• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II: STUDI Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II: STUDI Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II: STUDI

2.1. Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja

Berdasarkan KAK yang telah diberikan sebagai pedoman awal dalam perencanaan dan perancangan rumah sakit umum daerah Jakarta Selatan telah membahas secara spesifik mengenai data jumlah penduduk hingga luas wilayah, dengan luas tanah seluas 25.087 m2 dengan kondisi berkontur semakin menurun kebawah maka akan berdiri bangunan rumah sakit umum daerah dengan luas perencanaan 21.221m2 berupa gedung dengan lapis bangunan hingga 11 lantai diantaranya adalah 3 lantai sebagai podium dan 8 lantai sebagai lantai tower/tipikal dan fasilitas penunjang lainya, dengan sisa lahan 3.876 m2 sebagai lahan tak terbangun yang akan dimanfaatkan sebagai penghijauan di dalam kawasan bangunan rumah sakit tersebut. Dengan menyikapi secara kritis dan mendalam maka cukup jelas mengenai peraturan perencanaan perancangan RSUD dan ketentuan serta program ruang yang di jabarkan di dalam KAK.

Gambar 1. Peta Lokasi Perencanaan RSUD (Sumber: Google Map)

(2)

Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana | 14 Setelah mendatangi dan mengamati site lokasi, melihat kondisi lahan serta lingkungan sekitar secara langsung maka telah terlihat apa yang menjadi bagian penting dan menjadi bagian pertimbangan utama dalam perencanaan dan perancangan gedung RSUD tersebut, yang menjadi fokus utama dalam perencanaan dan perancangan RSUD Jakarta Selatan ini adalah yaitu kondisi ruas jalan utama yang hanya 1 jalur dengan 1 arah dan terbagi menjadi 2 lajur (ditunjukkan pada gambar 1) dapat disimpulkan bahwa pintu masuk atau entrance dan exit gedung yaitu hanya melalui jalur utama oleh sebab itu aksebilitas dalam pencapaian harus menjadi fokus perhatian utama.

Selain hal aksesbilitas menuju tapak, hal yang harus benar-benar menjadi pertimbangan dalam perancangan adalah terdapatnya pohon-pohon langka yang hampir memenuhi tapak dimana pohon-pohn tersebut harus dipertahankan.

2.2. Studi Pustaka

2.2.1. Definisi Rumah Sakit

Rumah Sakit menurut Mentri Kesehatan RI No. 983/Menkes/per/II/1992 yaitu ” sarana upaya kesehatan dalam menyelanggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian.” (Hand

Book of Instutionl Parmacy Pratice). Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 983/MenKes/SK/XI/1992, rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur, tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan dan pemulihan kesehatan penderita yang dilakukan secara multidisiplin oleh berbagai kelompok profesional terdidik dan terlatih, yang menggunakan prasarana dan sarana fisik. Rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar, spesialistik, dan subspesialistik disebut rumah sakit umum.

Berdasarkan Undang-undang republik Indonesia nomor 44 tahun 2009 menyatakan bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi

(3)

masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar

terwujud derajat kesehatan yang

setinggi-tingginya.

Undang-undang republik Indonesia nomor 44 tahun 2009 pasal 1 menyatakan

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

2.2.2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Berdasarkan UU No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit Pasal 4, dinyatakan bahwa rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 pasal 5, rumah sakit mempunyai fungsi sebagai penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis, penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan, penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan (Depkes RI, 2009).

2.2.3. Klasifikasi Rumah Sakit

2.2.3.1.Klasifikasi Rumah Sakit secara Umum

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya:

(4)

Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana | 16 1. Berdasarkan kepemilikan

(a) Bumah sakit pemerintah, terdiri dari: rumah sakit yang langsung dikelola oleh Departemen Kesehatan, rumah sakit Pemerintah Daerah, rumah sakit Militer, dan rumah sakit BUMN.

(b) Bumah sakit swasta yang dikelola oleh masyarakat, sering disebut rumah sakit sukarela, terdiri dari: rumah sakit hak milik dan rumah sakit nirlaba.

2. Berdasarkan jenis pelayanan, terdiri atas: rumah sakit umum dan rumah sakit khusus.

3. Berdasarkan afiliasi pendidikan, terdiri atas 2 jenis, yaitu: rumah sakit pendidikan, dan rumah sakit non pendidikan.

2.2.3.2.Klasifikasi Rumah Sakit Umum Berdasarkan Jenis Pelayanan

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan fungsi rujukan, rumah sakit umum diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan rumah sakit:

1. Rumah Sakit Umum Kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan sekurang-kurangnya pelayanan umum dan 2 (dua) pelayanan medik spesialis dasar.

2. Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan sekurang-kurangnya pelayanan medik 4 (empat) spesialis dasar dan 4 (empat) pelayanan penunjang medik.

3. Rumah Sakit Umum Kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang-kurangnya 4 (empat) spesialis dasar, 4 (empat) spesialis penunjang medik, 8 (delapan) spesialis lainnya dan 2 (dua) subspesialis dasar serta dapat menjadi RS pendidikan apabila telah memenuhi persyaratan dan standar.

(5)

4. Rumah Sakit Umum Kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang-kurangnya 4 (empat) spesialis dasar, 5 (lima) spesialis penunjang medik, 12 (dua belas) spesialis lainnya dan 13 (tiga belas) subspesialis serta dapat menjadi RS pendidikan apabila telah memenuhi persyaratan dan standar.

Pelayanan Medik Spesialis Dasar adalah pelayanan medik spesialis

Penyakit Dalam, Obstetri dan ginekologi, Bedah dan Kesehatan Anak. Pelayanan

Spesialis Penunjang adalah pelayanan medik Radiologi, Patologi Klinik, Patologi

Anatomi, Anaestesi dan Reanimasi, Rehabilitasi Medik. Pelayanan Medik Spesialis

lain adalah pelayanan medik spesialis Telinga Hidung dan Tenggorokan, Mata, Kulit

dan Kelamin, Kedokteran Jiwa, Syaraf, Gigi dan Mulut, Jantung, Paru, Bedah Syaraf, Ortopedi. Pelayanan Medik Sub Spesialis adalah satu atau lebih pelayanan yang berkembang dari setiap cabang medik spesialis. Pelayanan Medik Sub Spesialis

dasar adalah pelayanan subspesialis yang berkembang dari setiap cabang medik

spesialis 4 dasar. Dan Pelayanan Medik Sub Spesialis lain adalah pelayanan subspesialis yang berkembang dari setiap cabang medik spesialis lainnya.

Kriteria, fasilitas dan kemampuan RSU Kelas B meliputi pelayanan medik umum, pelayanan gawat darurat, Pelayanan Medik Spesialis dasar, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan Medik Spesialis Lain, Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan medik subspesialis, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik dan Pelayanan Penunjang Non Klinik.

Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Medik Gigi Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak /Keluarga Berencana.

Pelayanan gawat darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat 24 jam dan 7 hari seminggu dengan kemampuan melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan standar.

Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdiri dari Pelayanan Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi.

(6)

Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana | 18 Pelayanan spesialis penunjang Medik terdiri dari Pelayanan Anestesiologi, Radiologi, Rehabilitasi Medik dan Patologi Klinik.

Pelayanan medik spesialis lain sekurang-kurangnya 8 (delapan) dari 13 (tiga belas) pelayanan meliputi: mata, telinga hidung tenggorokan, syaraf, jantung dan pembuluh darah, kulit dan kelamin, kedokteran jiwa, paru, orthopedi, urologi, bedah syaraf, bedah plastik dan kedokteran forensik.

Pelayanan medik spesialis gigi mulut terdiri dari pelayanan bedah mulut, konservasi / endodonsi, dan periodonti.

Pelayanan medik subspesialis 2 (dua) dari 4 (empat) subspesialis dasar yang meliputi: bedah, penyakit dalam, kesehatan anak, obstetri dan ginekologi.

Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan intensif, Pelayanan Darah, Gizi, Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik.

Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari pelayanan Laundry/linen, Dapur Utama, Pemulasaraan Jenazah, Instalasi Pemeliharaan Fasilitas, Sistem Fasilitas Sanitasi (Pengadaan Air Bersih, Pengelolaan Limbah, Pengendalian Vektor, dll), Sistem Kelistrikan, Boiler, Sistem Penghawaan dan Pengkondisian Udara, Sistem Pencahayaan, Sistem Komunikasi, Sistem Proteksi Kebakaran, Sistem Instalasi Gas Medik, Sistem Pengendalian terhadap Kebisingan dan Getaran, Sistem Transportasi Vertikal dan Horizontal, Sarana Evakuasi, Aksesibilitas Penyandang Cacat, dan Sarana/ Prasarana Umum.

2.2.4. Alur Sirkulasi Pasien

Alur Sirkulasi Pasien dalam Rumah Sakit adalah sebagai berikut:

1. Pasien masuk rumah sakit melakukan pendaftaran/ admisi pada instalasi rawat jalan (poliklinik) atau pada instalasi gawat darurat apabila pasien dalam kondisi gawat darurat yang membutuhkan pertolongan medis segera/ cito.

2. Pasien yang mendaftar pada instalasi rawat jalan akan diberikan pelayanan medis pada klinik-klinik tertentu sesuai dengan penyakit/ kondisi pasien.

(7)

- Pasien dengan diagnosa penyakit ringan setelah diberikan pelayanan medis selanjutnya dapat langsung pulang.

- Pasien dengan kondisi harus didiagnosa lebih mendetail akan dirujuk ke instalasi radiologi dan atau laboratorium. Setelah mendapatkan hasil foto radiologi dan atau laboratorium, pasien mendaftar kembali ke instalasi rawat jalan sebagai pasien lama. - Selanjutnya apabila harus dirawat inap akan dikirim ke ruang rawat inap. Selanjutnya akan didiagnosa lebih mendetail ke instalasi radiologi dan atau laboratorium. Kemudian jika pasien harus ditindak bedah, maka pasien akan dijadwalkan ke ruang bedah. Pasca bedah, untuk pasien yang kondisinya belum stabil akan dikirim ke ruang Perawatan Intensif, pasien yang kondisinya stabil akan dikirim ke ruang rawat inap. Selanjutnya pasien meninggal akan dikirim ke instalasi pemulasaraan jenazah. Setelah pasien sehat dapat pulang

- Pasien kebidanan dan penyakit kandungan tingkat lanjut akan dirujuk ke instalasi kebidanan dan penyakit kandungan. Apabila harus ditindak bedah, maka pasien akan dikirim ke ruang bedah. Pasca bedah, untuk pasien yang kondisinya belum stabil akan dikirim ke ruang Perawatan Intensif, pasien yang kondisinya stabil akan dikirim ke ruang rawat inap kebidanan. Selanjutnya pasien meninggal akan dikirim ke instalasi pemulasaraan jenazah. Setelah pasien sehat dapat pulang.

3. Pasien melalui instalasi gawat darurat akan diberikan pelayanan medis sesuai dengan kondisi kegawat daruratan pasien.

- Pasien dengan tingkat kegawatdaruratan ringan setelah diberikan pelayanan medis dapat langsung pulang.

- Pasien dengan kondisi harus didiagnosa lebih mendetail akan dirujuk ke instalasi radiologi dan atau laboratorium. Selanjutnya apabila harus ditindak bedah, maka pasien akan dikirim ke ruang bedah. Pasca bedah, untuk pasien yang kondisinya belum stabil akan dikirim ke ruang Perawatan Intensif, pasien yang kondisinya stabil akan dikirim ke ruang rawat inap. Selanjutnya pasien meninggal akan dikirim ke instalasi pemulasaraan jenazah, pasien sehat dapat pulang.

(8)

Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana | 20

2.2.5. Pengelompokan Area Fasilitas Rumah Sakit Umum Kelas B

Area Fasilitas Rumah Sakit Umum Kelas B

Area Administrasi dan Manajemen 1. Unsur pimpinan rumah sakit 2. Unsur pelayanan medik 3. Unsur pelayanan penunjang medik

4. Pelayanan keperawatan 5. Unsur pendidikan dan pelatihan

6. Administrasi umum dan keuangan

7. SDM

8. Komite medik

9. Komite etik dan hukum Area Pelayanan Medik dan

Perawatan 1. Instalasi Rawat Jalan (IRJ) 2. Instalasi Gawat Darurat (IGD)

3. Instalasi Rawat Inap (IRNA) 4. Instalasi Perawatan Intensif (ICU/ICCU/PICU/NICU) 5. Instalasi Bedah 6. Instalasi Kebidanan dan Penyakit Kandungan 7. Instalasi Rehabilitasi Medik (IRM)

8. Unit Hemodialisa 9. Instalasi Radioterapi 10. Instalasi Kedokteran Nuklir

Area Penunjang dan Operasional

A. Penunjang Medik

1. Instalasi Farmasi 2. Instalasi Radiodiagnostik 3. Laboratorium

4. Bank Darah / Unit Transfusi Darah (BDRS/UTDRS) 5. Instalasi Diagnostik Terpadu (IDT)

6. Pemulasaraan Jenazah dan Forensik

B. Penunjang Non-Medik

7. Instalasi Sterilisasi Pusat (;Central Sterilization Supply Dept./CSSD)

8. Instalasi Dapur Utama dan Gizi Klinik

9. Laundri

10. Instalasi Sanitasi 11. Instalasi Pemeliharaan Sarana (IPS).

(9)

2.3. Latar Belakang Pemilihan Tema

Sick Building Syndrome adalah situasi dimana para penghuni gedung atau bangunan mengalami permasalahan kesehatan dan ketidaknyamanan karena waktu yang dihabiskan dalam bangunan. Faktor utama terjadinya SBS terdapat pada permasalahan kualitas udara atau polusi udara yang biasanya disebabkan oleh buruknya ventilasi udara atau cahaya, emisi ozon dari mesin foto kopi, polusi dari perabot dan panel kayu, asap rokok, dan lain sebagainya. SBS secara tidak langsung akan mempengaruhi produktivitas seluruh penghuni gedung atau bangunan apabila dibiarkan terus menerus. Sudah banyak gedung yang terjangkit SBS di Indonesia. Antara lain terdapat pada kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Denpasar, Surabaya, Medan, Bandung,dan Makassar. Maka dari itu, konsep bangunan yang green sudah selayaknya digalakkan. Menurut World Health Organization (WHO), diperkirakan sekitar 30 persen seluruh bangunan atau gedung yang ada di dunia memiliki permasalahan terkait kualitas udara dalam ruangan

2.4. Tinjauan Tema

2.4.1. Definisi Green Building

Green Buildingdalam konteks arsitektur bangunan tidak terlepas dengan pengertian arsitektur bioklimatik, arsitektur ramah lingkungan maupun arsitektur hemat energi. Karena untuk menuju kualifikasi bangunan hijau, suatu produk konstruksi bangunan gedung tentu saja perlu bersifat ramah lingkunagn dan hemat energi, dimana pendekatan bioklimatik bisa dipakai sebagai dasar konsep desain. Arsitektur bioklimatik adalah suatu konsep terpadu pada rancangan bangunan dimana struktur, ruang, dan kosntruksi bangunan tersebut dapat menjamin adanya kondisi nyaman bagi penghuninya.Penggunaan perangkat elektro-mekanik dan energi tak terbarukan adalah seminimal mungkin, sebaliknya memaksimalkan pemanfaatan energi dari alam sekitar bangunan tersebut. (ENEA , IN-ARCH, 1989)

Secara umum definisi bangunan hijau menurutOffice of the Federal Environmental Executive (AS), adalah bangunan yang meningkatkan efisiensi

(10)

Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana | 22 bangunan dan lahannya terhadap penggunaan enerji, air, dan bahan, dan mengurangi dampak negative terhadap kesehatan, lingkungan melalui penataan tapak, desain, konstruksi, operasional, pemeliharaan serta akibat produk limbahnya.

Sepadan dengan pengertian menurutGBCI (Green Building Council Indonesia, 2010), bahwa bangunan hijau (green building) adalah bangunan baru

yang direncanakan dan dilaksanakan atau bangunan sudah terbangun yang dioperasikan dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan/ekosistem dan memenuhi kinerja: bijak guna lahan, hemat air, hemat energi, hemat bahan kurangi limbah, kualitas udara dalam ruangan.

2.4.2. Aspek-Aspek Green Building

Menurut Jerry Yudelson dalam buku Green Building A to Z, Understanding

the Language of Green Building, adapun aspek-aspek dalam penetuan green

building, diantaranya:

 Mendukung Pemilihan terhadap Site dan Pembangunan Lingkungan yang Berkelanjutan (Promote Selection of Appropriate Sites and Environmentally Sustainable Site Development)

Mendukung Penggunaan Sumber Daya Air yang tepat guna (Promote

Efficient Use of Water Resources).

 Melestarikan Energi, Menggunakan Energi yang dapat diperbaharui dan melindungi sumber daya yang berhubungan dengan atmosfer (Conserve

Energy, Use Renewable Energy and Protect Atmospheric Resources)

 Melestarikan Bahan – bahan bangunan, mengurangi limbah dari pekerjaan konstruksi dan menggunakan sumber daya alamiah secara wajar (Conserve

Building Materials, Reduce Construction Waste and Sensibly Use Natural Resources

Melindungi dan Meningkatkan kualitas suasana ruang dalam (Protect and

Enhance Indoor Environmental Quality)

(11)

2.5. Studi Banding

Studi Banding dilakukan terhadap beberapa rumah sakit Rumah Sakit, khususnya terhadap kamar rawat inap kelas B meliputi aspek-aspek perancangan arsitektural yang dapat membantu proses perancangan.

2.5.1. RSUD Cengkareng

RSUD Cengkareng berdiri diatas lahan seluas 25316 m2 dengan luas bangunan 31600 m2. Pada tahun 2000 mulai dilaksanakan tahap awal perencanaan fisik meliputi studi kelayakan, studi analisa dampak lingkungan kemudian dihasilkan master plan dan desain engineering. Proyek RSUD Cengkareng melaksanakan evaluasi dan review value engineering atas nilai pelaksanaan pekerjaan pada tahap 1 dan 2, upaya ini dianggap berhasil karena memperoleh penghematan dalam pembangunan. Konsep perencanaan sebagai metamorfosis dari gubahan pesawat terbang karena letaknya dekat dengan Bandara Soerkarno Hatta.

Gambar 2. RSUD Cengkareng (sumber: http://hernz-id.wix.com/)

(12)

Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana | 24 Gambar 3. Site Plan RSUD engkareng

(sumber: Dokumentasi Pribadi)

Perencanaan sirkulasi pada RSUD Cengkareng dibuat terpisah baik itu kendaraan ataupun untuk manusia. Tetapi untuk sirkulasi kendaraan tidak ada pembagian antara kendaraan umum, mobil jenazah dan mobil ambulance. Gerbang masuk utama terletak dibagian belakang dari rumah sakit. Untuk area parkir semuanya bersifat outdoor dan tidak ada penggunaan basement.

Dilihat dari bentuk massa bangunan yang mengibaratkan pesawat terbang, maka pada bagian sayap baik itu sayap kanan maupun kiri ditempatkan zona-zona untuk pelayanan medis umum. Pada bagian kepala ditempatkan zona publik dan sebagian zona privat. Sedangkan untuk bagian ekor bangunan diletakkan fasilitas-fasilitas penunjang diantaranya emergency, masjid, guest house, rumah duka dan bagian utility.

Lobby rumah sakit didesain dengan ornament-ornamen khas Betawi dengan lantai yang terukir indah, ralling tangga yang terukir dengan counter yang penuh

(13)

kekhasan Betawi dan ruangan serbaguna yang menjadikan suasana nyaman, higienis, bersih, sejuk dan indah menjadi konsep dasar perencanaan rumah sakit ini.

Gambar 4. Lobby RSUD Cengkareng (sumber: http://www.rsudcengkareng.com/)

Gambar 5. Denah Lantai 2 (sumber: Dokumentasi Pribasi)

(14)

Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana | 26 Gambar 6. Denah Rawat Inap Apel

(sumber: Dokumentasi Pribadi)

RSUD Cengkareng dalam perancaannya menerapkan penggunaan ramp untuk penanggulangan bahaya kebakaran bagi pasien. Untuk sirkulasi menuju ke ramp, koridor yang digunakan terpisah dengan koridor bagi pengguna umum.

Core RSUD Cengkareng terdapat pada bagian tengah massa bangunan dan kemudian untuk pergerakan manusia dibuat menyebar.

Tidak ada ruang tunggu didalam zona rawat inap, tetapi ruang tunggu diletakkan pada bagian zona luar rawat inap. Disetiap 1 ruang rawat inap terdapat 1 unit toilet yang digunakan untuk bersama-sama. Terdapat ruang tunggu suster disetiap zona rawat inap. Sirkulasi untuk zona rawat inap meggunakan system single louded.

Gambar 7. Bangsal RSUD Cengkareng Kelas 3 (sumber: health.kompas.com)

(15)

2.6. Studi Litelatur

2.6.1. Tan Tock Seng Hospital

Klien : Departemen Kesehatan Luas Lahan : 171.000 meter persegi Biaya Proyek : S.$ 411,000,000 Pembangunan : 1998

Jasa : Architectural Design & Consultancy, Mechanical & Electrical Engineering, Civil & Structural Engineering, Quantity Surveying, Project Management (CPG Corportion) Lokasi : Jalan Tan Tock Seng 11 Singapore – 308433

Gambar 8.Tan Tock Seng Hospital (sumber: www.google.com)

Pembangunan kembali RS Tan Tock Seng terdiri dari blok menara 9 lantai diatas podium block 4 lantai dengan 4 basement yang diapit oleh blok berbentuk L. Sekarang rumah sakit 1200-tempat tidur dengan 28 ruang operasi modular, 34 bangsal, 4 Unit Perawatan Intensif, Pusat Neuroscience dan rawat spesialis klinik untuk Kedokteran Respirasi, Rheumatology & Imunologi dan Kedokteran Geriatrik.

(16)

Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana | 28 Gambar 9. Bangsal Tan Tock Seng Hospital

(sumber: www.google.com)

Singapura adalah negara khatulistiwa dengan suhu dan kelembaban dan curah hujan tinggi. Energi mahal karena Negara ini tidak memiliki sumber daya alam. Rumah sakit dirancang untuk menjaga penggunaan energi.

Fitur desain utama dari bangsal rawat inap adalah triangular layout bangunan dengan stasiun perawat terletak di pusat sehingga memungkinkan perawat yang bertugas untuk melihat seluruh bangsal. Bangunan ini juga mmemiliki fasilitas ventilasi silang untuk bangsal non-AC.

Ventilasi alami digunakan dimanapun yang memungkinkan, pada bangsal umum 65% dari bangsal menggunakan ventilasi alami, dengan hanya bangsal swasta sepenuhnya ber-AC. Tan Tock Seng Hospital memiliki ventilasi yang baik di seluruh bangsal.

Bentuk bangsal rawat inap persegi panjang. Dengan ketinggian dari plat lantai cukup sempit dan sistem single koridor lebih di pilih, daripada racetrack style

(17)

Gambar 10. Suasana luar Tan Tock Seng Hospital (sumber: www.google.com)

Sebuah helipad terletak di atap blok menara dengan akses langsung ke bagian gawat darurat. Proyek ini telah memenangkan American Institute of Architects / Kesehatan Keunggulan Desain Modern (Honour Award) dan The Building and Construction Authority Construction Excellence Award (Certificate of Merit).

(18)
(19)

Gambar 11. Layout Tan Tock Seng Hospital (sumber: http://www.ttsh.com.sg/floorplan/)

Gambar

Gambar 1. Peta Lokasi Perencanaan RSUD  (Sumber: Google Map)
Gambar 2. RSUD Cengkareng  (sumber: http://hernz-id.wix.com/)
Gambar 3. Site Plan RSUD engkareng  (sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 4. Lobby RSUD Cengkareng  (sumber: http://www.rsudcengkareng.com/)
+6

Referensi

Dokumen terkait

Ia sebenarnya merupakan satu persediaan yang amat penting bagi mana-mana kursus teknikal kerana dengan menjalankan keija-keija amali ini, pelajar- pelajar dibimbing mengenai

Setelah sarapan pagi di hotel anda akan dijemput oleh team kami pada waktu yang disepakati untuk tour menjelajahi keindahan ujung timur pulau Lombok yang

Kitosan pada umumnya tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut asam dengan pH di bawah 6 seperti asam asetat, asam format dan asam laktat yang

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa desorpsi seng(II) yang terikat pada bimassa A.microphylla diesterifikasi asam

( Disampaikan oleh guru di dalam kelas kepada salah satu siswa yang bernama susi untuk membelikannya sebuah Tipe-X). Kalimat (57), (58), dan (59) jika dperhatikan

indicators  yang  mencakup  kemampuan  keluarga  miskin  dalam  memperoleh  mata  pencaharian (livelihood  capabilities),  memenuhi  kebutuhan  dasar  (basic

pejabat pencatatan sipil pada Dinas mencatat pada Register Akta Perceraian, mencabut Kutipan Akta Perkawinan dan menerbitkan Kutipan Akta Perceraian serta

Hasil dari filtering merupakan spektrum anomali gravitasi yang komponen frekuensinya telah diatenuasi untuk nilai di atas cutoff frequency pada iterasi tersebut.. Hasilnya