• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dari pertumbuhan fisik, dewasa muda sedang mengalami peralihan dari masa remaja untuk memasuki masa tua. Pada masa ini, seorang individu tidak lagi disebut sebagai masa tanggung (akil balik), tetapi sudah tergolong sebagai seorang pribadi yang benar-benar dewasa (maturity). la tidak lagi diperlakukan sebagai seorang anak atau remaja, tetapi sebagaimana layaknya seperti orang dewasa lain- nya. Penampilan fisiknya benar-benar matang sehingga siap melakukan tugas-tugas seperti orang dewasa lainnya, misalnya bekerja, menikah, dan mempunyai anak. la dapat bertindak secara bertanggung jawab untuk dirinya ataupun orang lain (termasuk keluarganya). Segala tindakannya sudah dapat dikenakan aturan-aturan hukum yang berlaku, artinya bila terjadi pelanggaran, akibat dari tindakannya akan memperoleh sanksi hukum (misalnya denda, dikenakan hukum pidana atau perdata). Masa ini ditandai pula dengan adanya perubahan fisik, misalnya tumbuh bulu-bulu halus, perubahan suara, menstruasi, dan kemampuan reproduksi (Dariyo 2003).

Mahasiswa merupakan orang yang belajar diperguruan tinggi. Berdasarkan kisaran umur diketahui bahwa mahasiswa termasuk golongan umur dewasa awal. Jika dilihat dari segi kesehatan, masa dewasa awal merupakan masa yang paling sehat selama kehidupan. Mahasiswa adalah kalangan muda yang berumur 19-28 tahun yang memang dalam usia tersebut mengalami suatu peralihan dari remaja ke tahap dewasa. Sosok mahasiswa kental dengan nuansa kedinamisan dan sikap keilmuannya yang dalam melihat sesuatu berdasarkan kenyataan objektif, sistematis dan rasional. Mahasiswa (youth) adalah suatu periode yang disebutnya dengan “studenthood” (masa belajar) yang terjadi hanya pada individu yang memasuki post secondary education dan sebelum masuk ke dalam dunia kerja yang menetap (Morgan dkk dalam Rahmawati 2006).

Konsumsi Pangan

Konsumsi pangan adalah jumlah pangan (tunggal atau beragam) yang dimakan seseorang atau kelompok orang dengan tujuan tertentu. Tujuan mengkonsumsi pangan dalam aspek gizi adalah untuk memperoleh sejumlah zat gizi yang diperlukan tubuh. Konsumsi pangan meliputi informasi mengenai jenis pangan

dan jumlah pangan yang dimakan seseorang atau kelompok orang (sekeluarga atau rumah tangga) pada waktu tertentu (Hardinsyah & Martianto 1992).

Banyak hal yang mempengaruhi konsumsi pangan individu diantaranya faktor ekonomi dan harga, serta faktor sosio budaya dan religi yang ada di suatu daerah. Selain itu faktor kesehatan individu juga berpengaruh dalam konsumsi pangan, serta faktor fisiologis individu juga sangat menentukan jenis dan jumlah bahan pangan yang dikonsumsi oleh individu (Hardinsyah dan Briawan 1994).

Supariasa et al. (2002) menjelaskan bahwa dalam survei konsumsi pangan terdapat tiga metode yang digunakan yaitu metode kualitatif, metode kuantitatif, serta gabungan dari metode keduanya. Metode kualitatif digunakan untuk mengetahui frekuensi makan, frekuensi konsumsi menurut jenis bahan pangan, dan menggali informasi tentang kebiasaan makan. Metode kuantitatif digunakan untuk mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi sehingga dapat dihitung konsumsi zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) atau daftar lain yang diperlukan seperti Daftar Ukuran Rumah Tangga (URT), Daftar Konversi Mentah Masak (DKMM), dan Daftar Penyerapan Minyak (DPM).

Food Recall 24 Jam

Dari berbagai metode survey konsumsi gizi tingkat individu, maka metode recall 24 jam konsumsi gizi merupakan suatu metode yang paling banyak digunakan dalam survey konsumsi gizi. Hal ini dikarenakan metode ini cukup akurat, cepat pelaksanaannya, murah, mudah dan tidak memerlukan peralatan yang mahal atau rumit. Meskipun demikian diperlukan orang yang ahli untuk dapat melakukannya, karena metode recall 24 jam konsumsi gizi sangat mengandalkan ingatan responden. Di samping itu diperlukan ketepatan menyampaikan ukuran rumah tangga (URT) dari pangan yang telah dikonsumsi oleh responden, saat ketepatan pewawancara untuk menggali semua makanan dan minuman yang dikonsumsi responden beserta ukuran rumah tangga (Widajanti 2009).

Pengukuran jika hanya dilakukan sebanyak satu kali (1x24 jam) maka data yang diperoleh kurang representatif untuk menggambarkan kebiasaan makan individu. Pengukuran recall 24 jam sebaiknya dilakukan berulang-ulang dan harinya tidak berturut-turut. Pengukuran sebaiknya dilakukan minimal dua kali (2x24 jam) tanpa berturut-turut sehingga dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi lebih

optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentang asupan harian indvidu (Gibson 2005).

Kecukupan Gizi

Kecukupan gizi yang dianjurkan adalah banyaknya masing-masing zat gizi yang harus terpenuhi dari makanan untuk mencakup semua orang sehat. Kecukupan zat gizi dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, genetik (keturunan), keadaan hamil, dan menyusui (Karyadi & Muhilal 1990). Kecukupan gizi merupakan suatu kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari bagi semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, aktivitas tubuh, dan kondisi fisiologis khusus untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal (Sandjaja et al 2009).

Energi

Angka kecukupan energi (AKE) pada WNPG VIII ini bagi dewasa didasarkan pada oxford equation, yang merupakan hasil meta analisis untuk estimasi energi basal metabolism (EMB) berdasarkan berat badan (Hardinsyah & Tambunan 2004). Besarnya kebutuhan energi tergantung dari energi yang digunakan setiap hari. Kebutuhan energi dapat dihitung dengan memperhatikan beberapa komponen penggunaan energi. Komponen-komponen tersebut yaitu Basal Metabolic Rate (BMR), Specific Dynamic Action (SDA), aktivitas fisik dan faktor pertumbuhan (Irawan 2007). Komponen terbesar dari keluaran energi harian adalah BMR. Metabolisme basal diartikan sebagai sejumlah energi yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai proses vital ketika tubuh tengah istirahat. Dengan kata lain, metabolism basal merupakan jumlah minimal energi yang dikeluarkan untuk mempertahankan fungsi alat pernapasan, sirkulasi darah, peristaltic usus, tonus otot, temperatur tubuh dan kegiatan kelenjar (Arisman 2004). Specific Dynamic Action (SDA) disebut juga dengan food Induce Thermogenesis diartikan sebagai keluaran energi untuk makanan. Pada orang dewasa sebesar kira-kira [6-8%] – [10-13%] dari energi yang dikonsumsi (Arisman 2004).

Kebutuhan energi pada saat berolahraga dapat dipenuhi melalui sumber- sumber energi yang tersimpan di dalam tubuh yaitu melalui pembakaran karbohidrat, pembakaran lemak, serta kontribusi sekitar 5% melalui pemecahan protein. Diantara ketiganya, simpanan protein bukanlah merupakan sumber energi yang langsung dapat digunakan oleh tubuh dan protein baru akan terpakai jika simpanan

karbohidrat ataupun lemak tidak lagi mampu untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan oleh tubuh. Penggunaan antara lemak ataupun karbohidrat oleh tubuh sebagai sumber energi untuk dapat mendukung kerja otot akan ditentukan oleh 2 faktor yaitu intensitas serta durasi olahraga yang dilakukan (Irawan 2007).

Aktivitas fisik membutuhkan energi yang diperoleh dari makanan yang dikonsumsi setiap hari. Kebutuhan energi dewasa awal dalam Widya Karya Pangan dan Gizi 2004 untuk pria sebesar 2550 kkal/hari sedangkan untuk wanita sebesar 1900 kkal/hari.

Protein

Protein terdiri dari asam-asam amino. Di samping menyediakan asam amino esensial, protein juga mensuplai energi dalam keadaan energi terbatas dari karbohidrat dan lemak. Semakin lengkap komposisi dan jumlah asam amino essensial dan semakin tinggi daya cerna protein suatu jenis pangan atau menu, maka semakin tinggi mutu proteinnya. Demikian pula semakin rendah kandungan serat dan lembut tekstur suatu jenis pangan sumber protein semakin baik mutu proteinnya (Gibney dkk dalam WKNPG 2004).

Protein bukan merupakan substrat penghasil energi yang bermakna selama berolahraga karena hanya 5-10% dari total energi yang dikeluarkan berasal dari protein (Depkes 1993). Protein berperan sebagai zat pembangun komponen dan struktur jaringan tubuh yag rusak seperti otot serta berperan dalam pembentukan enzim, hormon, dan antibodi.

Angka kecukupan protein menurut Widya Karya Pangan dan Gizi 2004 untuk pria dewasa awal 0,80 g/kg B/hr kira-kira sebesar 60 gram protein dalam sehari, sedangkan untuk wanita dewasa awal 0,80 g/kg B/hr kira-kira sebesar 50 gram protein dalam sehari.

Lemak

Lemak merupakan zat gizi penghasil energi terbesar, besarnya lebih dari dua kali energi yang dihasilkan karbohidrat dan protein. Namun, lemak merupakan sumber energi yang tidak ekonomis pemakaiannya. Oleh karena metabolism lemak menghabiskan oksigen lebih banyak dibandingkan karbohidrat (Primana 2000).

Lemak terdiri dari trigliserida, fosfolipid dan sterol yang masing-masing dan komposisi semuanya mempunyai fungsi khusus bagi kesehatan manusia. Sebagian besar (99%) lemak tubuh adalah trigliserida. Trigliserida terdiri dari gliserol dan

asam-asam lemak. Disamping mensuplai energi, lemak terutama trigliserida, berfungsi menyediakan cadangan energi tubuh, pelindung organ dan menyediakan asam-asam lemak esensial (Hamazaki dkk dalam WKNPG 2004).

Kebutuhan lemak tidak dinyatakan secara mutlak, akan tetapi seseorang yang bukan berprofesi sebagai atlet sebaiknya mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak 15-30% (Almatsier 2004).

Karbohidrat

Karbohidrat terdiri dari karbohidrat sederhana, seperti monosakarida dan disakarida, dan karbohidrat komplek seperti glikogen (pada manusia), starch dan serat (pada tanaman). Glikogen dan starch dihidrolisis oleh tubuh menjadi glukosa yang berguna sebagai energi siap dipakai oleh tubuh. Karbohidrat sederhana mudah dicerna dan cepat menghasilkan energi, sehingga penting untuk pemulih energi. Karbohidrat komplek (glikogen dan starch) butuh waktu lama untuk dicerna, dan karena sifatnya ini, maka karbohidrat komplek sangat baik digunakan untuk pengendalian kadar glukosa darah (Whitney dkk dalam WKNPG 2004).

Kebutuhan karbohidrat untuk dewasa awal sebesar 55-75% berasal dari karbohidrat komplek dan 10% berasal dari gula sederhana (Almatsier 2004).

Status Gizi Pengertian Status Gizi

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi, yang dibedakan menjadi status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat yang lebih tinggi (Almatsier 2004).

Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penilaian secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian, yaitu; antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga, yaitu; survey konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi (Riyadi 2001).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

Ditinjau dari sudut pandang epidemiologi masalah gizi sangat dipengaruhi oleh faktor penjamu, agen dan lingkungan. Faktor penjamu meliputi fisiologi,

metabolisme dan kebutuhan zat gizi. Faktor agen meliputi karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral, sedangkan faktor lingkungan meliputi bahan makanan, pengolahan, penyimpanan, higiene dan sanitasi makanan (Supariasa 2002).

Indikator Status Gizi

Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat. Salah satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan Antropometri. Pengukuran antropometri mempunyai keuntungan dalam menyediakan informasi status gizi pada masa lampau yang tidak dapat diperoleh dengan teknik penilaian yang lain (Gibson 2005). Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropometri disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variabel lain. Variabel tersebut adalah sebagai berikut :

a. Berat Badan

Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun.

Menurut Arisman (2004) pengukuran berat badan sebaiknya jika keadaan memungkinkan, subyek ditimbang bertelanjang atau berpakaian seminimal mungkin. Jika tidak dapat, hasil penimbangan dikurangi dengan pakaian maupun aksesoris.

b. Tinggi Badan

Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita.

Menurut Arisman (2004) tinggi badan diukur dalam keadaan berdiri tegak lurus, tanpa alas kaki, kedua tangan merapat kebadan, punggung dan bokong menempel pada dinding, dan pandangan diarahkan ke depan. Kedua lengan tergantung relaks di samping badan. Potongan kayu (atau logam) bagian dari alat pengukur tinggi badan yang dapat digeser kemudian diturunkan hingga menyentuh bagian atas (verteks) kepala. Sentuhan itu harus diperkuat jika subyek berambut tebal.

c. Komposisi Tubuh

Komposisi tubuh seseorang dapat diukur melalui berbagai cara misalnya dengan mengukur berat jenis tubuh. Tubuh yang memiliki berat jenis yang tinggi berarti massa ototnya banyak sedangkan kadar lemak relatif kecil. Jumlah cadangan lemak di bawah kulit dapat diukur menggunakan suatu alat yang disebut Body Composition Analyzer.

Pemberian makanan yang melebihi kebutuhan akan mengakibatkan bertambahnya cadangan lemak, sehingga tidak mencapai komposisi tubuh yang sesuai. Sebaliknya jika makanan yang kurang dari kebutuhan akan mengakibatkan terhambatnya proses perkembangan pada otot-otot tubuh (Moehji 2003). Pengkategorian persentase lemak tubuh berdasarkan jenis kelamin disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Pengkategorian persentase lemak tubuh berdasarkan jenis kelamin

Kategori Women Men

Essential fat 10-13% 2-5% Athletes 14-20% 6-13% Fitness 21-24% 14-17% Acceptable 25-31% 18-25% Obese >32% >25% Sumber : Anonim (2009b) Kebugaran Jasmani

Kebugaran jasmani merupakan kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas dan pekerjaan sehari-hari, kegiatan rekreasi atau kegiatan lainnya yang bersifat mendadak tanpa mengalami kelelahan yang berarti (Riyadi 2007).

Menurut Gibney et al (2008) kebugaran pada umumnya dapat diklasifikasikan sebagai kebugaran yang berkaitan dengan kesehatan dan kebugaran yang berkaitan dengan kinerja. Kebugaran yang berkaitan dengan kesehatan meliputi kebugaran kardiorespiratori, kekuatan dan ketahanan otot, komposisi lemak tubuh dan kelentukan (fleksibilitas). Kebugaran yang berkaitan dengan kinerja meliputi kebugaran kardiorespiratori, kekuatan dan ketahanan otot, komposisi lemak tubuh, kelentukan (fleksibilitas), tenaga otot (muscle power), kecepatan (speed), agilitas dan keseimbangan.

Kebugaran dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, umur, jenis kelamin, keturunan, makanan dan gizi yang seimbang, serta kebiasaan merokok. Cirri-ciri kebugaran jasmani yang baik yaitu, tahan jika bekerja dalam waktu yang

lama, tidak lekas capai, tidak mudah terkena stres, tidak mudah terserang penyakit, dan produktivitas kerja yang tinggi (Riyadi 2007).

VO2 max

Kebugaran dapat diukur dengan cara mengukur volume oksigen yang dapat dikonsumsi selama berolahraga pada kapasitas maksimum. Kemampuan menggunakan oksigen oleh tubuh merupakan kunci yang menentukan penggunaan bahan bakar tubuh dan keberhasilan berprestasi. Volum oksigen maximum (VO2max) yaitu kemampuan maksimum tubuh untuk mengambil oksigen (Depkes 1997). Selain itu, VO2max juga didefinisikan sebagai laju tertinggi dari konsumsi oksigen yang dapat dicapai selama latihan yang maksimal (Mackenzie 1997).

Pria dewasa biasanya selalu memiliki kapasitas VO2max yang lebih besar dari pada perempuan. Rentang normalnya adalah 40-45 ml/kg/menit pada laki-laki sedangkan pada perempuan sebesar 35-40 ml/kg/menit. Perbedaan tersebut dikarenakan komposisi tubuh atau konsentrasi hemoglobin. Perempuan memiliki massa lemak yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan pria. Perputaran konsentrasi hemoglobin pada laki-laki sekitar 10-20% lebih tinggi dari pada wanita, sehingga meningkatkan kemampuan laki-laki dalam mengantarkan oksigen ke dalam otot. Selain itu, komposisi tubuh juga dapat mempengaruhi VO2max. Walaupun VO2max dinyatakan dalam berapa mililiter oksigen yang dikonsumsi per kg berat badan, perbedaan komposisi tubuh seseorang menyebabkan konsumsi yang berbeda. Tubuh yang mempunyai lemak dengan persentasi yang tinggi, mempunyai VO2max yang lebih rendah (MacMurray & Ondrak 2008).

Salah satu contoh, pada saat lari menaiki bukit, maka akan menggunakan lebih banyak oksigen pada saat menaiki bukit kedua dibandingkan dengan bukit pertama, tetapi pada satu titik tertentu akan tiba pada tingkatan dimana konsumsi oksigen maksimum atau yang disebut dengan VO2max. Faktor ini memberikan indikasi bagaimana kedayagunaan tubuh menggunakan oksigen pada saat melakukan pekerjaan, misalnya sewaktu olahraga, otot harus menghasilkan energi, satu proses dimana oksigen memegang peranan penting. Lebih banyak oksigen digunakan berarti lebih besar kapasitas untuk menghasilkan energi dan kerja yang berarti daya tahan tubuh lebih besar. Mereka yang mempunyai VO2max yang tinggi dapat melakukan lebih banyak pekerjaan sebelum menjadi lelah, dibandingkan dengan mereka yang mempunyai VO2max yang rendah (Nurcahyo 2008).

Nilai VO2max dapat dijadikan sebagai indikator kebugaran yang paling banyak digunakan karena orang yang memiliki nilai VO2max yang tinggi berarti menandakan mampu melakukan latihan pre-dominant energy system aerobics yang artinya orang tersebut akan memiliki kualitas komponen biomotorik yang baik sebagai dampak latihan yang dilakukannya.

Penilaian kebugaran kardiorespirasi pada anak-anak dan remaja telah menjadi hal yang semakin penting karena beberapa data VO2max menunjukan faktor resiko CVD. Kebugaran aerobik adalah indikator yang sangat baik untuk kebugaran jantung dan olahraga pernafasan untuk kegiatan setiap hari yang sebagian besar dilakukan oleh masyarakat umum. Penelitian ini telah menunjukkan pentingnya latihan dalam mengurangi risiko penyakit kardiovaskular, melalui pengurangan lipid darah, lemak tubuh, dan tekanan darah, serta peningkatan fungsi miokard (Koley 2007).

Nilai VO2max seorang atlet dan non atlet dapat dikategorikan berdasarkan umur dan jenis kelamin.

Tabel 2 Normatif nilai VO2max atlet dan non atlet pada wanita dan pria Umur Very Poor Poor Fair Good Excellent Superior Wanita 13-19 <25.0 25.0 - 30.9 31.0 - 34.9 35.0 - 38.9 39.0 - 41.9 >41.9 20-29 <23.6 23.6 - 28.9 29.0 - 32.9 33.0 - 36.9 37.0 - 41.0 >41.0 30-39 <22.8 22.8 - 26.9 27.0 - 31.4 31.5 - 35.6 35.7 - 40.0 >40.0 40-49 <21.0 21.0 - 24.4 24.5 - 28.9 29.0 - 32.8 32.9 - 36.9 >36.9 50-59 <20.2 20.2 - 22.7 22.8 - 26.9 27.0 - 31.4 31.5 - 35.7 >35.7 60+ <17.5 17.5 - 20.1 20.2 - 24.4 24.5 - 30.2 30.3 - 31.4 >31.4 Pria 13-19 <35.0 35.0 - 38.3 38.4 - 45.1 45.2 - 50.9 51.0 - 55.9 >55.9 20-29 <33.0 33.0 - 36.4 36.5 - 42.4 42.5 - 46.4 46.5 - 52.4 >52.4 30-39 <31.5 31.5 - 35.4 35.5 - 40.9 41.0 - 44.9 45.0 - 49.4 >49.4 40-49 <30.2 30.2 - 33.5 33.6 - 38.9 39.0 - 43.7 43.8 - 48.0 >48.0 50-59 <26.1 26.1 - 30.9 31.0 - 35.7 35.8 - 40.9 41.0 - 45.3 >45.3 60+ <20.5 20.5 - 26.0 26.1 - 32.2 32.3 - 36.4 36.5 - 44.2 >44.2 Sumber: Mackenzie (1997) Tes Balke

Tes balke merupakan salah satu metode untuk mengukur VO2max atau kebugaran aerobik yang dilakukan dengan cara atlet berlari selama 15 menit

kemudian diukur jarak tempuhnya (Anonim 1997). Tes balke secara luas banyak dipakai untuk memeriksa kebugaran atlet atau masyarakat yang berolahraga, keuntungan tes balke adalah tes yang dapat dipakai untuk mengukur kebugaran banyak orang sekaligus dengan hasil yang cukup akurat.

Hasil pengukuran tes balke dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

1. Suhu, tingkat kebisingan dan kelembaban

2. Waktu tidur atlet sebelum melaksanakan tes dan emosi atlet 3. Obat-obatan yang sedang dikonsumsi oleh atlet

4. Waktu pelaksanaan tes (sebaiknya dilakukan sebelum jam 11 siang) 5. Asupan kafein atlet

6. Waktu makan terakhir atlet

7. Lingkungan pelaksanaan tes (rumput, track, jalanan, gym) 8. Pengetahuan atlet

9. Akurasi pengukuran

10. Apakah atlet benar benar menggunakan usaha maksimal untuk melakukan tes. 11. Kepribadian, pengetahuan dan kemampuan penguji.

(Mackenzie 1997).

Tes Flexibility

Fleksibilitas merupakan rentang gerak sendi atau kemungkinan gerakan bersama, sehingga potongan-potongan tulang yang membentuk sendi bergerak sebanyak mungkin. Tes kelentukan atau flexibility meter dilakukan untuk memperoleh data dimana dari data tersebut kita dapat mengetahui tingkat kelentukan seseorang (Anonim 2009a).

Alat yang digunakan untuk tes kelentukan biasanya yaitu bangku atau balok dan mistar dengan ukuran 50 cm atau biasa juga yang disebut dengan flexibility meter. Satuan alat ini yaitu centimeter (Anonim 2009a).

Metode reach test adalah salah satu metode yang dilakukan untuk pengukuran kelentukan seseorang yang dilakukan dengan cara berdiri di atas balok kemudian membungkukkan badan sejauh mungkin dengan posisi kaki dan tangan lurus ke bawah. Tangan yang mencapai balok akan dihitung dengan nilai positif (+) sedangkan tangan yang tidak bisa mencapai balok akan terhitung negatif (-) dengan satuan centimeter (Anonim 2009a).

Tingkat kelentukan seseorang pasti berbeda satu sama lain. sehingga memang perlu diadakan pengukuran untuk mengambil data kelentukan seseorang, karena sangat bermanfaat untuk beberapa tujuan yang diinginkan seseorang. Pengkategorian untuk hasil tes kelentukan atau fleksibilitas terdiri dari:

Tabel 3 Pengkategorian tes kelentukan (flexibility) Kategori Pria (cm) Wanita (cm)

Bagus sekali +21 +22

Bagus +17 +18

Sedang +11 +12

Cukup +5 +8

Kurang -2 +2

Dokumen terkait