• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan tingkat somatisasi antara karyawan kontrak dan karyawan tetap - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Perbedaan tingkat somatisasi antara karyawan kontrak dan karyawan tetap - USD Repository"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERBEDAAN TINGKAT SOMATISASI

ANTARA KARYAWAN KONTRAK DAN KARYAWAN TETAP

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Maria Adriana Dewinta Christianti NIM : 079114109

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2012

(2)
(3)
(4)

M asa L alu dapat dijadikan pelajaran untuk

melangkah di masa depan, namun bukan menjadi

pedoman

Dan bila, aku berdiri, tegak sampai hari ini Bukan karena kuat dan hebatku

Semua karena Cinta

# Karena Cinta

Or a n g y a n g si bu k d en ga n p ek er j a a n n y a , d en ga n p r est a si n y a t a k p er n a h ber p i k i r u n t u k m en j el ek -j el ek k a n

or a n g l a i n .... #D a l e Ca r n egi e

(5)

v

PERSEMBAHAN

S KRIPS I INI KUPERS EMBAHKAN UNTUK TUHAN YESUS KRISTUS DAN BUNDA MARIA, PAPA DAN MAMA, S ERTA ANAK DAN S UAMIKU TERCINTA....

(6)
(7)

vii

PERBEDAAN TINGKAT SOMATISASI ANTARA KARYAWAN KONTRAK DAN KARYAWAN TETAP

Maria Adriana Dewinta Christianti

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan tingkat somatisasi antara karyawan kontrak dan karyawan tetap. Somatisasi merupakan proses penggunaan tubuh untuk kepentingan pribadi ke dalam bentuk gejala fisik yang tidak ada dasar fisik yang ditemukan. Hipotesis dalam penelitian ini adalah tingkat somatisai karyawan kontrak lebih tinggi daripada karyawan tetap. Subjek dalam penelitian ini adalah 100 orang karyawan PT Pulau Intan, Jakarta, terdiri dari 50 orang karyawan tetap dan 50 orang karyawan kontrak. Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif dan menggunakan metode pengumpulan data berupa Skala Somatisasi. Skala disusun berdasarkan 2 aspek, yaitu aspek fisik dan aspek psikologis. Skala tersebut terdiri dari 32 item dengan koefisien kesahihan bergerak antara 0,236 – 0,471 dengan koefisien reliabilitas 0,838. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji - t. Hasil analisis menunjukkan nilai t = 12,545 dengan p = 0,000. Nilai mean untukkaryawankontrakadalah 73,5 sementara untuk karyawan tetap sebesar 59,5. Dengan demikian tingkat somatisasi karyawan tetap lebih rendah disbanding karyawan kontrak secara sangat signifikan.

Kata kunci : Somatisasi, Karyawan kontrak, Karyawan tetap

vii

(8)

DIFFERENCE OF SOMATIZATION LEVEL BETWEEN PERMANENT STAFF AND CONTRACT STAFF

Maria Adriana Dewinta Christianti

ABSTRACT

This research aimed to find the difference of somatization between permanent staff and contract staff. Somatization was a process of a body symptoms which is no physical base to be found. The hypothesis of the research was somatization level of permanent staff lower than the level of permanent staff. The subject of this research were 100 people staff at PT. Pulau Intan, Jakarta consisted of 50 people of permanent staff and 50 people of contract staff.The type of this research was comparative research and yhe data collection method used the form of somatization scale. Scale compiled based on 2 aspect, that were physical aspect and psychological aspect. This scale consisted of 32 item with validity coefficient range from 0,236 – 0,471 dan reliability coefficient 0,838. Data analysis in this research used the t – test produces t = 12, 545 with p = 0,000. Mean = 73,5 for contact staff and 59,5 for permanent staff. The result indicate that significally the somatization level of permanent staff lower than contract staff.

Key Words : Somatization, Contract Staff, Permanent Staff

(9)
(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan rakhmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Somatisasi antara Karyawan Kontrak dengan Karyawan Tetap”.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu membimbing dan selalu menjadi tempat curahan hati penulis.

2. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani selaku Dekan Fakultas Psikologi , Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

3. Ibu P. Henrietta PDADDS S.Psi., M. A. selaku dosen pembimbing, terimakasih atas bimbingan, pengarahan, saran serta dukungan yang berarti kepada penulis selama penyusunan skripsi.

4. Ibu Sylvia Carolina MYM S.Psi., M.Si. dan Ibu Dr. Tjipto Susanna M. Si selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan yang berguna bagi penulis.

(11)

xi

5. Ibu M.M. Nimas Eki Suprawati S.Psi., Psi., M. Si. selaku dosen pembimbing akademik, terima kasih atas bimbingan selama penulis menjalani pendidikan.

6. Ibu Agnes Indar Etikawati S.Psi., Psi., M. Si. dan Ibu Aquilina Tanti Arini S.Psi., M. Si. terima kasih atas kesediaan waktu dan tenaganya atas konsultasi skripsi, terutama dalam penyusunan skala.

7. Segenap dosen Fakultas Psikologi yang pernah mengajar penulis. Terima kasih atas ilmu dunia Psikologi yang telah diberikan pada penulis.

8. Segenap karyawan fakultas Psikologi ; Mas Gandung, Bu Nanik, Mas Doni, Mas Muji, Pak Gik, terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya selama ini.

9. Om Dian dan teman-teman karyawan PT. Pulau Intan, Jakarta yang telah bersedia meluangkan waktu untuk mengisi skala yang diberikan.

10.Isabella Maria Sri Amoura Nindya dan suamiku tercinta, Chandra, yang telah menjadi pengganggu sekaligus motivator terbesar penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Makasih banget, keluarga kecilku…

11.Mama, Papa, Sella, Nathan, Detha, dan Paskha atas semua cinta dan kasih sayang, dukungan moril maupun materil serta doa yang selalu menyertai penulis.

12.Semua keluarga besar penulis, Om Inton, Bulek Rani, Tante Dian, Om Nunung, Om Wina, dan masih banyak lagi. Terima kasih atas dukungan dan doanya yang tidak pernah lepas dari penulis.

(12)

13.Lily, Gege, Niken, Galih, Danang, Chacha, Rani, Tyas, Damar, dan banyak lagi teman-teman angkatan 2007 yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah memberikan doa, dukungan dan masukkan yang berguna untuk skripsi ini.

14.Mbak Lisa, Gita, Ellisa, Bruder Martin, Sr Wahyu, Sr Cresen, Pak Priyo, Bu Susan, serta teman-teman PSIBK yang lain yang selalu “ngoyak-ngoyak” penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih juga atas banyak pelajaran dan pengalaman yang telah diberikan kepada penulis.

15.Dan semua orang yang telah mendukung penulis baik secara langsung ataupun tidak langsung, terimakasih banyak.

Semoga segala kebaikan dan pertolongan semuanya mendapatkan anugrah dari Tuhan YME. Akhir kata penulis mohon maaf apabila masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan,.AMIN.

Yogyakarta , Agustus 2012 Penulis

Maria Adriana Dewinta

(13)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... vii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

(14)

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Somatisasi ... 9

1. Pengertian Somatisasi ... 9

2. Penyebab Somatisasi ... 11

3. Penggunaan Somatisasi ... 13

4. Kriteria Diagnostik Ganggaun Somatisasi ... 14

5. Faktor yang Mempengaruhi Somatisasi ... 15

B. Karyawan Kontrak dan KaryawanTetap ... 19

1. Pengertian Karyawan Tetap ... 20

2. Pengertian Karyawan Kontrak ... 21

C. Perbedaan Tingkat Somatisasi antara Karyawan Tetap dengan Karyawan Kontrak ... 22

D. Hipotesis ... 29

BAB III : METODE PENELITIAN ... 30

A. Jenis Penelitian ... 30

B. Variabel Penelitian ... 30

C. Definisi Operasional Variabel ... 30

1. Tingkat Somatisasi ... 30

2. Karyawan ... 31

D. Subjek Penelitian ... 31

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 32

F. Validitas dan Reliabilitas ... 34

1. Validitas Alat Ukur ... 34

(15)

xv

2. Seleksi Item ... 35

3. Reliabilitas Alat Ukur ... 36

G. Uji Asumsi ... 37

1. Uji Normalitas ... 37

2. Uji Homogenitas ... 38

H. Analisis Data ... 38

BAB IV : HASIL PENELITIAN ... 40

A. Pelaksanaan Penelitian ... 40

B. Deskripsi Subjek ... 41

C. Deskripsi Data Penelitian ... 42

D. Hasil Penelitian ... 46

1. Uji Asumsi ... 46

2. Uji Hipotesis ... 47

E. Pembahasan... 48

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN... 54

A. Kesimpulan ... 54

B. Saran ... 54

1. Untuk Karyawan ... 54

2. Untuk Peneliti Selanjutnya ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 56

LAMPIRAN ... 60

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Blueprint Distribusi Butir-butir Skala Somatisasi ... 34

Tabel 4.1. Deskripsi Subjek ... 42

Tabel 4.2. Deskripsi Data Penelitian Berdasarkan Nilai Mean ... 42

Tabel 4.3. Deskripsi Data Penelitian Berdasarkan Usia pada Karyawan Tetap ... 43

Tabel 4.4. Deskripsi Data Penelitian Berdasarkan Usia Dewasa Awal pada Karyawan Kontrak dan Karyawan Tetap ... 43

Tabel 4.5. Deskripsi Data Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin pada Karyawan Kontrak ... 44

Tabel 4.6. Deskripsi Data Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin pada Karyawan Tetap ... 45

Tabel 4.7. Deskripsi Data Penelitian pada Subjek Laki-Laki ... 45

Tabel 4.8. Deskripsi Data Penelitian pada Subjek Perempuan ... 46

Tabel 4.9. Uji Normalitas ... 47

Tabel 4.10. Uji Hipotesis ... 47

(17)

xvii

DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Perbedaan Tingkat Somatisasi pada Karyawan Kontrak dan Karyawan Tetap ... 28

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran1. Skala Somatisasi ... 61

Lampiran 2. Reliabilitas Skala ... 67

Lampiran 3. Uji Normalitas... 71

Lampiran 4. Uji Homogenitas ... 71

Lampiran 5. Uji T ... 72

Lampiran 6. Surat Keterangan Penelitian ... 75

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat

menuntut individu untuk mampu menguasainya. Ditambah lagi jumlah

penduduk yang semakin banyak mengakibatkan kompetensi di berbagai

bidang semakin berat, termasuk didalamnya dalam mencari pekerjaan.

Bekerja merupakan suatu kebutuhan bagi individu, terutama individu pada

usia dewasa awal. Pada usia dewasa awal, individu dituntut untuk dapat

berdiri sendiri melalui pekerjaan yang dimilikinya (Santrock, 2002).

Pekerjaan merupakan perwujudan dari kebutuhan, keinginan, nilai-nilai, dan

cita-cita yang dimiliki oleh seseorang. Dengan memiliki pekerjaan juga

seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungannya secara wajar dan merasa

dirinya lebih berarti dalam lingkungannya (Mappiare, 1983). Namun ketika

orang dewasa awal gagal dalam memiliki pekerjaan tetap, maka akan timbul

rasa cemas yang dapat berakibat pada gangguan psikologis (Mappiare, 1983).

Masalah kesehatan jiwa memang seringkali dipandang sebelah mata bahkan oleh para klinisi di bidang kesehatan. Kesehatan jiwa dianggap tidak

lebih penting daripada kesehatan fisik. Penelitian yang dilakukan oleh para

staf di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen

Krida Wacana (UKRIDA) di sebuah Puskesmas di Jakarta Barat

memperlihatkan hasil bahwa pasien yang datang ke puskesmas dengan

(20)

keluhan fisik ternyata 30 persen lebih di antaranya mengalami gangguan

kesehatan jiwa dan yang paling besar adalah psikosomatik (Andi,

2011). Somatisasi menjadi salah satu penyakit dalam psikologi klinis yang

kurang dapat ditangani. Hal ini disebabkan karena kurangnya tenaga, sementara kasus somatisasi ini banyak terjadi di masyarakat(Bidang Studi Psikologi Klinis Masih dipahami Secara Sempit, 2010).

Somatisasi merupakan sejumlah keluhan fisik yang telah menetap selama beberapa tahun dan menyebabkan seseorang mencari pertolongan medis tetapi tidak ada dasar fisik yang ditemukan (Bootzin, Acocella, & Alloy, 1993). Somatisasi adalah suatu proses pemanfaatan tubuh (soma) yang digunakan untuk tujuan-tujuan psikologis atau untuk pencapaian-pencapaian pribadi (Ford, 1983). Ketika menghadapi situasi yang menekan dan tidak diharapkan, maka respon individu yang biasanya muncul adalah rasa gelisah, takut, dan sering diikuti gejala somatik seperti nyeri kepala, berkeringat, kekakuan pada dada, dan gangguan lambung ringan (Martaniah, 1994).

(21)

3

yang menimbulkan stres dapat meningkatkan intensifikasi munculnya simtom (Halgin & Susan, 2010). Penelitian Swartz dkk (dalam Jeffrey,dkk , 2003) menunjukkan bahwa 95% orang dengan gangguan somatisasi telah mengunjungi dokter dan 45% diantaranya masuk perawatan inap rumah sakit. Bahkan para penderita gangguan somatisasi memiliki kecenderungan untuk berpindah-pindah dokter untuk mencari jawaban atas keluhannya (Andri, 2011)

Somatisasi pertama kali sering disebut Sindrom Briquet karena ditemukan oleh Piere Briquet tahun 1859. Penyakit-penyakit kompleks seperti kesulitan menstruasi pada wanita, nafas pendek, sakit jasmani, gangguan sensasi dalam seksual juga dapat diterangkan kemunculannya sebagai bentuk keluhan somatisasi (Comer, 1992).

(22)

pencapaian tujuan sekunder untuk mendapatkan perhatian dan pemakluman dari lingkungannya (Ford, 1983).

Somatisasi sendiri merupakan gejala gangguan mental yang paling sering muncul akibat adanya stres kerja (Wantoro, 1996, dalam Sosrosumihardjo, Amri, & Setyawan, 2008). Pada penelitian di Swedia di tiga Pusat Kesehatan Kerja didapatkan bahwa stres kerja menyebabkan 33% kasus kecenderungan gejala gangguan mental emosional. Dalam beberapa penelitian sejenis yang melihat kaitan stres kerja dengan kecenderungan gejala gangguan mental emosional, somatisasi selalu menjadi 3 besar gejala gangguan mental emosional yang sering muncul (Sosrosumihardjo, dkk, 2008).

(23)

5

tidak menyadari jika permasalahan psikologis yang mereka alami diekspresikan pada tubuh (Halgin & Susan, 2010).

Pekerjaan memang dapat membuat individu mengalami stres yang dapat berujung pada kecenderungan gejala gangguan mental emosional, namun individu tetap membutuhkan pekerjaan. Dengan memiliki pekerjaan, individu memperoleh imbalan berupa gaji yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Selain itu, dengan memiliki pekerjaan individu juga dapat memiliki kesempatan untuk mengaktualisasikan diri melalui karir yang dimilikinya.

(24)

tidak menutup kemungkinan untuk mengangkat seseorang langsung menjadi karyawan tetap (Hastuti, dkk, 2003).

Perbedaan antara karyawan tetap dengan karyawan kontrak terletak pada hubungan kerja yang telah disepakati. Karyawan tetap terikat dengan Perjanjian Kerja untuk Waktu Tidak Tertentu, sedangkan karyawan kontrak terikat dengan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. Hal ini mengakibatkan munculnya rasa cemas pada karyawan kontrak saat menghadapi penghentian kontrak kerja. Mereka takut akan kehilangan fasilitas yang diperoleh selama mereka bekerja di perusahaan, termasuk didalamnya tidak adanya penghasilan (gaji), tunjangan, sarana, serta kesempatan. Mereka juga dapat merasa cemas dan tertekan karena sewaktu-waktu mudah di PHK atau di mutasi. Ketika seseorang merasa kurang memiliki jaminan dalam bekerja, maka akan muncul kecemasan dengan stresor pengembangan karir (Sosrosumihardjo, dkk, 2008). Namun kecemasan yang timbul ini tentu saja berbeda-beda bagi tiap karyawan kontrak. Oleh karena itu, tidak dapat dipastikan kapan karyawan kontrak ini mulai merasa cemas, apakah saat mulai bekerja, saat akan evaluasi kerja, atau bahkan saat masa kontrak akan berakhir (Widyayulianti,2006).

(25)

7

mereka harus mengalami mutasi atau PHK, akan ada kriteria yang jelas dari pihak perusahaan. Namun dari pihak perusahaan juga tentu akan lebih memikirkan kembali apabila harus melakukan PHK terhadap karyawan tetap karena hal itu berarti perusahaan harus membayar pesangon untuk karyawan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dalam hal ini Undang-Undang. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini mencoba melihat perbedaan tingkat somatisasi antara karyawan kontrak dan karyawan tetap.

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada perbedaan tingkat somatisasi antara karyawan kontrak dan karyawan tetap ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan tingkat somatisasi antara karyawan kontrak dan karyawan tetap.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

(26)

2. Manfaat praktis

a. Bagi Karyawan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dan refleksi sehingga dapat membantu para pekerja dalam upaya lebih memahami keadaan psikologis yang dialaminya.

b. Bagi Perusahaan

(27)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. SOMATISASI

1. Pengertian Somatisasi

Gangguan somatisasi berkaitan dengan kecemasan (Jeffrey, dkk, 2003). Gangguan somatisasi termasuk dalam gangguan somatoform bersama dengan gangguan hipokondriasis, gangguan dismorfik tubuh, gangguan nyeri, dan gangguan konversi. Gangguan Somatisasi sebelumnya dikenal sebagai Sindrom Briquet, dicirikan dengan keluhan somatik yang beragam dan berulang dimulai pada awal masa dewasa, bertahan paling tidak selama beberapa tahun, dan berakibat menuntut perhatian medis dan mengalami kendala dalam memenuhi peran sosial atau pekerjaan (Cloninger et al., dalam Neale & Davidson, 2004). Penderita somatisasi mempunyai riwayat medis yang lama dan rumit dengan banyak diagnosis yang telah dipikirkan. Bahkan meskipun beberapa gangguan organik ringan telah didiagnosis, tetap banyak keluhan dari individu hingga individu tersebut mengalami ketidakmampuan yang parah (Puri, Laking, Treasaden. 2008).

Somatisasi merupakan suatu proses pemanfaatan tubuh yang digunakan untuk tujuan-tujuan psikologis atau untuk pencapaian-pencapaian pribadi (Ford, 1983). Somatisasi meliputi sejumlah keluhan fisik yang telah menetap selama beberapa tahun dan menyebabkan

9

(28)

seseorang mencari pertolongan medis tetapi tidak ada dasar fisik yang dapat ditemukan (Bootzin dkk, 1993)

Menurut DSM-IV-TR kriteria dari gangguan somatisasi adalah memiliki sejarah dari banyak keluhan fisik selama bertahun-tahun; memiliki 4 gejala nyeri, 2 gejala gastrointestinal, 1 gejala seksual, dan 1 gejala pseudoneurological; gejala-gejala yang timbul tidak disebabkan oleh kondisi medis atau berlebihan dalam memberikan kondisi medis yang dialami. Sedangkan menurut PPDGJ III (2003), ciri utama dalam gangguan somatisasi adalah adanya gejala-gejala fisik yang bernacam-macam, berulang, dan sering berubah-ubah, yang biasanya sudah berlangsung beberapa tahun sebelum pasien datang ke psikiater. Kebanyakan pasien memiliki riwayat pengobatan yang sangat panjang dan kompleks. Keluhan yang muncul terdapat pada bagian manapun, namun yang paling lazim terjadi ialah keluhan gastrointestinal dan keluhan perasaan abnormal pada kulit serta bercak-bercak pada kulit. Selain itu, keluhan mengenai seks dan haid juga lazim terjadi.

(29)

11

disfungsi yang terjadi adalah manifestasi dari kecemasan yang tidak realistis terhadap sistem tubuh. Berkaitan dengan hal ini, ketika tingkat kecemasan tinggi, individu dengan somatisasi memiliki kadar cortisol yang tinggi, yang merupakan indikasi bahwa mereka sedang stres (Neale & Davidson, 2004).

Jadi, somatisasi merupakan suatu tipe gangguan psikologis yang melibatkan berbagai keluhan yang muncul secara berulang, namun tidak dapat dijelaskan oleh penyebab fisik apa pun. Keluhan-keluhan ini mengakibatkan seseorang memutuskan untuk memerankan “peran sakit” sehingga secara langsung ataupun tidak langsung akan mengganggu pemenuhan peran sosial ataupun pekerjaan. Keluhan-keluhan yang sering muncul ialah jantung berdebar, sakit kepala, mual, kesulitan bernafas, sakit perut, sakit punggung, dan dada.

2. Penyebab Somatisasi

(30)

dapat dijelaskan dengan teori operant conditioning, yaitu (Indrayanti, 2003) :

a. Individu menunjukkan perilaku yang mengesankan bahwa dirinya sedang menderita sakit.

b. Perilaku sakit akan meningkat bila diikuti reinforcement positif yang menyenangkan.

c. Perilaku sakit dapat dikurangi bila reinforcement positif dihilangkan sedangkan perilaku kesembuhan diberi penguat.

Perlakuan yang diberikan oleh lingkungan individu tersebut dapat mempengaruhi terjadinya gangguan somatisasi. Jika individu terbiasa mendapatkan perlakuan-perlakuan positif dari perilaku sakit yang ditunjukkan, maka perilaku sakit akan tetap dipertahankan untuk mendapat kepuasan (Indrayanti, 2003).

Hal ini tidak menunjukkan bahwa orang dengan gangguan somatisasi adalah orang yang berpura-pura. Namun menekankan bahwa orang dapat belajar melakukan suatu peran untuk mendapatkan konsekuensi yang menyenangkan, terlepas apakah mereka secara sadar atau tidak dalam menampilkan peran itu (Jeffrey, dkk, 2003). Somatisasi biasanya mulai terbentuk sejak kecil, dimana individu belajar dari orang-orang terdekat sehingga pengaktifan pola somatisasi baik untuk tujuan psikologis maupun kepentingan pribadi tidak disadari lagi (Ford, 1983).

(31)

13

dijumpai di kultur yang secara industri kurang maju, misalnya China, Nigeria, Libya, dimana kultur mereka kurang dapat menerima ekspresi tekanan emosi (Bootzin, dkk, 1996). Sedangkan di Amerika, gangguan somatisasi sering dijumpai pada masyarakat pedesaan dan golongan sosioekonomi rendah, dimana pengungkapan beban emosional dilarang (Durand & David, 2006).

3. Penggunaan Somatisasi

Somatisasi merupakan suatu proses pemanfaatan tubuh yang digunakan untuk tujuan-tujuan psikologis atau untuk pencapaian-pencapaian pribadi (Ford, 1983).

a. Tujuan Psikologis, misalnya :

- Untuk memindahkan perasaan tidak menyenangkan ke dalam bentuk gejala fisik.

- Untuk mengkomunikasikan ide atau perasaan. - Untuk mengurangi rasa bersalah.

b. Kepentingan pribadi, misalnya :

- Memanipulasi hubungan antar pribadi. - Menghindari tugas dan tanggungjawab. - Memperoleh keuntungan finansial.

(32)

4. Kriteria Diagnostik Gangguan Somatisasi

Dalam PPDGJ III, ciri utama dari gangguan somatisasi ialah adanya gejala-gejala fisik yang bermacam, berulang, dan sering berubah, yang biasanya sudah berlangsung beberapa tahun sebelum pasien datang ke psikiater. Keluhannya dapat mengenai setiap sistem atau bagian tubuh manapun. Namun yang biasanya muncul adalah berupa keluhan gastrointestinal (perasaan sakit, kembung, berdahak, muntah, mual, dsb), keluhan perasaan abnormal pada kulit, serta keluhan mengenai seks dan haid.

Sedangkan dalam DSM IV TR (2004) beberapa kriteria diagnostik untuk mendeteksi gangguan somatisasi ialah :

a. Empat gejala nyeri : riwayat yang berhubungan dengan sekurangnya empat tempat, misalnya kepala, perut, punggung, sendi, anggota gerak, rektum, dada atau fungsi yang berlainan, misalnya selama menstruasi, selama berhubungan seksual.

b. Dua gejala gastrointestinal: riwayat sekurangnya dua gejala gastrointestinal selain nyeri, misalnya mual, kembung, muntah selain kehamilan, diare, atau intoleransi terhadap beberapa jenis makanan. c. Satu gejala seksual : Riwayat sekurangnya satu gejala seksual atau

(33)

15

d. Satu gejala pseudoneurologis : riwayat sekurangnya satu gejala yang mengarahkan pada kondisi neurologis yang tidak terbatas pada nyeri, misalnya sulit menelan, pandangan ganda, sensasi sentuh berkurang, ketulian, halusinasi, gejala disosiatif seperti amnesia, hilang kesadaran selain pingsan.

Selain sejumlah keluhan somatis, individu juga memiliki keluhan-keluhan psikologis (Adler, dll, 1994; Kirmayer & Robbins, 1991; Lieb, dkk, 2002; Rief, dkk, 1998; Durand & David, 2006). Seseorang dengan gangguan somatisasi cenderung mengalami konflik psikologis dan distres dalam bentuk simtom yang dianggap sebagai indikasi penyakit serius dan cenderung membuat keluhan somatis meskipun tidak ditemukan dasar secara medis (Kendall & Hammen, 1998).

5. Faktor yang Mempengaruhi Somatisasi

Ada beberapa hal yang mempengaruhi somatisasi, diantaranya (Ford, 1983):

a. Jenis Kelamin

(34)

dikatakan memiliki kemungkinan mengalami gangguan somatisasi yang lebih besar karena wanita sangat rentan terhadap konflik dalam tanggung jawab perannya (Ford, 1983).

b. Usia

(35)

17

c. Tingkat Pendidikan dan Sosial Ekonomi

Orang-orang kelas ekonomi rendah memiliki harapan hidup yang pendek (Ford, 1983). Hal ini juga didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Indrayanti (2003) yang menemukan bahwa siswa dengan tingkat ekonomi menengah ke atas memiliki tingkat somatisasi yang rendah. Jadi dapat disimpulkan bahwa gangguan somatisasi berkorelasi negatif dengan tingkat pendidikan dan sosial ekonomi. Semakin rendah tingkat pendidikan dan sosial ekonomi seseorang, maka semakin tinggi kemungkinan tingkat somatisasinya.

d. Budaya

(36)

e. Kepercayaan Diri

Salah satu faktor yang mengakibatkan timbulnya rasa percaya diri ialah perasaan aman (Surfini, 1995). Jika seseorang merasa aman, maka akan mempengaruhi tingkat kepercayaan diri yang dimilikinya. Kepercayaan diri sebagai suatu perasaan yang melingkupi segala permasalahan seseorang merupakan faktor yang mampu mengurangi keinginan seseorang untuk mengeluhkan sakit (Philips dalam Ford, 1983). Orang yang tidak percaya diri akan bereaksi secara negatif dalam menghadapi masalah, salah satunya dengan menghindarkan diri dari masalah atau tanggungjawab, dalam hal ini mereka menggunakan peran sakit atau keluhan-keluhan fisik (Darmawati, 2003, dalam Natalia, 2004).

f. Tekanan Psikososial

Perubahan sosial yang terjadi di lingkungan sekitar individu menuntut individu mampu menyesuaikan diri secara cepat. Individu yang tidak mampu menyesuaikan diri akan merasa tertekan (Ford, 1983). Selain itu, individu dapat menggunakan peran sakit atau keluhan-keluhan fisik sebagai salah satu bentuk penyesuaian yang dianggap paling menguntungkan (Natalia, 2004).

g. Dukungan Sosial

(37)

19

keluhan yang gawat (Blake dkk, dalam Ford 1983). Dengan adanya keluhan-keluhan fisik, individu bermaksud untuk mengatakan bahwa ia tidak tahu bagaiman ia harus berhubungan dengan orang lain kecuali dalam konteks mendiskusikan keluhan-keluhan yang dialaminya (Durand & David, 2006).

B. KARYAWAN KONTRAK DAN KARYAWAN TETAP

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, batas usia seseorang diperbolehken bekerja ialah 18 tahun. Dengan kata lain, seseorang mulai bekerja ketika ia memasuki masa dewasa awal. Dalam usia dewasa awal, memiliki pekerjaan tidak hanya memiliki arti individual, namun juga memiliki arti penting bagi kehidupan sosialnya (Mappiare, 1983). Pekerjaan ialah penentu utama status sosial ekonomi dan kelas sosial bagi seseorang di usia dewasa awal (Lemme, 1995). Maka tidak heran ketika seseorang memsuki usia dewasa awal, ia akan berusaha mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan minatnya sehingga memperoleh status sebagai pekerja. Pekerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik secara internal maupun eksternal dalam hubungan kerja guna menghasilkan jasa dan atau barang dalam memnuhi kebutuhan bagi dirinya dan masyarakat (Soepomo, 1982). Seseorang yang bekerja dalam suatu instansi atau organisasi sering disebut sebagai karyawan.

(38)

Republik Indonesia nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan menyebutkan adanya dua status pekerja, yaitu pekerja tetap (karyawan tetap) dan pekerja kontrak (karyawan kontrak). Karyawan tetap terikat dengan perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu. Sedangkan karyawan kontrak terikat dengan perjanjian kerja untuk waktu tertentu. Kedua status karyawan ini sama-sama memiliki peran dan bekerja untuk menghasilkan output yang memuaskan pada perusahaan (Meilana, 2008).

1. Pengertian Karyawan Tetap

Karyawan tetap memiliki ketentuan sebagai berikut (UU RI no 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan):

a. Hubungan kerja dibuat dalam Perjanjian Kerja untuk waktu tidak tertentu.

b. Perusahaan dapat mensyaratkan masa percobaan kerja paling lama 3 bulan.

c. Tidak ada batasan jangka waktu lamanya bekerja. d. Masa kerja karyawan dihitung sejak masa percobaan.

(39)

21

2. Pengertian Karyawan Kontrak

Karyawan kontrak memiliki kententuan sebagai berikut (UU RI no 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan):

a. Hubungan kerja dibuat dalam Perjanjian Kerja untuk waktu tertentu b. Karyawan kontrak dipekerjakan oleh perusahaan untuk batas waktu

tertentu dimana batas masa kerja paling lama 3 tahun.

c. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat mensyaratkan adanya masa percobaan kerja.

d. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu hanya dapat dibuat untuk pekerjaan yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu, bukan untuk pekerjaan yang bersifat tetap yaitu :

- Pekerjaan yang sekali selesai atau sifatnya sementara.

- Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama dan paling lama 3 tahun)

- Pekerjaan yang bersifat musiman

- Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.

(40)

mengakhiri hubungan kerja diwajibkan membayar ganti rugi kepada pihak lainnya sebesar gaji karyawan sampai batas waktu berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja.

f. Jika masa kerja berakhir dan perusahaan memutuskan untuk mengangkat karyawan tersebut menjadi karyawan tetap, maka masa kontrak tidak dihitung sebagai masa kerja.

C. PERBEDAAN TINGKAT SOMATISASI ANTARA KARYAWAN

TETAP DENGAN KARYAWAN KONTRAK

Status kepegawaian dalam suatu perusahaan umumnya dibagi 2, yaitu karyawan tetap dan karyawan kontrak. Karyawan tetap dan karyawan kontrak umumnya bekerja pada lingkungan kerja yang sama. Tanggungjawab mereka pada perusahaan pun umumnya sama, yaitu memberikan hasil yang memuaskan pada perusahaan. Hal-hal yang membedakan karyawan tetap dan karyawan kontrak ialah sistem perjanjian kerja dalam UU RI tentang ketenagakerjaan. Perbedaan sistem perjanjian kerja ini mengakibatkan karyawan tetap mendapatkan fasilitas yang berbeda dengan karyawan kontrak.

(41)

23

Dengan kata lain, tunjangan yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan kontrak jauh lebih sedikit dibandingkan karyawan tetap.

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan juga memberikan perlakuan yang berbeda terhadap karayawan kontrak dan karyawan tetap. Karyawan kontrak diwajibkan membayar ganti rugi kepada pihak perusahaan sebesar gaji karyawan sampai batas waktu berakhirnya masa kerja apabila karyawan mengakhiri hubungan kerja sebelum berakhirnya jangka waktu dalam perjanjian kerja untuk waktu tertentu. Namun hal ini tidak berlaku pada karyawan tetap. Karyawan tetap malah akan mendapatkan uang pesangon jika terjadi pemutusan hubungan kerja bukan karena pelanggaran berat atau karyawan mengundurkan diri.

Karyawan kontrak juga akan lebih mudah terkena PHK atau mutasi dibandingkan karyawan tetap. Hal ini tidak berarti karyawan tetap tidak bisa di PHK atau mutasi, namun akan ada kriteria yang lebih jelas dari perusahaan terkait dengan hal tersebut bagi karyawan tetap. Perusahaan pun tentunya akan berpikir ulang ketika melakukan PHK terhadap karyawan tetap, karena hal tersebut berarti perusahaan harus memberikan pesangon terhadap karyawan tetap tersebut.

(42)

karyawan tetap bagaimanapun bentuk kinerja yang dimiliki karyawan tetap tidak akan berpengaruh terhadap batasan jangka waktu mereka bekerja di perusahaan karena status bekerja yang mereka miliki sebagai karyawan tetap. Selain itu, karyawan kontrak juga akan lebih mudah terkena PHK atau mutasi dibandingkan karyawan tetap. Hal ini tidak berarti karyawan tetap tidak bisa di PHK atau mutasi, namun akan ada kriteria yang lebih jelas dari perusahaan terkait dengan hal tersebut bagi karyawan tetap. Perusahaan pun tentunya akan berpikir ulang ketika melakukan PHK terhadap karyawan tetap, karena hal tersebut berarti perusahaan harus memberikan pesangon terhadap karyawan tetap tersebut dan berarti lebih banyak juga dana yang harus dikeluarkan oleh perusahaan.

Karyawan kontrak akan merasa diperlakukan tidak adil oleh perusahaan karena mereka bekerja dilingkungan yang sama dan dengan beban kerja yang sama dengan karyawan tetap, bahkan mungkin lebih berat, namun perusahaan memberikan banyak hal yang berbeda, misalnya gaji, fasilitas, tunjangan, jenjang karir, dll.

Karyawan kontrak tidak memiliki jenjang karir yang pasti dan sangat sulit untuk mendapatkan promosi kenaikan jabatan. Sementara karyawan tetap mendapatkan jenjang karir yang lebih pasti.

(43)

25

perjanjian. Sementara karyawan kontrak dapat merasa cemas dan tidak aman karena muncul ketakutan-ketakutan akan masa kerja yang tidak diperpanjang dan berakibat pada hilangnya fasilitas yang diterima oleh individu selama bekerja, serta ancaman bahwa individu tersebut tidak dapat mengaktualisasikan diri dan tidak dapat mengembangkan karir. Disamping itu, perbedaan pengalaman selama bekerja juga dialami oleh mereka, terkait dengan perbedaan gaji, fasilitas, jenjang karir, dll.

(44)

pekerjaan tidak hanya memiliki arti individual, melainkan juga memiliki arti penting bagi masyarakat (Mappiare, 1983).

Kecemasan - kecemasan ini dapat mengakibatkan individu mengalami stres sehingga dapat menjadi pemicu munculnya keluhan - keluhan fisiologis individu yang berulang-ulang (Indrayanti, 2003). Stres kerja menjadi penyebab munculnya gejala gangguan mental pada individu dan somatisasi merupakan gejala yang paling sering muncul (Wantoro, 1996, dalam Sosrosumihardjo, dkk, 2008). Somatisasi merupakan sejumlah keluhan fisik yang telah menetap selama beberapa tahun dan menyebabkan seseorang mencari pertolongan medis tetapi tidak ada dasar fisik yang dapat ditemukan (Bootzin ,dkk , 1993).

(45)

27

(46)

Skema 2.1

(47)

29

D. HIPOTESIS

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian ini ialah penelitian komparatif, yaitu penelitian yang berbentuk perbandingan dari dua sampel atau lebih ( Suryabrata, 2002). Penelitian bertujuan untuk melihat perbedaan somatisasi karyawan tetap dan karyawan kontrak.

B. VARIABEL PENELITIAN

Variabel dalam penelitian ini antara lain : 1. Variabel bebas : Status Karyawan

a. Karyawan Kontrak b. Karyawan Tetap

2. Variabel tergantung : Tingkat Somatisasi

C. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL

Definisi operasional dari variabel dalam penelitian ini ialah :

1. Tingkat Somatisasi

Somatisasi ialah suatu tipe gangguan psikologis yang melibatkan berbagai keluhan yang muncul secara berulang, namun tidak dapat dijelaskan oleh penyebab fisik apa pun. Keluhan-keluhan ini mengakibatkan karyawan memutuskan untuk memerankan “peran sakit”

(49)

31

sehingga secara langsung ataupun tidak langsung akan mengganggu pemenuhan peran sosial ataupun pekerjaan. Keluhan-keluhan yang sering muncul ialah jantung berdebar, sakit kepala, mual, kesulitan bernafas, sakit perut, sakit punggung, dan dada. Tingkat somatisasi diperoleh melalui perolehan skor subjek yang didapat melalui skala somatisasi. Semakin tinggi skor yang diperoleh oleh subjek, maka semakin berat pula somatisasi yang dialami oleh subjek.

2. Karyawan

a. Karyawan Tetap

Karyawan tetap merupakan individu yang memiliki hubungan kerja dengan suatu perusahaan dan diikat dengan perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu. Status karyawan tersebut akan terlihat dalam data identitas pengisian skala somatisasi.

b. Karyawan Kontrak

Karyawan kontrak merupakan individu yang memiliki hubungan kerja dengan suatu perusahaan dan diikat dengan perjanjian kerja untuk waktu tertentu. Status karyawan tersebut akan terlihat dalam data identitas pengisian skala somatisasi.

D. SUBJEK PENELITIAN

(50)

dengan cara memilih sekelompok subjek berdasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai keterkaitan erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang telah diketahui sebelumnya (Hadi, 2004).

Kriteria subjek untuk penelitian ini antara lain :

a. Subjek adalah karyawan aktif yang masih bekerja dan tercatat dalam administrasi PT. Pulau Intan, Jakarta.

b. Subjek berusia minimal 18 tahun, sesuai dengan undang-undang RI no 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan.

E. METODE DAN ALAT PENGUMPULAN DATA

Penelitian ini menggunakan skala somatisasi sebagai metode pengumpulan data. Skala somatisasi yang digunakan ini mengacu pada metode summated rating atau lebih dikenal dengan skala Likert. Skala somatisasi dibuat berdasarkan kriteria somatisasi pada DSM IV TR dan PPDGJ III.

(51)

33

Skala yang digunakan dalam penelitian ini memiliki item berjumlah 32 item dengan tetap terbagi dalam 2 aspek, yaitu aspek fisik dan aspek psikologis. Selain perbaikan pada kalimat, modifikasi juga dilakukan dengan pengurangan beberapa butir item dan metode penskalaan dengan pertimbangan tahun pembuatan skala yang sudah cukup lama, yaitu tahun 1988. Pada skala yang dikembangkan oleh Prawitasari dkk menggunakan metode penskalaan interval tampak setara dengan respon ya atau tidak. Sementara penelitian ini menggunakan metode Likert dengan pertimbangan pilihan jawaban yang disediakan mampu memunculkan jawaban dengan diferensiasi yang lebih luas.

Skala somatisasi terdiri dari 32 item yang terbagi dalam 2 bentuk pernyataan, yaitu favourable dan unfavourable. Item favourable merupakan item yang mendukung gejala somatisasi, dan item unfavourable merupakan item yang tidak mendukung gejala somatisasi. Penilaian setiap skala diberikan berdasarkan kategori 4 jawaban. Masing-masing item favourable

(52)

Tabel 3.1

Blueprint Distribusi Butir-butir Skala Somatisasi

Aspek Nomor item Jumlah

Jumlah item keluhan fisik 16

Keluhan psikologis 1, 3, 6, 9, 11, 12, 14, 17, 19, 21, 22, 24, 27, 28, 29, 30

Jumlah item keluhan psikologis 16

Jumlah item total 32

F. VALIDITAS DAN RELIABILITAS

1. Validitas Alat Ukur

Validitas seringkali dikonsepkan sebagai sejauhmana tes mampu mengukur atribut yang seharusnya diukur (Azwar, 2003). Suatu alat ukur dapat dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat tersebut mampu memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut (Azwar, 2001).Pada penelitian ini, pengukuran validitas alat tes dilakukan dengan menggunakan metode validitas isi, yaitu validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau professional judgement (Azwar, 2003).

Validitas isi yang dilakukan oleh peneliti ialah melalui

(53)

35

mengadaptasi skala somatisasi Prawitasari, Muhanna, dan Subandi (1988), kemudian peneliti mencocokkan kembali dengan kriteria diagnostic yang ada pada DSM IV TR. Setelah mencocokkan item dengan kriteria diagnostik yang ada, peneliti melakukan kroscek ulang dengan 2 psikolog klinis. Lalu setelah itu semua item dipastikan sesuai dengan kriteria diagnostik, peneliti menyebar skala ke subjek yang ada.

2. Seleksi Item

Seleksi item dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi item total yang menghasilkan indeks daya beda item. Daya beda item yaitu kemampuan item dalam membedakan antara subjek yang memiliki atribut dan yang tidak memiliki atribut yang diukur. Cara penghitungannya yaitu dengan cara mengkorelasikan antara skor subjek pada item yang bersangkutan dengan skor total tes. Semakin tinggi korelasinya maka semakin tinggi daya beda itemnya (Azwar, 2001). Penentuan koefisien daya beda pada penelitian ini memakai koefisien korelasi Product Moment Pearson.

(54)

saya meskipun ada banyak masalah yang harus saya hadapi”. Peneliti membuang item yang memiliki nilai rix ≤ 0,1966 tersebut lalu kemudian mengukur reliabilitas alat ukur tersebut kembali. Setelah dilakukan perhitungan kembali, tidak ada lagi item yang memiliki nilai rix ≤ 0,1966. Peneliti memilih untuk menggunakan batasan rix dari r tabel agar tidak banyak item yang gugur.

Jika pemilihan item dilakukan dengan menggunakan nilai rix ≤ 0,3, ada 9 item yang gugur, yaitu item 5 (Dada saya sakit ketika mencemaskan sesuatu), item 7 (Akhir-akhir ini saya sulit berkonsentrasi), item 9 (Pundak saya terasa kaku ketika memikirkan sesuatu yang tidak menyenangkan akan menimpa saya), item 15 (Tangan saya berkeringat ketka mencemaskan sesuatu), item 16 (Saya berusaha meluangkan waktu untuk bermain-main dengan orang terdekat sebagai selingan dalam hidup saya), item 17 (Saya berusaha meluangkan waktu untuk bermain-main dengan orang terdekat sebagai selingan dalam hidup saya), item 19 (Ketika menghadapi situasi yang menegangkan, lambung saya terasa perih), item 20 (Saya mudah merasa sedih jika menghadapi banyak persoalan yang tak kunjung selesai), dan item 21 (Punggung saya terasa sakit ketika berpikir keras).

3. Reliabilitas Alat Ukur

(55)

37

subjek yang sama menghasilkan angka yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah (Azwar, 2001).

Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan terhadap item-item yang memiliki harga rix ≥ 0,1966 sesuai dengan harga yang tertera pada r tabel dengan taraf signifikansi 0,05 untuk df = 98 (n – 2) dengan jumlah subjek 100 orang (Hadi, 2000). Penelitian ini menggunakan metode tryout terpakai mengingat reliabilitas alat ukur milik Prawitasari ini cukup tinggi, yaitu 0,914. Dari hasil pengukuran yang pertama kali, diperoleh reliabilitas sebesar 0,836 dan hanya ada satu item yang memiliki harga rix ≤ 0,1966. Peneliti membuang item yang memiliki harga rix ≤ 0,1966 tersebut lalu kemudian mengukur reliabilitas alat ukur tersebut kembali. Dari hasil pengukuran reliabilitas, diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,838 dan tidak ada item yang memiliki harga rix

≤ 0,1966.

G. UJI ASUMSI

Sebelum melakukan pengujian hipotesis penelitian, penulis terlebih dahulu melakukan uji asumsi terhadap data dalam penelitian ini. Uji asumsi yang dilakukan ialah uji normalitas dan uji homogenitas.

1. Uji Normalitas

(56)

Suatu data dikatakan terdistribusi secara normal jika nilai probabilitas (p) uji One-Sample KolmogrovSmirnov > 0,05 dan sebaliknya jika nilai probabilitas (p) uji One-Sample KolmogrovSmirnov < 0,05 maka data tersebut tidak terdistribusi secara normal (Santoso, 2000)

Selanjutnya untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan tingkat somatisasi antara karyawan tetap dan karyawan kontrak metode analisis data yang digunakan ialah Independent Sample T-test.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas ialah uji yang digunakan untuk mengetahui apakah variasi dari sampel yang akan diuji tersebut sama (Hadi, 2004). Suatu data dinyatakan memiliki variasi yang sama jika nilai probabilitas (p) uji homogenitas > 0,05. Namun jika nilai probabilitas (p) uji homogenitas < 0,05 maka variasi data yang didapat dinyatakan tidak memiliki variasi yang sama.

H. ANALISIS DATA

(57)

39

(58)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. PELAKSANAAN PENELITIAN

PT Pulau Intan adalah salah satu perusahaan kontraktor nasional di Indonesia. Perusahaan ini memiliki kantor di Kebon Jambu, no 7, Kapuk, Jakarta Barat. Penelitian ini mengambil subjek sebanyak 100 orang dengan perincian 50 orang karyawan tetap dan 50 orang karyawan kontrak. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 10 sampai 17 Desember 2011. Peneliti menitipkan skala yang sudah disiapkan ke salah satu kerabat peneliti untuk disebarkan di perusahaan dimana ia bekerja. Peneliti sendiri tidak bisa mengawasi pengisisan skala tersebut karena lokasi perusahaan yang jauh di luar kota. Setelah data terkumpul, skala dikembalikan pada peneliti dan kemudian peneliti melakukan skoring untuk data-data tersebut.

Peneliti menyebar 121 skala, namun hanya ada 100 skala yang dapat digunakan karena peneliti melakukan beberapa kontrol terhadap beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat somatisasi seseorang. Peneliti melakukan kontrol jumlah subjek yang terkait dengan usia, jenis kelamin, dan pendidikan terakhir. Kemudian peneliti juga melakukan kontrol terhadap subjek yang menderita penyakit yang cukup parah, misalnya untuk subjek yang menderita penyakit kanker (1 orang). Untuk subjek tersebut,peneliti tidak memasukkan skala yang telah diisi ke dalam penelitian ini. Selain itu, terkait dengan beban pekerjaan, peneliti juga melakukan kontrol dengan cara menyeimbangkan

(59)

41

jumlah subjek dari tiap divisi pada karyawan kontrak dan karyawan tetap, sehingga beban pekerjaan mereka relatif tidak jauh berbeda. Sedangkan untuk faktor tekanan psikososial, peneliti berusaha mengontrolnya melalui identitas lama bekerja yang ada di skala. Namun ternyata hal ini sangat sulit, karena untuk karyawan kontrak, maksimal lama bekerja hanya 3 tahun, sementara untuk karyawan tetap dapat bekerja mencapai 10 tahun. Hal ini tidak dapat dihindari karena memang ada peraturan yang berisi bahwa kontrak awal maksimal 2 tahun dan maksimal perpanjangan kontrak hanya 1 kali dengan maksimal waktu 1 tahun untuk karyawan kontrak. Untuk subjek yang bekerja diatas 10 tahun, ada 8 subjek, data dari mereka tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Sementara untuk 12 subjek lainnya tidak dapat dimasukkan ke data penelitian ini karena 7 subjek tidak mengisi skala secara lengkap sementara 5 subjek memiliki jawaban yang sama persis.

B. DESKRIPSI SUBJEK

(60)

Tabel 4. 1

Deskripsi Data Penelitian Berdasarkan Nilai Mean

Mean Empiris Mean Empiris Mean Teoritik Sig (2 – tailed) Karyawan tetap

Karyawan kontrak

80 59,5 .000

80 73,5 .000

(61)

43

Dari hasil penelitian diketahui bahwa mean teoritik lebih tinggi daripada mean empiris baik pada karyawan tetap maupun karyawan kontrak. Dan ketika dilakukan uji t dengan menggunakan Independent sample T – Test, baik karyawan tetap maupun karyawan kontrak memiliki nilai p = 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat somatisasi pada karyawan kontrak maupun karyawan tetap tergolong rendah.

Tabel 4.3

Deskripsi Data Penelitian Berdasarkan Usia pada Karyawan Tetap

Usia Mean Sig 2 - tailed

Dewasa awal (20 – 30 tahun) 64,1 0,000

Dewasa Madya (40 – 60 tahun) 52,2

Catatan. p < 0,05 H0 ditolak

Dari hasil penelitian diketahui bahwa mean pada subjek dengan usia dewasa awal lebih tinggi bila dibandingkan dengan mean subjek dewasa madya. Dan ketika dilakukan uji t dengan menggunakan Independent sample T – Test, diperoleh nilai p = 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan tingkat somatisasi yang signifikan antara subjek usia dewasa awal dengan subjek berusia dewasa madya, dimana tingkat somatisasi pada usia dewasa awal lebih tinggi daripada usia dewasa madya.

Tabel 4.4

Deskripsi Data Penelitian Berdasarkan Usia Dewasa Awal pada Karyawan Kontrak dan Karyawan Tetap

Status karyawan Mean Sig 2 - tailed

Karyawan kontrak 74,84 0,000

Karyawan tetap 64,1

(62)

Dari hasil penelitian diketahui bahwa mean karyawan kontrak berusia dewasa awal lebih tinggi daripada mean karyawan tetap dengan rentang usia yang sama. Dan ketika dilakukan uji t dengan menggunakan Independent sample T – Test, diperoleh nilai p = 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan tingkat somatisasi yang signifikan antara karyawan kontrak dengan karyawan tetap di rentang usia dewasa awal, dimana tingkat somatisasi karyawan kontrak lebih tinggi daripada karyawan tetap.

Tabel 4.5

Deskripsi Data Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin pada Karyawan Kontrak

Jenis kelamin Mean Sig 2 - tailed

Laki-laki 70,7692 0,000

Perempuan 76,2703

Catatan. p < 0,05 H0 ditolak

(63)

45

Tabel 4.6

Deskripsi Data Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin pada Karyawan Tetap

Jenis kelamin Mean Sig 2 - tailed

Laki-laki 50,67 0,000

Perempuan 63,0571

Catatan. p < 0,05 H0 ditolak

Dari hasil penelitian diketahui bahwa mean karyawan tetap berjenis kelamin perempuan lebih tinggi daripada mean karyawan tetap dengan jenis kelamin laki-laki. Dan ketika dilakukan uji t dengan menggunakan Independent sample T – Test, diperoleh nilai p = 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan tingkat somatisasi yang signifikan antara laki-laki dan perempuan pada karyawan tetap, dimana tingkat somatisasi subjek perempuan lebih tinggi daripada subjek laki-laki.

Tabel 4.7

Deskripsi Data Penelitian pada Subjek Laki-Laki

Status karyawan Mean Sig 2 - tailed

Karyawan kontrak 70,7692 0,000

Karyawan tetap 50,67

Catatan. p < 0,05 H0 ditolak

(64)

karyawan kontrak dengan karyawan tetap berjenis kelamin laki-laki, dimana tingkat somatisasi karyawan kontrak lebih tinggi daripada karyawan tetap.

Tabel 4.8

Deskripsi Data Penelitian pada Subjek Perempuan

Status karyawan Mean Sig 2 - tailed

Karyawan kontrak 76,27 0,000

Karyawan tetap 63,0571

Catatan. p < 0,05 H0 ditolak

Dari hasil penelitian diketahui bahwa mean karyawan kontrak berjenis kelamin perempuan lebih tinggi daripada mean karyawan tetap dengan jenis kelamin yang sama. Dan ketika dilakukan uji t dengan menggunakan Independent sample T – Test, diperoleh nilai p = 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan tingkat somatisasi yang signifikan antara karyawan kontrak dengan karyawan tetap berjenis kelamin perempuan, dimana tingkat somatisasi karyawan kontrak lebih tinggi daripada karyawan tetap.

D. HASIL PENELITIAN

1. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

(65)

47

terdistribusi secara normal (Santoso, 2000). Berdasarakan hasil p yang diperoleh, yaitu 0,203 > 0,05 maka sebaran skor skala somatisasi adalah normal.

Tabel 4.9 Uji Normalitas

Skala Somatisasi

KolmogrovSmirnov 1,069

Asymp. Sig. (2-tailed) 0,203

Catatan. p > 0,05 Data terdistribusi normal b. Uji Homogenitas

Uji Homogenitas dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa data sampel berasal dari populasi yang memiliki variasi yang sama. Berdasarkan uji homogenitas, diperoleh p = 0,000. Kedua varians populasi dikatakan homogeny apabila p > 0,05, maka dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa varians populasi tidak homogen atau heterogen.

2. Uji Hipotesis

(66)

Tabel 4.10

Berdasarkan perhitungan Independent sample t – test, diperoleh nilai t = 12,545 dengan p = 0,000. Hasil ini menunjukkan bahwa H0

ditolak karena p < 0,05. Hal ini berarti hipotesis yang berbunyi ada perbedaan tingkat somatisasi antara karyawan kontrak dan karyawan tetap dapat diterima.

E. PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian diketahui bahwa mean teoritik lebih tinggi daripada mean empiris baik pada karyawan tetap maupun karyawan kontrak. Dan ketika dilakukan uji t dengan menggunakan Independent sample T – Test, baik karyawan tetap maupun karyawan kontrak memiliki nilai p = 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat somatisasi pada karyawan kontrak maupun karyawan tetap tergolong rendah.

(67)

49

menyatakan bahwa “Ada perbedaan tingkat somatisasi antara karyawan kontrak dan karyawan tetap, dimana tingkat somatisasi karyawam kontrak lebih tinggi daripada karyawan tetap”.

Penelitian ini menemukan adanya perbedaan tingkat somatisasi yang signifikan antara karyawan kontrak dengan karyawan tetap. Penelitian ini juga membuktikan bahwa tingkat somatisasi karyawan kontrak lebih tinggi dibandingkan dengan karyawan tetap, terlihat dari nilai mean karyawan kontrak sebesar 74,84 sedangkan karyawan tetap jauh lebih rendah, yaitu sebesar 59,34.

(68)

Perjanjian kerja yang mengikat karyawan kontrak maupun karyawan tetap mengakibatkan banyaknya perbedaan yang mereka terima. Karyawan kontrak hanya menerima gaji pokok, tanpa jenjang karir, tanpa uang pensiun, dan sewaktu-waktu mudah di PHK. Tunjangan-tunjangan untuk karyawan kontrak pun banyak yang tidak terpenuhi. Selain itu, karyawan kontrak juga diwajibkan membayar ganti rugi kepada pihak perusahaan sebesar gaji karyawan sampai batas waktu berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja. Walaupun hal ini juga berlaku bagi perusahaan namun hal ini tidak berlaku bagi karyawan tetap. Karyawan tetap akan menerima uang pesangon jika ia berhenti dari perusahaan. Perbedaan-perbedaan yang tidak menguntungkan ini membuat karyawan kontrak merasa tertekan karena merasa tidak aman, sehingga dapat merasa cemas. Kecemasan - kecemasan yang dialami oleh karyawan tersebut dapat menyebabkan karyawan mengalami stres. Stres ini dapat menjadi pemicu munculnya keluhan-keluhan fisiologis individu yang berulang-ulang seperti pusing, sakit perut, jantung berdebar, sesak nafas, mual, dan sejumlah keluhan fisik lainnya (Martaniah, 1994). Perubahan kondisi diatas merupakan gejala yang umum diderita oleh individu yang mengalami somatisasi (Indrayanti, 2003). Hal ini membuat tingkat somatisasi karyawan kontrak lebih tinggi dibandingkan karyawan tetap.

(69)

51

termasuk dalam urutan ke 3 gangguan mental yang paling banyak muncul akibat stres kerja (Sosrosumihardjo, dkk, 2008), Ketika seseorang merasa kurang memiliki jaminan dalam bekerja, maka akan muncul kecemasan dengan stresor pengembangan karir, sehingga berakibat pada munculnya gangguan mental, salah satunya somatisasi. Karyawan kontrak merasa kurang memiliki jaminan bekerja, karena mereka tidak tahu apakah masa kerja mereka akan diperpanjang atau tidak. Hal ini mengakibatkan muculnya stresor pengembangan karir sehingga mereka mengalami kecemasan dan dimunculkan melalui keluhan-keluhan fisik.

(70)

pada karyawannya. Namun ternyata kebijakan ini juga dapat berakibat buruk karena dapat menjadi salah satu tujuan seseorang untuk mengeluhkan sakit dan berakibat pada munculnya somatisasi.

(71)

53

dalam Indrayanti, 2003). Hal ini menjadi salah satu penyebab tingginya tingkat somatisasi karyawan kontrak bila dibandingkan dengan karyawan tetap pada PT Pulau Intan. Walaupun ketika dianalisis kembali dengan menggunakan uji t antara karyawan kontrak dengan karyawan tetap pada usia dewasa awal, karyawan kontrak tetap memiliki nilai mean yang lebih tinggi dibandingkan karyawan tetap.

(72)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan tingkat somatisasi yang signifikan antara karyawan kontrak dan karyawan tetap dengan nilai t = 12,545 dan p = 0,000. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tingkat somatisasi karyawan kontrak lebih tinggi dibandingkan dengan karyawan tetap. Hal ini ditunjukkan dengan nilai mean karyawan kontrak sebesar 73,5 sementara karyawan tetap sebesar 59,5.

B. SARAN

Setelah melakukan penelitian, disarankan :

1. Untuk Karyawan

a. Bagi para karyawan, diharapkan dapat meluangkan waktu baik secara pribadi ataupun bersama teman-teman atau keluarga untuk sekedar menyalurkan hobi atau refreshing sehingga dapat mengistirahatkan diri dari kecemasan-kecemasan yang dialami dalam pekerjaan.

b. Bagi karyawan kontrak dan tetap sebaiknya saling terbuka satu sama lain supaya baik karyawan tetap maupun kontrak dapat berkeluh kesah menceritakan permasalahan yang dihadapi dan pada akhirnya

(73)

55

dapat saling bekerjasama dalam menyelesaikan pekerjaan ataupun mencapai tujuannya.

2. Untuk Peneliti Selanjutnya

(74)

DAFTAR PUSTAKA

Andri. ( 2011, 24 Oktober). Gangguan psikosomatik, gangguan jiwa yang paling sering ada. detik.com. Diunduh dari

http://health.detik.com/read/2011/10/24/134612/1751084/775/gang guan-psikosomatik-gangguan-jiwa-yang-paling-sering-ada

Andri. (2011). Konsep biopsikososial pada keluhan Somatik. Journal Indonesian Medicine Association, 61, 375-379.

Azwar, S. (2001). Reliabilitas dan validitas (ed Ke-3). Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Azwar, S. (2003). Dasar-dasar psikometri. Yogyakarta : Pustaka Belajar Bootzin, R. R., Acocella, R. J ., Alloy. B. L. (1993). Abnormal psychology :

current perspektive(edisi Ke-6). New York : Mcgraww-Hill, Inc. Chaplin, J.P. (1968). Dictionary of psychology. New York : W. H. Freeman

and Company.

Comer, R. J. (1992). Abnormal psychology. New York : Dell Publishing Co, Inc.

Durand, V. Mark., David. H. Barlow. (2006). Intisari psikologi abnormal(ed Ke-4). Yogyakarta : Penerbit Pustaka Belajar. (Karya asli terbit 2006)

Ford, C. V. (1983). The somatizing disorders : illness as away of life. New York : Elsevier Biomedical.

Goodharth, D. E. (1985). Some psychological effect of possitive and negative thingking about stresfull events overcomes : Was Pollyanna Right?. Journal of Personality and Social Psychology, 48, 216-232.

Jeffrey, Spencer, Beverly. (2003). Psikologi abnormal. Jakarta : Erlangga Hadi, S. (2000). Manual SPS. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada Press. Hadi, S. (2004). Metodologi research :untuk penulisan laporan, skripsi,

thesis, dan disertasi. Yogyakarta : Penerbit Andi.

(75)

57

Halgin, Richard. P., Susan. K. Withbourne. (2010). Psikologi abnormal : perspektif klinis pada gangguan psikologis. Jakarta : Salemba Humanika. (Karya asli terbit 2009)

Hastuti ., Rahayu, Sri, K., Budiyati, S., Meiyani, D., Munawar, W., ...Hendratno, S. (2003). Penerapan upah minimum di Jabotabek dan Bandung. Laporan PenelitianSMERU. Jakarta. Diunduh dari

http://www.smeru.or.id/report/field/umrjabotabekbdg/umrjabotabe kbdg.pdf

Hurlock, B, E. (1990). Psikologi perkembangan. Jakarta : Erlangga.

Indrayanti. (2003). Hubungan antara berpikir positif dengan somatisasi.

Insight, Tahun I, Nomor 2, 32-42.

Kaplan, L. H., Sadock. J. B. Grebb. A. J. (1996). Synopsis of psychiatry : behavioral science clinical psychiatry (ed Ke-7). Hong Kong : A Waverly Company.

Lemme, B. H. (1995). Development in adulthood. USA : Allyn & Bacon. Mappiare, Andi. (1983). Psikologi orang dewasa. Surabaya : Usaha

Nasional.

Martaniah, S. M. (1994). Psikologi abnormal. Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM.

Meilani, Merry Tri. (2008). Perbedaan motivasi berprestasi antara karyawan kontrak dan karyawan tetap pada PT. BRI (PERSERO) cabang Singkawang (Skripsi tidak diterbitkan), Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Indonesia.

Natalia, Teophila. (2004). Perbedaan tingkat somatisasi pada ibu rumahtangga yang berstatus bekerja dan tidak bekerja (Skripsi tidak diterbitkan),Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Indonesia.

Neale,J. M. and Davidson, G.C. (2004). Abnormal psychology. New York : Mc Graw-Hill, Inc.

(76)

Puri, K. Basant., Laking, J. Paul., Treasaden, Ian. H. (2008). Buku ajar psikiatri (ed Ke-2). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. (Karya asli terbit 2002)

Purwanto, Setiyo., Bayu. W. (2010). Pengaruh pelatihan kepercayaan

dirimenggunakan metode hipnosis terhadap kepercayaan diri siswa

kelas x menghadapi ujian semester. Laporan Penelitian. Diunduh

dari http://setiyo.blogspot.com/2010/04/pengaruh-pelatihan-kepercayaan-diri_22.html

Santoso, S. 2000. Buku latihan SPSS statistik parametrik. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.

Santrock, J, W. (2002). Perkembangan masa hidup jilid 2 (ed Ke-5). Jakarta : Erlangga (Karya asli terbit 1995)

Sosrosumihardjo. D, Setyawan Z. Y, Amri Z. (2008). Stres kerja dan kecenderungan gejala gangguan mental emosional pada karyawan redaksi surat kabar ”X” di Jakarta. Majalah Kedokteran Indonesia,

58, 278-283. Diunduh dari

http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/58808278283.pdf

Surfini, S. (1995). Kepercayaan diri, masa kerja, dan produktifitas kerja wiraniaga jasa asuransi (Skripsi tidak diterbitkan), Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, Indonesia.

Suryabrata, S. (2002). Pengembangan alat ukur psikologi. Yogyakarta : Penerbit Andi

Widyayulianti. (2006). Hubungan antara kecemasan menghadapi penghentian kontrak kerja dengan motivasi berprestasi karyawan kontrak di PT. Bank Mandiri (PERSERO) Tbk Yogyakarta (Skripsi tidak diterbitkan), Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Indonesia.

Bidang studi psikologi klinis masih dipahami secara sempit.(2010, 6

Februari).SUARAMERDEKA.com. Diunduh

darihttp://www.suaramerdeka.com/smcetak/index.php?fuseaction= beritacetak.detailberitacetak&id_beritacetak=98015

DSM – IV TR. (2004). Diagnostic and statistical Manual of mental disorder

(77)

59

Jumlah Pengangguran di Indonesia tersisa 812 juta orang. (2011, 5 Mei).

detik.com. Diunduh dari

http://finance.detik.com/read/2011/05/05/124514/1633086/4/jumla h-pengangguran-di-indonesia-tersisa-812-juta-orang

PPDGJ III. (1993). Pedoman penggolongan diagnosis gangguan jiwa di Indonesia III. Jakarta : Departemen Kesehatan.

(78)
(79)

61

Lampiran 1. Skala Somatisasi

Kepada Bapak/ I bu/ Saudara/ Saudari yang saya hormati,

D i t en g a h a k t i vi t a s Ba pa k / I b u / Sa u d a r a / Sa u d a r i

ya n g t en g a h d i ja l a n i , per k en a n k a n l a h sa ya m em o h o n

k esed i a a n n ya u n t u k m en g i si sk a l a i n i . Pen g i si a n sk a l a

i n i sem a t a - m a t a h a n ya u n t u k k epen t i n g a n i l m i a h ya n g

pa d a a k h i r n ya d i h a r a pk a n a k a n m em b er i k a n m a n fa a t .

Sem u a ja w a ba n b en a r a pa b i l a sesu a i d en g a n

k o n d i si ya n g Ba pa k / I b u / Sa u d a r a / Sa u d a r i r a sa k a n

d a n a l a m i . Sa ya sa n g a t m en g h a r a pk a n Ba pa k / I b u /

Sa u d a r a / Sa u d a r i m em b er i k a n ja w a b a n d en g a n ju ju r ,

t a n pa pa k sa a n a t a u pu n pen g a r u h d a r i o r a n g l a i n . Sa ya

m en ja m i n b a h w a ja w a b a n d a n i d en t i t a s ya n g Ba pa k /

I b u / Sa u d a r a / Sa u d a r i b er i k a n a k a n d i r a h a si a k a n

sesu a i d en g a n k o d e et i k pen el i t i a n i l m i a h .

At a s k esed i a a n d a n k er ja sa m a n ya , sa ya u ca pk a n

t er i m a k a si h .

H o r m a t sa ya ,

(80)

Identitas diri :

Umur : ______tahun

Jenis Kelamin : (Perempuan / Laki-laki) * Pendidikan terakhir : _________

Status pernikahan : (Belum Menikah/ Menikah/ Cerai) * Status Kepegawaian : (Kontrak/ Tetap) *

Penyakit yang sedang diderita :

_____________________________________________ Bidang/ Unit/ Divisi Pekerjaan :

_____________________________________________

Lama Bekerja :______________

Coret yang tidak perlu

Petunjuk pengisian :

Bacalah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini baik-baik dan pilihlah jawaban yang sesuai dengan cara member tanda silang (X) pada jawaban yang paling sesuai dengan keadaan anda dalam waktu-waktu terakhir ini. Anda diminta untuk memilih salah satu dari empat jawaban yang tersedia. Adapun pilihan jawaban tersebut ialah :

TP : Apabila pernyataan tersebut tidak pernah Anda alami

J : Apabila pernyataan tersebut jarang Anda alami

S : Apabila pernyataan tersebut sering Anda alami

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 4.2 Deskripsi Data Penelitian Berdasarkan Nilai Mean
Tabel 4.3 Deskripsi Data Penelitian Berdasarkan Usia pada Karyawan Tetap
Tabel 4.5 Deskripsi Data Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin pada Karyawan
+5

Referensi

Dokumen terkait

penelitian dengan judul “ Penggunaan Situs e-hon.jp Sebagai Media Pembelajaran Alternatif Choukai (Penelitian Kuasi Eksperime n te rhadap Mahasiswa Tingkat 3 Tahun

[r]

Menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah yang berkaitan dengan isu negatif tentang permasalahan pengelolaan keuangan sering kali kita dengar akhir-akhir

dapal ditihal dmg.n adanya sktem pmgawM y&amp;g ditetapk$ al..h intm bank ].ns *su.i

Dari empat komponen perawatan gigi dihasilkan bahwa 68,6% responden menggosok gigi dengan benar, sebanyak 27,3% responden yang dapat mengatur makanan (memilih

Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Kepmenakertrans Nomor 101/Men/VI/2004 tentang Tata Cara Perijinan Perusahaan Penyedia Jasa

Tampilan dosen yang alamatnya bukan dari Jakarta dengan perintah select mahasiswa.nim, mahasiswa.nama, mahasiswa.jenis_kelamin, ambil_mk.kode_mk from mahasiswa, ambil_mk

Hasil pengawasan tersebut masih sebatas data persentase PJAS yang memenuhi syarat (MS) dan tidak memenuhi syarat (TMS) sehingga diperlukan analisis lebih lanjut untuk