• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

28 A. Hasil Penelitian

1. Sejarah Singkat Perusahaan

Dengan keyakinan atas pengalaman pribadi maupun performens kerja di masa lalu dan dukungan dari beberapa pihak serta rekan kerja pada masa lalu di PT Pamapersada Nusantara, maka dipandang perlu untuk membentuk suatu perusahaan yang bergerak di bidang Pertambangan sebagai Partner Kontraktor Tambang yang sudah terdahulu menjadi pelopor Kontraktor Tambang di Indonesia.

Kepercayaan yang begitu besar dari salah satu perusahaan nasional yang bergerak dibidang pertambangan batubara, tentunya disambut baik oleh Bapak Poedjiarto dan diwujudkan dengan mendirikan PT Maju Daya Bersama (PT MDB) pada tanggal 22 April 2003, yang langsung disambut hangat dengan dikeluarkannya kontrak Kerja Pengadaan Alat Berat untuk pekerjaan Road Maintenance di proyek PT Kalimantan Prima Persada di daerah Rantau, Kabupaten Tapin.

Dengan bekal kepercayaan dari pelanggan, PT Maju Daya Bersama tetap menjalankan misinya hingga saat ini, meskipun harus berjalan dengan perlahan PT Maju Daya Bersama berangsur-angsur dapat menambah Asset.

(2)

29

2. Struktur Organisasi

Struktur organisasi suatu perusahaan dalam menjalankan usahanya mempunyai tujuan tertentu yang akan dicapai. Tanpa tujuan organisasi tidak mungkin dapat membuat perencanaan. Tujuan organisasi akan menentukan struktur organisasi, yaitu dengan menentukan seluruh tugas pekerjaan hubungan antara tugas, batasan wewenangdan tanggung jawab untuk menjalankan masing-masing tugas tersebut. Adapun struktur organisasi PT Maju Daya Bersama dapat dilihat pada gambar berikut.

Bagan 1

Struktur Organisasi PT Maju Daya Bersama PT Maju Daya Bersama

Sumber : PT. MAJU DAYA BERSAMA

ADMINISTRASI FOREMAN FOREMAN MEKANIK OPERATOR A2B HELPER MEKANIK SITE MANAJER

(3)

Uraian tugas masing-masing tingkat tanggung jawab adalah sebagai berikut :

a. Site Manajer

Tugas-tugas dari Site Manajer bertanggung jawab pada pelaksanaan pembangunan keseluruhan baik biaya, waktu dan mutu, dapat diberikan dalam beberapa bagian :

1) Tugas Perencanaan

Beberapa tugas perencanaan adalah sebagai berikut : (1) Merencanakan “Time Schedule” melaksanakan proyek

sesuai dengan kewajiban dari perusahaan terhadap pemilik proyek atau kepentingan perusahaan sendiri .

(2) Merencanakan pemakaian bahan dan alat dan pekerjaan instalasi untuk setiap proyek yang ditangani sesuai dengan volume dan waktu penggunaannya.

2) Tugas dan controlling pengarahan

Beberapa tugas dan controlling pengarahan adalah sebagai berikut :

(1) Memberikan instruksi pekerjaan dan pengarahan kepada pelaksana dalam menunjang pelaksanaan proyek.

(2) Mengadakan control terhadap pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan instruksi-instruksi yang diberikan proyek.

(4)

31

(3) Mengadakan control disiplin kerja dari pelaksana-pelaksana proyek, mandor maupun tenaga kerja sesuai dengan tugas, kewajiban dan wewenang masing-masing. 3) Tugas-tugas komunikasi dan administrasi

Beberapa tugas-tugas komunikasi dan administrasi adalah sebagai berikut :

(1) Berkomunikasi dengan pemilik rumah atau direksi yang ditunjuk dalam segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan proyek untuk menunjang kewajiban perusahaan dengan pemilik proyek, baik dalam waktu maupun kualitasnya.

(2) Melaksanakan pekerjaan administrasi yang berkaitan dengan pekerjaan tambah kurang. Dan diberikan ke Budget control sepengetahuan Proyek Manager dan disetujui oleh Direktur Proyek.

4) Tugas Laporan

Beberapa tugas laporan adalah sebagai berikut :

(1) Membicarakan masalah-masalah khusus dan kesulitan-kesulitan teknis dengan Proyek Manager.

(2) Membuat laporan mingguan untuk Proyek Manageryang mencakup kegiatan proyek , kesulitan-kesulitan proyek, dan hal-hal khusus yang perlu dilaporkan.

(5)

(3) Membicarakan kesulitan-keulitan, rencana detail bangunan dengan Proyek Manager.

5) Tugas pengaturan tenaga

Beberapa tugas pengaturan tenaga adalah sebagai berikut :

(1) Mengatur penggunaan tenaga pekerja di proyek untuk menunjang rencana Time Schedule.

(2) Menyetujui dan menerima tenaga pelaksana, mandor, dan pekerja sesuai dengan target dari kantor dan menugaskan sesuai dengan tujuan masing-masing.

(3) Mengusulkan hal-hal yang dapat menunjang mengarahan tenaga pelaksana kepada Manager Proyek.

(4) Memberikan data-data untuk perhitungan upah tenaga untuik dihitung oleh Budget Control, mencheck ulang perhitungan upah untuk disetujui oleh Proyek Manager dan Direktur Proyek.

b. Administrasi

Tugas utama bagi seorang Administrasi adalah melaksanakan kegiatan pelayanan kantor, penyediaan fasilitas dan layanan administrasi perkantoran, sesuai ketentuan yang berlaku untuk mendukung kelancaran operasional perusahaan.

(6)

33

Tanggung jawab utama administrasi yaitu :

1) Melaksanakan aktivitas penyiapan ruang kerja dan peralatan kantor untuk seluruh pegawai, untuk memastikan ketersediaan ruangan kerja dan peralatan kantor bagi setiap pekerja sesuai dengan jenis pekerjaan dan jabatan.

2) Melaksanakan aktifitas renovasi gedung kantor/kerja, untuk memastikan semua gedung kantor selalu siap operasional.

3) Melaksanakan kegiatan surat-menyurat, dokumentasi dan pengarsipan, untuk memastikan dukungan administrasi bagi kelancaran kegiatan seluruh karyawan.

4) Membuat rencana dan mengevaluasi kerja harian dan bulanan untuk memastikan tercapainya kualitas target kerja yang dipersyaratkan dan sebagai bahan informasi kepada atasan.

5) Membuat perkiraan biaya tahunan yang berkaitan dengan kegiatan office administration, sebagai rekomendasi pembuatan anggaran departemen General Affair.

6) Melaksanankan akan adanya kebutuhan dan pengadaan alat tulis kantor, peralatan kantor, peralatan kebersihan

(7)

dan keamanan kantor serta layanan photocopy dan penjilidan.

7) Mengawasi pelaksanaan kebersihan dan kenyamanan ruang kantor dan keamanan kantor.

c. Foreman

Foreman atau kepala regu bertanggung jawab untuk melaksanakan pengaturan pengontrolan dan peningkatan kemampuan sumber daya manusia, bahan baku/ bahan jadi/ bahan setengah jadi dan mesin-mesin produksi didalam wilayah tangggung jawabnya untuk memaksimalkan efiensi meminimalkan biaya dan menghasilkan bahan setengah jadi/ bahan jadi yang memenuhi standard kebutuhan pelanggan.

d. Kepala Bagian Mekanik

Bertanggung jawab atas perencanaan, pengkoordinasian, pengarahan, dan pengawasan atas pelaksanaan kegiatan maintenance dan repair mesin dan peralatan mekanik produksi.

Uraian tugas dan tanggung jawabnya yaitu :

1) Mengkoordinir dan memberikan pengarahan kerja dan mengawasi pelaksanaan kegiatan seksi-seksi dibawahnya agar dapat meningkatkan efisiensi di dalam bagiannya.

2) Menyusun jadwal pemeliharaan dan perbaikan mesin, peralatan, dan fasilitas produksi agar proses produksi dapat berjalan dengan lancar.

(8)

35

3) Menyusun pedoman dan petunjuk-petunjuk lainnya mengenai pemeliharaan dan perbaikan mesin atau peralatan produksi, air dan udara.

4) Mengawasi pelaksanaan pemeriksaan dan pemeliharaan berkala perbaikan atas mesin atau peralatan produksi, air dan udara.

5) Mengawasi pelaksanaan pencatatan pengeluaran biaya-biaya yang terjadi dengan pelaksanaan kegiatan pemeliharaan dan perbaikan.

6) Memeriksa dan memastikan bahwa pendingin mesin dan udara dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

7) Mengawasi pekerjanya mesin-mesin, pompa air, dan compressor, secara terus menerus dan dalam jumlah yang sesuai kebutuhan.

8) Mengawasi pelaksanaan hasil pekerjaan bagian bengkel yang dipesan, seperti pembubutan dan sebagainya.

9) Berusaha mencari cara-cara penekanan biaya dan metode perbaikan kerja yang lebih efisien.

10) Menjaga displin kerja dan menilai prestasi kerja bawahannya secara berkala.

11) Melaksanakan tugas-tugas lainnya yang diberikan oleh manajer produksi.

(9)

e. Operator

Beberapa tugas operator adalah sebagai berikut :

1) Melakukan pemeriksaan keliling dan pemeriksaan sebelum alat dihidupkan.

2) Melakukan pemeriksaan dan pengisian bahan bakar, oli pelumnas dan fluid lainnya.

3) Melaporkan temuan kerusakan pada alat kepada pengawas lapangan.

4) Pengoperasikan alat dengan aman dan produktif sehingga peralatan menjadi tidak cepat rusak sehingga jangka waktu pemakaian peralatan akan lebih lama.

5) Menempatkan peralatan dengan aman diarea yang telah di tentukan.

6) Mengikuti peraturan mematikan mesin dengan baik

7) Memasyikan bahwa peralatan dirawat sesuai dengan jadwal. 8) Memastikan kebersihan alat selalu terjaga.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Untuk mengetahui suatu kondisi keuangan perusahaan maka perlu dilakukan analisis untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan perusahaan. Berikut adalah laporan keuangan berupa neraca dan laba rugi per 31 Desember 2011 sampai dengan 31 Desember 2014 yang akan dianalisis.

(10)

37

Tabel 2

Laporan Neraca PT Maju Daya Bersama (Dalam Ribuan Rupiah)

ASSET 31-12-2011 31-12-2012 31-12-2013 31-12-2014

ASSET LANCAR

Kas dan Setara Kas Rp 550.000 Rp 590.000 Rp 630.000 Rp 690.000 Piutang Usaha Rp 150.000 Rp 200.000 Rp 260.000 Rp 300.000 Persediaan Rp 400.000 Rp 480.000 Rp 620.000 Rp 650.000 Uang Muka Rp 320.400 Rp 400.000 Rp 475.000 Rp 560.000 Pajak Dibayar dimuka Rp 250.350 Rp 290.300 Rp 370.000 Rp 390.000

JUMLAH ASSET LANCAR Rp 1.670.750 Rp 1.960.000 Rp 2.355.000 Rp 2.590.000 ASSET TETAP

Harga perolehan asset tetap Rp 350.250 Rp 490.000 Rp 500.000 Rp 550.000 Akumulasi asset tetap Rp 180.000 Rp 190.000 Rp 220.000 Rp 230.000

Nilai ( Buku ) asset tetap Rp 530.000 Rp 680.000 Rp 720.000 Rp 780.000

ASSET SEWA GUNA USAHA

Harga perolehan ASGU Rp 400.500 Rp 570.150 Rp 610.000 Rp 650.000 Akumulasi penyusutan ASGU Rp 200.000 Rp 219.000 Rp 250.000 Rp 260.000

Nilai Buku ASGU Rp 600.500 Rp 789.150 Rp 860.000 Rp 910.000 JUMLAH ASSET Rp 2.801.500 Rp 3.339.450 Rp 3.790.000 Rp 4.280.000 KEWAJIBAN DAN EKUITAS

KEWAJIBAN LANCAR

Hutang Usaha Rp 200.500 Rp 207.500 Rp 250.000 Rp 320.000 Hutang Bank Rp 170.550 Rp 180.900 Rp 190.100 Rp 250.000 Hutang Leasing dibawah 1 tahun Rp 300.000 Rp 270.450 Rp 270.450 Rp 310.000 Pajak YMH dibayar Rp 120.450 Rp 140.500 Rp 160.800 Rp 190.000

Jumlah Kewajiban Lancar Rp 791.500 Rp 799.350 Rp 871.350 Rp 1.070.000 KEWAJIBAN JANGKA

PANJANG

Hutang Leasing diatas 1 tahun Rp 540.000 Rp 610.000 Rp 700.000 Rp 700.000 Hutang lain lain Rp 350.000 Rp 500.000 Rp 573.000 Rp 590.000

Jumlah Kewajiban Jangka Panjang Rp 890.000 Rp 1.110.000 Rp 1.273.000 Rp 1.290.000 Ekuitas Modal Saham Rp 300.000 Rp 580.000 Rp 590.650 Rp 670.000 Laba usaha Rp 820.000 Rp 850.000 Rp 1.200.000 Rp 1.250.000 Jumlah Ekuitas Rp 1.120.000 Rp 1.430.000 Rp 1.790.650 Rp 1.920.000 JUMLAH KEWAJIBAN DAN

EKUITAS

Rp 2.801.500 Rp 3.339450 Rp 3.935.000 Rp 3.280.000

(11)

Tabel 3

Laporan Laba Rugi PT Maju Daya Bersama (Dalam Ribuan Rupiah)

31-12-2011 31-12-2012 31-12-2013 31-12-2014 PENDAPATAN Pendapatan Rental Rp 1.000.000 Rp 1.098.000 Rp 1.341.000 Rp 1.470.000 Pendapatan Lainnya Rp 610.000 Rp 636.000 Rp 797.580 Rp 956.000 Pinalty Rp 582.000 Rp 588.000 Rp 650.000 Rp 739.000 Jumlah Pendapatan Rp 2.192.600 Rp 2.322.600 Rp 2.788.580 Rp 3.165.540 BEBAN USAHA

Beban pegawai karyawan Rp 230.000 Rp 230.000 Rp 230.000 Rp 230.000 Beban transportasi dan perjalanan

dinas

Rp 180.000 Rp 200.300 Rp 205.260 Rp 250.080 Beban perbaikan dan pemeliharaan Rp 120.000 Rp 150.300 Rp 190.000 Rp 230.000 Beban mobilisasi Rp 180.700 Rp 187.000 Rp 190.320 Rp 240.000 Beban sub kontraktor Rp 190.400 Rp 203.000 Rp 210.000 Rp 270.000 Beban barang habis pakai Rp 130.100 Rp 140.000 Rp 155.000 Rp 190.000 Beban penyusutan Rp 190.600 Rp 202.000 Rp 208.000 Rp 275.000 Beban Lain lain Rp 150.800 Rp 160.000 Rp 200.000 Rp 230.460

Jumlah Beban Usaha Rp 1.372.600 Rp 1.472.600 Rp1.588.580 Rp 1.915.540 LABA USAHA Rp 820.000 Rp 850.000 Rp1.200.000 Rp 1.250.000

Pendapatan (Beban) lain lain

Pendapatan lain lain Rp 100.000 Rp 98.000 Rp 109.000 Rp 120.000 Beban lain lain Rp 110.000 Rp 100.000 Rp 119.000 Rp 100.800 Jumlah pendapatan dan Beban lain lain Rp 210.000 Rp 198.000 Rp 228.000 Rp 220. 800 Laba ( rugi ) Perusahaan sebelum Pajak Rp 1.030.000 Rp 1.048.000 Rp 1.428.000 Rp 1.470.800 Taksiran pajak penghasilan Rp 149.041 Rp (131.000) Rp ( 178.500) Rp (183.850)

Laba ( rugi ) Bersih Setelah Pajak Rp 880.959 Rp 917.000 Rp 1.249.500 Rp 1.286.000 Sumber : PT. MAJU DAYA BERSAMA

1. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas yaitu rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang sudah jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun di dalam perusahaan (likuiditas perusahaan). rasio likuiditas ini terdiri dari :

(12)

39

a. Rasio Lancar (Current Ratio)

Menurut Kasmir (2014 : 134) Rasio Lancar atau (current

ratio) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan

dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Perhitungan rasio lancar dilakukan dengan cara membandingkan antara total aktiva lancar dengan total utang lancar,.

Rasio lancar dapat dirumuskan sebagai berikut:

Perhitungan current ratio berdasarkan neraca PT maju daya Bersama untuk tahun 2011 s.d 2014 adalah sebagai berikut.

Tahun 2011 Aktiva Lancar :Rp 1.670.750.000 Utang Lancar : Rp 791.500.000 Tahun 2012 Aktiva Lancar : Rp 1.960.000.000 Utang Lancar : Rp 799.350.000 SITE MANAJER

(13)

Tahun 2013 Aktiva Lancar : Rp 2.355.000.000 Utang Lancar : Rp 871.350.000 Tahun 2014 Aktiva Lancar : Rp 2.590.000.000 Utang Lancar : Rp 1.070.000.000

Rasio lancar ini menunjukkan bahwa nilai aktiva lancar (harta perusahaan yang dapat dijadikan uang dalam waktu singkat) ada sekian kewajiban perusahaan jangka pendek. Rasio lancar 2 kali kadang sudah dianggap sebagai ukuran yang cukup baik bagi suatu perusahaan. Artinya dengan hasil rasio seperti itu, perusahaan sudah berada di titik aman dalam jangka pendek.

b. Rasio Cepat (Acid Test Ratio)

Menurut Kasmir (2013:136) Rasio Cepat atau rasio sangat lancar atau acid test ratio menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai sediaan (inventory). Artinya nilai sediaan kita abaikan, dengan cara dikurangi dari nilai total aktiva lancar. yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

(14)

41

Perhitungan Quick Ratio untuk tahun 2011 s.d 2014 adalah sebagai berikut. Tahun 2011 Aktiva Lancar : Rp 1.670.750.000 Hutang Lancar : Rp 791.750.000 Persediaan : Rp 400.000.000 Tahun 2012 Aktiva Lancar : Rp 1.960.300.000 Hutang Lancar : Rp 799.000.000 Persediaan : Rp 480.000.000 Tahun 2013 Aktiva Lancar : Rp 2.355.000.000 Hutang Lancar : Rp 871.350.000 Persediaan : Rp 620.000.000 Tahun 2014 Aktiva Lancar : Rp 1.590.000.000 Hutang Lancar : Rp 1.070.000.000

(15)

Persediaan : Rp 650.000.000

c. Rasio Kas (Cash Ratio)

Menurut Kasmir (2013:138) Rasio Kas alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Jika rata-rata industri untuk cash ratio adalah 50% maka keadaan perusahan lebih baik dari perusahaan lain. Namun, kondisi rasio kas terlalu tinggi juga kurang baik karena ada dana yang menganggur atau yang tidak atau belum digunakan secara optimal. Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Perhitungan cash ratio untuk tahun 2011 s.d 2014 adalah sebagai berikut.

Tahun 2011

Kas dan Setara Kas : Rp 550.000.000 Hutang Lancar : Rp 791.500.000

Tahun 2012

Kas dan Setara Kas : Rp 590.000.000

(16)

43

Tahun 2013

Kas dan Setara Kas : Rp 630.000.000 Hutang Lancar : Rp 871.350.000

Tahun 2014

Kas dan Setara Kas : Rp 690.000 .000 Hutang Lancar : Rp 1.070.000.000

d. Inventori to Net Working Capital

Inventory to Net Working Capital rasio digunakan untuk

mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan.modal kerja tersebut terdiri dari pengurangan antara aktiva lancar dengan utang lancar. Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Perhitungan Inventory to Net Working Capital untuk tahun 2011 s.d 2014 adalah sebagai berikut.

Tahun 2011

Aktiva Lancar : Rp 1.670.750.000 Hutang Lancar : Rp 791.750.000

(17)

Persediaan : Rp 400.000.000 Tahun 2012 Aktiva Lancar : Rp 1.960.300.000 Hutang Lancar : Rp 799.000.000 Persediaan : Rp 480.000.000 Tahun 2013 Aktiva Lancar : Rp 2.355.000.000 Hutang Lancar : Rp 871.350.000 Persediaan : Rp 620.000.000 Tahun 2014 Aktiva Lancar : Rp 2.590.000.000 Hutang Lancar : Rp 1.070.000.000 Persediaan : Rp 650.000.000

(18)

45

Berdasarkan perhitungan-perhitungan rasio likuiditas tersebut, maka perkembangan atau perubahan Current ratio, Quick ratio,

Cash ratio dan Inventory to net working capital PT Maju Daya

Bersama tahun 2011 s.d 2014 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4

Perkembangan Likuiditas PT Maju Daya Bersama Tahun 2011 s.d 2014

No. Jenis rasio 2011 2012 2013 2014

1 Current ratio 2,1 kali 2,5 kali 2,7 kali 2,4 kali 2 Quick ratio 1,6 kali 1,9 kali 2,0 kali 1,8 kali

3 Cash ratio 69% 74% 72% 64%

4 Inventory to net working capital 45% 41% 41% 43%

Sumber : Data Diolah Penulis

Analisis Likuiditas

a. Current ratio (Rasio lancar)

Berdasarkan hasil perhitungan, dapat diketahui bahwa nilai rasio lancar (current ratio) Pada tahun 2011 nilai sebesar 2,1 kali, tahun 2012 2,5 kali, tahun 2013 2,7 kali dan tahun 2014 2,4 kali. Dari hasil perhitungan tersebut di tahun 2011 jumlah aktiva lancar sebanyak 2,1 kali utang lancar atau setiap 1 rupiah utang lancar dijamin oleh 2,1 kali rupiah harta lancar. Di tahun 2012 jumlah aktiva lancar sebanyak 2,5 kali utang lancar atau setiap 1 rupiah utang lancar dijamin oleh 2,5 kali rupiah harta lancar. Di tahun 2013 jumlah aktiva lancar sebanyak 2,7 kali utang lancar atau

(19)

setiap 1 rupiah utang lancar dijamin oleh 2,7 kali rupiah harta lancar dan di tahun 2014 jumlah aktiva lancar sebanyak 2,4 kali utang lancar atau setiap 1 rupiah utang lancar dijamin oleh 2,4 kali rupiah harta lancar. Pada tahun 2012 dan tahun 2013 nilai current

ratio mengalami peningkatan masing-masing sebesar 0,4 kali dan

0,3 kali sehingga masing-masing menjadi 2,5 kali dan 2,7 kali. Angka ini menunjukkan bahwa kinerja manajemen perusahaan untuk tahun 2012 dan 2013 memiliki kemampuan yang cukup besar untuk membayar hutang lancar. Namun pada tahun 2014 nilai current ratio mengalami penurunan sebesar 0,3 kali sehinggga menjadi 2,4 kali. Penurunan ini terjadi karena bertambahnya utang lancar.

b. Quick ratio (Rasio cepat)

Berdasarkan hasil perhitungan, dapat dilihat bahwa nilai Quick

Ratio pada tahun 2011 sebesar 1,6 kali, tahun 2012 sebesar 1,9 kali,

tahun 2013 sebesar 2,0 kali dan 2014 1,8 kali. Dari perhitungan tersebut di tahun 2011 setiap Rp1,00 hutang lancar dijamin dengan Rp1,6 aktiva lancarnya. Di tahun 2012 setiap Rp1,00 hutang lancar dijamin dengan Rp1,9 aktiva lancarnya. Di tahun 2013 setiap Rp1,00 hutang lancar dijamin dengan Rp2,0 aktiva lancarnya dan di tahun 2014 setiap Rp 1,00 hutang lancar dijamin dengan Rp 1,8 aktiva lancarnya. Pada tahun 2012 dan 2013 nilai Quick Ratio mengalami petingkatan masing-masing sebesar 0,3 kali dan 0,1 kali

(20)

47

sehingga masing-masing menjadi 1,9 kali dan 2.0 kali. Hal ini sangat bagus sebab menunjukkan bahwa kinerja manajemen perusahaan memiliki kemampuan yang cukup besar untuk membayar kewajiban atau utang lancar dengan aktiva lancar sehingga perusahaan tidak harus menjual sediaan bila hendak melunasi utang lancar. Peningkatan ini terjadi karena kenaikan aktiva lancar relative lebih besar dibandingkan kenaikan hutang lancarnya. Namun di tahun 2014 nilai Quick Ratio mengalami sedikit penurunan sebesar 0,2 kali sehingga menjadi 1,8 kali.

c. Cash ratio (Rasio kas)

Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa cash ratio pada tahun 2011 sebesar 69%, tahun 2012 sebesar 74%, tahun 2013 sebesar 72% dan tahun 2014 sebesar 64%. Dari perhitungan tersebut di tahun 2011 setiap Rp1,00 utang lancar dijamin oleh Rp 0,69 kas dan setara kas. Di tahun 2012 setiap Rp1,00 utang lancar dijamin oleh Rp 0,74 kas dan setara kas. Di tahun 2013 setiap Rp1,00 utang lancar dijamin oleh Rp 0,72 kas dan setara kas dan di tahun 2014 setiap Rp1,00 utang lancar dijamin oleh Rp 0,64 kas dan setara kas. Pada tahun 2013 dan 2014 nilai cash ratio mengalami penurunan masing-masing sebesar 2% dan 8% sehingga masing-masing menjadi 72% dan 64%. Penurunan terjadi karena kenaikan nilai kas dan setara kas relative kecil, dibandingkan kenaikan hutang lancar lebih besar.

(21)

d. Inventory to net working capital

Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai /Inventori to Net Working Capital pada tahun 2011 sebesar 45%, tahun 2012 sebesar 41%, tahun 2013 sebesar 41% dan tahun 2014 sebesar 43%. Dari perhitungan tersebut tahun 2011 setiap Rp1,00 modal kerja dijamin Rp0,45 sediaan. Di tahun 2012 setiap Rp1,00 modal kerja dijamin Rp0,41 sediaan. Di tahun 2013 setiap Rp1,00 modal kerja dijamin Rp0,41 sediaan dan di tahun 2014 setiap Rp1,00 modal kerja dijamin Rp0,43 sediaan. Pada tahun 2012 nilai /Inventori to Net Working Capital mengalami penurunan sebesar 4% sehinggga menjadi 41% dan untuk tahun 2013 nilai /Inventori

to Net Working Capital pun tetap sama. Penurunan terjadi karena

kenaikan sediaan relative lebih kecil, dibandingkan kenaikan modal kerja perusahaan. Sedangkan pada tahun 2014 nilai /Inventori to

Net Working Capital mengalami sedikit peningkatan yaitu sebesar

2% sehingga menjadi 43%. Artinya perusahaan melakukan peningkatan Inventori to Net Working Capital dari tahun sebelumnya.

2. Rasio Solvablitas

Rasio solvabilitas menurut Kasmir (2014: 151) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejuh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang, artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan

(22)

49

bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi). Rasio solvabilitas terdiri dari :

a. Debt to Asset Ratio (Debt Ratio)

Menurut Kasmir (2014:156) Debt ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Rumusan untuk mencari debt ratio dapat digunakan sebagai berikut:

Perhitungan Debt to Asset Ratio untuk tahun 2011 s.d 2014 adalah sebagai berikut. Tahun 2011 Total Aktiva : Rp 2.801500.000 Total Hutang : Rp 1.681.500.000 Tahun 2012 Total Aktiva : Rp 3.339.450.000 Total Hutang : Rp 1.909.450.000

(23)

Tahun 2013 Total Aktiva : Rp 3.935.000.000 Total Hutang : Rp 2.144.350.000 Tahun 2014 Total Aktiva : Rp 4.280.000.000 Total Hutang : Rp 2.360.000.000 b. Debt to Equity Ratio

Menurut Kasmir (2014:157) Debt to equity ratio Merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditur) dengan pemilik perusahaan. Rumusan untuk mencari

debt to equity ratio dapat digunakan sebagai berikut:

Perhitungan Debt to equity ratio untuk tahun 2011 s.d 2014 adalah sebagai berikut. Tahun 2011 Total Hutang : Rp 1.681.500.000 Modal : Rp 1.120.000.000

(24)

51 Tahun 2012 Total Hutang : Rp 1.909.450.000 Modal : Rp 1.430.000.000 Tahun 2013 Total Hutang : Rp 2.144.350.000 Modal : Rp 1.790.000.000 Tahun 2014 Total Hutang : Rp 2.360.000.000 Modal : Rp 1.920.000.000 c. Long term debt to equity ratio

Menurut Kasmir (2014:159) Long term debt to equity ratio merupakan rasio antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan cara membandingkan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan.

(25)

Rumusan untuk mencari long term debt to equity ratio dapat digunakan sebagai berikut:

Perhitungan Debt to equity ratio untuk tahun 2011 s.d 2014 adalah sebagai berikut.

Tahun 2011

Total Hutang Jangka Panjang : Rp 980.000.000 Total Modal : Rp 1.120.000.000

Tahun 2012

Total Hutang Jangka Panjang : Rp 1.110.100.000 Total Modal : Rp 1.430.000.000

Tahun 2013

Total Hutang Jangka Panjang : Rp 1.273.000.000 Total Modal : Rp 1.790.650.000

Tahun 2014

Total Hutang Jangka Panjang : Rp 1.290.000.000 Total Modal : Rp 1.920.000.000

(26)

53

Berdasarkan perhitungan-perhitungan rasio solvabilitas tersebut, maka perkembangan atau perubahan, Debt to Asset Ratio , Debt to

Equity Ratio , dan Long Term Debt to Equity Ratio (LTDtER) PT Maju

Daya Bersama tahun 2011 s.d 2014 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 5

Perkembangan Solvabilitas PT Maju Daya Bersama Tahun 2011 s.d 2014

No. Jenis rasio 2011 2012 2013 2014

1 Debt to Asset Ratio 60% 57% 54% 55%

2 Debt to Equity Ratio 150% 134% 120% 123%

3 Long Term Debt to Equity Ratio (LTDtER)

79% 78% 71% 67%

Sumber : Data Diolah Penulis

Analisis Solvabilitas a. Debt to Asset Ratio

Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai Debt

to Asset Ratio pada tahun 2011 sebesar 60%, tahun 2012 sebesar

57%, tahun 2013 sebesar 54% dan 2014 sebesar 55%. Dari perhitungan tersebut tahun 2011 menunjukkan bahwa 60% pendanaan perusahaan dibiayai dengan utang untuk tahun 2011. Artinya, bahwa setiap Rp100,00 pendanaan perusahaan, Rp60,00 dibiayai dengan utang dan Rp40,00 disediakan oleh pemegang saham. Di tahun 2012 menunjukkan bahwa 57% pendanaan

(27)

perusahaan dibiayai dengan utang untuk tahun 2012. Artinya, bahwa setiap Rp100,00 pendanaan perusahaan, Rp57,00 dibiayai dengan utang dan Rp43,00 disediakan oleh pemegang saham. Di tahun 2013 menunjukkan bahwa 54% pendanaan perusahaan dibiayai dengan utang untuk tahun 2013. Artinya, bahwa setiap Rp100,00 pendanaan perusahaan, Rp54,00 dibiayai dengan utang dan Rp46,00 disediakan oleh pemegang saham dan di tahun 2014 menunjukkan bahwa 55% pendanaan perusahaan dibiayai dengan utang untuk tahun 2014. Artinya, bahwa setiap Rp100,00 pendanaan perusahaan, Rp55,00 dibiayai dengan utang dan Rp45,00 disediakan oleh pemegang saham. Pada tahun 2012 dan 2013 nilai Debt to Asset Ratio mengalami penurunan masing-masing sebesar 3% sehingga menjadi 57% dan 54%. Penurunan ini akan semakin baik bagi perusahaan karena semakin kecil perusahaan dibiayai dengan utang. Di tahun berikutnya tahun 2014 nilai Debt to Asset Ratio sedikit meningkat yaitu sebesar 1% sehingga menjadi 55%. Hal ini terjadi karena kenaikan aktiva lancar relative lebih kecil dibandingkan kenaikan hutang lancarnya.

b. Debt to Equity Ratio

Berdasarkan hasil perhitungan nilai Debt to equity ratio pada tahun 2011 sebesar 150%, tahun 2012 sebesar 134%, tahun 2013 sebesar 120% dan tahun 2014 sebesar 123%. Dari perhitungan tersebut tahun 2011 menunjukkan bahwa kreditor menyediakan

(28)

55

Rp150,00 tahun 2011 untuk setiap Rp100,00 yang disediakan pemegang saham atau perusahaan dibiayai oleh utang sebanyak 150%. Di tahun 2012 menunjukkan bahwa kreditor menyediakan Rp134,00 tahun 2012 untuk setiap Rp100,00 yang disediakan pemegang saham atau perusahaan dibiayai oleh utang sebanyak 134%. Di tahun 2013 menunjukkan bahwa kreditor menyediakan Rp120,00 tahun 2013 untuk setiap Rp100,00 yang disediakan pemegang saham atau perusahaan dibiayai oleh utang sebanyak 120% dan di tahun 2014 menunjukkan bahwa kreditor menyediakan Rp123,00 tahun 2012 untuk setiap Rp100,00 yang disediakan pemegang saham atau perusahaan dibiayai oleh utang sebanyak 120%. Pada tahun 2012 dan 2013 mengalami penurunan masing-masing sebesar 16% dan 14% sehingga masing-masing menjadi 134% dan 120% dan di tahun 2014 mengalami sedikit kenaikan sebesar 3% sehingga menjadi 123%. Hal ini menunjukkan bahwa keadaan perusahaan dari tahun 2011 sampai dengan 2014 masih dianggap kurang baik karena jumlah utang perusahaan lebih besar dibandingkan modal perusahaan yang dijadikan jaminan.

c. Long Term Debt to Equity Ratio (LTDtER)

Berdasarkan hasil perhitungan dapat menunjukkan nilai long

term debt to equity ratio pada tahun 2011 sebesar 79%, tahun 2012

(29)

67%. Dari perhitungan tersebut tahun 2011 menunjukkan bahwa kreditor menyediakan Rp79,00 tahun 2011 untuk setiap Rp100,00 yang disediakan pemegang saham atau perusahaan dibiayai oleh utang jangka panjang sebanyak 79%. Di tahun 2012 menunjukkan bahwa kreditor menyediakan Rp78,00 tahun 2012 untuk setiap Rp100,00 yang disediakan pemegang saham atau perusahaan dibiayai oleh utang jangka panjang sebanyak 78%. Di tahun 2013 menunjukkan bahwa kreditor menyediakan Rp71,00 tahun 2013 untuk setiap Rp100,00 yang disediakan pemegang saham atau perusahaan dibiayai oleh utang jangka panjang sebanyak 71% dan di tahun 2014 menunjukkan bahwa kreditor menyediakan Rp67,00 tahun 2011 untuk setiap Rp100,00 yang disediakan pemegang saham atau perusahaan dibiayai oleh utang jangka panjang sebanyak 67%. Pada tahun 2012, 2013 dan 2014 nilai long term

debt to equity ratio terjadi penurunan masing-masing sebesar 1%.

7% dan 4% sehingga masing-masing sebesar 78%, 71% dan 67%. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi perusahaan cukup baik karena jumlah utang jangka panjang perusahaan relative lebih kecil dibandingkan jumlah modal sendiri yang dijadikan jaminan

3. Rasio Profitabilitas

Rasio Prifitabilitas Menurut Kasmir (2014:196) merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuantungan.

(30)

57

Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Rasio profitabilitas terdiri dari :

a. Profit Margin on Sales

Menurut Kasmir (2014:199) Profit Margin on Sales atau

Ratio Profit Margin atau margin laba atas penjualan merupakan

salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan. Untuk margin laba bersih dengan rumus:

Margin laba bersih merupakan ukuran keuntungan dengan membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak dibandingkan dengan penjualan. Rasio ini menunjukkan pendapatan bersih perusahaan atas penjualan.

Perhitungan Net Profit Margin untuk tahun 2011 s.d 2014 adalah sebagai berikut. Tahun 2011 EAIT : Rp 880.959.000 Sales : Rp 2.192.600.000 Tahun 2012 EAIT : Rp 917.000.000 Sales : Rp 2.322.600.000

(31)

Tahun 2013 EAIT : Rp 1.249.500.000 Sales : Rp 2.788.580.000 Tahun 2014 EAIT : Rp 1.286.950.000 Sales : Rp 3.165.540.000

b. Hasil pengembalian investasi Return on Investment (ROI)

Menurut Kasmir (2014:201) Return on Investment (ROI) atau

return on total assets merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI

juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya.

Rumus untuk mencari Return on Investment dapat digunakan sebagai berikut:

Perhitungan Return on Investment untuk tahun 2011 s.d 2014 adalah sebagai berikut.

Tahun 2011

EAIT : Rp 880.959.000

(32)

59 Tahun 2012 EAIT : Rp 917.000.000 Total Aktiva : Rp 3.339.450.000 Tahun 2013 EAIT : Rp 1.249.500.000 Total Aktiva : Rp 3.935.000.000 Tahun 2014 EAIT : Rp 1.286.950.000 Total Aktiva : Rp 4.280.000.000 c. Return on Equity

Menurut Kasmir (2014:204) hasil pengembalian ekuitas atau

Return on Equity atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio

untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri.

Rumus untuk mencari Return on Equity (ROE) dapat digunakan sebagai berikut:

(33)

Perhitungan Return on Equity untuk tahun 2011 s.d 2014 adalah sebagai berikut. Tahun 2011 EAIT : Rp 880.959.000 Total Modal : Rp 1.120.000.000 Tahun 2012 EAIT : Rp 917.000.000 Total Modal : Rp 1.430.000.000 Tahun 2013 EAIT : Rp 1.249.500.000 Total Modal : Rp 1.790.650.000 Tahun 2014 EAIT : Rp 1.286..000 Total Modal : Rp 1.920.000.000

(34)

61

Berdasarkan perhitungan-perhitungan rasio profitabilitas tersebut, maka perkembangan atau perubahan, Net Profit Margin , Return on

Investment , dan Return on Equity PT Maju Daya Bersama tahun 2011

s.d 2014 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 6

Perkembangan Profitabilitas PT Maju Daya Bersama Tahun 2011 s.d 2014

Sumber : Data Diolah Penulis

Analisis Profitabilitas a. Net Profit Margin

Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai Net

Profit Margin pada tahun 2011 sebesar 40,2%, tahun 2012 sebesar

39,5%, tahun 2013 sebesar 44,8% dan 2014 sebesar 40,7%. Dari perhitungan tersebut pada tahun 2012 dan 2014 nilai Net Profit

Margin terjadi penurunan masing-masing sebesar 1,3% dan 4,1

sehingga masing-masing menjadi 39,5% dan 40,7%. Penurunan ini terjadi disebabkan kenaikan laba setelah bunga dan pajak relative lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan penjualannya. Sedangkan di tahun lalu atau tahun 2013 nilai Net Profit Margin

No. Jenis rasio 2011 2012 2013 2014

1 Net Profit Margin 40,2% 39,5% 44,8% 40,7%

2 Return on Investment 31% 27% 32% 30%

(35)

mengalami peningkatan sebesar 5,3% sehingga menjadi 44,%. Hal ini menunjukkan bahwa nilai Net Profit Margin tahun 2013 cukup baik jika dibandingkan tahun 2011, 2012 dan tahun 2014.

b. Return on Investment (ROI)

Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai

Return on Investment pada tahun 2011 sebesar 31%, tahun 2012

sebesar 27% tahun 2013 sebesar 32% dan 2014 sebesar 30%. Dari perhitungan tersebut tahun 2011 menunjukkan bahwa tingkat pengembalian investasi yang diperolehnya sebesar 31%. Di tahun 2012 menunjukkan bahwa tingkat pengembalian investasi yang diperolehnya sebesar 27%. Di tahun 2013 menunjukkan bahwa tingkat pengembalian investasi yang diperolehnya sebesar 32% dan di tahun 2014 menunjukkan bahwa tingkat pengembalian investasi yang diperolehnya sebesar 30%. Pada tahun 2012 dan 2014 terjadi penurunan masing sebesar 4% dan 2% sehingga masing-masing menjadi 27% dan 30%. Hal ini berarti efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya kurang baik dan menunjukkan ketidakmampuan manajemen untuk memeperoleh ROI dikarenakan kenaikan margin laba relative lebih kecil dibandingkan kenaikan aktivanya. Tetapi di tahun lalu atau di tahun 2013 nilai Return on Investment meningkat dari awalnya di tahun 2012 27% menjadi 32%. Hal ini menunjukkan efektifitas dari

(36)

63

keseluruhan operasi perusahaan tahun 2013 cukup baik jika dibandingkan tahun 2012 dan tahun 2014.

c. Return on Equity (ROE)

Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai

Return on Equity pada tahun 2011 sebesar 78,6%, tahun 2012

sebesar 64,1% tahun 2013 sebesar 69,7% dan 2014 sebesar 67%. Dari perhitungan tersebut tahun 2011 menunjukkan bahwa tingkat pengembalian investasi yang diperolehnya sebesar 78,6%. Di tahun 2012 menunjukkan bahwa tingkat pengembalian investasi yang diperolehnya sebesar 64,1%. Di tahun 2013 menunjukkan bahwa tingkat pengembalian investasi yang diperolehnya sebesar 69,7% dan di tahun 2014 menunjukkan bahwa tingkat pengembalian investasi yang diperolehnya sebesar 67%. Pada tahun 2012 hasil pengembalian investasi berkurang sebesar 14,5% dan 2014 hasil pengembalian investasi berkurang sebesar 2,7% sehingga masing-masing menjadi 64,1% dan 67%. Penurunan ini terjadi disebabkan kenaikan laba bersih sesudah pajak relative lebih kecil dibandingkan kenaikan modal sendiri. Sedangkan di tahun lalu atau tahun 2013 nilai Return on Equity mengalami peningkatan sebesar 5,6% dari awalnya di tahun 2012 nilai Return on Investment 64,1% menjadi 69,7%. Hal ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri di tahun 2013 cukup baik jika dibandingkan dengan tahun 2012 dan tahun 2014.

Referensi

Dokumen terkait

Dampak atau manfaat yang dapat diambil dari pengenalan kembali bahasa daerah pada anak-anak sejak dini adalah: pertama, bahasa daerah terhindar dari kepunahan karena

Dengan mengusung tema yang ditujukan untuk memberi informasi bagi pelajar atau mahasiswa maupun masyarakat umum, dengan bangga kami mempersembahkan sebuah acara

permasalahan yang berbeda dengan research sebelumnya, dimana penulis akan mengungkapkan lebih detail persoalan akad Wadi῾ah dalam arisan sistem gugur, dengan

Daur hidup hewan metamorfosis sempurna adalah, suatu bentuk proses metamorfosis yang hanya mengalami serta melewati tiga tahapan saja, yaitu dari telur menjadi nimfa/larva

Suawardi Endraswara (2005:5) membuat definisi bahwa, “penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan tidak menyertakan angka-angka, tetapi mengutarakan kedalaman

meminum air susu, sehingga susu tidak jatuh ke dalam rumen. Bila ada pakan pada Bila ada pakan pada baik baik konsentrat atau rumput, saluran tersebut akan tetap membuka,

Anak membutuhkan stimulus dalam meningkatkan kemampuan motorik halus seperti melakukan senam otak, yang bertujuan memfasilitasi bagian otak kanan dan otak kiri agar dapat

Beda karya ilmiah ini dengan yang hendak peneliti lakukan adalah tujuan penelitan penelitian saudara Sitorus, Yansen adalah melakukan evaluasi pelaksanaan sistem