• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT KEBUGARAN MAHASISWA IPB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT KEBUGARAN MAHASISWA IPB"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KECUKUPAN GIZI DAN STATUS

GIZI DENGAN TINGKAT KEBUGARAN MAHASISWA IPB

ROBIAH AL ADAWIYYAH

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

(2)

ABSTRACT

ROBIAH AL ADAWIYYAH. Analysis of Relationship between Nutritional Adequacy, Nutritional Status and Fitness Level of IPB Students. Under direction of LILIK KUSTIYAH and MIRA DEWI

Economical progress in developing countries, including Indonesia, has generated many changes. There has been changes in lifestyle from active to less active as well as advances is technology. This resulted in changes in consumption which are generally use food instant. These changes can easily lead to degenerative diseases at a young age. The general objective of this study was to analyze the relationship between nutritional status and fitness levels of students with the specific objectives including 1) assess the characteristics, nutritional status and fitness level of samples; 2) analyze the relationship between the sample’s characteristics and BMI, body composition and fitness levels; 3) analyze the relationship between the adequacy level of energy - nutrient and BMI (Body Mass Index), body composition and fitness level; 4) analyze the relationship between BMI and fitness level; 5) analyze the relationship between body composition and BMI and fitness levels. The research was conducted using Cross Sectional study design with 75 students as samples. Primary data used included characteristics, nutritional status, body composition and fitness level of samples. The results showed that nutritional status of male students was not significantly different from the female students. In contrast, the percentage of body fat of men is lower than those in women. The level of fitness (flexibility and VO2max) was significantly higher in the men than of the women. BMI

was significantly decreased with the level of fitness. Body fat percentage were significantly increased with BMI and body fat percentage were significantly decreased with the fitness level. The study suggested that students should improved the nutrients intake and do the exercise in order to have a good level of fitness. Keywords: nutritional status, flexibility, VO2max

(3)

RINGKASAN

ROBIAH AL ADAWIYYAH. Analisis Hubungan antara Kecukupan Gizi dan Status Gizi dengan Tingkat Kebugaran Mahasiswa IPB. Dibimbing oleh LILIK KUSTIYAH dan MIRA DEWI.

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara kecukupan gizi dan status gizi dengan tingkat kebugaran. Secara khusus tujuannya adalah (1) Mempelajari karakteristik contoh yang meliputi jenis kelamin, umur dan status gizi contoh berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan komposisi tubuh. (2) Mempelajari konsumsi pangan yang meliputi tingkat kecukupan energi, protein, lemak dan karbohidrat. (3) Mengkaji tingkat kebugaran yang terdiri dari kelentukan atau flexibility dan daya tahan kardiorespiratori atau VO2max. (4) Menganalisis

keberadaan perbedaan IMT, komposisi tubuh dan tingkat kebugaran antar gender. (5) Menganalisis hubungan antara tingkat kecukupan energi dan zat gizi dengan IMT, komposisi tubuh dan tingkat kebugaran; antara komposisi tubuh dengan IMT; antara IMT dan komposisi tubuh dengan tingkat kebugaran.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Pada bulan November-Desember 2011 di Kampus IPB Darmaga. Cara pengumpulan data karakteristik dengan menggunakan kuesioner. Data antropometri dikumpulkan dengan mengukur secara langsung. Cara pengumpulan data komposisi tubuh dengan menggunakan alat Body Composition Analyzer. Cara pengumpulan data konsumsi pangan dengan menggunakan wawancara dengan alat bantu kuesioner recall 2x24 jam. Data kebugaran dikumpulkan dengan cara mengukur langsung dengan metode tes balke dan tes reach. Pengolahan dan analisis data menggunakan perangkat program Microsoft excel 2007. Hubungan antar variabel diuji dengan menggunakan uji korelasi pearson dan uji beda independent t-test.

Jumlah contoh awal dalam penelitian berjumlah 84 orang, namun pada rangkaian penelitian terdapat hambatan, diantaranya adalah beberapa contoh sakit sehingga total contoh yang diteliti menjadi 75 orang. Pada penelitian ini rata-rata umur contoh yaitu 19.96 ± 0.55 tahun. Sebagian besar (72.0%) contoh adalah perempuan dan sisanya (28.0%) contoh adalah laki-laki.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 66.67% contoh yang memiliki status gizi normal serta status gizi kategori kurus dan lebih masing-masing sebesar 12.00%, dan untuk kategori obese adalah sebanyak 9.33%. Rata-rata persentase lemak tubuh pada contoh perempuan lebih tinggi daripada contoh laki-laki (28.8 ± 5.61% vs 17.3 ± 8.37%). Rata-rata Lean Body Mass contoh laki-laki lebih tinggi daripada contoh perempuan (49.3 ± 3.93 kg vs 38.4 ± 4.79 kg). Demikian juga rata-rata Mass of Body Fat / MBF pada contoh perempuan lebih tinggi daripada contoh laki-laki (16.3 ± 6.68 kg vs 11.3 ± 8.01 kg).

Intake energi contoh berkisar antara 429-1684 Kal dengan rata-rata 1131 ± 225 Kal. Sebanyak 81% contoh yang memiliki intake energi kategori defisit tingkat berat. Intake protein contoh berkisar antara 20.78-62.08 gram dengan rata-rata 39.25 ± 9.09 gram. Sebanyak 38% contoh yang memiliki intake protein kategori defisit tingkat berat. Intake lemak contoh berkisar antara 8.32-61.37 gram dengan rata-rata 32.08 ± 12.18 gram. Sebanyak 72% contoh yang memiliki intake lemak kategori defisit tingkat berat. Intake karbohidrat contoh berkisar antara 83.48-809.67 gram dengan rata-rata 285.34 ± 185.74 gram. Sebanyak 56% contoh yang memiliki intake karbohidrat kategori defisit tingkat berat.

(4)

Sebanyak 33.33% contoh laki-laki memiliki tingkat kebugaran (flexibility) dalam kategori cukup dan terdapat 38.10% yang termasuk kategori bagus dan bagus sekali. Pada contoh perempuan (42.59%) berada dalam kategori kurang. Tingkat kebugaran (VO2max) contoh lai-laki (42.86%) dalam kategori kurang dan

sedang serta terdapat 4.76% yang termasuk kategori bagus sekali. Pada contoh perempuan (55.56%) memiliki tingkat kebugaran (VO2max) dalam kategori sedang.

Status gizi berdasarkan IMT contoh laki-laki tidak berbeda nyata dengan perempuan. Namun, berdasarkan persentase lemak tubuh, contoh perempuan nyata lebih tinggi daripada laki-laki, dan tingkat kebugaran (flexibility maupun VO2max)

adalah nyata lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan. Terdapat perbedaan tingkat kecukupan energi dan lemak antara contoh laki-laki dengan perempuan. Hal ini menunjukan bahwa tingkat kecukupan energi dan lemak contoh perempuan nyata lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Namun tidak berbeda nyata tingkat kecukupan protein dan karbohidrat pada contoh.

Terdapat hubungan signifikan negatif antara status gizi contoh dengan tingkat kebugaran (flexibility dan VO2max). Nilai persentase lemak tubuh contoh

memiliki hubungan signifikan positif terhadap status gizi contoh. Terdapat hubungan yang signifikan negatif antara persentase lemak tubuh dengan tingkat kebugaran contoh.

Mahasiswa dianjurkan untuk memperbaiki konsumsi agar dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi sehingga mencapai status gizi normal dan melakukan exercise agar dapatmemiliki kebugaran yang lebih baik.

(5)

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KECUKUPAN GIZI DAN STATUS

GIZI DENGAN TINGKAT KEBUGARAN MAHASISWA IPB

ROBIAH AL ADAWIYYAH

Skripsi

Sebagai syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Mayor Ilmu Gizi

Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

(6)

Judul : Analisis Hubungan antara Kecukupan Gizi dan Status Gizi dengan Tingkat Kebugaran Mahasiswa IPB

Nama : Robiah Al adawiyyah NIM : I14070075

Menyetujui:

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. Lilik Kustiyah, M. Si dr. Mira Dewi, S.Ked, M.Si NIP. 19620507 198703 2 001 NIP. 19761116 200501 2 001

Mengetahui:

Ketua Departemen Gizi Masyarakat

Dr. Ir. Budi Setiawan, MS NIP. 19621218 198703 1 001

(7)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkah, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. Adapun judul dari skripsi ini adalah Analisis Hubungan antara Kecukupan Gizi dan Status Gizi dengan Tingkat Kebugaran Mahasiswa IPB. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana Gizi, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Selama skripsi ini disusun, penulis telah menerima dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Lilik Kustiyah, M.Si dan dr. Mira Dewi, S.Ked, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dan pikirannya, memberikan arahan, masukan, kritikan dan dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Evy Damayanthi, MS selaku dosen pemandu seminar dan penguji skripsi yang telah meluangkan waktu dan pikirannya, masukan dan kritikan untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Keluarga : M. Husni (papa) dan Nafsiyah (mama) dan adik-adik saya (Tuty, Novi, Dessy dan Ardi) yang telah memberikan kasih sayang, dorongan (moral dan materi), pengertian, perhatian, semangat serta doanya.

4. Teman teman mayor Ilmu Gizi tahun ajaran 2009 yang telah bersedia menjadi contoh dalam penelitian.

5. Seluruh dosen, tenaga kependidikan dan teman-teman di Departemen Gizi Masyarakat.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran membangun sangat diharapkan. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pribadi maupun bagi yang memerlukannya.

Bogor, Maret 2012 Penulis

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak pertama dari lima bersaudara, putrid dari pasangan Bapak M. Husni dan Ibu Nafsiah. Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 10 Oktober 1989. Pendidikan SD ditempuh pada tahun 1995 hingga 2001 di SD Negeri 02 Jakarta, pada tahun 2001 hingga 2004 di SMP Negeri 43 Jakarta, pada tahun 2004 hingga 2007 penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 55 Jakarta.

Pada tahun 2007, melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada Program strata 1 di Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penulis mendapatkan beasiswa Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM) selama kuliah di Mayor Ilmu Gizi.

Pada tahun 2010 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Bukit Baru, Kabupaten Tanah Bumbu, Kecamatan Satui, Kalimantan Selatan. Pada tahun 2011 penulis melaksanakan Internship Dietetik di Rumah Sakit Islam Jakarta, Pondok Kopi. Penulis juga aktif dalam kepanitiaan dan menghadiri seminar yang diselenggarakan Fakultas Ekologi Manusia maupun Departemen Gizi Masyarakat.

(9)

DAFTAR ISI

Hal

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

PENDAHULUAN... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 3

Kegunaan ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Dewasa Awal dan Mahasiswa ... 4

Konsumsi Pangan ... 4

Food Recall 24 Jam ... 5

Kecukupan Gizi ... 6 Status Gizi ... 8 Kebugaran Jasmani ... 10 VO2 max... 11 Tes balke ... 12 Tes flexibility ... 13 KERANGKA PEMIKIRAN ... 15 METODE ... 17

Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ... 17

Cara Pengambilan Contoh ... 17

Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 17

Pengolahan dan Analisis Data ... 18

Definisi Operasional ... 23

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

Karakteristik Contoh ... 25

Status Gizi ... 26

Tingkat Kecukupan ... 32

(10)

Uji Antar Variabel ... 44

KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

Kesimpulan ... 48

Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 50

(11)

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1 Pengkategorian persentase lemak tubuh berdasarkan jenis kelamin... 10

Tabel 2 Normatif nilai VO2max atlet dan non atlet pada wanita dan pria ... 12

Tabel 3 Pengkategorian tes kelentukan (flexibility) ... 14

Tabel 4 Jenis dan cara pengumpulan data penelitian ... 18

Tabel 5 Pengkategorian tes kelentukan (flexibility) ... 21

Tabel 6 Kategori pengukuran data penelitian ... 21

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan berat badan ... 26

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan tinggi badan ... 27

Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan persentase lemak tubuh dan jenis kelamin 28 Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan nilai Lean Body Mass dan jenis kelamin .... 28

Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan nilai massa lemak tubuh dan jenis kelamin 29 Tabel 12 Keragaan contoh berdasarkan komposisi tubuh dan jenis kelamin ... 29

Tabel 13 Keragaan contoh berdasarkan persentase lemak tubuh dan jenis kelamin ... 30

Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan nilai flexibility dan jenis kelamin ... 41

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran faktor-faktor yang mempengaruhi pola

konsumsi, tingkat kebugaran dan status gizi mahasiswa. ... 16

Gambar 2 Sebaran contoh berdasarkan umur... 25

Gambar 3 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin ... 26

Gambar 4 Sebaran contoh berdasarkan status gizi ... 31

Gambar 5 Sebaran contoh berdasarkan status gizi dan jenis kelamin ... 32

Gambar 6 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi ... 33

Gambar 7 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi dan jenis kelamin 34 Gambar 8 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan protein ... 35

Gambar 9 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan protein dan jenis kelamin ... 36

Gambar 10 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan lemak ... 37

Gambar 11 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan lemak dan jenis kelamin. 38 Gambar 12 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan karbohidrat... 39

Gambar 13 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan karbohidrat dan jenis kelamin ... 40

Gambar 14 Sebaran tingkat flexibility contoh perempuan ... 41

Gambar 15 Sebaran tingkat flexibility contoh laki-laki ... 42

Gambar 16 Sebaran pengkategorian VO2max contoh perempuan ... 43

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1 Lembar kuesioner untuk konsumsi contoh ... 55

Lampiran 2 Data karakteristik contoh ... 57

Lampiran 3 Data status gizi contoh ... 59

Lampiran 4 Data tes kebugaran contoh ... 61

Lampiran 5 Pengkategorian contoh berdasarkan data kebugaran VO2max ... 63

Lampiran 6 Pengkategorian contoh berdasarkan data kebugaran flexibility ... 65

Lampiran 7 Persentase tingkat kecukupan energi dan zat gizi contoh ... 67

Lampiran 8 Pengkategorian data kecukupan energi dan zat gizi contoh ... 71

Lampiran 9 Uji beda IMT contoh antar gender ... 72

Lampiran 10 Uji beda persentase lemak tubuh contoh antar gender ... 72

Lampiran 11 Uji beda tes kebugaran (Flexibility) contoh antar gender ... 73

Lampiran 12 Uji beda tes kebugaran (VO2max) contoh antar gender ... 73

Lampiran 13 Uji beda tingkat kecukupan energi contoh antar gender ... 74

Lampiran 14 Uji beda tingkat kecukupan protein contoh antar gender ... 74

Lampiran 15 Uji beda tingkat kecukupan Lemak contoh antar gender ... 75

Lampiran 16 Uji beda tingkat kecukupan karbohidrat contoh antar gender ... 75

Lampiran 17 Hubungan antara tingkat kecukupan energi dengan IMT ... 76

Lampiran 18 Hubungan antara tingkat kecukupan protein dengan IMT ... 76

Lampiran 19 Hubungan antara tingkat kecukupan lemak dengan IMT ... 76

Lampiran 20 Hubungan antara tingkat kecukupan karbohidrat dengan IMT... 77

Lampiran 21 Hubungan antara IMT dengan kebugaran (VO2max) ... 77

Lampiran 22 Hubungan antara IMT dengan kebugaran (flexibility) ... 78

Lampiran 23 Hubungan antara persentase lemak tubuh dengan IMT contoh ... 78

Lampiran 24 Hubungan antara tingkat kecukupan energi dengan persentase lemak tubuh... 78

Lampiran 25 Hubungan antara tingkat kecukupan protein dengan persentase lemak tubuh... 79

Lampiran 26 Hubungan antara tingkat kecukupan lemak dengan persentase lemak tubuh... 79

Lampiran 27 Hubungan antara tingkat kecukupan karbohidrat dengan persentase lemak tubuh... 79

(14)

Lampiran 28 Hubungan antara persentase lemak tubuh dengan kebugaran

flexibility ... 80 Lampiran 29 Hubungan antara persentase lemak tubuh dengan kebugaran

VO2max ... 80

Lampiran 30 Hubungan antara tingkat kecukupan energi dengan kebugaran

flexibility ... 80 Lampiran 31 Hubungan antara tingkat kecukupan protein dengan kebugaran

flexibility ... 81 Lampiran 32 Hubungan antara tingkat kecukupan lemak dengan kebugaran

flexibility ... 81 Lampiran 33 Hubungan antara tingkat kecukupan karbohidrat dengan kebugaran

flexibility ... 82 Lampiran 34 Hubungan antara tingkat kecukupan energi dengan kebugaran

VO2 max ... 82

Lampiran 35 Hubungan antara tingkat kecukupan protein dengan kebugaran

VO2max ... 82

Lampiran 36 Hubungan antara tingkat kecukupan lemak dengan kebugaran

VO2max ... 83 Lampiran 37 Hubungan antara tingkat kecukupan karbohidrat dengan kebugaran

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kemajuan yang terjadi di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, banyak menimbulkan perubahan. Dari perubahan gaya hidup maupun pola makan bagi penduduknya. Perubahan gaya hidup dari yang sederhana menjadi serba cepat atau instan menyebabkan banyak orang memanfaatkan kemajuan teknologi di masa kini. Pemikiran yang semua serba instan ini menyebabkan banyak orang yang lebih tertarik mengkonsumsi makanan fast food atau junkfood. Perubahan-perubahan ini dapat dengan mudah memicu timbulnya berbagai penyakit degeneratif di usia muda, yang sangat merugikan bagi generasi penerus bangsa.

Penyakit degeneratif merupakan penyakit yang tidak disebabkan oleh infeksi baik bakteri, virus, maupun parasit. Beberapa penyakit degeneratif diantaranya adalah tekanan darah tinggi (hipertensi), kencing manis (diabetes melitus), jantung koroner, stroke, kegemukan (obesitas). Penyakit degeneratif saat ini semakin banyak terjadi pada usia muda karena perubahan gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat.

Badan kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO) menyatakan akan ada satu miliar orang di dunia, khususnya di wilayah perkotaan yang dibayangi akan menderita obesitas atau kegemukan. Jumlah ini juga diprediksi oleh WHO (World Health Organization) tetap akan meningkat pada 2015 mendatang dengan jumlah penderita obesitas sebanyak 1,5 miliar orang. (Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes, 1997) Sebanyak 12,8 % pria dewasa mengalami overweight dan sebanyak 2,5 % mengalami obesitas. Sedangkan pada wanita angka ini menjadi lebih besar lagi yaitu 20 % dan 5,9 %. Penyakit degeneratif lainnya yaitu diabetes melitus (DM). Saat ini DM masih menduduki peringkat ke-empat sebagai epidemik dunia yang menyebabkan kematian (Harmanto, 1997).

Beberapa studi epidemiologis yang telah dilakukan mengemukakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara angka kejadian mortalitas (kematian) dan obesitas. Diketahui terdapat peningkatan angka kematian yang dimulai pada IMT (Indeks Massa Tubuh)diatas 25 dan semakin jelas pada individu dengan IMT di atas atau sama dengan 30. Penelitian yang dilakukan oleh Heart Study di Amerika menemukan adanya korelasi antara tekanan darah dan obesitas. Disebutkan pada

(16)

studi tersebut bahwa pada individu dewasa muda dengan obesitas akan mengalami peningkatan tekanan darah sebanyak 10 kali lebih besar daripada individu dengan berat badan normal.

Akumulasi lemak yang terjadi pada obesitas berhubungan langsung dengan meningkatnya kejadian penyakit metabolik serta penyakit pembuluh darah dan jantung. Banyaknya lemak tubuh merupakan indikator yang lebih penting untuk memprediksi penyakit-penyakit tersebut dibandingkan IMT. Akumulasi lemak dapat menurunkan kebugaran fisik, yang juga merupakan prediktor dari penyakit-penyakit tersebut.

Beberapa manfaat dari kebugaran fisik diantaranya untuk manfaat pada otot. Manfaat pada otot menjadi lebih kuat, lentuk, dan daya tahan otot akan bertambah. Lebih dari itu perubahan otot ini akan mendukung kelincahan gerak, kecepatan reaksi dan lain-lain. Selain itu latihan kebugaran jasmani untuk komposisi tubuh, yaitu persentase lemak tubuh dibandingkan dengan massa tubuh total. Lemak yang ada dalam tubuh jika jumlahnya berlebihan, tentu akan mengurangi komponen kebugaran yang lain, mengurangi kinerja dan mempengaruhi kesehatan (Kushartanti 2004).

Pertumbuhan mahasiswa (remaja menuju dewasa) diiringi dengan meningkatnya partisipasi kehidupan sosial mereka dan aktivitas mahasiswa yang pada akhirnya dapat menimbulkan dampak terhadap apa yang dimakan mahasiswa tersebut. Biasanya mahasiswa lebih suka makanan yang serba instant yang berasal dari luar rumah seperti fast food. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Darlina (2004), 89% mahasiswa putri dan 92% mahasiswa putra suka mengkonsumsi mie instant sebagai makanan pengganti pada saat-saat tertentu seperti waktu pagi dan malam hari.

Berdasarkan beberapa data dan hasil penelitian terdahulu masih banyak masalah terkait gizi pada mahasiswa yang dipengaruhi oleh gaya hidup dan pola makan. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan kajian lebih lanjut mengenai mengenai hubungan antara kecukupan gizi dan status gizi dengan tingkat kebugaran pada mahasiswa.

(17)

Tujuan Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini secara umum adalah untuk menganalisis hubungan antara kecukupan gizi dan status gizi dengan tingkat kebugaran mahasiswa Mayor Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat IPB tahun ajaran 2009 yang mengikuti mata kuliah Gizi Olahraga.

Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Mempelajari karakteristik contoh (jenis kelamin, umur dan status gizi contoh berdasarkan IMT dan komposisi tubuh).

2. Mempelajari konsumsi pangan contoh yang meliputi tingkat kecukupan energi, tingkat kecukupan protein, tingkat kecukupan lemak dan tingkat kecukupan karbohidrat.

3. Mengkaji tingkat kebugaran contoh (kelentukan atau flexibility dan daya tahan kardiorespiratori atau VO2max).

4. Menganalisis keberadaan perbedaan IMT, persentase lemak tubuh, kecukupan energi dan zat gizi dan tingkat kebugaran antar gender.

5. Menganalisis hubungan antara tingkat kecukupan energi dan zat gizi dengan IMT, persentase lemak tubuh dan tingkat kebugaran contoh; antara persentase lemak tubuh dengan IMT; antara IMT dan persentase lemak tubuh dengan tingkat kebugaran contoh.

Kegunaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berkaitan dengan tingkat kebugaran khususnya pada mahasiswa Mayor Ilmu Gizi. Selain itu diharapkan dapat memberikan gambaran atau informasi tentang konsumsi pangan dan komposisi tubuh yang dapat dijadikan acuan dalam pengaturan kebiasaan makan pada mahasiswa gizi khususnya.

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Dewasa Awal dan Mahasiswa

Dari pertumbuhan fisik, dewasa muda sedang mengalami peralihan dari masa remaja untuk memasuki masa tua. Pada masa ini, seorang individu tidak lagi disebut sebagai masa tanggung (akil balik), tetapi sudah tergolong sebagai seorang pribadi yang benar-benar dewasa (maturity). la tidak lagi diperlakukan sebagai seorang anak atau remaja, tetapi sebagaimana layaknya seperti orang dewasa lain-nya. Penampilan fisiknya benar-benar matang sehingga siap melakukan tugas-tugas seperti orang dewasa lainnya, misalnya bekerja, menikah, dan mempunyai anak. la dapat bertindak secara bertanggung jawab untuk dirinya ataupun orang lain (termasuk keluarganya). Segala tindakannya sudah dapat dikenakan aturan-aturan hukum yang berlaku, artinya bila terjadi pelanggaran, akibat dari tindakannya akan memperoleh sanksi hukum (misalnya denda, dikenakan hukum pidana atau perdata). Masa ini ditandai pula dengan adanya perubahan fisik, misalnya tumbuh bulu-bulu halus, perubahan suara, menstruasi, dan kemampuan reproduksi (Dariyo 2003).

Mahasiswa merupakan orang yang belajar diperguruan tinggi. Berdasarkan kisaran umur diketahui bahwa mahasiswa termasuk golongan umur dewasa awal. Jika dilihat dari segi kesehatan, masa dewasa awal merupakan masa yang paling sehat selama kehidupan. Mahasiswa adalah kalangan muda yang berumur 19-28 tahun yang memang dalam usia tersebut mengalami suatu peralihan dari remaja ke tahap dewasa. Sosok mahasiswa kental dengan nuansa kedinamisan dan sikap keilmuannya yang dalam melihat sesuatu berdasarkan kenyataan objektif, sistematis dan rasional. Mahasiswa (youth) adalah suatu periode yang disebutnya dengan “studenthood” (masa belajar) yang terjadi hanya pada individu yang memasuki post secondary education dan sebelum masuk ke dalam dunia kerja yang menetap (Morgan dkk dalam Rahmawati 2006).

Konsumsi Pangan

Konsumsi pangan adalah jumlah pangan (tunggal atau beragam) yang dimakan seseorang atau kelompok orang dengan tujuan tertentu. Tujuan mengkonsumsi pangan dalam aspek gizi adalah untuk memperoleh sejumlah zat gizi yang diperlukan tubuh. Konsumsi pangan meliputi informasi mengenai jenis pangan

(19)

dan jumlah pangan yang dimakan seseorang atau kelompok orang (sekeluarga atau rumah tangga) pada waktu tertentu (Hardinsyah & Martianto 1992).

Banyak hal yang mempengaruhi konsumsi pangan individu diantaranya faktor ekonomi dan harga, serta faktor sosio budaya dan religi yang ada di suatu daerah. Selain itu faktor kesehatan individu juga berpengaruh dalam konsumsi pangan, serta faktor fisiologis individu juga sangat menentukan jenis dan jumlah bahan pangan yang dikonsumsi oleh individu (Hardinsyah dan Briawan 1994).

Supariasa et al. (2002) menjelaskan bahwa dalam survei konsumsi pangan terdapat tiga metode yang digunakan yaitu metode kualitatif, metode kuantitatif, serta gabungan dari metode keduanya. Metode kualitatif digunakan untuk mengetahui frekuensi makan, frekuensi konsumsi menurut jenis bahan pangan, dan menggali informasi tentang kebiasaan makan. Metode kuantitatif digunakan untuk mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi sehingga dapat dihitung konsumsi zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) atau daftar lain yang diperlukan seperti Daftar Ukuran Rumah Tangga (URT), Daftar Konversi Mentah Masak (DKMM), dan Daftar Penyerapan Minyak (DPM).

Food Recall 24 Jam

Dari berbagai metode survey konsumsi gizi tingkat individu, maka metode recall 24 jam konsumsi gizi merupakan suatu metode yang paling banyak digunakan dalam survey konsumsi gizi. Hal ini dikarenakan metode ini cukup akurat, cepat pelaksanaannya, murah, mudah dan tidak memerlukan peralatan yang mahal atau rumit. Meskipun demikian diperlukan orang yang ahli untuk dapat melakukannya, karena metode recall 24 jam konsumsi gizi sangat mengandalkan ingatan responden. Di samping itu diperlukan ketepatan menyampaikan ukuran rumah tangga (URT) dari pangan yang telah dikonsumsi oleh responden, saat ketepatan pewawancara untuk menggali semua makanan dan minuman yang dikonsumsi responden beserta ukuran rumah tangga (Widajanti 2009).

Pengukuran jika hanya dilakukan sebanyak satu kali (1x24 jam) maka data yang diperoleh kurang representatif untuk menggambarkan kebiasaan makan individu. Pengukuran recall 24 jam sebaiknya dilakukan berulang-ulang dan harinya tidak berturut-turut. Pengukuran sebaiknya dilakukan minimal dua kali (2x24 jam) tanpa berturut-turut sehingga dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi lebih

(20)

optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentang asupan harian indvidu (Gibson 2005).

Kecukupan Gizi

Kecukupan gizi yang dianjurkan adalah banyaknya masing-masing zat gizi yang harus terpenuhi dari makanan untuk mencakup semua orang sehat. Kecukupan zat gizi dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, genetik (keturunan), keadaan hamil, dan menyusui (Karyadi & Muhilal 1990). Kecukupan gizi merupakan suatu kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari bagi semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, aktivitas tubuh, dan kondisi fisiologis khusus untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal (Sandjaja et al 2009).

Energi

Angka kecukupan energi (AKE) pada WNPG VIII ini bagi dewasa didasarkan pada oxford equation, yang merupakan hasil meta analisis untuk estimasi energi basal metabolism (EMB) berdasarkan berat badan (Hardinsyah & Tambunan 2004). Besarnya kebutuhan energi tergantung dari energi yang digunakan setiap hari. Kebutuhan energi dapat dihitung dengan memperhatikan beberapa komponen penggunaan energi. Komponen-komponen tersebut yaitu Basal Metabolic Rate (BMR), Specific Dynamic Action (SDA), aktivitas fisik dan faktor pertumbuhan (Irawan 2007). Komponen terbesar dari keluaran energi harian adalah BMR. Metabolisme basal diartikan sebagai sejumlah energi yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai proses vital ketika tubuh tengah istirahat. Dengan kata lain, metabolism basal merupakan jumlah minimal energi yang dikeluarkan untuk mempertahankan fungsi alat pernapasan, sirkulasi darah, peristaltic usus, tonus otot, temperatur tubuh dan kegiatan kelenjar (Arisman 2004). Specific Dynamic Action (SDA) disebut juga dengan food Induce Thermogenesis diartikan sebagai keluaran energi untuk makanan. Pada orang dewasa sebesar kira-kira [6-8%] – [10-13%] dari energi yang dikonsumsi (Arisman 2004).

Kebutuhan energi pada saat berolahraga dapat dipenuhi melalui sumber-sumber energi yang tersimpan di dalam tubuh yaitu melalui pembakaran karbohidrat, pembakaran lemak, serta kontribusi sekitar 5% melalui pemecahan protein. Diantara ketiganya, simpanan protein bukanlah merupakan sumber energi yang langsung dapat digunakan oleh tubuh dan protein baru akan terpakai jika simpanan

(21)

karbohidrat ataupun lemak tidak lagi mampu untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan oleh tubuh. Penggunaan antara lemak ataupun karbohidrat oleh tubuh sebagai sumber energi untuk dapat mendukung kerja otot akan ditentukan oleh 2 faktor yaitu intensitas serta durasi olahraga yang dilakukan (Irawan 2007).

Aktivitas fisik membutuhkan energi yang diperoleh dari makanan yang dikonsumsi setiap hari. Kebutuhan energi dewasa awal dalam Widya Karya Pangan dan Gizi 2004 untuk pria sebesar 2550 kkal/hari sedangkan untuk wanita sebesar 1900 kkal/hari.

Protein

Protein terdiri dari asam-asam amino. Di samping menyediakan asam amino esensial, protein juga mensuplai energi dalam keadaan energi terbatas dari karbohidrat dan lemak. Semakin lengkap komposisi dan jumlah asam amino essensial dan semakin tinggi daya cerna protein suatu jenis pangan atau menu, maka semakin tinggi mutu proteinnya. Demikian pula semakin rendah kandungan serat dan lembut tekstur suatu jenis pangan sumber protein semakin baik mutu proteinnya (Gibney dkk dalam WKNPG 2004).

Protein bukan merupakan substrat penghasil energi yang bermakna selama berolahraga karena hanya 5-10% dari total energi yang dikeluarkan berasal dari protein (Depkes 1993). Protein berperan sebagai zat pembangun komponen dan struktur jaringan tubuh yag rusak seperti otot serta berperan dalam pembentukan enzim, hormon, dan antibodi.

Angka kecukupan protein menurut Widya Karya Pangan dan Gizi 2004 untuk pria dewasa awal 0,80 g/kg B/hr kira-kira sebesar 60 gram protein dalam sehari, sedangkan untuk wanita dewasa awal 0,80 g/kg B/hr kira-kira sebesar 50 gram protein dalam sehari.

Lemak

Lemak merupakan zat gizi penghasil energi terbesar, besarnya lebih dari dua kali energi yang dihasilkan karbohidrat dan protein. Namun, lemak merupakan sumber energi yang tidak ekonomis pemakaiannya. Oleh karena metabolism lemak menghabiskan oksigen lebih banyak dibandingkan karbohidrat (Primana 2000).

Lemak terdiri dari trigliserida, fosfolipid dan sterol yang masing-masing dan komposisi semuanya mempunyai fungsi khusus bagi kesehatan manusia. Sebagian besar (99%) lemak tubuh adalah trigliserida. Trigliserida terdiri dari gliserol dan

(22)

asam-asam lemak. Disamping mensuplai energi, lemak terutama trigliserida, berfungsi menyediakan cadangan energi tubuh, pelindung organ dan menyediakan asam-asam lemak esensial (Hamazaki dkk dalam WKNPG 2004).

Kebutuhan lemak tidak dinyatakan secara mutlak, akan tetapi seseorang yang bukan berprofesi sebagai atlet sebaiknya mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak 15-30% (Almatsier 2004).

Karbohidrat

Karbohidrat terdiri dari karbohidrat sederhana, seperti monosakarida dan disakarida, dan karbohidrat komplek seperti glikogen (pada manusia), starch dan serat (pada tanaman). Glikogen dan starch dihidrolisis oleh tubuh menjadi glukosa yang berguna sebagai energi siap dipakai oleh tubuh. Karbohidrat sederhana mudah dicerna dan cepat menghasilkan energi, sehingga penting untuk pemulih energi. Karbohidrat komplek (glikogen dan starch) butuh waktu lama untuk dicerna, dan karena sifatnya ini, maka karbohidrat komplek sangat baik digunakan untuk pengendalian kadar glukosa darah (Whitney dkk dalam WKNPG 2004).

Kebutuhan karbohidrat untuk dewasa awal sebesar 55-75% berasal dari karbohidrat komplek dan 10% berasal dari gula sederhana (Almatsier 2004).

Status Gizi Pengertian Status Gizi

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi, yang dibedakan menjadi status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat yang lebih tinggi (Almatsier 2004).

Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penilaian secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian, yaitu; antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga, yaitu; survey konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi (Riyadi 2001).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

Ditinjau dari sudut pandang epidemiologi masalah gizi sangat dipengaruhi oleh faktor penjamu, agen dan lingkungan. Faktor penjamu meliputi fisiologi,

(23)

metabolisme dan kebutuhan zat gizi. Faktor agen meliputi karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral, sedangkan faktor lingkungan meliputi bahan makanan, pengolahan, penyimpanan, higiene dan sanitasi makanan (Supariasa 2002).

Indikator Status Gizi

Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat. Salah satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan Antropometri. Pengukuran antropometri mempunyai keuntungan dalam menyediakan informasi status gizi pada masa lampau yang tidak dapat diperoleh dengan teknik penilaian yang lain (Gibson 2005). Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropometri disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variabel lain. Variabel tersebut adalah sebagai berikut :

a. Berat Badan

Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun.

Menurut Arisman (2004) pengukuran berat badan sebaiknya jika keadaan memungkinkan, subyek ditimbang bertelanjang atau berpakaian seminimal mungkin. Jika tidak dapat, hasil penimbangan dikurangi dengan pakaian maupun aksesoris. b. Tinggi Badan

Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita.

Menurut Arisman (2004) tinggi badan diukur dalam keadaan berdiri tegak lurus, tanpa alas kaki, kedua tangan merapat kebadan, punggung dan bokong menempel pada dinding, dan pandangan diarahkan ke depan. Kedua lengan tergantung relaks di samping badan. Potongan kayu (atau logam) bagian dari alat pengukur tinggi badan yang dapat digeser kemudian diturunkan hingga menyentuh bagian atas (verteks) kepala. Sentuhan itu harus diperkuat jika subyek berambut tebal.

(24)

c. Komposisi Tubuh

Komposisi tubuh seseorang dapat diukur melalui berbagai cara misalnya dengan mengukur berat jenis tubuh. Tubuh yang memiliki berat jenis yang tinggi berarti massa ototnya banyak sedangkan kadar lemak relatif kecil. Jumlah cadangan lemak di bawah kulit dapat diukur menggunakan suatu alat yang disebut Body Composition Analyzer.

Pemberian makanan yang melebihi kebutuhan akan mengakibatkan bertambahnya cadangan lemak, sehingga tidak mencapai komposisi tubuh yang sesuai. Sebaliknya jika makanan yang kurang dari kebutuhan akan mengakibatkan terhambatnya proses perkembangan pada otot-otot tubuh (Moehji 2003). Pengkategorian persentase lemak tubuh berdasarkan jenis kelamin disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Pengkategorian persentase lemak tubuh berdasarkan jenis kelamin

Kategori Women Men

Essential fat 10-13% 2-5% Athletes 14-20% 6-13% Fitness 21-24% 14-17% Acceptable 25-31% 18-25% Obese >32% >25% Sumber : Anonim (2009b) Kebugaran Jasmani

Kebugaran jasmani merupakan kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas dan pekerjaan sehari-hari, kegiatan rekreasi atau kegiatan lainnya yang bersifat mendadak tanpa mengalami kelelahan yang berarti (Riyadi 2007).

Menurut Gibney et al (2008) kebugaran pada umumnya dapat diklasifikasikan sebagai kebugaran yang berkaitan dengan kesehatan dan kebugaran yang berkaitan dengan kinerja. Kebugaran yang berkaitan dengan kesehatan meliputi kebugaran kardiorespiratori, kekuatan dan ketahanan otot, komposisi lemak tubuh dan kelentukan (fleksibilitas). Kebugaran yang berkaitan dengan kinerja meliputi kebugaran kardiorespiratori, kekuatan dan ketahanan otot, komposisi lemak tubuh, kelentukan (fleksibilitas), tenaga otot (muscle power), kecepatan (speed), agilitas dan keseimbangan.

Kebugaran dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, umur, jenis kelamin, keturunan, makanan dan gizi yang seimbang, serta kebiasaan merokok. Cirri-ciri kebugaran jasmani yang baik yaitu, tahan jika bekerja dalam waktu yang

(25)

lama, tidak lekas capai, tidak mudah terkena stres, tidak mudah terserang penyakit, dan produktivitas kerja yang tinggi (Riyadi 2007).

VO2 max

Kebugaran dapat diukur dengan cara mengukur volume oksigen yang dapat dikonsumsi selama berolahraga pada kapasitas maksimum. Kemampuan menggunakan oksigen oleh tubuh merupakan kunci yang menentukan penggunaan bahan bakar tubuh dan keberhasilan berprestasi. Volum oksigen maximum (VO2max) yaitu kemampuan maksimum tubuh untuk mengambil oksigen (Depkes

1997). Selain itu, VO2max juga didefinisikan sebagai laju tertinggi dari konsumsi

oksigen yang dapat dicapai selama latihan yang maksimal (Mackenzie 1997).

Pria dewasa biasanya selalu memiliki kapasitas VO2max yang lebih besar

dari pada perempuan. Rentang normalnya adalah 40-45 ml/kg/menit pada laki-laki sedangkan pada perempuan sebesar 35-40 ml/kg/menit. Perbedaan tersebut dikarenakan komposisi tubuh atau konsentrasi hemoglobin. Perempuan memiliki massa lemak yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan pria. Perputaran konsentrasi hemoglobin pada laki-laki sekitar 10-20% lebih tinggi dari pada wanita, sehingga meningkatkan kemampuan laki-laki dalam mengantarkan oksigen ke dalam otot. Selain itu, komposisi tubuh juga dapat mempengaruhi VO2max.

Walaupun VO2max dinyatakan dalam berapa mililiter oksigen yang dikonsumsi per

kg berat badan, perbedaan komposisi tubuh seseorang menyebabkan konsumsi yang berbeda. Tubuh yang mempunyai lemak dengan persentasi yang tinggi, mempunyai VO2max yang lebih rendah (MacMurray & Ondrak 2008).

Salah satu contoh, pada saat lari menaiki bukit, maka akan menggunakan lebih banyak oksigen pada saat menaiki bukit kedua dibandingkan dengan bukit pertama, tetapi pada satu titik tertentu akan tiba pada tingkatan dimana konsumsi oksigen maksimum atau yang disebut dengan VO2max. Faktor ini memberikan

indikasi bagaimana kedayagunaan tubuh menggunakan oksigen pada saat melakukan pekerjaan, misalnya sewaktu olahraga, otot harus menghasilkan energi, satu proses dimana oksigen memegang peranan penting. Lebih banyak oksigen digunakan berarti lebih besar kapasitas untuk menghasilkan energi dan kerja yang berarti daya tahan tubuh lebih besar. Mereka yang mempunyai VO2max yang tinggi

dapat melakukan lebih banyak pekerjaan sebelum menjadi lelah, dibandingkan dengan mereka yang mempunyai VO2max yang rendah (Nurcahyo 2008).

(26)

Nilai VO2max dapat dijadikan sebagai indikator kebugaran yang paling

banyak digunakan karena orang yang memiliki nilai VO2max yang tinggi berarti

menandakan mampu melakukan latihan pre-dominant energy system aerobics yang artinya orang tersebut akan memiliki kualitas komponen biomotorik yang baik sebagai dampak latihan yang dilakukannya.

Penilaian kebugaran kardiorespirasi pada anak-anak dan remaja telah menjadi hal yang semakin penting karena beberapa data VO2max menunjukan

faktor resiko CVD. Kebugaran aerobik adalah indikator yang sangat baik untuk kebugaran jantung dan olahraga pernafasan untuk kegiatan setiap hari yang sebagian besar dilakukan oleh masyarakat umum. Penelitian ini telah menunjukkan pentingnya latihan dalam mengurangi risiko penyakit kardiovaskular, melalui pengurangan lipid darah, lemak tubuh, dan tekanan darah, serta peningkatan fungsi miokard (Koley 2007).

Nilai VO2max seorang atlet dan non atlet dapat dikategorikan berdasarkan

umur dan jenis kelamin.

Tabel 2 Normatif nilai VO2max atlet dan non atlet pada wanita dan pria

Umur Very Poor Poor Fair Good Excellent Superior

Wanita 13-19 <25.0 25.0 - 30.9 31.0 - 34.9 35.0 - 38.9 39.0 - 41.9 >41.9 20-29 <23.6 23.6 - 28.9 29.0 - 32.9 33.0 - 36.9 37.0 - 41.0 >41.0 30-39 <22.8 22.8 - 26.9 27.0 - 31.4 31.5 - 35.6 35.7 - 40.0 >40.0 40-49 <21.0 21.0 - 24.4 24.5 - 28.9 29.0 - 32.8 32.9 - 36.9 >36.9 50-59 <20.2 20.2 - 22.7 22.8 - 26.9 27.0 - 31.4 31.5 - 35.7 >35.7 60+ <17.5 17.5 - 20.1 20.2 - 24.4 24.5 - 30.2 30.3 - 31.4 >31.4 Pria 13-19 <35.0 35.0 - 38.3 38.4 - 45.1 45.2 - 50.9 51.0 - 55.9 >55.9 20-29 <33.0 33.0 - 36.4 36.5 - 42.4 42.5 - 46.4 46.5 - 52.4 >52.4 30-39 <31.5 31.5 - 35.4 35.5 - 40.9 41.0 - 44.9 45.0 - 49.4 >49.4 40-49 <30.2 30.2 - 33.5 33.6 - 38.9 39.0 - 43.7 43.8 - 48.0 >48.0 50-59 <26.1 26.1 - 30.9 31.0 - 35.7 35.8 - 40.9 41.0 - 45.3 >45.3 60+ <20.5 20.5 - 26.0 26.1 - 32.2 32.3 - 36.4 36.5 - 44.2 >44.2 Sumber: Mackenzie (1997) Tes Balke

Tes balke merupakan salah satu metode untuk mengukur VO2max atau

(27)

kemudian diukur jarak tempuhnya (Anonim 1997). Tes balke secara luas banyak dipakai untuk memeriksa kebugaran atlet atau masyarakat yang berolahraga, keuntungan tes balke adalah tes yang dapat dipakai untuk mengukur kebugaran banyak orang sekaligus dengan hasil yang cukup akurat.

Hasil pengukuran tes balke dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

1. Suhu, tingkat kebisingan dan kelembaban

2. Waktu tidur atlet sebelum melaksanakan tes dan emosi atlet 3. Obat-obatan yang sedang dikonsumsi oleh atlet

4. Waktu pelaksanaan tes (sebaiknya dilakukan sebelum jam 11 siang) 5. Asupan kafein atlet

6. Waktu makan terakhir atlet

7. Lingkungan pelaksanaan tes (rumput, track, jalanan, gym) 8. Pengetahuan atlet

9. Akurasi pengukuran

10. Apakah atlet benar benar menggunakan usaha maksimal untuk melakukan tes. 11. Kepribadian, pengetahuan dan kemampuan penguji.

(Mackenzie 1997). Tes Flexibility

Fleksibilitas merupakan rentang gerak sendi atau kemungkinan gerakan bersama, sehingga potongan-potongan tulang yang membentuk sendi bergerak sebanyak mungkin. Tes kelentukan atau flexibility meter dilakukan untuk memperoleh data dimana dari data tersebut kita dapat mengetahui tingkat kelentukan seseorang (Anonim 2009a).

Alat yang digunakan untuk tes kelentukan biasanya yaitu bangku atau balok dan mistar dengan ukuran 50 cm atau biasa juga yang disebut dengan flexibility meter. Satuan alat ini yaitu centimeter (Anonim 2009a).

Metode reach test adalah salah satu metode yang dilakukan untuk pengukuran kelentukan seseorang yang dilakukan dengan cara berdiri di atas balok kemudian membungkukkan badan sejauh mungkin dengan posisi kaki dan tangan lurus ke bawah. Tangan yang mencapai balok akan dihitung dengan nilai positif (+) sedangkan tangan yang tidak bisa mencapai balok akan terhitung negatif (-) dengan satuan centimeter (Anonim 2009a).

(28)

Tingkat kelentukan seseorang pasti berbeda satu sama lain. sehingga memang perlu diadakan pengukuran untuk mengambil data kelentukan seseorang, karena sangat bermanfaat untuk beberapa tujuan yang diinginkan seseorang. Pengkategorian untuk hasil tes kelentukan atau fleksibilitas terdiri dari:

Tabel 3 Pengkategorian tes kelentukan (flexibility)

Kategori Pria (cm) Wanita (cm)

Bagus sekali +21 +22

Bagus +17 +18

Sedang +11 +12

Cukup +5 +8

Kurang -2 +2

(29)

KERANGKA PEMIKIRAN

Tingkat kecukupan energi, protein, lemak dan karbohidrat mahasiswa dipengaruhi oleh jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi, sedangkan kecukupan gizi ditentukan antara lain oleh aktivitas fisik dan karakteristik seperti umur dan jenis kelamin. Aktivitas fisik mahasiswa tergolong sedang. Kegiatan yang biasa dilakukan oleh mahasiswa antara lain; kuliah, perkumpulan organisasi dan selebihnya kegiatan di rumah ataupun di kost.

Kecukupan gizi yang dianjurkan adalah banyaknya masing-masing zat gizi yang harus terpenuhi dari makanan untuk mencakup semua orang sehat. Kecukupan zat gizi dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, genetik (keturunan), keadaan hamil, dan menyusui (Karyadi & Muhilal 1990). Kecukupan gizi dapat mempengaruhi status gizi seseorang. Status gizi merupakan keadaan gizi seseorang yang dipengaruhi oleh hasil masukan zat gizi dan pemanfaatannya dalam tubuh. Untuk mencapai status gizi yang baik diperlukan pangan yang mengandung cukup zat gizi, aman untuk dikonsumsi, dan dapat memenuhi kebutuhan tubuh.

Status gizi seseorang dipengaruhi oleh penyakit infeksi dan penyakit non infeksi. Penyakit infeksi dan non infeksi dapat terserang oleh kalangan usia apapun dan jenis kelamin laki-laki maupun perempuan. Penyakit tersebut dapat dicegah dengan konsumsi pangan yang bergizi seimbang.

Status gizi yang dapat mempengaruhi komposisi tubuh seseorang. Komposisi tubuh selanjutnya akan mempengaruhi tingkat kebugaran. Kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh untuk melakukan aktivitas tanpa menimbulkan kelelahan fisik dan mental yang berlebihan. Kebugaran jasmani sangat penting dalam menunjang aktivitas kehidupan sehari-hari, akan tetapi nilai kebugaran jasmani tiap-tiap orang berbeda beda sesuai dengan tugas atau profesinya.

(30)

Gambar 1. Keterangan:

= Variabel yang diteliti = Variabel yang tidak diteliti = Hubungan yang dianalisis = Hubungan yang tidak dianalisis

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi, tingkat kebugaran dan status gizi mahasiswa.

Konsumsi Pangan Tingkat Kecukupan :  Energi  Protein  Lemak  Karbohidrat Status Gizi IMT Komposisi Tubuh Penyakit non infeksi Aktivitas Fisik Penyakit Infeksi Tingkat Kebugaran (VO2max & flexibility)

Karakteristik Contoh :

 Umur

 Jenis Kelamin

Ketersediaan Pengetahuan Gizi

(31)

METODE

Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2011 di lingkungan Kampus (IPB) Darmaga.

Cara Pengambilan Contoh

Contoh dari penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2009 dari Mayor Ilmu Gizi. Seluruh mahasiswa Mayor Ilmu Gizi angkatan 2009 diminta untuk mengisi kuesioner penelitian. Kemudian dari semua kuesioner yang dikembalikan untuk selanjutnya dipilih kuesioner yang terisi dengan lengkap. Seluruh mahasiswa yang kuesionernya terisi lengkap diminta untuk mengikuti tes kebugaran (flexibility dan balke test) dan pengukuran komposisi lemak tubuh. Mahasiswa yang memiliki data yang lengkap, yang akan dijadikan contoh.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer. Data primer dilakukan melalui penyebaran kuesioner dan pengukuran langsung. Data primer ini meliputi data karakteristik contoh, data antropometri (tinggi badan, dan berat badan), data komposisi tubuh contoh (persentase lemak tubuh, Lean Body Mass dan Mass of Body Fat), konsumsi pangan, dan tingkat kebugaran. Cara pengumpulan data karakteristik contoh dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Data antropometri contoh dikumpulkan dengan mengukur secara langsung berat badan contoh menggunakan timbangan injak sedangkan tinggi badan contoh dengan menggunakan microtoise dengan ketelitian 0,1 cm. Cara pengumpulan data komposisi tubuh contoh dengan menggunakan alat Body Composition Analyzer. Cara pengumpulan data konsumsi pangan contoh dengan menggunakan wawancara dengan alat bantu kuesioner recall 2x24 jam. Data kebugaran contoh dikumpulkan dengan cara mengukur langsung dengan metode tes balke dan tes reach. Jenis data dan cara pengumpulan data penelitian disajikan dalam Tabel 4.

(32)

Tabel 4 Jenis dan cara pengumpulan data penelitian

No Variabel Jenis Data Cara pengumpulan data

1. Karakteristik contoh 1. Nama 2. Jenis Kelamin 3. Umur Wawancara dengan menggunakan kuesioner 2. Status Gizi 1. IMT (BB dan TB)

2. Komposisi tubuh

 lemak tubuh

Lean Body Mass

Mass of Body Fat

1. Berat badan diukur dengan menggunakan timbangan injak 2. Tinggi badan diukur

menggunakan

microtoise dengan ketelitian 0,1 cm 3. IMT dihitung (WHO

2007).

4. Komposisi tubuh diukur dengan menggunakan Body Composition Analyzer. 3. Konsumsi pangan Jenis dan jumlah makanan Wawancara jenis dan

jumlah pangan dengan menggunakan recall 2x24 jam. 4. Tingkat kebugaran Kelentukan tubuh VO2 max Pengukuran kelentukan dengan cara test reach

PengukuranVO2max

dengan balke test

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh diperiksa terlebih dahulu agar informasi yang diperoleh sesuai dengan tujuan penelitian. Tahapan pengolahan data dimulai dari verifikasi, coding, entry, cleaning dan selanjutnya dianalisis. Verifikasi dilakukan untuk mengecek konsistensi informasi. Data yang telah di verifikasi kemudian dilakukan penyusunan code-book sebagai panduan entri dan pengolahan data, serta selanjutnya dilakukan entri data. Setelah itu dilakukan pengecekan ulang (cleaning) untuk memastikan penentuan data yang lengkap. Pengolahan dan analisis data menggunakan perangkat program Microsoft excel 2007. Hubungan antar variabel diuji dengan menggunakan uji korelasi pearson dan uji beda Independent T-test.

Data karakteristik ini memberikan gambaran mengenai mahasiswa yang dijadikan sebagai contoh. Data status gizi contoh ditentukan dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT dihitung dengan membandingkan berat badan (kg) dengan kuadrat dari tinggi badan (m2). Kemudian IMT diklasifikasikan berdasarkan kategori

(33)

WHO (2007), yaitu kurus (<18,5), normal (18,5-24,9), gizi lebih (25,0-29,9), obes (30,0-39,9), dan sangat obes (>40,0).

Data konsumsi pangan yang diperoleh kemudian dikonversikan untuk menentukan kandungan zat gizi yaitu protein, lemak dan karbohidrat serta energi. Kandungan energi dan zat gizi ditentukan dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah & Briawan 1994).

Kgij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100) Keterangan:

KGij = Kandungan zat gizi –i dalam bahan makanan –j Bj = Berat makanan –j yang dikonsumsi

Gij = Kandungan zat gizi –i dalam 100 gram BDD bahan makanan –j BDDj = Bagian yang dapat dimakan dalam bahan makanan –j

Untuk menentukan Angka Kecukupan energi dan protein contoh digunakan rumus:

AKGI = (Ba/Bs) x AKG Keterangan:

AKGI = Angka kecukupan gizi contoh Ba = Berat badan aktual sehat (kg) Bs = Berat badan standar (kg)

AKG = Angka kecukupan energi dan protein yang dianjurkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi WKNPG (2004).

Angka kecukupan lemak lebih difokuskan pada komposisi energi yang berasal dari lemak. Berdasarkan WKNPG (2004) komposisi energi yang berasal dari lemak 20-30%. Kecukupan lemak menggunakan perhitungan 25% dari total konsumsi energi contoh WKNPG (2004). Setelah mengetahui banyaknya energi yang digunakan untuk memenuhi kecukupan protein dan lemak, maka dapat diperoleh kecukupan karbohidrat contoh. Angka kecukupan karbohidrat lebih difokuskan pada komposisi energi yang berasal dari karbohidrat. Berdasarkan WKNPG (2004) komposisi energi yang berasal dari karbohidrat adalah 50-65% dari angka kecukupan energi. Perhitungan data kecukupan karbohidrat contoh menggunakan 65% dari total konsumsi energi contoh WKNPG (2004).

(34)

Selanjutnya tingkat kecukupan energi, protein, lemak dan karbohidrat diperoleh dengan cara membandingkan jumlah konsumsi zat gizi tersebut dengan kecukupannya. Berikut rumus tingkat kecukupan zat gizi yang digunakan (Hardinsyah dan Briawan 1994).

TKG = (K/AKGI) x 100%

Keterangan:

TKG = Tingkat kecukupan zat gizi K = Konsumsi zat gizi

AKGI = Angka kecukupan gizi contoh

Data tingkat kebugaran yang diperoleh merupakan data primer yaitu dengan menggunakan hasil beberapa tes kebugaran diantaranya adalah kelentukan (flexibility) dan daya tahan kardiorespiratori (tes balke). Contoh berlari terus menerus tanpa berhenti selama selang waktu 15 menit. Kemudian setelah selesai melakukan tes, dihitung jarak yang telah ditempuh oleh contoh selama berlari 15 menit tersebut. Hasil perhitungan jarak tersebut kemudian dihitung dengan menggunakan software perhitungan tes balke (balke VO2max calculator). Selain dimasukkan ke dalam

software, hasil perhitungan jarak tempuh contoh juga dapat dihitung dengan cara data tersebut dimasukkan ke dalam rumus (Mackenzie 1997).

%VO2 max = [((Jarak total yang ditempuh/15) – 133) x 0.172] + 33.3 Data kebugaran selain dengan tes balke, dilakukan tes kebugaran lainnya yaitu tes reach. Tes tersebut dilakukan dengan cara contoh berdiri di balok yang telah disediakan, contoh diinstruksikan untuk membungkuk sejauh mungkin ke bawah dengan kedua kaki dan tangan lurus ke bawah, diukur jarak tangan yang mampu/tidak melewati batas balok tempat berdiri tadi, Jika mampu melewati batas balok diukur sebagai (+) cm dan jika tidak melewati batas balok diukur sebagai (-) cm.

Untuk perhitungan nilai kebugaran flexibility dari hasil pengukuran tersebut kemudian dikategorikan ke dalam beberapa kategori. Data kategori kebugaran flexibility terdiri dari perempuan dan laki-laki disajikan pada Tabel 5 sedangkan data kategori pengukuran data penelitian disajikan pada Tabel 6 di bawah ini.

(35)

Tabel 5 Pengkategorian tes kelentukan (flexibility)

Kategori Pria (cm) Wanita (cm)

Bagus sekali +21 +22

Bagus +17 +18

Sedang +11 +12

Cukup +5 +8

Kurang -2 +2

Sumber : Anonim (2009a)

Tabel 6 Kategori pengukuran data penelitian

No Variabel Jenis Data Kategori Pengukuran

1. Status gizi contoh 1. Komposisi tubuh (persentase lemak tubuh) 2. IMT 1. Perempuan Essential fat 10-13% Athletes 14-20% Fitness 21-24% Acceptable 25-31% Obese >32% Laki-laki Essential fat 2-5% Athletes 6-13% Fitness 14-17% Acceptable 18-25% Obese >25%

2.IMT dengan kategori (WHO 2007) Kurus : <18.5

Normal : 18.5-24.9 Gizi lebih : 25.0-29.9 Obes : 30.0-39.9 Sangat obes : >40.0 2. Konsumsi pangan Jenis dan jumlah

makanan

Tingkat konsumsi energi (Depkes. dkk. 1996):

1. Defisit tingkat berat (<70% AKG)

2. Defisit tingkat sedang (70-79% AKG)

3. Defisit tingkat ringan (80-89% AKG)

4. Normal (90-119% AKG) 5. Kelebihan (≥120% AKG) Tingkat konsumsi protein (Depkes. dkk. 1996):

1. Defisit tingkat berat (<70% AKG)

2. Defisit tingkat sedang (70-79% AKG)

3. Defisit tingkat ringan (80-89% AKG)

4. Normal (90-119% AKG) 5. Kelebihan (≥120% AKG) Tingkat konsumsi lemak (Depkes. dkk. 1996):

(36)

No Variabel Jenis Data Kategori Pengukuran

1. Defisit tingkat berat (<70% AKG)

2. Defisit tingkat sedang (70-79% AKG)

3. Defisit tingkat ringan (80-89% AKG)

4. Normal (90-119% AKG) 5. Kelebihan (≥120% AKG) Tingkat konsumsi karbohidrat (Depkes. dkk. 1996):

1. Defisit tingkat berat (<70% AKG)

2. Defisit tingkat sedang (70-79% AKG)

3. Defisit tingkat ringan (80-89% AKG)

4. Normal (90-119% AKG) 5. Kelebihan (≥120% AKG) 3. Tingkat kebugaran VO2max Umur 13-19 dan 20-29 (wanita)

Very poor <25.0 dan <23.6 Poor 25.0-30.9 dan 23.6-28.9

Fair 31.0-34.9 dan 29.0-32.9

Good 35.0-38.9 dan 33.0-36.9

Excellent 39.0-41.9 dan 37.0-41.0

Seperior >41.9 dan >41.0 Umur 13-19 dan 20-29 (pria)

Very poor <35.0 dan <33.0 Poor 35.0-38.3 dan 33.6-36.4

Fair 38.4-45.1 dan 36.5-42.4

Good 45.2-50.9 dan 42.5-46.4

Excellent 51.0-55.9 dan 46.5-52.4

Seperior >55.9 dan >52.4 Kelentukan tubuh  Laki-laki

Bagus sekali (+21) Bagus (+17) Sedang (+11) Cukup (+5) Kurang (-2)  Perempuan Bagus sekali (+22) Bagus (+18) Sedang (+12) Cukup (+8) Kurang (+2)

(37)

Uji Statistik yang Digunakan pada penelitian ini antara lain:

1. Uji beda untuk menganalisis keberadaan perbedaan tingkat kebugaran antar gender dengan menggunakan analisis Independent T-Test.

2. Uji beda untuk menganalisis keberadaan perbedaan IMT antar gender diuji dengan menggunakan analisis Independent T-Test.

3. Uji beda untuk menganalisis keberadaan perbedaan persentase lemak tubuh antar gender dengan menggunakan analisis Independent T-Test.

4. Uji beda untuk menganalisis keberadaan perbedaan tingkat kecukupan energi dan zat gizi antar gender dengan menggunakan analisis Independent T-Test. 5. Hubungan antara tingkat kecukupan energi dan zat gizi contoh dengan Indeks

Massa Tubuh (IMT) diuji dengan menggunakan analisis korelasi Pearson. 6. Hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan tingkat kebugaran diuji dengan

menggunakan analisis korelasi Pearson.

7. Hubungan antara komposisi lemak tubuh contoh dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) diuji dengan menggunakan analisis korelasi Pearson.

8. Hubungan antara tingkat kecukupan energi dan zat gizi contoh dengan komposisi tubuh diuji dengan menggunakan analisi korelasi Pearson.

9. Hubungan antara komposisi tubuh contoh dengan tingkat kebugaran diuji dengan menggunakan analisis korelasi Pearson.

10. Hubungan antara tingkat kecukupan energi dan zat gizi dengan tingkat kebugaran iuji dengan menggunakan analisis korelasi Pearson.

Definisi Operasional

Contoh adalah mahasiswa dan mahasiswi Mayor Ilmu Gizi tahun ajaran 2009 yang mengikuti mata kuliah Gizi Olahraga.

Mahasiswa adalah seseorang yang masih menjalani perkuliah dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang memiliki usia 19 hingga 21.

Konsumsi pangan adalah jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan oleh contoh untuk memenuhi kebutuhan hidup dan melakukan aktifitas fisik serta aktivitas lain.

Asupan zat gizi dan energi adalah jumlah zat gizi yang dikonsumsi contoh berupa karbohidrat, protein, lemak dan energi.

(38)

Tingkat kecukupan gizi dan energi adalah perbandingan rata-rata asupan zat gizi dan energi terhadap angka kecukupan yang dianjurkan menurut umur berdasarkan WKNPG (2004) yang dinyatakan dalam persen.

Antropometri adalah metode yang digunakan dalam melakukan penilaian status gizi secara langsung yaitu tinggi badan, berat badan.

Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh contoh yang diakibatkan oleh konsumsi, absorpsi, dan penggunaan zat gizi yang ditentukan melalui IMT dan komposisi tubuh.

Kebugaran fisik adalah kemampuan tubuh untuk melakukan kegiatan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan fisik dan mental yang berlebihan.

VO2max adalah kemampuan tubuh mengkonsumsi oksigen yang merupakan

indikator kebugaran dalam melakukan aktivitas.

Balke test adalah salah satu dari tes kebugaran yang dilakukan oleh contoh dengan cara lari selama 15 menit kemudian diukur dan dicatat jarak tempuhnya dalam kurun waktu tersebut.

Flexibility test adalah tes yang dilakukan untuk melihat kemampuan sendi tubuh bergerak sesuai dengan ruang gerak sendinya.

Reach test adalah salah satu dari tes kebugaran yang dilakukan contoh dengan cara contoh berdiri di balok yang telah disediakan, contoh diinstruksikan untuk membungkuk sejauh mungkin ke bawah dengan kedua kaki dan tangan lurus ke bawah, diukur jarak tangan yang mampu/tidak melewati batas balok tempat berdiri tadi, Jika mampu melewati batas balok maka dinyatakan jarak (cm) bertanda positif (+) dan jika tidak melewati batas balok maka dinyatakan jarak (cm) bertanda negatif (-).

Komposisi massa tubuh adalah komposisi tubuh yang menggambarkan perbandingan bagian tubuh yang secara metabolisme aktif, terutama otot, dibandingkan dengan bagian yang kurang aktif, terutama lemak. Terdiri dari persentase lemak tubuh, Mass of Body Fat dan Lean Body Mass. Presentase lemak tubuh adalah jumlah lemak dalam tubuh contoh yang diukur

dengan menggunakan alat Body Composition Analyzer dan dinyatakan dalam persen.

(39)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Contoh

Penelitian ini menggunakan contoh mahasiswa mayor Ilmu Gizi tahun ajaran 2009 yang mengikuti mata kuliah Gizi Olahraga. Jumlah contoh awal dalam penelitian berjumlah 84 orang. Pada tahapan penelitian selanjutnya terdapat hambatan, diantaranya adalah terdapat beberapa contoh yang sakit sehingga tidak dapat mengikuti serangkaian penelitian ini. Oleh karena itu total contoh yang diteliti adalah sebanyak 75 orang. Karakteristik contoh merupakan gambaran umum mahasiswa, meliputi umur dan jenis kelamin.

Umur

Pada penelitian ini terdapat keberagaman umur dari contoh yaitu berkisar antara 19-21 tahun dan rata-rata umur contoh adalah 19.96 ± 0.55 tahun. Berdasarkan umur tersebut dapat diketahui bahwa contoh pada penelitian ini tergolong ke dalam umur dewasa awal (WKNPG 2004). Data sebaran contoh berdasarkan umur disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2 Sebaran contoh berdasarkan umur

Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa sebagian besar contoh (69%) berumur 20 tahun. Rata rata umur contoh ini lebih rendah daripada contoh pada penelitian Maria (2012). Hal ini dikarenakan pada penelitian ini menggunakan contoh mahasiswa program sarjana regular semester 6 sedangkan pada penelitian Maria

17%

69%

14%

(40)

(2012) menggunakan contoh mahasiswa program pendidikan sarjana alih jenis dan tidak dibatasi pada semester tertentu.

Jenis Kelamin

Data sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan Gambar 3 diketahui bahwa sebagian besar mahasiswa yang dijadikan sebagai contoh berjenis kelamin perempuan dengan persentase sebesar 72.0% (54 orang). Hal ini hampir serupa dengan penelitian Maria (2012) bahwa sebanyak 75% mahasiswa Institut Pertanian Bogor berjenis kelamin perempuan.

Status Gizi Berat Badan

Pengukuran antropometri yang dilakukan salah satunya adalah pengukuran berat badan (BB). Pengukuran ini dilakukan secara langsung dengan menggunakan timbangan injak.

Dalam penelitian ini menggunakan contoh yang umurnya termasuk dalam kategori dewasa awal. Oleh karena itu untuk menentukan status gizi contoh menggunakan indikator IMT. Data sebaran contoh berdasarkan berat badan disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan berat badan

Berat Badan (kg) n (orang) Persentase (%)

<50 28 37.3 51-60 30 40.0 61-70 8 10.7 71-80 5 6.7 >80 4 5.3 Total 75 100

28%

72%

laki-laki perempuan

(41)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berat badan contoh berkisar antara 34.5-89.0 kg. Namun paling banyak contoh memiliki berat badan dalam kisaran 51-60 kg yaitu sebesar 40.0%.

Berdasarkan hasil pengukuran terhadap contoh diketahui bahwa rata-rata berat badan contoh setelah pengukuran yaitu untuk contoh yang berjenis kelamin perempuan sebesar 54.7 ± 11.10 kg, sedangkan untuk contoh yang berjenis kelamin laki-laki sebesar 60.6 ± 10.88 kg. Rata-rata berat badan contoh tersebut hampir sama dengan rata-rata berat badan standar untuk tingkat dewasa awal menurut WIdya Karya Pangan dan Gizi (WKNPG) tahun 2004 yaitu untuk laki-laki sebesar 60.0 kg sedangkan untuk perempuan sebesar 52.0 kg.

Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan suatu ukuran antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan pertambahan usia (Riyadi 2003). Pengukuran tinggi badan ini dilakukan dengan menggunakan microtoise. Tinggi badan seseorang diukur dalam keadaan berdiri tegak lurus, tanpa alas kaki, posisi kedua tangan merapat ke badan, punggung dan bokong menempel pada dinding, dan dengan pandangan diarahkan lurus ke depan (Arisman 2004). Data sebaran contoh berdasarkan tinggi badan disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan tinggi badan

Tinggi Badan (cm) n (orang) Persentase (%)

<155 33 44.0 156-160 19 25.4 161-165 9 12.0 166-170 7 9.3 171-180 7 9.3 Total 75 100

Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat hasil pengukuran terhadap tinggi badan contoh dengan menggunakan microtoise. Hasil tersebut menjelaskan bahwa tinggi badan contoh terbanyak pada kisaran kurang dari 155 cm yaitu sebesar 44.0%.

Secara keseluruhan diketahui rata-rata tinggi badan contoh laki-laki yaitu 167.5 ± 6.01 cm dan rata-rata tinggi badan contoh perempuan yaitu 154.8 ± 5.25 cm. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif

Gambar

Tabel 2 Normatif nilai VO 2 max atlet dan non atlet pada wanita dan pria  Umur  Very Poor  Poor  Fair  Good  Excellent  Superior  Wanita  13-19  &lt;25.0  25.0 - 30.9  31.0 - 34.9  35.0 - 38.9  39.0 - 41.9  &gt;41.9  20-29  &lt;23.6  23.6 - 28.9  29.0 - 32
Tabel 3 Pengkategorian tes kelentukan (flexibility)
Tabel 4 Jenis dan cara pengumpulan data penelitian
Tabel 5 Pengkategorian tes kelentukan (flexibility)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jabir deltopektoral bukan merupakan pilihan utama dalam rekonstruksi defek kepala leher, namun pada kondisi tertentu, jabir tersebut memiliki tingkat keberhasilan yang lebih

[r]

Dari uraian kajian mengenai peran agroindustri hulu dan hilir dalam perekonomian dan distribusi pendapatan masyarakat Indonesia dapat diambil kesimpulan bahwa dalam

Dengan selesainya penelitian dan penulisan yang tertuang di dalam skripsi ini sebagai tugas akhir, maka penulis telah menyelesaikan studi sebagai mahasiswa Universitas Bina

Berdasarkan analisa kemampuan dan kemauan pelanggan terhadap tarif resmi air bersih yang berlaku, kemampuan masyarakat dalam membayar tarif dengan pendekatan pendapatan rumah

Desain grafis merupakan perkerjaan yang menghasilkan beragam karya visual yang disusun oleh penggabungan sejumlah elemen rupa (gambar, teks, garis, ruang, dan warna)

Analisis beban kerja hanya dapat diterapkan pada volume pekerjaan atau unit pekerjaan yang mempunyai standar fisik, seperti per potong, per waktu, per meter, per kilo dan per

Tahapan-tahaan tersebut harus dilakukan secara benar, agar model dapat di -running (proses perhitungan yang dilakukan olah komputer). Beban yang digunakan pada pemodelan