• Tidak ada hasil yang ditemukan

PESERTA NO : 35/DIKLATPIM.IV/V/DIY/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PESERTA NO : 35/DIKLATPIM.IV/V/DIY/2013"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

1

RENCANA KERJA PENINGKATAN KINERJA

PEMBINAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES)

OLEH SUB BIDANG PEMBERDAYAAN EKONOMI

PENDUDUK MISKIN BADAN PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT DAN DESA KABUPATEN KULON PROGO

OLEH :

PESERTA

NO : 35/DIKLATPIM.IV/V/DIY/2013

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT IV ANGKATAN V

TAHUN 2013

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Desa atau nama lain dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dinyatakan sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Substansi undang-undang ini menegaskan tentang janji pemenuhan kebutuhan (demand complience scenario) dalam konteks pembangunan nasional di tingkat desa.

Selanjutnya Pasal 213 ayat (1-3) undang-undang di atas menyatakan bahwa “Desa dapat mendirikan badan usaha milik desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa”. Pendirian badan usaha tersebut berpedoman pada peraturan perundang-undangan. Ini merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari keaslian otonomi desa. Sementara itu, peraturan di bawahnya yang mengatur tentang itu di atur lebih lanjut melalui Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dan Peraturan Desa yang bersangkutan.

Sejalan dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, telah banyak Pemerintah Kabupaten menginisiasi pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) melalui Peraturan Daerah Kabupaten yang bersangkutan. Hal ini didasarkan atas kebutuhan dan potensi desa sebagai upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.

(3)

Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2010 tentang Badan Usaha Milik Desa disebutkan bahwa salah satu tujuan didirikannya BUMDes antara lain untuk meningkatkan kemampuan keuangan pemerintah desa dalam penyelenggaraan pemerintahan dan meningkatkan pendapatan masyarakat melalui berbagai kegiatan usaha ekonomi masyarakat perdesaan sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa.

Pengembangan basis ekonomi di perdesaan sudah semenjak lama dijalankan oleh Pemerintah melalui berbagai program. Namun upaya itu belum membuahkan hasil yang memuaskan sebagaimana diinginkan bersama. Terdapat banyak faktor yang menyebabkan kurang berhasilnya program-program tersebut. Salah satu faktor yang paling dominan adalah lemahnya kelembagaan sehingga menghambat daya kreativitas dan inovasi masyarakat desa dalam mengelola dan menjalankan usaha ekonomi di perdesaan. Sistem dan mekanisme kelembagaan ekonomi tidak berjalan efektif dan berimplikasi pada sulitnya pertumbuhan dan perkembangan usaha ekonomi di perdesaan.

BUMDes dibangun atas prakarsa (inisiasi) masyarakat desa, serta mendasarkan pada prinsip-prinsip kooperatif, partisipatif dan emansipatif (‘

user-owned, user-benefited, and user-controlled’), dengan mekanisme member-base

dan self-help. Badan ini diharapkan dapat menjadi wadah Usaha Mikro dan Kecil

(UMK) yang banyak terdapat di perdesaan. Oleh karena itu, pengelolannya harus dilakukan secara profesional, kooperatif, mandiri dan berkelanjutan.

Sejalan dengan program pemerintah dalam upaya pemberdayaan ekonomi perdesaan melalui BUMDes maka Pemerintah Kabupaten Kulon progo telah menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Kulon progo Nomor 3 Tahun

(4)

2011 tentang Tata Cara Pembentukan dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa. Dalam Perda tersebut antara lain menyebutkan tujuan pembentukan BUMDes di Kabupaten Kulon progo antara lain yaitu:

1. menghindarkan anggota masyarakat desa dari pengaruh pemberian pinjaman uang dengan bunga tinggi yang merugikan masyarakat;

2. meningkatkan peranan masyarakat desa dalam mengelola sumber sumber pendapatan lain yang sah;

3. memelihara dan meningkatkan adat kebiasaan gotong royong masyarakat, gemar menabung secara tertib, teratur dan berkelanjutan;

4. mendorong tumbuh dan berkembangnya kegiatan ekonomi masyarakat desa; 5. mendorong berkembangnya usaha sektor informal untuk dapat menyerap

tenaga kerja masyarakat didesa;

6. meningkatkan kreatifitas berwira usaha anggota masyarakat desa yang berpenghasilan rendah.

Dengan dibentuknya BUMDes di Kabupaten Kulon progo maka diharapkan sumber daya desa terutama kekayaan desa dapat dikelola dengan optimal. Optimalisasi pengelolaan kekayaan desa oleh BUMDes sebagai salah satu upaya yang dapat dilakukan Pemerintah Desa guna mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat desa.

B. Isu Aktual

Perkembangan BUMDes di Kabupaten Kulon progo sangat tergantung pada berbagai unsur, salah satunya adalah kemampuan pengurus BUMDes dalam melaksanakan manajemen kelembagaan BUMDes. Pengurus BUMDes di

(5)

Kabupaten Kulon progo terdiri dari komisaris/penasehat yang dijabat oleh Kepala Desa, direksi, dan kepala unit usaha.

Saat ini kemampuan pengurus dalam mengelola BUMDes secara umum masih perlu ditingkatkan. Hal ini tidak terlepas dari latar belakang pengurus BUMDes yang sebagian besar tidak memiliki pengetahuan yang memadai dalam manajemen kelembagaan BUMDes. Oleh karena itu maka isu aktual yang menjadi tema penyusunan Kertas Kerja Perseorangan ini yaitu belum optimalnya manajemen kelembagaan BUMDes di Kabupaten Kulon progo.

Berdasarkan hal tersebut maka sesuai dengan tugas pokok dan fungsi sebagai Kasubbid Pemberdayaan Ekonomi Penduduk Miskin pada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Kulon progo dan tema Diklat PIM Tingkat IV Angkatan V Badan Diklat DIY Tahun 2013, yaitu “Pengembangan Agropolitan dan Representasi Gender Berbasis Informasi Data Pelayanan Publik dan Komitmen Pegawai Menuju Kesejahteraan Masyarakat”, maka penyusunan Kertas Kerja Perseorangan ini mengambil judul yaitu :

Rencana Kerja Peningkatan Kinerja Pembinaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Oleh Sub Bidang Pemberdayaan Ekonomi Penduduk Miskin Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Kulon progo.

C. Masalah Pokok

Masalah pokok yang akan dibahas dalam Kertas Kerja Perseorangan ini adalah kurangnya pengetahuan pengurus (komisaris, direksi, dan kepala unit usaha) dalam manajemen BUMDes sehingga mengakibatkan kinerja kelembagaan BUMDes dalam pengembangan usaha menjadi kurang optimal.

(6)

Hal tersebut antara lain disebabkan oleh kurangnya pembinaan BUMDes di Kabupaten Kulon progo.

Untuk mengatasi masalah tersebut, Kepala Sub Bidang Pemberdayaan Ekonomi Penduduk Miskin pada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Kulon progo telah merumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam Kertas Kerja Perseorangan ini yaitu “Bagaimana cara meningkatkan pembinaan BUMDes di Kabupaten Kulon progo ?”

D. Pengertian dan Lingkup Bahasan 1. Pengertian

Untuk mendapatkan pengertian dan kesatuan pendapat dalam memahami Kertas Kerja Perseorangan (KKP) ini maka penyusun membatasi kertas kerja ini ke dalam ruang lingkup yang merupakan batasan-batasan pengertian istilah pokok sebagai berikut :

a. Rencana Kerja adalah rancangan kerja dalam rangka pencapaian target atau tujuan yang diharapkan dengan menggunakan berbagai metode maupun analisis (LAN RI, 2008).

b. Kinerja adalah sesuatu yang dicapai / prestasi yang diperlihatkan / pencapaian hasil kerja (LAN RI, 2008).

c. Pembinaan adalah kegiatan untuk meningkatkan kinerja, pengetahuan, pemahaman, kemampuan, dan profesionalisme seseorang / sekelompok orang (LAN RI, 2008).

d. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah usaha desa yang dibentuk/didirikan oleh pemerintah desa yang kepemilikan modal dan

(7)

pengelolaannya dilakukan oleh pemerintah desa dan masyarakat (Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2010 tentang Badan Usaha Milik Desa).

2. Lingkup Bahasan

Mengingat betapa luasnya cakupan kegiatan pembinaan BUMDes tersebut maka dalam penulisan ini sesuai dengan judul penulisan dititikberatkan pada pembinaan kelembagaan, khususnya manajemen BUMDes di Kabupaten Kulon progo. Masalah ini akan dibahas melalui penjabaran gambaran sekarang, gambaran keadaan yang diinginkan, dan selanjutnya dianalisa untuk dicari alternatif pemecahannya menggunakan pola kerja terpadu.

E. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan untuk penyusunan Kertas Kerja Perseorangan (KKP) ini terbagi ke dalam 2 jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Sedangkan metode pengumpulan datanya dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Data Primer

a. Observasi, yaitu pengamatan langsung berdasarkan pengalaman kerja sehari-hari sebagai Kasubbid Pemberdayaan Ekonomi Penduduk Miskin pada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kab. Kulon progo. b. Wawancara, yaitu proses tanya jawab langsung dengan pihak-pihak

terkait yang dapat memberikan informasi berkaitan dengan tema penyusunan Kertas Kerja Perseorangan ini.

(8)

2. Data Sekunder

a. Metode Kepustakaan, yaitu pengumpulan teori dan peraturan-peraturan yang terkait dengan pokok masalah dengan cara mempelajari buku-buku literatur / referensi / peraturan perundangan.

b. Metode Dokumentasi, yaitu pencatatan dokumen yang berupa sumber informasi mengenai pemberdayaan ekonomi perdesaan dan potensi usaha BUMDes di Kabupaten Kulon progo.

c. Perolehan materi di kelas, khususnya pada materi Pola Kerja Terpadu (PKT) dan Kertas Kerja Perseorangan (KKP).

F. Alur Pikir

Untuk mendukung pemahaman terhadap Kertas Kerja Perseorangan ini, perlu disusun alur pikir yang sesuai dengan apa yang penyusun kemukakan berdasarkan prinsip Pola Kerja Terpadu (PKT) agar diperoleh gambaran permasalahan yang sesungguhnya. Masalah utama yang dihadapi saat ini oleh Sub Bidang Pemberdayaan Ekonomi Penduduk Miskin adalah “Kurangnya kinerja kelembagaan BUMDes dalam pengembangan usaha”.

Sedangkan keadaan sekarang yang menggambarkan tingkat kinerja saat ini yaitu Kurangnya pengetahuan pengurus dalam manajemen BUMDes, sehingga keadaan yang diinginkan di masa yang akan datang adalah Terwujudnya peningkatan pengetahuan pengurus dalam manajemen BUMDes dengan sasaran prioritas yaitu Terwujudnya pembinaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Gambaran alur pikir adalah sebagaimana terlihat pada gambar berikut (gambar 1):

(9)

Gambar 1. Bagan Alur Pikir

Pembinaan BUMDes di Kabupaten Kulon progo

G. Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian yang digunakan dalam penyusunan KKP ini adalah sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN

Berisikan latar belakang masalah penulisan Kertas Kerja Perseorangan (KKP), isu aktual, masalah pokok, pengertian dan lingkup bahasan, metode pengumpulan data, alur pikir dan sistematika penyajian. MASALAH UTAMA Kurangnya kinerja kelembagaan BUMDes dalam pengembangan usaha KEADAAN SEKARANG Kurangnya pengetahuan pengurus dalam manajemen BUMDes KEADAAN YANG DIINGINKAN Terwujudnya peningkatan pengetahuan pengurus dalam manajemen BUMDes SASARAN Terwujudnya pembinaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) KEGIATAN UMPAN BALIK Melaksanakan pelatihan keterampilan manajemen BUMDes

(10)

BAB II. KEADAAN SEKARANG

Berisi uraian tentang visi dan misi, struktur organisasi, tugas pokok dan fungsi serta gambaran kondisi umum obyek yang ada saat ini. BAB III. KEADAAN YANG DIINGINKAN

Berisikan uraian tentang gambaran keadaan yang diinginkan pada masa mendatang apabila sasaran terwujud.

BAB IV. MASALAH DAN PEMECAHANNYA

Berisi uraian tentang masalah-masalah yang ada dan alternatif pemecahan masalah yang dijabarkan dalam matrik rincian kerja beserta paket kerja dan jadwal kegiatan.

BAB V. KESIMPULAN

Berisi uraian hal-hal penting yang ditemukan dalam keseluruhan pembahasan Kertas Kerja Perseorangan dan menjelaskan manfaat pembangunan metode Pola Kerja Terpadu (PKT) dalam analisis penyelesaian masalah.

(11)

11

A. Gambaran Umum

1. Visi dan Misi Organisasi

Dalam rangka mendukung dan mengemban tugas pokok dan fungsi serta memperhatikan kewenangan Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Kulon progo agar lebih efektif dan efisien, maka diperlukan aparatur yang profesional, bertanggungjawab dan berwibawa serta bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Oleh karena itu kebijakan yang akan dilakukan Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Kulon progo tahun 2009 – 2013 adalah mengacu pada visi dan misi Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa yang telah ditetapkan.

Visi Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Kulon progo adalah “Terwujudnya Masyarakat yang Berdaya dan Mandiri”. Dalam rangka mewujudkan visi tersebut maka diperlukan misi yang jelas yaitu berupa langkah – langkah untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan sebagai berikut:

a. Pengembangan usaha ekonomi masyarakat;

b. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan dan pengelolaan sumber daya alam yang berwawasan lingkungan dengan pemanfaatan teknologi tepat guna (TTG);

c. Penguatan kelembagaan masyarakat dan pemerintahan desa, penanggulangan kemiskinan, serta kehidupan sosial budaya masyarakat;

(12)

d. Peningkatan kualitas sumber daya manusia bagi masyarakat dan kapasitas aparatur pemerintahan desa.

2. Struktur Organisasi

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kulon progo Nomor 3 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah, Badan Pelayanan Perizinan Terpadu, dan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Kulon progo disebutkan bahwa Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Kulon progo dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

Struktur organisasi Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Kulon progo adalah sebagai berikut :

a. Kepala Badan;

b. Sekretariat, membawahi : 1). Sub Bagian Perencanaan; 2). Sub Bagian Keuangan;

3). Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.

c. Bidang Pemberdayaan Usaha Ekonomi Masyarakat, membawahi : 1). Sub Bidang Pemberdayaan Ekonomi Penduduk Miskin; 2). Sub Bidang Jaringan Penanggulangan Kemiskinan.

d. Bidang Peningkatan Partisipasi Masyarakat dan Pengembangan Teknologi Tepat Guna, membawahi :

1). Sub Bidang Peningkatan Partisipasi Masyarakat; 2). Sub Bidang Pengembangan Teknologi Tepat Guna.

(13)

e. Bidang Peningkatan Kapasitas Kelembagaan, membawahi :

1). Sub Bidang Pemberdayaan Kelembagaan Pemerintahan Desa dan Kelurahan;

2). Sub Bidang Pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan dan Adat Istiadat Desa dan Kelurahan.

f. Unit Pelaksana Teknis;

g. Kelompok Jabatan Fungsional. (struktur organisasi terlampir)

3. Sumber Daya Manusia

Keberadaan SDM pada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Kulon progo mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam upaya pelaksanaan tugas pokok dan fungsi. Sumber daya manusia merupakan salah satu komponen untuk mencapai kesuksesan suatu tujuan. Peran pegawai yang merupakan pemikir, perencana dan pelaksana keseluruhan proses organisasi amat menentukan keberhasilan pencapaian visi dan misi sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Kulon progo Tahun 2009-2013.

Sumber daya manusia yang ada di Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Kulon progo per Agustus 2013 sebanyak 42 orang terdiri dari 41 orang PNS dan 1 orang tenaga kontrak / honorer dengan rincian sebagai berikut :

a. Berdasarkan golongan/ruang

1). Golongan I : 1 orang 2). Golongan II : 3 orang

(14)

3). Golongan III : 32 orang 4). Golongan IV : 5 orang

5). Honorer : 1 orang

b. Berdasarkan jenjang pendidikan

1). SD : - orang

2). SLTP : 1 orang

3). SLTA : 2 orang

4). Sarjana Muda (D3) : 1 orang 5). Sarjana (S1) : 25 orang 6). Pasca Sarjana (S2) : 12 orang

Sedangkan Sub Bidang Pemberdayaan Ekonomi Penduduk Miskin pada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Kulon progo memiliki jumlah personil sebanyak 3 (tiga) orang yang dapat diuraikan dengan komposisi berdasarkan pangkat/golongan dan pendidikan sebagai berikut:

a. Berdasarkan golongan/ruang 1) Golongan I : - orang 2) Golongan II : - orang 3) Golongan III : 3 orang 4) Golongan IV : - orang b. Berdasarkan jenjang pendidikan

1) D3 : - orang

2) S1 : 2 orang

(15)

4. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang dimiliki untuk menunjang kegiatan operasional Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Kulon progo antara lain sebagai berikut :

a. Gedung kantor : 1 unit b. Kendaraan roda 4 : 2 buah c. Kendaraan roda 2 : 6 buah d. Komputer / laptop : 15 buah

e. Printer : 12 buah

f. LCD : 2 buah

g. Meja / Kursi kerja : 45/95 buah

h. Kursi Tunggu : 4 buah

i. Meja Kursi Tamu : 3 set j. Almari Kayu / Filing cabinet : 8/6 buah

5. Tugas Pokok dan Fungsi

Tugas pokok dan fungsi Sub Bidang Pemberdayaan Ekonomi Penduduk Miskin pada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Kulon progo mengacu pada Peraturan Bupati Kulon progo Nomor 95 Tahun 2009 tentang Uraian Tugas dan Fungsi Jabatan Struktural Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Kulon progo yang menyebutkan sebagai berikut :

a. Tugas Pokok

membantu Kepala Bidang Pemberdayaan Usaha Ekonomi Masyarakat dalam melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi,

(16)

pembinaan, dan pengendalian kegiatan Sub Bidang Pemberdayaan Ekonomi Penduduk Miskin.

b. Fungsi / Uraian Tugas

1). menyusun program kegiatan Sub Bidang Pemberdayaan Ekonomi Penduduk Miskin berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan sumber data yang tersedia sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan;

2). menjabarkan perintah atasan melalui pengkajian permasalahan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku agar pelaksanaan tugas sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

3). membagi tugas kepada bawahan sesuai dengan bidang tugasnya, memberikan arahan dan petunjuk secara lisan maupun tertulis guna meningkatkan kelancaran pelaksanaan tugas;

4). melaksanakan koordinasi dengan Kepala Sub Bidang dan Kepala Sub Bagian di lingkungan Badan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mendapatkan masukan, informasi serta untuk mengevaluasi permasalahan agar diperoleh hasil kerja yang optimal;

5). menyiapkan bahan pembinaan penyelenggaraan kegiatan pemberdayaan usaha ekonomi masyarakat dan penduduk miskin; 6). menyiapkan bahan pembinaan dan bimbingan teknis usaha

ekonomi penduduk miskin;

7). menyiapkan bahan pengembangan kemitraan usaha ekonomi keluarga dan kelompok masyarakat;

(17)

8). melaksanakan inventarisasi, penyaluran dan pemantauan permodalan usaha ekonomi masyarakat dan desa;

9). menyiapkan bahan pembinaan dan pengembangan lembaga keuangan mikro pedesaan;

10). menyiapkan bahan bimbingan penambahan permodalan usaha ekonomi masyarakat;

11). menyiapkan bahan dalam rangka menumbuhkembangkan pasar desa;

12). menyiapkan bahan pengembangan produk unggulan pedesaan untuk memperkuat pasar desa;

13). menyiapkan bahan pembinaan dan pemantauan mekanisme penya-luran dan penggunaan bantuan pembangunan masyarakat dan desa; 14). menyiapkan bahan monitoring , evaluasi dan pelaporan

pelaksanaan kegiatan pemberdayaan ekonomi penduduk miskin; 15). melaksanakan monitoring, evaluasi, dan menilai prestasi kerja

pelaksanaan tugas bawahan secara berkala melalui sistem penilaian yang tersedia sebagai cerminan penampilan kerja;

16). membuat laporan pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai dasar pengambilan kebijakan;

17). menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan baik lisan maupun tertulis sebagai bahan masukan guna kelancaran pelaksanaan tugas; dan

18). melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

(18)

B. Gambaran Khusus

Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penyusun selama bekerja pada Sub Bidang Pemberdayaan Ekonomi Penduduk Miskin Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Kulon progo dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi ditemukan banyak kendala terutama terkait dengan pengembangan BUMDes di Kabupaten Kulon progo. Permasalahan utama yang saat ini dihadapi oleh Sub Bidang Pemberdayaan Ekonomi Penduduk Miskin adalah Kurangnya kinerja kelembagaan BUMDes dalam pengembangan usaha. Hal tersebut antara lain disebabkan oleh:

1. Kurangnya akses permodalan bagi BUMDes

Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Kulon progo Nomor 3 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pembentukan dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa pada pasal 9 disebutkan bahwa modal BUMDes dapat bersumber dari:

a. penyertaan modal Pemerintah Desa yang dialokasikan melalui APBDes; b. tabungan masyarakat;

c. bantuan Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten; d. pinjaman; dan/atau

e. kerjasama usaha dengan pihak lain.

Perkembangan usaha BUMDes sangat dipengaruhi oleh kemampuan di bidang permodalan. Penguatan permodalan BUMDes dapat diakses melalui pengajuan kredit dengan bunga rendah dan waktu angsuran yang cukup panjang. Saat ini rata-rata BUMDes kurang mempunyai kemampuan untuk mengakses sumber-sumber permodalan dari lembaga keuangan maupun bank yang ada di Kabupaten Kulon progo.

(19)

2. Kurangnya pengetahuan pengurus dalam manajemen BUMDes

Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Kulon progo Nomor 3 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pembentukan dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa pada pasal 10-12 disebutkan bahwa pengurus BUMDes terdiri dari:

a. Komisaris (dijabat oleh Kepala Desa) b. Direksi

c. Kepala Unit Usaha

Jumlah BUMDes di Kabupaten Kulon progo saat ini cukup banyak namun dalam pengembangan usahanya saat ini masih belum optimal. Hal ini dipengaruhi oleh kurangnya pemahaman dan pengetahuan pengurus BUMDes dalam manajemen kelembagaan BUMDes seperti kemampuan di bidang administrasi dan keuangan, pengetahuan manajerial maupun pengetahuan di bidang kewirausahaan dan pengembangan dunia usaha serta pemasaran produk.

3. Kurangnya sarana dan prasarana untuk pengembangan usaha BUMDes Sarana dan prasarana untuk pengembangan usaha BUMDes saat ini masih sangat terbatas. Keterbatasan sarana dan prasarana sangat berpengaruh terhadap manajemen pengelolaan usaha BUMDes sehingga usaha tersebut sulit untuk berkembang dengan optimal. Disamping itu dengan keterbatasan sarana, BUMDes tersebut relatif sulit untuk mengadopsi perkembangan teknologi baru untuk meningkatkan daya saing produk yang dihasilkannya.

Dari ketiga masalah pokok yang sudah dijelaskan di atas, masalah pokok yang paling dominan yang dihadapi oleh Sub Bidang Pemberdayaan Ekonomi Penduduk Miskin Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Kulon

(20)

progo adalah ”Kurangnya pengetahuan pengurus dalam manajemen BUMDes”. Hal tersebut disebabkan antara lain oleh:

1. Rendahnya tingkat pendidikan pengurus BUMDes

Pada umumnya pengurus BUMDes mempunyai latar belakang pendidikan yang rendah (mayoritas SLTA). Hal ini mengakibatkan pengurus tersebut belum dapat mengelola usahanya dengan baik, kurangnya kemampuan dalam pembukuan dan akuntasi keuangan yang baik, begitu juga kemampuan manajerial usahanya.

2. Kurangnya pembinaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

Untuk meningkatkan pemberdayaan BUMDes, salah satu upaya yang dapat dilaksanakan adalah melalui pembinaan BUMDes. Oleh karena itu peran Pemerintah Daerah sebagai fasilitator perlu terus ditingkatkan. Namun demikian saat ini pelaksanaan pembinaan BUMDes di Kabupaten Kulon progo masih belum dapat menjangkau seluruh BUMDes yang ada sehingga berdampak terhadap perkembangan usaha BUMDes.

3. Terbatasnya modul / referensi tentang manajemen BUMDes

Untuk meningkatkan pengetahuan pengurus tentang manajemen BUMDes di Kabupaten Kulon progo maka dibutuhkan modul / referensi tentang manajemen kelembagaan BUMDes. Dengan adanya modul / referensi tersebut maka akan dapat dijadikan sebagai pedoman dan petunjuk bagi pengurus tentang manajemen kelembagaan sehingga diharapkan BUMDes tersebut akan menjadi semakin kuat. Namun demikian saat ini modul / referensi tersebut masih terbatas dan belum tersedia sehingga menjadi salah satu penghambat pencapaian tujuan yang diinginkan.

(21)

Dari ketiga masalah spesifik tersebut, masalah yang paling dominan yang dihadapi oleh Sub Bidang Pemberdayaan Ekonomi Penduduk Miskin adalah “Kurangnya pembinaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)”. Oleh karena itu kegiatan yang akan dilaksanakan akan difokuskan pada upaya untuk meningkatkan pembinaan BUMDes di Kabupaten Kulon progo.

(22)

22

A. Gambaran Umum

Dalam Rencana Strategis Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Kulon progo Tahun 2009-2013 disebutkan bahwa pemberdayaan masyarakat dan desa di Kabupaten Kulon progo diarahkan pada tercapainya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan desa. Oleh karena itu ruang lingkup pelaksanaan tugas dan fungsi yang selalu mengikuti perubahan kebutuhan, tuntutan dan masalah nyata di masyarakat merupakan prinsip yang harus dipenuhi dalam orientasi masa depan yang ingin diwujudkan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Kulon progo.

Dengan kekuatan yang dimiliki Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Kulon progo maka orientasi masa depan yang diinginkan seyogyanya bernafaskan prinsip keunggulan dan kemapanan manajemen Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Kulon progo. Adanya prinsip ini diharapkan akan dapat menjadikan Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Kulon progo sebagai perangkat terdepan dalam memberikan pelayanan di bidang pemberdayaan masyarakat dan desa khususnya dalam pembinaan BUMDes.

Untuk menciptakan BUMDes yang kokoh maka diperlukan peran dan partisipasi dari semua pihak baik pemerintah, masyarakat dan swasta. Untuk mencapai tujuan tersebut, sumber daya manusia sebagai aparatur memegang peranan penting. Berhasil tidaknya suatu tujuan antara lain sangat ditentukan

(23)

oleh kualitas aparaturnya. Sumber daya manusia yang tangguh adalah sumber daya aparatur yang menguasai bidang tugasnya (profesional), berintegritas (berpendirian, memiliki mental yang baik, tidak bisa disuap apalagi korupsi) dan siap di segala situasi atau pun medan tugas.

Dengan terwujudnya peningkatan kinerja SDM pada Sub Bidang Pemberdayaan Ekonomi Penduduk Miskin Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Kulon progo dalam pembinaan BUMDes maka diharapkan perkembangan usaha BUMDes di Kabupaten Kulon progo akan menjadi lebih optimal.

B. Gambaran Khusus

Berdasarkan uraian pada bab II maka sasaran utama yang ingin diwujudkan oleh Sub Bidang Pemberdayaan Ekonomi Penduduk Miskin Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Kulon progo di masa yang akan datang yaitu “Terwujudnya kinerja kelembagaan BUMDes dalam pengembangan usaha”. Hal tersebut akan terwujud apabila didukung oleh beberapa hal sebagai berikut:

1. Terpenuhinya akses permodalan bagi BUMDes

Dengan tersedianya akses permodalan yang memadai bagi BUMDes maka diharapkan BUMDes tersebut akan makin berkembang dan mampu meningkatkan produktivitas usaha dan memperluas jaringan pemasaran produk usahanya hingga keluar Kabupaten Kulon progo. Upaya yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon progo adalah dengan meningkatkan fasilitasi akses permodalan bagi BUMDes melalui kerjasama

(24)

dengan lembaga keuangan / perbankan untuk pemberian kredit usaha berbunga rendah.

2. Terwujudnya peningkatan pengetahuan pengurus dalam manajemen BUMDes

Dengan meningkatnya pengetahuan pengurus dalam manajamen BUMDes maka diharapkan kinerja BUMDes tersebut akan semakin meningkat sehingga dapat mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat desa. Peningkatan pengetahuan pengurus tersebut dapat dicapai melalui diklat dan pelatihan teknis serta pembinaan yang berkelanjutan.

3. Tersedianya sarana dan prasarana untuk pengembangan usaha BUMDes Dengan tersedianya sarana dan prasarana untuk pengembangan usaha BUMDes yang memadai maka diharapkan akan mampu meningkatkan kinerja BUMDes menjadi lebih efektif dan efisien sehingga tingkat produksi dan produktivitas usaha BUMDes di Kabupaten Kulon progo juga semakin meningkat.

Dari ketiga hal yang sudah diuraikan di atas, sasaran pokok yang ingin dicapai oleh Sub Bidang Pemberdayaan Ekonomi Penduduk Miskin Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Kulon progo adalah ”Terwujudnya peningkatan pengetahuan pengurus dalam manajemen BUMDes”. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:

1. Terwujudnya tingkat pendidikan pengurus BUMDes yang memadai

Dengan meningkatnya tingkat pendidikan pengurus ke jenjang yang lebih tinggi, misalnya setingkat diploma atau sarjana maka diharapkan kompetensi pengurus BUMDes tersebut juga semakin meningkat sehingga dapat

(25)

memudahkan pemahaman terhadap manajemen BUMDes di Kabupaten Kulon progo.

2. Terwujudnya pembinaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

Dengan adanya pembinaan BUMDes yang intensif maka diharapkan akan tercipta BUMDes yang kokoh dan profesional yang dapat mendorong terciptanya usaha BUMDes yang produktif dan masyarakat desa sejahtera di Kabupaten Kulon progo.

3. Tersedianya modul / referensi tentang manajemen BUMDes

Dengan adanya modul / referensi tentang manajemen kelembagaan BUMDes yang memadai maka diharapkan akan dapat meningkatkan pemahaman pengurus BUMDes melalui pembelajaran mandiri lewat modul / referensi yang tersedia.

Dari ketiga hal yang sudah diuraikan di atas, sasaran spesifik yang ingin dicapai oleh Sub Bidang Pemberdayaan Ekonomi Penduduk Miskin Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Kulon progo adalah ”Terwujudnya pembinaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)”.

(26)

26

A. Identifikasi Masalah

Kendala yang muncul dalam pelaksanaan tugas tentunya perlu dicari bentuk yang tepat dan sesuai untuk memecahkan masalah tersebut. Untuk mencapai hasil yang diinginkan dari beberapa masalah yang ada harus diidentifikasi secara cermat dan tidak mengesampingkan kemungkinan-kemungkinan yang muncul. Dengan demikian perlu adanya perencanaan yang matang dengan mengedepankan masalah yang paling dianggap dominan dan perlu prioritas penanganan dengan mencari alternatif pemecahannya.

Berdasarkan hasil identifikasi masalah dalam rangka melaksanakan tugas dan tanggung jawab ditemui beberapa masalah maupun hambatan yang terjadi dan harus segera diatasi. Untuk lebih mempermudah dalam menganalisis perlu dirumuskan menjadi satu masalah utama yang dianggap paling mendesak dan diprioritaskan untuk ditindaklanjuti. Masalah utama yang dihadapi oleh Sub Bidang Pemberdayaan Ekonomi Penduduk Miskin adalah “Kurangnya kinerja kelembagaan BUMDes dalam pengembangan usaha.” Hal ini disebabkan oleh: 1. Kurangnya akses permodalan bagi BUMDes

2. Kurangnya pengetahuan pengurus dalam manajemen BUMDes

3. Kurangnya sarana dan prasarana untuk pengembangan usaha BUMDes Dari ketiga faktor penyebab terjadinya masalah utama tersebut maka masalah pokok yang paling dominan sesuai hasil analisis USG (Urgency,

(27)

Tabel 1.

Penentu Sebab Dominan Masalah Pokok (Model USG Skala Nilai 1-5)

No Masalah Pokok Prioritas Total Rangking

U S G

1 Kurangnya akses permodalan bagi BUMDes

5 4 4 13 II

2 Kurangnya pengetahuan pengurus dalam manajemen BUMDes

5 5 5 15 I

3 Kurangnya sarana dan prasarana untuk pengembangan usaha BUMDes

4 4 3 11 III

Keterangan Skala Penilaian: 1 : Sangat Rendah 2 : Rendah 3 : Sedang 4 : Tinggi 5 : Sangat Tinggi

Berdasarkan pada tabel hasil analisis USG di atas dapat diketahui bahwa masalah pokok prioritas adalah nomor urut 2 dengan nilai total USG 15 yaitu ”Kurangnya pengetahuan pengurus dalam manajemen BUMDes”, hal ini disebabkan antara lain oleh:

1. Rendahnya tingkat pendidikan pengurus BUMDes

2. Kurangnya pembinaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) 3. Terbatasnya modul / referensi tentang manajemen BUMDes

Untuk menentukan masalah spesifik prioritas tersebut digunakan metode USG (Urgency, Seriousness, Growth) dengan skala penilaian dari 1 sampai 5 sebagaimana tabel berikut ini (Tabel 2):

(28)

Tabel 2.

Penentu Sebab Dominan Masalah Spesifik (Model USG Skala Nilai 1-5)

No Masalah Spesifik Prioritas Total Rangking

U S G

1 Rendahnya tingkat pendidikan pengurus BUMDes

4 4 4 12 II

2 Kurangnya pembinaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

5 5 4 14 I

3 Terbatasnya modul / referensi tentang manajemen BUMDes

4 3 3 10 III

Keterangan Skala Penilaian: 1 : Sangat Rendah 2 : Rendah

3 : Sedang 4 : Tinggi 5 : Sangat Tinggi

Berdasarkan pada tabel hasil analisis USG di atas dapat diketahui bahwa masalah spesifik prioritas adalah “Kurangnya pembinaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)”. Secara sistematik gambaran permasalahan tersebut dapat ditunjukkan dalam pohon masalah seperti berikut (gambar 2):

(29)

POHON MASALAH

4 Perkembangan Badan Usaha

Milik Desa (BUMDes) di Kabupaten Kulon progo belum

optimal

AKIBAT 1

Kurangnya kinerja kelembagaan BUMDes dalam

pengembangan usaha 2 a b SEBAB c Kurangnya akses permodalan bagi BUMDes

Kurangnya pengetahuan pengurus dalam manajemen BUMDes

Kurangnya sarana dan prasarana untuk pengembangan usaha BUMDes 3 a b c Rendahnya tingkat pendidikan pengurus BUMDes Kurangnya pembinaan Badan Usaha Milik Desa

(BUMDes)

Terbatasnya modul / referensi tentang manajemen BUMDes

Keterangan Pohon Masalah : - Masalah utama adalah no. 1

- Masalah pokok yang menjadi penyebab masalah utama adalah no. 2b - Masalah spesifik yang menjadi penyebab masalah pokok adalah no. 3b - Akibat dari masalah utama adalah no. 4

Gambar 2. Bagan Pohon Masalah

(30)

B. Sasaran

Berdasarkan identifikasi dan analisis masalah di atas, maka langkah selanjutnya adalah merumuskan pohon sasaran sebagai pernyataan positif yang hendak diwujudkan berkaitan dengan sasaran utama yaitu : “Terwujudnya kinerja kelembagaan BUMDes dalam pengembangan usaha”. Setelah dilakukan analisis dan identifikasi sasaran, maka ditemukan 3 (tiga) sasaran pokok yang dapat mewujudkan sasaran utama yaitu:

1. Terpenuhinya akses permodalan bagi BUMDes

2. Terwujudnya peningkatan pengetahuan pengurus dalam manajemen BUMDes

3. Tersedianya sarana dan prasarana untuk pengembangan usaha BUMDes Dari ketiga faktor di atas yang sangat dominan adalah ”Terwujudnya peningkatan pengetahuan pengurus dalam manajemen BUMDes”. Untuk bisa mewujudkan hal di atas, perlu didukung beberapa faktor diantaranya:

1. Terwujudnya tingkat pendidikan pengurus BUMDes yang memadai 2. Terwujudnya pembinaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) 3. Tersedianya modul / referensi tentang manajemen BUMDes

Dari ketiga faktor ini yang paling dominan dan ingin dicapai adalah ”Terwujudnya pembinaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)”. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada pohon sasaran sebagai berikut (Gambar 3):

(31)

POHON SASARAN

4 Terwujudnya perkembangan

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) secara optimal di

Kabupaten Kulon progo

AKIBAT 1

Terwujudnya kinerja kelembagaan BUMDes dalam

pengembangan usaha 2 a b SEBAB c Terpenuhinya akses permodalan bagi BUMDes

Terwujudnya peningkatan pengetahuan pengurus

dalam manajemen BUMDes

Tersedianya sarana dan prasarana untuk pengembangan usaha BUMDes 3 a b c Terwujudnya tingkat pendidikan pengurus BUMDes yang memadai

Terwujudnya pembinaan Badan

Usaha Milik Desa (BUMDes)

Tersedianya modul / referensi tentang manajemen BUMDes

Gambar 3. Bagan Pohon Sasaran

C. Alternatif Kegiatan

Alternatif pemecahan masalah yang ada bermula dari pohon masalah yang dituangkan dalam bentuk pernyataan negatif. Selanjutnya dari pernyataan

(32)

negatif tersebut ditentukan pohon sasaran yang dituangkan dalam pernyataan positif, kemudian mencari alternatif pemecahan masalah melalui pohon alternatif dengan menggunakan pola kerja terpadu.

Untuk menentukan salah satu alternatif pemecahan masalah dari sasaran yang ingin dicapai dapat dipilih salah satu yang memiliki hubungan sebab yang paling pokok diantara penyebab yang lain. Dengan mempertimbangkan sumber daya yang ada, baik tenaga, biaya, waktu yang disesuaikan dengan tugas wewenang dan tanggung-jawab, maka ditetapkan alternatif kegiatan untuk meningkatkan pembinaan BUMDes pada Sub Bidang Pemberdayaan Ekonomi Penduduk Miskin Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Kulon progo adalah sebagai berikut:

1. Memfasilitasi permodalan BUMDes

Kegiatan ini bertujuan untuk memfasilitasi BUMDes dalam mengakses sumber-sumber permodalan dalam rangka pengembangan usaha. Dengan adanya fasilitasi ini diharapkan akan dapat memperkuat permodalan BUMDes di Kabupaten Kulon progo.

2. Melaksanakan pelatihan keterampilan manajemen BUMDes

Penyelenggaraan pelatihan keterampilan manajemen BUMDes bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan pengurus BUMDes dalam manajemen BUMDes agar dapat lebih berkembang optimal.

3. Melaksanakan studi banding tentang BUMDes ke daerah lain

Kegiatan studi banding tentang BUMDes bertujuan untuk meningkatkan dan menambah wawasan, mempelajari dan meneliti permasalahan yang sama yang ditemukan di tempat lain dalam rangka untuk mencari

(33)

masukan-masukan atau saran berharga yang dapat diterapkan dengan baik di Kabupaten Kulon progo. Studi banding tersebut dapat dilakukan dengan melakukan studi komparatif ke daerah-daerah lain di sekitar Kabupaten Kulon progo maupun di luar Provinsi Jawa Tengah.

Dari ketiga alternatif tersebut yang dianggap paling dominan untuk dilaksanakan oleh Sub Bidang Pemberdayaan Ekonomi Penduduk Miskin Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Kulon progo adalah ”Melaksanakan pelatihan keterampilan manajemen BUMDes”. Untuk memberikan penegasan alternatif yang dipilih maka digunakan metode Cost

Benefit Analysis (CBA) sebagaimana tabel berikut ini (Tabel 3):

Tabel 3.

Alternatif Pemecahan Masalah yang Dipilih (Metode CBA Skala Nilai 1-5)

No Alternatif Benefit (Manfaat) Cost (Biaya) Rasio 1 Memfasilitasi permodalan BUMDes 3 2 1,5 2 Melaksanakan pelatihan

keterampilan manajemen BUMDes

5 3 1,66

3 Melaksanakan studi banding tentang BUMDes ke daerah lain

3 3 1

Ket: Rasio = Benefit (Manfaat) / Cost (Biaya) Keterangan Skala Penilaian:

1 : Sangat Rendah 2 : Rendah

3 : Sedang 4 : Tinggi

5 : Sangat Tinggi

Secara sistematik gambaran tersebut pada analisis situasi dapat ditunjukkan dalam gambar pohon alternatif (gambar 4):

(34)

POHON ALTERNATIF

Terwujudnya perkembangan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) secara optimal di

Kabupaten Kulon progo

Terwujudnya kinerja kelembagaan BUMDes dalam

pengembangan usaha

Terwujudnya peningkatan pengetahuan pengurus dalam

manajemen BUMDes

Terwujudnya pembinaan Badan Usaha Milik Desa

(BUMDes) Memfasilitasi permodalan BUMDes Melaksanakan pelatihan keterampilan manajemen BUMDes Melaksanakan studi banding tentang BUMDes ke daerah lain

Gambar 4. Bagan Pohon Alternatif

(35)

D. Langkah-Langkah Tindakan

Untuk lebih meningkatkan efektifitas serta akurasi pelaksanaan semua kegiatan sesuai dengan program kerja yang telah ditentukan diperlukan ketepatan atau parameter berupa bagan jadwal kegiatan, apakah tepat waktu atau sebaliknya dan juga sekaligus sebagai tolak ukur untuk mengevalusi semua kegiatan yang telah menjadi program. Agar kegiatan ini dapat berjalan dengan baik dan dapat mencapai tujuannya maka perlu dibuat langkah-langkah perencanaan kegiatan sebagai berikut:

1. Matrik Rincian Kerja (MRK)

Merupakan kerangka yang menghubungkan sasaran dengan kegiatan dan sumber yang diperlukan secara sistematis, antara lain menggambarkan tentang sasaran, kegiatan pokok kerja, serta pokok akhir yang memuat seluruh fungsi manajemen bahkan termuat kejelasan siapa mengerjakan apa, bila mana, dimana dan bagaimana. Kegiatan dirinci menjadi kegiatan kecil sampai yang terkecil yang dinamakan pokok akhir. Dalam menyusun MRK, hal yang pertama ditetapkan adalah:

a. Sasaran Umum

Terwujudnya pembinaan BUMDes melalui pelaksanaan pelatihan keterampilan manajemen BUMDes oleh Sub Bidang Pemberdayaan Ekonomi Penduduk Miskin Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Kulon progo.

b. Sasaran Khusus

Terwujudnya pembinaan BUMDes melalui pelaksanaan pelatihan keterampilan manajemen BUMDes bagi 30 orang pengurus BUMDes

(36)

selama 3 hari yaitu tanggal 24 – 26 Maret 2014 bertempat di gedung aula dengan biaya sebesar Rp 20.000.000 (dua puluh juta rupiah) yang berasal dari APBD tahun 2014 dilaksanakan oleh Sub Bidang Pemberdayaan Ekonomi Penduduk Miskin Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Kulon progo.

c. Kegiatan

Melaksanakan pelatihan keterampilan manajemen BUMDes bagi 30 orang pengurus BUMDes selama 3 hari yaitu tanggal 24 – 26 Maret 2014 bertempat di gedung aula dengan biaya sebesar Rp 20.000.000 (dua puluh juta rupiah) yang berasal dari APBD tahun 2014 dilaksanakan oleh Sub Bidang Pemberdayaan Ekonomi Penduduk Miskin Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Kulon progo.

d. Pokok Kerja

Merupakan pengklarifikasian dari kegiatan yang ingin diwujudkan berdasarkan sasaran yang telah ditentukan. Kegiatan ini dibagi menurut proses kerja yang meliputi persiapan, pelaksanaan dan pengendalian: 1). Persiapan : 7 pokok akhir

2). Pelaksanaan : 1 pokok akhir 3). Pengendalian : 3 pokok akhir e. Pokok Akhir

Menguraikan secara rinci kegiatan pokok kerja dikaitkan dengan penanggung jawab yang terlibat sebagai berikut:

1) Pokok akhir dalam kegiatan ini berjumlah 11 (sebelas) kegiatan. 2) Penanggung jawab dalam kegiatan ini sebanyak 7 (tujuh) orang.

(37)

f. Penanggung Jawab

Adalah pelaksana yang terlibat langsung dengan penyelesaian pokok akhir, untuk lebih jelas dapat dilihat dari Matrik Rincian Kerja.

2. Paket Kerja Penjadwalan

Paket kerja adalah matrik yang memuat rincian kerja, pokok akhir, yang memuat siapa yang bertanggung jawab dan siapa yang menjadi penanggung gugat, apa yang dikerjakan, bila mana (waktunya) akan dilaksanakan, dimana pekerjaan itu akan dilaksanakan, serta biaya yang diperlukan untuk mencapai sasaran khusus yang direncanakan. Adapun paket kerja yang disusun dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah terdiri dari:

a. Pelaksanaan Rapat Koordinasi b. Pembentukan Panitia c. Pencairan Dana d. Penunjukan Instruktur e. Penyusunan Jadwal f. Pemberitahuan Peserta g. Penyiapan tempat h. Pelaksanaan Pelatihan i. Pemantauan j. Penilaian k. Pelaporan 3. Penjadwalan

Langkah selanjutnya adalah membuat jadwal kegiatan yang menggambarkan kapan kegiatan tersebut akan dimulai dan kapan direncanakan selesai.

(38)

38 N O M O R Penanggung Jawab Pokok Akhir K e p a la Ba d a n K a b id P U EM K a su b b id P EP M S r i Y u li a n ti Wi ll y a n to H a r iy a n ti In str u k tu r J u m la h 1. Pelaksanaan Rapat Koordinasi PK 1 PK 1 PK 1 PK 1 PK 1 PK 1 - 6 2. Pembentukan Panitia PK 2 PK 2 PK 2 PK 2 PK 2 PK 2 - 6 3. Pencairan Dana PK 3 - PK 3 PK 3 - - - 3 4. Penunjukan Instruktur PK 4 PK 4 PK 4 - PK 4 - - 4 5. Penyusunan Jadwal - - PK 5 PK 5 - - - 2 6. Pemberitahuan Peserta PK 6 - PK 6 - PK 6 PK 6 - 4 7. Penyiapan Tempat - - PK 7 PK 7 PK 7 PK 7 - 4 8. Pelaksanaan Pelatihan PK 8 PK 8 PK 8 PK 8 PK 8 PK 8 PK 8 7 9. Pemantauan - PK 9 PK 9 - - - 2 10. Penilaian PK 10 PK 10 PK 10 PK 10 - - - 4 11. Pelaporan PK 11 PK 11 PK 11 PK 11 PK 11 - - 5 JUMLAH 8 6 11 9 7 5 1

SASARAN KEGIATAN POKOK

KERJA

Gambar 5

Bagan Matrik Rincian Kerja

Melaksanakan pelatihan keterampilan manajemen BUMDes bagi 30 orang pengurus BUMDes selama 3 hari yaitu tanggal 24

– 26 Maret 2014 bertempat di gedung

aula dengan biaya sebesar Rp 20.000.000 (dua puluh juta rupiah)

yang berasal dari APBD tahun 2014 dilaksanakan oleh Sub Bidang Pemberdayaan Ekonomi Penduduk Miskin Bapermades Kab. Kulon progo

P ER S IA P A N P ELA K S A N A A N 37 Terwujudnya pembinaan BUMDes melalui pelaksanaan pelatihan

keterampilan manajemen BUMDes bagi 30 orang pengurus

BUMDes selama 3 hari yaitu tanggal 24 – 26 Maret 2014 bertempat di gedung aula dengan biaya sebesar Rp 20.000.000 (dua puluh juta rupiah) yang berasal

dari APBD tahun 2014 dilaksanakan oleh Sub Bidang

Pemberdayaan Ekonomi Penduduk Miskin Bapermades

Kab. Kulon progo

P EN G EN D A LI A N

(39)

Tabel 4. Rapat Koordinasi

Paket Kerja No. 1 Pokok Akhir : Pelaksanan Rapat

Penyelesaian : 2 hari (3- 4 Maret 2014) Penanggung Gugat : Kasubbid PEPM

No. Uraian Kerja Penanggung

Jawab

Waktu (Hari)

Biaya (Rp)

1 Mengkonsep undangan rapat Kasubbid PEPM

2 hari - - - - - 5.000 - - 120.000 - - 2 Mengetik undangan rapat Willyanto

3 Meneliti dan memaraf undangan rapat

Kabid PUEM 4 Meneliti dan menandatangani

undangan rapat

Kepala Badan 5 Mengagenda dan memberi cap

surat undangan rapat

Willyanto 6 Menggandakan dan mengirim

undangan rapat

Willyanto 7 Menyiapkan sarana dan tempat

rapat

Hariyanti 8 Melaksanakan rapat koordinasi Kasubbid PEPM 9 Menyediakan konsumsi rapat

(12 x Rp.10.000)

Sri Yulianti

10 Menotulen rapat Hariyanti

11 Mengkaji hasil rapat untuk ditindaklanjuti

Kasubbid PEPM

(40)

Tabel 5.

Pembentukan Panitia

Paket Kerja No. 2 Pokok Akhir : Pembentukan Panitia

Penyelesaian : 2 hari (5-6 Maret 2014) Penanggung Gugat : Kasubbid PEPM

No. Uraian Kerja Penanggung

Jawab

Waktu (Hari)

Biaya (Rp)

1 Menyusun daftar nama-nama panitia Kasubbid PEPM 2 hari - - - - - - 10.000 - - 2 Menyusun tugas masing-masing

panitia

Kasubbid PEPM 3 Membuat konsep SK panitia

pelatihan

Kasubbid PEPM 4 Mengetik SK panitia pelatihan Willyanto 5 Meneliti dan memaraf SK

panitia pelatihan Kabid PUEM 6 Menandatangani SK panitia pelatihan Kepala Badan 7 Menggandakan SK panitia pelatihan Hariyanti 8 Memberikan stempel SK panitia

pelatihan

Sri Yulianti 9 Membagikan SK panitia

pelatihan kepada panitia

Sri Yulianti

Jumlah 6 orang 2 Hari 10.000

Tabel 6. Pencairan Dana

Paket Kerja No. 3 Pokok Akhir : Pencairan Dana

Penyelesaian : 2 hari (7-10 Maret 2014) Penanggung Gugat : Kasubbid PEPM

No. Uraian Kerja Penanggung

Jawab

Waktu (Hari)

Biaya (Rp)

1 Menyusun nota pencairan dana pelaksanaan kegiatan Kasubbid PEPM 2 hari - - 50.000 2 Menyetujui dan menandatangani

nota pencairan dana

Kepala Badan 3 Mengajukan nota pencairan dana

kepada bendahara

Sri Yulianti

(41)

Tabel 7.

Penunjukan Instruktur

Paket Kerja No. 4 Pokok Akhir : Penunjukan Instruktur

Penyelesaian : 2 hari (11-12 Maret 2014) Penanggung Gugat : Kasubbid PEPM

No. Uraian Kerja Penanggung

Jawab

Waktu (Hari)

Biaya (Rp)

1 Menyusun daftar instruktur

pelatihan Kasubbid PEPM

2 hari

- 2 Membuat konsep surat

permohonan sebagai instruktur Kasubbid PEPM -

3 Mengetik dan menggandakan

surat permohonan instruktur Willyanto -

4 Meneliti dan memaraf surat

permohonan instruktur Kabid PUEM -

5 Memeriksa dan menandatangani

surat permohonan instruktur Kepala Badan -

6 Membubuhkan cap dinas pada

surat permohonan instruktur Willyanto -

7 Mengirim surat permohonan

Instruktur Willyanto 50.000

Jumlah 4 orang 2 Hari 50.000

Tabel 8.

Penyusunan Jadwal

Paket Kerja No. 5 Pokok Akhir : Penyusunan Jadwal

Penyelesaian : 2 hari (13-14 Maret 2014) Penanggung Gugat : Kasubbid PEPM

No. Uraian Kerja Penanggung

Jawab

Waktu (Hari)

Biaya (Rp)

1. Menyusun jadwal pelatihan Kasubbid PEPM

2 hari

- 2 Mengetik dan menggandakan

jadwal pelatihan

Sri Yulianti 50.000

3 Mengirimkan jadwal pelatihan kepada panitia dan instruktur

Sri Yulianti -

(42)

Tabel 9.

Pemberitahuan Peserta

Paket Kerja No. 6 Pokok Akhir : Pemberitahuan Peserta

Penyelesaian : 3 hari (17 – 19 Maret 2014) Penanggung Gugat : Kasubbid PEPM

No. Uraian Kerja Penanggung

Jawab

Waktu (Hari)

Biaya (Rp)

1 Menyusun surat undangan peserta pelatihan

Hariyanti

1 hari

2 hari

- 2 Meneliti dan memaraf konsep

surat undangan

Kasubbid PEPM -

3 Mengetik dan menggandakan surat undangan

Willyanto -

4 Memeriksa dan menandata-gani surat undangan

Kepala Badan -

5 Memberi cap dinas dan mengagenda surat undangan

Willyanto -

6 Mengirimkan surat undangan Willyanto 50.000

Jumlah 4 orang 3 Hari 50.000

Tabel 10. Penyiapan Tempat

Paket Kerja No. 7 Pokok Akhir : Penyiapan Tempat

Penyelesaian : 2 hari (20-21 Maret 2014) Penanggung Gugat : Kasubbid PEPM

No. Uraian Kerja Penanggung

Jawab

Waktu (Hari)

Biaya (Rp)

1 Mengkoordinir penyiapan tempat dan bahan pendukung

Kasubbid PEPM

2 hari

- 2 Menyiapkan sarana (LCD, laptop,

soundsistem)

Willyanto -

3 Menyiapkan spanduk dan dekorasi Willyanto 200.000 4 Menyiapkan alat tulis dan

perlengkapan peserta

Hariyanti 600.000

5 Menyiapkan daftar biaya transpot peserta

Hariyanti -

6 Menyiapkan daftar honor instruktur

Willyanto -

7 Memesan makan minum / konsumsi

Sri Yulianti -

(43)

Tabel 11.

Pelaksanaan Pelatihan

Paket Kerja No. 8 Pokok Akhir : Pelaksanaan Pelatihan

Penyelesaian : 3 hari (24-26 Maret 2014) Penanggung Gugat : Kasubbid PEPM

No. Uraian Kerja Penanggung

Jawab Waktu (Hari) Biaya (Rp) 1 Mengkoordinasikan pelaksanaan Pelatihan Kasubbid PEPM 3 hari -

2 Mempersiapkan acara Sri Yulianti -

3 Melaksanakan presensi kepada peserta Pelatihan

Willyanto -

4 Membagikan materi Pelatihan dari instruktur

Hariyanti -

5 Menyampaikan laporan Kasubbid PEPM -

6 Membuka dan memberi pengarahan

Kepala Badan -

7 Memberikan materi pelatihan Manajemen BUMDes

Instruktur -

8 Melaksanakan diskusi dan tanya jawab

Instruktur -

9 Menyiapkan dan membagikan konsumsi

Hariyanti -

10 Menutup acara Kabid PUEM -

11 Menyelesaikan administrasi keuangan (honor instruktur, honor panitia, konsumsi dan ATK)

Willyanto 18.665.000

(44)

Tabel 12. Pemantauan

Paket Kerja No. 9 Pokok Akhir : Pemantauan

Penyelesaian : 18 hari (3-26 Maret 2014) Penanggung Gugat : Kasubbid PEPM

No. Uraian Kerja Penanggung

Jawab

Waktu (Hari)

Biaya (Rp)

1 Mengamati kegiatan persiapan tempat

Kasubbid PEPM

18 hari

- 2 Mengamati pelaksanaan pelatihan Kasubbid PEPM -

3 Mencatat hasil pemantauan Kasubbid PEPM -

4 Menyimpulkan hasil pemantauan Kasubbid PEPM -

5 Merekap dan mendokumentasikan hasil pemantauan

Sri Yulianti 50.000

Jumlah 2 orang 18 Hari 50.000

Tabel 13. Penilaian

Paket Kerja No. 10 Pokok Akhir : Penilaian

Penyelesaian : 18 hari (3-26 Maret 2014) Penanggung Gugat : Kasubbid PEPM

No. Uraian Kerja Penanggung

Jawab

Waktu (Hari)

Biaya (Rp)

1 Menyiapkan format penilaian Sri Yulianti

18 hari

- 2 Mempelajari dan meneliti hasil

penilaian

Kasubbid PEPM -

3 Mengoreksi hasil penilaian Kabid PUEM -

4 Menandatangani hasil penilaian Kepala Badan - 5 Merekap dan mendokumentasikan hasil penilaian Sri Yulianti 50.000

(45)

Tabel 14. Pelaporan

Paket Kerja No. 11 Pokok Akhir : Pelaporan

Penyelesaian : 20 hari (3-28 Maret 2014) Penanggung Gugat : Kasubbid PEPM

No. Uraian Kerja Penanggung

Jawab Waktu (Hari) Biaya (Rp) 1 Melaporkan pelaksanaan kegiatan Kasubbid PEPM 20 hari -

2 Menyiapkan data laporan Sri Yulianti -

3 Menyusun konsep laporan Kasubbid PEPM -

4 Meneliti, menyetujui dan memaraf konsep laporan

Kabid PUEM -

5 Mengetik laporan Willyanto -

6 Meneliti, menyetujui dan menandatangani laporan

Kepala Badan -

7 Menggandakan laporan Willyanto 100.000

(46)

Tabel 15.

Daftar Rekapitulasi Biaya Pokok Akhir

No. Pokok Akhir Waktu (Hari) Paket Kerja Biaya (Rp.)

1 Rapat Koordinasi 2 PK 1 125.000 2 Pembentukan panitia 2 PK 2 10.000 3 Pencairan Dana 2 PK 3 50.000 4 Penunjukan Instruktur 2 PK 4 50.000 5 Penyusunan Jadwal 2 PK 5 50.000 6 Pemberitahuan Peserta 2 PK 6 50.000 7 Penyiapan tempat 2 PK 7 800.000 8 Pelaksanaan pelatihan 3 PK 8 18.665.000 9 Pemantauan 18 PK 9 50.000 10 Penilaian 18 PK 10 50.000 11 Pelaporan 20 PK 11 100.000 Jumlah 20.000.000

(47)

47 No Waktu Pokok Akhir Maret 2014 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 1 Rapat Koordinasi S A B T U M I N G G U S A B T U M I N G G U S A B T U M I N G G U S A B T U M I N G G U 2 Pembentukan panitia 3 Pencairan Dana 4 Penunjukan Instruktur 5 Penyusunan Jadwal 6 Pemberitahuan Peserta 7 Penyiapan Tempat 8 Pelaksanaan pelatihan 9 Pemantauan 10 Penilaian 11 Pelaporan 46

(48)

48

Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan pada Bab I sampai dengan Bab IV, maka dalam upaya peningkatan kinerja pembinaan BUMDes oleh Sub Bidang Pemberdayaan Ekonomi Penduduk Miskin Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Kulon progo dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Kinerja kelembagaan BUMDes dalam pengembangan usaha di Kabupaten Kulon progo masih belum optimal, hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan pengurus dalam manajemen BUMDes sehingga berakibat pada belum optimalnya perkembangan BUMDes di Kabupaten Kulon progo.

2. Kurangnya pengetahuan pengurus dalam manajemen BUMDes disebabkan oleh kurangnya pembinaan BUMDes.

3. Untuk meningkatkan pembinaan BUMDes maka perlu diselenggarakan pelatihan keterampilan manajemen BUMDes bagi 30 orang pengurus BUMDes yang ada di Kabupaten Kulon progo selama 3 hari dengan harapan pengetahuan pengurus dalam manajemen kelembagaan BUMDes akan meningkat sehingga usahanya semakin berkembang.

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Buku / Literatur :

Lembaga Administrasi Negara, 2008, Kertas Kerja Perseorangan, Bahan Ajar Diklatpim IV LAN-RI.

Lembaga Administrasi Negara, 2008, Pola Kerja Terpadu (PKT), Bahan Ajar Diklatpim IV LAN-RI.

Lembaga Administrasi Negara, 2008, Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan (PMPK), Bahan Ajar Diklatpim IV LAN-RI

Pemerintah Kabupaten Kulon progo, 2009, Rencana Strategis Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Kulon progo Tahun 2009-2013, Kabupaten Kulon progo.

Pemerintah Kabupaten Kulon progo, 2013, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Kulon progo Tahun 2012, Kabupaten Kulon progo.

.

Peraturan-Peraturan

Pemerintah RI, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Pemerintah RI, Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa

Pemerintah RI, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2010 tentang Badan Usaha Milik Desa

Pemerintah Kabupaten Kulon progo, 2009, Peraturan Daerah Kabupaten Kulon progo Nomor 3 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah, Badan Pelayanan Perizinan Terpadu, dan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Kulon progo

Pemerintah Kabupaten Kulon progo, 2009, Peraturan Daerah Kabupaten Kulon progo Nomor 3 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pembentukan dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa

Pemerintah Kabupaten Kulon progo, 2009, Peraturan Bupati Kulon progo Nomor 95 Tahun 2009 tentang Uraian Tugas dan Fungsi Jabatan Struktural Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Kulon progo

(50)

Gambar

Gambar 1.  Bagan Alur Pikir
Gambar 2.  Bagan Pohon Masalah
Gambar 3.  Bagan Pohon Sasaran
Tabel 4.  Rapat Koordinasi
+5

Referensi

Dokumen terkait

dengan membawa Dokumen Asli dan salinannya sebagaimana tertuang dalam formulir isian kualifikasi. Demikian

dengan membawa Dokumen Asli dan salinannya sebagaimana tertuang dalam formulir isian kualifikasi serta hardcopy penawaran

[r]

Mark the letter A, B, C or D on your answer sheet to indicate the word or phrase that is CLOSEST in meaning to the underlined part in the following questions.. Question 17: The

Statistik Pembangunan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Benain Noelmina Tahun

 analisis tentang kerajaan-kerajaan maritim Indone tem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebuda rakat Indonesia pada masa kini dalam bentuk tu an Indikator Pencapaian

Apabila (kamu berjumpa) dengan seorang yang 'alim, hendaklah berkata (dalam hati) dia telah diberi sesuatu (pengetahuan) yang aku belum memilikinya

Pemanenan Kelapa Sawit Membutuhkan Waktu Lebih Sedikit Sehingga Lebih Menguntungkan Daripada Karet. Sumber: Koleksi Pribadi, Desa Rumah Sumbul, 12