• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA MATERI CERITA PENGALAMAN YANG MENGESANKAN MELALUI METODE INDEX CARD MATCH PADA SISWA KELAS III MI SABILUL HUDA (SD PLUS) KALITANGI TAHUN AJARAN 20152016 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA MATERI CERITA PENGALAMAN YANG MENGESANKAN MELALUI METODE INDEX CARD MATCH PADA SISWA KELAS III MI SABILUL HUDA (SD PLUS) KALITANGI TAHUN AJARAN 20152016 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar"

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA

INDONESIA

MATERI CERITA PENGALAMAN YANG

MENGESANKAN MELALUI METODE INDEX CARD

MATCH PADA SISWA KELAS III MI SABILUL

HUDA (SD PLUS) KALITANGI

TAHUN AJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

NILA AFLAHA

NIM 11511050

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)

3

PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA

INDONESIA

MATERI CERITA PENGALAMAN YANG

MENGESANKAN MELALUI METODE INDEX CARD

MATCH PADA SISWA KELAS III MI SABILUL

HUDA (SD PLUS) KALITANGI

TAHUN AJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

NILA AFLAHA

NIM 11511050

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)

7

MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah(Al-Qur’an) dan Rasul(sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu, lebih utama bagimu dan lebih baik

akibatnya”.(Q.S: An-Nisa’:59)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

 Bapak dan ibu tercinta (Nahrowi dan Qodariyah) yang telah merawatku sedari kecil, tak henti-hentinya memberikan kasih sayang dan doa dengaan penuh keikhlasan

 Saudara-saudara tercintaku (Muhammad Muflihul Umam dan Fulaihatu Daroini) yang telah memberikan semangat dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini

 Keluarga besar Salatiga dan Temanggung yang telah memberikan motivasi, doa, dan bantuannya

 Sahabat-sahabatku Lili, Ika, Heni, Ani, Umul, Bilqis, Alfi dan teman-teman PGMI 2011 yang selama ini selalu bersama dalam suka dan duka

 Ibu Nyai Hj. Siti Zulaikho selaku pengasuh PPTQ Al-Muntaha yang selalu mendoakanku.

(8)
(9)
(10)

10 ABSTRAK

Aflaha, Nila. 2016. Peningkatan hasil Belajar Bahasa Indonesia Materi Cerita Pengalaman Yang Mengesankan Melalui Metode Index Card Match Pada Siswa Kelas III MI Sabilul Huda (SD PLUS) Kalitangi Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi, Jurusan Madrasah Ibtidaiyah. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Imam Mas Arum, M.Pd.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Metode Index Card Match, dan Bahasa Indonesia Penelitian ini merupakan upaya dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas III MI Sabilul Huda (SD PLUS) Kalitangi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan metode Index Card Match. Masalah utama yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah: Apakah penggunaan metode Index Card Match dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas III MI Sabilul Huda (SD PLUS) Kalitangi Tahun Ajaran 2015/2016?.

Guna menjawab pertanyaan tersebut peneliti melakukan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dengan 2 siklus. Setiap siklusnya merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Metode pengumpulan data yang digunakan tes tertulis, lembar observasi, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan peneliti adalah membandingkan pencapaian nilai dengan KKM dan ditandai dengan adanya peningkatan pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan 80%. Subyek dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas III MI Sabilul Huda (SD PLUS) Kalitangi yang berjumlah 13 siswa, yang terdiri dari 8 siwa laki-laki dan 5 siswa perempuan. Penelitian ini menggunakan metode Index Card Match pada saat pembelajaran Bahasa Indonesia.

(11)

11 DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... I LEMBAR BERLOGO... Ii JUDUL... Iii PERSETUJUAN PEMBIMBING... Iv

PENGESAHAN KELULUSAN... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... vii

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan masalah... 5

C. Tujuan penelitian... 6

D.Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan... 6

E. Manfaat penelitian... 7

F. Definisi Operasional... 8

G.Metode Penelitian... 9

(12)

12 BAB II KAJIAN PUSTAKA

A.Belajar... 20

1. Pengertian Belajar... 20

2. Tujuan Belajar... 21

3. Ciri-ciri Belajar... 23

4. Prinsip-prinsip Belajar... 24

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar... 25

B. Hasil belajar... 30

1. Pengertian Hasil Belajar... 30

2. Macam-macam Hasil Belajar... 31

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar... 33

4. Makna Penilaian Hasil Belajar... 37

C. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia... 39

1. Pengertian Mata Pelajaran Bahasa Indonesia... 39

2. Kedudukan dan Fungsi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia... 39

3. Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia... 41`

4. Keterampilan dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia... 42

D.Metode Index Card Match... 53

1. Pengertian Metode... 53

2. Pengertiian Index Card Match... 53

3. Langkah-langkah Metode Index Card Match... 54

4. Kelebihan dan kelemahan Metode Index Card Match... 56

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 58

(13)

13

C. Waktu Penelitian... 65

D.Prosedur kerja dalam Penelitian... 66

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian... 74

1. Deskripsi Data Pra Siklus... 74

2. Siklus I... 76

3. Siklus II... 78

B. Pembahasan Hasil Penelitian... 80

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan... 92

B. Saran... 92

DAFTAR PUSTAKA... 94

(14)

14

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Daftar bangunan/ruang kelas MI Sabilul Huda... 61

Tabel 3.2 Daftar inventaris MI Sabilul Huda... 62

Tabel 3.3 Daftar Nama Guru Tahun Ajaran 2015/2016... 63

Tabel 3.4 Nama Siswa MI Sabilul Huda... 64

Tabel 3.5 Nama Siswa kelas III MI Sabilul Huda... 65

Tabel 4.1 Nilai Siswa pada Pra Siklus... 75

Tabel 4.2 Nilai Siswa Siklus I... 76

Tabel 4.3 Nilai Siswa Siklus II... 78

Tabel 4.4 Nilai Siswa pda Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II... 80

Tabel 4.5 Lembar Observasi Siswa pada Siklus I... 82

Tabel 4.6 Lembar Observasi Guru pada Siklus I... 84

Tabel 4.7 Lembar Observasi Siswa pada Siklus II... 88

Tabel 4.8 Lembar Observasi Guru Siklus II... 89

(15)

15

DAFTAR GAMBAR

(16)

16

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Lampiran 2 Evaluasi Siklus I

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Lampiran 4 Evaluasi Siklus II

Lampiran 5 Dokumentasi Penelitian Lampiran 6 Surat Pengantar Lembaga Lampiran 7 Surat Keterangan Penelitian Lampiran 8 Lembar Konsultasi Skripsi Lampiran 9 Lembar SKK

(17)

17 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada dasarnya merupakan proses mendewasakan anak. Melihat hal tersebut yang terpenting dalam pendidikan adalah suatu relasi dan komunikasi pribadi antara pendidik dan peserta didik atau antarguru dan siswa. Komunikasi yang terjadi harus bermakna dan menyangkut keseluruhan pribadi mereka. Kecerdasan dan pandangan pada peserta didik harus mendapat perhatian yang memadai dan seimbang dengan aspek yang lain, yaitu kecerdasan fikir dan keterampilan.

Pendidikan selalu melibatkan pendidik dan peserta didik, maka diperlukan hubungan timbal balik antarguru dan siswa dalam pembelajaran, sehingga siswa menjadi aktif dalam proses pembelajaran.

Tugas utama seorang pengajar adalah menyelenggarakan kegiatan pembelajaran. Seorang pengajar harus mengetahui hakikat kegiatan belajar, mengajar, dan strategi pembelajaran agar kegiatan pembelajaran terselenggara dengan efektif. Demikian halnya dengan pembelajaran Bahasa Indonesia itu sendiri.

(18)

18

pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan pemikiran yang dikomunikasikan.

Pembelajaran Bahasa Indonesia belum sepenuhnya dipahami oleh guru bahwa keterampilan berbicara sangat penting. Kemampuan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi secara lisan ataupun tertulis juga sangat penting untuk diajarkan. Guru juga belum memberikan ruang kepada peserta didik untuk mengembangkan keterampilan tersebut. Guru dalam mengajarkan Bahasa Indonesia ataupun bahasa asing lainnya, lebih sering mengutamakan hal formal seperti struktur dan tata bahasa. Dampaknya siswa tidak bisa secara leluasa belajar tentang keterampilan berbicara yang baik dan benar.

Melihat keadaan yang seperti itu maka dapat dianalisis kekurangan dalam proses pembelajaran guna mengetahui kendala-kendala dan hambatan yang ditemukan untuk perbaikan yang lebih baik dalam proses pembelajaran yang berikutnya. Penelitian tindakan ini perlu dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

(19)

19

mengajari seseorang agar tidak lupa akan kewajiban mereka dalam ibadahnya.

Penerapan kurikulum dalam MI itu sendiri disejajarkan dengan SD yaitu juga menggunakan kurikulum KTSP, namun menurut hasil wawancara dengan guru diketahui bahwa terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaan KTSP. Salah satu kendala yaitu kurangnya antusias siswa yang lebih cenderung menerima apa saja yang disampaikan guru, mereka hanya diam dan enggan mengemukakan pertanyaan.

Peranan guru di sini sangatlah penting dalam mengarahkan kegiatan belajar bahasa serta dalam menerapkan pendekatan atau metode melalui strategi pengajaran. Guru juga dituntut untuk bisa memilih metode pembelajaran yang sesuai. Penggunaan metode secara kreatif akan memungkinkan siswa untuk belajar lebih baik dan dapat meningkatkan hasil belajar mereka sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Untuk menangani siswa yang merasa bosan pada pembelajaran tersebut dibutuhkan metode Index Card Match. Dengan metode Index Card Match siswa mempunyai gambaran untuk bercerita tentang pengalaman yang mengesankan. Sehingga siswa aktif dalam menciptakan sebuah cerita.

(20)

20

mengesankan, kertas kwarto dan reward atau hadiah berupa benda atau barang yang menarik pada siswa. Reward itu sendiri bertujuan untuk menambah semangat siswa dalam bercerita.

Kenyataan yang terjadi di MI Sabilul Huda (SD PLUS), keterampilan berbicara siswa kelas III masih belum sesuai harapan. Karena metode pembelajaran Bahasa Indonesia yang diaplikasikan di kelas tersebut masih menggunakan metode ceramah saja dan tidak menggunakan metode-metode yang lain. Selain itu, tenaga pendidik di MI tersebut masih kurang, mereka membagi waktu dengan kelas yang lain pada jam pembelajaran yang sama, sehingga pendidik tidak mempunyai waktu untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa serta tidak mempunyai kesempatan untuk mengaplikasikan atau menceritakan pengalaman yang mengesankan, hal ini menyebabkan jiwa mental dan imajinasi mereka rendah. Dan juga mengakibatkan siswa merasa bosan dan tidak lagi bersemangat.

(21)

21

diharapkan. Hasil observasi yang peneliti lakukan, menemukan beberapa hal yang menyebabkan hasil belajar siswa dalam bahasa Indonesia rendah.

Berdasarkan penjelasan di atas diketahui bahwa proses pembelajaran yang dilakukan guru selama ini hanya berfokus pada guru sebagai sumber materi dan kurang adanya metode yang lebih variatif, sehingga dalam pembelajaran yang dilakukan membosankan, maka untuk memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pelajaran Bahasa Indonesia yang melibatkan siswa aktif belajar, dengan harapan hasil belajar siswa meningkat. Hal inilah yang

menarik untuk diadakan penelitian dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Materi Cerita Pengalaman Yang Mengesankan Melalui Metode Index Card Match Pada Siswa Kelas III MI Sabilul Huda (Sd Plus) Kalitangi Genting Jambu Kab.Semarang Tahun 2015/2016”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan

(22)

22 C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui metode index card match dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia dalam materi cerita pengalaman yang mengesankan pada siswa kelas III MI Sabilul Huda (SD PLUS)

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan 1) Hipotesis Tindakan

Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang secara teoretis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. Hipotesis tindakan adalah jawaban sementara atas masalah yang hendak dipecahkan. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Penggunaan metode Index Card Match dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia pada siswa kelas III MI Sabilul Huda (SD PLUS)

2) Indikator Keberhasilan

(23)

23

a. Ada perubahan hasil belajar siswa secara berkelanjutan dari nilai ulangan harian, siklus I, dan siklus II

b. Siswa kelas III memenuhi kriteria ketuntasan minimal 75 dalam pembelajaran Bahasa Indonesia

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Secara teoritis penelitian ini dapat memberikan kontribusi atau sumbangan untuk pengembangan pendidikan pada umumnya. Khususnya dapat memperkaya khasanah dunia pendidikan Islam yang diperoleh dari lapangan.

2. Manfaat praktis

a. Bagi siswa, dapat memberikan suasana pembelajaran yang menyenagkan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar

b. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan dan masukan untuk memperkenalkan pembelajaran Bahasa Indonesia melalui penerapan metode Index Card Match

(24)

24 F. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman antara yang dimaksudkan peneliti dengan persepsi yang ditangkap oleh pembaca, maka peneliti memberikan definisi operasional sebagai berikut :

1. Hasil Belajar

Menurut R. Gagne dalam Susanto (2013: 1), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dua konsep ini menjadi terpadu dalam satu kegiatan dimana terjadi interaksi antara guru dengan siswa, serta siswa dengan siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Menurut Nawawi dalam Susanto (2013: 5), yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.

(25)

25

yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan-tujuan instruksional (Susanto, 2013: 5). 2. Metode index card match

Istilah metode berasal dari bahasa Yunani yaitu ”metha” dan ”hodos”. Metha adalah melalui, hodos adalah jalan atau cara, jadi metode adalah jalan atau cara yang dilalui untuk mencapai tujuan.

Metode Index Card Match merupakan suatu cara yang digunakan dalam pembelajaran dengan cara mencari pasangan dalam menjodohkan soal dan jawaban.

Metode Index Card Match dalam penelitian ini yaitu mencari pasangan untuk mencocokkan kartu satu dengan kartu lain, sebagai gambaran untuk menciptakan sebuah cerita bagi siswa. Setelah siswa tersebut membuat cerita kemudian menceritakan kreatifitas siswa di depan siswa-siswa yang lain.

G. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

(26)

26

berkembang dari istilah penelitian tindakan (action research). Oleh karena itu, untuk memahami pengertian PTK perlu ditelusuri pengertian penelitian tindakan terlebih dahulu. Penelitian tindakan mulai berkembang di Amerika dan berbagai negara di Eropa, khususnya dikembangkan oleh mereka yang bergerak di bidang ilmu sosial (Basrowi & Suwandi, hal. 24-25). Orang-orang yang bergerak di bidang itu dituntut untuk terjun mempraktikkan suatu tindakan atau perlakuan di lapangan. Mereka berarti langsung mempraktikkan tindakan yang telah direncanakan dan mengukur kelayakan tindakan yang diberikan tersebut.

(27)

27

tindkan, pengamatan, dan refleksi (Kemmis dan McTaggart, 1982). PTK adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan pendidikan dengan melakukan perubahan ke arah perbaikan terhadap hasil pendidikan dan pembelajaran(Supardi, hal.105). Tujuan penelitian ini untuk perbaikan dan peningkatan layanan profesional pendidik dalam menangani proses belajar mengajar. Dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan secara kolaboratif, ada peneliti dan guru kelas. Pada proses pembelajarannya peneliti sebagai pengamat dan guru kelas sebagai pendidik atau melakukan pengajaran di kelas.

Menurut Borg (1966) menyebutkan secara eksplisit bahwa tujuan utama penelitian tindakan kelas yaitu pengembangan keterampilan proses pembelajaran yang dihadapi oleh guru di kelasnya.

Beberapa alasan peneliti memilih Penelitian Tindakan Kelas, yaitu: a. Melalui PTK, guru akan menjadi peka dan tanggap

terhadap segala sesuatu yang terjadi dalam pembelajaran di kelasnya.

(28)

28

PTK terdiri atas rangkaian empat kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang. Empat kegiatan yang ada pada setiap siklus yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi yang dapat digambarkan sebagai berikut (Suhardjono, hal.74).

Gambar 1.1 Siklus Penelitian

(29)

29 2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas III MI Sabilul Huda (SD PLUS), yang berjumlah 13 siswa. Sedangkan objek dari penelitian ini adalah pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia pada semester ganjil materi pengalaman yang menyenangkan pada siklus I dan materi pengalaman yang menyedihkan pada siklus II melalui metode Index Card Match untuk mengoptimalkan serta meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

3. Langkah- langkah penelitian a. Perencanaan

1) Mengumpulkan data yang diperlukan melalui teknik observasi, wawancara dan pencatatan arsip.

2) Observasi awal kelas yang akan diteliti, sehingga peneliti dapat menemukan permasalahan yang dihadapi guru dikelas, setelah mengetahui permasalahan yang timbul, maka peneliti dapat merencanakan suatu tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian.

(30)

30

4) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan saat proses pembelajaran.

5) Menyusun daftar pertanyaan untuk tanya jawab.

6) Pembuatan kisi-kisi dan pembuatan instrumen tes tiap akhir siklus sebagai alat evaluasi pelaksanaan pembelajaran.

b. Tindakan

1) Pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menerapkan apa yang telah direncanakan pada tahap satu, yaitu bertindak di kelas berdasarkan metode pembelajaran index card match

sebagaimana yang digunakan peneliti meliputi pendahuluan, inti (Eksplorasi, Elaborasi dan Konfirmasi) dan penutup.

2) Memberikan motivasi 3) Menyajikan materi pelajaran 4) Memeberikan bimbingan

5) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya 6) Memberikan penguatan dan kesimpulan

7) Melakukan pengamatan c. Pengamatan

Pada tahap ini peneliti melakukan tindakan untuk metode

(31)

31

akan diperoleh, dalam melakukan peneliti dibantu oleh guru kelas III.

d. Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Data yang diperoleh dari tindakan dikumpulkan selanjutnya dianalisis kemudian diadakan refleksi terhadap hasil analisis yang diperoleh sehingga dapat diketahui apakah terjadi peningkatan hasil belajar setelah diadakan tindakan.

4. Instrumen penelitian

Beberapa instrumen yang digunakan dalam penelitian yaitu:

a. Lembar pengamatan (observasi bagi siswa digunakan untuk mengamati secara langsung kegiatan siswa dan guru dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia melalui metode Index Card Match

b. Evaluasi/soal

Peneliti menggunakan instrumen soal yang berkaitan dengan materi pembelajaran Bahasa Indonesia pada aspek berbicara, guna mengukur hasil keterampilan berbicara.

c. Dokumentasi

(32)

32 d. Wawancara

Digunakan untuk mengetahui dan mendapatkan keterangan yang relevan mengenai data yang diperlukan. e. RPP dan Silabus

5. Pengumpulan data

Untuk mempermudah menggambarkan perubahan yang terjadi dalam PTK, maka dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa metode, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Observasi

Metode ini peneliti gunakan untuk mengetahui sejauh mana keaktifan siswa dalam pembelajaran dengan diterapkannya metode Index Card Match.

c. Tes

(33)

33 d. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode untuk mengumpulkan data dengan menggunakan dokumen yang berupa catatan, transkrip nilai, kamera, dokumen hasil kerja siswa, presensi siswa, dan dokumen lain yang mendukung. Dokumentasi ini peneliti gunakan untuk mengetahui dan menggali informasi tentang pemahaman siswa yang implementasinya pada perolehan nilai sebagai hasil belajar.

e. Interview/wawancara

Analisis data merupakan usaha (proses) memilih, memilah membuang, dan menggolongkan data untuk menjawab dua permasalahan pokok; (1) tema apa yang dapat ditemukan pada data-data ini dan (2) seberapa jauh data-data ini dapat menyokong tema tersebut.

(34)

pola-34

pola, dan (3) membuat interpretasi. Dalam PTK, perhatiannya lebih pada kasus daripada sampel. Hal ini berimplikasi bahwa metodologi yang dipakai lebih dapat diterapkan terhadap pemahan situasi problematik daripada atas dasar prediksi di dalam parameter.

Untuk menganalisis data yang sudah terkumpul dengan lengkap dan mengetahui hasil akhir dari penelitian, penulis menggunakan analisis deskriptif yang dipergunakan berupa prosentase sebagai berikut:

Keterangan P = Prosentase

f = frekuensi yang sedang dicari presentasenya N = jumlah frekuensi (jumlah individu)

H. Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan E. Kegunaan Penelitian

(35)

35 G. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian 2. Subjek Penelitian

3. Langkah-langkah Penelitian 4. Instrument Penelitian 5. Pengumpulan Data 6. Analisis Data H. Sistematika Penulisan BAB II : KAJIAN PUSTAKA

BAB III : PELAKSANAAN PENELITIAN A. Deskripsi pelaksanaan siklus I B. Deskripsi pelaksanaan siklus II

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi per siklus

B. Pembahasan BAB V : PENUTUP

(36)

36 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan (Slameto dalam Djamarah, 2011:13). Menurut Howard L. Kingskey, belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan. Cronbach berpendapat bahwa belajar yaitu suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Menurut James O. Whittaker belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Adapun menurut Burton, belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu lain dan individu dengan lingkungannnya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya.

(37)

37

disebabkan adanya reaksi terhadap suatu situasi tertentu atau adanya proses internal yang terjadi di dalam diri seseorang.

Dengan demikian, belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.

2. Tujuan Belajar

Dalam konteks tujuan belajar, beberapa ahli telah mengklasifikasikan tujuan belajar dalam beberapa klasifikasi. Menurut Gagne dalam bukunya Susanto (2013:1-2), tujuan belajar yaitu memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. Gagne juga mengelompokkan kondisi-kondisi belajar sesuai dengan tujuan-tujuan belajar yaang ingin dicapai. Gagne menyederhanakan lima kemampuan manusia yang merupakan hasil belajar sehingga pada gilirannya, membutuhkan sekian macam kondisi belajar (atau sistem lingkungan belajar) untuk mencapainya.

Kelima kemampuan hasil belajar tersebut antara lain, pertama,

keterampilan intelektual yang merupakan kemampuan manusia dalam interaksinya dengan dunia luar melalui kemampuan intelektualnya, misalnya mampu membedakan warna, bentuk, dan ukuran. Kedua,

(38)

38

dipelajari hanya sekali saja memerlukan perbaikan dan latihan terus-menerus yang serius. Ketiga, informasi verbal, informasi ini sangat dipengaruh oleh kemampuan otak seseorang, misalnya seseorang dapat memahami sesuatu dengan berbicara, menulis, menggambar, dan sebagainya yang berupa simbol yang tampak (verbal). Keempat,

keterampilan motoris, keterampilan yang diperlihatkan dari berbagai gerakan badan, misal menulis, menendang bola, bertepuk tangan, berlari, dan loncat. Kelima, sikap, merupakan faktor penting dalam belajar, karena tanpa kemampuan ini belajara tidak akan berhasil dengan baik. Sikap seseorang dalam belajar akan sangat mempengaruhi prestasi yang diperoleh dari belajar tersebut.

Menurut Sardiman (2014: 25-28), tujuan belajar secara umum ada tiga jenis, yaitu:

a. Untuk Mendapatkan Pengetahuan

Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilikan pengetahuan dan kemampuan berpikir sebagai yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain, tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya kemampuan berpikir akan memperkarya pengetahuan.

b. Penanaman Konsep dan Keterampilan

(39)

39 c. Pembentukan Sikap

Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi peserta didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya.

3. Ciri-ciri Belajar

Menurut Djamarah (2011:15-16) ciri-ciri belajar ada 6 macam, yaitu: a. Perubahan yang Terjadi Secara Sadar

Individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya

b. Perubahan dalam Belajar Bersifat Fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.

c. Perubahan dalam Belajar Bersifat Positif dan Aktif

(40)

40

d. Perubahan dalam Belajar Bukan Bersifat Sementara

Perubahan yang bersifat sementara terjadi hanya untuk beberapa saat saja. Melainkan perubahan ini bersifat permanen atau menatap dalam proses belajar. Ini berarti tingkah laku yang terjadi setelah belajar bersifat menetap.

e. Perubahan dalam Belajar Bertujuan atau Terarah

Perubahan tingkah laku terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai dan senantiasa terarah pada tingkah laku yang telah ditetapkan.

f. Perubahan Mencakup Seluruh Aspek Tingkah Laku

Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan, dan pengetahuan.

4. Prinsip-prinsip Belajar

Beberapa prinsip belajar yang perlu diketahui, yaitu:

a. Belajar pada haikatnya menyangkut potensi manusiawi dan kelakuannya

b. Belajar memerlukan proses dan penahapan serta kematangan diri siswa

(41)

41

d. Dalam banyak hal, belajar merupakan proses percobaan dan pembiasaan

e. Kemampuan belajar seseorang siswa harus diperhitungkan dalam rangka menentukan isi pelajaran

f. Belajar dapat melakukan 3 cara yaitu: 1) Diajar secara langsung

2) Kontrol, kontak,penghayatan, pengalaman langsung 3) Pengenalan atau peniruan

g. Belajar melalui praktik secara langsung akan lebih efektif mampu membina sikap, keterampilan, dan cara berpikir kritis.

h. Perkembangan pengalaman anak didik akan banyak mempengaruhi kemampuan belajar yang bersangkutan

i. Bahan pelajaran yang bermakna, lebih mudah dipahami dan menarik untuk dipelajari

j. Informasi tentang kelakuan baik, pengetahuan, kesalahan serta keberhasilan siswa, banyak membantu kelancaran dan gairah belajar

k. Belajar dapat diubah ke dalam bentuk aneka ragam tugas, sehingga anak-anak melakukan dialog dalam dirinya atau mengalaminya sendiri. (Sardiman,2014:24-25)

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

(42)

42 a. Faktor Internal, antara lain:

1) Faktor Fisiologis

Faktor fisiologis adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor ini dibedakan menjadi dua macam yaitu:

a) Keadaan Sehat Jasmani

Keadaan sehat jasmani pada umumnya sangat mempengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah dan sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal.

b) Keadaan Fungsi Jasmani

Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi jasmani pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama panca indera. Panca indera yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar yang baik pula.

2) Faktor Psikologis

(43)

43

faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses belajar adalah sebagai berikut:

a) Kacerdasan/Intelegensi Siswa

Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kamampuan psiko-fisik dalam mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan secara tepat. Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena itu menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tingkat intelegensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya semakin rendah tingkat intelegensi individu, semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan balajar.

b) Motivasi

Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kabutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang.

c) Minat

(44)

44

memberikan pengaruh terhadap aktivitas belajar. Karena jika seseorang tidak memiliki minat untuk belajar, ia tidak akan bersemangat atau bahkan tidak mau belajar.

d) Sikap

Sikap siswa dalam belajar dapat mempengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada perfoman guru, pelajaran atau lingkungan sekitarnya.

e) Bakat

Bakat adalah kemampuan seseorang yang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajari, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.

b. Faktor Eksternal, antara lain:

1) Lingkungan sosial, dapat dibedakan menjadi:

(45)

45

b) Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan mempengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Siswa juga kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya.

c) Lingkungan sosial keluarga, lingkungan ini sangat mempengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, letak rumah, pengelolaan keluarga semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan antara keluarga, orangtua, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.

2) Lingkungan Nonsosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial adalah: a) Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar,

tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang. Sebaliknya, jika kondisi alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan terhambat.

(46)

46

gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olahraga dan lain sebagainya. Kedua software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi, dan lain sebagainya.

c) Faktor materi pelajaran (yang diajarkan kepada siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa, begitu juga dengan strategi mengajar guru disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai strategi mengajar, misalnya metode Index Card Match yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.

B. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

(47)

47

Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.

Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah sesuai dengan tujuan yang dikehendaki dapat diketahui melalui evaluasi. Sebagaimana dikemukakan oleh Bloom dalam bukunya Daryanto (1999:1), bahwa evaluasi merupakan mengukur atau menilai kemampuan siswa untuk menetapkan apakah dalam kenyataannya terjadi perubahan dalam diri siswa dan mengetahui sejauh mana tingkat perubahan dalam pribadi siswa.

2. Macam-macam Hasil Belajar a. Pemahaman Konsep

(48)

48

Menurut Dorothy J. Skeel dalam bukunya Susanto (2013:8), konsep merupakan sesuatu yang tergambar dalam pikiran, suatu pemikiran, gagasan, atau suatu pengertian.

Untuk mengukur hasil belajar siswa yang berupa pemahaman konsep, gru dapat melakukan evaluasi produk. Sehubungan dengan evaluasi produk ini, W.S. Winkel dalam bukunya Susanto (2013:8) menyatakan bahwa melali produk dapat diselidiki apakah dan ampai berapa jauh suatu tujuan instruksional telah tercapai.

b. Keterampilan Proses

Usman dan Setiawan dalam bukunya Susanto (20113:9) mengemukakan bahwa keterampilaan proses merupakan keterampilan yang mengarah kepada pembangunan kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu siswa.

Menurut Indrawati (2013:9), keterampilaan proses merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotorik) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep yanng telah ada sebelumnya, atau untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan. Indrawati juga mengemukakan bahwa keterampilan proses terdapat 6 aspek, yaitu: observasi, klasifikasi, pengukuran, mengomunikasikan, memberikan penjelasan, dan melakukan eksperimen.

(49)

49

Menurut Lange dalam bukunya Susanto (2013:10), sikap tidak hanya merupakan aspek mental semata, melainkan mencakup pula aspek respons fisik. Jadi sikap ini harus ada kekompakan antara mental dan fisik. Azwar mengungkapkan tentang struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang, yaitu: komponen kognitif, afektif, dan konatif.

Sementara menurut Sardiman dalam bukunya Susanto (2013:11), sikap merupakan kecenderungan untuk melakukan sesuatu dengan cara, metode, pola, dan teknik, tertentu terhadap di dunia sekitarnya baik berupa individu-individu maupun objek-objek tertentu.

Dalam hubungannya dengan hasil belajar siswa, sikap ini lebih diarahkan pada pengertian pemahan konsep.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

(50)

50

Pendapat yang senada dikemukakan oleh Wasliman dalam bukunya Susanto (2013:13), hasil belajar yang dicapai oleh pesertta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Secara terperinci, uraian mengenai faktor internal dan eksternal, sebagai berikut:

a. Faktor internal

Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal berasal dari luar diri peserta didik yang mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keadaan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

(51)

51 a.Kecerdasan Anak

Kemampuan intelegensi seseorang sangat memengaruhi terhadap cepat dan dan lambatnya penerimaan informasi serta terpecahkan atau tidaknya suatu permasalahan. Kecerdasan siswa sangat membantu pengajar untuk menentukan apakah siswa itu mampu mengikuti pelajaran yang diberikan.

b.Kesiapan atau Kematanagan

Dalam proses belajar, kematangan atau kesiapan sangat menentukan keberhasilan dalam belajar tersebut.

c.Bakat Anak

Menurut Chaplin, bakat adaalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencaapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Oleh karena itu bakat sangat berpengaruh pada tinggi rendahnya keberhasilan belajar.

d.Kemauan Belajar

Kemauan belajar yang tinggi disertai dengan rasa tanggung jawab yang besar tentunya berpengaruh positif terhadap hasil belajar yang diraihnya. Karena kemauan belajar menjadi salah satu penentu dalam mencapai keberhasilan belajar

e.Minat

(52)

52

perhatiannya lebih banyak daripada siswa lainnya. Kemudian karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat lagi, dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan

f. Model Penyajian Materi Pelajaran

Keberhasilan siswa dalam belajar tergantung pula pada model penyajian materi. Model penyajian materi yang menyenangkan, tidak membosankan, dan menarik oelh siswa tentunya berpengaruh secara positif terhadap keberhasilan belajar. g.Pribadi dan Sikap Guru

Kepribadian dan sikap guru yang kreatif dan penuh inovatif dalam perilakunya, maka siswa akan meniru guru yang baik ini tercermin dari sikapnya yang ramah, lemah lembut, membimbing dengan penuh perhatian, dan rasa kasih sayang.

h.Suasana Pengajaran

Menumbuhkan suasana pengajaran yang aktif di antara siswa tentunya akan memberikan nilai lebih pada proses pengajaran. Sehingga keberhasilan siswa dalam belajar dapat meningkat secara maksimal.

i. Kompetensi Guru

(53)

53 j. Masyarakat

Dalam masyarakat terdapat berbagai macam tingkah laku manusia dan berbagai macam lataar belakang pendidikan. Oleh karena itu, pantaslah dalam dunia pendidikaan lingkungan masyarakat pun akan ikut memengaruhi kepribadian siswa.

4. Makna Penilaian Hasil Belajar a. Makna Bagi Siswa

Dengan diadakannya penilaian hasil belajar, maka siswa dapat mengetahui sejauh mana telah berhasil mengikuti pelajaran yang disajikan oleh guru. Hasil yang diperoleh siswa dari penilaian hasil belajar ini ada dua kemungkinan:

1) Memuaskan

Jika siswa memperoleh hasil yang memuaskan dan hasil itu menyenangkan, tentu kepuasan itu ingin diperolehnya lagi pada kesempatan lain waktu

2) Tidak memuaskan

Jika siswa tidak puas dengan hasil yang diperoleh, ia akan berusaha agar lain kali keadaan itu tidak terulang lagi. Maka ia selalu belajar dengan giat.

b. Makna Baagi Guru

(54)

54

pelajarannya karena sudah berhasil mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM).

2) Berdasarkan hasil penilaian yang diperoleh, guru akan dapat mengetahui apakah pengalaman belajar yang disajikan sudah tepat bagi siswa sehingga untuk kegiatan pembelajaran di waktu yang akan datang tidak perlu diadakan perubahan. 3) Berdasarkan hassil penilaian yang diperoleh, guru akan dapat

mengetahui apakah metode pembelajaran yang digunakan sudah tepat atau belum.

c. Makna Bagi Sekolah

1) Apabila guru-guru mengadakan penilaian dan diketahui bagaimana hasil belajar siswa-siswanya, maka akan dapat diketahui pula apakah kondisi belajar maupun kultur akademik yang diciptakan oleh sekolah sudah sesuai dengan harapan atau belum. Hasil belajar siswa merupakan cermin kualitas suatu sekolah

2) Informasi hasil penilaian yang diperoleh dari tahun ke tahun dapat digunakan sebagai pedoman sekolah untuk mengetahui apakah yang dilakukan oleh sekolah sudah memenuhi standar pendidikan sebagaimana dituntut Standar Nasional Pendidikaan atau belum.

(55)

55

program pendidikan di sekolah untuk masa-masa yang akan datang

C. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

1. Pengertian Pelajaran Bahasa Indonesia

Bahasa merupakan sarana untuk saling berkomunikasi, saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, serta untuk meningkatkan kemampuan intelektual dan kesusastraan merupakan salah satu sarana untuk menuju pemahaman tersebut. Standar kompetensi Bahasa Indonesia adalah program untuk mengembangkan pengetahuaan, keterampilan bahasa, dan sikap positif terhadap Bahasa Indonesia, serta menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaan (Departemen Agama, 2004: 103).

Pelajaran Bahasa Indonesia adalah suatu mata pelajaran yang di dalamnya mengaitkan keterampilan yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Pelajaran Bahasa Indonesia adalah suatu program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap Bahasa Indonesia itu sendiri serta menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaan.

2. Kedudukan dan Fungsi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Fungsi mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional

(56)

56

pemersatu berbagai suku bangsa, dan alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya.

b. Bahasa Indonesia sebagai Lambang Kebanggaan Nasional

Tidak semua bangsa di dunia mempunyai sebuah bahasa nasional yang dipakai secara luas dan di junjung tinggi. Adanya sebuah bahasa yang dapat menyatukan berbagai suku bangsa yang bebeda merupakan suatu kebanggaan bagi bangsa Indonesia. Ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia sanggup mengatasi perbedaan yang ada.

c. Bahasa Indonesia sebagai Lambaang Identitas Nasional

Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa yang budaya dan bahasanya berbeda. Untuk membangun kepercayaan diri yang kuat, sebuah bangsa memerlukan identitas. Identitas sebuah bangsa bisa diwujudkan di antaranya melalui bahasanya. Dengan adanya sebuah bahasa yang mengatasi berbagai bahasa yang berbeda, suku-suku bangsa yang berbeda dapat mengidentikkan diri sebagai suatu bangsa melalui bahasa tersebut.

(57)

57

perpecahan itu dapat di hindari karena suku-suku bangsa tersebut merasa satu. Kalau tidak ada sebuah bahasa, seperti bahasa Indonesia, yang bisa menyatukan suku-suku bangsa yang berbeda, akan banyak muncul masalah perpecahan bangsa.

e. Bahasa Indonesia sebagai alat Perhubungan Antardaerah dan Antarbudaya

Masalah yang dihadapi bangsa yang terdiri atas berbagai suku bangsa dengan budaya dan bahasa yang berbeda adalah komunikasi. Diperlukan sebuah bahasa yang dapat dipakai oleh suku-suku bangsa yang berbeda bahasanya sehingga mereka dapat berhubungan. Bahasa Indonesia sudah lama memenuhi kebutuhan ini. Sudah berabad-abad bahasa ini menjadi lingua franca di wilayah Indonesia. (Yakub Nasucha, 2009:8-9)

3. Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Secara umum tujuan pelajaran Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Peserta didik menghargai dan membanggakan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa

(58)

58

c. Peserta didik memiliki kemampuan menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional dan kematangan sosial

d. Peserta didik memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan menulis)

e. Peserta didik mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.

f. Peserta didik menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia (Departemen Agama RI, 2004: 104).

4. Keterampilan Dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Menurut A. S. Broto (1980: 102) pelajaran yang berupa keterampilan berbahasa dibagi menjadi beberapa macam, diantaranya sebagai berikut:

a. Keterampilan Mendengar

(59)

59

tahun telah dapat menguasai bahasa ibu. Belajar bahasa kedua yang juga dimulai dengan kegiatan mendengar.

Mendengar bukan satu-satunya kegiatan berbahasa, melainkan ada jenis kegiatan-kegiatan lain. Dengan kegiatan mendengar, maka siswa-siswa dapat melakukan kegiatan meniru, menuliskan, ddan melakukan yang didengarnya. Penggunaan dalam bentuk cakapan (dialog), tidak dpat dipisahkan dari kegiatan berbicara. Apabila kedua pihak mengadakan komunikasi, maka kedua pihak itu bergiliran mendengar dan berbicara. Hasil pelajaran mendengar dapat juga dilihat dari keterampilan siswa melagukan kalimat, dan mengucapkan kata-kata dengan tepat (A. S. Broto, 1980: 102). b. Keterampilan Berbicara

Pengajaran bahasa pada umumnya ditujukan kepada keterampilan berbicara atau keterampilan menggunakan bahasa lisan. Kemampuan berkomunikasi langsung dalam bentuk percakapan atau berdialog sangat diharapkan agar dimiliki siswa. Kegiatan berbicara adalah kegiatan yang sifatnnya produktif yang setelah kegiatan mendengar dilakukan. Tujuan pelajaran berrbicara pada umumnya ialah agar dapat menggunakan bahasa secara lisan.

(60)

60

guru dengan jaawaban singkat seperti : ya, tidak, saya, belum, sudah, dan lain-lain. Meniru ucapan atau lagu kalimat yang diucapkan oleh guru, termasuk juga dalam kegiatan pelajaran

berbicara. “menceritakan kembali” bagi siswa kelas 1 SD yang

baru belajar bahasa kedua permulaan berupa lalimat-kalimat pendek dari cerita guru dalam buku sudah dapat termasuk kegiatan berbicara. Supaya kegiatan berbicara itu efektif, ada syarat-syarat tertentu yang dapat dikemukan. Syarat-syarat itu adalah :

1) Syarat ucapan

(61)

61 c. Keterampilan Membaca

Keterampilan membaca adalah dapat memahami fungsi dan makna yang dibaca, dengan jalan: mengucapkan bahasa, mengenal bentuk, dan memahami isi yang dibaca (A. S. Broto, 1980: 143). Kegiatan membaca dapat dimulai setelah siswa mengenal huruf. Membaca dalam pengertian yang lebih luas sudah dapat dimulai sebelum siswa mengenal huruf. Dalam pelajaran bahasa permulaan sering kali siswa-siswa diajar “membaca gambar” atau menceritakan yang dilihatnya pada gambar sebelum mengenal

huruf. Kegiatan demikian disebut “kegiatan membaca gambar”.

Jenis-jenis kegiatan membaca sebagai pelajaran bahasa permulaan dapat dibagi:

1) Kegiatan membaca gambar

Kegiatan belajar yang berupa membaca gambar sebenarnya termasuk dalam rangka bercerita. Bercerita dalam rangka kegiatan belajar membaca permulaan adalah bercerita yang diarahkan kepada pengenalan orang-orang atau benda-benda yang akan dijumpai dalam buku bacaan. Oleh karena itu langkah-langkah membaca gambar adalah sebagai berikut : a) Diskusi atau tanya jawab mengenai isi keseluruhan gambar

setelah siswa-siswa diberi kesempatan menatap gambar tesebut.

(62)

62

c) Menceritakaan kembali dengan mengulang atau menyebutkan bagian-bagian gambar dalam kalimat.

2) Membaca gambar disertai tulisan berbentuk kalimat

Kalimat-kalimat yang tertulis di bawah gambar adalah

kalimat-kalimat hasil analisa gambar. Oleh karena itu yang “dibaca” itu

biasanya gambar yang menyatakan suatu keluarga, hasil analisa gambar itu berbentuk kalimat-kalimat pendek : Budi, ini Wati, ini Iwan, ini Bapak, ini Ibu.

3) Kegiatan membaca gambar dan tulisan

Membaca adalah membaca tulisan atau membaca kalimat-kalimat tertulis di bawah gambar. Oleh karena itu pada langkah ini digunakan gambar bersama tulisan perhatian dititikberatkan pada tulisan, sehingga gambar berfungsi sebagai pembantu pengertian

4) Kegiatan membaca tulisan

(63)

63 a) Membaca gambar

b) Membaca tulisan dan gambar c) Membaca tulisan

Dilihat dari segi cara membaca, maka dibagi dalam beberapa bagian, yaitu sebagai berikut :

a) Membaca keras (oral reading)

Adalah membaca yang diucapkan dengan suara keras atau nyaring. Membaca keras atau nyaring biasanya dilakukan oleh anak-anak.

b) Membaca dalam hati (silent reading)

Kegiatan membaca ini ditujukan keepada pengertian dan pemahaman serta kecepatan membaca. Membaca dalam hati biasanya dilakukan oleh orang dewasa (A. S. Broto, 1908: 103-105).

d. Keterampilan Menulis

(64)

64

Kegiatan belajar yaang tercakup dalam kegiatan menulis adalah sebagai berikut:

1) Menyalin

Kegiatan menyalin adalah kegiatan yang ditujukan kepada keterampilan menulis. Pelajaran menulis permulaan dapat dimulai dengan kegiatan menyalin, atau meniru membuat tulisan yang tertulis d papan tulis, atau dari buku. Belajar menulis dengan cara menyalin ini pertama kali bertujuan supaya: siswa dapat membuat huruf-huruf yang sama dengan yang disalin, atau hampir menyerupai bentuk-bentuk huruf yang disalin. Kegiatan menyalin yang pertama kali adalah menyalin huruf cetak, yaitu berupa huruf yang mula-mula kepada siswa (permulaan belajar menulis).

2) Mengarang

Mengarang berarti merangkai atau menyusun hasil pikiran dalam bahasa tulis. Dapat pula diterangkan bahwa mengarang adalah menulis hasil pikiran-pikiran mengenai yang didengar, dilihat, atau dialami.

3) Dikte

(65)

65

5. Hubungan Antar keterampilan Berbahasa

Keempat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis memiliki hubungan yang sangat erat, meskipun masing-masing memiliki ciri tertentu. Adanya hubungan yang erat ini, pelajaran yang satu jenis keterampilan sering meningkatkan keterampilan yang lain.

a. Hubungan antara Berbicara dengan Menulis

Kemampaun berbicara tidak hanya mempunyai hubungan timbal balik dengan kemampuan mendengarkan, tetapi juga berhubungan dengan kemampuan menulis dan membaca. Seorang pembicara yang baik, umumnya memerlukan persiapan tertulis. Sering seseorang yang akan berbicara secara resmi, baik itu berbentuk pidato, diskusi atau seminar, memerlukan persiapan tertulis. Dalam hal ini setidaknya ia hendaknya sudah memiliki kemampuan dasar dalam tulis menulis.

Si pembicara hendaknya mengetahui bagaimana cara mendapatkan topik yang menarik dan bagaimana memecah topik ini menjadi kerangka, sehingga kemudian dapat dijadikan pedoman dalam mencari bahan. Bahan ini tentu sudah diperoleh dari bermacam sumber, antara lain melalui pembaca.

(66)

66

Seorang pendengar hendaknya dapat mencatat gagasan-gagasan utama dari si pembicara, sehingga memudahkannya untuk mengemukakan tanggapan.

b. Hubungan antara Berbicara dengan Menyimak

Berbicara dan menyimak merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang langsung, merupakan komunikasi tatap-muka atau face-to-face communication (Brooks, 1964:134).

Hal-hal yang dapat memperlihatkan eratnya hubungan antara berbicara dengan menyimak adalah sebagai berikut:

(a) Ujaran (speech) biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru. Oleh karena iru maka contoh atau model yang disimak atau direkam oleh sang anak sangat penting dalam penguasaan kecakapan berbicara

(b) Kata-kata yang akan dipakai serta dipelajari oleh sang anak biasanya ditentukan oleh perangsang yang mereka temui (misalnya kehidupan kota/desa) dan kata-kata yang paling banyak memberi bantuan atau pelayanan dalam menyampaikan ide-ide atau gagasan mereka

(67)

67

(d) Anak yang lebih muda lebih dapat memahami kalimat-kalimat yang jauh lebih panjang dan rumit daripada kalimat-kalimat yang dapat diucapkannya

(e) Meningkatkan keterampilan menyimak berarti membantu meningkatkan kualitas berbicara seseorang

(f) Bunyi atau suara merupakan suatu faktor penting dalam meningkatkan cara pemakaian kata-kata sang anak. Oleh karena itu sang anak akan tertolong kalau mereka menyimak ujaran-ujaran yang baik dari guru, rekaman-rekaman yang bermutu, cerita-cerita yang bernilai tinggi, dan lain-lain. (g) Berbicara dengan bantuan alat-alat peraga akan menghasilkan

penangkapan informasi yang lebih baik pada pihak penyimak. Umumnya sang anak mempergunakan atau meniru bahasa yang didengarnya.

c. Hubungan antara Berbicara dengan Membaca

(68)

68

penggunaan kalimat-kalimat lengkap serta sempurna bila diperlukan, perbedaan pendengaran yang tepat, dan kemampuan mengikuti serta menelusuri perkembangan urutan suatu cerita, atau menghubungan kejadian-kejadian dalam urutan yang wajar dan logis.

Hubungan-hubungan antara bidang kegiatan lisan dan membaca telah dapat diketahui dari beberapa telaah penelitian antara lain :

a) Penampilan membaca berbeda sekali dengan kecakapan berbahasa lisan

b) Pola-pola ujaran orang yang tuna-aksara mungkin mengganggu pelajaran membaca bagi anak-anak

c) Kalau pada tahun-tahun awal sekolah, ujaran membentuk suatu dasar bagi pelajaran membaca, maka membaca bagi anak-anak kelas yang lebih tinggi turut membantu meningkatkan bahasa lisan mereka; misalnya : kesadaran linguistik mereka terhadap istilah-istilah baru, struktur kalimat yang baik dan efektif, serta penggunaan kata-kata yang tepat d) Kosa kata khusus mengenai bahan bacaan haruslah diajarkan

(69)

69

maknanya sebelum mereka mulai membacanya. (Tarigan,1987:4-6)

D. Metode Index Card Match

1. Pengertian Metode

Istilah metode berasal dari bahasa Yunani yaitu ”metha” dan

hodos”. Metha adalah melalui, hodos adalah jalan atau cara, jadi metode adalah jalan atau cara yang dilalui untuk mencapai tujuan.

Metode Index Card Match merupakan suatu cara yang digunakan dalam pembelajaran dengan cara mencari pasangan dalam menjodohkan soal dan jawaban.

Metode Index Card Match dalam penelitian ini yaitu mencari pasangan untuk mencocokkan kartu satu dengan kartu lain, sebagai gambaran untuk menciptakan sebuah cerita bagi siswa. Setelah siswa tersebut membuat cerita kemudian menceritakan kreatifitas siswa di depan siswa-siswa yang lain.

2. Index Card Match

(70)

70

Namun demikian, materi baru pun tetap bisa diajarkan dengan cara ini dengan catatan, peserta didik diberi tugas mempelajari topik yang akan diajarkan terlebih dahulu, sehingga ketika masuk kelas mereka sudah memiliki bekal pengetahuan.

Metode ini biasanya digunakan untuk mengajarkan kata-kata atau kalimat dengan pasangannya. Misalnya kata dengan artinya, atau soal dengan jawabannya, dan sebagainya. Metode ini bisa dikatakan sebuah permainan yang menyenangkan karena siswa ditantang untuk menemukan pasangannya dengan cocok (pertanyaan dan jawaban) dengan melibatkan fisik.

3. Langkah-langkah Metode Index Card Match

Suprijono dalam bukunya Cooperative Learning Teori &Aplikasi PAIKEM menguraikan langkah-langkah teknik Index Card Match. Langkah-langkah tersebut yaitu sebagai berikut:

1) Guru membuat potongan-potongan kartu sebanyak jumlah siswa yang ada di dalam kelas.

2) Guru membagi potongan kartu-kartu tersebut menjadi dua bagian yang sama.

3) Pada separuh bagian potongan kartu-kartu, guru menuliskan pertanyaan tentang materi yang akan dipelajari. Setiap kartu berisi satu pertanyaan.

(71)

71

5) Guru mengocok semua kartu sehingga akan tercampur antara pertanyaan dan jawaban.

6) Guru membagikan satu kartu kepada setiap siswa. Guru selanjutnya menjelaskan bahwa ini adalah aktivitas yang dilakukan berpasangan. Separuh dari jumlah siswa akan mendapatkan pertanyaan dan separuh yang lain akan mendapatkan jawaban.

7) Guru meminta kepada siswa untuk menemukan pasangan mereka. Jika ada yang sudah menemukan pasangan, guru meminta kepada mereka untuk duduk berdekatan. Guru juga menjelaskan agar mereka tidak memberitahu materi yang mereka dapatkan kepada teman yang lain.

8) Setelah semua siswa menemukan pasangan dan duduk berdekatan, guru meminta kepada setiap pasangan secara bergantian untuk membacakan pertanyaan yang diperoleh dengan keras kepada teman-temannya yang lain. Selanjutnya pertanyaan tersebut dijawab oleh pasangannya.

9) Guru mengakhiri proses ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan.

(http://metodepembelajarankhususpai.blogspot.com/2013/05/te

(72)

72

Langkah-langkah metode Index Card Match dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

a) Guru menyiapkan kartu yang sudah ada gambarnya

b) Kartu yang satu bergambar tentang suatu cerita, dan yang kartu satunya lagi bertuliskan kata-kata yang berhubungan dengan kartu bergambar

c) Kartu sesuai jumlah siswa

d) Siswa diminta maju untuk mengambil kartu

e) Setelah mendapatkan kartu, siswa diminta mencocokkan kartu tersebut

f) Kemudian siswa diminta mendiskusikan gambar yang sudah dicocokkan tadi dengan pasangannya

g) Setelah itu siswa maju ke depan untuk bercerita h) Setelah semua selesai, guru membuat kesimpulan 4. Kelebihan dan Kelemahan Metode Index Card Match

A. Kelebihan Metode Index Card Match

a) Menumbuhkan kagembiraan dalam kegiatan belajar mengajar b) Materi pelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian

siswa

c) Mampu menciptakan susana belajar yang aktif dan menyenangkan

(73)

73

e) Penilaian dilakukan bersama pengamat dan pemain f) Siswa menjadi aktif mengikuti kegiatan belajar di kelas B. Kelemahan Metode Index Card Match

a) Membutuhkan waktu yang lama bagi siswa untuk menyelesaikan tugas

b) Guru harus meluangkan waktu lebih lama untuk membuat persiapan

c) Guru harus memiliki jiwa demokratis dan keterampilan yang memadai dalam hal pengelolaan kelas

d) Menuntut sifat tertentu dari siswa atau kecenderungan untuk bekerja sama dalam menyelesaikan masalah

e) Suasana kelas menjadi gaduh sehingga dapat mengganggu kelas lain.

(74)

74 BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MI Sabilul Huda (SD PLUS) Kalitangi. Dalam bagian ini penulis ingin paparkan lokasi dilaksanakannya penelitian ini. Hal ini penulis pandang perlu /karena untuk menghindari persepsi yang salah tentang lokasi penelitian yang nantinya juga sangat berpengaruh pada analisa data yang akan dilakukan. Secara garis besar lokasi penelitian dapat penulis sampaikan hal-hal sebagai berikut:

1. Identitas

Nama Madrasah : MI Sabilul Huda (SD PLUS) Kalitangi NPSM/NSM : 60712809/111233220088

Alamat : Dusun Kalitangi Desa Genting, kec. Jambu kab. Semarang

Status madrasah : Swasta Tahun Berdiri : 1966 Bangunan : Sendiri Luas Bangunan : 100 m2

2. Sejarah berdirinya MI Sabilul Huda (SD PLUS) Kalitangi

(75)

75

Desa Genting Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang berdiri pada tahun 1966 yang didirikan oleh masyarakat sekitar dengan tujuan untuk tempat mendidik anak didik menjadi siswa yang berprestasi, beriman, dan bertaqwa. MI Sabilul Huda (SD PLUS) ini berstatus swasta yang berdirinya dengan bangunan milik sendiri seluas 100 m2.

Adapun visi, misi, tujuan dari MI Sabilul Huda Kalitangi adalah sebagai berikut :

1) Visi

Mewujudkan anak yang berprestasi tinggi, beriman, dan cinta tanah air

2) Misi

a) Mengoptimalkan kegiatan belajar anak baik didalam kelas maupun diluar kelas dengan kurikulum Diknas dan Kemenag serta pondok pesantren

b) Memberdayakan anak beraqidah lurus, beribadah dengan cara hidup sehari-hari baik didalam sekolah, ponpes, dan lingkungan masyarakat

c) Menyelenggarakan pendidikan keterampilan dasar diluar sekolah untuk mengembangkan minat dan bakat anak

(76)

76

3) Langkah-langkah menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler: a. Bimbingan pengenalan dasar komputer dan bahasa arab b. Privat matematika

c. Madrasah diniyah awaliyah

d. Jamiatul qura’ dan taman pendidikan Al-quran lil Aulat e. Kepramukaan, rebana, dan drumband

f. Biro konssultasi keluarga dan anak melalui majelis Alkhusna 4) Tujuan

a) Anak mempunyai kesiapan mental dan fisik ke jenjang pendidikan selanjutnya

b) Anak menjadi generasi yang berilmu, berkarakter, berwawasan kebangsaan dan beramal sholeh

c) Agar anak menjadi pimpinan masyarakat yang qur’ani, berakhlak mulia dan berguna bagi lingkungannya.

3. Letak geografis dan saarana prasarana a. Letak Geografis

MI Sabilul Huda ini terletak di Kalitangi Desa Genting Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang. Lokasi MI Sabilul Huda Kalitangi berbatasan dengan desa-desa terdekat, yaitu:

(77)

77 b. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan salah satu hal yang sangat penting dan merupakan fassilitas pendidikan yang sangat menunjang bagi berlangsungnya proses belajar mengajar demi pencapaian tujuan pendidikan.

Sarana dan prasarana yang telah dimiliki MI Sabilul Huda Kalitangi Desa Genting Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang sampai dengam tahun ajaran 2015/2016 secara rinci dapat dilihat pada table di bawah ini :

Tabel 3.1 Daftar bangunan/ruang kelas MI Sabilul Huda

Kalitangi Genting Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang

Tahun ajaran 2015/2016

No Nama Bangunan/Ruang Jumlah

1. Ruang guru 1 ruang

2. Ruang Kepala Sekolah 1 ruang

3. Ruang Kelas 6 ruang

4. Ruang Perpustakaan 1 ruang

5. Kamar Mandi/wc guru 1 ruang 6. Kamar Mandi/wc putra 1 ruang

7. Kamar Mandi/wc putri 1 ruang

8. Gudang 1 ruang

(78)

78

Tabel 3.2 Daftar Inventaris MI Sabilul Huda Kalitangi

Genting Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang Tahun

Ajran 2015/2016

No Nama Barang Jumlah

1. Almari 6 buah

2. Rak buku 7 buah

3. Kursi guru 8 buah

4. Meja guru 8 buah

5. Kursi siswa 70 buah

6. Meja siswa 70 buah

7. Komputer 3 buah

8. Mesin ketik 1 buah

9. Meja dan kursi tamu 1 buah

4. Keadaan Guru

Jumlah guru atau staf pengajar pada MI Sabilul Huda (SD PLUS) Kalitangi Genting Kecamata Jambu Kabupaten Semarang Tahun ajaran 2015/2016 berjumlah 8 orang yang terdiri dari S1 dan PGA.

(79)

79

Tabel 3.3 Daftar Nama Guru MI Sabilul Huda Kalitangi

Genting Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang Tahun

Ajaran 2015/2016

No Nama Guru Jenjang Pendidikan Tugas Mengajar

1. Ariva Rahmawati, S.Pd S1 Kepala Sekolah

2. Anita Khusnayanti, menentukan dalam suatu pembelajaran, sebab siswa merupakan subjek dalam pendidikan, terlebih lagi bila diinginkan hasil belajar/prestasi siswa yang maksimal, maka sebaiknya siswa tidak hanya dipandang sebagai objek saja tetapi juga sebagai subjek.

(80)

80

Tabel 3.4 Daftar siswa MI Sabilul Huda Kalitangi Genting

Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang Tahun ajaraan 2015/2016

No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

1. I 4 12 16

2. II 4 5 9

3. III 7 6 13

4. IV 5 6 11

5. V 4 3 7

6. VI - 7 7

Jumlah 24 39 63

B. Subjek Penelitian

(81)

81

Tabel 3.5 Data siswa kelas III MI Sabilul Huda (SD PLUS) Kalitangi

No Nama Siswa Jenis Kelamin

8. Ma’ruf Ubaidilah Kholil L 9. M.Abbas Aqil Nu’man L

Waktu penelitian adalah waktu saat penelitian dilaksanakan. Berikut adalah jadwal pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas.

1. Kegiatan siklus I Waktu

Gambar

Gambar 1.1 Siklus Penelitian
table di bawah ini :
Tabel 3.2 Daftar Inventaris MI Sabilul Huda Kalitangi
Tabel 3.3 Daftar Nama Guru MI Sabilul Huda Kalitangi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu diperlukan sebuah lembaga pembiayaan ekspor independen yang mampu mendukung pembiayaan ekspor berbiaya murah terhadap usaha kecil dan menengah, layaknya

Hal ini di lakukan melalui pendidikan pada mata pelajaran seni budaya di sekolah dan ekstrakulikuler yang kemudian bersinergi dengan program pemerintah serta

Takrifan (KBAT) yang digunakan oleh ilmuan barat adalah bermaksud ciri-ciri perluasan pemikiran seseorang pelajar itu untuk mengintepretasi, menganalisis, atau

Sekelompok orang berpendapat bahwa Abu Bakar lebih berhak atas kekhalifahan karena rasulullah meridhainya dalam soal-soal agama, salah satunya dengan memintanya mengimami

Penelitian ini bertujuan untuk melihat dan mengetahui perbedaan relevansi nilai laba dan relevansi nilai buku sebelum dan sesudah adopsi International Financial Reporting

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tentang peningkatan motivasi dan prestasi belajar IPA pada kompetensi dasar pesawat sederhana melalui pembelajaran kooperatif tipe NHT di kelas

Setelah dijelaskan hasil dari penelitian diatas, dapat diuraikan bahwa hubungan antara variabel harga dan kualitas pelayanan memiliki hubungan positif dan signifikan,

Upaya yang dapat dilakukan untuk menganggulangi lingkungan yang tercemar minyak adalah dengan teknik bioremediasi, yaitu proses pemulihan lahan yang tercemar