• Tidak ada hasil yang ditemukan

yahoo.com,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "yahoo.com,"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN

IPA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY DI KELAS V

SD NEGERI 17 SUNGAI CANGKAR KECAMATAN SUNGAI

PAGUKABUPATEN SOLOK SELATAN

Yulni Helmawati1, Wince Hendri2, Wirnita Eska1 1

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Bung Hatta E-mail: Yulnihelmawati @ yahoo.com,

2

Pendidikan Biologi, Universitas Negeri Padang

MAKE UP OF RESULT LEARN STUDENT IN STUDY OF IPA BY USING METHOD DICOVERY IN CLASS 5 SD COUNTRY 17 SUNGAI CANGKAR

DISTRICT OF PAGU RIVER OF SOUTH SOLOK REGENCY Yulni Helmawati

ABSTRACT

This research of background of fact in elementary school that student find difficulties in study of IPA. Because teacher still not yet in fact used approach of study of IPA in course of study, but still there are division of study eye separately is such as those which executed by in high class. Besides caused by teacher still use study method having the character of confencion. Formula of is problem of this research how make-up of result learn student by using discovery method. Research is penelititan of class action where researcher do colaboration with coleage as obseveser. Scheme of research use discovery method. This research subjec is class student 5 SDN 17 Sungai Cangkar. Result of this research can be concluded as berikut: from result of test I which have in the reality mount the understanding of student to items mount. From average value result of learning IPA by using method discovery at cycle 1 and cycle 2 experiencing of improvement. Complete of cycle 1 is mean result of learning 67,72, afective 70,63%, Psicomotor 74,5% and cycle 2 is flatten result learn 80,09, afektive 82%, and psicomotor 80,81%. Assessment of teacher aspect, and assessment of student aspect of siklus1 82% and 76%. Cycle 2 92% and 92%. Can be concluded that study of IPA by using discovery method can improve result learn class student 5 SDN 17 Sungai Cangkar District Of River of Pagu Sub-Province of Solok South.

Key words:Discovery,IPA, course of study A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat membantu peserta didik dalam memperoleh pengalaman langsung dan pemahaman untuk mengembangkan potensi dirinya secara ilmiah. IPA membantu penguasaan siswa/peserta didik

terhadap pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip tentang alam yang ada di sekitar mereka.

Menurut Depdiknas (2006:484), menyatakan IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai kumpulan pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan

(2)

2 sikap ilmiah. Hal senada juga dijelaskan oleh Mariana (2009:23) yang mendefinisikan "IPA sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, dirumuskan secara umum, ditandai oleh penggunaan metode ilmiah dan munculnya sikap ilmiah

Seorang guru yang memiliki kompetensi, khususnya di bidang IPA diharapkan akan mampu menciptakan suasana belajar yang efektif, untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Sardiman (2008:135) mengemukakan bahwa "guru merupakan tenaga professional di bidang pendidikan dalam kaitannya dengan accountability". Oleh karena itu, guru dituntut memiliki kualifikasi kemampuan dalam pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan, serta sikap yang lebih mantap dan memadai dalam upaya menciptakan aktivitas penguasaan konsep dan kemampuan pemecahan masalah serta prestasi belajar siswa.

Berdasarkan pengalaman peneliti di SDN 17 Sungai Cangakr dalam kaitannya dengan mengaktifkan siswa, guru masih menjadi unsur dominan dalam kegiatan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan, guru masih memakai metode ceramah dan tanya jawab. Dari pelaksanaan proses pembelajaran tersebut di atas mengakibatkan siswa menjadi pasif

dalam pembelajaran sehinga hasil belajar siswa menjadi rendah.

Berdasarkan paparan permasalahan di atas, peneliti mengatasi masalah pembelajaran IPA di kelas V SDN 17 Sungai Cangkar dengan penggunaan metode discovery, dalam proses pembelajaran. Metode discovery adalah cara penyajian pembelajaran yang banyak melibatkan siswa dalam proses mental dalam penemuannya terhadap suatu materi, sehingga memperoleh pengalaman langsung dari hasil proses pembelajaran. a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam

(IPA) di SD

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan tentang alam berdasarkan hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Menurut Depdiknas (2006:484) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”.

Menurut Fisher (dalam Muhammad, 1987:4) menyatakan IPA adalah “Suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode-metode berdasarkan observasi”.

(3)

3 Metode Discovery merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA. Dalam penggunaan metode ini siswa dibimbing oleh guru dalam menemukan konsep pembelajaran dengan cara: mengamati, menggolongkan, menduga, menjelaskan dan mengambil kesimpulan. Pernyataan tersebut sejalan dengan Mulyasa (2008:110) merupakan metode yang lebih menekankan pada pengalaman langsung”. Dengan arti kata, pembelajaran dengan metode discovery lebih mengutamakan proses dari pada hasil belajar.

Pernyataan tersebut sejalan dengan Mulyasa (2008:110) mengemukakan “Pemecahan masalah melalui metode

discovery akan mengembangkan

kecakapan siswa dalam menemukan dan memecahkan masalah untuk menyelesaikan tugas yang dihadapi siswa”. Menurut Sun (dalam Subroto, 2002:193), berpendapat bahwa “discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasikan sesuatu konsep atau suatu prinsip”. Dalam hal ini proses mental berupa: mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, membuat kesimpulan dan sebagainya.

Langkah-langkah metode discovery

yang penulis pakai adalah menurut pendapat Rohani (dalam Rahardian 2010:1) bahwa langkah-langkah dalam

melaksanakan metode discovery adalah merumuskan masalah, memancing hipotesa, membentuk kelompok, melakukan kegiatan penemuan, melaporkan kegiatan penemuan, menarik kesimpulan dan melakukan evaluasi.

Banyak ahli mengemukakan tentang langkah-langkah pelaksanaan metode

discovery seperti menurut Sund (dalam Rahardian 2010:2) adalah sebagai berikut:

(a) Mengemukakan problem yang akan dicari jawabannya melalui kegiatan penemuan. (b). Membuat kelompok diskusi, dan pengarahan tentang cara pelaksanaan penemuan problema yang telah ditetapkan. (c). Memberikan hipotesa. (d). Melakukan pengumpulan data melalui percobaan. e) Menganalisis data hasil temuan. (f) Memberi kesempatan siswa melaporkan hasil penemuannya. (g) Melakukan pembahasan hasil penemuan. (h) Melakukan tindak lanjut.

Menurut Sagala (2008:197) ada lima tahapan yang ditempuh dalam melaksanakan pendekatan discovery yakni: “(1) Perumusan masalah untuk dipecahkan siswa. (2) Menetapkan jawaban sementara atau lebih kenal dengan istilah hipotesis. (3) Siswa mencari informasi, data, fakta yang diperlukan untuk menjawab permasalahan atau hipotesis. (4) Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi, (5) Mengaplikasikan kesimpulan atau generalisasi dalam situasi baru”.

(4)

4 Penilaian proses pada pembelajaran IPA dengan metode discovery dilakukan melalui beberapa aspek yaitu: Keterampilan siswa dalam memecahkan masalah, keterampilan siswa merumuskan hipotesis, membentuk kelompok keterampilan siswa untuk melakukan penemuan, dan keterampilan siswa merumuskan kesimpulan dari pemecahan masalah. Karena pembelajaran IPA dengan metode discovery ini dilaksanakan dengan metode diskusi kelompok, maka penilaian juga dilakukan terhadap keaktifan siswa, kemampuan bekerja sama, cara menyampaikan pendapat dan menghargai pendapat teman dalam berdiskusi.

c. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan faktor yang penting dalam pendidikan. Secara umum, belajar dipandang sebagai perwujudan nilai yang diperoleh siswa melalui proses pembelajaran. Menurut Sudjana (2006:25) “Hasil belajar adalah sesuatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan”. Sedangkan menurut Hernawan dkk (2008:2.76) “Hasil belajar mengacu pada segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan”.

Sedangkan menurut Bloom (dalam Harun 2007:13) menyatakan bahwa, “Hasil belajar mencakup peringkat dan prestasi

belajar, kecepatan belajar, dan hasil kognitif, afektif dan psikomotor siswa”. Karakteristik manusia meliputi cara berfikir, berbuat dan perasaan. Cara berpikir menyangkut ranah kognitif, cara berbuat menyangkut ranah psikomotor sedangkan perasaan menyangkut ranah afektif.

2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan

memberikan gambaran dan

mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa kelas V SDN 17 Sungai Cangkar Kecamatan Sungai Pagu dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan metode discovery.

Berdasarkan hal di atas maka peliti melakukan penelitian yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPA dengan Menggunakan Metode Discovery di Kelas V SDN 17 Sungai Cangkar Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan.”

B. METODE PENELITIAN

Berdasarkan masalah yang diteliti, maka penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Wardani (2008:1.4) menyatakan bahwa “Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Sejalan dengan hal ini

(5)

5 Arikunto dkk (2009:3) mengemukakan “Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang disengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.”

Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan menggunakan model siklus yang dijelaskan oleh Arikunto (2009:16). Peneliti melaksanakan penelitian ini bersiklus, yaitu siklus I sampai siklus II. Setiap siklus diadakan 2 kali pertemuan dan setiap akhir pertemuan dilaksanakan pengamatan terhadap aktifitas siswa selama proses pembelajaran. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Sumber data Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari beberapa sumber yakni : siswa, peneliti, dan teman sejawat sebagai observer.

1. Siswa 2. Guru

3. Observer

Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas dapat dilakukan melalui 4 tahap yaitu :

a. Tahap Perencanaan b. Tahap Pelaksanaan c. Tahap Pengamatan d. Tahap Refleksi

Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan: 1. Hasil tes, dan 2. Observasi yang akan diuraikan sebagai berikut:

a. Tes

Tes digunakan untuk memperkuat data observer yang terjadi di dalam kelas, terutama pada bagian penguasaan materi pembelajaran di kelas tentang “gaya magnet” dengan menggunakan metode

discovery.

b. Observasi

Observasi berupa paparan tentang data pengamatan terhadap peneliti maupun siswa selama proses berlangsung pembelajaran, unsur-unsur yang diamati dalam pelaksanaan tertera pada lembaran observasi.

Alat Pengumpulan Data a. Lembar Tes

Lembar tes digunakan untuk melihat sejauh mana siswa menguasai materi pembelajaran.

b. Lembar Observasi Pelaksanaan Proses Pembelajaran Bagi Guru

Menggambarkan kegiatan guru dalam proses pembelajaran mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan energi melalui percobaan.

c. Lembar Observasi Pelaksanaan Proses Pembelajaran Bagi Siswa

Menggambarkan kegiatan siswa dalam proses pembelajaran

(6)

6 mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan energi melalui percobaan. C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1.Hasil

Siklus I

pelaksanaan tindakan dilakukan secara bersamaan. Pengamatan dilakukan oleh pengamat yaitu teman sejawat sebagai

observer mulai dari proses pembelajaran berlangsung sampai selesai. Adapun aspek yang diamati oleh observer adalah (1) Pelaksanaan proses pembelajaran aspek guru (2) Pelaksanaan proses pembelajaran aspek siswa dengan mengisi instrument yang telah disediakan.

a) Pelaksanaan Proses Pembelajaran Aspek Guru

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer terhadap aktivitas peneliti dalam kegiatan pembelajaran siklus I dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1: Hasil Pengamatan Pelaksanaan Proses Pembelajaran Aspek Guru pada Siklus I

Pertemuan Jumlah Skor Persentase

1 28 78%

2 31 86%

Rata-rata 82%

Dari Tabel 3, dapat dilihat bahwa persentase rata-rata dari hasil pengamatan pelaksanaan proses pembelajaran dari aspek guru pada siklus I adalah 82%, hal ini menunjukkan bahwa taraf keberhasilan aktivitas guru selama kegiatan

pembelajaran di siklus I, berdasarkan hasil pengamatan termasuk dalam kategori baik.

b) Pelaksanaan Proses Pembelajaran Aspek Siswa

Pada kegiatan pembelajaran siklus I, siswa terlihat kurang antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Hasil pengamatan tersebut dapat dilihat dalam Tabel 2.

Tabel 2: Hasil Pengamatan Pelaksanaan Proses Pembelajaran Aspek Siswa pada Siklus I

Pertemuan Jumlah

Skor Persentase

1 26 72%

2 29 80%

Rata-rata 76%

Dari Tabel 2, dapat dilihat bahwa persentase rata-rata dari hasil pengamatan proses pelaksanaan pembelajaran aspek siswa pada siklus I adalah 76 % termasuk dalam kategori cukup.

a) Hasil Belajar Siswa pada Siklus I 1) Aspek Kognitif

Setelah diadakan tes pada tiap akhir pertemuan di siklus I, guru menghitung nilai siswa. Berikut ini adalah hasil belajar kognitif siswa pada siklus I.

Tabel 3: Hasil Belajar Kognitif Siswa pada Siklus I Pertemuan Rata-rata Hasil Belajar Ketuntasan Belajar (KKM 65) Tuntas Belum Tuntas 1 63 6 5 2 72 8 3 Rata-rata 67

(7)

7 Jadirata-rata hasil belajar kognitif siklus I adalah 67. Dari dua kali pertemuan keberhasilan siswa dalam aspek kognitif siklus I masih berada dibawah indikator keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu 75% .Hal ini desebabkan oleh banyaknya siswa yang kurang memahami materi pembelajaran karena dalam proses pembelajaran berlangsung sebagian siswa tidak serius dalam mengikuti pembelajaran.

2) Aspek Afektif

Keberhasilan siswa dalam aspek afektif dalam pembelajaran selama siklus I dapat dilihat dalam Tabel 4.

Tabel 4: Hasil Belajar Aspek Afektif Siswa pada Siklus I

Pertemuan Persentase Kategori

1 67% Kurang

2 74% Cukup

Rata-rata 70% Cukup

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa dari dua kali pertemuan, keberhasilan siswa dalam aspek afektif siklus I memperoleh rata-rata 71% dalam kategori cukup. Hal ini disebabkan karena masih banyaknya siswa yang kurang aktif dalam belajar, keseriusan kurang, dan kerjasama antara siswa kurang terlaksana dengan baik.

3) Aspek Psikomotor

Keberhasilan siswa dalam aspek afektif dalam pembelajaran selama siklus I dapat dilihat dalam tabel 5.

Tabel 5: Hasil Belajar Aspek Psikomotor Siswa pada Siklus I

Pertemuan Persentase Kategori

1 72% Cukup

2 77% Cukup

Rata-rata 74% Cukup

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa dari dua kali pertemuan, keberhasilan siswa dalam aspek psikomotor siklus I memperoleh rata-rata 74% dalam kategori cukup.

Refleksi Tindakan Siklus I

Berdasarkan refleksi antara peneliti dengan observer, ditemukan beberapa kekurangan pada siklus I antara lain sebagai berikut:

1. Pada saat melakukan percobaan tentang kekuatan gaya magnet, siswa banyak yang tidak serius atau bermain-main dan kerjasama antara anggota kelompok belum terjalin dengan baik, untuk itu perlu perhatian dan bimbingan dengan baik.

2. Pada saat persentasi kelompok ke depan kelas, tidak satu pun kelompok yang menanggapinya. Hal ini disebabkan karena siswa masih malu-malu dan ragu akan diejek dan ditertawakan.

3. Guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya pada saat belajar kelompok selesai, tetapi guru langsung saja menuntun siswa untuk menyimpulkan pembelajaran.

Menurut hasil pengamatan dan analisa permasalahan yang timbul pada

(8)

8 pembelajaran siklus I, maka pembelajaran dilanjutkan pada siklus II dengan meperbaiki tindakan pada proses pembelajaran dan memperhatikan hal-hal berikut ini:

1. Sebaiknya dalam melakukan percobaan guru membimbing kelompok.

2. Guru lebih memotivasi siswa untuk aktif bertanya dan berani mengeluarkan pendapatnya.

3. Guru lebih memotivasi siswa untuk mau dan berani menanggapi laporan kerja kelompok dari temannya.

4. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang dipelajarai sebelum menyimpulkan pembelajaran.

Siklus II

Pelaksanaan tindakan dilakukan secara bersamaan. Pengamatan dilakukan oleh pengamat yaitu teman sejawat sebagai

observer mulai dari proses pembelajaran berlangsung sampai selesai. Adapun aspek yang diamati oleh observer adalah (1) Pelaksanaan proses pembelajaran aspek guru (2) Pelaksanaan proses pembelajaran aspek siswa dengan mengisi instrument yang telah disediakan.

(a) Pelaksanaan proses pembelajaran aspek guru

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer terhadap kegiatan

peneliti dalam proses pembelajaran siklus II dapat dilihat dalam Tabel 7.

Tabel 7: Hasil Pengamatan Pelaksanaan Proses Pembelajaran Aspek Guru pada Siklus II

Pertemuan Jumlah Skor Persentase

1 33 91%

2 34 94%

Rata-rata 92%

Jadi rata-rata keberhasilan pelaksanaan pembelajaran aspek guru pada siklus II adalah 92% kategori sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa taraf keberhasilan aktivitas guru selama kegiatan pembelajaran di siklus II, berdasarkan hasil pengamatan termasuk dalam kategori sangat baik.

(b) Pelaksanaan pembelajaran aspek siswa

Pada kegiatan pembelajaran siklus II, siswa terlihat sudah antusias dalam mengikuti proses pembelajaran, hasil pengamatan tersebut dapat dilihat dalam Tabel 8.

Tabel 8: Hasil Pengamatan Pelaksanaan Proses Pembelajaran Aspek Siswa pada Siklus II

Pertemuan Jumlah Skor Persentase

1 33 91%

2 34 94%

Rata-rata 92%

Jadi rata-rata keberhasilan pelaksanaan pembelajarn aspek siswa pada siklus II adalah 92%. Hal ini menunjukkan bahwa taraf keberhasilan aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran di siklus II termasuk dalam kategori sangat baik. Di samping itu guru telah maksimal

(9)

9 membimbing siswa dalam proses pembelajaran.

(c) Hasil Belajar Siswa pada Siklus II (1) Aspek Kognitif

Keberhasilan siswa dilihat dari tes yang dilakukan pada siklus II dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9 : Hasil Belajar Kognitif Siswa pada Siklus II Pertemuan Rata-rata Hasil Belajar Ketuntasan Belajar (KKM 65) Tuntas Belum Tuntas 1 80 9 2 2 82 10 1 Rata-rata 81

Jadi rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II adalah 81. Dari dua kali pertemuan keberhasilan siswa dalam aspek kognitif siklus II sudah berada di atas indikator keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu 75%.

(2) Aspek Afektif

Keberhasilan siswa pada aspek afektif dalam proses pembelajaran selama siklus II dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10: Hasil Belajar Aspek Afektif

Siswa pada Siklus II Pertemuan Persentase Kategori

1 79% Cukup

2 85% Baik

Rata-rata 82% Baik

Jadi rata-rata penilaian afektif pada siklus II adalah 82% berada pada taraf keberhasilan baik. Hal ini membuktikan bahawa telah terjadi peningkatan hasil belajar afektif siswa dalam proses pelaksanaan pembelajaran.

(3) Aspek Psikomotor

Keberhasilan siswa dalam aspek psikomotor pembelajaran selama siklus II dapat dilihat dalam tabel 11.

Tabel 11: Hasil Belajar Aspek Psikomotor Siswa pada Siklus II

Pertemuan Persentase Kategori

1 81% Baik

2 86% Baik

Rata-rata 83% Baik

Berdasarkan paparan data tersebut, dapat diperoleh gambaran bahwa rata-rata penilaian psikomotor pada siklus II adalah 83% dalam kategori baik. Hal ini membuktikan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan percobaan dan diskusi kelompok, sebahagian besar siswa telah berpartisipasi dengan baik dan telah terjadi peningkatan psikomotornya. . Refleksi Tindakan Siklus II

Dilihat dari data persentase aktivitas siswa dan guru dalam proses pembelajaran pada siklus II ini telah mengalami peningkatan dengan hasil pada kategori sudah baik. Begitu juga dari hasil belajar siwa telah berada di atas indikator keberhasilan penelitian. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran IPA dengan metode

discovery pada siklus II telah mengalami peningkatan dan mendekati tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu diputuskan untuk tidak melnjutkan penelitian pada

(10)

10 siklus berikutnya, dengan demikian penelitian sudah selesai di siklus II.

B. Pembahasan

1. Pelaksanaan Pembelajaran Aspek Guru Dari aspek guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran IPA di kelas V SDN 17 Sungai Cangkar dengan metode

discovery pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12: Penilaian Aspek Guru dalam Proses Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I dan Siklus II Pertemuan Siklus I II 1 78% 91% 2 86% 94% Peresentase 82 % 92%

Dari Tabel 12, dapat dilihat aspek guru mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Dalam siklus II pelaksanaan pembelajaran aspek guru sudah terlaksana dengan baik.

2. Pelaksanaan Pembelajaran Aspek Siswa Pelaksanaan pembelajaran aspek siswa dalam proses pembelajaran dapat dilihat pada tabel 13.

Tabel 13: Penilaian Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran Siklus I dan Siklus II Pertemuan Siklus I II 1 72% 91% 2 80% 96% Peresentase 76% 92% Dari Tabel 13, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan yang berarti dari siklus I ke siklus II, dimana dari persentase

pelaksanaan pembelajaran aspek siswa siklus I yaitu 76% meningkat menjadi 92% pada siklus II. Hal ini disebabkan karena pada proses pembelajaran pada siklus II siswa telah memahami dan melaksanakan langkah-langkah metode discovery dengan lebih baik.

3. Hasil Belajar Siswa dalam Proses Pembelajaran IPA

1) Aspek Kognitif

Pelaksanaan pembelajaran baik pada siklus I maupun siklus II telah mengikuti langakah-langkah metode

discovery dan telah di akhiri dengan pelaksanaan tes ditiap pertemuan pada masing-masing siklus. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14: Hasil Belajar Kognitif pada Siklus I dan Siklus II

Pertemuan Siklus I II Rata-rata Hasil Belajar Rata-rata Hasil Belajar 1 64 80 2 72 82 Rata-rata 68 81

Dari Tabel 14, dapat dilihat bahwa pada siklus I rata-rata hasil belajar 68 dan belum mencapai indikator keberhasilan penelitian yaitu besar sama dengan 75%. Sedangkan pada siklus II rata-rata hasil belajar 81 dan telah berada di atas KKM yang ditetapakan dan memenuhi indikator keberhasilan penelitian.

(11)

11 Hasil belajar dari aspek afektif pada pelaksanaan proses pembelajaran IPA dengan menggunakan metode discovery

pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 : Hasil Belajar Afektif pada Siklus I dan Siklus II

Pertemuan Siklus

I II

1 67% 79%

2 74% 85%

Peresentase 69% 82% Dari Tabel 15, dapat dilihat penilaian afektif siswa pada siklus I dan siklus II. Siklus I persentase yang diperoleh sebesar 69% dan masih dalam kategori kurang. Hal ini disebabkan karena keseriusan, keaktifan dan kerjasama siswa dalam proses pembelajaran belum terlaksana dengan baik. Sedangkan pada siklus II persentase yang diperoleh adalah 82% dan berada dalam kategori baik. 3) Aspek Psikomotor

Hasil belajar dari aspek psikomotor pada pelaksanaan proses pembelajaran IPA dengan menggunakan metode discovery

pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16: Hasil Belajar Psikomotor pada Siklus I dan Siklus II

Pertemuan Siklus

I II

1 72% 81%

2 77% 86%

Peresentase 74% 83% Dari Tabel 16, dapat dilihat penilaian psikomotor siswa pada siklus I dan siklus II. Siklus I persentase yang

diperoleh sebesar 74% dan masih dalam kategori cukup. Hal ini disebabkan karena dalam penggunaan alat, ketepatan penggunaan alat dalam percobaan belum sesuai dengan yang diharapkan. Begitu juga dalam pelaksanaan diskusi dan membuat kesimpulan, siswa belum bisa melaksanakan secara maksimal. Sedangkan pada siklus II persentase yang diperoleh adalah 83% dan berada dalam kategori baik. Hal ini disebabkan karena siswa telah melakukan percobaan dengan memanfaatkan peralatan yang ada dengan baik dan telah mampu membuat kesimpulan dengan baik.

D. KESIMPULAN

Meningkatnya hasil belajar siswa dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar 68 pada siklus I belum dianggap tuntas, karena masih banyak siswa yang belum tuntas dengan nilai di atas KKM yang ditetapkan, penelitian itu dilanjutkan pada siklus II. Ternyata pelaksanaan tindakan siklus II mengalami peningkatan dengan rata-rata hasil belajar 81, hal ini merupakan bukti pelaksanaan penelitian yang telah dilakukan di SDN 17 Sungai Cangkar telah berhasil meningkatkan hasil belajar siswa. Di sampaing itu pelaksanaan proses pembelajaran aspek siswa dan guru dalam proses pembelajaran juga telah mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sehingga memperoleh penilaian dalam kategori baik.

(12)

12 Menurut hasil temuan penelitian penggunaan metode discovery dalam pembelajaran IPA materi gaya magnet di kelas V SD Negeri 17 Sungai Cangkar, maka ditemukan saran sebagai berikut :

1. Hendaknya dapat menerapkan metode discovery dalam pembelajaran IPA lebih baik lagi dan menerapkan dalam pembelajaran lainnya sehingga dapat menciptakan proses pembelajaran yang aktif dan menyenangkan serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peneliti juga hendaknya dapat membuat rancangan pembelajaran IPA sesuai dengan langkah-langkah yang sesuai dengan metode

discovery.

2. Untuk kepala sekolah hendaknya memberikan motivasi kepada guru kelas agar lebih banyak lagi menggunakan metode yang bervariasi dalam proses pembelajaran.

3. Agar guru menggunakan metode

discovery dan metode lain yang bervariasi dalam proses pembelajaran, supaya mendapatkan hasil yang lebih maksimal dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi

Aksara.

BNSP. 2007. KTSP Model Silabus Kelas V Nasional

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: BNSP Margaretta. 2006. Konsep Dasar IPA. Bandung UPI Press

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Harianto. 2007. Sains untuk Sekolah Dasar

Kelas V. Jakarta: Erlangga

Hermawan, Asep Herry dkk. 2006.

Pengembangan Kurikulum dan

Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

I.G.A.K Wardani, dan Kuswaya Wihardit. (2008). Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: Universitas Terbuka Mahyudin, Ritawati. 2008. Hand Oud

Metodologi Penelitian Tindakan Kelas. Padang: FIP UNP

Mariana dan Wandi Praginda. 2009.

Hakikat IPA dan Pendidikan IPA.

Jakarta: PPPPTKIPA

Mulyasa. 2008. Menjadi Guru profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenankan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Purwanto, Ngalim. 2006. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sagala, Syaiful. 2008. Konsep dan makna

Pembelajaran. Alfabet.

Subroto, Suryo. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta

(13)

Gambar

Tabel 1: Hasil Pengamatan Pelaksanaan  Proses Pembelajaran Aspek  Guru pada Siklus I
Tabel 7: Hasil Pengamatan Pelaksanaan  Proses Pembelajaran Aspek Guru  pada Siklus II
Tabel  12:  Penilaian  Aspek  Guru  dalam  Proses  Pelaksanaan  Pembelajaran  Siklus  I    dan  Siklus II  Pertemuan  Siklus  I  II  1  78%  91%  2  86%  94%  Peresentase   82 %  92%

Referensi

Dokumen terkait

Bagian perencanaan produksi (PPIC) memberikan informasi kepada kepala produksi mengenai produk yang akan dikerjakan, kemudian kepala produksi memberikan informasi

Ada atau tidaknya aktivitas anti jamur dapat dilihat dari tingkat kekeruhan pada tabung percobaan yang kemudian ditetapkan sebagai Konsentrasi Hambat Minimal

Observasi yang peneliti lakukan ini adalah observasi pasif, dengan melakukan pengamatan atau pencatatan hal-hal penting, di antaranya: interaksi antar peserta didik,

Metode penelitian yang akan dilakukan mengikuti diagram alir pada Lampiran 1 yang meliputi penentuan kadar air serbuk daun salam yang telah dikeringudarakan dan

DVR atau Digital Video Recorder merupakan peralatan mutlak dari perkembangan CCTV sekarang, karena fungsinya sebagai spliter (pembagi gambar) di monitor, perekaman,

kognitif dari proses dan hasil belajar yang penting untuk dinilai sesuai dengan karakteristik kompetensi keahlian Pemeliharaan dan Perbaikan Instrumen Elektronika Pesawat

14/06/2016 Salinan informasi nilai hasil SBMPTN 2014, a.n Julian Hadi Prasetyo, Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Berdasarkan hasil wawancara di atas, menggambarkan bahwa lingkungan kerja sangat mempengaruhi gaya kepemimpinan kepala Dinas Pendidikan Kota Lubuklinggau seperti