• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Status Gizi, Asupan Zat Gizi, dan Aktivitas Fisik dengan Kebugaran Anak Sekolah di SDN 2 Pasanggrahan Purwakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Status Gizi, Asupan Zat Gizi, dan Aktivitas Fisik dengan Kebugaran Anak Sekolah di SDN 2 Pasanggrahan Purwakarta."

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

IRANI RACHMAWATI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Status Gizi, Asupan Zat Gizi, dan Aktivitas Fisik dengan Kebugaran Anak Sekolah di SDN 2 Pasanggrahan Purwakarta adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2013

(3)

ABSTRACT

IRANI RACHMAWATI. Relationships between Nutritional Status, Nutrient Intake, and Physical Activity with Fitness of School Children at Pasanggrahan 2 Elementary School, Purwakarta. Under the guidance of HIDAYAT SYARIEFand BUDI SETIAWAN.

About 2/3 of children have sedentary lifestyle, especially in developing countries that will affect fitness level. The purpose of this study was to analyze the relations of nutritional status, nutrient intake, and physical activity to fitness of school children. This study used a case study with a sample of 53 students. Fitness levels were measured through a multi stage run test (bleep test). Data processed by Microsoft Excel 2007 and analyzed using the Statistical Program for Social Science (SPSS) 16.0 for Windows. There were no significant differences (p>0.05) between gender, age, and pocket money of sample with nutritional status and physical activity of sample. While there were a significant differences (p<0.05) between sex and age with sufficient levels of vitamin and mineral samples. The results showed that there were a significant correlations (p <0.05) between age and iron intake with the level of fitness. There were a significant differences (p<0.05) on gender, consumption of vegetables, protein intake, and physical activity of the samples fit and unfit. Based on linear regression analysis showed that age and iron intake have a significantly affecting (p>0.05) samples fitness level.

(4)

RINGKASAN

IRANI RACHMAWATI. Hubungan Status Gizi, Asupan Zat Gizi, dan Aktivitas Fisik dengan Kebugaran Anak Sekolah di SDN 2 Pasanggrahan Purwakarta. Di bawah bimbingan HIDAYAT SYARIEF dan BUDI SETIAWAN.

Secara umum, tujuan penelitian ini adalah menganalisis status gizi, aktivitas fisik, dan asupan zat gizi yang berpengaruh dengan kebugaran anak sekolah di SDN Pasanggrahan 2 Purwakarta. Tujuan khusus dalam penelitian ini, diantaranya menganalisis: 1) Karakteristik contoh; 2) Status gizi contoh; 3) Asupan zat gizi contoh; 4) Aktivitas fisik contoh; 5) Tingkat kebugaran contoh; 6) Hubungan status gizi, aktivitas fisik, dan asupan zat gizi dengan tingkat kebugaran contoh.

Penelitian ini menggunakan desain case study,dilaksanakan pada bulan September – November 2012 di SDN Pasanggrahan 2, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Purwakarta. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian PMT-AS terhadap Status Gizi dan Kesehatan pada Siswa SDN 2 Pasanggrahan, yang dilaksanakan oleh BAZNAS bekerja sama dengan Yayasan Nurani Dunia dan Institut Pertanian Bogor. Jumlah siswa kelas 4 dan 5 adalah 54 orang dan semuanya dijadikan contoh penelitian. Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung, pengukuran berat badan dan tinggi badan secara langsung, dan pembagian kuisioner serta dengan melakukan tes kebugaran yaitu bleep test atau tes lari multi tahap. Tahapan pengolahan data dimulai dari pengkodean (coding), pemasukan data (entry), pengecekan ulang (cleaning), dan analisis data yang diolah dengan program Microsoft Excel dan Statistical Program for Social Science(SPSS) versi 16for windows.

Terdapat satu anak yang drop out, sehingga tersisa 53 anak yang dijadikan contoh. Contoh laki-laki jumlahnya sebanyak 53% dan contoh perempuan jumlahnya sebanyak 47%. Secara keseluruhan rata-rata usia contoh adalah 10.2 ± 1.2 tahun dengan kisaran 8 – 12 tahun. Pada penelitian ini contoh yang berusia 10 tahun jumlahnya paling banyak (34%), sedangkan sisanya berusia 9 tahun (32%), 12 tahun (21%), 11 tahun (11%), dan usia 8 tahun (2%). Secara keseluruhan terdapat 39.6% contoh yang mendapat uang saku Rp 2.000 dan 37.7% contoh yang mendapat uang saku Rp 1.000.

Pada penelitian ini contoh yang berstatus gizi normal sebesar 53.0% dengan rata-rata z-score IMT/U -1.83 ± 1.17. Contoh berjenis kelamin perempuan yang memiliki status gizi tergolong normal sebanyak 32.1%. Usia contoh 9-10 tahun sebagian besar (15.1%) memiliki status gizi normal. Sebesar 18.9% pada kelompok status gizi normal mempunyai uang saku sebesar Rp 1000 dan Rp 2000. Terdapat 7.5% sampel perempuan memiliki tingkat kecukupan energi tergolong defisit ringan dan normal. Dilihat dari usia contoh, 28.9% contoh berusia 9 tahun memiliki tingkat kecukupan energi yang tergolong defisit berat. Contoh yang memiliki uang saku sebesar Rp 1.000 memiliki tingkat kecukupan energi yang tergolong normal sebesar 7.5%. Sebanyak 24.5% contoh perempuan memiliki tingkat aktivitas fisik ringan, sedangkan 1.9% contoh laki-laki memiliki tingkat aktivitas fisik berat.

(5)

berusia 9 tahun (7.5%), contoh berusia 11 tahun (3.8%) dan 10 tahun (1.9%). Contoh yang memiliki tingkat kebugaran jasmani cukup memiliki uang saku Rp 2.000 (11.3%).

Kebiasaan makan contoh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner, terdapat 54.7% contoh memiliki frekuensi makan sebanyak tiga kali setiap hari. Sebanyak 39.6% contoh selalu membiasakan sarapan. Pada penelitian ini hanya 5.7% contoh yang mempunyai makanan pantangan. Terdapat 43.4%, 49.4%, dan 45.3% contoh yang jarang mengkonsumsi sayur, protein hewani, serta protein nabati. Sebanyak 30.2% contoh tidak pernah mengkonsumsi buah-buahan. Sebagian besar contoh (60.4%) mengkonsumsi air putih 5-8 gelas setiap harinya dan sebanyak 37.7% contoh sering mengkonsumsi susu setiap minggunya. Sebanyak 47.2% contoh sering jajan, yaitu 4-6 kali setiap minggunya.

Pada tingkat kebugaran cukup, 20.8% contoh memiliki tingkat kecukupan energi tergolong defisit berat. Sebanyak 34% contoh memililki tingkat kecukupan protein tergolong defisit berat, 28.3% tergolong lebih, 20.8% contoh tergolong normal, 9.4% tergolong defisit ringan, dan 7.5% contoh tergolong defisit sedang. Pada tingkat kebugaran cukup, 11.3% contoh memiliki tingkat kecukupan protein tergolong defisit berat. Contoh yang memiliki tingkat kecukupan vitamin A kurang hanya terdapat 1.9% sedangkan sisanya (98.1%) memiliki tingkat kecukupan vitamin A cukup. Terdapat 5.7% contoh yang memiliki tingkat kecukupan vitamin B1 dan kalsium tergolong cukup. Terdapat 17% dan 30.2% contoh yang memiliki tingkat kecukupan vitamin C dan zat besi tergolong cukup. Pada tingkat kebugaran kurang sekali, kurang, dan cukup, sebagian besar contoh memiliki tingkat kecukupan vitamin dan mineral tergolong kurang.

Sebanyak 56.6% dan 34% contoh pada penelitian ini memiliki tingkat aktivitas fisik ringan dan singat ringan. Pada tingkat kebugaran cukup, 13.2% contoh memiliki aktivitas fisik ringan, sisanya 5.7% memiliki aktivitas sangat ringan, 1.9%, dan 1.9% contoh memiliki aktivitas fisik sedang dan berat. Contoh yang memiliki tingkat kebugaran jasmani kurang sekali, kurang, dan cukup, sebagian besar berturut-turut (7.5%, 32.1%, 13.2%) memiliki status gizi normal.

(6)

HUBUNGAN STATUS GIZI, ASUPAN ZAT GIZI, DAN AKTIVITAS

FISIK DENGAN KEBUGARAN ANAK SEKOLAH DI SDN 2

PASANGGRAHAN PURWAKARTA

IRANI RACHMAWATI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan YME atas berkat-Nya sehingga skripsi berjudul “Hubungan Status Gizi, Asupan Zat Gizi, dan Aktivitas Fisik dengan Kebugaran Anak Sekolah di SDN 2 Pasanggrahan Purwakarta” dapat diselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Sebagai ungkapan rasa syukur, penulis mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS selaku pembimbing akademik yang telah memberikan nasihat dan dukungan kepada penulis selama menjalani perkuliahan.

2. Prof. Dr. Ir. Hidayat Syarief, MS dan Dr. Ir. Budi Setiawan, MS selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak saran dan masukan pada skripsi sejak awal penelitian hingga penyelesaian skripsi.

3. Dr. Ir. Ikeu Tanziha, MS selaku pemandu seminar dan penguji yang telah memberikan semangat, kritik, dan saran demi penyempurnaan skripsi.

4. LSM Nurani Dunia dan pihak SDN 2 Pasanggrahan Purwakarta yang telah memberi kesempatan, kepercayaan, dan kemudahan dalam pelaksanaan penelitian.

5. Para pembahas seminar Stacey A. Gunawan, Wilda Haerul, Ratu D. Koerniawati, dan Noviany C. Dewi yang telah memberikan kritik dan saran sehingga skripsi ini dapat diperbaiki dan disempurnakan.

6. Orangtua dan adik yang senantiasa memberikan doa dan dukungan, baik berupa materi dan moril serta semangat dalam penyelesaian skripsi.

7. Teman-teman Gizi Alih Jenis angkatan 04 yang telah memberikan dukungan dan semangat selama dua tahun kuliah.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan penulis. Penulis juga berharap agar penelitian ini dapat dapat bermanfaat bagi semua.

Bogor, Desember 2012

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 30 Januari 1989 di Jakarta. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Budi Rachman dan Ibu Ety Suryatinah, S.Pd. Pendidikan penulis dimulai di TK Tirtayasa PCI Cilegon pada tahun 1994-1995. Pada tahun 1995 penulis melanjutkan pendidikan di SD YPWKS 3 Cilegon hingga tahun 2001. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Cilegon hingga tahun 2004, kemudian di SMA Negeri 1 Cilegon hingga tahun 2007. Pada tahun 2007 penulis melanjutkan pendidikan di Jurusan Manajemen Industri Jasa Makanan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.

(9)

DAFTAR ISI

Pengukuran Tingkat Kebugaran Jasmani... ... .. 5

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebugaran Jasmani... 6

Usia………... 6

Pengukuran dan Penilaian Status Gizi secara Antropometri …... 10

Konsumsi Pangan... ... 10

Penialain Konsumsi Pangan... ... 11

Kecukupan Gizi Bagi Anak Sekolah Dasar... ... 13

Aktivitas Fisik... ... 13

Pengukuran dan Penilaian Aktivitas Fisik... 14

KERANGKA PEMIKIRAN... ... 16

METODE PENELITIAN... ... 18

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian... ... 18

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh... ... 18

Jenis dan Cara Pengumpulan Data... 18

(10)

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi... 30

Tingkat Kecukupan Energi……….... 30

Tingkat Kecukupan Protein………... 32

Tingkat Kecukupan Vitamin A………. . 33

Tingkat Kecukupan Vitamin B1……….... 35

Tingkat Kecukupan Vitamin C………. . 36

Tingkat Kecukupan Zat Besi………. 37

Tingkat Kecukupan Kalsium……… . 39

Aktivitas Fisik... ... 40

Kebugaran………... 43

Frekuensi Makan berdasarkan Tingkat Kebugaran……….. 46

Kebiasaan Makan berdasarkan Tingkat Kebugaran………. 47

Kebiasaan Konsumsi Sayur dan Buah berdasarkan Tingkat Kebugaran ……… ... 48

Kebiasaan Konsumsi Pangan Sumber Protein berdasarkan Tingkat Kebugaran………... . 49

Kebiasaan Minum berdasarkan Tingkat Kebugaran………. 51

Hubungan Status Gizi dengan Kebugaran ... ………. 52

Hubungan Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi dengan Kebugaran... 52

Tingkat Kecukupan Energi dengan Kebugaran………... 52

Tingkat Kecukupan Protein dengan Kebugaran………... 53

Tingkat Kecukupan Vitamin A dengan Kebugaran………….. ... 54

Tingkat Kecukupan Vitamin B1dengan Kebugaran…………. ... 54

Tingkat Kecukupan Vitamin C dengan Kebugaran…………... 55

Tingkat Kecukupan Zat Besi dengan Kebugaran………... 56

Tingkat Kecukupan Kalsium dengan Kebugaran………. ... 56

Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kebugaran………... ... 57

Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Kebugaran……….. 58

KESIMPULAN DAN SARAN... .... 59

Kesimpulan... . 59

Saran... . 60

DAFTAR PUSTAKA... ... 61

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Kategori status gizi menurut IMT/U………. 10

2 Angka kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan per hari bagi anak usia sekolah... 13

3 Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL... 15

4 Jenis variabel dan indikator penelitian... ... 19

5 Klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat gizi... 20

6 Kategori aktivitas fisik berdasarkan nilai PAR ... 21

7 Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL... 21

8 Formulir catatan lari multi tahap... 22

9 Kategori VO2max pada hasilbleep test... ... 22

10 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan usia... ... 27

11 Sebaran contoh berdasarkan status gizi... ... 29

12 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi... ... 31

13 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan protein... 33

14 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan vitamin A…………... 34

15 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan vitamin B1.. ... . 35

16 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan vitamin C... . 37

17 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan zat besi... 38

18 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan kalsium... 39

19 Sebaran contoh berdasarkan aktivitas fisik. ... . 41

20 Jenis aktivitas fisik, alokasi waktu, dan rata-rata nilai PAL contoh... ... ... 42

21 Sebaran usia contoh berdasarkan tingkat kebugaran………. ... 45

22 Sebaran uang saku contoh berdasarkan tingkat kebugaran... 46

23 Sebaran frekuensi makan contoh berdasarkan tingkat kebugaran…….. 47

24 Sebaran kebiasaan makan contoh berdasarkan tingkat kebugaran……. 48

25 Sebaran konsumsi sayur dan buah contoh berdasarkan tingkat kebugaran….. ... 49

26 Sebaran konsumsi pangan sumber protein contoh berdasarkan tingkat kebugaran…….. ... 50

27 Sebaran kebiasaan minum contoh berdasarkan tingkat kebugaran... 51

28 Sebaran status gizi contoh berdasarkan tingkat kebugaran…………..…. 52

(12)

30 Sebaran tingkat kecukupan protein contoh berdasarkan tingkat

kebugaran……… 54

31 Sebaran tingkat kecukupan vitamin dan mineral contoh berdasarkan

tingkat kebugaran……… . 55

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Kerangka pemikiran hubungan status gizi, asupan zat gizi dan

aktivitas fisik dengan kebugaran anak sekolah di SDN 2

Pasanggrahan Purwakarta ... ... 17

2 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin ... ... 26

3 Sebaran contoh berdasarkan usia... ... 26

4 Sebaran contoh berdasarkan uang saku... ... 27

5 Sebaran contoh berdasarkan status gizi... ... 28

6 Sebaran tingkat kecukupan energi menurut jenis kelamin contoh….. .... 30

7 Sebaran tingkat kecukupan protein menurut jenis kelamin contoh... 32

8 Sebaran tingkat kecukupan vitamin A menurut jenis kelamin contoh... 34

9 Sebaran tingkat kecukupan vitamin B1 menurut jenis kelamin contoh.... 35

10 Sebaran tingkat kecukupan vitamin C menurut jenis kelamin contoh... 36

11 Sebaran tingkat kecukupan zat besi menurut jenis kelamin contoh... 38

12 Sebaran tingkat kecukupan kalsium menurut jenis kelamin contoh... 39

13 Sebaran aktivitas fisik menurut jenis kelamin contoh... 40

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Nilai p hasil uji korelasi berbagai variabel terhadap karakteristik

contoh... 66 2 Nilai p hasil uji korelasi berbagai variabel dengan tingkat

kebugaran... 66 3 Nilai p hasil uji beda berbagai variabel berdasarkan status

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Tumbuh berkembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Namun dalam masa tumbuh kembang tersebut pemberian nutrisi atau asupan makanan pada anak tidak selalu dapat dilaksanakan dengan sempurna. Masalah yang sering timbul terutama dalam pemberian makanan yang bergizi dan berimbang yang tidak benar dan menyimpang. Bukan hanya itu saja, contoh terbiasa melakukan kegiatan dengan bantuan alat-alat yang serba praktis, sehingga contoh menjadi mudah lelah ketika melakukan kegiatan fisik yang bersifat aktif (Judarwanto 2005).

Bagi seorang anak, kebugaran sangat penting terutama sebagai modal utama dalam melaksanakan kegiatan belajar dan bermain. Anak yang bugar akan memiliki rentang perhatian lebih lama dalam belajar, bermain, atau berbagai kegiatan lainnya (Sriundy 2009). Kebugaran jasmani dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya asupan zat gizi dan komposisi tubuh.Komposisi tubuh tersebut dipengaruhi oleh besarnya status gizi seseorang.Namun demikian, permasalahan yang terjadi terkait dengan kebugaran jasmani contoh saat ini masih sangat memprihatinkan.Hal ini terlihat dengan banyaknya anak yang sering terkena berbagai penyakit, seperti penyakit pernafasan, pencernaan, ataupun penyakit kurang gerak dan menurunnya daya tahan tubuh.

Menurut Riskesdas 2010, prevalensi status gizi menurut IMT/U anak usia 6-12 tahun di Provinsi Jawa Barat adalah 3.5% sangat kurus, 6.7% kurus, 81.4% normal, dan 8.5% gemuk. Sedangkan, surveitim pengembang Sport Development Indextahun 2005 meneliti kebugaran jasmani pelajar SD, SMP dan SMA di seluruh Indonesia. Hasilnya untuk kategori baik sekali 0%, baik 5,66%, sedang 37,66%, kurang 45,97%, kurang sekali 10,71%. Selain itu pola hidup kurang gerak (sedentary lifestyle) seperti berlama-lama nonton TV, video, play station, dialami sekitar 2/3 anak terutama di negara-negara yang sedang berkembang.

(16)

dan menghadapi hal-hal yang tidak terduga (Satya 2008). Kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh untuk melakukan aktivitas tanpa menimbulkan kelelahan fisik dan mental yang berlebihan. Kebugaran jasmani sangat penting dalam menunjang aktivitas kehidupan sehari-hari, akan tetapi nilai kebugaran jasmani tiap-tiap orang berbeda beda sesuai dengan tugas atau profesinya.

Kabupaten Purwakarta merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Jawa Barat.Desa Pasanggrahan terletak di Kabupaten Purwakarta bagian utara, Kecamatan Tegal Waru. Kondisi kependudukan Desa Pasanggrahan, Kecamatan Tegal Waru, pada tahun 2007 untuk kelompok anak usia 5-9 tahun dan 10-14 tahun berjumlah 347 orang dan 352 orang. Di Desa Pasanggrahan hanya terdapat 2 Sekolah Dasar Negeri, yaitu SDN 01 Pasanggrahan dan SDN 02 Pasanggrahan.Selain itu, di Desa Pasanggrahan tidak terdapat rumah sakit, posyandu ataupun puskesmas.Mengacu pada permasalahan masih rendahnya kebugaran jasmani di Indonesia, penelitian tentang hubungan berbagai faktor, seperti status gizi, aktivitas fisik, dan asupan zat gizi terhadap kebugaran anak sekolah dasar di desa tertinggal menjadi menarik untuk dikaji lebih dalam.

Tujuan Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis status gizi, aktivitas fisik, dan asupan zat gizi yang berpengaruh dengan kebugaran anak sekolah di SDN Pasanggrahan 2 Purwakarta.

Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini, adalah: 1. Menganalisis karakteristik contoh.

2. Menganalisis status gizi contoh. 3. Menganalisis asupan zat gizi contoh. 4. Menganalisis aktivitas fisik contoh. 5. Menganalisis tingkat kebugaran contoh.

6. Menganalisis hubungan status gizi, aktivitas fisik, dan asupan zat gizi dengan tingkat kebugaran contoh.

Hipotesis

(17)

2. H1 : Terdapat hubungan yang nyata antara status gizi, aktivitas fisik, dan asupan zat gizi dengan tingkat kebugaran contoh SDN 2 Pasanggrahan Purwakarta.

Kegunaan Penelitian

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Anak Sekolah Dasar

Menurut Soetardjo (2011), kelompok anak menurut usia dibagi dalam tiga golongan, yaitu usia 1-3 tahun, 4-6 tahun, dan 7-9 tahun. Usia 1-3 tahun dan 4-6 tahun disebut sebagai usia pra sekolah, sedangkan usia 7-9 tahun sebagai usia sekolah. Anak sekolah berada pada masa pertumbuhan yang sangat cepat dan kegiatan fisik yang sangat aktif. Anak usia sekolah berusaha mengembangkan kebebasan dan membentuk nilai-nilai pribadi. Perbedan-perbedaan antar anak antara lain tampak pada kecepatan tumbuh, pola aktivitas, kebutuhan gizi, perkembangan kepribadian, dan asupan makanan.

Perbedaan laju pertumbuhan pada anak laki-laki dan perempuan ditemukan juga pada usia sekolah dasar. Pada umur 10-12 tahun, kebutuhan gizi anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan.Anak laki-laki lebih banyak melakukan aktivitas fisik, sehingga membutuhkan energi lebih banyak, sedangkan anak perempuan pada umumnya sudah mulai menstruasi sehingga memerlukan protein dan zat besi lebih banyak.Kebutuhan yang meningkat ini harus diimbangi dengan makanan sumber zat gizi yang diperlukan.Pengaturan makan yang baik bagi anak adalah dengan memberikan makanan kepada anak yang mengandung minimal tiga kelompok zat gizi yaitu zat gizi sumber energi, sumber pembangun, dan sumber pengatur dalam jumlah yang cukup sehingga pertumbuhan dan perkembangan fisik tetap berjalan optimal (Nasoetion & Riyadi 1994).

Kebugaran Jasmani

Kebugaran adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tugas atau pekerjaan fisik tidak merasakan kelelahan disaat melakukan pekerjaan atau tugas tersebut. Kebugaran jasmani akan diperoleh apabila seseorang melakukan latihan rutin dan berkesinambungan. Kebugaran akan mempengaruhi terhadap kinerja sehingga tidak akan cepat merasa lelah (Adi 2010). Menurut Satya (2008) derajat kebugaran dapat menggambarkan seberapa baik penyesuaian fisik terhadap beban dan tugas fisik yang dilakukan dan seberapa cepat proses pulih asal dari kelelahannya. Semakin baik tingkat penyesuaian terhadap tugas fisik dan kecepatan pulih asalnya, maka semakin baik pula tingkat kebugaran yang dimilikinya.

(19)

dengan kesehatan (health-related fitness) dan komponen kebugaran yang terkait dengan keterampilan (skill-related fitness).Komponen kebugaran yang terkait dengan kesehatan secara umum adalah 1)kebugaran jantung-paru, 2)kebugaran otot (kekuatandan daya tahan otot), 3)fleksibilitas, (kelentukan) dan 4)komposisi tubuh. Komponen kebugaran yang terkait dengan keterampilan terdiri dari berbagai macam dan untuk setiap orang bersifat khas, yaitu sangat bergantung pada profesi seseorang (Sudarsono 2008).

Menurut Sudarsono (2008), berbagai jenis olahraga dapat menjadi pilihan untukmemelihara kebugaran tubuh. Setiap saat mucul jenis olahraga baru, exercisebaru yang kelihatan menarik dan modern. Namun, sesungguhnya hal yang penting diperhatikandalam merencanakan kegiatan berolahraga adalah memenuhi setidaknya empat criteria, yaitu: F (frequency; frekuensi berolahraga), I (intensity; intensitas/beratnya latihan), T(type; jenis kegiatan olahraga), dan T (time/duration; lama waktu berolahraga). Kebugaran tubuh dapat dicapai jika olahraga yang dilakukan dapat mencapai sasaran berbagai komponen kebugaran.

Pengukuran Tingkat Kebugaran Jasmani

Setiap orang memiliki tingkat kebugaran jasmani yang berbeda-beda.Hal ini dapat diketahui dengan menggunakan tes kebugaran jasmani. Tes kebugaran jasmani ada bermacam-macam, antara lain: 1) Harvard Step Test, 2) Tes Aerobik, 3) Tes ACSPFT, 4)Bleep Test, 5) Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI).Bleep test bertujuan untuk mengukur tingkat efisiensi fungsi jantung dan paru-paru yang ditunjukkan melalui pengukuran pengambilan oksigen maksimum (maximum oxygen uptake). Alat-alat yang diperlukan dalam pelaksanaan tes tersebut diantaranya: lintasan datar dan tidak licin, meteran, kaset, formulirbleep test, dan alat tulis (Nurhasan & Cholil 2007).

(20)

untuk mengukur kebugaran yang dilihat dari besarnya nilai VO2max (Nurhasan &

Cholil 2007).

VO2 max atau yang biasa disebut denganmaximal oxygen consumption,

maximal oxygen uptake, peak oxygen uptake atau maximal aerobic capacity adalah kapasitas maksimum tubuh seseorang untuk menyalurkan dan menggunakan oksigen selama olahraga berintensitas tinggi. VO2 max bisa

diketahui dengan menghitung jumlah oksigen dalam liter per menit (l/menit) atau nilai relatif oksigen dalam mililiter per kilogram berat tubuh per menit (ml/kg/min). VO2 max juga bisa dipakai sebagai alat ukur kekuatan aerobik maksimal dan

kebugaran kardiovaskular (Dunia Fitness 2012).

Menurut Nurhasan dan Cholil (2007), tes ini bersifat maksimal dan progresif, artinya cukup mudah pada permulaannya kemudian meningkat dan makin sulit menjelang saat-saat terakhir.Peserta tes harus mengerahkan kerja maksimal saat melakukan tes ini. Setelah melakukan tes, lakukan gerakan-gerakan pendinginan dengan cara berjalan dan diikuti dengan peregangan-peregangan otot. Jumlah terbanyak dari level dan balikan sempurna yang behasil diperoleh dicatat sebagai skor-skor peserta tes.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebugaran Jasmani Usia

Pada usia pertumbuhan kebugaran jasmaninya akan lebih baik, dikarenakan fungsi organ akan tumbuh dengan optimal. Sedangkan pada orang tua akan terjadi penurunan kebugaran jasmnani dikarenakan banyak jaringan-jaringan dalam tubuh yang mengalami kerusakan (Muslichatun 2005).

(21)

65-70% dari kekuatan yang dimiliki pada usia 25 tahun, sesudah usia 65 tahun penurunannya akan lebih cepat lagi. Pada anak-anak berusia 15-19 tahun kekuatan ototnya baru mencapai 70-85% maksimal. Selain itu seluruh nilai komponen kebugaran jasmani juga akan mengalami penurunan setelah usia kira-kira 30 tahun.

Jenis Kelamin

Nilai kebugaran jasmani pada laki-laki dan perempuan hampir sama sampai usia pubertas, tetapi setelah usia tersebut laki-laki mempunyai nilai jauh lebih besar. Hal ini dapat disebabkan salah satunya pengaruh hormone seks laki-laki yang mempunyai hormon testoteron 10 kali lebih banyak dari perempuan.Hormon ini adalah suatu anabolic steroid yang membuat otot jadi lebih besar dan lebih kuat (rata-rata kekuatan otot perempuan hanya sekitar 2/3 dari kekuatan otot laki-laki) dan bersifat lebih agresif (Afriwardi 2002).

Status Gizi

Status gizi adalah hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang masuk ke dalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan tubuh (nutrient output) akan zat gizi tersebut (Supariasa 2002). Sedangkan zat gizi sendiri dapat diartikan adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun, dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan (Almatsier 2006).Status gizi sangat mempengaruhi tingkat kebugaran jasmani seseorang, karena status gizi menyebabkan tingkat kesehatan seseorang menjadi baik.

Hereditas

Komponen kebugaran jasmani sesungguhnya mencakup dua komponen dasar, yaitu kebugaran organik dan kebugaran dinamik.Kebugaran organik membahas bagaimana pengaruh garis keturunan dalam mewariskan tingkat kebugaran pada generasi berikutnya (Satya 2008).

Aktivitas fisik

(22)

dapat melaksanakan tugas-tugas rumah tangga dan pekerjaan dengan cara yang lebih efektif dan menghasilkan kebugaran jasmani pada saat yang sama pekerjaan terselesaikan.

Konsumsi pangan

Menurut Suharjana dan Purwanto (2008) untuk mendapatkan kesehatan dan kebugaran jasmani yang baik, seseorang harus berpola hidup sehat.Untuk melakukan aktivitas sehari-hari manusia memerlukan energi.Energi tersebut diperoleh dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari.Proporsi makanan yang baik adalah karbohidrat 60%, lemak 25% dan protein 15%.Zat-zat gizi dari makanan mutlak diperlukan agar kebugaran jasmani baik karena zat-zat teersebut digunakan untuk tenaga atau kalori, pembentukan sel-sel atau pertumbuhan dan menggiatkan atau mengatur proses-proses dalam tubuh (Susilowati 2007).

Status Gizi

Menurut Briawan dan Madanijah (2008), status gizi adalah keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (requirement) untuk berbagai fungsi biologis.Status gizi sangat ditentukan oleh ketersediaan zat gizi dalam jumlah cukup dan dalam kombinasi waktu yang tepat di tingkat sel agar tubuh dapat berkembang dan berfungsi dengan normal.Nilai status gizi seseorang ditentukan oleh pemenuhan semua zat gizi yang diperlukan tubuh dari makanan dan berperannya fatktor yang menentukan besarnya kebutuhan, penyerapan, dan penggunaan zat-zat gizi tersebut (Supariasa 2002).

Riyadi (2007), mendefinisikan status gizi sebagai keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat-zat gizi makanan.Ukuran fisik seseorang sangat erat hubungannya dengan status gizi, oleh sebab itu antropometri diakui sebagai indikator yang baik dan dapat diandalkan dalam penentuan status gizi.Ditambahkan oleh Hardinsyah et al. (2002), bahwa status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat yang setinggi mungkin.

Penilaian Status Gizi

(23)

biokimia, biofisik, dan klinis. Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dilakukan melalui survey konsumsi makanan, statistik vital, dan penilaian faktor ekologi (Supariasa 2002). Menurut Gibson (2005), terdapat empat cara untuk melakukan penilaian status gizi di tingkat individu, yaitu pengukuran klinis atau fisik, pengukuran konsumsi makanan, pengukuran antropometri, dan pengukuran biokimia.

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia.Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi.Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh (Fauzi 2011).

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat.Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi.Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (superficial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical surveys).Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi (Fauzi 2011).

Menurut Fauzi (2011), penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Gejala klinis yang kurang spesifik banyak ditemui, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.

(24)

Pengukuran dan Penilaian Status Gizi secara Antropometri

Pengukuran antropometrik berasal dari bahasa latinantropos yang berarti manusia (human being).Antropometrik dapat dilakukan melalui beberapa macam pengukuran, yaitu pengukuran terhadap berat badan, tinggi badan, dan lingkar lengan sesuai dengan usia adalah yang paling sering dilakukan dalam survei gizi.Menurut Riyadi (2004), saat ini pengukuran antropometri (ukuran-ukuran tubuh) digunakan secara luas dalam penilaian status gizi, terutama bila terjadi ketidakseimbangan kronik antaraintakeenergi dan protein.

Gibson (2005) menyatakan bahwa pada anak-anak indeks antropometri yang sering digunakan adalah berat badan menurut umur (BB/U), berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) dan tinggi badan menurut umur (TB/U).Indeks antropometri dapat dinyatakan dalam istilah z-skor, persentil atau persen terhadap median.Indikator BB/U tidak spesifik karena berat badan tidak hanya dipengaruhi oleh umur saja tetapi juga oleh tinggi badan (TB).Indikator TB/U menggambarkan status gizi ini secara sensitif dan spesifik. Menurut WHO (2007) pengukuran status gizi pada anak usia 5 hingga 19 tahun sudah tidak menggunakan indikator BB/TB akan tetapi menggunakan indeks massa tubuh berdasarkan umur (IMT/U).

Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan cara yang lebih dianjurkan untuk menentukan status gizi kurus, normal, atau gemuk pada seseorang. IMT merupakan hasil pembagian berat badan (BB) dalam satuan kilogram dengan kuadrat tinggi badan (TB2) dalam satuan meter. Indeks ini tidak memerlukan data usia sehingga merupakan indeks yang independen terhadap usia dan dapat digunakan untuk menyatakan status gizi saat ini. Kategori status gizi berdasarkan IMT/U dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1 Kategori status gizi menurut IMT/U

Kategori IMT/U Baku nilai

Sangat gemuk >+3 SD

Gemuk +2 SD sampai dengan +3 SD

Normal -2 SD sampai dengan 2 SD

Kurus -3 SD sampai -2 SD

Sangat kurus <-3 SD

Sumber: WHO 2007

Konsumsi Pangan

(25)

menunjukkan bahwa konsumsi pangan dapat ditinjau dari aspek jenis pangan yang dikonsumsi dan jumlah pangan yang dikonsumsi.Jenis dan jumlah pangan merupakan hal yang penting dalam menghitung jumlah zat gizi yang dikonsumsi.Batasan ini menunjukkan bahwa konsumsi pangan dapat ditinjau berdasarkan aspek jenis pangan dan jumlah pangan yang dikonsumsi (Kusharto & Sa’adiyah 2008).

Penilaian Konsumsi Pangan

Survey konsumsi atau penilaian konsumsi pangan adalah salah satu metode yang digunakan dalam penetuan status gizi perorangan atau kelompok.Supariasa (2002) menjelaskan bahwa dalam survei konsumsi pangan terdapat tiga metode yang digunakan yaitu metode kualitatif, metode kuantitatif, serta gabungan dari keduametode tersebut.Metode kualitatif digunakan untuk mengetahui frekuensi makan, frekuensi konsumsi menurut jenis bahan pangan, dan menggali informasi tentang kebiasaan makan. Metode kuantitaif digunakan untuk mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi sehingga dapat dihitung konsumsi zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) atau daftar lain yang diperlukan seperti Daftar Ukuran Rumah Tangga (URT), Daftar Konversi Mentah Masak (DKMM), dan Daftar Penyerapan Minyak (DPM).

Metode food recall 24 jam merupakan salah satu metode dalam melakukan survey konsumsi pangan dengan tujuan untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga, dan perorangan serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi pangan. Mengingat kembali dan mencatat jumlah serta jenis pangan dan minuman yang telah dikonsumsi 24 jam merupakan metode pengumpulan yang paling banyak digunakan dan paling mudah dilakukan (Arisman 2004).

(26)

Menurut Gibson (2005), pada metode food recall jumlah makanan yang dikonsumsi diukur atau diperkirakan dengan ukuran rumah tangga yang kemudian dikonversi dengan ukuran berat. Metode ini memiliki beberapa kelebihan, diantaranya: 1) Menunjukkan konsumsi makanan yang akurat (dibandingkan dengan food frequency); 2) Mengingat dalam jangka waktu yang pendek (24 jam yang lalu); 3) Mampu memperkirakan asupan zat gizi dari kelompok; 4) Tidak mengubah kebiasaan makan; dan 5) Wawancara dapat dilakukan melalui telepon jika responden tidak dapat hadir.

Kelemahan dari metode food recall, yaitu: 1) Mengandalkan ingatan responden yang mungkin kurang akurat; 2) Responden dapat menambah atau mengurangi informasi konsumsi makanan yang sebenarnya; dan 3) Estimasi konsumsi energi menjadi rendah karena konsumsi minuman sering tidak diperhitungkan.

Metode food frequency didesain untuk memperoleh gambaran informasi mengenai bahan makanan yang biasa dikonsumsi pada waktu tertentu.Kuisioner food frequency terdiri dari daftar bahan makanan yang biasa dikonsumsi dan kategori frekuensi yang digunakan (hari, minggu, bulan atau tahun).Daftar bahan makanan dibuat berdasarkan kelompok makanan untuk memperkirakan asupan zat gizi. Kuesioner food frequency harus dibuat secara sederhana sehingga hanya diperlukan 15-30 menit waktu yang dibutuhkan untuk melengkapi kuisioner (Gibson 2005).

Food frequency dibagi menjadi dua macam yaitu Food Frequency Qualitative (FFQ) dan Food Frequency Semi-Quantitative (FFSQ).FFQ digunakan untuk melihat kualitas makanan yang dikonsumsi atau melihat kebiasaan makan sehari-hari. FFSQ digunakan untuk melihat kebiasaan makan, jumlah makan yang biasa dikonsumsi, menentukan frekuensi dari konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi dalam suatu periode tertentu (Gibson 2005).

(27)

menentukan jenis bahan makanan yang akan masuk dalam daftar kuisioner, serta responden harus jujur dan mempunyai motivasi tinggi.

Kecukupan Gizi Bagi Anak Sekolah Dasar

Perhitungan asupan gizi seseorang dapat mengacu pada Daftar Kecukupan Gizi (DKG), yaitu daftar yang memuat angka-angka kecukupan gizi rata-rata per orang per hari bagi orang sehat Indonesia.Penilaian tingkat kecukupan zat gizi dilakukan dengan membandingkan konsumsi zat gizi aktual dengan AKG yang dianjurkan (Hardinsyah & Briawan 1994).Angka kecukupan gizi adalah nilai yang menunjukkan jumlah zat gizi yang diperlukan tubuh untuk hidup sehat setiap hari bagi hampir semua populasi menurut kelompok umur, jenis kelamin, dan kondisi fisiologis tertentu seperti kehamilan dan menyusui (Muhilal & Sulaeman 2004).

Untuk pertumbuhan dan perkembangan secara normal, seorang anak harus mengkonsumsi makanan dengan jumlah yang cukup (Rahmawati 2001). Apabila makanan yang dikonsumsi oleh anak sekolah dasar tidak mencukupi kebutuhan gizinya, maka akan dapat mengakibatkan gangguan gizi pada anak sekolah dasar. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa anak usia sekolah dasar mengkonsumsi zat gizi kurang dari kecukupan yang dianjurkan disebabkan karena jarang sarapan pagi, pemilihan makanan jajanan yang kurang baik serta jarang mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan (Thoha 2003).Angka kecukupan gizi yang dianjurkan bagi anak sekolah dasar dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2 Angka kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan per hari bagi anak usia sekolah

Energi dan zat gizi Golongan umur

7 – 9 tahun Pria 10 – 12 tahun Wanita 10 – 12 tahun

Energi (kkal) 1800 2050 2050

Protein (g) 45 50 50

Vitamin A (RE) 500 600 600

Vitamin B1 (mg) 0,9 1,1 1,1

Vitamin C (mg) 45 50 50

Kalsium (mg) 600 1000 1000

Zat Besi (mg) 10 13 20

Sumber: WKNPG 2004

Aktivitas Fisik

(28)

diartikan sebagai gerakan yang dilakukan otot-otot tubuh dan sistem penunjangnya untuk menggerakan badan.

Aktivitas fisik menentukan kondisi kesehatan seseorang. Kelebihan energi karena rendahnya aktivitas fisik dapat meningkatkan risiko kegemukan dan obesitas. Oleh karena itu, angka kebutuhan energi individu disesuaikan dengan aktivitas fisik (FAO/WHO/UNU 2001). Aktivitas fisik dan angka metabolisme basal (AMB) ataubasal metabolic rate(BMR) merupakan komponen utama yang menentukan kebutuhan energi. AMB dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, berat badan, dan tinggi badan (Almatsier 2004).

Menurut WHO (2007), aktivitas fisik contoh sekolah dibagi atas beberapa bagian, yaitu tidur, waktu sekolah, waktu luang (di sekolah dan luar sekolah), waktu mengerjakan tugas, waktu melakukan perjalanan ke sekolah, dan waktu olahraga. Selama melakukan aktivitas fisik, otot membutuhkan energi di luar metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk menghantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh serta untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh. Banyaknya energi yang dibutuhkan tergantung pada berapa banyak otot yang bergerak, berapa lama, dan berapa berat pekerjaan yang dilakukan (Almatsier 2006).

Aktivitas fisik dilaporkan merupakan 20-40% total pengeluaran energi.Aktivitas fisik rutin dapat memberikan dampak positif bagi kebugaran seseorang, diantaranya yaitu: 1) peningkatan kemampuan pemakaian oksigen dan curah jantung, 2) penurunan detak jantung, penurunan tekanan darah, peningkatan efisiensi kerja otot jantung, 3) mencegah mortalitas dan morbiditas akibat gangguan jantung, 4) peningkatan ketahanan saat melakukan latihan fisik, 5) peningkatan metabolisme tubuh (berkaitan dengan gizi tubuh), 6) meningkatkan kemampuan otot, dan 7) mencegah obesitas (Astrand 1992). Pengukuran dan Penilaian Aktivitas Fisik

(29)

FAO/WHO/UNU (2001), menyatakan bahwa aktivitas fisik dan angka metabolisme basal merupakan variabel utama dalam perhitungan pengeluaran energi. Pengeluaran energi dapat menjadi gambaran kebutuhan energi seseorang dapat hidup sejahtera dan berkualitas secara keseluruhan. Tingkat aktivitas fisik yang dilakukan seseorang selama 24 jam dinyatakan dalam PAL (Physical Activity Level) atau tingkat aktivitas fisik. PAL ditentukan dengan rumus berikut:

Keterangan :

PAL =Physical activity level(tingkat aktivitas fisik)

PAR =Physical activity ratio(jumlah energi yang dikeluarkan untuk jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)

Tabel 3 Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL

Kategori Nilai PAL

Aktivitas Sangat Ringan < 1,40

Aktivitas Ringan 1,40- 1,69

Aktivitas Sedang 1,70-1,99

Aktivitas Berat 2,00-2,40

Sumber: FAO/WHO/UNU (2001)

PAL =Σ( )

(30)

KERANGKA PEMIKIRAN

Kebugaran adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tugas atau pekerjaan fisik tidak merasakan kelelahan disaat melakukan pekerjaan atau tugas tersebut.Kebugaran fisik atau jasmani adalah suatu kualitas atau kondisi fisiologis dan karena itu jelas berbeda dengan aktivitas fisik serta latihan fisik yang merupakan tipe perilaku lainnya.Ciri-ciri kebugaran jasmani yang baik yaitu, tahan jika bekerja dalam waktu yang lama, tidak mudah capai, tidak mudah terkena stress, tidak mudah terserang penyakit, dan produktivitas kerja yang tinggi.

Aktivitas fisik merupakan bentuk kegiatan yang melibatkan anggota tubuh untuk bergerak.Aktivitas fisik dapat diartikan dengan kegiatan yang dilakukan seseoarng mulai dari bangun sampai tidur kembali.Aktivitas fisik sering identik dengan melakukan olahraga yang tujuannya untuk mendapatkan kesehatan dan kebugaran.Anak sekolah memiliki aktivitas fisik yang sangat aktif,maka keadaan gizi pada masa ini harus diperhatikan dan mempengaruhi keadaan status gizi dan tingkat kebugarannya.

Konsumsi pangan merupakan banyaknya atau jumlah pangan, secara tunggal maupun beragam, yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan sosiologis.Tujuan mengkonsumsi makanansecara fisiologis untuk memenuhi keinginan makan (rasa lapar) atau untuk memperoleh zat-zat gizi yang diperlukan tubuh.Konsumsi pangan merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan gizi yang selanjutnya menentukan status gizi seseorang.

Status gizi anak adalah keadaan kesehatan anak yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara antroppometri. Status gizi dapat mempengaruhi komposisi tubuh seseorang.Komposisi tubuh selanjutnya akan mempengaruhi tingkat kebugaran. Kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh untuk melakukan aktivitas tanpa menimbulkan kelelahan fisik dan mental yang berlebihan. Kebugaran jasmani sangat penting dalam menunjang aktivitas kehidupan sehari-hari, akan tetapi nilai kebugaran jasmani tiap-tiap orang berbeda beda sesuai dengan tugas atau profesinya.

(31)

Keterangan :

= variabel yang diteliti = variabel yang tidak diteliti = hubungan yang diteliti = hubungan yang tidak diteliti

Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan status gizi, aktivitas fisik, dan asupan zat gizi terhadap tingkat kebugaran jasmani anak sekolah dasar

Karakteristik Contoh:

 Umur

 Jenis Kelamin  Uang Saku

Konsumsi Pangan

Pengetahuan Gizi Ketersediaan

Tingkat Kecukupan:  Energi

 Protein  Vitamin dan

mineral Aktivitas Fisik

Status Gizi IMT Penyakit

Infeksi

Penyakit Non Infeksi

Tingkat Kebugaran Bleep Test

(32)

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat, dan Waktu

Penelitian ini menggunakan desain Case Study.Penelitian ini dilakukan di SDN Pasanggrahan 2, Desa Cilangohar, Kecamatan Tegalwaru Kabupaten Purwakarta.Pengambilan data dilakukan pada bulan September sampai bulan November tahun 2012.

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

Pemilihan sampel di SDN Pasanggrahan 2 Kecamatan Tegalwaru Kabupaten Purwakarta secara purposive berdasarkan rekomendasi dari BAZNAS dan LSM Nurani Dunia dengan kriteria sekolah yang berhak menerima zakat. Pada penelitian ini, diambil 2 kelas, yaitu kelas 4 sebanyak 26 sampel dan kelas 5 sebanyak 28 sampel dengan total jumlah sampel 54 anak. Kriteria inklusi contoh adalah yang bersedia dijadikan sampel, tidak sakit dan tidak mendapat pengobatan.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder.Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan contoh dan penyebaran kuesioner.Data primer ini meliputi data karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh, data pengetahuan gizi dan keamanan pangan, antropometri (tinggi badan, berat badan), aktivitas contoh, tingkat morbiditas, konsumsi pangan dan data kebugaran contoh.Sedangkan data sekunder sebagai data pendukung yang diambil meliputi gambaran umum lokasi penelitian (jumlah murid dan guru, lama belajar, serta sarana dan prasarana) diperoleh dari lokasi penelitian.Berbagai jenis variabel dan indikator penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.

(33)

Tabel 4 Jenis variabel dan indikator penelitian

No Variabel Jenis Data Indikator Cara Pengumpulan Data 1. Karakteristik

3. Aktivitas fisik Primer Skor PAL Wawancara dan kuesioner

4. Status gizi Primer IMT/U BB ditimbang

menggunakan timbangan

6. Profil Sekolah Sekunder Laporan sekolah Wawancara

Pengolahan dan Analisis Data

Proses pengolahan data meliputiediting,coding,entry, dan analisis data. Proses editing adalah pemeriksaan seluruh kuesioner setelah data terkumpul dari responden.Coding adalah pemberian angka atau kode tertentu yang telah disepakati terhadap jawaban-jawaban pertanyaan dalam kuesioner.Entry merupakan tahapan memasukkan data jawaban kuesioner sesuai kode yang telah ditentukan untuk masing-masing variabel sehingga menjadi data dasar untuk dianalisis. Data-data yang diperoleh dari kuesioner diolah menggunakan programMicrosoft Excel 2007.

Data status gizi ditentukan berdasarkan data yang diperoleh yaitu usia contoh, berat badan, dan tinggi badan dengan parameter Indeks Massa Tubuh menurut umur (IMT/U) dengan menggunakan software WHO anthroplus 2007. Nilai indeks massa tubuh menurut IMT/U dibagi menjadi 5 kategori berdasarkan WHO (2007) yaitu sangat gemuk (>+3 SD), gemuk (+2 SD sampai dengan +3 SD), normal (-2 SD sampai dengan 2 SD), kurus (-3 sd sampai -2 sd), sangat kurus (<-3 SD). Dari limakategori, dibagi kembali menjadi 2 kategori kurus (<-3 SD sampai -2 SD) dan normal.

(34)

vitamin A, vitamin C, kalsium, zat besi, dan zinc. Data konsumsi pangan dihitung dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah & Briawan 2004).

Kgij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100) Keterangan:

KGij = Kandungan zat gizi ke-i dalam bahan makanan ke-j Bj = Berat makanan ke-j yang dikonsumsi

Gij = Kandungan zat gizi ke-i dalam 100 gram BDD bahan makanan ke-j BDDj = Bagian yang dapat dimakan dalam bahan makanan ke-j

Untuk menentukan Angka Kecukupan Gizi (AKG) contoh digunakan rumus:

Keterangan:

AKGI = Angka kecukupan gizi contoh Ba = Berat badan aktual sehat (kg) Bs = Berat badan standar (kg)

AKG = Angka kecukupan energi dan protein yang dianjurkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG 2004).

Kecukupan vitamin dan mineral dihitung langsung dengan menggunakan angka kecukupan tanpa menggunakan AKGI. Selanjutnya tingkat kecukupan energi dan protein diperoleh dengan cara membandingkan jumlah konsumsi zat gizi tersebut dengan menggunakan rumus.

TKG = (K/AKGI) x 100 TKG = Tingkat kecukupan zat gizi

K = Konsumsi zat gizi

AKGI = Angka kecukupan gizi contoh

Tingkat kecukupan energi dan zat gizi contoh dinyatakan dalam persen.Klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat gizi disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat gizi Energi dan Zat Gizi Klasifikasi Tingkat Kecukupan

Energi dan protein a. Defisit tingkat berat (< 70% angka kebutuhan) b. Defisit tingkat sedang (70 – 79% angka kebutuhan) c. Defisit tingkat ringan (80 – 89% angka kebutuhan) d. Normal (90 – 119% angka kebutuhan)

e. Di atas angka kebutuhan (≥ 120% angka kebutuhan) Vitamin dan mineral a. Kurang (< 77% angka kebutuhan)

b. Cukup (≥ 77% angka kebutuhan) Sumber : Depkes (1996), Gibson (2005)

(35)

Data aktivitas fisik didapatkan dengan metode wawancara langsung dan hasilnya akan diolah dengan cara mengalikan bobot nilai per aktivitas dikalikan dengan lamanya waktu yang digunakan untuk beraktivitas. Menurut FAO/WHO/UNU (2001) besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang dalam 24 jam dinyatakan dalam PAL (Physical activity level) atau tingkat aktivitas fisik. PAL ditentukan dengan rumus berikut:

Keterangan :

PAL =Physical activity level(tingkat aktivitas fisik)

PAR =Physical activity ratio(jumlah energi yang dikeluarkan untuk jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)

Jenis aktivitas yang dapat dilakukan dikategorikan menjadi 18 jenis kategori berdasarkan PAR seperti yang dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Kategori aktivitas fisik berdasarkan nilai PAR

Kategori Keterangan PAR

PAL1 Tidur (tidur siang dan malam) 1

PAL2 Tidur-tiduran (tidak tidur), duduk diam, dan membaca 1.2

PAL3 Duduk sambil menonton TV 1.72

PAL4 Berdiri diam, beribadah, menunggu (berdiri), berhias 1.5

PAL5 Makan dan minum 1.6

PAL6 Jalan santai 2.5

PAL7 Berbelanja (membawa beban) 5

PAL8 Mengendarai kendaraan 2.4

PAL9 Menjaga anak 2.5

PAL10 Melakukan pekerjaan rumah (bersih-bersih) 2.75

PAL11 Setrika pakaian (duduk) 1.7

PAL12 Kegiatan berkebun 2.7

PAL13 Office worker(duduk di depan meja, menulis, dan mengetik) 1.3 PAL14 Office worker (berjalan-jalan mondar-mandirmembawa arsip) 1.6

PAL15 Olahraga (badminton) 4.85

PAL16 Olahraga (jogging, lari jarak jauh) 6.5

PAL17 Olahraga (bersepeda) 3.6

PAL18 Olahraga (aerobic, berenang, sepak bola, dan lain-lain) 7.5 Sumber : FAO/WHO/UNU (2001)

Selanjutnya PALakan dikategorikan menjadi empat kategori menurut FAO/WHO/UNU (2001), seperti yang disajikan dalam Tabel 7.

Tabel 7 Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL

Kategori Nilai PAL

Data status kebugaran contoh diukur dengan melakukanbleep test yang bertujuan mengukur fungsi jantung yang merupakan salah satu indikator

PAL =Σ( )

(36)

kebugaran seseorang.Bleep test atau tes lari multi tahap merupakan jenis tes kebugaran cardiovascular yang dilakukan dengan cara berlari secara bertahap dengan isntruksi dari kaset yang diputar dengan jarak lintasan lari sepanjang 20 meter. Setelah melakukan tes, dapat dicatat jumlah oksigen maksimum yang digunakan selama berlari sesuai dengan nomor tahapan dan nomor balikan (Nurhasan & Cholil 2007).Formulir catatan lari multi tahap dapat dilihat pada Tabel 8 di bawah ini, sedangkan prediksi nilai penggunaan oksigen maksimum dengan tes lari multi tahap dapat dilihat pada Lampiran.

Tabel 8 Formulir catatan lari multi tahap

Nomor Tahap Nomor Balikan

Untuk menentukan tingkat kebugaran jasmani, maka nilai VO2 max yang

diperoleh daribleep test tersebut kemudian dicocokan dengan kategori VO2max

pada hasilbleep testpada Tabel 9 di bawah ini

Tabel 9 Kategori VO2max pada hasilbleep test

(37)

Data-data yang telah diolah kemudian dianalisis menggunakanStatistical Program for Social Science (SPSS) 16for Windows.Analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Analisis deskriptif (persentase dan rata-rata) meliputi data karakteristik contoh, aktivitas fisik contoh, tingkat konsumsi zat gizi contoh, status gizi contoh, dan tingkat kebugaran jasmani contoh. 2) Uji bedat-test digunakan untuk menguji perbedaan karakteristik contoh, status gizi, konsumsi pangan, aktivitas fisik dengan tingkat kebugaran contoh. 3) Uji bedaMann Whitney digunakan untuk menguji perbedaan kebiasaan makan dan kebiasaan minum contoh dengan tingkat kebugaran contoh. 4) Uji korelasi Pearson dan Spearman digunakan untuk melihat variabel hubungan, yaitu menganalisis hubungan usia, konsumsi, tingkat kecukupan zat gizi, aktivitas fisik, dan status gizi pada contoh dengan tingkat kebugaran. 5) Variabel-variabel yang berpengaruh terhadap kebugaran contoh dianalisis dengan menggunakan uji regresi linier berganda.

Definisi Operasional

Aktivitas fisik adalah kegiatan yang dilakukan seseorang mulai dari bangun sampai tidur kembali dan lamanya seseorang melakukan kegiatan fisik tersebut, seperti bersekolah, menonton tv, tidur, aktivitas ringan (duduk dan berdiri), aktivitas sedang (bersepeda danjogging), dan aktivitas berat (bermain basket dan berenang)

Antropometriadalah metode yang digunakan dalam melakukan penilaian status gizi secara langsung yaitu tinggi badan, berat badan.

Asupan zat giziadalah rata-rata konsumsi setiap jenis pangan per hari yang dinyatakan dalam satuan berat (gram) dan ukuran rumah tangga, yang diperoleh dari hasil recall 2 x 24 jam.

Kebugaranadalah kemampuan tubuh untuk melakukan kegiatan sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berarti baik fisik maupun mental.

Contohadalah siswa kelas 4 dan 5 SDN 2 Pasanggrahan, Desa Pasanggrahan, Kecamatan Tegal Waru, Kabupaten Purwakarta.

Karakterisitik contohadalah data-data contoh yang meliputi usia, jenis kelamin, uang saku, berat badan, dan tinggi badan.

(38)

menjadi 5 kategori: sangat kurus <-3SD, kurus -3 SD s/d <-2 SD, normal -2 SD s/d 1 SD, gemuk >1 SD s/d 2 SD, sangat gemuk > 2 SD.

Tingkat kebugaran adalah keadaan seseorang yang melakukan aktivitas fisik tanpa merasakan kelelahan yang nilainya diperoleh berdasarkan tes keolahragaan.

Tingkat kecukupan giziadalah perbandingan konsumsi zat gizi actual terhadap angka kecukupan yang dianjurkan menurut umur berdasarkan WKNPG (2004) yang dinyatakan dalam persen.

VO2 max adalah kapasitas maksimum tubuh seseorang untuk menyalurkan dan

(39)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Sekolah

Penelitian ini dilaksanakan di sekolah dasar (SD) Negeri Pasanggrahan 2 Kabupaten Purwakarta Kecamatan Tegalwaru.Pemilihan sampel sekolah ini dilakukan berdasarkan rujukan dari BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) dan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) Nurani Dunia dengan kriteria sekolah yang berhak mendapatkan zakat.Lokasi sekolah yang jauh dari lingkungan tempat tinggal dan keterbatasan akses transportasi juga menjadi salah satu alasan pemilihan sampel.

Sekolah Dasar Negeri Pasanggrahan 2 berdiri dan mulai beroperasi sejak tahun 1974 terletak di Kampung Cilanggohar Desa Pasanggrahan Kecamatan Tegalwaru Kabupaten Purwakarta Provinsi Jawa Barat. Sekolah ini mendapatkan jenjang akreditas C. Kegiatan belajar mengajar (KBM) di SDN Pasanggrahan 2 berlangsung dari hari senin hingga jumat dengan jam belajar berkisar antara 4 hingga 6 jam. Kegiatan belajar mengajar untuk kelas 1 sampai kelas 3 pada hari Senin sampai Kamis dimulai pada pukul 07.15 sampai dengan pukul 11.00 WIB, sedangkan pada hari Jumat dimulai pukul 07.15 hingga pukul 10.00. Kegiatan belajar mengajar untuk kelas 4 sampai kelas 6 pada hari Senin sampai Kamis dimulai pada pukul 07.15 sampai dengan pukul 13.00 WIB. Pada hari Jumat kegiatan belajar mengajar dimulai pada pukul 07.15 sampai dengan pukul 10.30 WIB.

(40)

Karakteristik Contoh

Pada penelitian ini, sampel berjumlah 53 contoh yang terdiri dari contoh kelas 4 sebanyak 27 contoh dan kelas 5 sebanyak 26 contoh. Gambaran umum contoh dalam penelitian ini, dapat dilihat dari sebaran jenis kelamin, umur, dan uang saku.

Jenis Kelamin

Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin, dari keseluruhan contoh proporsi antara laki-laki dan perempuan dari jumlah sampel sebesar 47%contoh berjenis kelamin perempuan dan sebagian besar contoh(53%) berjenis kelamin laki-laki. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Gambar 2 dibawah ini.

Gambar 2 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin Usia

Usia contoh pada penelitian ini berkisar antara 8-12 tahun. Umur 9 sampai 12 tahun contohmerupakan masa kelas akhir di SD. Pada masa ini contoh memiliki kemampuan konkrit operasional yang mampu untuk berpikir secara sistematik terhadap objek konkrit.Mereka juga sudah dapat mengambil kesimpulan dari suatu pertanyaan (Hurlock1997).Pada umur tersebut contoh memiliki pengetahuan gizi yang cukupsehingga diharapkan dapat memilih makanan yang tepat.Sebaran umur contoh dapat dilihat pada Gambar 3 dibawah ini.

Gambar 3 Sebaran contoh berdasarkan usia 53%

47% Laki-laki

Perempuan

2%

32%

34% 11%

21%

8thn

9thn

10thn

11thn

(41)

Secara keseluruhan rata-rata usia contoh adalah 10.2 ± 1.2 tahun dengan kisaran 8 – 12 tahun. Pada penelitian ini contoh yang berusia 10 tahun jumlahnya paling banyak (34%), sedangkan sisanya berusia 9 tahun (32%), 12 tahun (21%), 11 tahun (11%), dan usia 8 tahun (2%). Berikut merupakan Tabel 10 yang menyajikan sebaran contoh menurut jenis kelamin berdasarkan usia.

Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan usia Jenis

Kelamin

Usia

Total 8 tahun 9 tahun 10 tahun 11

tahun 12 tahun perempuan sedangkan contoh berusia 12 tahun seluruhnya (20.8%) adalah contoh laki-laki. Contoh berusia 9 tahun paling banyak adalah contoh perempuan (17.0%), sedangkan pada contoh berusia 11 tahun jumlah laki-laki dan perempuannya sama besar (5.7%), dan untuk contoh usia 8 tahun hanya terdapat pada contoh perempuan (1.9%).

Uang Saku

Anak usia sekolah biasanya diberi uang saku oleh orang tuanya baik anak dari keluarga berpendapatan tinggi maupun keluarga berpendapatan rendah. Pada penelitian ini, rata-rata uang saku contoh adalah Rp 1839,62 ± 908.16dengan kisaran Rp 1.000 – 5.000. Secara keseluruhan terdapat 38% contoh yang mendapat uang saku Rp 1.000 dan 4% contoh yang mendapat uang saku Rp 1.500. Persentase uang saku contoh paling banyak adalah Rp 2000 (39%).Pada penelitian ini hampir semua contoh mengalokasikan uang saku mereka untuk keperluan jajan.Sebaran contoh berdasarkan uang saku disajikan dalam Gambar 4 berikut.

Gambar 4 Sebaran contoh berdasarkan uang saku

(42)

Status Gizi

Status gizi contoh dihitung menggunakan analisis z-score.WHO (World Health Organization) merekomendasikan penggunaan analisis z-scoreuntuk mengukur status gizi anak pada negara berkembang.Analisis z-score dapat dihitung secara akurat dengan menggunakan batas bawah dari data referensi(Gibson 2005).

Perhitungan z-score dibantu dengan software anthroplus 2007 yang dikeluarkan WHO 2007.Indikator yang digunakan yaitu IMT (Indeks Massa Tubuh) dari hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan berdasarkan umur (IMT/U) untuk penentuan status gizi pada masa kini.Hal tersebut dikarenakan anak berusia diatas 10 tahun tidak hanya mengalami pertambahan berat badan tanpa lemak tetapi juga masa tubuh yang lainnya seperti lemak (WHO 2007).

Gambar 5 Sebaran contoh berdasarkan status gizi

Berdasarkan Gambar 5 diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar contoh berstatus gizi normal sebesar 53.0% dengan rata-rata z-score IMT/U -1.83 ± 1.17, nilai minimum z-score -3.86 dan nilai maksimum 1.31. Pada sampel penelitian masih ditemui masalah gizi pada contoh yaitu kurus (36%), dan sangat kurus (11%). Hasil penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan prevalensi status gizi menurut hasil Laporan Riskesdas 2010 di Jawa Barat, pada anak usia6-12 tahun prevalensi anakdengan status gizi sangat kurus yaitu sebanyak 3.5% dan 6.7% kurus.

Menurut WHO (2007), permasalahan kesehatan masyarakat dapat dilihat berdasarkan prevalensi gizi buruk dan gizi kurang dengan 4 kriteria yaitu rendah (<10%), sedang (10-19.9%), tinggi (20-29.9%) dan sangat tinggi (>30%).Permasalah kesehatan masyarakat berdasarkan status gizi kurus dan kurus sekali pada penelitian ini yaitu 36% dan 11% tergolong tinggi. Status gizi yang kurang optimal akan menimbulkan berbagai permasalahan pada anak, terutama anak usia sekolah.Anak usia sekolah dengan status gizi yang baik

53%

36%

11%

normal

kurus

(43)

dapat menunjang perkembangan dan pertumbuhannya dalam kegiatan belajar juga beraktifitas fisik secara optimal.

Arisman (2004) juga mengemukakan, bahwa masyarakat yang keadaan gizinya baik adalah masyarakat yang terbebas dari masalah gizi.Masalah gizi tersebut, baik masalah gizi kurang dan gizi lebih.Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa sebagian dari seluruh jumlah contoh mempunyai masalah gizi.Berikut adalah Tabel 11 sebaran contoh berdasarkan status gizinya.

Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan status gizi Karakteristik

Hasil uji beda menunjukkan bahwa tidak ada berbedaan yang nyata antara status gizi laki-laki dan perempuan (p>0.05). Pada penelitian sebelumnya, kecenderungan bahwa laki-laki memiliki peluang lebih besar untuk mengalami kurang gizi (underweight) dibandingkan perempuan terlihat pada penelitian, Soekirmanet al.(2002)dan Kustiyahet al.(2006).Hasil penelitian Soekirmanet al. (2002) di wilayah Jakarta Barat dan Bogor memperlihatkan bahwa 15,0% anak laki-laki dan 8,3% anak perempuan mengalami underweight.Pada penelitian Kustiyah (2005) yang melibatkan 184 siswa SD di Bogor, prevalensiunderweight pada contoh perempuan (25,4%) lebih rendah daripada laki-laki (31,7%).

(44)

menyatakan tidak ada perbedaan yang nyata usia contoh antara kelompok status gizi kurus dan status gizi normal (p>0.05).

Sebagian besar (5.7%) pada kelompok status gizi kurus sekali mempunyai uang saku sebesar Rp 2000 dan sebesar 18.9% pada kelompok status gizi normal mempunyai uang saku sebesar Rp 1000 dan Rp 1500. Hasil uji beda menyatakan bahwa tidak ada perbedaan besar uang saku antara kelompok status gizi kurus dan status gizi normal (p>0.05).

Uang saku merupakan bagian dari pengalokasian pendapatan keluarga yang diberikan pada anak untuk jangka waktu tertentu seperti keperluan harian,mingguan atau bulanan (Napitu 1994).Besar uang saku anak merupakan salah satu indikator sosial ekonomi keluarga.Semakin besar uang saku, maka semakin besar peluang anak untuk membeli makanan jajanan baik di kantin maupun diluar sekolah (Andarwulanet al2008).

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi Tingkat Kecukupan Energi

Energi merupakan salah satu hasil metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.Energi berfungsi sebagai zat tenaga untuk metabolisme, pertumbuhan, pengaturan suhu dan kegiatan fisik.Kelebihan energi disimpan sebagai cadangan energi dalam bentuk glikogen sebagai cadangan energi jangka pendek dan dalam bentuk lemak sebagai cadangan jangka panjang (Hardinsyah & Tambunan 2004).

Asupan energi contoh diperoleh melalui metode recall 2x24 jam yaitu pada saat hari sekolah dan hari libur. Tujuan dari penggunaan metode recall 2x24 jam agar dapat menghasilkan gambaran mengenai asupan zat gizi contoh yang lebih optimal. Asupan energi contoh rata-rata adalah 1077 kkal dengan kisaran 715 – 1592 kkal.Berikut adalah sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi yang disajikan dalam Gambar 6.

Gambar 6 Sebaran tingkat kecukupan energi menurut jenis kelamin contoh (%)

41,5

11,3

0,0 0,0

26,4

5,7 7,5 7,5

defisit berat defisit sedang defisit ringan normal

Laki-Laki

(45)

Tingkat kecukupan energi rata-rata contoh keseluruhan termasuk dalam kategori defisit tingkat berat (67.9%).Sebagian besar contoh berjenis kelamin laki-laki memiliki tingkat kecukupan energi tergolong defisit berat (41.5%) dan defisit sedang (11.3%).Rata-rata sampel perempuan (7.5%) memiliki tingkat kecukupan energi tergolong defisit ringan dan normal. Hasil uji beda menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan (p>0.05) antara contoh yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan berdasarkan tingkat kecukupan energinya. Berikut Tabel 12 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi.

Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi Karakteristik

Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa 1.9% contoh berusia 9 tahun memiliki tingkat kecukupan energi yang tergolong defisit ringan, sedangkan sebagian besar (3.8%) contoh yang berusia 10 tahun tingkat kecukupan energinya tergolong normal. Berdasarkan uji beda tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) antara usia contoh dengan tingkat kecukupan energinya.

(46)

(2008) pada anak SD di Medan yang menunjukkan tingkat kecukupan energi kurang dan defisit sebanyak 43.3%.

Tingkat Kecukupan Protein

Menurut Almatsier (2004), protein berfungsi untuk pertumbuhan dan pemeliharaan, pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh, mengatur keseimbangan air, memelihara netralitas tubuh, mengangkat zat-zat gizi, dan pembentukan antibodi. Gambar 7 merupakan sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan protein.

Gambar 7 Sebaran tingkat kecukupan protein menurut jenis kelamin contoh (%) Secara keseluruhan rata-rata asupan protein contoh adalah 47.0 g dengan kisaran 18.2 – 251.2 g. Sebanyak 34% contoh memililki tingkat kecukupan protein tergolong defisit berat, 7.5% contoh tergolong defisit sedang, 9.4% defisit ringan, dan 20.8% tergolong normal, sedangkan sisanya tergolong lebih (28.3%). Rata-rata tingkat kecukupan protein contoh keseluruhan adalah 132.1%.Pada penelitian ini, contoh yang berjenis kelamin laki-laki rata-rata memiliki tingkat kecukupan protein yang tergolong normal (13.2%) dan defisit sedang (5.7%).Contoh yang berjenis kelamin perempuan menunjukkan tingkat kecukupan protein yang tergolong defisit ringan (9.4%).

Hasil penelitian tersebut berbanding terbalik dengan hasil penelitian Jumirahet al(2008), mengenai status gizi, tingkat kecukupan energi, dan protein anak sekolah di Medan yang menunjukkan anak berjenis kelamin laki-laki memiliki tingkat kecukupan protein yang tergolong kurang dan defisit dibandingkan dengan contoh perempuan. Berdasarkan hasil uji beda, terdapat perbedaan yang signifikan (p<0.05) antara contoh berjenis kelamin laki-laki dan perempuan dengan kategori tingkat kecukupan protein. Berikut Tabel 13 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan protein.

Gambar

Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan status gizi, aktivitas fisik, dan asupan
Tabel 4 Jenis variabel dan indikator penelitian
Tabel 5 Klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat gizi
Tabel 9 Kategori VO2 max pada hasil bleep test
+7

Referensi

Dokumen terkait

Alasan peneliti tertarik untuk menganalisis bentuk sajian dan struktur gerak tari, karena pada bentuk sajian Tari Jepin Langkah Simpang memiliki pola garapan yang unik

Berdasarkan hasil dari analisa jurnal atau artikel yang didapatkan oleh peneliti sebanyak 35 artikel dan di seleksi berdasarkan kriteria inklusi mulai dari tahun 2016

Iklan Baris Iklan Baris MOGE Serba Serbi MOBIL KREDIT MOTOR DICARI Motor Dijual HONDA YAMAHA Serba Serbi Mobil Dijual VOLVO VOLVO S - 60 A / T ( 2, 3) TURBO “04 Silver Kond

Pengorganisasian dalam pengelolaan majalah menurut Nursisto (2005: 25) yaitu merupakan kerja tim atau kerja kelompok, karena unsur yang terkait didalamnya cukup banyak

1) Faktor risiko yang dikenakan untuk setiap jenis AYD dan perhitungan jumlah dana untuk MMBR sama dengan yang berlaku untuk produk asuransi lain sebagaimana

Nabi Muhammad SAW telah mengilustrasikan hal tersebut dalam permisalan yang sangat sempurna untuk menjelaskan pada kita seperti apa gambaran Ukhuwwah Islamiyah itu,

Panitia Pengadaan Barang/ Jasa di Lingkungan Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung akan melaksanakan Pengadaan Jasa Konstruksi dengan metode Pemilihan Langsung

Dengan mempertimbangkan pentingnya pelayanan kesehatan yang berkualitas, adanya disparitas tenaga kesehatan dan topografi wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara yang