Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. VII, No. 1 Maret 2015 75
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN NEONATUS RISIKO TINGGI
The Analysis of Factors that Contibute with Incidence of High Risk Neonates
Sujianti¹, Susanti²
¹Program Studi D III Kebidanan STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap Email : susantijunaedi@yahoo.com
ABSTRAK
Survey Demografi Kesehatan Indonesia ( SDKI ) 2007, AKB 34/1000 kelahiran hidup, Angka Kematian Neonatal ( AKN ) 19/1000 kelahiran hidup . Jenis neonatus berisiko tinggi adalah Berat Lahir Rendah ( BBLR), asfiksia neonatal, sindrom gangguan pernapasan, penyakit kuning, perdarahan tali pusat, kejang, hypotermi, hipertermia, hipoglikemia dan tetanus neonatal. Beberapa faktor ibu terkait dengan kejadian neonatus berisiko tinggi adalah usia, paritas, kehamilan jarak, usia kehamilan, dan tingkat pendidikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor yang paling dominan, kejadian neonatus berisiko tinggi di rumah sakit Cilacap. Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan pendekatan cross secsional pada wanita yang memiliki neonates yang risiko tinggi. Analisis bivariat dilakukan dengan uji chi square. Hasil penelitian: usia ibu bersalin terbanyak adalah 20-35 tahun adalah 240 orang ( 78,51 % ); Paritas ibu terbanyak yaitu multipara 151 orang ( 49,7 % ); jarak kehamilan terbanyak ≥ 2 tahun dengan 155 orang ( 51 % ) ; Usia kehamilan ibu terbanyak 37-42 minggu yaitu 192 ( 63,2 % ); Tingkat pendidikan ibu terbanyak yaitu SD - SMP 235 orang ( 77,3 % ). Ada hubungan yang bermakna secara statistik antara faktor ibu meliputi usia, pendidikan, paritas dan usia kehamilan dengan kejadian neonatus risiko tinggi. Tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik antara faktor ibu yaitu jarak kehamilan dengan kejadian neonatus risiko tinggi.
Kata Kunci : faktor ibu, neonatus risiko tinggi, analisis
ABSTRACT
Indonesian Demographic Health Survey (IDHS) 2007, IMR 34/1000 live births, Neonatal Mortality Rate (AKN) 19/1000 live births. Kinds of high-risk neonates is Low Birth Weight (LBW), neonatal asphyxia, respiratory distress syndrome, jaundice, umbilical cord bleeding, seizures, hypotermi, hyperthermia, hypoglycemia and neonatal tetanus. Some maternal faktors associated with the incidence of high-risk neonates is age, parity, spacing pregnancies, gestational age, and education level. The purpose of this study was to identify the most dominant faktor, the incidence of high-risk neonates in hospitals Cilacap. This type of research is analytic survey with cross sectional approach . Bivariate analysis done with chi square test. Most maternal age is 20-35 years is 240 people ( 78.51 % ) ; Most maternal parity is multiparous 151 people ( 49.7 % ) ; Most pregnancies distance ≥ 2 years with 155 people( 51 % ) ; Most maternal gestational age 37-42 weeks ie 192 ( 63.2 % ) ; Highest level of maternal education, namely SD - SMP 235 people ( 77.3 % ) . There are significant statistically relationship between maternal factors include age, education, parity and gestational age with the incidence of high-risk neonates. There is no statistically significant relationship between maternal factors that distance pregnancy with incidence of high risk neonates .
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. VII, No. 1 Maret 2015 76
PENDAHULUAN
Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Neonatal (AKN) merupakan salah satu indicator status kesehatan masyarakat. Kesepakatan global Millenium Development Goals (MDGs, 2000) pada tahun 2015 diharapkan AKB dan Angka Kematian Balita menurun dua-pertiga menurun dalam kurun
waktu 1990-2015. Berdasarkan hal itu,
Indonesia mempunyai komitmen untuk
menurunkan AKB dari 68 menjadi 23/1000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (Depkes, 2009).
Dewasa ini AKB di Indonesia masih sangat tinggi dibandingkan Negara ASEAN lainnya. Menurut Survey Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) 2007, AKB 34/1000
kelahiran hidup, Angka Kematian Neonatus (AKN) 19/1000 kelahiran hidup. Penting diketahui adalah kenyataan bahwa penvumbang terbesar dari (Infant Mortality Rate) IMR tersebut berasal dari kelompok neonatus risiko tinggi (Depkes, 2009).
Neonatus adalah masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia 28 hari dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu, dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam rahim menjadi diluar rahim. Pada masa ini terjadi pematangan organ hampir pada semua sistem. Neonatus mengalami masa perubahan dari kehidupan didalam rahim yang serba tergantung pada ibu (intrauterin) menjadi
kehidupan diluar rahim (ekstrauterin) yang serba mandiri Dewi (2011, h. 12 ) dan Arief (2009 , h. 1).
Menurut Surasmi dkk (2003, h. 2) pada masa transisi adalah fase kritis bagi kehidupan bayi. Bayi yang dilahirkan dalam kondisi normal dapat melewati masa tersebut dengan baik. Sebaliknya, bagi yang dilahirkan dalam keadaan belum siap (prematur) ataupun bayi yang lahir disertai penyulit atau komplikasi, tentunya proses adaptasi kehidupan tersebut menjadi lebih sulit untuk dilalui. Bahkan,
seringkali menjadi pemicu timbulnya
komplikasi lain yang menyebabkan bayi tersebut tidak mampu melanjutkan kehidupan ke fase lanjut atau meninggal. Bayi dengan keadaan ini sering disebut dengan istilah neonatus risiko tinggi.
Neonatus risiko tinggi adalah bayi baru lahir yang mempunyai kemungkinan lebih besar untuk menderita sakit atau kematian dari pada bayi lain dan pada umumnya risiko tinggi terjadi pada bayi sejak lahir sampai usia 28 hari. Istilah neonatus risiko tinggi digunakan untuk
menyatakan bahwa neonatus memerlukan
perawatan dan pengawasan yang ketat.
Pengawasan dapat dilakukan beberapa jam sampai beberapa hari. Hal ini disebabkan
kondisi atau keadaan neonatus yang
berhubungan dengan kondisi kehamilan,
persalinan, dan penyesuaian dengan kehidupan diluar rahim. Penilaian dan tindakan yang tepat pada bayi risiko tinggi sangat penting karena
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. VII, No. 1 Maret 2015 77 dapat mencegah terjadinya gangguan kesehatan
pada bayi yang dapat menimbulkan cacat atau kematian (Surasmi dkk, 2003, h. 3).
Neonatus risiko tinggi sering
diklasifikasikan berdasarkan berat badan lahir,
umur kehamilan dan adanya masalah
patofisiologi yang menyertai neonatus tersebut. Secara umum, masalah patofisiologi berkaitan erat dengan status kematangan neonatus dan gangguan kimia. Adapun macam neonatus risiko tinggi adalah Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR), asficsia neonatorum, sindrom
gangguan pernafasan, icterus, perdarahan tali
pusat, kejang, hypotermi, hypertermi,
hypoglikemia dan tetanus neonatorum (Muslihatun 2010, h. 6).
Masalah pada neonatus menurut Surasmi (dkk, 2003, h. 3) biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik terjadi pada masa perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab kematian tetapi juga kecacatan. Masalah ini timbul sebagai akibat buruknya kesehatan ibu, perawatan kehamilan yang kurang memadai, manajemen persalinan yang tidak tepat dan tidak bersih, kurangnya perawatan bayi baru lahir. Kalau ibu meninggal pada waktu melahirkan, neonatus akan mempunyai kesempatan hidup yang kecil.
Menurut Medicastore (2010), kehamilan
pada ibu dengan risiko tinggi dapat
menimbulkan risiko tinggi juga bagi bayi yang akan dilahirkan. Upaya untuk menurunkan kejadian neonatus risiko tinggi secara efisien yaitu upaya pencegahan apabila diketahui
faktor-faktor yang berhubungan dengan
neonatus risiko tinggi. Beberapa faktor ibu yang berhubungan dengan kejadian neonatus risiko tinggi adalah usia, paritas, jarak kehamilan, umur kehamilan, dan tingkat pendidikan.
RSUD Cilacap merupakan salah satu rumah sakit yang melaksanakan berbagai pelayanan kesehatan, salah satunya dalam pelayanan kebidanan. RSUD Cilacap juga merupakan rumah sakit rujukan utama atau primer di Kabupaten Cilacap. Data dari bagian Rekam Medik RSUD Cilacap memperlihatkan cakupan neonatus risiko tinggi tahun 2011 di Kabupaten Cilacap yaitu dari jumlah 474 kasus neonatus risiko tinggi, 61% diantaranya neonatus dengan BBLR, Asficsia neonatorum sebanyak13%, Icterus berjumlah 4%, Kejang berjumlah 20%, hypoglikemia berjumlah 20%. Untuk kasus lainya seperti sindrom gangguan
nafas, perdarahan tali pusat, hypotermi,
Hypertemi, dan tetanus neonatorum tidak ada. Melihat fenomena di atas bahwa cakupan neonatus risiko tinggi di RSUD Cilacap masih sangat tinggi, Selain itu RSUD Cilacap merupakan rumah sakit tipe B, rujukan serta Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), sehingga peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian neonatus risiko tinggi di RSUD Cilacap tahun 2013.
METODE
Jenis penelitian ini adalah survey analitik untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian neonatus risiko
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. VII, No. 1 Maret 2015 78 tinggi di RSUD Cilacap tahun 2013. Peneliti
melihat data kondisi – kondisi yang
berhubungan dengan kejadian neonatus risiko tinggi meliputi usia ibu, paritas, jarak kelahiran, umur kehamilan dan tingkat pendidikan ibu kemudian melihat akibat adanya kejadian neonatus risiko tinggi.
Penelitian ini akan dilakukan di RSUD Cilacap dengan waktu pengambilan data pada bulan Juni 2014. Populasi pada penelitian ini yang menjadi populasi target adalah semua ibu yang memiliki neonatus risiko tinggi di RSUD Kabupaten Cilacap 2011 berjumlah 474 orang. sama dengan populasi (Notoatmodjo, 2005). Sampel pada penelitian ini adalah semua ibu yang melahirkan bayi neonatus risiko tinggi di RSUD Cilacap tahun 2013 yang memenuhi kriteria inklusi. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah total sampling, yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel
(Sugiyono, 2007). Kriteria inklusi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Ibu yang melahirkan neonatus risiko tinggi di RSUD Cilacap Tahun 2013. Ibu yang memiliki catatan medik lengkap di RSUD Cilacap Tahun 2013.
Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder. Data tersebut diperoleh dari rekam medis atau dari catatan realisasi anggaran. Penelitian ini memperoleh dari buku laporan dan cacatan rekam medis RSUD Cilacap tahun 2013. Alat pengumpul
data menggunakan lembar check list.
Mengklasifiasi data menurut karakteristik ibu yang memiliki neonatus risiko tinggi yang akan diteliti meliputi : Usia, paritas, jarak kehamilan, umur kehamilan, tingkat pendidikan.
Data yang diperoleh dianalisis
menggunakan analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan persentase. Analisis bivariat untuk menerangkan hubungan antara dua variabel dengan pengujian statistic uji chi square. Pengambilan keputusan Ho diterima atau ditolak dengan melihat taraf signifikansi. Pada penelitian ini menggunakan taraf signifikansi 5% (0.05) dengan ketentuan Ho diterima bila X² hitung < X² tabel dan Ho ditolakk bila X² hitung ≥ X² tabel (Ummah, 2010).
HASIL
Hasil penelitian dijelaskan dengan tabel di bawah ini:
A. Analisis univariat
Tabel 1 Karakteristik responden berdasarkan usia Ibu melahirkan di RSUD Cilacap Tahun 2013.
Usia (tahun) Frekwe nsi Persentase (%) < 20 20 – 35 > 35 17 240 47 5.6 78.9 17.1 Jumlah 304 100 Sumber : Diolah 2014
Berdasarkan tabel diatas diketahui
bahwa usia ibu melahirkan paling banyak berusia 20-35 tahun yaitu 240 orang (78.9 %), dan paling sedikit berusia < 20 tahun yaitu 17 orang (5.6 %).
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. VII, No. 1 Maret 2015 79 Tabel 2: Karakteristik responden berdasarkan
paritas Ibu melahirkan di RSUD Cilacap Tahun 2013. Paritas Frekw ensi Persentas e (%) Primipara Multipara Grande Multipara 138 151 15 45.4 49.7 4.9 Jumlah 304 100 Sumber : Diolah 2014
Berdasarkan tabel diatas diketahui
bahwa paritas ibu melahirkan paling banyak berada pada kategori multipara yaitu 151 orang (49.7 %), dan paling sedikit pada kategori grande multipara yaitu 15 orang (4.9 %).
Tabel 3 Karakteristik responden berdasarkan jarak kehamilan Ibu melahirkan di RSUD Cilacap Tahun 2013. Jarak Kehamilan Frekwe nsi Persentas e (%) < 2th > 2th 149 155 49 51 Jumlah 304 100 Sumber : Diolah 2014
Berdasarkan tabel diatas diketahui
bahwa jarak kehamilan ibu melahirkan paling banyak < 2 tahun yaitu 149 orang (49 %), dan paling sedikit ≥ 2 tahun yaitu 155 orang (51 %). Tabel 4 Karakteristik responden berdasarkan usia kehamilan Ibu melahirkan di RSUD Cilacap Tahun 2013. Usia (minggu) Frekwensi Persentase (%) < 37 37 – 42 > 42 101 192 11 33.2 63.2 3.6 Jumlah 304 100 Sumber : Diolah 2014
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa usia kehamilan ibu melahirkan paling banyak berusia 37 – 42 minggu yaitu 192 orang (63.2
%), dan paling sedikit berusia > 42 minggu yaitu 11 orang (3.6 %).
Tabel 5 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan Ibu
melahirkan di RSUD Cilacap Tahun 2013. Tingkat Pendidikan Frekwen si Persentase (%) SD – SMP SMA PT 235 64 5 77.3 21.1 1.6 Jumlah 304 100 Sumber : Diolah 2014
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa tingkat pendidikan ibu melahirkan paling banyak SD – SMP yaitu 235 orang (77.3 %), dan paling sedikit PT yaitu 5 orang (1.6 %).
B. Analisis Bivariat
Hubungan faktor ibu dengan kejadian neonatus risiko tinggi di RSUD Cilacap Tahun 2013 terdapat dalam tabel berikut ini:
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa faktor ibu meliputi usia, pendidikan, paritas dan usia kehamilan mempunyai hubungan yang bermakna secara statistic dengan kejadian neonarus risiko tinggi (p<0.05). sedangkan jarak kehamilan tidak ada hubungan yang bermakna secara statistic dengan kejadian neonatus risiko tinggi (p>0.05). Test Statistics 289.072 281.651 111.164 .118 161.651 2 2 2 1 2 .000 .000 .000 .731 .000 Chi-Squarea,b df Asymp. Sig.
USIA PENDIDIKAN PARITAS JARAK KEHAMILAN
USIA KEHAMILAN
0 cells (.0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected cell frequency is 101.3.
a.
0 cells (.0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected cell frequency is 152.0.
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. VII, No. 1 Maret 2015 80
PEMBAHASAN
Hubungan factor Risiko Usia Ibu Dengan Kejadian Neonatus Risiko Tinggi.
Hasil uji statistic dengan uji Chi-Square didapatkan hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara factor risiko usia ibu dengan kejadian neonatus risiko tinggi di RSUD Cilacap p (0.000) < 0.05. Hasil ini menunjukkan bahwa usia ibu merupakan salah satu penyebab umum terjadinya neonatus risiko tinggi.
Ibu bersalin yang berumur 35 tahun atau lebih meningkat risikonya dalam masalah sebelum dan selama persalinan (Muslihatun 2010, h. 6). Prinatita (2011) menjelaskan bahwa usia yang terlalu muda dan tua termasuk dalam kehamilan risiko tinggi dimana keduanya berperan dalam meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada ibu maupun janin.
Hubungan factor Risiko Paritas Ibu Dengan Kejadian Neonatus Risiko Tinggi.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa ada hubungan antara paritas ibu dengan kejadian neonatus risiko tinggi di RSUD Cilacap tahun 2013. Hasil ini sesuai dengan teori bahwa
kehamilan yang paling optimal adalah
kehamilan kedua sampai keempat. Kehamilan pertama dan setelah kehamilan keempat mempunyai risiko yang tinggi.
Grandemultipara adalah istilah yang digunakan untuk wanita dengan kehamilan kelima atau lebih. Kehamilan pada kelompok ini sering disertai penyulit, seperti kelainan letak, perdarahan antepartum, perdarahan postpartum,
kelainan kongenital dan lain-lain.
Grandemultipara kemunduran daya lentur (elastisitas) jaringan yang sudah berulang kali
diregangkan oleh kehamilan membatasi
kemampuan berkerut untuk menghentikan perdarahan sesudah persalinan (oxorn dan forte 2010, h. 58)..
Hasil penelitian Prabamurti dkk (2008, h. 5-6) memperlihatkan, paritas 2 dan paritas tinggi 4 berisiko terhadap persalinan khususnya bayi baru lahir. Hal yang menyebabkan hal tersebut karena pada paritas rendah dan tinggi, tinggi risiko persalinan dan kelahiran, berkaitan dengan belum pulihnya organ reproduksi dalam menerima terjadinya kehamilan.
Tidak ada hubungan antara factor Risiko Jarak Kehamilan Dengan Kejadian Neonatus Risiko Tinggi.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian neonatus risiko tinggi di RSUD Cilacap. Hasil penelitian tersebut dimungkinkan bahwa jarak kehamilan ibu sesuai dengan anjuran BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) jarak kelahiran yang ideal adalah 2 tahun atau lebih. Hal ini sesuai dengan karakteristik ibu yang sebagian besar memiliki jarak kelahiran ≥ 2 tahun.
Hubungan factor Risiko Umur Kehamilan Dengan Kejadian Neonatus Risiko Tinggi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara usia kehamilan dengan kejadian neonatus risiko tinggi di RSUD Cilacap tahun 2013. Hal ini sesuai dengan
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. VII, No. 1 Maret 2015 81 Surasmi dkk (2003, h. 1-2) dan Muslihatun
(2010 hh. 173-174) bahwa umur kehamilan merupakan salah satu faktor penyebab neonatus risiko tinggi. Kehamilan kurang bulan (usia kehamilan < 37 minggu) dan biasanya hasil konsepsi dilahirkan dengan berat badan kurang dari 2.499 gram. Risiko pada kehamilan < 37
minggu dapat mengakibatkan terjadinya
persalinan dengan tindakan kebidanan misalnya seksio sesarea dengan presentasi bokong atau letak sungsang. Risiko pada umur kehamilan < 37 minggu dengan persalinan preterm dapat meningkatkan meningkatnya kejadian neonatus risiko tinggi dan angka kematian perinatal, begitupun dengan umur kehamilan > 42 minggu
dengan induksi persalinan, salah satu
komplikasinya adalah asfiksia neonatorum yang merupakan salah satu kasus yang masuk dalam kategori neonatus risiko tinggi. (Manuaba, 1998).
Hubungan factor Risiko Tingkat Pendidikan Ibu Dengan Kejadian Neonatus Risiko Tinggi.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian neonatus risiko tinggi di RSUD Cilacap tahun 2013. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa seseorang dengan pendidikan yang tinggi, akan mudah menerima informasi-informasi kesehatan dari berbagai media dan biasanya ingin selalu berusaha untuk
mencari informasi tentang hal-hal yang
berhubungan dengan kesehatan yang belum diketahuinya.
Berdasarkan hasil penelitian Efriza (2007, h. 4) juga memperlihatkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan ibu semakin kecil risiko kematian dalam persalinan baik pada bayi dan ibu.
KESIMPULAN
1. Ada hubungan yang signifikan antara factor risiko usia ibu dengan kejadian neonatus risiko tinggi
2. Ada hubungan antara paritas ibu dengan kejadian neonatus risiko tinggi
3. Jarak kehamilan dengan kejadian neonatus risiko tinggi
4. Ada hubungan antara usia kehamilan dengan kejadian neonatus risiko tinggi
5. Ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian neonatus risiko tinggi UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terimakasih kepada
UPT Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap atas terselenggaranya penelitian ini. Demikian juga kepada semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
RUJUKAN PUSTAKA
Achmadi & Narbuko 2007, Metodologi
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. VII, No. 1 Maret 2015 82 Arikunto, S. 2006, Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek, edisi revisi IV, PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Arikunto S 2010, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, edisi revisi, cetakan 14, PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Aziz AH, 2009, Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita, EGC, Jakarta
Notoatmodjo, S. 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, edisi revisi, Rineka Cipta Jakarta.
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2008.
Riskesdas 2007, Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) Laporan Nasional 2007,
Jakarta.
Saifuddin, A, Adriaansz, G, Wiknjosastro, G, Waspodo, D. 2009.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Saifuddin, A, Rachimhadhi, T, & Wiknjosastro, G. 2008. Ilmu Kebidanan. edk 4. Jakarta :
PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.Sugiyono 2010, Statistika untuk Penelitian. cetakan ketujuhbelas, Alfabeta, Bandung.
Saryono 2008, Metodologi Penelitian
Kesehatan, Mitra Cendikia, Yogyakarta. Suparyanto, (2010) Rancangan Penelitian
Ilmiah. Jogjakarta ; Pustaka Ilmu, pp.122 Surasmi dkk, 2003, Perawatan Bayi Risiko
Tinggi, EGC, Jakarta
Syafrudin, 2009, Kegawatdaruratan Neonatus, EGC, Jakarta.
Ummah, (2010) Metodologi Penelitian
Kesehatan, Lembaga Penelitian Pengabdian Masyarakat, Gombong, pp.158