Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE
STAD
UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN
KOMPETENSI PENGETAHUAN IPA
Ni Ketut Ayu Putri Sandra Dewi
1, Nengah Suadnyana
2, DB.Kt.Ngr Semara Putra
3 1,2,3Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail : sandraketut95@gmail.com
1,suadnyanainengah@gmail.com
2,
ngurahsemara@yahoo.com
3Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan penguasaan kompetensi Pengetahuan IPA siswa kelas IV SD Negeri 1 Sanur, setelah diterapkan pendekatan saintifik berbasis pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua siklus untuk memperbaiki proses pembelajaran. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri 1 Sanur yang berjumlah 40 orang.Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan tes objektif untuk mengetahui kemampuan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA.Data tersebut kemudian dianalisis dengan teknik analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan persentase rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA sebesar 16% dari 66% pada siklus I berada pada kategori sedang menjadi 82% berada pada kategori tinggi pada siklus II. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa“Penerapan Pendekatan Saintifik Berbasis Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPA Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Sanur”.
Kata-kata kunci : saintifik, STAD, pengetahuan IPA.
Abstract
This research aimed to develop natural science competence of the fourth grade students at SD Negeri 1 Sanur, once applied the natural scientific approach based on learning model Student Teams Achievement Division (STAD). This research was a classroom action research which conducted in two cycles to improve the learning proces. Subject of this research was the student of fourth grade at SD Negeri 1 Sanur which numbered 40 people. The data was collected by using an objective test to determine the ability of the science competence of the students then analyzed by quantitative descriptive technique. The result shows that an increase occur in the average percentage of mastering of the natural science competence’s skill of 16% from 66% in the first cycle to 82% in the second cycle. Based on these result can be concluded that “the application of natural scientific approach based on cooperative learning Student Teams Achievement Division (STAD) able to improve the natural science competence of the students of fourth grade of SD Negeri 1 Sanur”.
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan sarana penting
untuk meningkatkan kualitas Sumber DayaManusia (SDM) dalam menjamin
keberlangsungan pembangunan suatu bangsa. Peningkatan kualitas SDM jauh lebih mendesak untuk segera direalisasikan
terutama dalam menghadapi era
persaingan global. Oleh karena itu, peningkatan kualitas SDM sejak dini merupakan hal penting yang harus dipikirkan secara sungguh-sungguh.
Jika pendidikan merupakan salah satu instrumen utama pengembangan SDM, tenaga pendidik dalam hal ini guru sebagai salah satu unsur yang berperan penting di dalamnya, memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan tugas dan mengatasi segala permasalahan yang muncul.
Tentu saja keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran di dalam kelas tergantung pada kepiawaian guru dalam menggunakan metode, teknik, dan strategi pembelajaran tersebut. Namun sayangnya, berdasarkan pengamatan di lapangan, banyak ditemui pelaksanaan pembelajaran masih kurang variatif, proses pembelajaran memiliki kecenderungan pada metode tertentu (konvensional), dan tidak memperhatikan tingkat pengetahuan siswa terhadap informasi yang disampaikan. Siswa kurang aktif dalam proses belajar, siswa lebih banyak mendengar dan menulis, menyebabkan isi pelajaran sebagai hafalan sehingga siswa tidak memahami materi yang sebenarnya. Sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih terfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan (Susanto, 2013: V).
Muatan materi IPA merupakan mata pelajaran yang selama ini dianggap sulit oleh sebagian besar peserta didik, mulai dari jenjang sekolah dasar sampai sekolah menengah. Anggapan sebagian besar peserta didik yang menyatakan bahwa muatan materi IPA dalam pembelajaran ini sulit adalah benar terbukti dari hasil perolehan Ujian Akhir Sekolah (UAS) yang dilaporkan Depdiknas masih sangat jauh dari standar yang diharapkan. Salah satu
masalah yang dihadapi dunia pendidikan saat ini adalah masalah lemahnya pelaksanaan proses pembelajaran yang diterapkan para guru di sekolah. Proses pembelajaran yang terjadi selama ini
kurang mampu mengembangkan
kemampuan berpikir peserta didik. Pelaksanaan proses pembelajaran yang berlangsung di kelas hanya diarahkan pada kemampuan siswa untuk menghafal informasi, otak siswa dipaksa hanya untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diperoleh untuk menghubungkannya dengan situasi sehari-hari. Kondisi ini juga menimpa pada muatan materi IPA dalam pembelajaran, yang memperlihatkan bahwa selama ini proses pembelajaran sains di SD masih banyak yang dilaksanakan secara konvensional. Karena pada kurikulum 2013 ini sudah menggunakan pendekatan saintifik di sekolah-sekolah dasar, khusunya pada SD Negeri 1 Sanur yang telah diobservasi pada tanggal 21 Nopember 2015, di dalam hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan pada guru wali kelas IV, khususnya dalam pelaksanaan muatan materi IPA diperoleh data siswa kelas IV
untuk penguasaan kompetensi
pengetahuan IPA siswa dengan nilai akhir dari 40 siswa hanya 12,5% siswa yang tuntas yaitu sebanyak 5 siswa sedangkan siswa yang belum tuntas mencapai 87,5% yaitu sebanyak 35 siswa. Hasil belajar tersebut berdasarkan hasil ulangan tengah semester I. Hasil belajar dikatakan tuntas atau berhasil apabila telah memenuhi standar Ketuntasan Belajar (KB) sekolah yaitu 75 baik secara individu maupun klasikal di kelas IV. Dimana pada muatan materi IPA dalam pembelajaran tersebut siswa kurang aktif dan kurang memahami pembelajaran yang dijelaskan oleh guru karena disebabkan guru tersebut masih menggunakan pembelajaran yang berpusat pada guru bukan pada siswa sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran tersebut kurang optimal dan membuat siswa mudah bosan. Dengan demikian maka akan dilakukan penelitian pendekatan saintifik dengan menerapkan kombinasi model
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 pembelajaran STAD pada muatan materi
IPA.
Menurut Kosasih (2014 : 72) Pendekatan Saintifik merupakan “kegiatan
pembelajaran yang mengutamakan
kreativitas dan temuan-temuan siswa”. Pengalaman belajar yang diperoleh berdasarkan kesadaran. Materi yang dipelajari berbasis fakta atau fenomena tertentu yang diamati, dipertanyakan, dan dicari jawabannya sendiri dari berbagai sumber yang relevan, dan bermuara pada
sebuah jawaban yang dapat
dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Kosasih (2014:72) menyatakan karakteristik pendekatan saintifik adalah materi pembelajaran dipahami dengan standar logika yang sesuai dengan taraf kedewasaan, interaksi pembelajaran berlangsung secara terbuka dan objektif, siswa mempunyai kesempatan seluas-luasnya untuk mengemukakan pemikiran, perasaan, sikap dan pengalamannya namun tetap memperhatikan sikap ilmiah, dan siswa didorong untuk selalu berfikir analistis dan kritis, tepat dalam memahami,
memecahkan masalah, serta
mengaplikasikan materi-materi
pembelajaran.
Daryanto (2014:54) menyatakan beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik diantaranya a) Untuk meningkatkan kemampuan intelektual, b) Membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik, c) Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan, d) Diperoleh hasil belajar yang tinggi, e) Melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, dan f) Untuk mengembangkan karakter siswa.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model pembelajaran yang memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru. Rusman (2010:213) mengemukakan model ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John
Hopkin. Model Student Teams
Achievement Division (STAD) merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti. Model ini juga sangat mudah
diadaptasi, telah digunakan dalam matematika, IPA, IPS, bahasa inggris, teknik dan banyak subjek lainnya, dan pada tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
Dalam STAD, siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru memberikan suatu pelajaran dan siswa-siswa di dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya semua siswa menjalani kuis perseorangan tentang materi tersebut, dan pada saat itu mereka tidak boleh saling membantu satu sama lain. Nilai-nilai hasil kuis siswa diperbandingkan dengan nilai rata-rata mereka sendiri yang diperoleh sebelumnya, dan nilai-nilai itu diberi hadiah berdasarkan pada seberapa tinggi peningkatan yang bisa mereka capai atau seberapa tinggi peningkatan yang bisa mereka capai atau seberapa tinggi nilai itu melampaui nilai mereka sebelumnya. Nilai-nilai ini kemudian dijumlah untuk mendapat nilai kelompok, dan kelompok yang dapat mencapai kriteria tertentu bisa mendapatkan setifikat atau hadiah-hadiah yang lainnya. Keseluruhan siklus aktivitas itu, mulai dari paparan guru ke kerja kelompok sampai kuis, biasanya memerlukan tiga sampai lima kali pertemuan kelas.
Menurut Kurniasih (2015 : 22) adapun kelebihan dari model pembelajaran STAD ini, diantaranya dalam kelompok siswa dituntut untuk aktif sehingga dengan model ini siswa dengan sendirinya akan percaya diri dan meningkat kecakapan individunya, interaksi sosial yang terbangun dalam kelompok, dengan sendirinya siswa belajar dalam bersosialisasi dengan lingkungannya (kelompok), dengan kelompok yang ada, siswa diajarkan untuk
membangun komitmen dalam
mengembangkan kelompoknya,
mengajarkan menghargai orang lain dan saling percaya, dalam kelompok siswa diajarkan untuk saling mengerti dengan materi yang ada,sehingga siswa saling
memberitahu dan mengurangi sifat
kompetitif.
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 Jadi dapat disimpulkan pendekatan
saintifik berbasis pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebuah proses pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan siswa.
Sehingga dengan diterapkannya pendekatan saintifik berbasis pembelajaran kooperatif tipe STAD tentunya dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuanIPA. Hal serupa di paparkan dalam penelitian yang di lakukan Tauhid Hidayat (2014) yang menemukan bahwa Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Siswa Kelas V Semester II SD Muhammadiyah 2 Denpasar tahun pelajaran 2013/2014 demikian juga hasil penelitian Ketut Natakesuma (2015) menemukan bahwa hasil analisis hipotesis 1 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan secara signifikan motivasi berprestasi antara siswa yang belajar dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas VI SD Gugus I Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, hasil analisis hipotesis 2 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan secara signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang belajar dengan pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas VI SD Gugus I Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, hasil analisis hipotesis 3 menunjukkan bahwa secara simultan terdapat perbedaan yang signifikan terhadap motivasi berprestasi dan hasil belajar matematika antara siswa yang belajar dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas VI SD Gugus I Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar.
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan, dilakukan penelitian tentang “Penerapan Pendekatan Saintifik Berbasis Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan Penguasaan Kompetensi
Pengetahuan IPA Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Sanur.
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut, untuk meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV SD Negeri 1 Sanur melalui Penerapan Pendekatan Saintifik Berbasis Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievementt Division (STAD).
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan dalam ilmu pengetahuan di bidang pendidikan. Penerapan pendekatan saintifik berbasis pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat mempengaruhi kualitas pendidikan dan pembelajaran, khususnya mata pelajaran IPA di sekolah dasar.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan adalah kajian tentang situasi social dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan melalui proses diagnosis, perencanaan, pelaksaan, pemantauan, dan mempelajari pengaruh ditimbulkannya (Wina Sanjaya 2009 : 24). Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Sebelum melakukan pelaksanaan tindakan, hal yang pertama kali dilakukan adalah melakukan refleksi awal. Setelah melakukan tahap refleksi hal yang dilakukan pada tahap pelaksanaan tindakan selanjutnya adalah pelaksanaan tindakan siklus I dan II berdasarkan rencana pembelajaran yang telah disusun pada tahap perencanaan dengan menerapkan pendekatan saintifik dengan penilaian projek. Tindakan pada siklus I dan II dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan dengan dua kali pembelajaran dan satu kali evaluasi.
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sebuah latar penelitian di SD Negeri 1 Sanur Kecamatan Denpasar Selatan Kota Denpasar dengan subjek yang melibatkan seluruh siswa kelas IV dengan jumlah 40 siswa yang terdiri dari 21 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan.
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 Data yang diperlukan adalah data
tentang penguasaan kompetensi
pengetahuan IPA. Data tentang
penguasaan kompetensi pengetahuan IPA dapat dikumpulkan dengan menggunakan instrumen pengumpulan data. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data
tentang penguasaan kompetensi
pengetahuan IPA adalah metode tes berupa tes objektif.
Menurut Arikunto (2012:179) tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Hal ini memang dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes bentuk esai. Dalam penggunaan tes objektif ini jumlah soal yang diajukan jauh lebih banyak daripada tes esai.
Kadang-kadang untuk tes yang
berlangsung selama 60 menit dapat diberikan 30-40 buah soal.
Skor penguasaan kompetensi pengetahuan IPA kemudian dianalisis dengan teknik analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data penguasaan kompetensi pengetahuan IPA adalah sebagai berikut.
a) Tabel Distribusi Frekuensi Tabel 1. Tabel Kelas Interval
Kelas interval X F Fk fX Keterangan: X = titik tengah f = frekuensi fk = frekuensi kumulatif fX = frekuensi x skor b) Mencari jumlah skor siswa (individu) Skor Penguasaan Kompetensi = SP X
100
SMI Keterangan:
SP : Skor perolehan siswa secara individu
SMI : Skor maksimal ideal ( Permendikbud 104 Tahun 2014) c) Menghitung Mean (Rata-rata)
n fx M
(Agung, 2014:143) Keterangan : M = Rata-rata (mean)∑fx = Jumlah nilai seluruh siswa
N = Banyaknya siswa d) Menghitung Median (Nilai Tengah)
Me = b + i
m kbf
f
n
2
/
1
(Agung, 2014:143) Keterangan : Me = Medianb = Batas bawah kelas interval n = Banyaknya data
fkb = Frekuensi komulatif bawah kelas median
fm = Frekuensi pada kelas median e) Menghitung Modus (Nilai yang sering
muncul) Mo = b + i
2 1 1b
b
b
(Agung, 2014:143) Keterangan : Mo = Modusb = Batas bawah kelas interval modus
i = Interval kelas
b1 = Frekuensi Mo-frekuensi kelas yang lebih rendah
b2 = Frekuensi Mo-frekuensi kelas yang lebih tinggi
f) Menyajikan Data ke dalam Grafik Poligon dan Menentukan Letak Modus, Median, Mean dalam Kurva
f = frekuensi X = skor
f
X
Gambar 1 Grafik Poligon
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 g) Analisis Deskriptif Kuantitatif
M(%) = M x 100%
SMI (Agung, 2010:12)
Keterangan :
M(%) : Persentase penguasaan kompetensi pengetahuan IPA
M : Rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA
SMI : Skor maksimal ideal
penguasaan kompetensi
pengetahuan IPA
Tingkat penguasaan kompetensi pengetahuan IPA dapat ditentukan dengan membandingkan M(%) dan hasilnya dikonversikan ke dalam tabel PAP skala lima seperti terlihat pada tabel berikut :
Tabel 2. Konversi Skor Penguasaan Kompentensi Pengetahuan IPA
Persentase Penguasaan (%) Kategori 90 – 100 80 – 89 65 – 79 55 – 64 0 – 54 Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah Sumber : Agung (2013 :107) h) Kemudian menentukan ketuntasan
klasikal siswa denan rumus :
Banyak siswa yang tuntas x 100% Banyak siswa yang mengikuti tes
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Siklus I dilaksanakan selama tiga kali pertemuan untuk pelaksanaan tindakan kelas dan penilaian terhadap penguasaan kompetensi pengetahuan IPA pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Sanur yang berjumlah 40 siswa. Pelaksanaan tindakan pada siklus I berdasarkan perencanaan tindakan yang sudah disiapkan sebelumnya. Data penguasaan kompetensi pengetahuan IPA disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, menghitung mean, median, modus, grafik poligon dan membandingkan rata-rata dengan model PAP skala lima.
Berdasarkan data diatas dapat dianalisis dan disajikan melalui langkah-langkah sebagai berikut :
a. Membuat tabel distribusi frekuensi 1) Mencari Rentangan (R)
Rentangan (R) = (Xt – Xr) + 1 = (80 – 50) + 1 = 31
Karena rentangan (R) lebih besar dari 15, maka data diatas disusun dalam tabel distribusi frekuensi bergolong.
2) Menghitung Banyak Kelas Interval Banyak kelas (k) = 1 + (3,3) Logn
= 1 + (3,3) Logn 40 = 1 + (3,3) Logn 1,60 = 1 + 5,28
= 6,28 dibulatkan menjadi 7
3) Menghitung Panjang Kelas Interval Panjang kelas (p) = Rentangan
Banyak kelas = 31
7
= 4,42 dibulatkan menjadi 5
Berdasarkan data diatas diperoleh tabel distribusi frekuensi skor penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa sebagai berikut :
Tabel 3.Tabel Distribusi Frekuensi Data Penguasaan Kompetensi
Pengetahuan IPA Siswa Siklus I Kelas Interv al (KI) Nilai Tenga h (xi) Frekuen si (f) Frekuen si Komulat if (fk) Fxi 50-54 52 4 4 208 55-59 57 6 10 342 60-64 62 12 22 744 65-69 67 7 29 469 70-74 72 3 32 216 75-79 77 3 35 231 80-84 82 5 40 410 Jumla h - 40 - 262 0 Keterangan : KI : Kelas Interval xi : Nilai Tengah f : Frekuensi fk : Frekuensi Komulatif b. Menghitung Rata-rata (Mean)
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 M =
N
fX
M =40
2620
M = 65,5 dibulatkan menjadi 66 c. Menghitung ModusUntuk menghitung modus dapat digunakan rumus sebagai berikut : b = 60 - 0,5 = 59,5 b1 = b – b1 = 12 – 6 = 6 b2 = b – b2 = 12 – 7 = 5 Mo = b + i
2 1 1b
b
b
= 59,5 + 5
5
6
6
= 58,5 + 2,7 = 62,2 dibulatkan menjadi 63 d. Menghitung MedianUntuk menghitung median dapat digunakan rumus sebagai berikut :
Me = b + i
m kbf
f
n
2
/
1
= 59,5 + 5
15
10
2
/
40
= 59,5 + 4,15 = 63,65 dibulatkan menjadi 64e. Menentukan Tingkat Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPA
M(%) =
SMi
M
x 100% M(%) =
100
66
x 100% M(%) = 66%Kemudian menghitung persentase
ketuntasan klasikal siswa
Banyak siswa yang tuntas x 100 % Banyak siswa yang mengikuti tes
8 x 100% = 20% 40
Berdasarkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa seperti yang telah
dijelaskan, maka persentase rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa pada siklus I adalah 66%. Jika dikonversikan ke dalam tabel persentase kriteria penilaian acuan patokan skala lima maka persentase kemampuan pemahaman konsep IPA siswa siklus I berada pada tingkat penguasaan 65%-79% dengan kategori sedang dan ketuntasan klasikal siswa 20%. Dari hasil siklus I, terlihat bahwa indikator keberhasilan belum tercapai sesuai dengan yang ditetapkan maka penelitian dilanjutkan pada siklus II. Adapun kendala-kendala yang dihadapi pada saat penerapan siklus I adalah sebagai berikut :
a. Siswa masih terlihat bingung dan belum bisa konsentrasi dalam mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Student Team Achievement division (STAD) yang diterapkan.
b. Beberapa siswa kurang aktif dalam mengikuti kegiatan dan kurang memperhatikan penjelasan guru, sehingga strategi mengajar perlu ditingkatkan.
Adapun solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut sebagai berikut. :
a) Menjelaskan kembali model
pembelajaran Student Team
Achievement division (STAD) yang diterapkan. Hal ini bertujuan agar
siswa mampu meningkatkan
pengetahuannya sehingga dalam pertemuan berikutnya siswa akan lebih paham dalam megikuti kegiatan pembelajaran.
b) Memberikan penguatan, motivasi dan perhatian kepada siswa sehingga siswa lebih tertarik dan bisa berkonsentrasi mengikuti kegiatan pembelajaran.
Siklus II dilaksanakan selama tiga kali pertemuan untuk pelaksanaan tindakan kelas dan penilaian terhadap penguasaan kompetensi pengetahuan IPA pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Sanur yang berjumlah 40 siswa. Pelaksanaan tindakan pada siklus II berdasarkan perencanaan tindakan yang sudah disiapkan sebelumnya. Data penguasaan kompetensi pengetahuan IPA disajikan dalam bentuk tabel distribusi
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 frekuensi, menghitung mean, median,
modus, grafik poligon dan membandingkan rata-rata dengan model PAP skala lima. Berdasarkan data diatas dapat dianalisis dan disajikan melalui langkah-langkah sebagai berikut :
a. Membuat tabel distribusi frekuensi Mencari Rentangan (R)
Rentangan (R) = (Xt – Xr) + 1 = (90 – 60) + 1 = 31
Karena rentangan (R) lebih besar dari 15, maka data diatas disusun dalam tabel distribusi frekuensi bergolong.
1) Menghitung Banyak Kelas Interval Banyak kelas (k) = 1 + (3,3) Logn
= 1 + (3,3) Logn 40 = 1 + (3,3) Logn 1,60 = 1 + 5,28
= 6,28 dibulatkan menjadi 7
2) Menghitung Panjang Kelas Interval Panjang kelas (p) = Rentangan
Banyak kelas = 31
7 =4,42 dibulatkan menjadi 5
Berdasarkan data diatas diperoleh tabel distribusi frekuensi skor penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa sebagai berikut :
Tabel 4. Tabel Distribusi Frekuensi
Data Penguasaan Kompetensi
Pengetahuan IPA Siswa Siklus II Kelas Interval (KI) Nilai Tengah (xi) Frekuensi (f) Frekuensi Komulatif (fk) Fxi 60-64 62 3 3 186 65-69 67 1 4 67 70-74 72 2 6 144 75-79 77 4 10 308 80-84 82 15 25 1230 85-89 87 12 37 1044 90-94 92 3 40 276 Jumlah - 40 - 3255 Keterangan : KI : Kelas Interval xi : Nilai Tengah f : Frekuensi fk : Frekuensi Komulatif b. Menghitung Rata-rata (Mean)
M =
N
fX
M =40
3255
M = 81,37 dibulatkan menjadi 82 c. Menghitung ModusUntuk menghitung modus dapat digunakan rumus sebagai berikut : b = 80 - 0,5 = 79,5 b1 = b – b1 = 15 – 4 = 11 b2 = b – b2 = 15 – 12 = 3 Mo = b + i
2 1 1b
b
b
= 79,5 + 5
3
11
11
= 79,5 + 3,9 = 83,4 dibulatkan menjadi 84 d. Menghitung Median Me = b + i
m kbf
f
n
2
/
1
= 79,5 + 5
15
10
2
/
40
= 79,5 + 3,3 = 82,8 dibulatkan menjadi 83f. Menentukan Tingkat Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPA
M(%) =
SMi
M
x 100% M(%) =
100
82
x 100% M(%) = 82%Kemudian menghitung persentase
ketuntasan klasikal siswa
Banyak siswa yang tuntas x 100 % Banyak siswa yang mengikuti tes
34 x 100% = 85% 40
Berdasarkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa seperti yang telah dijelaskan, maka persentase rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa pada siklus II adalah 82%. Jika
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 dikonversikan ke dalam tabel persentase
kriteria penilaian acuan patokan skala lima maka persentase kemampuan pemahaman konsep IPA siswa siklus I berada pada tingkat penguasaan 80%-89% dengan kategori tinggi dan ketuntasan klasikal siswa 85%. Dari hasil siklus II, terlihat bahwa indikator keberhasilan telah tercapai sesuai dengan yang ditetapkan yaitu 75%. Persentase rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siklus I adalah 66% .Ketuntasan klasikal penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siklus I adalah 20% belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan mencapai minimal 75%. Oleh karena itu, penelitian ini dilanjutkan dengan siklus ke II
untuk meningkatkan penguasaan
kompetensi pengetahuan IPA agar mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan. Sebelum melaksanakan tindakan pada siklus II, terlebih dahulu melakukan refleksi dengan guru kelas IV terhadap kegiatan pada siklus I. Dari hasil refleksi tersebut maka ditemukan kendala-kendala setelah penerapan pendekatan saintifik berbasis pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut (1) Siswa masih bingung dan belum bisa konsentrasi dalam mengikuti model pembelajaran yang diterapkan. (2) Beberapa siswa kurang memperhatikan penjelasan guru dan banyak siswa yang masih lain-lain. (3) Pada masing-masing kelompok, kerjasama yang dilakukan anggota kelompok masih kurang, ini terlihat dari hanya satu atau dua orang anggota kelompok saja yang mengerjakan tugas yang diberikan sehingga diskusi menjadi tidak efektif. (4)Keberanian siswa
dalam mengkomunikasikan
(mempresentasikan) hasil diskusinya masih kurang. (5) pada pertemuan 2 kerjasama di dalam kelompok masih cenderung sama dari pertemuan 1, ini dilihat dari masih banyak anggota kelompok yang bercanda dan tidak serius dalam mengerjakan tugas. (6) Masih ada siswa yang tidak mendengarkan penjelasan guru, terutama siswa yang duduk di belakang. (6) Hasil evaluasi masih belum mencapai indikator keberhasilan yang diinginkan sehingga dilanjutkan ke siklus II.
Berdasarkan kendala-kendala tersebut maka dilakukan perbaikan, antara lain (1)
Menjelaskan secara rinci kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan, dengan demikian siswa lebih paham dengan pembelajaran yang dilaksanakan. (2) Siswa dikelompokkan menjadi 4 kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri dari 8 siswa. Pengelompokkan ini dilakukan secara heterogen yaitu tiap kelompok terdiri dari siswa-siswa yang memiliki potensi dan jenis kelamin yang berbeda. (3) Memberikan penguatan, motivasi dan perhatian kepada siswa sehingga siswa lebih tertarik dan bisa
konsentrasi mengikuti kegiatan
pembelajaran, misalnya dengan
mengatakan akan memberikan
penghargaan berupa sertifikat pada kelompok yang giat dan lebih dahulu sudah menyelesaikan tugas dengan baik. (4) Mengingatkan siswa bahwa dalam diskusi kelompok tidak hanya satu orang yang bekerja, melainkan semua anggota kelompok. (5) Memberikan motivasi kepada siswa agar berani mengemukakan hasil diskusinya ke depan kelas dan memberikan hadiah kepada siswa yang mau mewakili kelompoknya melakukan presentasi. (6) Selalu memantau kegiatan diskusi kelompok yang dilakukan oleh siswa agar semua anggota kelompok mau bekerja kelompok. (7) Memberikan motivasi kepada siswa agar meningkatkan hasil evaluasinya. Setelah dilaksanakn tindakan siklus II, penguasaan kompetensi pengetahuan IPA yang diperoleh siswa sudah mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut terlihat dari (1) kondisi siswa yang sudah mampu mengikuti proses pembelajaran IPA sesuai dengan yang diharapkan, (2) peranan setiap anggota dalam kelompok sudah lebih meningkat dibandingkan pada siklus I karena pada siklus II jumlah soal LKS disesuaikan dengan jumlah anggota kelompok, (3) diskusi dan kerjasama pada masing-masing kelompok sudah baik, dan (4) setiap anggota kelompok memperoleh informasi dan memahami materi yang dipelajari sehingga dapat menyelesaikan permasalahan yang diberikan.
Persentase rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siklus II mengalami peningkatan dari skor rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siklus I mencapai 66% meningkat menjadi
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 82%. Ketuntasan klasikal penguasaan
kompetensi pengetahuan IPA siklus II adalah 85% sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan minimal 75%. Dilihat dari skor rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA dan
ketuntasan klasikal penguasaan
kompetensi pengetahuan IPA siklus II yang sudah mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan, sehingga tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya.
Dengan pemecahan masalah atau solusi tersebut penerapan pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement division (STAD) dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa pada siklus II dengan penyajian hasil analisis data diperoleh kategori sangat baik. Dengan demikian perlu diterapkan pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement division (STAD) untuk meningkatkan penguasaan kompetensi
pengetahuan IPA siswa secara
berkelanjutan dan intensif. PENUTUP
Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. Penerapan pendekatan saintifik berbasis pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan persentase rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV SD Negeri 1 Sanur tahun pelajaran 2015/2016. Dapat dilihat pada siklus I persentase rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA adalah 66% berada pada kategori sedang menjadi 82% berada pada kategori tinggi pada siklus II. Hal ini menunjukkan peningkatan persentase rata-rata penguasaan kompentensi pengetahuan IPA sebesar 16% dan dapat meningkatkan persentase ketuntasan klasikal siswa. Hal ini menunjukkan indikator persentase ketuntasan klasikal minimal 75% tercapai.
Adapun saran yang dapat disampaikan
adalah sebagai berikut. 1) Penerapan pendekatan saintifik berbasis model pembelajaran STAD dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA. 2) Diharapkan kepada guru kelas IV SD Negeri 1 Sanur agar tetap menerapkan penerapan pendekatan saintifik berbasismodel pembelajaran STAD dapat
meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa di kelas IV SD Negeri 1 Sanur sebagai alternatif untuk
mengatasi rendahnya penguasaan
kompetensi pengetahuan IPA. 3) Kepala sekolah diharapkan agar hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam upaya menentukan kebijakan sekolah serta meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan melalui penerapan pendekatan saintifik berbasis model pembelajaran kooperetif tipe STAD.
4)
Diharapkan kepada peneliti yang berminat untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai penerapan pendekatan saintifik berbasis model pembelajaran kooperetif tipe STAD agar memperhatikan kendala yang peneliti alami sebagai bahan pertimbangan untukperbaikan dan penyempurnaan
pelaksanaan penelitian. DAFTAR PUSTAKA
Agung, A. Gede. 2010. Evaluasi Pendidika. Singaraja : Undiksha. ______.2012. Metodologi Penelitian Pendidikan.Singaraja:Undiksha ______.2014. Metodologi Penelitian Pendidikan.Singaraja:Undiksha Arikunto,Suharsimi dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara _______. Suharsimi.2012. Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan, Edisi 2. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Daryanto.2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik, Cetakan Kesatu.
Yogyakarta: Gava Media
Dimyanti dan Mudjiono.2013. Belajar & Pembelajaran, Cetakan Kedua. Jakarta : Rineka Cipta.
Hidayat, Tauhid. 2014. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achivement Division STAD dapat meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Siswa Kelas V Semester II SD Muhammadiyah 2 Denpasar tahun pelajaran
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 2013/2014. Skripsi (Tidak
diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha.
Kosasih, Nandang dan Dede Sumarna. 2013. Pembelajaran Quantum dan Optimalisasi Kecerdasan. Bandung : Alfabeta, cv.
Kosasih, E. 2014. StrategiBelajar Dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum 2013, Cetakan Kesatu. Bandung : Yrama Widya.
Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2014a. Implementasi Kurikulum 2013 Konsep & Penerapan, Cetakan Kedua. Kata Pena.
_______. 2015. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran. Kata Pena.
Ngalimun. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta : aswaja
Pressindo.
Permendikbud. 2013. Lampran IV
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No.81A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum. Jakarta:Depdikbud.
Rusman. 2010. Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-model
Pembelajaran mengembangkan Profesionalisme Guru, Edisi Kedua. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. _______. 2015. Pembelajaran Tematik
Terpadu: Teori, Praktik dan Penilaian. Jakarta: Rajawali Pers. Sanjaya, Wina. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Kencana
Sudjana, Nana.2012. Penilaian Hasil
Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Bandung : CV. Alfabeta
_______. 2014. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung :
Alfabeta, CV.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta :
Kencana Prenada Media Group. Supardi. 2015. Penilaian Autentik
Pembelajaran Afektif, Kognitif, Psikomotor. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Trianto. 2009. Mendisain Model
Pembelajaran Inofatif – Progresif Konsep, Landasan dan Implementasi pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Jakarta : Kencana Prenada Group.
______. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Wirawan, I gusti Kade Agus Purna Arta.
2012. Penerapan Model
Pembelajaran kooperatif Tipe Student Teams Achivement Division (STAD) berbantuan Media Konkret untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri 26 Pemecutan Denpasar. Skripsi (Tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Ilmu Pendidikan