena nilai p-value < α (10%).

Setelah diketahui variabel yang berpengaruh, maka langkah selanjutnya adalah membentuk fungsi logit yang digunakan untuk menghitung peluang model logit.

Logit 1

g1(x) = 0,126–2,534X3(setelah sarapan dan sebelum tidur)+2,239X4(lainnya)+4,592X6(>4kali/hari)+1,727

X7(diantara jam makan)

Logit 2

g2(x) = 4,105–2,534X3(setelah sarapan dan sebelum tidur)+2,239X4(lainnya)+4,592X6(>4kali/hari)+1,727

X7(diantara jam makan)

Setelah diketahui fungsi logit maka dapat dihitung nilai peluang untuk masing-masing kategori sebagai berikut.

(6)

π

�1(x) =1 + exp(0,126exp(0,126−2,534X3(0)2,534X3(0)+ 2,239X4(0)+ 2,239X4(0)+ 4,592X6(0)+ 4,592X6(0)+ 1,727X7(0))+ 1,727X7(0))

π

�2(x) =1 + exp(4,105exp(4,105−2,534X3(0)2,534X3(0)+ 2,239X4(0)+ 2,239X4(0)+ 4,592X6(0)+ 4,592X6(0)+ 1,727X7(0))+ 1,727X7(0))−π�0(x)

𝜋𝜋�3(𝑥𝑥) = 1− 𝜋𝜋�0(𝑥𝑥)− 𝜋𝜋�1(𝑥𝑥)

Setelah model peluang diketahui, selanjutnya dilakukan uji kesesuaian model.

H0 : Model sesuai (tidak ada perbedaaan antara hasil observasi dengan hasil prediksi)

H1 : Model tidak sesuai (ada perbedaaan antara hasil observasi dengan hasil prediksi)

Tabel 10 Uji Kesesuaian Model

Chi-Square df p-value Keputusan

Deviance 32,789 88 1,000 Gagal tolak H0

Tabel 10 menunjukkan bahwa pada taraf signifikan 10% diperoleh keputusan gagal tolak H0 yang artinya model sesuai (tidak ada perbedaan antara hasil observasi dengan hasil prediksi) dengan nilai p-value > α.

Setelah model sesuai maka selanjutnya dapat diketahui nilai peluang dari fungsi logit yang telah diperoleh. Dari model yang diperoleh dapat diinterpretasi nilai 𝜋𝜋�1(𝑥𝑥)

merupakan peluang untuk anak beresiko terkena karies gigi tinggi sebesar 0,877. Sedangkan untuk nilai 𝜋𝜋�2(𝑥𝑥)

merupakan peluang untuk anak beresiko terkena karies gigi sedang sebesar 0,018 dan nilai 𝜋𝜋�3(𝑥𝑥) merupakan peluang

anak beresiko terkena karies gigi rendah sebesar 0,015. Pengujian secara serentak memperoleh nilai odds ratio. Berikut merupakan nilai odds ratio dari variable yang signifikan terhadap angka kejadian karies gigi pada anak usia sekolah dasar.

Tabel 11 Nilai Odds Ratio Hasil Uji Serentak

Variabel Kategori Odds Ratio

Waktu Sikat Gigi (X3) Setelah sarapan dan sebelum tidur 0,079

Teknik Sikat Gigi (X4) Lainnya 9,384

Intensitas Makan Manis (X6) > 4 kali/hari 98,692

Waktu Makan Manis (X7) Diantara jam makan 5,624

Tabel 11 menunjukkan nilai odds ratio untuk waktu menyikat gigi dengan kategori setelah sarapan dan sebelum tidur sebesar 0,079 yang berarti bahwa anak yang menyikat gigi setelah sarapan dan sebelum tidur akan beresiko terkena karies tinggi 0,079 kali lebih kecil dibandingkan anak yang tidak menyikat gigi pada waktu tersebut. Sedangkan untuk teknik menyikat gigi memiliki nilai odds ratio sebesar 9,384 yang artinya bahwa anak yang menyikat gigi dengan teknik lainnya seperti disikat hanya bagian depan/tidak semua permukaan akan beresiko terkena karies tinggi 9,384 kali lebih besar dibandingkan anak yang menyikat gigi dengan teknik yang dianjurkan.

Untuk intensitas makan makanan kariogenik dengan > 4 kali/hari memiliki nilai odds ratio sebesar 9 8,692 yang berarti bahwa anak dengan intensitas makan makanan kariogenik kategori > 4 kali/hari akan beresiko terkena karies tinggi 98,692 kali lebih besar dibandingkan anak dengan intensitas makan makanan kariogenik selain waktu tersebut.

Dan untuk variabel waktu makan makanan kariogenik memiliki nilai odds ratio sebesar 5,624 yang berarti bahwa anak dengan waktu makan makanan kariogenik kategori diantara jam makan akan beresiko terkena karies tinggi 5,624 kali lebih besar dibandingkan anak dengan waktu makan makanan manis kategori pada jam makan normal.

KESIMPULAN

Angka kejadian karies gigi pada anak usia sekolah dasar di keluarga nelayan menunjukkan bahwa sebesar 66% termasuk karies tinggi, 18% termasuk karies sedang, dan 16% termasuk karies rendah. Berdasarkan usia, prosentase terbanyak yaitu 33% karies dialami oleh anak berusia 8 tahun. Sedangkan berdasarkan jenis kelamin, 54% gigi karies dialami oleh anak perempuan, sedangkan anak laki-laki 46%. Karakteristik keadaan sosial ekonomi nelayan di kelurahan Kenjeran yaitu kondisi rumah keluarga nelayan mayoritas semi permanen sebesar 53%. Pendapatan keluarga nelayan sebesar 51,5% masih ≤UMR. Sebesar 62% keluarga nelayan memiliki jumlah anggota keluarga kurang dari atau berjumlah 4. Pengeluaran keluarga nelayan 93% kurang dari atau berjumlah sama dengan pendapatannya. Sebesar 59% keluarga nelayan memiliki jaminan kesehatan. Pada keluarga nelayan, pendidikan ibu mayoritas tidak tamat SMP yaitu sebesar 62%. Mayoritas pengasuh anak pada keluarga nelayan diasuh oleh kerabat dekat yaitu sebesar 51%.

Karies gigi dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu waktu menyikat gigi, teknik menyikat gigi, intensitas makan makanan manis dan waktu makan makanan manis dengan tingkat signifikansi sebesar 10%. Peluang untuk anak beresiko karies tinggi sebesar 0,877. Sedangkan anak peluang anak beresiko karies sedang sebesar 0,018 dan peluang anak beresiko karies rendah sebesar 0,015.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Balitbangkes. 2005. Laporan SKRT 2004. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. Desember 2005.

[2] Edelstein. BI. 2006. The Dental Caries Pandemic and Disparities Problem. BMC Oral Health, 6 (Suppl I).

[3] Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. 2012. Pertambahan Penduduk Surabaya 2012. http://dispendukcapil.surabaya.go.id/. (diakses pada 8 Oktober 2012).

[4] Hosmer, D. W., and S. Lameshow. (2000). Applied Logistik Regression, 2nd ed. New York: Willey.

[5] Bender R, Grouven U. (1997). Using Binary Logistik Regression Models For Ordinal Data With non-proportional odds. BMJ (Clinical research ed).

[6] Agresti, A. (2007). An Introduction to Categorical Data Analysis.

New York: John Wiley and Sons, Inc.

[7] Pine, C and Rebecca. H. (2007). Community Oral Health. Berlin: Quintessemce Publishing Co. Ltd. p. 165-167

[8] Weinstein, P. (1998). Public Health Issues in Early Childhood Caries. Community Dentistry and Oral Epidemiology, (26) 84-90.

Gambar

Tabel 1 Klasifikasi Tingkat Karies Gigi
Tabel 7 Tabulasi Silang Waktu Makan Manis dengan Karies Gigi  Karies Gigi  Total  Rendah  ≤3  Sedang &gt;3≤5  Tinggi &gt;5  Waktu  Makan  Manis  Diantara  jam makan  1.5% 1  8.8% 6  42.6% 29  52.9% 36 Jam makan normal 14.7% 10 8.8% 6 23.5% 16 47.1% 32  Tot
Tabel 10 Uji Kesesuaian Model

Referensi

Dokumen terkait

Cara produk diterima dalam pikiran pembeli lewat usaha yang dibuat oleh pemasar untuk menciptakan atmosfer atau citra mengenai produk. Kelima P dari pemasaran membantu

Lengkuas, jahe, dan cengkeh dalam bentuk bubuk memiliki kadar polifenol yang lebih tinggi dibandingkan bentuk segarnya, namun faktor proteksi dalam bentuk bubuk justru lebih

Setelah dilaksanakan penelitian yang diawali dari pengambilan data hingga pada pengolahan data yang akhirnya dijadikan patokkan sebagai pembahasan hasil penelitian sebagai

From the study, the writer concludes that doublet and triplet token is the most used token in Waiting for Godot, whereas acknowledgement function appears

Pengukuran produktivitas menjadi suatu alat penting untuk menilai kenerja seluruh sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan agar menjadi bahan pertimbangan bagi pihak

BBA, dimana pada sampel BBA intensitas puncak semakin tinggi yang belum teridentifikasi fasanya. Kemungkinan yang terjadi adalah zat pengotor tersebut tidak larut dalam

• Pengertian dari kerja sama adalah kemampuan seseorang untuk bekerja bersama – sama dengan orang lain atau secara kelompok dalam rangka menyelesaikan suatu tugas atau.. kegiatan

Menyimak tabel di atas, tampak dengan jelas bahwa hanya 76% responden yang menjawab bahwa terhadap implementasi pendaftaran tanah sistematis lengkap (PTSL) hak