• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Intensitas Latihan, Status Gizi dan Tingkat Kecukupan Zat Gizi dengan Tingkat Kebugaran pada Mahasiswi UKM Beladiri.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Intensitas Latihan, Status Gizi dan Tingkat Kecukupan Zat Gizi dengan Tingkat Kebugaran pada Mahasiswi UKM Beladiri."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN INTENSITAS LATIHAN, STATUS GIZI DAN

TINGKAT KECUKUPAN ZAT GIZI DENGAN TINGKAT

KEBUGARAN PADA MAHASISWI UKM BELADIRI

ANISYAH CITRA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Intensitas Latihan, Status Gizi, dan Tingkat Kecukupan Zat Gizi dengan Tingkat Kebugaran pada Mahasiswi UKM Beladiri adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2015

Anisyah Citra

(4)
(5)

ABSTRAK

ANISYAH CITRA. Hubungan Intensitas Latihan, Status Gizi, dan Tingkat Kecukupan Zat Gizi dengan Tingkat Kebugaran pada Mahasiswi UKM Beladiri. Dibimbing oleh HADI RIYADI.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara intensitas latihan, status gizi, dan tingkat kecukupan zat gizi dengan tingkat kebugaran pada mahasiswi yang mengikuti UKM beladiri. Penelitian ini menggunakan desain

crosssectional study yang melibatkan 32 orang mahasiswi, terdiri dari 16 orang mahasiswi UKM Karate dan 16 orang mahasiswi UKM Merpati Putih. Data yang dikumpulkan meliputi data karakteristik individu, gambaran umum UKM, konsumsi pangan, status gizi, aktivitas fisik, intensitas latihan, frekuensi latihan, durasi latihan, dan tingkat kebugaran. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas subjek memiliki intensitas latihan rendah (59.38%), status gizi subjek normal (84.38%), tingkat kecukupan energi normal (31.25%), tingkat kecukupan protein defisit berat (78.13%), persen kontribusi lemak cukup (46.88%), persen kontribusi karbohidrat lebih (50.00%) dan tingkat kebugaran baik (40.63%). Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan terdapat hubungan negatif antara status gizi dengan tingkat kebugaran (p<0.05).

Kata kunci: intensitas latihan, status gizi, tingkat kebugaran, tingkat kecukupan gizi

ABSTRACT

ANISYAH CITRA. Relationship Between Intensity Exercise, Nutritional Status, and Nutritional Adequacy with Fitness Level of Female Students Martial Arts Extracurricular. Supervised by HADI RIYADI.

This study aimed to analyze the relationship between exercise intensity, nutritional status, and nutritions adequacy of female student fitness level martial arts extracurricular. This study used a crosssectional involved 32 female students, consist of 16 people Karate extracurricular and 16 people Merpati Putih extracurricular. The data collected includes data of individual characteristics, profil extracurricular, food consumption, nutritional status, physical activity, exercise intensity, exercise frequency, exercise duration, and fitness levels. The results showed that majority of subject had low exercise intensity (59.38%), normal nutritional status (84.38%), normal energi adequacy (31.25%), severe protein adequacy (78.13%), adequate percent contribution of fat (46.88%), high percent contribution of carbohydrate (50.00%) and fitness level was good (40.63%). The Pearson test result showed a negative relationship between nutritional status with fitness level (p<0.05).

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

HUBUNGAN INTENSITAS LATIHAN, STATUS GIZI DAN

TINGKAT KECUKUPAN ZAT GIZI DENGAN TINGKAT

KEBUGARAN PADA MAHASISWI UKM BELADIRI

ANISYAH CITRA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Hubungan Intensitas Latihan, Status Gizi dan Tingkat Kecukupan Zat Gizi dengan Tingkat Kebugaran pada Mahasiswi UKM Beladiri.

Nama : Anisyah Citra NIM : I14124022

Disetujui oleh

Dr Ir Hadi Rayadi, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Rimbawan Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini yaitu Hubungan Intensitas Latihan, Status Gizi, dan Tingkat Kecukupan Zat Gizi dengan Tingkat Kebugaran Mahasiswi UKM Beladiri. Karya ilmiah ini diajukan dalam rangka memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Dr Ir Hadi Riyadi, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan.

2. dr Naufal Muharam Nurdin, S Ked, Msi selaku dosen pemandu seminar dan penguji yang telah memberikan kritik dan saran untuk perbaikan skripsi.

3. Dr Katrin Roosita, MS selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan semangat dan motivasi pada penulis.

4. Mury Kuswari, MS dan Rian Diana, MS yang telah meluangkan waktunya untuk berdiskusi, memberikan saran, dan motivasi.

5. Keluarga tercinta: Papa, Mama, Ade serta seluruh keluarga besar atas segala do’a dan dukungannya.

6. Sahabat dan teman-teman tersayang: Astri, Irma, Titis, mba Liris, ka Fajar, ka Nida, ka Agung, ka Dila, ka Ipah, ka Winda, mba Reny, ka Dina, Maria, Nurul, Jojo dan Awan yang telah membantu selama penelitian dan memberikan semangat, saran dan motivasi.

7. Teman-teman diskusi: ka Rafik, ka Rangga, ka Willy, ka Kemal, ka Nazhif, Gandis, dan Eko yang bersedia bertukar pikiran, memberikan saran, dan motivasi.

8. Teman-teman poltek: Shifa, Imel, Yunca, dan Pipit yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.

9. Teman-teman Alih Jenis Gizi angkatan 6 atas segala dukungan, perhatian, semangat, dan motivasi yang selalu diberikan kepada penulis.

10.Teman-teman UKM Karate dan Merpati Putih baik pelatih maupun peserta lainnya yang bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. 11.Teman-teman di DPM-KM yang bersedia meluangkan waktunya untuk

diskusi seputar UKM.

12.Teman-teman lainya yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas dukungannya.

Tidak lupa penulis mohon maaf atas segala kekurangan penyusunan karya ilmiah ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh penulis. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2015

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

Hipotesis 3

Manfaat Penelitian 4

KERANGKA PEMIKIRAN 4

METODE 5

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 5

Jumlah dan Teknik Pengambilan Contoh 6

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 6

Pengolahan dan Analisis Data 7

Definisi Operasional 11

HASIL DAN PEMBAHASAN 11

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 12

Karakteristik Subjek 13

Aktivitas Fisik 16

Intensitas Latihan 17

Durasi Latihan 18

Frekuensi Latihan 19

Kebiasaan Olahraga selain Latihan UKM 19

Status Gizi 20

Tingkat Kecukupan Zat Gizi 21

Tingkat Kebugaran 24

SIMPULAN DAN SARAN 25

Simpulan 25

Saran 26

DAFTAR PUSTAKA 26

(14)

DAFTAR TABEL

1 Jenis dan cara pengumpulan data 7

2 Kategori karakteristik subjek 8

3 Kategori status gizi berdasarkan IMT/U dan IMT 9 4 Rumus yang digunakan untuk menghitung kebutuhan 10 5 Kategori tingkat kecukupan zat gizi dan tingkat kebugaran 11

6 Sebaran subjek berdasarkan usia 13

7 Sebaran subjek berdasarkan berat badan 14

8 Sebaran subjek berdasarkan tinggi badan 14

9 Sebaran subjek berdasarkan pendapatan 15

10 Sebaran subjek berdasarkan pengeluaran total 15

11 Sebaran subjek berdasarkan konsumsi suplemen 16

12 Sebaran subjek berdasarkan lama mengikuti latihan 16

13 Sebaran subjek berdasarkan aktivitas fisik 17

14 Sebaran subjek berdasarkan intensitas latihan 18

15 Sebaran subjek berdasarkan durasi latihan 18

16 Sebaran subjek berdasarkan frekuensi latihan 19

17 Sebaran subjek berdasarkan kebiasaan latihan selain UKM 19

18 Sebaran subjek berdasarkan status gizi 20

19 Sebaran subjek berdasarkan tingkat kecukupan energi 21 20 Sebaran subjek berdasarkan tingkat kecukupan protein 22 21 Sebaran subjek berdasarkan persen kontribusi lemak 23 22 Sebaran subjek berdasarkan persen kontribusi karbohidrat 24

23 Sebaran subjek berdasarkan tingkat kebugaran 25

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran hubungan intensitas latihan, status gizi, dan tingkat

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebugaran merupakan salah satu indikator dalam menentukan derajat kesehatan manusia. Gaya hidup kurang aktif dapat meningkatkan penyakit degeneratif, atau penyakit hipokinetik (kurang gerak) seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi dan penyakit dalam lainnya. Kebiasaan hidup kurang aktif ini berakibat langsung pada rendahnya produktivitas kerja yang berkaitan dengan rendahnya kemampuan seseorang dan tingginya angka kesakitan (Lautan dan Suherman 1999). Mahasiswi yang memiliki fisik yang sehat dan bugar dapat menjalankan aktivitas harian secara optimal. Menurut Irianto (2007) seseorang dikategorikan memiliki derajat kebugaran (Fitness) yang baik apabila mampu melakukan pekerjaan sehari-hari secara efisien tanpa kelelahan yang berarti dan dapat menikmati waktu luangnya.

Menurut Indrawati (2005) sebanyak 22 dari 30 orang remaja usia 18-23 tahun berada pada level kebugaran buruk, delapan orang pada level sedang dan tidak ada yang berada pada level kebugaran baik. Penelitian sebelumnya pada mahasiswi Program Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKMUI) menyatakan bahwa dari 11 orang yang dites, hanya terdapat tiga orang yang tergolong bugar. Penelitian yang dilakukan pada mahasiswi Program Studi Gizi FKMUI tahun 2009 dengan menggunakan metode tes bangku tiga menit

YMCA menunjukkan bahwa 86.7% mahasiswi tidak bugar (Indrawagita 2009). Penelitian lain yang dilakukan Adawiyyah (2012) pada mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) menunjukkan bahwa tingkat kebugaran pada subjek perempuan berada dalam kategori kurang sebesar 42.59%.

Kebugaran dipengaruhi oleh genetik, usia, jenis kelamin, aktivitas fisik, status gizi, status kesehatan, kadar hemoglobin, kecukupan istirahat dan kebiasaan merokok (Nurhasanah 2005). Aktivitas fisik adalah semua gerakan otot dan rangka yang membutuhkan energi (Almatsier 2004). Studi WHO pada faktor-faktor resiko menyatakan bahwa salah satu dari sepuluh penyebab kematian dan kecacatan di dunia adalah kurangnya aktivitas fisik seperti duduk dalam jangka waktu yang lama saat bekerja. Lebih dari dua juta orang meninggal akibat kurang gerak atau kurang beraktivtas fisik. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan proporsi aktivitas fisik tergolong kurang aktif secara umum adalah 26.1 persen.

(16)

2

Status gizi dipengaruhi oleh asupan energi dan zat gizi. Asupan energi dan zat gizi yang cukup sangat dibutuhkan untuk mencapai ketahanan fisik dan kondisi tubuh yang prima, karena gizi yang cukup juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kebugaran tubuh (Adawiyyah 2012). Kecukupan gizi individu merupakan jumlah masing-masing zat gizi yang dianjurkan agar dapat hidup sehat yang diperoleh dari makanan atau minuman (Basir 2008). Kecukupan energi dan zat gizi yang tidak terpenuhi (kurang) dapat menyebabkan seseorang kekurangan tenaga untuk bergerak, bekerja, dan melakukan aktivitas fisik, sehingga dapat menurunkan produktivitas (Almatsier 2004).

Pengukuran kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan dapat dilihat dari lima komponen yaitu daya tahan paru-paru dan jantung, daya tahan otot, kekuatan otot, serta kelentukan dan komposisi tubuh. Kebugaran jasmani dapat diukur secara langsung di laboratorium dan secara tidak langsung dengan tes di lapangan. Tes yang disarankan oleh Asian Committee on Standardization of Physical Fitness Test (ACSPFT) adalah Tes Kesegaran Jasmani ACSPFT. Tes Kesegaran Jasmani ACSPFT merupakan tes kebugaran jasmani yang digunakan untuk mengetahui tingkat kebugaran jasmani seorang mahasiswa dan taruna (PUSSEGJAS 1977).

Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) olahraga dapat dijadikan salah satu kegiatan untuk meningkatkan kebugaran. UKM merupakan wadah pengembangan diri, minat, dan bakat bagi mahasiswa Institut Pertanian Bogor yang pembentukan dan pembubarannya ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (MPM KM IPB) (UUD KM IPB 2012). UKM olahraga yang ada di Institut Pertanian Bogor terdiri dari lima UKM beladiri dan sembilan UKM NON beladiri. UKM beladiri yang ada meliputi Tarung Derajat, Aikido, Karate, Taekwondo, dan Merpati Putih. Hasil penelitian Putra dan Amalia (2014) daya tahan kardiorespirasi kelompok UKM lebih tinggi dibandingkan dengan non-UKM. Prestasi optimal dapat ditingkatkan dengan latihan kontinu, spesifik, dan kuantitas latihan yang tepat meliputi intensitas, waktu, dan frekuensi latihan (Bafirman 2013)

Menurut Andhini (2011) atlet gulat memiliki nilai VO2maks lebih tinggi dibandingkan dengan cabang olahraga bulutangkis dan atletik yaitu sebesar 48.79±4.11 ml/kg/menit. Hal tersebut menunjukkan bahwa olahraga Gulat yang merupakan cabang olahraga beladiri mempunyai tingkat kebugaran yang tinggi. Putra dan Amalia (2014) menyarankan agar ada penelitian yang membedakan jenis olahraga terhadap daya tahan kardiorespirasi atau kebugaran. Berdasarkan fakta dan masalah yang dijelaskan sebelumnya, maka dilakukan penelitian non eksperimental untuk mengetahui hubungan Intensitas latihan, status gizi, dan tingkat kecukupan zat gizi dengan tingkat kebugaran pada mahasiswi yang mengikuti UKM beladiri.

Perumusan Masalah

(17)

3 beladiri. Adapun rumusan masalah dalam penulisan karya ilmiah ini sebagai berikut :

1.Bagaimana karakteristik individu, intensitas latihan, status gizi, tingkat kecukupan zat gizi, dan tingkat kebugaran mahasiswi yang mengikuti UKM beladiri berdasarkan macam olahraganya?

2.Apakah terdapat hubungan antara intensitas latihan, status gizi, dan tingkat kecukupan gizi dengan tingkat kebugaran mahasiswi yang mengikuti UKM beladiri?

3. Apakah terdapat perbedaan intensitas latihan, status gizi, tingkat kecukupan zat gizi, dan tingkat kebugaran subjek yang mengikuti UKM Karate dan UKM Merpati Putih?

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Menganalisis hubungan antara intensitas latihan, status gizi, dan tingkat kecukupan zat gizi dengan tingkat kebugaran pada mahasiswi yang mengikuti UKM beladiri.

Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi karakteristik individu, intensitas latihan, status gizi, tingkat kecukupan zat gizi, dan tingkat kebugaran mahasiswi yang mengikuti UKM beladiri.

2. Menganalisis hubungan intensitas latihan dengan tingkat kebugaran mahasiswi yang mengikuti UKM beladiri.

3. Menganalisis hubungan status gizi dengan tingkat kebugaran mahasiswi yang mengikuti UKM beladiri.

4. Menganalisis hubungan tingkat kecukupan zat gizi dengan tingakat kebugaran mahasiswi yang mengikuti UKM beladiri.

5. Menganalisis perbedaan intensitas latihan, status gizi, tingkat kecukupan zat gizi, dan tingkat kebugaran subjek yang mengikuti UKM Karate dan UKM Merpati Putih.

Hipotesis

1. Terdapat hubungan intensitas latihan dengan tingkat kebugaran mahasiswi yang mengikuti UKM Beladiri.

2. Terdapat hubungan antara status gizi dengan tingkat kebugaran mahasiswi yang mengikuti UKM Beladiri.

3. Terdapat hubungan antara tingkat kecukupan zat gizi dengan tingkat kebugaran mahasiswi yang mengikuti UKM Beladiri.

(18)

4

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai berbagai hal terkait dengan tingkat intensitas latihan, status gizi dan tingkat kecukupan zat gizi dan tingkat kebugaran pada mahasiswi, khususnya mahasiswi yang mengikuti UKM beladiri. Hasil pengukuran kebugaran jasmani yang ada pada penelitian ini juga dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk membuat program latihan yang sesuai dan evaluasi program latihan fisik yang telah dilakukan dan merencanakan

meal program untuk subjek penelitian sesuai masalah yang ada. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi baru dalam bidang gizi.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kebugaran merupakan salah satu indikator dalam menentukan derajat kesehatan manusia. Seseorang dikatakan mempunyai tingkat kebugaran yang baik apabila mampu melakukan pekerjaan sehari-hari tanpa merasa lelah dan dapat pulih kembali dalam waktu yang cepat. Kebugaran jasmani berfungsi untuk meningkatkan kemampuan kerja bagi siapapun yang memilikinya sehingga dapat melaksanakan tugas-tugasnya secara optimal untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Komponen kebugaran dibagi menjadi dua yaitu kebugaran berkaitan kesehatan dan kebugaran yang berkaitan dengan keterampilan. Kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan terdiri dari lima komponen yaitu daya tahan paru-paru dan jantung, daya tahan otot, kekuatan otot, serta kelentukan dan komposisi tubuh. Tingkat kebugaran jasmani dapat diukur dengan Tes Kesegaran Jasmani ACSPFT.

Tingkat kebugaran dipengaruhi oleh genetik, usia, jenis kelamin, status gizi, status kesehatan dan aktivitas fisik. Status gizi yang baik diperlukan untuk mempertahankan derajat kesehatan dan kebugaran, membantu pertumbuhan tubuh serta menunjang pembinaan prestasi dibidang olahraga. Status gizi seseorang dipengaruhi secara langsung oleh asupan gizi dan infeksi penyakit. Status gizi yang baik akan terwujud jika asupan gizi memenuhi tingkat kecukupan energi dan zat gizi. Status gizi yang baik akan membuat tubuh seseorang menjadi sehat dan mampu melakukan aktivitas dengan baik.

(19)

5

Keterangan :

= Variabel yang diteliti = Variabel yang tidak diteliti = Hubungan yang diteliti = Hubungan yang tidak diteliti

Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan intensitas latihan, status gizi, tingkat kecukupan zat gizi, dengan tingkat kebugaran mahasiswi UKM beladiri.

METODE

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional, dimana seluruh paparan dan outcome diamati pada saat bersamaan dan pengumpulan data dilakukan pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswi UKM beladiri. Waktu penelitian dan pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2014.

Karakteristik contoh:  Usia

 BB

 TB

 pendapatan  pengeluaran

 konsumsi suplemen  Lama mengikuti UKM

Konsumsi Makanan

 Aktivitas Fisik  Intensitas latihan  Frekuensi latihan  Durasi latihan  Kebiasaan

olahraga selain UKM

 Tingkat Kecukupan Zat Gizi

Status Gizi

Tingkat Kebugaran (Tes Kebugaran Jasmani

ACSPFT)  Genetik

(20)

6

Jumlah dan Teknik Pengambilan Contoh

Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswi IPB yang mengikuti UKM beladiri. UKM beladiri terdiri dari lima cabang olahraga yaitu Karate, taekwondo, Aikido, Tarung derajat, dan Merpati Putih. Pemilihan UKM dilakukan secara

purposive sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi yang telah ditetapkan untuk penelitian ini yaitu terdaftar sebagai UKM beladiri di IPB, mayoritas anggota perempuan, subjek seorang perempuan dan bersedia menjadi subjek penelitian. Kriteria eksklusi penelitian ini adalah dalam keadaan sakit, tidak mendapatkan ijin dari pelatih, dan tidak bersedia menjadi subjek penelitian. Berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi, UKM Karate dan UKM Merpati Putih adalah cabang beladiri yang terpilih sebagai contoh. Langkah selanjutnya dalam menentukan subjek adalah memverifikasi data keanggotaan masing-masing UKM untuk mengetahui jumlah anggota yang aktif mengkuti UKM. Jumlah total anggota perempuan yang aktif mengikuti latihan UKM beladiri tersebut adalah 41 orang, yaitu 20 orang pada UKM Karate dan 21 orang pada UKM Merpati Putih. Subjek yang mengikuti penelitian ini sebanyak 32 orang yaitu 16 orang anggota UKM Karate dan 16 orang anggota UKM Merpati Putih. Minimum sampel pada penelitian ini dihitung menggunakan rumus Slovin (Setiawan 2007) sebagai berikut:

Keterangan:

n = ukuran sampel N = ukuran populasi

D = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih ditafsir atau diinginkan (diambil 10%)

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

(21)

7 Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data

No Variabel Jenis data Cara pengumpulan data

3. Tinggi badan Pengukuran tingi badan dengan Stature dengan ketelitian 0.1cm

2 Status gizi IMT dan IMT/U Perhitungan menggunakan WHO

Antroplus 2007 untuk sampel <19 tahun dan rumus IMT untuk sampel >19 tahun

3 Tingkat

kecukupan zat gizi

1. Konsumsi pangan Wawancara menggunakan kuesioner

Recall 2 × 24 jam hari biasa dan hari libur

Menghitung rasio asupan energi dan zat gizi terhadap kebutuhan energi

4 Aktivitas fisik Aktivitas fisik Aktivitas fisik di record menggunakan kuesioner aktivitas fisik 2×24 jam hari biasa dan hari libur

Intensitas latihan Mengukur denyut nadi 1 menit

Durasi latihan Pengisian kuesioner

Frekuensi latihan

Pengukuran langsung dengan melakukan tes ACSPFT.

Pengolahan dan Analisis Data

(22)

8

Pearson dan korelasi Spearman. Uji beda yang digunakan pada penelitian ini adalah Independent T-test dan Mann Whitney.

Data karakteristik meliputi usia, berat badan, tinggi badan, pendapatan, pengeluaran total, konsumsi suplemen, dan lama mengikuti UKM dianalisis secara deskriptif. Data tinggi badan, pendapatan, dan pengeluaran dikategorikan berdasarkan nilai kuartil dari sebaran data. Data lama mengikuti UKM di kategorikan berdasarkan nilai median. Kategori yang digunakan untuk pengolahan data dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Kategori karakteristik subjek

No Variabel Kategori Acuan

Intensitas latihan, frekuensi latihan, durasi latihan, dan kebiasaan olahraga dianalisis secara deskriptif. Intensitas latihan diukur dengan denyut nadi. Denyut nadi diukur selama 15 detik, kemudian dikalikan empat, sehingga didapat denyut nadi subjek dalam satu menit. Intensitas latihan merupakan rasio denyut nadi latihan terhadap denyut nadi maksimal. Hasil denyut nadi satu menit yang didapat dibagi dengan denyut nadi maksimal, kemudian dikalikan 100 untuk mendapatkan intensitas latihan. Kategori intensitas latihan terdiri dari lima kategori yaitu rendah (<60% DNM), sedang (61-79% DNM), sub maksimal (80-99% DNM), maksimal (100% DNM) dan supermaksimal (>100% DNM) (Wiarto 2013). Denyut nadi maksimal (DNM) dihitung berdasarkan rumus berikut:

DNM = 220 – usia dalam tahun

(23)

9 (FAO/WHO/UNU 2001). Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung PAL:

Keterangan:

PAL = Physical Activity Level (tingkat aktivitas fisik)

PAR = Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)

Status gizi dapat dihitung dengan mengetahui berat badan dan tinggi badan subjek. Indeks Massa Tubuh menurut Usia (IMT/U) dan IMT adalah indikator yang digunakan untuk mengukur status gizi dalam penelitian ini. IMT/U digunakan pada sampel dibawah 19 tahun dan Indeks Massa Tubuh (IMT) digunakan pada sampel berusia diatas 19 tahun. IMT/U subjek dihitung menggunakan software WHO Antroplus 2007, sedangkan IMT dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

Hasil pengolahan status gizi dengan menggunakan software WHO Antroplus 2007 berupa nilai IMT dan Z-score. Nilai IMT dan Z-score yang didapat dikategorikan sesuai pengukuran yang digunakan. Pengkategorian IMT/U dan IMT dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Kategori status gizi berdasarkan IMT/U dan IMT

Jenis data Kategori Cut off point

IMT/U Severe thinness ≤ -3 SD

Thinness -2 SD ≤ z-score < -3 SD

Normal -2 SD < z-score < +1 SD

Overweight +1 SD ≤ z-score < +2 SD

Obese +2 SD ≤ z-score < +3 SD

Severe obese ≥ +3 SD

IMT Underweight <18.5

Normal 18.5-25.0

Overweight >25

Obese >30

Sumber: WHO 2004 dan WHO 2007

(24)

10

KGIj= {(Bj/100) x Gij x (BDDj/100)} Keterangan:

KGIj = kandungan zat gizi (i) dalam makanan (j) Bj = berat makanan (j) yang dikonsumsi (g)

Gij = kandungan zat gizi dalam 100 gram BDD bahan makanan (j) BDDj = bagian bahan makanan (j) yang dapat dimakan

Data asupan energi dan zat gizi selama dua hari dirata-ratakan, sehingga didapat rata-rata asupan energi dan zat gizi contoh. Rata-rata asupan energi dan zat gizi dibandingkan dengan kebutuhan subjek. Kebutuhan energi dan zat gizi subjek diperoleh menggunakan rumus pada Tabel 4. Kebutuhan protein, lemak, dan karbohidrat dihitung menggunakan proporsi untuk olahraga strength, yaitu 15-20%, 20-30%, dan 55-65% (Fink et al 2012).

Tabel 4 Rumus yang digunakan untuk menghitung kebutuhan

No Data Rumus Keterangan

1 Kebutuhan energi perempuan usia 10-18 tahun 2 Kebutuhan energi perempuan

usia 19-55 tahun

5 Kebutuhan karbohidrat Karbohidrat = (60% ×

Kebutuhan energi)/4 Sumber: Fink et al 2012

Tingkat Kecukupan Gizi (TKG) didapat dengan cara membandingkan Asupan energi dan zat gizi aktual subjek dengan kebutuhan subjek. Hasil perhitungan TKG yang didapat dikategorikan menjadi lima untuk energi dan protein. Kategori tingkat kecukupan energi dan zat gizi dapat dilihat pada Tabel 5. Berikut ini adalah rumus yang digunakan dalam menghitung tingkat kecukupan gizi :

10

(25)

11

Tingkat kebugaran jasmani diukur dengan Tes Kesegaran Jasmani ACSPFT untuk mahasiswa dan taruna. Tes ini terdiri dari tujuh tes yang dilakukan secara berurutan dalam satu hari. Ketujuh tes yang dilakukan dalam tes ACSPFT adalah tes lari cepat 50 meter, tes lompat jauh tanpa awalan, tes gantung siku tekuk, tes lari hilir-mudik 4x10 meter, sit up 30 detik, tes lentuk togok, dan lari jauh 800 meter. Hasil yang diperoleh dari tes tersebut masih merupakan nilai kasar. Nilai kasar dari masing-masing tes dikonversi menjadi nilai T dengan menggunakan Tabel T. Nilai T yang sudah didapat dari setiap tes dijumlahkan agar mendapat nilai total T. Total nilai T contoh yang didapat dikategorikan menjadi tingkat kebugaran. Kategori tingkat kebugaran dengan tes kebugaran jasmani ACSPFT dapat dilihat pada Tabel 5 (PUSSEGJAS 1977).

Tabel 5 Kategori tingkat kecukupan zat gizi dan tingkat kebugaran

No Variabel Kategori Acuan

Aktivitas fisik adalah semua kegiatan fisik yang mengeluarkan energi yang dilakukan dalam 24 jam.

Asupan energi dan zat gizi adalah jumlah energi dan zat gizi yang didapat dari hasil konversi konsumsi pangan dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM).

(26)

12

Intensitas latihan adalah persen denyut nadi maksimal yang dicapai subjek. Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah makanan dan minuman yang

dikonsumsi oleh contoh selama 2×24 jam pada hari kuliah dan hari libur. Kosumsi suplemen adalah suplemen yang dikonsumsi oleh subjek dalam bentuk

tablet, sirup, maupun bubuk.

Lama latihan adalah waktu yang dihabiskan dalam satu kali latihan UKM beladiri dalam satuan menit

Lama mengikuti UKM adalah berapa lama subjek menjadi anggota UKM dari awal mengikuti UKM sampai waktu penelitian dalam satuan bulan.

Pendapatan adalah uang saku subjek dalam satu bulan.

Pengeluaran total adalah biaya yang dikeluargan subjek dalam satu bulan yang terdiri dari biaya pangan dan non pangan.

Persen kontribusi karbohidrat adalah proporsi karbohidrat terhadap total energi yang diasup oleh subjek.

Persen kontribusi lemak adalah proporsi lemak terhadap total energi yang diasup oleh subjek.

Status gizi adalah keadaan gizi seseorang yang menunjukkan pemenuhan kebutuhan gizi yang dinilai secara antropometri yaitu dengan menghitung IMT dan IMT/U.

Subjek adalah mahasiswi yang mengikuti UKM Karate dan Merpati Putih di IPB. Tingkat kebugaran adalah kemampuan sampel dalam melakukan kegiatan

sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berarti baik fisik maupun mental dan masih mempunyai sisa atau cadangan tenaga untuk digunakan pada waktu senggang dan untuk keperluan mendadak.

Tingkat kecukupan energi adalah perbandingan konsumsi rata-rata energi terhadap kebutuhan energi subjek.

Tingkat kecukupan protein adalah perbandingan konsumsi rata-rata protein terhadap kebutuhan protein subjek.

Tes ACSPFT adalah serangkaian tes kebugaran yang terdiri darites lari cepat 50 meter, tes lompat jauh tanpa awalan, tes gantung siku tekuk, tes lari hilir-mudik 4x10 meter, tes baring duduk 30 detik, tes lentuk togok, dan lari jauh 800 meter.

UKM beladiri adalah UKM olahraga yang digolongkan menjadi UKM beladiri oleh DPM KM yang terdiri dari Karate, Merpati Putih, Aikido, Tarung Derajat, dan Taekwondo.

Usia adalah usia penuh subjek pada saat dilakukan penelitian dalam satuan tahun.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

(27)

13 latihan fisik 30 menit, latihan inti 60 menit dengan pembagian 45 menit latihan Kata dan 15 menit latihan Kumite, selain itu dilakukan juga pendinginan selama lima menit di akhir latihan. Gerakan-gerakan yang dilatih pada Karate adalah pukulan, tangkisan, dan tendangan. UKM Karate juga melakukan kegiatan lainnya selain latihan rutin, yaitu Ujian Kenaikan Tingkat (UKT), Ujian Sabuk Hitam (USH), pertandingan, pendakian (minimal satu tahun sekali), futsal (selingan sebulan sekali), dan Latihan Dasar Kepemimpinan Karate (LDKK).

UKM Merpati Putih melakukan latihan rutin dua kali dalam satu minggu yaitu pada hari Selasa dan Kamis. UKM ini mempunyai 20 orang anggota dan dua orang pelatih. Kegiatan yang dilakukan setiap latihannya meliputi tradisi berupa hormat perguruan, pembacaan janji anggota dan berdoa, pemanasan 10 menit, latihan inti 90 menit, pendinginan 10 menit dan diakhiri dengan tradisi do’a, pembacaan janji anggota, diakhiri dengan hormat perguruan. Materi latihan inti yang diberikan disesuaikan dengan tujuan latihan yaitu pembentukan gerakan serangan, latihan pernafasan, dan tata gerak (gerakan dasar Merpati Putih).

Karakteristik Subjek

Usia

Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kebugaran jasmani. Mulai dari anak-anak hinga usia 20 tahun daya tahan kardiovaskuler akan meningkat dan maksimal pada usia 20-30 tahun. Setelah 30 tahun daya tahan kardiovaskuler semakin lama semakin menurun (Moeloek 1984). Berdasarkan Tabel 6 sebanyak 50.0% subjek pada UKM Karate berusia 18 tahun, sedangkan pada UKM Merpat Putih 37.50% berusia 18 tahun dan 19 tahun. Hasil uji beda

Mann Whitney menunjukkantidak terdapat perbedaan yang nyata antara usia pada UKM Karate dan Merpati Putih.

Hasil Penelitian Moeloek et al. (2001) pada responden usia 14-17 tahun menunjukkan tidak ada hubungan signifikan (p>0.05) yang bersifat positif antara usia dengan skor total kebugaran jasmani. Hal ini berarti semakin tinggi usia maka belum tentu meningkatkan skor kesegaran jasmani. Secara teori, ketahanan dan kekuatan masih dapat ditingkatkan hingga usia 24 tahun. Subjek pada penelitian ini berusia dibawah 24 tahun, sehingga kondisi fisiknya dapat ditingkatkan. Tingkat kebugaran jasmani dapat ditingkatkan dengan melakukan aktivitas olahraga secara benar dan teratur dengan porsi yang tepat.

Tabel 6 Sebaran subjek berdasarkan usia

Usia Karate Merpati Putih

(28)

14

Berat badan

Berat badan yang dianjurkan untuk usia 16-18 tahun dan 19-29 tahun adalah 50 kg dan 54 kg (AKG 2013). Sebanyak 43.75% subjek memiliki berat badan ≤50 kg pada UKM Karate dan 37.50% pada UKM Merpati Putih memiliki berat badan ≤50 kg dan ≥54 kg. Rata-rata berat badan pada UKM Karate adalah 51.8±5.1 kg, sedangkan pada UKM Merpati Putih 54.1±9.0 kg. Hasil uji beda Mann Whitney

menunjukkantidak terdapat perbedaan nyata berat badan antara UKM Karate dan UKM Merpati Putih.

Tabel 7 Sebaran subjek berdasarkan berat badan

Berat Badan Karate Merpati Putih

n % n %

Tinggi badan yang dianjurkan untuk perempuan usia 16-18 tahun dan 19-29 tahun adalah 158 cm dan 159 cm. Berdasarkan Tabel 8, sebanyak 43.75% subjek pada UKM Karate dan UKM Merpati Putih mempunyai tinggi badan 152-156 cm dan >156 cm. Tinggi badan dikategorikan berdasarkan nilai kuartil sebaran data. Rata-rata tinggi badan subjek UKM Karate dan Merpati Putih yaitu 152.6±5.1 cm dan 155.3±6.8 cm. Hasil uji beda Independent T-test menunjukkantidak terdapat perbedaan yang nyata tinggi badan antara UKM Karate dan Merpati Putih.

Tabel 8 Sebaran subjek berdasarkan tinggi badan

Tinggi Badan Karate Merpati Putih

(29)

15 Tabel 9 Sebaran subjek berdasarkan pendapatan perbulan

Pendapatan Karate Merpati Putih

n % n %

Pengeluaran yang disajikan adalah biaya yang dikeluarkan subjek dalam satu bulan yang terdiri dari biaya pangan dan non pangan. Tabel 10 menyajikan sebaran subjek berdasarkan pengeluaran total. Sebanyak 50.00% subjek pada UKM Karate dan 43.75% subjek pada UKM Merpati Putih mempunyai pengeluaran total Rp 635 000–1 000 000. Pengeluaran total dikategorikan berdasarkan nilai kuartil sebaran data. Secara umum subjek mengalokasikan 80.00% dananya untuk pangan dengan rata-rata Rp 648 125±196 705.7 dan 20.00% untuk non pangan dengan rata-rata Rp 187 968±131 332.3. Hasil uji beda

Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata pengeluaran total antara UKM Karate dan Merpati Putih.

Tabel 10 Sebaran subjek berdasarkan pengeluaran total

Pengeluaran Karate Merpati Putih

n % n % merupakan zat gizi yang terkandung dalam suplemen. Suplemen hanya bersifat menambahkan atau melengkapi zat gizi dari makanan (DIRJENPOM 1996). Mayoritas subjek di kedua UKM tidak mengkonsumsi suplemen, namun 12 dari 32 subjek mengkonsumsi suplemen. Suplemen yang mereka konsumsi adalah vitamin C dan vitamin E. Tujuan subjek mengkonsumsi vitamin C untuk menjaga daya tahan tubuh, sedangkan subjek mengkonsumsi vitamin E untuk menjaga kesehatan kulit.

(30)

16

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat konsumsi vitamin C dengan tingkat kebugaran.

Tabel 11 Sebaran subjek berdasarkan konsumsi suplemen Konsumsi

Konsumsi vitamin C tidak meningkatkan kebugaran secara langsung. Vitamin C akan membantu penyerapan zat besi, dimana zat besi dibutuhkan untuk pembentukan hemoglobin. Hemoglobin berfungsi untuk mengikat oksigen. Rendahnya kadar hemoglobin, membuat oksigen yang dibawa sel darah merah ke seluruh tubuh juga sedikit. Oksigen dibutuhkan dalam metabolisme energi. Kurangnya suplai oksigen akan menimbulkan kelelahan (Anwar dan Sugiarto 2013). dibandingkan subjek yang mengikuti UKM kurang dari 12 bulan. Menurut Putra dan Amalia (2014) semakin rutin seseorang melakukan olahraga maka daya tahan kardiorespirasinya akan semakin baik.

Tabel 12 Sebaran subjek berdasarkan lama mengikuti UKM Lama mengikuti

(31)

17 berjalan 1.64±0.31, ngobrol/diskusi/rapat 1.37±0.44, dan makan 1.03±0.08. Hasil uji beda Independent T-test menunjukkantidak terdapat perbedaan antara aktivitas fisik pada UKM Karate dan Merpati Putih.

Tabel 13 Sebaran subjek berdasarkan aktivitas fisik

Kategori Karate Merpati Putih

n % n %

Ringan 9 56.25 11 68.75

Sedang 7 43.75 5 31.25

Berat 0 0 0 0

Total 16 100 16 100

Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>0.05) antara aktivitas fisik dengan tingkat kebugaran. Hal ini diduga karena aktivitas fisik yang dilakukan subjek belum mewakili aktivitas yang sebenarnya. Pengambilan data dilakuan mendekati UAS sehingga aktivitas yang dilakukan mayoritas adalah belajar sehingga kurang beraktivitas fisik. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Trieyani (2014) pada mahasiswi IPB yaitu tidak terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan kebugaran (p=0.210, r=0.224).

Penelitian diana et al (2013) menunjukkan bahwa Perempuan usia 19-55 tahun yang mempunyai aktivitas fisik yang rendah beresiko 1.2 kali mengalami kegemukan. Hal tersebut dapat terjadi karena aktivitas fisik berkorelasi negatif dengan persen lemak tubuh (p=0.005, r= -0.357). Hal ini berarti semakin tinggi aktivitas fisik maka semakin rendah persen lemak tubuh, begitu pula sebaliknya semakin rendah aktifitas fisik maka semakin tinggi persen lemak tubuh (Amelia dan Syauqy 2014). Aktivitas fisik dapat meningkatkan oksidasi lemak tubuh sehingga menurunkan lemak tubuh di jaringan adiposa (Thompson et al. 2012). Hasil penelitian Amelia dan Syauqy (2014) pada wanita usia 20-40 tahun yang mengikuti latihan aerobik ≥ tiga bulan menunjukkan bahwa setiap pengeluaran satu kkal energi dari aktivitas fisik maka akan mengurangi persen lemak tubuh sebesar 0.011.

Intensitas Latihan

Latihan adalah aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur dan dilakukan berulang-ulang untuk menyempurnakan atau mempertahanakan satu komponen kebugaran atau lebih (Wiarto 2013). Latihan dapat meningkatkan kebugaran jasmani apabila frekuensi, durasi/lama latihan, dan intensitas latihan berada pada masuk zona latihan (Depkes 1990 dalam Susilowati 2007). Intensitas latihan untuk meningkatkan kesegaran jasmani sebaiknya 72%-87% dari denyut nadi maksimal. Intensitas latihan dilihat dari proporsi denyut nadi latihan dalam satu menit terhadap denyut nadi maksimalnya. Meningkatnya usia akan menurunkan denyut nadi maksimal seseorang (Moeloek 1984).

(32)

18

pada UKM Karate dan UKM Merpati Putih secara berturut-turut yaitu 54.29±10.99 persen dan 70.00±15.56 persen. Hasil uji beda Independent T-test

menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata intensitas latihan antara UKM Karate dan Merpati Putih. Uji korelasi Pearson menunjukkan tidak ada hubungan antara intensitas latihan dengan tingkat kebugaran (p>0.05). Menurut Guntin et al

(2005) peningkatan intensitas aktivitas fisik dapat mengarahkan daya tahan kardiorespiratori menjadi lebih baik dan lemak tubuh menjadi lebih sedikit. Meningkatnya aktivitas fisik membuat aliran darah yang melalui paru-paru meningkat hingga tujuh kali lipat. Orang yang terlatih memiliki denyut jantung yang lebih sedikit, namun volume darah yang dipompa keluar kantung lebih banyak, sehingga kerja jantung lebih efektif (Sandi 2013).

Tabel 14 Sebaran subjek berdasarkan intensitas latihan

Intensitas Latihan Karate Merpati Putih

n % n %

Rendah 13 81.25 6 37.50

Sedang 2 12.50 6 37.50

Sub Maksimal 1 6.25 4 25.00

Total 16 100 16 100

Durasi latihan

Latihan dengan intensitas di bawah zona latihan akan memberikan hasil yang kurang efektif jika tidak diimbangi dengan durasi latihan yang tepat. Durasi mengukur berapa lama seseorang melakukan latihan dalam satu waktu (Wiarto 2013). Lebih dari 50.00% subjek pada kedua UKM melakukan latihan selama 120 menit. Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata durasi latihan antara UKM Karate dan UKM Merpati Putih. Hal ini diduga karena waktu latihan pada kedua UKM sama yaitu 120 menit.

Tabel 15 Sebaran subjek berdasarkan durasi latihan

Durasi Latihan Karate Merpati Putih

n % n %

120 menit 14 87.50 12 75.00

150 menit 2 12.50 4 25.00

Total 16 100 16 100

(33)

19 Frekuensi Latihan

Frekuensi latihan juga perlu dipertimbangkan agar mendapatkan hasil yang efisien. Frekuensi latihan adalah jumlah ulangan latihan yang dilakukan dalam jangka waktu satu minggu. Sebanyak 75.00% responden Karate dan 100% responden Merpati Putih melakukan latihan UKM dua kali dalam satu minggu. Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata frekuensi latihan antara UKM Karate dan UKM Merpati Putih. Hal ini diduga karena pada UKM Karate latihan dilakukan dengan frekuensi 2-3 kali sedangkan pada UKM Merpati Putih latihan dilakukan selama dua kali dalam seminggu. Tabel 16 Sebaran subjek berdasarkan frekuensi latihan

Frekuensi Latihan Karate Merpati Putih

n % n %

2 kali 12 75.00 16 100

3 kali 4 25.00 0 0

Total 16 100 16 100

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi latihan dengan tingkat kebugaran (p>0.05). Menurut Moeloek (1984) frekuensi optimal latihan adalah tiga kali dalam satu minggu. Frekuensi mempunyai hubungan dengan intensitas dan lamanya latihan. Makin tinggi intensitas latihan dan makin lama durasi tiap latihan maka frekuensi latihan per minggu semakin sedikit. Penelitian yang dilakukan Putra dan Amalia (2014) menunjukkan bahwa subjek yang melakukan kegiatan olahraga satu sampai tiga kali dalam seminggu memiliki daya tahan kardiorespirasi yang baik. Selain itu menurut Ramayulis et al. (2013) subjek dengan frekuensi latihan cukup mempunyai rata-rata Bone Mineral Density (BMD) lebih tinggi 0.56 poin dibandingkan subjek dengan frekuensi latihan kurang.

Kebiasaan Olahraga selain UKM

Kebiasaan olahraga selain UKM adalah olahraga yang dilakukan diluar jadwal latihan UKM. Secara umum lebih dari 50% subjek melakukan olahraga diluar kegiatan UKM yang diikuti. Olahraga yang dilakukan meliputi jogging,

dance, basket, sit up, dan push up. Olahraga tersebut dilakukan satu kali dalam seminggu dengan durasi 30 menit. Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata kebiasaan olahraga selain UKM antara UKM Karate dan Merpati Putih.

Tabel 17 Sebaran subjek berdasarkan kebiasaan olahraga selain UKM

Kebiasaan Olaharaga Karate Merpati Putih

n % n %

Ya 8 50.00 9 56.25

Tidak 8 50.00 7 43.75

(34)

20

Hasil uji Spearman menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan olahraga diluar UKM dengan tingkat kebugaran. Namun, subjek yang melakukan olahraga diluar UKM memiliki kebugaran sangat baik yang lebih tinggi dibandingkan yang tidak melakukan latihan diluar UKM. Olahraga yang dilakukan secara rutin dapat memanfaatkan oksigen yang berguna untuk memperkuat otot jantung sehingga dapat memompa darah lebih banyak keseluruh tubuh, memperlebar pembuluh nadi sehingga kapasitas pengangkutan oksigen darah menjadi meningkat, dan dapat meningkatkan jumlah sel darah merah sehingga kapasitas pengangkutan oksigen darah untuk menghasilkan energi menjadi meningkat (Wiarto 2013).

Status Gizi

Secara umum subjek di kedua UKM mempunyai status gizi yang normal, namun ada lima responden yang memiliki status gizi overweight. Status gizi IMT/U berhubungan dengan persen lemak tubuh, artinya semakin tinggi IMT/U maka semakin tinggi persen lemak tubuh seseorang (Handayani et al. 2007). Hal tersebut menunjukkan bahwa subjek yang mempunyai status gizi overweight

memiliki persen lemak tubuh yang tinggi (Amelia dan Syauqy 2014). Overweight

pada subjek diduga karena persen kontribusi lemak lebih dan aktivitas fisik yang rendah. Hasil uji beda Independent T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata status gizi (IMT) antara UKM Karate dan Merpati Putih.

Tabel 18 Sebaran subjek berdasarkan status gizi

Kategori Karate Merpati Putih

n % n %

Underweight 0 0 0 0.0

Normal 14 87.50 13 81.25

Overweight 2 12.50 3 18.75

Obese 0 0 0 0.0

Total 16 100 16 100

Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan tingkat kebugaran (p<0.05). Nilai korelasi

(35)

21 Tingkat Kecukupan Zat Gizi

Tingkat Kecukupan Energi

Energi merupakan hasil metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak yang terkandung dalam makanan yang diasup seseorang (Thompson et al. 2011). Berbagai faktor yang mempengaruhi kecukupan energi adalah berat badan, tinggi badan, usia, jenis kelamin, energi cadangan bagi anak dan remaja, serta Thermic Effect of Food (TEF) (Hardinsyah et al. 2012). Pada penelitian ini tingkat kecukupan energi UKM Karate dan UKM Merpati Putih tergolong normal yaitu sebesar 31.25%. Rata-rata asupan energi UKM Karate dan UKM Merpati Putih yaitu 2 031±417.8 kkal dan 1 888±304.2 kkal. Hasil uji beda Independent T-test

menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata tingkat kecukupan energi antara UKM Karate dan Merpati Putih.

Secara umum 19 dari 32 subjek memiliki tingkat kecukupan energi yang kurang. Tingkat kecukupan energi yang kurang ini diduga karena padatnya jadwal kuliah yang membuat waktu makan subjek berkurang. Kurangnya asupan energi akan menyebabakan energi yang tersedia untuk melakukan aktivitas tidak tercukupi. Selain itu, Asupan energi yang kurang akan menyebabkan berkurangnya kemampuan otot, penurunan berat badan dan menurunnya kemampuan pada saat melakukan olahraga atau aktivitas yang berat (Putri 2010). Hasil penelitian Putra dan Amalia (2014) menunjukkan bahwa sebagian besar subjek yang memiliki tingkat kecukupan energi yang normal mempunyai daya tahan kardiorespirasi cukup (45.4%), sedangkan pada tingkat kecukupan energi defisit berat memiliki daya tahan kardiorespirasi yang kurang (38.4%).

Selain tingkat kecukupan energi yang kurang, tiga dari 32 subjek mempunyai tingkat kecukupan energi yang lebih. Tingkat kecukupan energi yang lebih diduga karena mengkonsumsi makanan jajanan kemasan dan kue-kue tinggi energi. Energi yang berlebih dalam tubuh akan diubah menjadi trigliserida dan akan disimpan di jaringan adiposa sebagai lemak tubuh. Penelitian di Amerika menunjukkan bahwa peningkatan rata-rata asupan energi sebesar 341 kkal/hari berdampak pada peningkatan prevalensi obesitas pada wanita dari 16% menjadi 36,5% (Austin et al. 2011).

Tabel 19 Sebaran subjek berdasarkan tingkat kecukupan energi

Kategori Karate Merpati Putih

n % n %

(36)

22

menunjukkan tidak ada hubungan antara konsumsi energi dengan VO2maks (p>0.05) (Ramadhan 2013). Sementara itu hasil penelitian Nurwidyastuti (2012) menunjukkan bahwa subjek yang mempunyai konsumsi energi yang kurang memiliki resiko 4.32 kali menjadi tidak bugar dibandingkan dengan subjek yang cukup mengkonsumsi energi. Energi dibutuhkan tubuh untuk memelihara fungsi dasar tubuh yang disebut energi basal sebesar 60-70% dari kebutuhan energi total. Energi basal diperlukan untuk fungsi tubuh seperti mencerna, mengolah dan menyerap makanan dalam alat pencernaan, serta untuk bergerak, berjalan, bekerja dan beraktivitas lainnya (Almatsier 2004).

Tingkat Kecukupan Protein

Protein berfungsi membentuk ikatan-ikatan esensial tubuh, pertumbuhan dan pemeliharaan sel-sel tubuh, mengatur keseimbangan air, pembentuk energi, mengangkut zat-zat gizi dan sumber energi (Almatsier 2004). Tingkat kecukupan protein subjek UKM Karate (81.25%) dan UKM Merpati Putih (75.00%) tergolong defisit berat. Rata-rata konsumsi protein UKM Karate dan UKM Merpati Putih yaitu 52.25±30.94 gram dan 47.70±12.46 gram. Hasil uji beda

Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata tingkat kecukupan protein antara UKM Karate dan Merpati Putih.

Tabel 20 Sebaran subjek berdasarkan tingkat kecukupan protein

Kategori Karate Merpati Putih

n % n %

Tingkat kecukupan protein berkaitan dengan konsumsi protein. Rendahnya konsumsi protein maka rendah pula tingkat kecukupan proteinnya. Menurut Soeditama (1996), faktor-faktor yang mempengaruhi asupan energi dan protein adalah jumlah (porsi) makanan, jenis makanan, dan frekuensi makan. Tidak tercukupinya asupan protein diduga karena protein yang diasup tidak sesuai dengan kebutuhan subjek. Konsumsi subjek kurang seimbang yaitu hanya ada satu jenis lauk yang dikonsumsi, lauk hewani atau nabati, lalu subjek juga menjadikan sumber karbohidrat seperti bihun, mie dan kentang sebagai lauk. Selain itu subjek sering mengkonsumsi makanan jajanan yang tinggi energi namun rendah zat gizi.

(37)

23 diperlukan oleh atlet yang membutuhkan kekuatan dan power karena protein membantu proses pembentukan serabut otot sehingga meningkatkan massa otot (Kemenkes 2013).

Persen Kontribusi Lemak

Kebutuhan lemak pada atlet Strength adalah 20-30% dari total energi (Fink

et al. 2012). Persen kontribusi lemak pada kedua UKM tergolong normal, yaitu sebesar 43.75% dengan rata-rata 24.9±8.6 gram pada UKM Karate dan 50.00% dengan rata-rata 25.4±9.8 gram pada UKM Merpati Putih. Hasil uji beda

Independent T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara persen kontribusi lemak pada UKM Karate dan Merpati Putih.

Tabel 21 sebaran subjek berdasarkan persen kontribusi lemak

Kategori Karate Merpati Putih

n % n %

Kurang 4 25.00 5 31.25

Normal 7 43.75 8 50.00

Lebih 5 31.25 3 18.75

Total 16 100 16 100

Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>0.05) antara persen kontribusi lemak dengan tingkat kebugaran. Semakin tinggi persen kontribusi lemak belum tentu menaikkan kebugaran subjek. Walaupun demikian subjek yang memiliki persen kontribusi lemak cukup memiliki tingkat kebugaran baik hingga sangat baik. Hal ini sejalan dengan penelitian Widiastuti et al. (2009) yaitu konsumsi lemak tidak berkorelasi dengan VO2max pada atlet pencak silat. Walaupun demikian persen kontribusi lemak yang berlebih akan meningkatkan asupan energi. Asupan energi yang tinggi (melebihi kebutuhan) yang disertai dengan aktivitas fisik yang rendah dapat menyebabkan penumpukan lemak tubuh, karena energi yang masuk lebih besar dibandingkan dengan energi yang keluar (Amelia dan Syauqy 2014).

Persen Kontribusi Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi. Mengonsumsi karbohidrat dapat mengisi kembali cadangan glikogen yang hilang saat latihan. Faktor yang mempengaruhi kecukupan karbohidrat seseorang dipengaruhi oleh ukuran tubuh (berat badan), usia, dan aktivitas fisik. Ukuran tubuh yang dimaksud adalah massa otot yang semakin besar dan aktivitas fisik yang semakin tinggi berimplikasi pada kecukupan karbohidrat yang semakin tinggi (Hardinsyah et al. 2012). Penggunaan karbohidrat dan lemak sebagai sumber energi selama olahraga atau aktivitas fisik lain tergantung pada intensitas dan lamanya aktivitas fisik tersebut. Secara umum, penggunaan karbohidrat meningkat dengan meningkatnya aktivitas fisik (Rimbawan dan Siagian 2004).

(38)

24

dan Merpati Putih. Tingginya proporsi karbohidrat ini diduga karena seringnya memilih pangan sumber karbohidrat sebagai lauk seperti perkedel, bihun, mie dan kentang balado. Konsumsi karbohidrat secara berlebihan tanpa disertai pengeluaran energi yang seimbang menyebabkan energi banyak tertimbun dan apabila kondisi ini berlangsung lama dapat mengakibatkan terjadinya kegemukan (Almatsier 2004).

Tabel 22 Sebaran subjek berdasarkan persen kontribusi karbohidrat

Kategori Karate Merpati Putih

n % n % (p>0.05) antara persen kontribusi karbohidrat dengan tingkat kebugaran, namun hasil tabulasi silang menunjukkan ada kecenderungan subjek yang mempunyai persen kontribusi karbohidrat yang tinggi memiliki tingkat kebugaran yang baik sedangkan subjek yang mempunyai persen kontribusi karbohidrat cukup memiliki tingkat kebugaran sedang. Konsumsi karbohidrat yang tinggi (>70% dari total energi sehari) sehari-hari terutama sebelum berolahraga bertujuan untuk meningkatkan simpanan glikogen di dalam tubuh dan untuk menjaga kadar glukosa di dalam darah sehingga laju produksi energi melalui pembakaran karbohidrat saat berolahraga dapat tetap terjaga. Banyaknya glikogen yang terdapat dalam tubuh dapat memperlambat terjadinya kelelahan dalam olahraga ketahanan yang biasanya berdurasi panjang (Karyamitha dan Ahdi 2011).

Tingkat Kebugaran

Kebugaran jasmani berperan penting bagi kehidupan seseorang dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Kebugaran jasmani berfungsi untuk meningkatkan kemampuan kerja bagi siapapun yang memilikinya sehingga dapat melaksanakan tugas-tugasnya secara optimal untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Kebugaran jasmani juga sangat penting bagi olahragawan untuk meningkatkan prestasi (Wiarto 2013). Berdasarkan Tabel 23, tingkat kebugaran pada UKM Karate tergolong sedang hingga baik, sedangkan pada UKM Merpati Putih tergolong baik. Hasil uji beda Independent T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata skor kebugaran antara UKM Karate dan Merpati Putih. Terdapat 12.5% subjek yang memiliki tingkat kebugaran yang kurang. Hal ini diduga karena subjek tidak melakukan salah satu tes dengan baik sehingga skor kebugaran yang didapat menjadi rendah. Tes sit up dan gantung siku tekuk adalah tes yang tidak dilakukan dengan baik oleh subjek.

(39)

25

Tabel 23 Sebaran subjek berdasarkan tingkat kebugaran

Kategori Karate Merpati Putih

n % n %

baik sekali 2 12.5 2 12.5

baik 6 37.5 7 43.8

sedang 6 37.5 5 31.3

kurang 2 12.5 2 12.5

kurang sekali 0 0 0 0

Total 16 100 16 100

Performa daya tahan dapat ditingkatkan dengan mengkonsumsi pangan berindeks glikemik rendah. Menurut Wilda et al. (2013) subjek yang diberikan pangan Indeks Glikemik rendah (IG 37) tiga jam sebelum lari 5 km, memiliki waktu tempuh yang lebih cepat dibandingkan dengan subjek yang diberikan pangan indeks glikemik tinggi (IG 85). Konsumsi multivitamin dan mineral juga dapat meningkatkan kebugaran. Pemberian 15 mL sirup SMG (vitamin A, B1, B2, B6, C dan mineral Ca, Fe, Zn) setiap hari selama 8 minggu dapat meningkatkan tingkat kebugaran fisik dalam arti kecepatan lari, kekuatan otot, dan daya tahan jantung (Rimbawan et al. 2013).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Subjek terdiri dari dua UKM, yaitu Karate dan Merpati Putih. Sebagian besar subjek berusia 18-19 tahun. Berat badan subjek UKM karate adalah < 50 kg, sedangkan pada UKM Merpati Putih <50 kg dan >54 kg. Kedua UKM memiliki pendapatan dan pengeluaran total sebesar Rp 725 000 – Rp 1 337 500 dan Rp 635 000- Rp 1 000 000. Mayoritas subjek di kedua UKM tidak mengkonsumsi suplemen.

Intensitas latihan Subjek rendah hingga sedang. Subjek UKM karate dan subjek UKM Merpati Putih melakukan latihan selama 120 menit dengan frekuensi dua kali dalam satu minggu. Mayoritas subjek telah menjadi anggota UKM lebih dari 12 bulan. Selain mengikuti UKM, subjek di kedua kelompok juga melakukan olahraga lainnya seperti joging selama 30 menit. Subjek pada UKM Karate maupun Merpati Putih memiliki status gizi normal. Tingkat kecukupan energi dan protein pada kedua UKM juga tergolong normal dan defisit berat. Persen kontribusi lemak dan karbohidrat subjek di kedua kelompok tergolong cukup dan lebih.

(40)

26

antara intensitas latihan, frekuensi latihan, durasi latihan, aktivitas fisik, status gizi, tingkat kecukupan energi, tingkat kecukupan protein, persen kontribusi lemak, persen kontribusi karbohidrat dan tingkat kebugaran pada UKM Karate dan UKM Merpati Putih, namun terdapat perbedaan (p<0.05) frekuensi latihan pada UKM karate dan UKM Merpati Putih.

Saran

Sebaiknya pelatih perlu memantau status gizi anggota untuk mempertahankan kebugaran dengan cara melakukan penimbang berat badan rutin. Perlunya peningkatan aktivitas fisik dan melakukan diet yang tepat untuk mencapai status gizi normal. Peningkatan aktivitas fisik dilakukan dengan mempertimbangkan frekuensi, durasi, dan intensitas latihan. Sebaiknya anggota UKM mulai memperhatikan makanan yang dimakan dengan memilih menu yang seimbang. Menu seimbang terdiri dari makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayur dan buah. Perlu diadakannya penelitian lain terkait mitos-mitos makanan yang diyakini dapat meningkatkan performa dan penelitian lebih lanjut tentang pemberian edukasi terkait gizi olahraga, penerapan makanan yang seimbang sesuai kebutuhan, dan pengukuran komposisi tubuh untuk mendukung penelitian ini. Melakukan pengukuran kebugaran secara berkelanjutan juga penting dilakukan untuk melihat peningkatan kebugaran selama mengikuti latihan UKM.

DAFTAR PUSTAKA

Adawiyyah AR. 2012. Analisis hubungan antara kecukupan gizi dan status gizi dengan tingkat kebugaran mahasiswa IPB [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Almatsier. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta (ID) : Gramedia

Amelia IN dan Syauqy A. 2014. Hubungan antara asupan energi dan aktivitas fisik dengan persen lemak tubuh pada wanita peserta senam aerobik.

Journal of Nutrition College 3(1): 200-205.

Andhini RA. 2011. Hubungan antara asupan zat gizi dan komposisi lemak tubuh dengan kapasitas daya tahan tubuh atlet di sekolah atlet ragunan jakarta [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Anwar S dan Sugiarto SR. 2013. Korelasi kadar hemoglobin dan konsumsi oksigen maksimal (VO2max) siswa sman 1 pamotan kabupaten rembang bergolongan darah A, B, AB, O tahun 2012. Journal of Sport Sciences and Fitness 2(1): 44-48.

Austin GL, Ogden LG, Hill JO. 2011. Trend in carbohydrate, fat, and protein intake and association with energy intake normal-weight, overweight, and obese individuals. Am J Clin Nutr 93(4): 836-843. Doi: 10.3945/ajcn.110.000141.

(41)

27 Basir. 2008. Tingkat pengetahuan gizi, sikap dan asupan zat gizi pada dewasa

awal [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Departemen Kesehatan. 1996. Pedoman Praktis Pemantauan Status Gizi Orang Dewasa. Jakarta (ID) : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Diana R, Yuliana I, Yasmin G, Hardinsyah. 2013. Faktor risiko kegemukan pada wanita dewasa Indonesia. Jurnal Pangan dan Gizi 8(1): 39.

[DIRJENPOM] Direktorat jendral pengawasan obat dan makanan. 1996. Surat keputusan direktorat jendral pengawas obat dan makanan. Jakarta (ID): Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Driskell, JA. 2008. Nutrition and Exercise Concerns Of Middle Age. United States (US): CRC press.

Fani I. 2013. Asupan dan protein serta aktivitas fisik pada mahasiswi dengan status gizi normal dan gemuk [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Fink HH, Mikesky AE, Burgoon LA. 2012. Practical Applications In Sports Nutrition Third Edition. America (US): Jones & Bartlett learning.

Gutin B, Yin Z, Humphries MC, Barbeau P. 2005. Relations of moderate and vigorous physical activity to fitness and fatness in adolescents. Am J Clin Nutr 81(4): 746-750.

Halimah N, Rosidi A, dan Noor Y. 2014. Hubungan konsumsi vitamin C dengan kesegaran jasmani pada atlet sepakbola di pusat pendidikan dan latihan olahraga pelajar Jawa Tengah. Jurnal Gizi UMS 2(2):

Handayani MS, Dwiriani CM, Riyadi H. 2013. Hubungan komposisi tubuh dan status gizi dengan perkembangan seksual pada remaja putri di perkotaan dan pedesaan. Jurnal Pangan dan Gizi 8(3):181-186.

Hardinsyah, Riyadi H, Napitupulu V. 2012. Kecukupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat. Bogor (ID): Departemen Gizi Masyarakat, FEMA, Institut Pertanian Bogor.

Hardinsyah dan Briawan D. 1994. Penilaian dan Perencanaan Kosumsi Pangan. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Indrawati R. 2005. Hubungan tingkat kebugaran jasmani dan kapasitas vital paru pada kelompok remaja dengan faal paru normal. Majalah ilmu faal indonesia: 4 (3): 135-142.

Indrawagita L. 2009. Hubungan status gizi, aktivitas fisik, dan supan zat gizi dengan kebugaran pada mahasiswi program studi gizi FKM UI Tahun 2009 [Skripsi]. Depok (ID): Universitas Indonesia.

Imadudin MAH. 2012. Hubungan antara karakteristik atlet, tingkat kecukupan gizi dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo di SMA Ragunan Jakarta [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Institut Pertanian Bogor. 2012. UUD keluarga mahasiswa. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Irianto DP. 2007. Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan. Yogyakarta (ID): Andi Yogyakarta.

Karyamitha NLG dan Adhi KT. 2012. Tingkat kecukupan gizi, aktivitas fisik, dan status gizi atlet sepakbola remaja putra sekolah menengah atas (SMA) negeri di kota denpasar tahun 2011. Jurnal Ilmiah Kedokteran 43(2):

(42)

28

Lautan dan Suherman. 1999. Pengukuran dan Evaluasi Penjaskes. Jakarta (ID): Ditjen Dikdasmen.

Mahardikawati VA dan Roosita K. 2008. Aktivitas fisik, asupan energi dan status gizi wanita pemetik teh di PTPN VII Bandung, Jawa Barat. Jurnal Gizi dan Pangan 3(2): 79-85.

Moeloek D, Permaesih D, Rosmalia Y, Herman S. 2001. Cara praktis pendugaan tingkat kesegaran jasmani. Buletin Penelitian Kesehatan 29(4): 174-183. Moeloek D. 1984. Kesehatan dan Olahraga. Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia.

Nurhasanah et al. 2005. Petunjuk Praktis Pendidikan Jasmani. Surabaya (ID): UNESA.

Nurwidyastuti D. 2012. Hubungan konsumsi zat gizi status gizi dan faktor-faktor lain dengan status kebugaran mahasiswa departemen arsitektur fakultas teknik universitas indonesia tahun 2012 [skripsi]. Depok (ID): Universitas Indonesia.

Perdana SM. 2011. Aktivitas fisik dan konsumsi energi minuman berkalori pada laki-laki dan perempuan gemuk dan tidak gemuk [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Pertiwi AB dan Murbawani EA. 2012. Pengaruh asupan makanan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) terhadap daya tahan jantung paru (VO2maks) atlet sepak bola. Journal of Nutrition College 1(1): 199-208. [PUSEGJAS] Pusat Kebugaran Jasmani dan Rekreasi. 1977. Penilaian kebugaran

jasmani dengan tes ACSPFT. Jakarta (ID): Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Putra RN dan Amalia L. 2014. Asupan energi Protein dan frekuensi olahraga dengan daya tahan kardiorespirasi dan massa otot pada mahasiswa IPB.

Jurnal Pangan dan gizi 9(1): 29-34.

Putri CDC. 2010. Faktor determinan kesegaran jasmani pada remaja putri di SMA negeri 2 semarang [skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro. Ramadhan RP, Buannasita A, & Rakhmawati Y. 2013. Hubungan tingkat

konsumsi zat gizi, kadar HB, dan status gizi dengan kapasistas aerobik (Vo2makx) atlet di pemusatan latihan daerah (PUSLATDA) Panjat Tebing Jawa Timur. Jurnal pangan dan gizi 8(1): 10

Ramayulis R, Hendrorini A, Marbun RM. 2013. Gaya hidup, latihan fisik, dan kebiasaan makan hubungannya dengan kepadatan mineral tulang wanita muda. Jurnal Pangan dan Gizi 8(1):11

Rimbawan dan Siagian. 2004. Indeks Glikemik Pangan. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Rimbawan, Gifari N, Dewi M. 2013. Efikasi suplemen multi gizi mikro terhadap tingkat kebugaran fisik mahasiswi. Jurnal Pangan dan Gizi 8(1): 8.

[RISKESDAS] Riset Kesehatan Dasar. 2013. Jakarta (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.

Sandi IN. 2013. Hubungan antara tinggi badan, berat badan, indeks massa tubuh, dan umur terhadap frekuensi denyut nadi istirahat siswa SMKN 5 Denpasar.

Sport and Fitness Journal 1(1): 38-44.

(43)

29 Susilowati. 2007. Faktor-faktor kesegaran jasmani pada polisi lalu lintas di Kota

Semarang. Media Gizi & Keluarga 4(2), 91—98.

Thompson JL, Manore MM, Vaughan LA. 2011. The Science Of Nutrition. San Fransissco (US): Pearson Education.

Thompson D, Karpe F, Lafontan M, Frayn K. 2012. Physical activity and exercise in the regulation of human adipose tissue physiology. Physiol Rev 92 (1): 157-191.doi: 10.1152/physrev.00012.2011.

Trieyani EF. 2014. Hubungan pola konsumsi pangan sumber lemak dan kebiasaan olahraga dengan komposisi lemak tubuh dan kebugaran pada mahasiswa IPB [skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.

[UNICEF] United Nations Of Children's Fund. 1998. The State of the World’s Children 1998. New York (US): Oxford University Press.

[WHO] World Health Organization. 2001. Human Energi Requirements. WHO Technical Report Series no. 724. Geneva: Switzerland.

Widiastuti PA, Kushartanti BMW, Kandarina BJI. 2009. Pola makan dan kebugaran jasmani altet pencak silat selama pelatihan daerah pekan olahraga nasional XVII provinsin Bali tahun 2008. Jurnal Gizi Klinik Indonesia 6(1): 13-20.

Wiarto G. 2013. Fisiologi Olahraga.Yogyakarta (ID):Graha Ilmu.

(44)
(45)

31

RIWAYAT HIDUP

Gambar

Gambar 1  Kerangka pemikiran hubungan intensitas latihan, status gizi, tingkat
Tabel 1  Jenis dan cara pengumpulan data
Tabel  3  Kategori status gizi berdasarkan IMT/U dan IMT
Tabel 4  Rumus yang digunakan untuk menghitung kebutuhan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum, tujuan penelitian ini adalah menganalisis karakteristik atlet, konsumsi, tingkat kecukupan gizi, status gizi, dan tingkat kebugaran atlet taekwondo SMA

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui keragaan status gizi, aktivitas fisik, konsumsi pangan serta tingkat kecukupan energi dan zat gizi anak sekolah dasar di

Penelitian ini menunjukkan bahwa indeks massa tubuh dan persen lemak tubuh tidak berhubungan dengan tingkat kebugaran sedangkan aktivitas fisik berhubungan dengan

pembatasan masalah yang didapat maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Apakah ada hubungan antara tingkat kecukupan zat gizi (Energi, Protein,

Tidak ada hubungan antara tingkat pendapatan, kecukupan energi dan hidden hunger dengan status gizi balita.. Diharapkan adanya konsultasi atau penyuluhan gizi seimbang

Sebagian besar responden mahasiswa di UHAMKA memiliki status gizi berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT) pada kategori normal yaitu (54%), status gizi berdasarkan persen lemak tubuh

Secara umum, tujuan penelitian ini adalah menganalisis karakteristik atlet, konsumsi, tingkat kecukupan gizi, status gizi, dan tingkat kebugaran atlet taekwondo SMA

HUBUNGAN KECUKUPAN ZAT GIZI DAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI SMA LENTERA HARAPAN KOTA PALOPO CORRELATION BETWEEN ADEQUACY OF NUTRITION SUBSTANCE AND