• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar 13 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan karbohidrat dan jenis kelamin.

Dapat dilihat bahwa sebagian besar contoh baik laki-laki maupun perempuan memiliki intake karbohidrat defisit tingkat berat dengan masing-masing persentasenya adalah 66.67% dan 51.85%. Kategori defisit sedang contoh laki-laki sebanyak 4.77% sedangkan contoh perempuan sebanyak 7.40%. untuk kategori defisit tingkat ringan hanya terdapat pada contoh perempuan yaitu sebanyak 3.7%. Kategori normal pada contoh laki-laki sebanyak 14.28% sedangkan pada contoh perempuan sebanyak 9.25%. Kategori kelebihan pada masing-masing contoh sebanyak 14.28% dan 27.80%. fungsi utama dari karbohidrat adalah sebagai penghasil energi. Tubuh akan menggunakan karbohidrat sebagai sumber energi apabila kandungan karbohidrat di dalam makanan cukup, sedangkan bila yang dikonsumsi kurang kandungan karbohidratnya, maka akan digunakan lemak dan protein sebai sumber energi lainnya (Fatmah 2011).

Tingkat Kebugaran

Flexibility test

Kelentukan adalah luas bidang gerak tubuh pada persendian, yang selain dipengaruhi oleh jenis sendi itu sendiri juga dipengaruhi oleh jaringan-jaringan disekitar sendi, seperti oleh otot, tendon, dan ligamen. Kelentukan tubuh yang baik dapat mengurangi terjadinya cedera olahraga (Depkes, 1996). Faktor fisiologis yang

66.67% 4.77% 0% 14.28% 14.28% 51.85% 7.40% 3.7% 9.25% 27.80%

defisit berat defisit sedang defisit ringan normal kelebihan

mempengaruhi kelentukan antara lain: usia dan aktivitas. Pada usia lanjut kelentukan berkurang sebagai akibat menurunnya elastisitas otot sebagai akibat kurang latihan.

Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan nilai flexibility dan jenis kelamin

Jenis kelamin Jumlah Nilai flexibility

(cm)

Laki-laki 21 12.6 ± 6.83

Perempuan 54 9.1 ± 5.86

Berdasarkan tabel di atas nilai rata-rata flexibility pada contoh laki-laki lebih besar dibandingkan dengan contoh perempuan. Rata-rata nilai flexibility pada contoh laki-laki sebesar 12.6 cm termasuk kategori sedang untuk umur dewasa awal sedangkan untuk contoh perempuan dengan rata-rata nilai flexibility sebesar 9.1 cm termasuk kategori cukup untuk umur dewasa awal. Kelentukan memiliki banyak keuntungan dalam hal kesehatan. Diantaranya pergerakan yang baik, meningkatkan resistensi cedera dan rasa sakit pada otot, mengurangi resiko sakit pinggang dan kolumna spinal lainnya, meningkatkan postur tubuh, tubuh bergerak lebih gemulai, meningkatkan penampilan pribadi, perkembangan keterampilan berolahraga dan mengurangi tekanan darah dan stres (Fatmah 2011). Sebaran tingkat flexibility contoh perempuan disajikan pada Gambar 14.

Gambar 14 Sebaran tingkat flexibility contoh perempuan

bagus sekali bagus sedang cukup kurang

0.00%

9.26%

24.07% 24.07%

Dapat dilihat bahwa sebagian besar contoh perempuan memiliki kategori kurang dengan persentase sebesar 42.59%, untuk kategori sedang dan cukup memiliki nilai presentase masing-masing sebesar 24.07% sedangkan untuk kategori bagus sebesar 9.26%. Hal ini dikarenakan pada contoh perempuan memiliki akumulasi lemak yang dapat menghambat dalam perlakuan tes kelentukan tubuh (Fatmah 2011). Sebaran tingkat flexibility contoh laki-laki disajikan pada Gambar 15.

Gambar 15 Sebaran tingkat flexibility contoh laki-laki

Dapat dilihat bahwa sebagian besar contoh laki-laki memiliki kategori cukup yaitu sebesar 33.33%, kategori bagus 28.57%, kategori sedang sebesar 19.05% sedangkan untuk kategori kurang dan bagus sekali memiliki kesamaan nilai yaitu sebesar 9.52%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada contoh laki-laki lebih baik tingkat flexibility contoh laki-laki sebagian besar berada pada kategori cukup dan juga terdapat contoh yang termasuk kategori bagus sekali, hal ini dikarenakan pada laki-laki memiliki serat otot yang lebih tebal, besar dan kuat yang bisa mempermudah untuk melakukan tes kebugaran kelentukan tubuh (Fatmah 2011).

VO2max

Pengukuran VO2max bisa dilakukan dengan cara tes kebugaran dengan metode tes balke. Tes balke secara luas banyak dipakai untuk memeriksa kebugaran atlet atau masyarakat yang berolahraga, keuntungan tes balke adalah tes ini dapat dipakai untuk mengukur kebugaran banyak orang sekaligus dengan hasil yang cukup akurat. Kerugian tes balke adalah memerlukan lintasan untuk lari, yang standar adalah lintas sepanjang 400 meter (Mackenzie 1997).

bagus sekali bagus sedang cukup kurang

9.52%

28.57%

19.05%

33.33%

VO2 maximum (VO2max) yaitu kemampuan maksimum tubuh untuk mengambil oksigen. Semakin keras berlatih maka akan semakin cepat bernafas yang menjadikan masukan oksigen meningkat sehingga memungkinkan pembentukan energi secara aerob (Depkes 1997). Data sebaran contoh berdasarkan nilai VO2max dan jenis kelamin disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan nilai VO2max dan jenis kelamin

Jenis kelamin Jumlah Nilai VO2 max

(ml/kg/menit)

Laki-laki 21 37.36 ± 4.44

Perempuan 54 30.30 ± 2.67

Berdasarkan tabel di atas nilai rata-rata VO2max pada contoh laki-laki lebih besar dibandingkan dengan contoh perempuan. Rata-rata nilai VO2max pada contoh laki-laki sebesar 37.36 ml/kg/menit termasuk kategori fair untuk usia 20-29 tahun sedangkan untuk contoh perempuan dengan rata-rata nilai VO2max sebesar 30.30 ml/kg/menit termasuk kategori fair untuk usia 20-29 tahun. Sebelum puber, anak laki-laki dan wanita memiliki kebugaran aerobik yang sedikit berbeda, tetapi setelah itu anak perempuan jauh tertinggal. Rata-rata wanita muda memiliki kebugaran aerobik antara 15 sampai 25% lebih kecil dari laki-laki muda, tergantung pada tingkat aktivitas mereka (Sharkey 2003). Sebaran pengkategorian VO2max yang dilakukan terhadap contoh perempuan disajikan pada Gambar 16.

Gambar 16 Sebaran pengkategorian VO2max contoh perempuan very poor poor fair good excellent superior

1.85%

35.19%

55.56%

7.41%

Dapat dilihat pada Gambar 16 bahwa sebagian besar contoh perempuan memiliki kategori fair dengan persentase sebanyak 55.56%. Kategori poor sebanyak 35.19%, kategori good sebanyak 7.41% dan kategori very poor 1.85%. Sedangkan untuk kategori excellent dan superior tidak ada. Setelah pubertas, terutama yang berhubungan dengan daya tahan kardiorespiratori , yaitu kapasitas aerobik pada perempuan lebih rendah 15-25% dari laki-laki (Jensen, 1979 dalam Permaesih 2001). Sebaran pengkategorian VO2max yang dilakukan terhadap contoh laki-laki disajikan pada Gambar 17.

Gambar 17 Sebaran pengkategorian VO2max contoh laki-laki

Hasil pengukuran VO2max yang dilakukan terhadap contoh laki-laki menunjukkan hasil yang terbesar pada kategori poor dan fair yang masing-masing persentasenya sebesar 42.86%. Kategori very poor sebesar 9.52% dan untuk kategori excellent sebesar 4.76% sedangkan untuk kategori good dan superior tidak ada. Hasil pengkategorian nilai VO2max pada contoh laki-laki lebih bagus dibandingkan dengan contoh perempuan, terlihat dari adanya contoh yang berkategori excellent. Dengan komposisi otot pada laki-laki dapat memudahkan untuk melakukan tes kebugaran.

very poor poor fair good excellent superior

9.52%

42.86% 42.86%

0.00%

4.76%

Uji Antar Variabel Uji beda status gizi antar gender

Hasil uji beda independent t-test menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan status gizi berdasarkan IMT antara contoh laki-laki dengan perempuan (p>0.05). Namun berbeda nyata apabila status gizinya berdasarkan nilai persentase lemak tubuh di mana contoh perempuan secara nyata lebih tinggi dibandingkan dengan contoh laki-laki. Hal ini sesuai dengan penelitian Silitonga (2009) yang menyatakan bahwa persentase lemak responden wanita lebih tinggi dibandingkan dengan responden pria.

Uji beda tingkat kecukupan energi dan zat gizi antar gender

Hasil uji beda independent t-test menunjukan bahwa terdapat perbedaan tingkat kecukupan energi dan lemak antara contoh laki-laki dengan perempuan (p>0.05). Tingkat kecukupan energi dan lemak contoh perempuan nyata lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini terlihat dari data konsumsi yang dikumpulkan melalui recall menunjukkan bahwa untuk konsumsi energi dan lemak contoh perempuan lebih banyak dibandingkan dengan contoh laki-laki. Sedangkan untuk konsumsi protein dan karbohidrat contoh tidak berbeda jauh antar gender, sehingga hasil uji beda menyatakan tidak terdapat perbebedaan yang nyata antara tingkat kecukupan protein dan karbohidrat contoh laki-laki dengan perempuan.

Uji beda tingkat kebugaran (Flexibility dan VO2 max) antar gender

Hasil uji beda independent t-test menunjukkan bahwa nilai kebugaran baik flexibility maupun VO2max pada contoh laki-laki secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan contoh perempuan. Menurut Riyadi (2007) salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kebugaran seseorang adalah jenis kelamin. Massa otot laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan sehingga dapat melakukan tes kebugaran dengan lebih baik dibandingkan dengan perempuan yang lebih banyak memiliki massa lemak dalam tubuhnya yang dapat menghambat kekuatan untuk melakukan tes flexibility. Andhini (2011) melaporkan hal serupa, yakni atlet laki-laki memiliki nilai VO2max lebih tinggi dibandingkan dengan atlet perempuan.

Hubungan antara kecukupan energi dan zat gizi dengan IMT

Hasil uji korelasi Pearson antara kecukupan energi, protein, lemak dan karbohidrat dengan IMT menunjukkan hubungan yang tidak signifikan (p>0.05 dan

r=-0.048). Hal ini menunjukkan bahwa kecukupan energi, lemak, protein dan karbohidrat tidak berhubungan dengan IMT. Pada penelitian ini nilai kecukupan energi, lemak, protein dan karbohidrat contoh jauh dari nilai normal. Hal ini dikarenakan untuk indikator yang mempengaruhi IMT tidak hanya dari tingkat kecukupan energi saja, melainkan ada indikator lain yang dapat mempengaruhi nilai IMT seperti faktor penyakit infeksi atau non infeksi yang diderita.

Hubungan antara IMT dengan kebugaran (Flexibility dan VO2max)

Hasil uji korelasi Pearson antara IMT dengan nilai flexibility dan VO2max contoh menunjukkan hubungan negatif yang signifikan masing-masing dengan (p<0.05 r=-0.258) dan (p<0.05 r=-0.345). Hal ini menunjukkan bahwa IMT contoh berhubungan dengan kebugaran contoh. Keseimbangan asupan makanan dan penggunaannya oleh tubuh akan berpengaruh pada kemampuan otot berkontraksi dan daya tahan kardioveskuler. Untuk mendapatkan kebugaran yang baik, seseorang haruslah melakukan latihan-latihan olahraga yang cukup dan mendapatkan gizi yang memadai untuk kegiatan fisiknya dan tidur (Fatmah 2011).

Hubungan antara persentase lemak tubuh dengan IMT

Hasil uji korelasi Pearson antara persentase lemak tubuh dengan IMT menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan (p<0.05 r= 0.777). Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi presentase lemak tubuh, maka semakin tinggi pula IMT. Hal ini dikarenakan pada peningkatan IMT seseorang merupakan peningkatan pada massa lemak tubuh bukan karena peningkatan massa otot dalam tubuh.

Hubungan antara kecukupan energi dan zat gizi dengan persentase lemak tubuh

Hasil uji korelasi Pearson antara kecukupan energi dengan persentase lemak tubuh, kecukupan protein dengan persentase lemak tubuh, kecukupan lemak dengan persentase lemak tubuh, serta kecukupan karbohidrat dengan persentase lemak tubuh contoh menunjukkan hubungan yang tidak signifikan (p>0.05). Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi energi dan zat gizi belum menunjukkan adanya hubungan dengan persentase lemak tubuh diduga karena relatif homogen data konsumsinya dan recall 2x24 jam belum bisa menggambarkan kebiasaan makan yang sebenarnya. Selain itu untuk pembentukan lemak tubuh diperlukan waktu yang

relatif lama sehingga belum terlihat korelasinya dengan kecukupan energi dan zat gizi.

Hubungan antara persentase lemak tubuh dengan tingkat kebugaran (Flexibility dan VO2 max)

Hasil uji korelasi pearson antara persentase lemak tubuh dengan tingkat kebugaran, baik nilai flexibility maupun VO2max contoh, menunjukkan hubungan negatif yang signifikan dengan masing-masing nilai (p<0.05 r= -0.397) dan (p<0.05 r= -0.671). Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin besar nilai persentase lemak tubuh maka semakin rendah tingkat kebugaran seseorang. Jika lemak dalam tubuh meningkat, maka kebugaran akan menurun. Salah satu cara untuk mempertahankan atau meningkatkan kebugaran adalah dengan menghilangkan kelebihan lemak (Sharkey 2003).

Kecukupan energi dan zat gizi dengan tingkat kebugaran (Flexibility dan VO2

max)

Hasil uji korelasi Pearson antara masing-masing variabel kecukupan energi, protein, lemak dan kabohidrat dengan tingkat kebugaran berdasarkan flexibility dan VO2max contoh tidak menunjukan hubungan yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kecukupan energi dan zat gizi yang dikumpulkan dengan cara recall 2x24 jam belum dapat menentukan tingkat kebugaran baik flexibility mau pun VO2max. Salah satu upaya untuk mendapatkan kebugaran jasmani yang baik diperlukan tingkat konsumsi yang cukup (Kartika 2006).

Dokumen terkait