• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Hubungan antara Kecukupan Gizi dan Status Gizi dengan Tingkat Kebugaran Mahasiswa IPB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Hubungan antara Kecukupan Gizi dan Status Gizi dengan Tingkat Kebugaran Mahasiswa IPB"

Copied!
184
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

ROBIAH AL ADAWIYYAH. Analysis of Relationship between Nutritional Adequacy, Nutritional Status and Fitness Level of IPB Students. Under direction of LILIK KUSTIYAH and MIRA DEWI

Economical progress in developing countries, including Indonesia, has generated many changes. There has been changes in lifestyle from active to less active as well as advances is technology. This resulted in changes in consumption which are generally use food instant. These changes can easily lead to degenerative diseases at a young age. The general objective of this study was to analyze the relationship between nutritional status and fitness levels of students with the specific objectives including 1) assess the characteristics, nutritional status and fitness level of samples; 2) analyze the relationship between the sample’s characteristics and BMI, body composition and fitness levels; 3) analyze the relationship between the adequacy level of energy - nutrient and BMI (Body Mass Index), body composition and fitness level; 4) analyze the relationship between BMI and fitness level; 5) analyze the relationship between body composition and BMI and fitness levels. The research was conducted using Cross Sectional study design with 75 students as samples. Primary data used included characteristics, nutritional status, body composition and fitness level of samples. The results showed that nutritional status of male students was not significantly different from the female students. In contrast, the percentage of body fat of men is lower than those in women. The level of fitness (flexibility and VO2max) was significantly higher in the men than of the women. BMI was significantly decreased with the level of fitness. Body fat percentage were significantly increased with BMI and body fat percentage were significantly decreased with the fitness level. The study suggested that students should improved the nutrients intake and do the exercise in order to have a good level of fitness.

(2)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kemajuan yang terjadi di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, banyak menimbulkan perubahan. Dari perubahan gaya hidup maupun pola makan bagi penduduknya. Perubahan gaya hidup dari yang sederhana menjadi serba cepat atau instan menyebabkan banyak orang memanfaatkan kemajuan teknologi di masa kini. Pemikiran yang semua serba instan ini menyebabkan banyak orang yang lebih tertarik mengkonsumsi makanan fast food atau junkfood. Perubahan-perubahan ini dapat dengan mudah memicu timbulnya berbagai penyakit degeneratif di usia muda, yang sangat merugikan bagi generasi penerus bangsa.

Penyakit degeneratif merupakan penyakit yang tidak disebabkan oleh infeksi baik bakteri, virus, maupun parasit. Beberapa penyakit degeneratif diantaranya adalah tekanan darah tinggi (hipertensi), kencing manis (diabetes melitus), jantung koroner, stroke, kegemukan (obesitas). Penyakit degeneratif saat ini semakin banyak terjadi pada usia muda karena perubahan gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat.

Badan kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO) menyatakan akan ada satu miliar orang di dunia, khususnya di wilayah perkotaan yang dibayangi akan menderita obesitas atau kegemukan. Jumlah ini juga diprediksi oleh WHO (World Health Organization) tetap akan meningkat pada 2015 mendatang dengan jumlah penderita obesitas sebanyak 1,5 miliar orang. (Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes, 1997) Sebanyak 12,8 % pria dewasa mengalami overweight dan sebanyak 2,5 % mengalami obesitas. Sedangkan pada wanita angka ini menjadi lebih besar lagi yaitu 20 % dan 5,9 %. Penyakit degeneratif lainnya yaitu diabetes melitus (DM). Saat ini DM masih menduduki peringkat ke-empat sebagai epidemik dunia yang menyebabkan kematian (Harmanto, 1997).

(3)

studi tersebut bahwa pada individu dewasa muda dengan obesitas akan mengalami peningkatan tekanan darah sebanyak 10 kali lebih besar daripada individu dengan berat badan normal.

Akumulasi lemak yang terjadi pada obesitas berhubungan langsung dengan meningkatnya kejadian penyakit metabolik serta penyakit pembuluh darah dan jantung. Banyaknya lemak tubuh merupakan indikator yang lebih penting untuk memprediksi penyakit-penyakit tersebut dibandingkan IMT. Akumulasi lemak dapat menurunkan kebugaran fisik, yang juga merupakan prediktor dari penyakit-penyakit tersebut.

Beberapa manfaat dari kebugaran fisik diantaranya untuk manfaat pada otot. Manfaat pada otot menjadi lebih kuat, lentuk, dan daya tahan otot akan bertambah. Lebih dari itu perubahan otot ini akan mendukung kelincahan gerak, kecepatan reaksi dan lain-lain. Selain itu latihan kebugaran jasmani untuk komposisi tubuh, yaitu persentase lemak tubuh dibandingkan dengan massa tubuh total. Lemak yang ada dalam tubuh jika jumlahnya berlebihan, tentu akan mengurangi komponen kebugaran yang lain, mengurangi kinerja dan mempengaruhi kesehatan (Kushartanti 2004).

Pertumbuhan mahasiswa (remaja menuju dewasa) diiringi dengan meningkatnya partisipasi kehidupan sosial mereka dan aktivitas mahasiswa yang pada akhirnya dapat menimbulkan dampak terhadap apa yang dimakan mahasiswa tersebut. Biasanya mahasiswa lebih suka makanan yang serba instant yang berasal dari luar rumah seperti fast food. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Darlina (2004), 89% mahasiswa putri dan 92% mahasiswa putra suka mengkonsumsi mie instant sebagai makanan pengganti pada saat-saat tertentu seperti waktu pagi dan malam hari.

(4)

Tujuan Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini secara umum adalah untuk menganalisis hubungan antara kecukupan gizi dan status gizi dengan tingkat kebugaran mahasiswa Mayor Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat IPB tahun ajaran 2009 yang mengikuti mata kuliah Gizi Olahraga.

Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Mempelajari karakteristik contoh (jenis kelamin, umur dan status gizi contoh berdasarkan IMT dan komposisi tubuh).

2. Mempelajari konsumsi pangan contoh yang meliputi tingkat kecukupan energi, tingkat kecukupan protein, tingkat kecukupan lemak dan tingkat kecukupan karbohidrat.

3. Mengkaji tingkat kebugaran contoh (kelentukan atau flexibility dan daya tahan kardiorespiratori atau VO2max).

4. Menganalisis keberadaan perbedaan IMT, persentase lemak tubuh, kecukupan energi dan zat gizi dan tingkat kebugaran antar gender.

5. Menganalisis hubungan antara tingkat kecukupan energi dan zat gizi dengan IMT, persentase lemak tubuh dan tingkat kebugaran contoh; antara persentase lemak tubuh dengan IMT; antara IMT dan persentase lemak tubuh dengan tingkat kebugaran contoh.

Kegunaan

(5)

TINJAUAN PUSTAKA

Dewasa Awal dan Mahasiswa

Dari pertumbuhan fisik, dewasa muda sedang mengalami peralihan dari masa remaja untuk memasuki masa tua. Pada masa ini, seorang individu tidak lagi disebut sebagai masa tanggung (akil balik), tetapi sudah tergolong sebagai seorang pribadi yang benar-benar dewasa (maturity). la tidak lagi diperlakukan sebagai seorang anak atau remaja, tetapi sebagaimana layaknya seperti orang dewasa lain-nya. Penampilan fisiknya benar-benar matang sehingga siap melakukan tugas-tugas seperti orang dewasa lainnya, misalnya bekerja, menikah, dan mempunyai anak. la dapat bertindak secara bertanggung jawab untuk dirinya ataupun orang lain (termasuk keluarganya). Segala tindakannya sudah dapat dikenakan aturan-aturan hukum yang berlaku, artinya bila terjadi pelanggaran, akibat dari tindakannya akan memperoleh sanksi hukum (misalnya denda, dikenakan hukum pidana atau perdata). Masa ini ditandai pula dengan adanya perubahan fisik, misalnya tumbuh bulu-bulu halus, perubahan suara, menstruasi, dan kemampuan reproduksi (Dariyo 2003).

Mahasiswa merupakan orang yang belajar diperguruan tinggi. Berdasarkan kisaran umur diketahui bahwa mahasiswa termasuk golongan umur dewasa awal. Jika dilihat dari segi kesehatan, masa dewasa awal merupakan masa yang paling sehat selama kehidupan. Mahasiswa adalah kalangan muda yang berumur 19-28 tahun yang memang dalam usia tersebut mengalami suatu peralihan dari remaja ke tahap dewasa. Sosok mahasiswa kental dengan nuansa kedinamisan dan sikap keilmuannya yang dalam melihat sesuatu berdasarkan kenyataan objektif, sistematis dan rasional. Mahasiswa (youth) adalah suatu periode yang disebutnya dengan “studenthood” (masa belajar) yang terjadi hanya pada individu yang memasuki post secondary education dan sebelum masuk ke dalam dunia kerja yang menetap (Morgan dkk dalam Rahmawati 2006).

Konsumsi Pangan

(6)

dan jumlah pangan yang dimakan seseorang atau kelompok orang (sekeluarga atau rumah tangga) pada waktu tertentu (Hardinsyah & Martianto 1992).

Banyak hal yang mempengaruhi konsumsi pangan individu diantaranya faktor ekonomi dan harga, serta faktor sosio budaya dan religi yang ada di suatu daerah. Selain itu faktor kesehatan individu juga berpengaruh dalam konsumsi pangan, serta faktor fisiologis individu juga sangat menentukan jenis dan jumlah bahan pangan yang dikonsumsi oleh individu (Hardinsyah dan Briawan 1994).

Supariasa et al. (2002) menjelaskan bahwa dalam survei konsumsi pangan terdapat tiga metode yang digunakan yaitu metode kualitatif, metode kuantitatif, serta gabungan dari metode keduanya. Metode kualitatif digunakan untuk mengetahui frekuensi makan, frekuensi konsumsi menurut jenis bahan pangan, dan menggali informasi tentang kebiasaan makan. Metode kuantitatif digunakan untuk mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi sehingga dapat dihitung konsumsi zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) atau daftar lain yang diperlukan seperti Daftar Ukuran Rumah Tangga (URT), Daftar Konversi Mentah Masak (DKMM), dan Daftar Penyerapan Minyak (DPM).

Food Recall 24 Jam

Dari berbagai metode survey konsumsi gizi tingkat individu, maka metode recall 24 jam konsumsi gizi merupakan suatu metode yang paling banyak digunakan dalam survey konsumsi gizi. Hal ini dikarenakan metode ini cukup akurat, cepat pelaksanaannya, murah, mudah dan tidak memerlukan peralatan yang mahal atau rumit. Meskipun demikian diperlukan orang yang ahli untuk dapat melakukannya, karena metode recall 24 jam konsumsi gizi sangat mengandalkan ingatan responden. Di samping itu diperlukan ketepatan menyampaikan ukuran rumah tangga (URT) dari pangan yang telah dikonsumsi oleh responden, saat ketepatan pewawancara untuk menggali semua makanan dan minuman yang dikonsumsi responden beserta ukuran rumah tangga (Widajanti 2009).

(7)

optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentang asupan harian indvidu (Gibson 2005).

Kecukupan Gizi

Kecukupan gizi yang dianjurkan adalah banyaknya masing-masing zat gizi yang harus terpenuhi dari makanan untuk mencakup semua orang sehat. Kecukupan zat gizi dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, genetik (keturunan), keadaan hamil, dan menyusui (Karyadi & Muhilal 1990). Kecukupan gizi merupakan suatu kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari bagi semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, aktivitas tubuh, dan kondisi fisiologis khusus untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal (Sandjaja et al 2009).

Energi

Angka kecukupan energi (AKE) pada WNPG VIII ini bagi dewasa didasarkan pada oxford equation, yang merupakan hasil meta analisis untuk estimasi energi basal metabolism (EMB) berdasarkan berat badan (Hardinsyah & Tambunan 2004). Besarnya kebutuhan energi tergantung dari energi yang digunakan setiap hari. Kebutuhan energi dapat dihitung dengan memperhatikan beberapa komponen penggunaan energi. Komponen-komponen tersebut yaitu Basal Metabolic Rate (BMR), Specific Dynamic Action (SDA), aktivitas fisik dan faktor pertumbuhan (Irawan 2007). Komponen terbesar dari keluaran energi harian adalah BMR. Metabolisme basal diartikan sebagai sejumlah energi yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai proses vital ketika tubuh tengah istirahat. Dengan kata lain, metabolism basal merupakan jumlah minimal energi yang dikeluarkan untuk mempertahankan fungsi alat pernapasan, sirkulasi darah, peristaltic usus, tonus otot, temperatur tubuh dan kegiatan kelenjar (Arisman 2004). Specific Dynamic Action (SDA) disebut juga dengan food Induce Thermogenesis diartikan sebagai keluaran energi untuk makanan. Pada orang dewasa sebesar kira-kira [6-8%] – [10-13%] dari energi yang dikonsumsi (Arisman 2004).

(8)

karbohidrat ataupun lemak tidak lagi mampu untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan oleh tubuh. Penggunaan antara lemak ataupun karbohidrat oleh tubuh sebagai sumber energi untuk dapat mendukung kerja otot akan ditentukan oleh 2 faktor yaitu intensitas serta durasi olahraga yang dilakukan (Irawan 2007).

Aktivitas fisik membutuhkan energi yang diperoleh dari makanan yang dikonsumsi setiap hari. Kebutuhan energi dewasa awal dalam Widya Karya Pangan dan Gizi 2004 untuk pria sebesar 2550 kkal/hari sedangkan untuk wanita sebesar 1900 kkal/hari.

Protein

Protein terdiri dari asam-asam amino. Di samping menyediakan asam amino esensial, protein juga mensuplai energi dalam keadaan energi terbatas dari karbohidrat dan lemak. Semakin lengkap komposisi dan jumlah asam amino essensial dan semakin tinggi daya cerna protein suatu jenis pangan atau menu, maka semakin tinggi mutu proteinnya. Demikian pula semakin rendah kandungan serat dan lembut tekstur suatu jenis pangan sumber protein semakin baik mutu proteinnya (Gibney dkk dalam WKNPG 2004).

Protein bukan merupakan substrat penghasil energi yang bermakna selama berolahraga karena hanya 5-10% dari total energi yang dikeluarkan berasal dari protein (Depkes 1993). Protein berperan sebagai zat pembangun komponen dan struktur jaringan tubuh yag rusak seperti otot serta berperan dalam pembentukan enzim, hormon, dan antibodi.

Angka kecukupan protein menurut Widya Karya Pangan dan Gizi 2004 untuk pria dewasa awal 0,80 g/kg B/hr kira-kira sebesar 60 gram protein dalam sehari, sedangkan untuk wanita dewasa awal 0,80 g/kg B/hr kira-kira sebesar 50 gram protein dalam sehari.

Lemak

Lemak merupakan zat gizi penghasil energi terbesar, besarnya lebih dari dua kali energi yang dihasilkan karbohidrat dan protein. Namun, lemak merupakan sumber energi yang tidak ekonomis pemakaiannya. Oleh karena metabolism lemak menghabiskan oksigen lebih banyak dibandingkan karbohidrat (Primana 2000).

(9)

asam-asam lemak. Disamping mensuplai energi, lemak terutama trigliserida, berfungsi menyediakan cadangan energi tubuh, pelindung organ dan menyediakan asam-asam lemak esensial (Hamazaki dkk dalam WKNPG 2004).

Kebutuhan lemak tidak dinyatakan secara mutlak, akan tetapi seseorang yang bukan berprofesi sebagai atlet sebaiknya mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak 15-30% (Almatsier 2004).

Karbohidrat

Karbohidrat terdiri dari karbohidrat sederhana, seperti monosakarida dan disakarida, dan karbohidrat komplek seperti glikogen (pada manusia), starch dan serat (pada tanaman). Glikogen dan starch dihidrolisis oleh tubuh menjadi glukosa yang berguna sebagai energi siap dipakai oleh tubuh. Karbohidrat sederhana mudah dicerna dan cepat menghasilkan energi, sehingga penting untuk pemulih energi. Karbohidrat komplek (glikogen dan starch) butuh waktu lama untuk dicerna, dan karena sifatnya ini, maka karbohidrat komplek sangat baik digunakan untuk pengendalian kadar glukosa darah (Whitney dkk dalam WKNPG 2004).

Kebutuhan karbohidrat untuk dewasa awal sebesar 55-75% berasal dari karbohidrat komplek dan 10% berasal dari gula sederhana (Almatsier 2004).

Status Gizi Pengertian Status Gizi

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi, yang dibedakan menjadi status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat yang lebih tinggi (Almatsier 2004).

Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penilaian secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian, yaitu; antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga, yaitu; survey konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi (Riyadi 2001).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

(10)

metabolisme dan kebutuhan zat gizi. Faktor agen meliputi karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral, sedangkan faktor lingkungan meliputi bahan makanan, pengolahan, penyimpanan, higiene dan sanitasi makanan (Supariasa 2002).

Indikator Status Gizi

Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat. Salah satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan Antropometri. Pengukuran antropometri mempunyai keuntungan dalam menyediakan informasi status gizi pada masa lampau yang tidak dapat diperoleh dengan teknik penilaian yang lain (Gibson 2005). Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropometri disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variabel lain. Variabel tersebut adalah sebagai berikut :

a. Berat Badan

Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun.

Menurut Arisman (2004) pengukuran berat badan sebaiknya jika keadaan memungkinkan, subyek ditimbang bertelanjang atau berpakaian seminimal mungkin. Jika tidak dapat, hasil penimbangan dikurangi dengan pakaian maupun aksesoris.

b. Tinggi Badan

Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita.

(11)

c. Komposisi Tubuh

Komposisi tubuh seseorang dapat diukur melalui berbagai cara misalnya dengan mengukur berat jenis tubuh. Tubuh yang memiliki berat jenis yang tinggi berarti massa ototnya banyak sedangkan kadar lemak relatif kecil. Jumlah cadangan lemak di bawah kulit dapat diukur menggunakan suatu alat yang disebut Body Composition Analyzer.

Pemberian makanan yang melebihi kebutuhan akan mengakibatkan bertambahnya cadangan lemak, sehingga tidak mencapai komposisi tubuh yang sesuai. Sebaliknya jika makanan yang kurang dari kebutuhan akan mengakibatkan terhambatnya proses perkembangan pada otot-otot tubuh (Moehji 2003). Pengkategorian persentase lemak tubuh berdasarkan jenis kelamin disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Pengkategorian persentase lemak tubuh berdasarkan jenis kelamin

Kategori Women Men

Essential fat 10-13% 2-5%

Athletes 14-20% 6-13%

Fitness 21-24% 14-17%

Acceptable 25-31% 18-25%

Obese >32% >25%

Sumber : Anonim (2009b)

Kebugaran Jasmani

Kebugaran jasmani merupakan kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas dan pekerjaan sehari-hari, kegiatan rekreasi atau kegiatan lainnya yang bersifat mendadak tanpa mengalami kelelahan yang berarti (Riyadi 2007).

Menurut Gibney et al (2008) kebugaran pada umumnya dapat diklasifikasikan sebagai kebugaran yang berkaitan dengan kesehatan dan kebugaran yang berkaitan dengan kinerja. Kebugaran yang berkaitan dengan kesehatan meliputi kebugaran kardiorespiratori, kekuatan dan ketahanan otot, komposisi lemak tubuh dan kelentukan (fleksibilitas). Kebugaran yang berkaitan dengan kinerja meliputi kebugaran kardiorespiratori, kekuatan dan ketahanan otot, komposisi lemak tubuh, kelentukan (fleksibilitas), tenaga otot (muscle power), kecepatan (speed), agilitas dan keseimbangan.

(12)

lama, tidak lekas capai, tidak mudah terkena stres, tidak mudah terserang penyakit, dan produktivitas kerja yang tinggi (Riyadi 2007).

VO2 max

Kebugaran dapat diukur dengan cara mengukur volume oksigen yang dapat dikonsumsi selama berolahraga pada kapasitas maksimum. Kemampuan menggunakan oksigen oleh tubuh merupakan kunci yang menentukan penggunaan bahan bakar tubuh dan keberhasilan berprestasi. Volum oksigen maximum (VO2max) yaitu kemampuan maksimum tubuh untuk mengambil oksigen (Depkes 1997). Selain itu, VO2max juga didefinisikan sebagai laju tertinggi dari konsumsi oksigen yang dapat dicapai selama latihan yang maksimal (Mackenzie 1997).

Pria dewasa biasanya selalu memiliki kapasitas VO2max yang lebih besar dari pada perempuan. Rentang normalnya adalah 40-45 ml/kg/menit pada laki-laki sedangkan pada perempuan sebesar 35-40 ml/kg/menit. Perbedaan tersebut dikarenakan komposisi tubuh atau konsentrasi hemoglobin. Perempuan memiliki massa lemak yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan pria. Perputaran konsentrasi hemoglobin pada laki-laki sekitar 10-20% lebih tinggi dari pada wanita, sehingga meningkatkan kemampuan laki-laki dalam mengantarkan oksigen ke dalam otot. Selain itu, komposisi tubuh juga dapat mempengaruhi VO2max. Walaupun VO2max dinyatakan dalam berapa mililiter oksigen yang dikonsumsi per kg berat badan, perbedaan komposisi tubuh seseorang menyebabkan konsumsi yang berbeda. Tubuh yang mempunyai lemak dengan persentasi yang tinggi, mempunyai VO2max yang lebih rendah (MacMurray & Ondrak 2008).

(13)

Nilai VO2max dapat dijadikan sebagai indikator kebugaran yang paling banyak digunakan karena orang yang memiliki nilai VO2max yang tinggi berarti menandakan mampu melakukan latihan pre-dominant energy system aerobics yang artinya orang tersebut akan memiliki kualitas komponen biomotorik yang baik sebagai dampak latihan yang dilakukannya.

Penilaian kebugaran kardiorespirasi pada anak-anak dan remaja telah menjadi hal yang semakin penting karena beberapa data VO2max menunjukan faktor resiko CVD. Kebugaran aerobik adalah indikator yang sangat baik untuk kebugaran jantung dan olahraga pernafasan untuk kegiatan setiap hari yang sebagian besar dilakukan oleh masyarakat umum. Penelitian ini telah menunjukkan pentingnya latihan dalam mengurangi risiko penyakit kardiovaskular, melalui pengurangan lipid darah, lemak tubuh, dan tekanan darah, serta peningkatan fungsi miokard (Koley 2007).

Nilai VO2max seorang atlet dan non atlet dapat dikategorikan berdasarkan umur dan jenis kelamin.

Tabel 2 Normatif nilai VO2max atlet dan non atlet pada wanita dan pria Umur Very Poor Poor Fair Good Excellent Superior Wanita

13-19 <25.0 25.0 - 30.9 31.0 - 34.9 35.0 - 38.9 39.0 - 41.9 >41.9 20-29 <23.6 23.6 - 28.9 29.0 - 32.9 33.0 - 36.9 37.0 - 41.0 >41.0 30-39 <22.8 22.8 - 26.9 27.0 - 31.4 31.5 - 35.6 35.7 - 40.0 >40.0 40-49 <21.0 21.0 - 24.4 24.5 - 28.9 29.0 - 32.8 32.9 - 36.9 >36.9 50-59 <20.2 20.2 - 22.7 22.8 - 26.9 27.0 - 31.4 31.5 - 35.7 >35.7 60+ <17.5 17.5 - 20.1 20.2 - 24.4 24.5 - 30.2 30.3 - 31.4 >31.4 Pria

13-19 <35.0 35.0 - 38.3 38.4 - 45.1 45.2 - 50.9 51.0 - 55.9 >55.9 20-29 <33.0 33.0 - 36.4 36.5 - 42.4 42.5 - 46.4 46.5 - 52.4 >52.4 30-39 <31.5 31.5 - 35.4 35.5 - 40.9 41.0 - 44.9 45.0 - 49.4 >49.4 40-49 <30.2 30.2 - 33.5 33.6 - 38.9 39.0 - 43.7 43.8 - 48.0 >48.0 50-59 <26.1 26.1 - 30.9 31.0 - 35.7 35.8 - 40.9 41.0 - 45.3 >45.3 60+ <20.5 20.5 - 26.0 26.1 - 32.2 32.3 - 36.4 36.5 - 44.2 >44.2 Sumber: Mackenzie (1997)

Tes Balke

(14)

kemudian diukur jarak tempuhnya (Anonim 1997). Tes balke secara luas banyak dipakai untuk memeriksa kebugaran atlet atau masyarakat yang berolahraga, keuntungan tes balke adalah tes yang dapat dipakai untuk mengukur kebugaran banyak orang sekaligus dengan hasil yang cukup akurat.

Hasil pengukuran tes balke dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

1. Suhu, tingkat kebisingan dan kelembaban

2. Waktu tidur atlet sebelum melaksanakan tes dan emosi atlet 3. Obat-obatan yang sedang dikonsumsi oleh atlet

4. Waktu pelaksanaan tes (sebaiknya dilakukan sebelum jam 11 siang) 5. Asupan kafein atlet

6. Waktu makan terakhir atlet

7. Lingkungan pelaksanaan tes (rumput, track, jalanan, gym) 8. Pengetahuan atlet

9. Akurasi pengukuran

10. Apakah atlet benar benar menggunakan usaha maksimal untuk melakukan tes. 11. Kepribadian, pengetahuan dan kemampuan penguji.

(Mackenzie 1997).

Tes Flexibility

Fleksibilitas merupakan rentang gerak sendi atau kemungkinan gerakan bersama, sehingga potongan-potongan tulang yang membentuk sendi bergerak sebanyak mungkin. Tes kelentukan atau flexibility meter dilakukan untuk memperoleh data dimana dari data tersebut kita dapat mengetahui tingkat kelentukan seseorang (Anonim 2009a).

Alat yang digunakan untuk tes kelentukan biasanya yaitu bangku atau balok dan mistar dengan ukuran 50 cm atau biasa juga yang disebut dengan flexibility meter. Satuan alat ini yaitu centimeter (Anonim 2009a).

(15)

Tingkat kelentukan seseorang pasti berbeda satu sama lain. sehingga memang perlu diadakan pengukuran untuk mengambil data kelentukan seseorang, karena sangat bermanfaat untuk beberapa tujuan yang diinginkan seseorang. Pengkategorian untuk hasil tes kelentukan atau fleksibilitas terdiri dari:

Tabel 3 Pengkategorian tes kelentukan (flexibility) Kategori Pria (cm) Wanita (cm)

Bagus sekali +21 +22

Bagus +17 +18

Sedang +11 +12

Cukup +5 +8

Kurang -2 +2

(16)

KERANGKA PEMIKIRAN

Tingkat kecukupan energi, protein, lemak dan karbohidrat mahasiswa dipengaruhi oleh jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi, sedangkan kecukupan gizi ditentukan antara lain oleh aktivitas fisik dan karakteristik seperti umur dan jenis kelamin. Aktivitas fisik mahasiswa tergolong sedang. Kegiatan yang biasa dilakukan oleh mahasiswa antara lain; kuliah, perkumpulan organisasi dan selebihnya kegiatan di rumah ataupun di kost.

Kecukupan gizi yang dianjurkan adalah banyaknya masing-masing zat gizi yang harus terpenuhi dari makanan untuk mencakup semua orang sehat. Kecukupan zat gizi dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, genetik (keturunan), keadaan hamil, dan menyusui (Karyadi & Muhilal 1990). Kecukupan gizi dapat mempengaruhi status gizi seseorang. Status gizi merupakan keadaan gizi seseorang yang dipengaruhi oleh hasil masukan zat gizi dan pemanfaatannya dalam tubuh. Untuk mencapai status gizi yang baik diperlukan pangan yang mengandung cukup zat gizi, aman untuk dikonsumsi, dan dapat memenuhi kebutuhan tubuh.

Status gizi seseorang dipengaruhi oleh penyakit infeksi dan penyakit non infeksi. Penyakit infeksi dan non infeksi dapat terserang oleh kalangan usia apapun dan jenis kelamin laki-laki maupun perempuan. Penyakit tersebut dapat dicegah dengan konsumsi pangan yang bergizi seimbang.

(17)

Gambar 1. Keterangan:

= Variabel yang diteliti = Variabel yang tidak diteliti = Hubungan yang dianalisis = Hubungan yang tidak dianalisis

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi, tingkat kebugaran dan status gizi mahasiswa.

Konsumsi Pangan

Tingkat Kecukupan :  Energi  Protein  Lemak  Karbohidrat

Status Gizi IMT

Komposisi Tubuh

Penyakit non infeksi Aktivitas Fisik

Penyakit Infeksi

Tingkat Kebugaran (VO2max & flexibility) Karakteristik Contoh :

 Umur

 Jenis Kelamin

(18)

METODE

Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2011 di lingkungan Kampus (IPB) Darmaga.

Cara Pengambilan Contoh

Contoh dari penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2009 dari Mayor Ilmu Gizi. Seluruh mahasiswa Mayor Ilmu Gizi angkatan 2009 diminta untuk mengisi kuesioner penelitian. Kemudian dari semua kuesioner yang dikembalikan untuk selanjutnya dipilih kuesioner yang terisi dengan lengkap. Seluruh mahasiswa yang kuesionernya terisi lengkap diminta untuk mengikuti tes kebugaran (flexibility dan balke test) dan pengukuran komposisi lemak tubuh. Mahasiswa yang memiliki data yang lengkap, yang akan dijadikan contoh.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

(19)

Tabel 4 Jenis dan cara pengumpulan data penelitian

No Variabel Jenis Data Cara pengumpulan data

1. Karakteristik contoh

1. Nama

2. Jenis Kelamin 3. Umur

Wawancara dengan menggunakan kuesioner

2. Status Gizi 1. IMT (BB dan TB) 2. Komposisi tubuh

 lemak tubuh  Lean Body MassMass of Body Fat

1. Berat badan diukur dengan menggunakan timbangan injak 2. Tinggi badan diukur

menggunakan microtoise dengan ketelitian 0,1 cm 3. IMT dihitung (WHO

2007).

4. Komposisi tubuh diukur dengan menggunakan Body Composition Analyzer. 3. Konsumsi pangan Jenis dan jumlah makanan Wawancara jenis dan

jumlah pangan dengan menggunakan recall 2x24 jam.

4. Tingkat kebugaran

Kelentukan tubuh

VO2 max

Pengukuran kelentukan dengan cara test reach PengukuranVO2max

dengan balke test

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh diperiksa terlebih dahulu agar informasi yang diperoleh sesuai dengan tujuan penelitian. Tahapan pengolahan data dimulai dari verifikasi, coding, entry, cleaning dan selanjutnya dianalisis. Verifikasi dilakukan untuk mengecek konsistensi informasi. Data yang telah di verifikasi kemudian dilakukan penyusunan code-book sebagai panduan entri dan pengolahan data, serta selanjutnya dilakukan entri data. Setelah itu dilakukan pengecekan ulang (cleaning) untuk memastikan penentuan data yang lengkap. Pengolahan dan analisis data menggunakan perangkat program Microsoft excel 2007. Hubungan antar variabel diuji dengan menggunakan uji korelasi pearson dan uji beda Independent T-test.

(20)

WHO (2007), yaitu kurus (<18,5), normal (18,5-24,9), gizi lebih (25,0-29,9), obes (30,0-39,9), dan sangat obes (>40,0).

Data konsumsi pangan yang diperoleh kemudian dikonversikan untuk menentukan kandungan zat gizi yaitu protein, lemak dan karbohidrat serta energi. Kandungan energi dan zat gizi ditentukan dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah & Briawan 1994).

Kgij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100)

Keterangan:

KGij = Kandungan zat gizi –i dalam bahan makanan –j Bj = Berat makanan –j yang dikonsumsi

Gij = Kandungan zat gizi –i dalam 100 gram BDD bahan makanan –j BDDj = Bagian yang dapat dimakan dalam bahan makanan –j

Untuk menentukan Angka Kecukupan energi dan protein contoh digunakan rumus:

AKGI = (Ba/Bs) x AKG

Keterangan:

AKGI = Angka kecukupan gizi contoh Ba = Berat badan aktual sehat (kg) Bs = Berat badan standar (kg)

AKG = Angka kecukupan energi dan protein yang dianjurkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi WKNPG (2004).

(21)

Selanjutnya tingkat kecukupan energi, protein, lemak dan karbohidrat diperoleh dengan cara membandingkan jumlah konsumsi zat gizi tersebut dengan kecukupannya. Berikut rumus tingkat kecukupan zat gizi yang digunakan (Hardinsyah dan Briawan 1994).

TKG = (K/AKGI) x 100%

Keterangan:

TKG = Tingkat kecukupan zat gizi K = Konsumsi zat gizi

AKGI = Angka kecukupan gizi contoh

Data tingkat kebugaran yang diperoleh merupakan data primer yaitu dengan menggunakan hasil beberapa tes kebugaran diantaranya adalah kelentukan (flexibility) dan daya tahan kardiorespiratori (tes balke). Contoh berlari terus menerus tanpa berhenti selama selang waktu 15 menit. Kemudian setelah selesai melakukan tes, dihitung jarak yang telah ditempuh oleh contoh selama berlari 15 menit tersebut. Hasil perhitungan jarak tersebut kemudian dihitung dengan menggunakan software perhitungan tes balke (balke VO2max calculator). Selain dimasukkan ke dalam software, hasil perhitungan jarak tempuh contoh juga dapat dihitung dengan cara data tersebut dimasukkan ke dalam rumus (Mackenzie 1997).

%VO2 max = [((Jarak total yang ditempuh/15) – 133) x 0.172] + 33.3

Data kebugaran selain dengan tes balke, dilakukan tes kebugaran lainnya yaitu tes reach. Tes tersebut dilakukan dengan cara contoh berdiri di balok yang telah disediakan, contoh diinstruksikan untuk membungkuk sejauh mungkin ke bawah dengan kedua kaki dan tangan lurus ke bawah, diukur jarak tangan yang mampu/tidak melewati batas balok tempat berdiri tadi, Jika mampu melewati batas balok diukur sebagai (+) cm dan jika tidak melewati batas balok diukur sebagai (-) cm.

(22)

Tabel 5 Pengkategorian tes kelentukan (flexibility)

Kategori Pria (cm) Wanita (cm)

Bagus sekali +21 +22

Bagus +17 +18

Sedang +11 +12

Cukup +5 +8

Kurang -2 +2

Sumber : Anonim (2009a)

Tabel 6 Kategori pengukuran data penelitian

No Variabel Jenis Data Kategori Pengukuran

1. Status gizi contoh 1. Komposisi tubuh (persentase lemak tubuh)

2. IMT

1. Perempuan Essential fat 10-13% Athletes 14-20% Fitness 21-24% Acceptable 25-31% Obese >32% Laki-laki

Essential fat 2-5% Athletes 6-13% Fitness 14-17% Acceptable 18-25% Obese >25%

2.IMT dengan kategori (WHO 2007) Kurus : <18.5

Normal : 18.5-24.9 Gizi lebih : 25.0-29.9 Obes : 30.0-39.9 Sangat obes : >40.0 2. Konsumsi pangan Jenis dan jumlah

makanan

Tingkat konsumsi energi (Depkes. dkk. 1996):

1. Defisit tingkat berat (<70% AKG)

2. Defisit tingkat sedang (70-79% AKG)

3. Defisit tingkat ringan (80-89% AKG)

4. Normal (90-119% AKG) 5. Kelebihan (≥120% AKG) Tingkat konsumsi protein (Depkes. dkk. 1996):

1. Defisit tingkat berat (<70% AKG)

2. Defisit tingkat sedang (70-79% AKG)

3. Defisit tingkat ringan (80-89% AKG)

(23)

No Variabel Jenis Data Kategori Pengukuran

1. Defisit tingkat berat (<70% AKG)

2. Defisit tingkat sedang (70-79% AKG)

3. Defisit tingkat ringan (80-89% AKG)

4. Normal (90-119% AKG) 5. Kelebihan (≥120% AKG) Tingkat konsumsi karbohidrat (Depkes. dkk. 1996):

1. Defisit tingkat berat (<70% AKG)

2. Defisit tingkat sedang (70-79% AKG)

3. Defisit tingkat ringan (80-89% AKG)

4. Normal (90-119% AKG) 5. Kelebihan (≥120% AKG) 3. Tingkat kebugaran VO2max Umur 13-19 dan 20-29 (wanita)

Very poor <25.0 dan <23.6 Poor 25.0-30.9 dan 23.6-28.9 Fair 31.0-34.9 dan 29.0-32.9 Good 35.0-38.9 dan 33.0-36.9 Excellent 39.0-41.9 dan 37.0-41.0 Seperior >41.9 dan >41.0 Umur 13-19 dan 20-29 (pria) Very poor <35.0 dan <33.0 Poor 35.0-38.3 dan 33.6-36.4 Fair 38.4-45.1 dan 36.5-42.4 Good 45.2-50.9 dan 42.5-46.4 Excellent 51.0-55.9 dan 46.5-52.4 Seperior >55.9 dan >52.4

Kelentukan tubuh  Laki-laki

Bagus sekali (+21) Bagus (+17) Sedang (+11) Cukup (+5) Kurang (-2)

(24)

Uji Statistik yang Digunakan pada penelitian ini antara lain:

1. Uji beda untuk menganalisis keberadaan perbedaan tingkat kebugaran antar gender dengan menggunakan analisis Independent T-Test.

2. Uji beda untuk menganalisis keberadaan perbedaan IMT antar gender diuji dengan menggunakan analisis Independent T-Test.

3. Uji beda untuk menganalisis keberadaan perbedaan persentase lemak tubuh antar gender dengan menggunakan analisis Independent T-Test.

4. Uji beda untuk menganalisis keberadaan perbedaan tingkat kecukupan energi dan zat gizi antar gender dengan menggunakan analisis Independent T-Test. 5. Hubungan antara tingkat kecukupan energi dan zat gizi contoh dengan Indeks

Massa Tubuh (IMT) diuji dengan menggunakan analisis korelasi Pearson. 6. Hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan tingkat kebugaran diuji dengan

menggunakan analisis korelasi Pearson.

7. Hubungan antara komposisi lemak tubuh contoh dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) diuji dengan menggunakan analisis korelasi Pearson.

8. Hubungan antara tingkat kecukupan energi dan zat gizi contoh dengan komposisi tubuh diuji dengan menggunakan analisi korelasi Pearson.

9. Hubungan antara komposisi tubuh contoh dengan tingkat kebugaran diuji dengan menggunakan analisis korelasi Pearson.

10. Hubungan antara tingkat kecukupan energi dan zat gizi dengan tingkat kebugaran iuji dengan menggunakan analisis korelasi Pearson.

Definisi Operasional

Contoh adalah mahasiswa dan mahasiswi Mayor Ilmu Gizi tahun ajaran 2009 yang mengikuti mata kuliah Gizi Olahraga.

Mahasiswa adalah seseorang yang masih menjalani perkuliah dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang memiliki usia 19 hingga 21.

Konsumsi pangan adalah jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan oleh contoh untuk memenuhi kebutuhan hidup dan melakukan aktifitas fisik serta aktivitas lain.

(25)

Tingkat kecukupan gizi dan energi adalah perbandingan rata-rata asupan zat gizi dan energi terhadap angka kecukupan yang dianjurkan menurut umur berdasarkan WKNPG (2004) yang dinyatakan dalam persen.

Antropometri adalah metode yang digunakan dalam melakukan penilaian status gizi secara langsung yaitu tinggi badan, berat badan.

Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh contoh yang diakibatkan oleh konsumsi, absorpsi, dan penggunaan zat gizi yang ditentukan melalui IMT dan komposisi tubuh.

Kebugaran fisik adalah kemampuan tubuh untuk melakukan kegiatan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan fisik dan mental yang berlebihan.

VO2max adalah kemampuan tubuh mengkonsumsi oksigen yang merupakan indikator kebugaran dalam melakukan aktivitas.

Balke test adalah salah satu dari tes kebugaran yang dilakukan oleh contoh dengan

cara lari selama 15 menit kemudian diukur dan dicatat jarak tempuhnya dalam kurun waktu tersebut.

Flexibility test adalah tes yang dilakukan untuk melihat kemampuan sendi tubuh bergerak sesuai dengan ruang gerak sendinya.

Reach test adalah salah satu dari tes kebugaran yang dilakukan contoh dengan cara contoh berdiri di balok yang telah disediakan, contoh diinstruksikan untuk membungkuk sejauh mungkin ke bawah dengan kedua kaki dan tangan lurus ke bawah, diukur jarak tangan yang mampu/tidak melewati batas balok tempat berdiri tadi, Jika mampu melewati batas balok maka dinyatakan jarak (cm) bertanda positif (+) dan jika tidak melewati batas balok maka dinyatakan jarak (cm) bertanda negatif (-).

Komposisi massa tubuh adalah komposisi tubuh yang menggambarkan perbandingan bagian tubuh yang secara metabolisme aktif, terutama otot, dibandingkan dengan bagian yang kurang aktif, terutama lemak. Terdiri dari persentase lemak tubuh, Mass of Body Fat dan Lean Body Mass.

(26)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Contoh

Penelitian ini menggunakan contoh mahasiswa mayor Ilmu Gizi tahun ajaran 2009 yang mengikuti mata kuliah Gizi Olahraga. Jumlah contoh awal dalam penelitian berjumlah 84 orang. Pada tahapan penelitian selanjutnya terdapat hambatan, diantaranya adalah terdapat beberapa contoh yang sakit sehingga tidak dapat mengikuti serangkaian penelitian ini. Oleh karena itu total contoh yang diteliti adalah sebanyak 75 orang. Karakteristik contoh merupakan gambaran umum mahasiswa, meliputi umur dan jenis kelamin.

Umur

Pada penelitian ini terdapat keberagaman umur dari contoh yaitu berkisar antara 19-21 tahun dan rata-rata umur contoh adalah 19.96 ± 0.55 tahun. Berdasarkan umur tersebut dapat diketahui bahwa contoh pada penelitian ini tergolong ke dalam umur dewasa awal (WKNPG 2004). Data sebaran contoh berdasarkan umur disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2 Sebaran contoh berdasarkan umur

Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa sebagian besar contoh (69%) berumur 20 tahun. Rata rata umur contoh ini lebih rendah daripada contoh pada penelitian Maria (2012). Hal ini dikarenakan pada penelitian ini menggunakan contoh mahasiswa program sarjana regular semester 6 sedangkan pada penelitian Maria

17%

69%

14%

(27)

(2012) menggunakan contoh mahasiswa program pendidikan sarjana alih jenis dan tidak dibatasi pada semester tertentu.

Jenis Kelamin

Data sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan Gambar 3 diketahui bahwa sebagian besar mahasiswa yang dijadikan sebagai contoh berjenis kelamin perempuan dengan persentase sebesar 72.0% (54 orang). Hal ini hampir serupa dengan penelitian Maria (2012) bahwa sebanyak 75% mahasiswa Institut Pertanian Bogor berjenis kelamin perempuan.

Status Gizi Berat Badan

Pengukuran antropometri yang dilakukan salah satunya adalah pengukuran berat badan (BB). Pengukuran ini dilakukan secara langsung dengan menggunakan timbangan injak.

Dalam penelitian ini menggunakan contoh yang umurnya termasuk dalam kategori dewasa awal. Oleh karena itu untuk menentukan status gizi contoh menggunakan indikator IMT. Data sebaran contoh berdasarkan berat badan disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan berat badan

Berat Badan (kg) n (orang) Persentase (%)

<50 28 37.3

51-60 30 40.0

61-70 8 10.7

71-80 5 6.7

>80 4 5.3

Total 75 100

28%

72%

(28)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berat badan contoh berkisar antara 34.5-89.0 kg. Namun paling banyak contoh memiliki berat badan dalam kisaran 51-60 kg yaitu sebesar 40.0%.

Berdasarkan hasil pengukuran terhadap contoh diketahui bahwa rata-rata berat badan contoh setelah pengukuran yaitu untuk contoh yang berjenis kelamin perempuan sebesar 54.7 ± 11.10 kg, sedangkan untuk contoh yang berjenis kelamin laki-laki sebesar 60.6 ± 10.88 kg. Rata-rata berat badan contoh tersebut hampir sama dengan rata-rata berat badan standar untuk tingkat dewasa awal menurut WIdya Karya Pangan dan Gizi (WKNPG) tahun 2004 yaitu untuk laki-laki sebesar 60.0 kg sedangkan untuk perempuan sebesar 52.0 kg.

Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan suatu ukuran antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan pertambahan usia (Riyadi 2003). Pengukuran tinggi badan ini dilakukan dengan menggunakan microtoise. Tinggi badan seseorang diukur dalam keadaan berdiri tegak lurus, tanpa alas kaki, posisi kedua tangan merapat ke badan, punggung dan bokong menempel pada dinding, dan dengan pandangan diarahkan lurus ke depan (Arisman 2004). Data sebaran contoh berdasarkan tinggi badan disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan tinggi badan

Tinggi Badan (cm) n (orang) Persentase (%)

<155 33 44.0

156-160 19 25.4

161-165 9 12.0

166-170 7 9.3

171-180 7 9.3

Total 75 100

Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat hasil pengukuran terhadap tinggi badan contoh dengan menggunakan microtoise. Hasil tersebut menjelaskan bahwa tinggi badan contoh terbanyak pada kisaran kurang dari 155 cm yaitu sebesar 44.0%.

(29)

terhadap defisiensi gizi dalam jangka pendek. Pengaruh defisiensi terhadap tinggi badan akan muncul setelah beberapa waktu yang cukup lama (Riyadi 2003).

Komposisi Tubuh

Persentase lemak dalam tubuh harus terdapat dalam persentase yang normal, jika melebihi persentase batas normal tersebut dapat terjadi kelainan-kelainan pada tubuh kita, baik yang dapat dilihat maupun yang tidak, seperti terjadinya kegemukan, arterosklerosis (penebalan dinding pembuluh darah), peningkatan tekanan darah, stroke dan serangan jantung (Huda 2007). Data Sebaran contoh berdasarkan persentase lemak tubuh dan jenis kelamin disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan persentase lemak tubuh dan jenis kelamin

Jenis kelamin Contoh Persentase lemak tubuh

n % %

Perempuan 54 72.0 28.8 ± 5.61

Laki-laki 21 28.0 17.3 ± 8.37

Berdasarkan Tabel 9 terlihat bahwa terdapat perbedaan terhadap hasil pengukuran persentase lemak tubuh contoh berdasarkan jenis kelamin. Hasil dari pengukuran komposisi lemak tubuh contoh menunjukan bahwa rata-rata persentase lemak tubuh perempuan (28.8 ± 5.61%) adalah nyata lebih tinggi dibandingkan dengan contoh laki-laki (17.3 ± 8.37%). Rata-rata contoh laki-laki, hasil ini sejalan dengan penelitian Wilmore and Costil (1994) bahwa pada umumnya kisaran persentase lemak tubuh pada pada laki-laki sebesar 15-17%. Namun untuk contoh perempuan adalah tidak sejalan, yakni berkisar 18-22% (Wilmore and Costil, 1994).

Data sebaran contoh berdasarkan Lean Body Mass dan jenis kelamin disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan Lean Body Mass dan jenis kelamin

Jenis kelamin Contoh Lean Body Mass

N % Kg

Perempuan 54 72.0 38.4 ± 4.79

Laki-laki 21 28.0 49.3 ± 3.93

(30)

pendapat Galleta (2005) umumnya laki-laki mempunyai massa otot yang lebih banyak dari wanita. Laki-laki menggunakan kalori lebih banyak dari wanita bahkan saat istirahat. Selain itu otot membakar kalori lebih banyak dibandingkan dengan jaringan yang lain. Dengan demikian, perempuan lebih mudah bertambah berat badan dibandingkan laki-laki dengan asupan kalori yang sama.

[image:30.612.102.517.492.667.2]

Data sebaran contoh berdasarkan massa lemak tubuh dan jenis kelamin disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan massa lemak tubuh dan jenis kelamin

Jenis kelamin Contoh Massa lemak tubuh

n % Kg

Perempuan 54 72.0 16.3 ± 6.68

Laki-laki 21 28.0 11.3 ± 8.01

Pada Tabel 11 dapat dilihat bahwa massa lemak tubuh contoh perempuan (16.3 ± 6.68kg) adalah nyata lebih tinggi daripada contoh laki-laki (11.3 ± 8.01kg). Hasil pada penelitian ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan pendapat Supariasa et al (2001) yang menyatakan bahwa rata-rata massa lemak tubuh perempuan berkisar antara 10-12kg sedangkan pada laki-laki adalah 9-11kg. Lemak tubuh dapat diukur secara absolut dinyatakan dalam kilogram maupun secara relatif dinyatakan dalam persen terhadap berat tubuh total. Jumlah lemak tubuh sangat bervariasi tergantung dari jenis kelamin dan umur (Supariasa et al 2001). Keragaan contoh berdasarkan komposisi tubuh dan jenis kelamin disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12. Keragaan contoh berdasarkan komposisi tubuh dan jenis kelamin

Jenis kelamin Kategori MBF LBM

n % n %

Perempuan

Kurang 3 5.56 26 48.15

Normal 29 53.70 24 44.44

Lebih 22 40.74 4 7.41

Total 54 100.00 54 100.00

Laki-laki

Kurang 12 57.14 11 52.38

Normal 6 28.57 2 9.52

Lebih 3 14.29 8 38.10

(31)

Pada Tabel 12 dapat dilihat bahwa sebagian besar contoh perempuan (53.70%) memiliki MBF kategori normal. Namun masih terdapat 40.74% contoh perempuan yang MBF nya termasuk kategori lebih. Pada contoh laki-laki sebagian besar (57.14%) memiliki MBF kategori kurang, namun masih terdapat 28.57% contoh laki-laki yang MBF nya termasuk kategori normal. Untuk LBM, baik pada perempuan maupun laki-laki sebagian besar termasuk kategori kurang, yakni masing-masing sebesar 48.15% dan 52.38%. Hasil yang terlihat pada Tabel 12 masih banyaknya terdapat kategori kurang dalam pengkategorian status gizi berdasarkan komposisi tubuh. Hal ini dikarenakan alat yang digunakan adalah alat yang menggunakan standar internasional. Penentuan status gizi berdasarkan komposisi tubuh dapat menggambarkan status kesehatan seseorang.

Keragaan contoh berdasarkan persentase lemak tubuh dan jenis kelamin disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13 Keragaan contoh berdasarkan persentase lemak tubuh dan jenis kelamin

Kategori Perempuan Laki-laki

Persentase lemak n % n %

Essential fat 0 0 0 0

Athletes 3 5.55 10 47.62

Fitness 12 22.22 2 9.53

Acceptable 25 46.30 6 28.57

Obese 14 25.93 3 14.28

Total 54 100 21 100

Pada Tabel 13 terlihat bahwa sebagian besar contoh perempuan (46.30%) memiliki kategori acceptable sedangkan pada contoh laki laki (47.62%) mimiliki kategori athletes. Apabila dilihat dari jenis kelamin, prevalensi obesitas sering terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki (Garrow 1993). Perempuan mempunyai lebih banyak sel lemak dari pada laki-laki perkilogram berat badan. Hal ini disebabkan karena pada perempuan lemak tubuh diperlukan untuk fungsi reproduksi, dimana pada perempuan disaat kekurangan makanan perempuan dapat menjaga reproduksi dengan menggunakan cadangan lemak yang ada (Garrow 1993).

Indeks Massa Tubuh

(32)

secara umum prevalensi gizi lebih dan obesitas pada perempuan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki (WHO 2000).

Status gizi merupakan keadaan seseorang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi dari makanan dalam jangka waktu yang lama (Supariasa et.al 2001). Penilaian terhadap status gizi seseorang atau sekelompok orang akan menentukan apakah orang atau sekelompok orang tersebut memiliki status gizi yang baik atau tidak (Riyadi 2001).

Penelitian ini menggunakan metode antropometri dalam pengukuran status gizi. Mahasiswa dalam penelitian ini yang dijadikan contoh termasuk dalam kategori usia dewasa awal, sehingga menurut Riyadi (2003) untuk pengukuran status gizi contoh menggunakan IMT.

Data status gizi contoh dihitung dengan menggunakan indikator berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Contoh dalam penelitian ini tergolong usia dewasa awal sehingga menggunakan rumus perhitungan Indeks Massa Tubuh yaitu perbandingan berat badan contoh dengan tinggi badan contoh di kuadratkan dalam satuan cm. Data sebaran contoh berdasarkan status gizi disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4 Sebaran contoh berdasarkan status gizi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 66.67% contoh yang memiliki status gizi normal serta kategori kurus dan lebih masing-masing sebesar 12.00%, dan untuk kategori obese adalah sebanyak 9.33%. Hasil penelitian ini hampir serupa dengan penelitian Maria (2012) yang menyatakan bahwa sebagian besar (58.3%) mahasiswa Institut Pertanian Bogor memiliki status gizi normal. Sebaran contoh berdasarkan status gizi dan jenis kelamin disajikan pada Gambar 5.

kurus normal lebih obese

12.00%

66.67%

(33)
[image:33.612.153.483.82.283.2]

Gambar 5 Sebaran contoh berdasarkan status gizi dan jenis kelamin

Pada Gambar 5 terlihat bahwa status gizi contoh laki-laki dan perempuan relatif tidak jauh berbeda untuk kategori normal dan obese. Untuk kategori kurus lebih banyak pada contoh laki-laki sedangkan pada kategori lebih terdapat pada contoh perempuan yang persentasenya lebih banyak. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri (2004) yang menyatakan bahwa terdapat 88.3% mahasiswa putri Institut Pertanian Bogor yang memiliki status gizi normal, terdapat 8.1% kategori kurus dan 3.6% berstatus gizi lebih. Begitu juga dengan hasil penelitian oleh Santika (2004) menyatakan bahwa terdapat 68.2% mahasiswa putra Institut Pertanian Bogor yang memiliki status gizi normal, terdapat 29.4% kategori kurus dan 2.4% berstatus gizi lebih.Penilaian status gizi berdasarkan IMT hanya dapat menggambarkan status gizi seseorang. Indikator IMT tidak dapat menggambarkan status kesehatan seseorang.

Tingkat Kecukupan Energi

Konsumsi energi contoh diperoleh melaui metode recall 2x24 jam yaitu pada saat hari kuliah dan hari libur. Tujuan dari penggunaan metode recall 2x24 jam yaitu agar dapat menghasilkan gambaran mengenai asupan zat gizi contoh yang lebih optimal (Arisman 2004). Kemudian dari hasil recall tersebut data diolah dengan menggunakan konversi terhadap Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) dan pada akhirnya akan dibandingkan dengan angka kecukupan energi masing-masing contoh berdasarkan rumus menurut WKNPG 2004.

19.05%

66.67%

4.76%

9.52%

9.26%

66.67%

14.81%

9.26%

kurus normal lebih obese

(34)
[image:34.612.112.520.109.348.2]

Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi

Intake energi contoh berkisar antara 429-1684 Kal dengan rata-rata 1131 ± 225 Kal. Jika dikategorikan maka 81% contoh yang memiliki intake energi defisit tingkat berat. Sedangkan contoh yang termasuk pada kategori intake energi defisit tingkat sedang dan normal masing-masing sebanyak 15% dan 4%.

Pada gambar menunjukan sebagian besar contoh memiliki tingkat kecukupan energi yang tergolong defisit tingkat berat. Hasil penelitian ini tidak sama dengan hasil penelitian Maria (2012) yang menyatakan bahwa sebagian besar (86.7%) mahasiswa Institut Pertanian Bogor memiliki tingkat kecukupan energi kategori normal.

Peranan energi dalam olahraga penting diperhatikan, misalnya kelelahan (tidak bugar) dapat terjadi akibat tidak cukupnya ketersediaan energi yang diperlukan dari glikogen otot atau glukosa darah. Konsumsi energi yang rendah (mengalami defisit) sangat tidak baik bagi contoh. Hal ini disebabkan dapat mengganggu performa contoh karena saat usia dewasa awal memiliki kebutuhan energi yang optimal untuk aktivitas fisik yang tergolong berat dan banyak. Oleh karena itu, konsumsi makanan secara baik dan optimal mampu memelihara

81.00%

15.00%

0.00% 4.00% 0.00%

(35)

ketersediaan yang cukup sehingga menghasilkan kemampuan beraktivitas dan waktu pemulihan yang baik (Mihardja 2000).

[image:35.612.106.529.157.448.2]

Data sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi dan jenis kelamin disajikan pada Gambar 7.

Gambar 7 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi dan jenis kelamin

Dapat dilihat bahwa sebagian besar contoh laki-laki maupun perempuan memiliki intake energi defisit tingkat berat yang masing-masing persentasenya adalah 95.24% dan 75.92%. intake energi kategori defisit tingkat sedang pada contoh laki-laki sebesar 4.76% sedangkan pada contoh perempuan sebesar 18.52%. intake energi kategori normal hanya terdapat pada contoh perempuan yaitu sebesar 5.56%. Dalam hal ini contoh perempuan lebih memiliki tingkat kecukupan yang tergolong lebih baik dibandingkan contoh laki-laki terlihat pada terdapatnya contoh perempuan yang memiliki kategori intake energi normal sedangkan pada contoh laki-laki tidak ada.

Protein

Protein adalah zat gizi utama untuk mempertahankan pertumbuhan dan struktur tubuh, tetapi protein adalah sumber yang miskin untuk penyediaan energi dalam periode yang cepat untuk orang yang aktif fisiknya. Sumber protein dapat

95.24 %

4.76%

0%

0%

0%

75.92%

18.52%

0%

5.56%

0%

(36)

berasal dari hewani dan nabati. Protein asal hewani seperti daging (dianjurkan daging yang tidak berlemak), ayam, ikan, telur dan susu. Sumber protein nabati yang dianjurkan adalah tahu, tempe, dan kacang-kacangan (kacang tanah, kedelai dan kacang hijau) (Depkes 2002).

[image:36.612.121.503.188.423.2]

Data sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan protein disajikan pada Gambar 8.

Gambar 8 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan protein

Intake protein contoh berkisar antara 20.78-62.08 gram dengan rata-rata 39.25 ± 9.09 gram. Jika dikategorikan maka 38% contoh yang memiliki intake protein defisit tingkat berat. Sedangkan contoh yang termasuk pada kategori intake protein defisit tingkat sedang, normal, defisit ringan dan kelebihan masing-masing sebanyak 27%, 20%, 11% dan 4%. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Maria (2012) yang menyatakan bahwa sebagian besar mahasiswa Institut Pertanian Bogor (46.7%) termasuk pada kategori intake protein normal dan tidak terdapat (0%) contoh yang termasuk kategori intake protein defisit tingkat berat.

Protein merupakan salah satu jenis zat gizi yang mempunyai fungsi penting sebagai bahan dasar bagi pembentukan jaringan tubuh atau bahan dasar untuk memperbaiki jaringan tubuh yang telah rusak. Selain dari kedua fungsi tersebut, protein juga mempunyai fungsi sebagai bahan pembentuk hormon dan pembentukan enzim yang kemudian juga akan terlibat di dalam proses metabolisme tubuh (Irawan 2007).

38.00%

27.00%

11.00%

20.00%

4.00%

(37)
[image:37.612.108.504.154.384.2]

Untuk mengetahui perbedaan intake protein antar gender, dalam penelitian ini pengkategorian intake protein dibedakan berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan protein dan jenis kelamin disajikan pada Gambar 9.

Gambar 9 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan protein dan jenis kelamin.

Dapat dilihat bahwa sebagian besar contoh baik laki-laki maupun perempuan memiliki intake protein defisit tingkat berat yang masing-masing persentasenya adalah 47.62% dan 35.18%. kategori defisit tingkat sedang pada contoh laki-laki sebesar 38.09% sedangkan pada contoh perempuan sebesar 22.22%. kategori defisit tingkat ringan hanya terdapat pada contoh perempuan yaitu sebesar 14.82%. Pada contoh laki-laki mapun perempuan memiliki intake protein normal masing masing adalah 14.29% dan 22.22%. untuk kategori intake protein kelebihan hanya terdapat pada contoh perempuan yaitu sebesar 5.56%.

Konsumsi protein yang berlebih dalam tubuh akan disimpan dalam bentuk lemak yang akhirnya dapat menyebabkan resiko terjadinya kegemukan. Selain itu, efek dari kelebihan mengkonsumsi protein akan lebih sering mengalami buang air kecil karena protein di dalam tubuh akan dicerna menjadi urea yang merupakan suatu senyawa dalam bentuk sisa yang harus dibuang melalui urin. Hal tersebut tentunya juga akan memperberat kerja ginjal dan akan meningkatkan resiko terjadinya dehidrasi atau kekurangan cairan (Husaini 2000).

47.62%

38.09%

0%

14.29%

0% 35.18%

22.22%

14.82%

22.22%

5.56%

defisit berat defisit sedang defisit ringan normal kelebihan

(38)

Lemak

Lemak merupakan zat gizi yang menghasilkan energi terbesar, besarnya lebih dari dua kali energi yang dihasilkan oleh karbohidrat. Rasa kenyang dan penuh yang terjadi akibat makan lemak yang berlebihan dapat mengurangi konsumsi karbohidrat yang adekuat. Selain itu konsumsi lemak yang berlebihan dapat mengakibatkan peningakatan trigliserida, kolesterol total dan LDL kolesterol. Risiko kesehatan seperti aterosklerosis, penyakit jantung, penyakit kanker dapat timbul pada seseorang akibat konsumsi lemak yang tinggi (Primana 2000).

Tingkat kecukupan lemak contoh merupakan perbandingan dari konsumsi dengan kebutuhan masing-masing contoh. Data sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan lemak disajikan dalam Gambar 10.

Gambar 10 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan lemak contoh

Intake lemak contoh berkisar antara 8.32-61.37 gram dengan rata-rata 32.08 ± 12.18 gram. Jika dikategorikan maka 72% contoh yang memiliki intake lemak defisit tingkat berat. Sedangkan contoh yang termasuk pada kategori intake lemak normal, defisit tingkat sedang, defisit ringan dan kelebihan masing-masing sebanyak 10.67%, 9.33%, 5.33% dan 2.67% . Lemak memiliki potensi tinggi kalori, lemak juga relatif lama berada dalam sistim pencernaan dibandingkan karbohidrat dan protein, sehingga menimbulkan rasa kenyang yang lebih lama (Depkes 2005).

Untuk mengetahui perbedaan intake lemak antar gender, dalam penelitian ini pengkategorian intake lemak dibedakan berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan lemak dan jenis kelamin contoh disajikan pada Gambar 11.

72.00%

9.33%

5.33% 10.67% 2.67%

defisit berat defisit sedang

(39)
[image:39.612.123.513.90.362.2]

Gambar 11 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan lemak dan jenis kelamin

Dapat dilihat bahwa sebagian besar contoh laki-laki maupun perempuan memiliki intake lemak defisit berat dengan masing-masing sebanyak 95.24% dan 62.96%. kategori defisit tingkat sedang masing-masing sebanyak 4.76% dan 11.12%. untuk kategori defisit ringan, normal dan kelebihan hanya terdapat pada contoh perempuan dengan persentase masing-masing sebanya 7.40%, 14.82% dan 3.70%. hal ini terlihat pada contoh perempuan untuk konsumsi lemak lebih banyak dibandingkan dengan contoh laki-laki. Tingkat kecukupan lemak rendah akan menurunkan sumber energi, hal ini dikarenakan lemak dapat menghasilkan dua kali lebih besar dibandingkan dengan karbohidrat dan protein (Fatmah 2011).

Karbohidrat

Karbohidrat merupakan zat gizi sumber energi yang tidak hanya berfungsi untuk mendukung aktivitas fisik seperti berolahraga namun karbohidrat juga merupakan sumber energi utama bagi sistem pusat syaraf termasuk otak. Di dalam tubuh, karbohidrat yang dikonsumsi oleh manusia dapat tersimpan di dalam hati dan otot sebagai simpanan energi dalam bentuk glikogen. Walaupun karbohidrat bukan satusatunya sumber energi, namun karbohidrat lebih dibutuhkan sebagai sumber energi

otot untuk aktifitas fisik yang tinggi (Damayanti 2000).

Peranan karbohidrat adalah menyediakan glukosa yang dapat diubah menjadi energi. Kelebihan glukosa dalam tubuh akan disimpan di dalam hati dan otot dalam bentuk glikogen dan apabila masih berlebihan akan disimpan dalam

95.24%

4.76%

0% 0% 0

62.96%

11.12% 7.40% 14.82%

3.70%

defisit berat defisit sedang defisit ringan normal kelebihan

(40)
[image:40.612.139.497.178.385.2]

bentuk lemak di jaringan adiposa sehingga seseorang akan menjadi cepat kenyang. Pada saat cadangan glikogen di otot dan di hati berkurang, maka seseorang akan mengalami kelelahan (tidak bugar) yang dapat mempengaruhi performa dan prestasi (Ilyas 2002). Data sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan karbohidrat disajikan pada Gambar 12.

Gambar 12 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan karbohidrat

Intake karbohidrat contoh berkisar antara 83.48-809.67 gram dengan rata-rata 285.34 ± 185.74 gram. Jika dikategorikan maka 56% contoh yang memiliki intake karbohidrat defisit tingkat berat. Sedangkan contoh yang termasuk pada kategori intake karbohidrat kelebihan, normal, defisit tingkat sedang, dan defisit ringan masing-masing sebanyak 24%, 10.67%, 6.67% dan 2.66% .

Sebagian besar contoh dalam penelitian ini jumlah konsumsi pangan yang banyak mengandung karbohidrat tergolong sedikit. Contoh paling banyak mengkonsumsi pangan yang mengandung karbohidrat contohnya nasi dalam sehari hanya 1-2 kali makan saja dalam porsi kecil. Sehingga data untuk tingkat kecukupan karbohidrat tergolong defisit tingkat berat.

Untuk mengetahui perbedaan intake karbohidrat antar gender, dalam penelitian ini pengkategorian intake karbohidrat dibedakan berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan karbohidrat dan jenis kelamin contoh disajikan pada Gambar 13.

56.00%

6.67%

2.66%

10.67%

24.00%

defisit berat

defisit

sedang

(41)

Gambar 13 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan karbohidrat dan jenis kelamin.

Dapat dilihat bahwa sebagian besar contoh baik laki-laki maupun perempuan memiliki intake karbohidrat defisit tingkat berat dengan masing-masing persentasenya adalah 66.67% dan 51.85%. Kategori defisit sedang contoh laki-laki sebanyak 4.77% sedangkan contoh perempuan sebanyak 7.40%. untuk kategori defisit tingkat ringan hanya terdapat pada contoh perempuan yaitu sebanyak 3.7%. Kategori normal pada contoh laki-laki sebanyak 14.28% sedangkan pada contoh perempuan sebanyak 9.25%. Kategori kelebihan pada masing-masing contoh sebanyak 14.28% dan 27.80%. fungsi utama dari karbohidrat adalah sebagai penghasil energi. Tubuh akan menggunakan karbohidrat sebagai sumber energi apabila kandungan karbohidrat di dalam makanan cukup, sedangkan bila yang dikonsumsi kurang kandungan karbohidratnya, maka akan digunakan lemak dan protein sebai sumber energi lainnya (Fatmah 2011).

Tingkat Kebugaran

Flexibility test

Kelentukan adalah luas bidang gerak tubuh pada persendian, yang selain dipengaruhi oleh jenis sendi itu sendiri juga dipengaruhi oleh jaringan-jaringan disekitar sendi, seperti oleh otot, tendon, dan ligamen. Kelentukan tubuh yang baik dapat mengurangi terjadinya cedera olahraga (Depkes, 1996). Faktor fisiologis yang

66.67%

4.77% 0%

14.28% 14.28%

51.85%

7.40%

3.7%

9.25%

27.80%

defisit berat defisit sedang defisit ringan normal kelebihan

[image:41.612.123.502.83.318.2]
(42)
[image:42.612.104.498.440.676.2]

mempengaruhi kelentukan antara lain: usia dan aktivitas. Pada usia lanjut kelentukan berkurang sebagai akibat menurunnya elastisitas otot sebagai akibat kurang latihan.

Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan nilai flexibility dan jenis kelamin

Jenis kelamin Jumlah Nilai flexibility

(cm)

Laki-laki 21 12.6 ± 6.83

Perempuan 54 9.1 ± 5.86

Berdasarkan tabel di atas nilai rata-rata flexibility pada contoh laki-laki lebih besar dibandingkan dengan contoh perempuan. Rata-rata nilai flexibility pada contoh laki-laki sebesar 12.6 cm termasuk kategori sedang untuk umur dewasa awal sedangkan untuk contoh perempuan dengan rata-rata nilai flexibility sebesar 9.1 cm termasuk kategori cukup untuk umur dewasa awal. Kelentukan memiliki banyak keuntungan dalam hal kesehatan. Diantaranya pergerakan yang baik, meningkatkan resistensi cedera dan rasa sakit pada otot, mengurangi resiko sakit pinggang dan kolumna spinal lainnya, meningkatkan postur tubuh, tubuh bergerak lebih gemulai, meningkatkan penampilan pribadi, perkembangan keterampilan berolahraga dan mengurangi tekanan darah dan stres (Fatmah 2011). Sebaran tingkat flexibility contoh perempuan disajikan pada Gambar 14.

Gambar 14 Sebaran tingkat flexibility contoh perempuan

bagus sekali bagus sedang cukup kurang

0.00%

9.26%

24.07% 24.07%

(43)
[image:43.612.107.518.93.473.2]

Dapat dilihat bahwa sebagian besar contoh perempuan memiliki kategori kurang dengan persentase sebesar 42.59%, untuk kategori sedang dan cukup memiliki nilai presentase masing-masing sebesar 24.07% sedangkan untuk kategori bagus sebesar 9.26%. Hal ini dikarenakan pada contoh perempuan memiliki akumulasi lemak yang dapat menghambat dalam perlakuan tes kelentukan tubuh (Fatmah 2011). Sebaran tingkat flexibility contoh laki-laki disajikan pada Gambar 15.

Gambar 15 Sebaran tingkat flexibility contoh laki-laki

Dapat dilihat bahwa sebagian besar contoh laki-laki memiliki kategori cukup yaitu sebesar 33.33%, kategori bagus 28.57%, kategori sedang sebesar 19.05% sedangkan untuk kategori kurang dan bagus sekali memiliki kesamaan nilai yaitu sebesar 9.52%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada contoh laki-laki lebih baik tingkat flexibility contoh laki-laki sebagian besar berada pada kategori cukup dan juga terdapat contoh yang termasuk kategori bagus sekali, hal ini dikarenakan pada laki-laki memiliki serat otot yang lebih tebal, besar dan kuat yang bisa mempermudah untuk melakukan tes kebugaran kelentukan tubuh (Fatmah 2011).

VO2max

Pengukuran VO2max bisa dilakukan dengan cara tes kebugaran dengan metode tes balke. Tes balke secara luas banyak dipakai untuk memeriksa kebugaran atlet atau masyarakat yang berolahraga, keuntungan tes balke adalah tes ini dapat dipakai untuk mengukur kebugaran banyak orang sekaligus dengan hasil yang cukup akurat. Kerugian tes balke adalah memerlukan lintasan untuk lari, yang standar adalah lintas sepanjang 400 meter (Mackenzie 1997).

bagus sekali bagus sedang cukup kurang

9.52%

28.57%

19.05%

33.33%

(44)
[image:44.612.99.520.189.701.2]

VO2

Gambar

Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan massa lemak tubuh dan jenis kelamin
Gambar 5 Sebaran contoh berdasarkan status gizi dan jenis kelamin
Gambar 6. 81.00%
Gambar 7 Sebaran  contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi dan jenis kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan Jaminan Penawaran : Panitia Pengadaan Barang/Jasa Konstruksi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Muaro Jambi Nama Pekerjaan dijamin : PENGASPALAN JALAN LINGKUNGAN RT.5

Berdasarkan analisa kemampuan dan kemauan pelanggan terhadap tarif resmi air bersih yang berlaku, kemampuan masyarakat dalam membayar tarif dengan pendekatan pendapatan rumah

Desain grafis merupakan perkerjaan yang menghasilkan beragam karya visual yang disusun oleh penggabungan sejumlah elemen rupa (gambar, teks, garis, ruang, dan warna)

1) Setelah menyaksikan video pembelajaran di Google Classroom tentang listrik statis yang dibuat oleh guru, siswa dapat menyebutkan tiga komponen utama penyusun atom

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan, yaitu: pertama, peran kepala sekolah dalam perencanaan sarana dan prasarana dilakukan melalui

Berdasarkan analisa pada penelitian ini didapatkan bahwa rasio prevalensi variabel kadar albumin darah adalah 1,3, sedangkan rentang kepercayaannya adalah 1,09 s/d 1,7 (melebihi

Siswa tidak tekun dan tidak rajin dalam belajar Kedisiplinan Siswa mentaati semua peraturan sekolah tanpa disuruh oleh guru Siswa mentaati semua peraturan sekolah dan

Dengan selesainya penelitian dan penulisan yang tertuang di dalam skripsi ini sebagai tugas akhir, maka penulis telah menyelesaikan studi sebagai mahasiswa Universitas Bina