• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu merupakan salah satu upaya peneliti untuk mencari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu merupakan salah satu upaya peneliti untuk mencari"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

25 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan salah satu upaya peneliti untuk mencari pembanding dan salah satu sumber inspirasi untuk peneliti baru, kajian terdahulu yang membantu dalam mengolah dan memposisikan penelitian. Pada bagian ini peneliti mencantumkan beberapa penelitian terdahulu yang konsep dan kasus terkait dengan penelitian yang hendak dilakukan, dalam hal ini peneliti menggunakan konsep Coppola. Kajian yang terkait dengan kajian yang akan dilakukan peneliti adalah Kellens dkk yang dteliti pada tahun 2013 di Nevaluenga (Central Spain), Tujuan dari penelitian adalah untuk menyajikan sebuah pendekatan terpadu untuk mengevaluasi penanggulangan banjir lokal berbasis pada analisis risiko.

Pelaksanaan penelitian ini melalui pendekatan kuatitatif. Metode yang digunakan dalam penilaian risiko banjir dalam hal ini potensi kerusakan dan kerugian dinilai dari tingkat kedalam banjir serta wilayah perkotaan yang terdampak menggunakan model dan analisis hidrologi, sedangkan dalam membuat pendekatan penanggulangan banjir berbasis risiko menggunakan metode

Cost-Benefit Analysis (CBA). Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa

solusi struktural tidak lebih ekonomis dibandingkan dengan langkah-langkah struktural.

Penetian yang kedua adalah yang dilakukan oleh Tran dkk pada tahun 2007 di Vietnam. Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mendiskripsikan kondisi sosio-ekonomi berpengaruh dan dipengaruhi oleh

(2)

26 bencana banjir, menilai kondisi fisik termasuk lingkungan alam maupun yang terbangun, mengidentifikasi tren banjir, memeriksa dampak banjir pada sosial, ekonomi dan kondisi lingkungan, serta mengidentifikasi persepsi masyarakat dan mekanisme penanganan banjir. Metode yang digunakan adalam mix-method yaitu analisis kualitatif (studi literatur, wawancara, dan Focus Group Discussion) dan analisis data kuantitatif yang diperoleh pembagian kuesioner yang selanjutnya dianalisis menggunakan perangkat lunak Statistical Package for the Social

Sciences (SPSS). Penelitian ini berusaha menyelidiki dampak banjir terhadap

aspek ekonomi, lingkungan dan masyarakat serta mencoba untuk mengklarifikasi mekanisme penanganan yang dilakukan komunitas masyarakat desa dalam menghadapi bencana banjir. Pada aspek sosial, persepsi risiko banjir berbentuk respon masyarakat pada banjir.

Penelitian ini mengungkapkan bahwa kejadian banjir merupakan elemen penting untuk penduduk di wilayah pesisir karena matapencaharian mereka bergantung pada kejadian banjir yang terjadi, selain itu kerusakan dan kehilangan yang disebabkan oleh banjir membuat pembangunan ekonomi terhambat. Hasil survei menunjukkan bahwa mekanisme penenganan yang dilakukan oleh komunitas masyarakat tidak bisa sepenuhnya menekan kerugian akibat banjir disebabkan oleh degradasi lingkungan. Manajemen risiko banjir terintegrasi dianggap sebagai paradigma yang sesuai dalam penanggulangan bencana banjir.

Penelitian ketiga adalah penelitian oleh Marwansyah pada tahun 2012 di Wilayah Sungai Citandui Penelitian tersebut bertujuan untuk melakukan penilaian risiko banjir dan menyusun mitigasi banjir secara struktural. Penilaian risiko dilakukan dengan mempertimbangkan dua faktor yaitu bahaya banjir yang

(3)

27 dianalisis menggunakan perangkat lunak HEC-RAS 4.1.0 dan kerentanan yang dianalisis dengan metode skoring, sedangkan dalam menyusun mitigasi banjir dilakukan dengan mencoba tiga alternatif solusi yaitu dengan upaya normalisasi sungai, peninggian tanggul dan peningkatan kapasitas waduk. Hasil dari penelitian tersebut adalah berupa peta risiko banjir dan usulan upaya mitigasi banjir secara struktural di wilayah Sungai Citandui.

B. Tinjauan Pustaka

Penelitian ini mengacu pada tanggap darurat bencana yang digunakan oleh pemerintah daerah maupun pusat dalam menanggulangi bencana. Menurut Coppola, fungsi respon dalam tanggap darurat bencana adalah upaya untuk mengurangi cedera, kehilangan nyawa dan kehilangan harta benda sebelum, pada saat bencana, dan setelah kejadian bencana. Aksi respon dilakukan begitu ada tanda- tanda munculnya ancaman bahaya dan berhenti setelah dinyatakan ancaman bencana selesai.17 Sudah merupakan tugas pemerintah dalam mengurangi resiko bencana serta memberi memberi perlindungan kepada masyarakat dari dampak bencana. Memberikan rasa aman serta menjamin kebutuhan dan hak masyarakat saat bencana terjadi maupun pasca bencana kepada masyarakat dan pengungsi secara adil.

Bencana merupakan suatu peristiwa yang tidak dapat kita hindari yang dapat mengganggu kehidupan dan penghidupan serta mengancam masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam maupun faktor non alam maupun fartor yang disebabkan oleh manusia. Serta dapat menyebabkan timbulnya korban jiwa dan

17 Ade Irawan, Manajemen Bencana Pengantar dan Isu-Isu Strategis,Bumi Aksara, Jakarta, 2018,

(4)

28 psikologis, kerugian materil, dan kerusakan lingkungan. Terlebih posisi indonesia yang secara geografis sangat rawan akan bencana, posisi indonesia yang berada di antara dua patahan yang masih aktif dan bertumbukan yang menyebabkan rawan terjadi gempa bumi yang dapat menyebkan tsunami. Indonesia memiliki pegunungan berapi yang masih aktif sehingga sewaktu-waktu dapat meletus. Oleh karena itu sudah dipastikan bencana merupakan permasalahan serius bagi pemerintah maupun masyarakat karena menyebabkan kerugian yang besar baik materil maupun non materil.

Pulau kalimantan sendiri merupakan pulau yang relatif aman dari bencana gempa bumi karena pulau kalimantan tidak berdekatan dengan tubrukan lempengan yang dapat mengakibatkan terjadinya gempa berbeda dengan pulau jawa dan sumatera yang selalu jadi langganan terjadi gempa bumi karena memang letaknya berada dimana dua lempengan raksasa bertemu yaitu lempeng Eurasia yang berada di Utara dan lempeng indo-australua yang berada di selatan. Namun bukan berarti pulau kalimantan benar-benar aman dari gempa, pulau kalimantan juga mengalami bencana yang hampir selalu terjadi setiap tahun tergantung dengan musimnya, seperti pada saat musim hujan maka terjadi bencana banjir dan angin ribut. Pada saat musim kemarau maka terjadi kebakaran hutan dan kabut asap.

Berikut paparan mengenai tanggap darurat bencana kebakaran hutan dan lahan serta peran pemerintah dalam penaggulangan bencana :

1. Konsep Bencana

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,

(5)

29 baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.18 Coppola Memyebutkan bencana bukan merupakan suatu hal yang baru bagi umat manusia, kata „bencana‟ telah dikenal dengan baik dan digunakan oleh manusia selama ribuan tahun. Kata „bencana‟ dalam bahasa inggris (disaster) berasal dari bahasa latin dis (jauh) dan astrum (bintang) yang berarti „jauh dari bintang‟ atau bermakna kejadian yang menyalahkan kemalangan konfigurasi astrologi.19 Bencana dapat terjadi, karena ada dua kondisi yaitu adanya peristiwa atau gangguan yang mengancam dan merusak (hazard) dan kerentanan (vulnerability) masyarakat. Bila terjadi hazard, tetapi masyarakat tidak rentan, maka berarti masyarakat dapat mengatasi sendiri peristiwa yang mengganggu, sementara bila kondisi masyarakat rentan, tetapi tidak terjadi peristiwa yang mengancam maka tidak akan terjadi bencana.

Bencana juga merupakan suatu gangguan terhadap fungsi masyarakat yang mengakibatkan kerugian terhadap manusia, kerugian material dan lingkungan yang luas melebihi kemampuan masyarakat yang terkena dampak dan harus dihadapi dengan kemampuan dan sumber daya yang dimiliki. Kejadian alam astau kejadian dari ulah manusia yang tidak biasa, termasuk kejadian yang disebabkan oleh kegagalan sistem teknologi yang melemahkan respon manusia, kelompok individu, atau lingkungan alam dan menyebabkan kerusakan besar. Bencana terjadi tanpa bisa di prediksi, terjadi dengan

18

BNPB “Definisi dan Jenis Bencana “ http://www.bnpb.go.id/pengetahuan-bencana/definisi-dan-jenis-bencana diakses pada 15 juni 2016 pukul 23.28

19 Bevaola Kusumasari “Manajemen Bencana dan Kapabilitas Pemerintah Lokal” Gava Media,

(6)

30 tiba yang menyebabkan kehancuran dan kerusakan. Peristiwa yang terjadi diluar kemampuan kapasitas sehari-hari otoritas yang telah ditetapkan secara hukum. Menyebabkan kerusakan besar, kerugian ekonomi, kehancuran, cedera bahkan kematian.

2. Jenis-Jenis Bencana

Jenis bencana di Indonesia dibagi atas tiga jenis yang pertama bencana alam, bencana alam merupakan bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam secara alamiah seperti banjir yang dikarenakan curah hujan tinggi, tanah longsor, tsunami, angin puting beliung, dll.20 Peristiwa bencana alam tidak hanya disebabkan oleh faktor alami dari alam karena fenomena alam tidak terlepas dariketerkaitan manusia, lingkungan, atau gabungan dari keduanya. Misalnya saja seperti yang bencana banjir yang ada di bojonegoro, hal ini dapat di sebabkan oleh luapan air hujan yang berlebih dan volume air yang tidak dapat di prediksi namun ulah manusia yang tidak mengelola sampah degan baik yang membuat kapasitas tampung sungai berkurang memperparah banjir.

Jenis bencana yang kedua bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa yang terjadi karena buatan manusia atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.21 Bencana nonalam yang diakibatkan oleh manusia (man made disaster) yang disebabkan oleh kesalahan (error) dan kelalaian (negligence). Contohnya, bencana nuklir yang berdampak pada manusia yang mengakibatkan kematian, kelumpuhan, luka bakar dll.

20 BNPB “Definisi dan Jenis Bencana “

http://www.bnpb.go.id/pengetahuan-bencana/definisi-dan-jenis-bencana diakses pada 17 juni 2016 pukul 22.05

(7)

31 Jenis bencana yang ketiga adalah Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror.22 Konflik biasanya terjadi dalam dua penyebab. Penyebab pertama konflik ideologis berupa konflik antara sistem nilai yang dianut oleh etnik pendukungnya dan menjadi ideologi kesatuan sosial. Penyebab kedua adala konflik yang terjadi di dalam tingkatan politik berupa pertentangan dalam pembagian status kekuasaan dan sumber ekonomi yang terbatas dalam masyarakat. Contohnya Aksi Teror yang merupakan aksi yang dilakukan oleh setiap orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan sehingga menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat masal, dengan cara merampas kemerdekaan sehingga mengakibatkan hilangnya nyawa dan harta benda, mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyek vital yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik internasional.

3. Konsep Manajemen Bencana dan Penanggulangan Bencana

Manajemen Bencana adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari bencana beserta aspek yang berkaitan dengan bencana, terutama resiko bencana dan bagaimana menghindari resiko bencana. Manajemen bencana merupakan proses dinamis tentang bekerjanya fungsi planning dalam proses mendefinisikan tujuan organisasi serta membuat strategi dalam upaya

(8)

32 mencapai tujuan dan mengembangkan rencana aktivitas kerja dalam sebuah organisasi.

Perencanaan merupakan suatu proses yang dirasa penting dalam segala fungsi Manajemen, tanpa adanya perencanaan fungsi-fungsi lain tidak akan dapat berjalan dengan baik. organizing merupakan sebuah fungsi kedua dalam Manajemen. Organizing merupakan suatu proses dalam kegiatan menyusun struktur organisasi sesuai dengan tujuan, sumber dan lingkungannya. Dengan demikian, hasil dari pengorganisasian itu berupa struktur organisasi. actuating merupakan suatu tindakan yang mengusahakan agar semua perencanaan dan tujuan dapan terwujud dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan. Jadi, pelaksanaan adalah suatu upaya menggerakkan orang-orang untuk mau bekerja dengan sendirinya dan dengan kesadaran penuh demi mengabulkan apa yang menjadi tujuan dengan dan secara efektif. controlling adalah proses pengamatan, penentuan standar yang akan diwujudkan, menilai kinerja pelaksanaan, dan jika diperlukan mengambil tindakan korektif, sehingga pelaksanaan dapat berjalan dengan semaksimal mngkin dalam mencapai tujuan.23

Penanggulangan bencana juga berasaskan pada asas kemanusiaan, keadilan, kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, keseimbangan keselarasan keserasian, ketertiban dan kepastian hukum, kebersamaan, kelestarian lingkungan hidup dan ilmu pengetahuan teknologi. Penanggulangan bencana berarti sebuah proses atau uapaya untuk mencegah maupun menaggulangi terjadinya benacana. Bencana itu sendiri merupakan

(9)

33 peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Bencana dinilai begitu mengancam dan mengganggunya dampak yang diakibatkan dari bencana tersebut bagi kehidupan manusia diperlukan sebuah upaya untuk meminimalisir kerugian yang diahasilkan, diperlukan sebuah upaya penanggulangan bencana. Penanggulangan bencana (Disaster

Management) dapat dipahami sebagai upaya yang meliputi; penetapan

kebijakan pembangunan yang beresiko timbulnya bencana, pencegahan bencana, mitigasi bencana, kesiapsiagaan, tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi.

Penanggulangan bencana diperlukan untuk meminimalisir dampak yang tidak diharapkan bagi kehidupan manusia. Sebagai sebuah upaya dalam penanggulangan bencana tetumya memiliki arah dan tujuan yang diharapkan juga bertujuan sebagai upaya untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi berbagai peristiwa baik kejadian buruk maupun bencana. Sebagai upaya untuk mengurangi kerugian serta mencegah banyaknya korban, upaya untuk meningkatkan lagi kesadaran seluruh masyarakat atau organisasi tentang kebencanaan sehingga ada keinginan agar bisa terlibat langsung dalam proses penanganan bencana. Serta berkeinginan secara langsung melindungi anggota

(10)

34 masyarakat lainnya dari bahaya atau dampak bencana sehingga korban dan penderitaan yang dialami dapat diminimalisir.24

Pada dasarnya penanggulangan bencana merupakan suatu proses terencana yang dilakukan untuk mengelola bencana dengan baik dan aman, terdapat tiga tahapan penanggulangan bencana, tahapan pertama adalah prabencana merupakansuatu tahap dalam penanggulangan kebencanaan yang dilakukan pada kondisi sebelum bencana terjadi meliputi kesiapsiagaan.Kesiapsiagaaan merupakan suatu rangkaian aktivitas atau kegiatan kebencanaan yang berfungsi untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Membangun kesiapsiagaan merupakan hal yang sangat penting namun juga tidak mudah untuk dilakukan karena menyangkut budaya, sikap mental, serta disiplin di tengah masyarakat.

Kesiapsiagaan merupakan tahapan yang dianggap sangat strategis karena menentukan ketahanan masyarakat megadapi bencana pada saat bencana terjadi. Sering kali masyarakat bingung membedakan mitigasi dan kesiapsiagaan. Mitigasi dan kesiapsiagaan adalah upaya yang sama yang dilakukan sebelum bencana terjadi banyak program dan kegiatan yang sama. Perbedaan mitigasi dan dan kesiapsiagaan adalah masalah ruang lingku, rincian atau tingkat kedetailan tindakan, dan keterlibatan para pihak.25

Kedua Peringatan dini, peringatan dini disampaikan dengan segera kepada seluruh masyarakat, khususnya yang potensi terkena bencana akan

24

Suryani ”penanggulangan Bencana” Repostiroty.usu.ac.id diakses pada 8 agustus 2016 pukul 23.04

25 Wignyo Adiyoso, “Manajemen Bencana Pengantar& Isu-Isustrategis”, Bumi Aksara, Jakarta,

(11)

35 kemungkinan datangnya suatu bencana di daerahnya masing-masing dengan berbagai metode peringatan. Peringatan dini sangat diperlukan untuk memberi peringatan untuk masyarakat tentang bencana yang kemungkinan akan terjadi sebelum bencana terjadi.

Ketiga Mitigasi, bencana Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No.21 tahun 2008 tentang penyelenggaraan penanggulangan bencana, mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Coppolla menyebut mitigasi sebagai upaya yang dilakukan secata berkelanjutan untuk mengurangi resiko bencana.26

Keempat pada saat kejadian bencana, yakni tahapan yang dianggap paling krusial dalam sistem penanggulangan bencana terjadinya pada saat bencana tengah berlangsung. Yang sebelumnya telah melalui serangkaian proses mulai dari peringatan dini, tanpa adanya peringatan atau bahkan terjadi secara tiba-tiba diperlukan langkah-langkah tanggap darurat untuk dapat mengatasi dampak bencana dengan cepat dan tepat agar jumlah korban serta kerugian baik mpril maupun materil dapat diminimalisir.

Kelima pasca bencana, pasca bencana adalah tahapan yang dilakukan setelah bencana terjadi dan setelah melewati proses ketanggap daruratan, selanjutnya langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan rangkaian rehabilitasi serta rekonstruksi.Rehabilitasi merupakan upaya memperbaiki serta memulihkan pada segala aspek baik layanan publik atau pelayanan kepada masyarakat sampai pada tingkat yang memadai pada

(12)

36 wilayah pasca bencana terjadi, tujuan utamanya adalah untuk normalisasi atau mengembalikan segala hal seperti sediakala berjalan secara wajar baik dari aspek pemerintahan serta dalam kehidupan masyarakat yang terdapat pada wilayah pasca terjadinya bencana.

Tahap lanjutan yaitu rekonstruksi yang merupakan upaya dalam membangun kembali segala aspek baik sarana maupun prasarana, pada wilayah pasca terjadinya bencana, dalam tingkatan pemerintahan maupun tingkat masyarakat dengan sasaran utamanya supaya pertumbuhan dan berkembangnya kegiatan dalam perekonomian, hukum dan ketertiban, sosial dan budaya. Membangkitkan semangat masyrarakt agar mau berperan serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan dalam bermasyarakat pada wilayah pasca bencana.

4. Konsep Tanggap Darurat Bencana

Tanggap darurat bencana merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan segera, saat itu juga, pada saat kejadian bencana sedang terjadi. Sebagai upaya dalam menangani dampak buruk yang ditimbulkan. Meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, pengevakuasian harta benda, meakukan pemulihan, memenuhi kebutuhan dasar, memberikan perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan serta pemulihan sarana maupun prasarana. Menurut Coppola, fungsi respon dalam tanggap darurat bencana adalah upaya untuk mengurangi cedera, kehilangan nyawa dan kehilangan harta benda sebelum, pada saat bencana, dan setelah kejadian bencana.27 Aksi

27 Ade Irawan, Manajemen Bencana Pengantar dan Isu-Isu Strategis,Bumi Aksara, Jakarta, 2018,

(13)

37 respon dilakukan begitu ada tanda-tanda munculnya ancaman bahaya dan berhenti setelah dinyatakan ancaman bencana selesai.

Coppola juga menyebutkan tanggap darurat merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan sarana dan prasarana.28 Penyelenggaraan tanggap darurat bencana adalah tahapan pengelolaan bencana yang paling sulit dilakukan karena periode ini dilakukan tingkat tekanan (stress) masyarakat sangat tinggi akibat bencana dan dibatasinya waktu pelaksanaan serta ketersediaan informasi. Pelaksanaan tanggap darurat ditekankan pada informasi dan koordinasi untuk mempercepat tindakan dan pemenuhan kebutuhan saat tanggap.

Pada saat tanggap darurat melakukan pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan dan sumber daya, penentuan status keadaan darurat bencana, penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan terhadap kelompok rentan dan pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.

Tanggap bencana selalu merupakan sistem pembelajaran karena tergantung pada kemampuan personil untuk menghasilkan informasi yang valid, memfasilitasi pilihan yang diinformasikan, dan membutuhkan komitmen tepat waktu untuk bertindak.29 Selajutnya jejaring ini diperkuat ketika peserta merefleksikan tindakan yang diambil, mempertahankan

28 Ibid

29 Comfort, L.K dan kapucu N, Inter-Organizational in extreme event : The World Trade Centre Attack. 2006

(14)

38 prosedur yang telah terbukti efektif dan membuang prosedur yang kurang efektif.

Bencana memerlukan jejaring antar organisasi ketimbang hanya jejaring organisasi tunggal karena setiap organisasi mungkin kurang memiliki pengalaman, Posedur operasi standar, dan teknologi yang sesuai.30 Respon terhadap bencana melibatkan organisasi-organisasi yang berbeda baik dari pemerintah maupun LSM, yang memiliki peran tanggung jawab, dan tujuan yang berbeda.

Pada saat tanggap darurat dilakukan rencana operasi (operational plan) yang merupakan operasionalisasi/ aktivasi dari rencana kontinjensi yang telah disusun sebelumnya. Saat bencana (tanggap darurat), penanganan ketika kebakan hutan dan lahan adalah semua tindakan yang harus segera dilakukan utuk meminimalisir kebakaran hutan dan lahan dan mencegah perluasan titik api, mencegah dampak buruk (kabut asap, kegundulan hutan) yang lebih parah. Perencanaan yang terorganisir sebelum kebakaran hutan dan lahan terjadi merupakan tindakan awal yang sangat penting untuk penanganan pada waktu yang tepat dan efektif.

a. Peran BPBD dalam Tanggap Darurat Bencana

Pada saat tanggap darurat bencana, kewenangan itu mengerucut hanya ada di tangan BPBD, tergantung dari skala bencananya. Badan ini melakukan koordinasi, komando dan pelaksana sekaligus dalam kegiatan tanggap darurat bencana. Ini merupakan jawaban atas tiadanya protokol dalam penanggulangan bencaa di Indonesia. Bahkan pada saat tanggap

30 Moynihan, D. P learning Under Uncertainty : Networks in Crisis Management. Public Administration Review, 2008, PP. 350-365

(15)

39 darurat, BPBD bisa memerintah dinas lain dan juga institusi militer atau dinas ata badan lain yang mempunyai sumberdaya untuk menanggulangi bencana karena melihat dari Tugas dan Fungsi BPBD sendiri adalah Komando, Koordinasi dan Pelaksana bukan Tim Teknis dalam hal menanggulangi bencana.

b. Komando Penanganan Tanggap Darurat

Komando tanggap darurat bencana merupakan organisasi penanganan tanggap darurat bencana yang dipimpin oleh seorang komandan tanggap darurat bencana dan dibantu oleh staf komando dan staf umum, memiliki struktur organisasi standar yang menganut satu komando dengan mata rantai dan garis komando yang jelas dan memiliki satu kesatuan komando dalam mengkoordinasikan instansi/lembaga/ organisasi terkait untuk pengerahan sumberdaya.31

Peraturan Pemerintah nomor 21 tahun 2008 mengenai penyelenggaraan penanggulangan bencana sebagai salah satu landasan, selanjutnya BNPB membuat Peraturan Kepala Badan Nasionan Penanggulangan Bencana nomor 10 tahun 2008 tentang komando tanggap darurat untuk menjadikan sebagai acuan dan pelaksana penanggulangan bencana sehingga dalam penanggulangan bencana perlu adanya koordinasi dan penanganan yang cepat, tepat, efektif, efisien, terpadu dan akuntabel, agar korban jiwa dan kerugian harta benda dapat diminimalisir.

Hal tersebut dilakukan sebagai upaya demi memudahkan akses untuk memimpin setiap sektor dalam permintaan maupun pengarahan

(16)

40 terhadap sumberdaya manusia, perizinan, peralatan logistik, karantina, pengelolaan dan pertanggung jawaban atas dana atau barang, serta melakukan penyelamatan guna untuk melaksanakan dengan kemudahan dibidang akses komando tersebut, maka Pedoman Komando Tanggap Darurat sangat penting untuk disusun.

Bagan 2.1 Sirkulasi Penanggulangan Tanggap Bencana

Sumber: Mitigasi Bencana dan pengurangan Resiko Bencana

Tahapan pembentukan Komando Tanggap Darurat Bencana tersebut harus dilaksanakan secara keseluruhan menjadi satu rangkaian sistem komando yang terpadu. Rincian masing-masing tahapan tersebut adalah:

1) Informasi Awal Kejadian Bencana

Informasi awal kejadian bencana diperoleh melalui berbagai sumber antara lain pelaporan, instansi/lembaga terkait, internet, media massa, masyarakat, dan informasi lain yang sumbernya dapat dipercaya. BNPB atau BPBD melakukan klarifikasi kepada

(17)

41 instansi/lembaga/masyarakat di lokasi bencana. Informasi yang diperoleh menggunakan rumusan pertanyaan terkait bencana yang terjadi. Berupa pertanyaan seperti Apa : jenis bencana, Dimana : tempat/lokasi/daerah bencana, Bilamana : hari, tanggal, bulan, tahun, jam, waktu setempat, Penyebab: penyebab yang menyebabkan terjadinya bencana, Bagaimana :upaya yang telah dilakukan, Berapa : jumlah korban, kerusakan sarana dan prasarana.

2) Tim Reaksi Cepat (TRC)

Penugasan tim reaksi cepat (TRC) dilakukan setelah diperolehnya informasi kejadian awal, BNPB atau BPBD menugaskan Tim Reaksi Cepat (TRC) tanggap darurat bencana, untuk melaksanakan tugasnya diantaranya melakukan pengkajian secara tepat, cepat, dan dampak bencana, serta memberikan dukungan pendampingan dalam rangka penanganan darurat bencana.

Hasil yang diperroleh dari pelaksanaan tugas Tim Reaksi Cepat tanggap darurat serta berbagai masukan dari lembaga/instansi yang berkaitan dengan kebencanaan, juga sebagai bahan pertimbangan bagi Kepala BPBD Provinsi untuk mengusulkan kepada Gubernur sebagai upaya menetapkan status atau tingkat bencana dalam skala provinsi. Kepala BPBD Kabupaten atau Kota untuk mengusulkan kepada kepala daerah dalam hal ini adalah Bupati ataupun Walikota dalam rangka menetapkan status atau tingkat bencana skala kabupaten atau kota. Kepala BNPB untuk mengusulkan kepada Presiden RI dalam rangka menetapkan status atau tingkatan bencana dalam skala nasional.

(18)

42 3) Penetapan Status Bencana

Berdasarkan usul sesuai yang disebutkan dalam beberapa masukan yang sifatnya dapat dipertanggung jawabkan pada suatu forum rapat dengan instansi atau lembaga terkait serta berbagai pertimbangan lembaga terkait, maka Presiden RI menetapkan status/tingkat bencana skala nasional. Gubernur menetapkan status/tingkat bencana skala provinsi. Bupati/Walikota menetapkan status/tingkat bencana skala kabupaten/kota.

Tindakan selanjutnya dari penetapan status/tingkat bencana tersebut, maka Kepala BNPB/BPBD Provinsi/BPBD Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya akan menunjuk seorang pejabat yang akan ditugasan sebagai komandan penanganan tanggap darurat bencana sesuai status/tingkat bencana skala nasional/daerah.

4) Pembentukan Komando Tanggap Darurat Bencana

Kepala BNPB/BPBD Provinsi/BPBD Kabupaten/Kota sesuai status/tingkat bencana dan tingkat kewenangannya Mengeluarkan Surat Keputusan pembentukan Komando Tanggap Darurat Bencana. Melaksanakan mobilisasi sumberdaya manusia, peralatan dan logistik serta dana dari lembaga/ instansi terkait serta eresmikan pembentukan Komando tanggap darurat bencana.

5. Konsep Kebakaran Hutan

Kebakaran merupakan faktor ekologi potensial yang mempengaruhi hampir seluruh ekosistem daratan, walau hanya terjadi pada frekuensi yang

(19)

43 sangat jarang. Pengaruh api terhadap ekosistem ditentukan oleh frekuensi, intensitas, dan tipe kebakaran yang terjadi serta kondisi lingkungan. 32 merupakan keadaan dimana hutan sedang dilanda api yang dapat mengakibatkan kerusakan hutan, hasil hutan yang dapat menimbulkan dapak kerugian ekonomis serta nilai lingkungan.33Pembakaran yang apinya memiliki sifat penjalaran bebas dengan bahan bakar alami yang dapat diperoleh dari hutan seperti rumput, ranting atau cabang pohon mati yang telah kering tapi masih tetap berdiri, serasah, tunggak pohon, gulma, semak belukar, dedaunan dan pepohonan.34 Penyebab kebaaran seperti yang sebelumnya telah disebutkan secara alami (tidak disengaja) atau disengaja.

6. Pemerintah Dalam Penanggulangan Bencana

Penyelenggaraan penanggulangan bencana mengacu pada Undang-Undang No.24 tahun 2007 merupakan serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang beresiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi. Tiga elemen penting dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana yaitu pemerintah dan pemerintah daerah, lembaga usaha dan masyarakat.

Pemerintah sudah seharusnya memiliki kapasitas untuk mengontrol situasi wilayah rawan bencana. Kemampuan kontrol meliputi perencanaan dan respon bencana, bantuan koordinasi, kebijakan rekonstruksi dan mengatasi masalah populasi. Pemerintah pusat merupakan pihak utama dalam merespon

32 Sumardi. widyastuti.S.M. 2004. Dasar-Dasar Perlindungan Hutan. Yogyakarta : Gadjah Mada

University Press. Hal. 161

33

Peraturan Menteri Kehutanan No P.12/Menhut-11/2009 Tentang Pengendalian Kebakaran Hutan

34 Saharjo,B.H. 2003, Pengendalian Kebakaran Hutan Dan Lahan Yang Lestari Perlukah Dilakukan. Departemen Silvikultur. Fakultas Kehutanan.bogor: Intitut Pertanian Bogor

(20)

44 bencana alam. Wilayah daerah dan bencana dalam perspektif pemerintah lokal adalah upaya pengujian kumpulan kebijakan, praktik dan profesionalitas menejemen tanggap darurat.

Upaya difokuskan pada pemerintah daerah sebagai level pertama dalam tahap penanggulangan bencana. Upaya tanggap darurat yang bergantung pada pemerintah daerah secara kewilayahan. Alasan pemfokusan karena manajemen bencana di implementasikan oleh pemerintah lokal, Pemerintah lokal mempunyai peran aktif dalam manajeman bencana, Pemberian wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah dan Kebijakan respon bencana memerlukan tempat secara lokal. Alasan-alasan itulah yang medasari manajemen bencana oleh pemerintah lokal merupakan kunci dalam pelaksanaannya.

Kebijakan dalam upaya menanggulangi bencana di indonesia di tandai dengan ditetapkannya Rencana Aksi Nasional Pengurangan Resiko Bencana (RAN PRB) tahun 2006-2009 dan undang-undang nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana. Penetapan RAN PRB dan UU PB pemerintah daerah wajib menyelenggarakan perencanaan program-program penanggulangan bencana dan pengurangan resiko bencana yang terintegrasi ke dalam program pembangunan daerah. Dengan adanya RAN PRB dan UU PB merupakan momentum penting sebagai perubahan cara pandang dalam penanggulangan bencana, dapat dilihat dari tabel dibawah ini

(21)

45 Tabel 2.1 cara pandang penanggulangan bencana di Indonesia tahun 2015

Sumber : Buku Panduan Nagi Penyelenggara Penenggulangan Bencana, Tahun 2015, Dicetak Oleh Tim Knowledge Management Capacity Development Support Program BNPB Hal. 3

7. Pengkoordinasian Penanganan Bencana

Pada Undang- Undang No. 24 Tahun 2007 Tentang penanggulangan bencana pada pasal 5 dijelaskan tentang peran-peran lembaga yang telibat dalam kebencanaan diantaranya adalah :

a. Peran BNPB

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dibentuk atas dasar untuk menanggulangi bencana yang telah diatur dalam Undang-undang nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana. Badan

(22)

46 Nasional Penanggulangan Bencana memiliki peran dalam hal merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam menanggulangi bencana dan menangani pengungsi dengan cara bertindak dengan cepat-tepat serta efektif dan efisien. Melakukan Pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, dan menyeluruh.

Selain peran yang disebutkan BNPB memiliki tugas lainnya yakni Memberikan pedoman serta pengarahan pada berbagai upaya penanggulangan bencana mencakup pencegahan terjadinya bencana, melakukan penanganan tanggap darurat bencana, rehabilitasi dan rekonstruksi pasca terjadi bencana secara adil, setara dan merata. BNPB juga menetapkan standar dalam penanggulangan bencana dan memenuhi kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan bencana berdasarkan UU. Menyampaikan informasi aktivitas dalam penanggulangan bencana langsung kepada masyarakat baik secara langsung, atau melalui media cetak atau elektronik. Melakukan pelaporan rutin penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada Presiden setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat pada kondisi darurat bencana. Menggunakan dan mempertanggung jawabkan sumbangan/bantuan nasional dan internasional. Mempertanggung jawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan Menyusun pedoman pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah.

(23)

47 b. Peran BPBD / BPBPK

Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD adalah sebuah unsur pendukung tugas kepala daerah (bupati/walikota) dalam menyelenggarakan tugas Pemerintahan Daerah dalam bidang penanggulangan bencana, yang dipimpin langsung oleh Kepala Badan yang berada di bawah Walikota dan bertanggung jawab langsung di dalamnya. BPBD sendiri bertugas sebagaimana yang dimaksud diatas, mempunyai berbagai tugas meliputi menetapkan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan darurat, rehabilitasi, serta rekonstruksi secara menyeluruh, merata dan adil.

BPBD juga bertugas menetapkan standarisasi, serta kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan bencana berdasarkan Peraturan yang terdapat dalam undang-undang. Menetapkan, menyusun, serta menginformasikan peta rawan bencana. Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada Kepala Daerah setiap bulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat bencana. Menetapkan dan menyusun prosedur tetap penanganan bencana. Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah serta melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan. Mengendalikan pengumpulan dan penyaluran uang serta barang, dan mempertanggungjawabkan penggunaannya.

(24)

48 BPBD sebagai penyelenggara tugas mempunyai fungsi sebagai penetapan dan perumusan kebijakan dalam penanggulangan bencana serta berperan langsung dalam penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat, efektif dan efisien pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu dan menyeluruh pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Referensi

Dokumen terkait

Bila tekanan darah terlalu rendah sehingga aliran darah dalam ginjal tidak dapat dipertahankan normal, ginjal akan mensekresikan renin yang akan membentuk

Tim BPBD Kabupaten Lampung Barat menerjunkan Tim TRC telah melakukan peninjauan lokasi bersama Polrres lambar dan PLN membersihkan dan memotong pohon tumbang yang menutup jalan

ABODETABEK – BANTEN (Jakarta, Bogor, Sukabumi, Karawang, Serang) OPERATOR JUMLAH DIGIT HLR PREFIX TELKOMSEL 0811 - (Kartu Halo 10, 11 digit)

Kegiatan kerjasama di luar Tri Dharma Perguruan Tinggi melalui jalur Sekolah Pascasarjana adalah setiap kegiatan kerjasama yang secara legal- formal maupun administratif

Volume transaksi SBN secara outright tercatat sebesar IDR15,9 triliun kemarin, menurun dari volume transaksi di hari Jumat yang sebesar IDR30,2 triliun, dan lebih

TRC (Tim Reaksi Cepat) Balai mengevaluasi dan memverifikasi usulan penanganan bencana dan membuat Berita Acara serta melaporkan kepada Kepala Balai Besar/Balai Pelaksanaan

RHA merupakan salah satu upaya awal saat tanggap darurat yang dilakukan untuk mengetahui besar masalah, potensi masalah kesehatan yang mungkin terjadi saat bencana serta

Data primer dalam penelitian ini dilakukan melalui wawancara (interview) dengan petani, kolektor dan dengan pengurus dan karyawan Koperasi Baitul Qiradh dengan bantuan