PENERAPAN MODEL TALKING STICK UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA
SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dan Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar
Oleh
Derex Alexander sadi 1107201
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
DEPARTEMEN PEDAGOGIK
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENERAPAN MODEL TALKING STICK UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA
SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR
Oleh
Derex Alexander Sadi
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dan Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar
© Derex Alexander Sadi 2015
Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
LEMBAR PENGESAHAN
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA
KELAS III SEKOLAH DASAR
Oleh
Derex Alexander Sadi NIM. 1107201
Disetujui dan Disahkan oleh:
Pembimbing I
Dra. Effy Mulyasari, M,Pd. NIP. 196801182008012003
Pembimbing II
Arie Rahkmat Riyadi, M.Pd. NIP. 198204262010121005
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Departemen Pedagogik
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia
Penerapan Model Pembelajaran Talking Stick Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas III Sekolah Dasar
Oleh
Derex Alexanader Sadi
1107201
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi dengan adanya kenyataan di lapangan bahwa hasil belajar siswa kelas III SDN Cirateun masih rendah. Karena guru masih menggunakan metode pembelajarn yang sederhana seperti ceramah dan juga kekurangan fasilitas sarana dan prasana. Hal ini mengakibatkan siswa kurang mampu menyerap dan mengikuti materi pembelajaran dengan baik sehingga ada beberapa siswa yang kemampuan berpikir dan hasil belajarnya masih jauh dibandingkan dengan siswa yang lainnya. Untuk itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan model Talking Stick. PTK menurut (Kemmis S & Mc Taggart, 1992) dengan langkah-langkah penelitian meliputi tahap-tahap berikut: 1) Perencaan, 2) Pelaksanaan tindakan, 3) Observasi, 4) Refleksi. dengan tiga siklus dan pokok bahasan yang digunakan membaca dan menyimpulkan teks cerita “Benda-benda dikelasku”. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan beberapa instrumen pengumpulan data. Instrumen pembelajaran terdiri dari RPP dan Lembar Kerja Siswa, sedangkan instrumen pengumpulan data berupa format penilaian RPP, lembar evaluasi dan lembar observasi aktivitas guru serta lembar observasi aktivitas siswa. Langkah-langkah penerapan model talking stick sebagai berikut: 1) tahap pendahuluan, dimana guru dan siswa bertanya jawab serta guru mengemukakan kegiatan sehari-hari siswa, sambil tongkat disediakan oleh guru, 2) tahap pembentukan konsep, pada tahap ini guru menggunakan model talking stick yang akan disertai dengan lagu nyanyian dalam tongkat tersebut ada pertanyaan yang sudah di buat oleh guru, 3) tahap selanjutnya, guru melakukan penjelasan kembali tentang materi teks cerita yang sudah diberikan pada siswa, 4) tahap pemantapan konsep melalui tanya jawab dimana guru dan siswa bertanya jawab serta guru membenarkan konsep yang belum di pahami siswa, 5) tahap evaluasi, siswa mengerjakan soal evaluasi untuk mengukur sejauh mana penguasaan materi yang telah dipelajari. Meskipun terjadi beberapa kendala dalam pelaksanaan, namun secara keseluruhan pembelajaran terlah terlaksana dengan baik dan efektif. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian dilapangan pada siklus I melalui kegiatan berkelompok nilai rata-rata 40, dengan ketuntasan 65,34%, dan pada siklus II melalui kegiatan berpasangan nilai rata-rata 94,70 dengan ketuntasan 88,15%, dan pada siklus III melalui kegiatan individu nilai rata-rata 81,40 dengan ketuntasan 88,52%. Data tersebut menunjukan bahwa pada penelitian ini dalam penerapan model talking stick pada pelajaran Bahasa Indonesia di kelas III SDN Cirateun terlaksana efektif. Oleh karena itu peneliti menerapkan suatu model pembelajaran, yaitu model pembelajaran talking stick yang mampu memotivasi siswa sehingga hasil belajar siswa sangat meningkat.
Application of Learning Model Talking Stick To Improve Learning Outcomes Indonesian Student Class III Primary School
By
Derex Alexanader Sadi 1107201
ABSTRACT
This research is motivated by the facts on the ground that the results of the third grade students of SDN Cirateun still low. Because teachers are still using simple methods such as lectures pembelajarn and also shortage of infrastructure facilities and infrastructures. This resulted in students less able to absorb and follow the learning material so well that there are some students thinking skills and learning results are still far compared with other students. For this study aims to determine the increase in student learning outcomes in learning Indonesian by using models Talking Stick. PTK according to (Kemmis S &Mc Taggart, 1992) with research steps include the following phases: 1) Planning, 2) Implementation of the action, 3) Observation, 4) Reflection. with three cycles and subject matter that is used to read and text concludes the story "The objects in my class". Data collection is done by using several data collection instruments. Learning instrument consists of RPP and the Student Worksheet, while the data collection instruments such as the format of the RPP assessment, evaluation sheets and sheets of observations observation of teacher activity and student activity sheets. Step-by-step implementation of the model talking stick as follows: 1) the preliminary stage, where teachers and students as well as teachers' questioning suggests the daily activities of students, while the stick is provided by teachers, 2) the stage of concept formation, at this stage, the teacher uses a model talking stick which will be accompanied by singing songs in the sticks there are questions that have been created by teachers, 3) the next stage, teachers are doing back annotation of text material the story that has been given to the student, 4) strengthening the concept stage through debriefing where teachers and students ask responsibility and justify the concept of teachers who have not understood the students, 5) evaluation phase, students work on the problems of evaluation to measure the extent of mastery of the material that has been studied. Despite a few obstacles in the implementation, but the overall learning superbly implemented properly and effectively. It can be seen from the results of research in the field in the first cycle through group activities an average value of 40, with mastery 65.34%, and the second cycle through the average value pairs 94.70 with 88.15% completeness, and in III cycle through individual activity average value of 81.40 with 88.52% completeness. Data show that in this study the application of the model talking stick on Indonesian lessons in class III SDN Cirateun been effective. Therefore, researchers applied a model of learning, ie learning model talking stick that can motivate students so that greatly improved student learning outcomes.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya
meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia agar tidak sampai tertinggal
dengan bangsa lain. Sehingga sistem pendidikan nasional harus mampu
menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan kualitas
pendidikan, serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk
menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal,
nasional, global sehingga diperlukan pembaharuan pendidikan secara
terencana, terarah dan berkesinambungan. Untuk mewujudkan sistem
pendidikan yang demikian itu perlu adanya peran aktif dari semua pihak
diantaranya adalah pemerintah, orang tua siswa, guru dan lain-lain.
Bahasa memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia,
sekaligus sebagai penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua mata
pelajaran. Bahasa digunakan sebagai modal dasar untuk menggali dan
mempelajari ilmu pengetahuan yang belum dimiliki, serta mampu
mengembangkan potensi yang dimiliki manusia. Pembelajaran bahasa
diharapkan membantu siswa mengenal dirinya, budayanya, perasaan,
berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan
menemukan serta menggunakan kemampuan berpikir dan berimajinasi
yang ada dalam dirinya.
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan siswa berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik
dan benar, baik secara lisan maupun tulisan. Dalam pembelajaran bahasa
Indonesia di sekolah dasar terdapat empat aspek keterampilan berbahasa
yang meliputi keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
Keempat aspek keterampilan berbahasa tersebut saling berkaitan antara
2
Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar bisa menjadi
pembelajaran yang menarik bagi siswa apabila guru dapat membelajarkan
sesuai dengan langkah pembelajaran yang tepat. Namun, ketika peneliti
melakukan observasi awal di kelas III, pembelajaran yang dilakukan masih
bersifat konvensional yaitu proses pembelajaran yang berpusat pada guru,
seperti ceramah dan cenderung satu arah guru menjelaskan dan siswa
mendengarkan sehingga membuat siswa merasa bosan, jenuh, malas, dan
juga pembelajaran di kelas tersebut kurang bervariasi, sehingga membuat
siswa tidak terfokus pada pembelajaran, yang kurang menarik dalam
bentuk permainan maka membuat siswa dikelas dalam konsep pemahaman
pembelajaran Bahasa Indonesia masih sangat kurang tertarik pada diri
siswa. Sehingga terdapat sedikit siswa yang berbicara untuk
menyampaikan pendapat tentang materi yang sedang di bahas oleh guru.
Sehingga, respon siswa kurang terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia.
dengan demikian kenyataan yang observasi dapatkan merupakan fakta
yang sedang berlangsung di dalam kelas sehingga nilai bahasa Indonesia
siswa kelas III SD, dengan jumlah siswa 38 orang hanya 30 orang yang
berhasil, yang artinya ada 71,5% yang memperoleh nilai 70 keatas,
sedangkan 19,5% mendapatkan nilai di bawah 70. Persentase ketuntasan
tersebut masih jauh dari tujuan yang diharapkan. Dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia di SD, terbagi dua pembelajaran membaca yaitu
pembelajaran membaca permulaan dan pembelajaran membaca
pemahaman. Dengan demikian maka peneliti mulai melakukan penelitian
pada pembelajaran membaca pemahaman di kelas III SD tentang membaca
dan menyimpulkan cerita.
Agar pembelajaran bahasa Indonesia menjadi pembelajaran yang
aktif dan menyenangkan, salah satunya dapat dilaksanakan dengan
penerapan model pembelajaran talking stick. Menurut Suprijono, (2009:
hlm 109) “Talking stick merupakan sebuah model pembelajaran yang
karena selama proses pembelajaran berlangsung sesudah guru menyajikan
materi pelajaran, siswa diberikan waktu beberapa saat untuk mempelajari
materi pelajaran yang telah diberikan, agar dapat menjawab pertanyaan
yang diajukan guru pada saat talking stick berlangsung. Dalam talking
stick, hukuman dapat diberlakukan, misalnya siswa disuruh menyanyi,
berpuisi, atau hukuman-hukuman yang sifatnya positif dan menumbuhkan
motivasi belajar siswa. Dengan demikian, pembelajaran dengan model
talking stick murni berorientasi pada aktivitas individu siswa yang
dilakukan dalam bentuk permainan.
Selama ini proses pembelajaran kita lihat masih menganut model
pembelajaran konvensional, yaitu proses pembelajaran yang berpusat pada
guru dan selama itu pula kemampuan siswa untuk aktif dalam proses
pembelajaran dan kemandirian dalam belajar tidak akan tampak.
Pembelajaran konvensional menganggap guru adalah satu-satunya sumber
belajar yang dianggap serba tahu. Hal ini diperkuat oleh hasil observasi
yang telah dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan penelitian, dan
terbukti saat pelajaran dimulai banyak siswa yang ngobrol sendiri dan
kelihatan sekali mereka merasa bosan dengan metode yang dilakukan oleh
guru mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Tugas guru dalam hal ini adalah merubah pandangan siswa agar
siswa merasa senang pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Ada banyak
cara bagi seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran Bahasa
Indonesia agar siswa merasa senang. Peran utama guru sebagai perencana
sekaligus pelaksana proses belajar mengajar menuntut guru untuk selalu
meningkatkan kualitas pengajarannya agar siswa dapat menguasai materi
dengan baik. Salah satu langkah yang dapat ditempuh adalah guru harus
mampu menggunakan metode yang bervariasi yang tentunya disesuaikan
dengan materi pembelajaran. Banyak metode yang dapat digunakan oleh
guru dalam penyampain materi pembelajaran. Tetapi dalam hal ini
dibutuhkan suatu metode pembelajaran yang dapat membuat siswa lebih
termotivasi dalam belajar Bahasa Indonesia. Metode yang dianggap
4
adalah metode pembelajaran talking stick. Selain untuk melatih berbicara,
metode pembelajaran ini akan menciptakan suasana yang menyenangkan
dan membuat siswa lebih aktif dalam peroses belajar mengajar.
Fakta di lapangan tersebut memberikan inspirasi sekaligus motivasi
bagi peneliti untuk melakukan tindakan peningkatan pembelajaran dengan melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Talking Stick Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa
Indonesia Siswa Kelas III SD”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan di
atas, maka rumusanmasalah pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah perencanaan model pembelajaran Talking Stick untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia kelas III SD Cirateun Kota Bandung?
2. Bagaimanakah pelaksanaan model pembelajaran Talking Stick pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas III SD Cirateun Kota
Bandung?
3. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa kelas III SD dengan
menggunakan “Penerapan model pembelajaran Talking Stick untuk
meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas III SD
Cirateun Kota Bandung?
A. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh gambaran tentang:
1. Perencanaan model pembelajaran Talking Stick untuk meningkatkan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas III SD
Cirateun Kota Bandung.
2. Proses pelaksanaan model pembelajaran Talking Stick pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia kelas III SD Cirateun Kota Bandung.
hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas III SD Cirateun Kota
Bandung.
C. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa: meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam mata
pelajaran bahasa Indonesia di kelas III SD.
2. Bagi guru: sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan dan
menerapkan model pembelajaran yang menyenangkan dan
meningkatkan kemampuan belajar siswa.
3. Bagi peneliti: hasil penelitian ini akan memperkaya pengetahuan dan
kemampuan dalam mengembangkan model pembelajaran talking stick
BAB III
METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Metode penelitian adalah penelitian tindakan kelas (Classroom
Action Research) yaitu suatu penelitian yang di lakukan oleh guru di kelas
secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan untuk memperbaiki
kinerjanya sebagai guru sehingga prestasi peserta didik dapat meningkat.
Penelitian tindakan kelas juga bertujuan untuk memecahkan
masalah-masalah yang ada disekolah.
Menurut Kemmis dan Mc.Taggart (1992) “penelitian tindakan kelas
merupakan kegiatan tunggal, tetapi harus berupa rangkaian kegiatan yang akan kembali ke asal sehingga membentuk satu siklus.”model penelitian tindakan kelas yang di gunakan dalam penelitian ini adalah model
penelitian yang di kembangkan oleh Kemmis dan Mc.Taggart yang
menggunakan system spiral dan refleksi yang terdiri dari beberapa siklus.
Tiap siklus di mulai dengan perencanaan (Planning), Tindakan (Acting),
Observasi (Observing) dan yang terakhir adalah Refleksi (Reflecting).
B. Model PTK yang di kembangkan
Model PTK yang di gunakan dalam penelitian ini adalah
Penerapan Model Pembelajaran Talking Stick. Secara umum terdapat
empat tahap yang lazim di gunakan yaitu: Perencanaan (planning),
Pelaksanaan (acting), Pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).
Berikut ini adalah langkah-langkah penggunaan media konkret dalam
pembelajaran:
a. Menetapkan tujuan mengajar dengan menggunakan Model Talking
stick. Pada langkah ini hendaknya guru merumuskan tujuan
pembelajaran yang akan di capai.
b. Persiapan guru pada fase ini guru memilih dan menetapkan Model
Talking stick mana yang akan di gunakan sekiranya tepat untuk
c. Persiapkan siswa dan kelas sebelum mereka menerima pelajaran
dengan menggunakan Model Talking stick, mereka harus di motivasi
agar dapat menilai, mengamati, menganalisis, menghayati, pelajaran
dengan baik.
d. Langkah penyajian pelajaran dengan menggunakan Model Talking
stick merupakan suatu keahlian guru yang bersangkutan. Dalam
langkah ini perhatikan bahwa tujuan utama adalah mencapai tujuan
mengajar dengan baik.
e. Langkah kegiatan belajar, pada langkah ini menyuruh siswa untuk
membaca bacaan yang sudah di persiapkan guru secara individu
maupun kelompok, setelah siswa membacakan maka guru hendak
memulai dengan penggunaan media tongkat dalam memberikan
pertanyaan pada siswa, dengan adanya kegiatan ini maka siswa
betul-betul sangat siap untuk menjawab apabila tongkat tersebut ada pada
siswa, dan hasilnya akan diketahui guru.
f. Langkah evaluasi pelajaran dan permainan tongkat ini pada akhirnya
kegiatan belajar harus di evaluasi agar mengetahui sampai seberapa
jauh tujuan itu tercapai.
C. Lokasi dan Subjek Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas III SDN Cirateun, Kota Bandung.
b. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa
kelas III SDN Cirateun, Kota Bandung, Tahun Ajaran 2014/2015 dengan
18
D. Prosedur Penelitian
Model PTK yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart
adalah merupakan model pengembangan dari model Kurt Lewin.
Dikatakan demikian, karena di dalam suatu siklus terdiri atas empat
komponen, keempat komponen tersebut, meliputi: (1) perencanaan, (2)
aksi/tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Sesudah satu siklus selesai di
implementasikan, khususnya sesudah adanya refleksi, kemudian diikuti
dengan adanya perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk siklus
tersendiri.
Menurut Kemmis dan Mc Taggart (1992) penelitian tindakan dapat
dipandang sebagai suatu siklus spiral dari penyusunan perencanaan,
pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi yang
selanjutnya mungkin diikuti dengan siklus spiral berikutnya. Dalam
pelaksanaannya ada kemungkinan peneliti telah mempunyai seperangkat
rencana tindakan (yang didasarkan pada pengalaman) sehingga dapat
langsung memulai tahap tindakan. Ada juga peneliti yang telah memiliki
seperangkat data, sehingga mereka memulai kegiatan pertamanya dengan
kegiatan refleksi.
Akan tetapi pada umumnya para peneliti mulai dari fase refleksi
awal untuk melakukan studi pendahuluan sebagai dasar dalam
merumuskan masalah penelitian. Selanjutnya diikuti perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi yang dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Penyusunan perencanaan
Secara rinci perencanaan mencakup tindakan yang akan dilakukan
untuk memperbaiki, meningkatkan atau mengubah perilaku dan sikap
yang diinginkan sebagai solusi dari permasalahan-permasalahan. Perlu
disadari bahwa perencanaan ini bersifat fleksibel dalam arti dapat berubah
sesuai dengan kondisi nyata yang ada.
2. Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan menyangkut apa yang dilakukan peneliti
sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang dilaksanakan
PTK hendaknya selalu didasarkan pada pertimbangan teoritik dan empiric
agar hasil yang diperoleh berupa peningkatan kinerja dan hasil program
yang optimal.
3. Observasi (pengamatan)
Kegiatan observasi dalam PTK dapat disejajarkan dengan kegiatan
pengumpulan data dalam penelitian formal. Dalam kegiatan ini peneliti
mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau
dikenakan terhadap siswa. Istilah observasi digunakan karena data yang
dikumpulkan melalui teknik observasi.
4. Refleksi
Pada dasarnya kegiatan refleksi merupakan kegiatan analisis,
sintesis, interpretasi terhadap semua informasi yang diperoleh saat
kegiatan tindakan. Dalam kegiatan ini peneliti mengkaji, melihat, dan
mempertimbangkan hasil-hasil atau dampak dari tindakan. Setiap
informasi yang terkumpul perlu dipelajari kaitan yang satu dengan lainnya
dan kaitannya dengan teori atau hasil penelitian yang telah ada dan
relevan. Melalui refleksi yang mendalam dapat ditarik kesimpulan yang
mantap dan tajam.
Refleksi merupakan bagian yang sangat penting dari PTK yaitu
untuk memahami terhadap proses dan hasil yang terjadi, yaitu berupa
perubahan sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan. Pada hakekatnya
model Kemmis dan Taggart berupa perangkat-perangkat atau untaian
dengan setiap perangkat terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan,
tindakan, pengamatan, dan refleksi yang dipandang sebagai suatu siklus.
Banyaknya siklus dalam PTK tergantung dari permasalahan-permasalahan
yang perlu dipecahkan, yang pada umumnya lebih dari satu siklus. PTK
yang dikembangkan dan dilaksanakan oleh para guru di sekolah pada
umumnya berdasar pada model ini yaitu merupakan siklus-siklus yang
20
Penelitian tindakan kelas ini dirancang untuk dilaksanakan dalam 1
kali pertemuan (2x35 menit), sedangkan siklus I di rancang untuk di
dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan (2x35 menit). Setiap siklus di
jalankan dalam 4 tahap, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan
(Acting), pengamatan (observasi), refleksi (reflecting).
PTK yang dikembangkan sesui yang ditargetkan Kemmis dan Mc
Taggart (1992), dikembangkan dengan bagan alur berikut ini:
Masalah
Perencanaan
Refleksi Siklus I Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi Siklus II Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Pelaksanaan Siklus III
Pengamatan
Langkah-langkah penelitian yang di laksanakan meliputi tahap-tahap
berikut ini :
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan/tindakan
3. Pengamatan/observasi
4. Refleksi
5. Evaluasi
Siklus I
1. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini, peneliti mengambil materi tentang “membaca dan menyimpulkan teks cerita”antara lain teks bacaan tentang“ Benda-benda di kelasku”. Hal yang dilakukan pada tahap perencanaan ini
adalah membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, menyiapkan media
(tongkat), membuat lembar penilaian, menyusun pertanyaan saat
menjalankan tongkat dan menyiapkan instrumen pengamatan.
2. Tahap Tindakan/pelaksanaan
Melaksanakan tindakan sesuai dengan persiapan atau perencanaan
dengan menggunakan rancangan pembelajaran model pembelajaran
Talking Stick melalui materi “membaca dan menyimpulkan cerita”.
1) Apersepsi dan pengelolan kelas
2) Guru menyampaikan materi tentang “membaca dan menyimpulkan
teks cerita”, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk
membaca dan mempelajari materi secara individu atau berpasangan
dengan teman sebangku.
3) Setelah selesai membaca cerita dan mempelajarinya, siswa menutup
secara individu bukunya.
4) Guru mengambil tongkat dan menjalankan tongkat kepada siswa
sambil menyanyikan sebuah lagu, setelah itu guru memberikan
pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus
22
sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab
setiap pertanyaan dari guru
5) Guru membimbing siswa untuk memberikan kesimpulan
6) Evaluasi
3. Tahap Observasi/pengamatan
Kegiatan pengamatan dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran
berlangsung dengan menggunakan format pengamatan. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui secara tuntas dalam konteks
pembelajaran.
4. Tahap Refleksi
Pada tahap ini peneliti berefleksi terhadap hasil pengamatan
tentang pembelajaran yang dilaksanakan. Hasil refleksi ini merupakan
dasar untuk pelaksanaan siklus berikutnya.
Siklus II
Pelaksanaan pembelajaran siklus II sama dengan pembelajaran
pada siklus I yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan/tindakan, observasi dan
refleksi.
1. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini, peneliti mengambil materi yang sama
dengan siklus pertama. Hal yang dilakukan pada tahap perencanaan ini
adalah membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, menyiapkan
media (tongkat), membuat lembar penilaian, menyusun pertanyaan
saat menjalankan tongkat dan menyiapkan instrumen pengamatan.
2. Tahap Tindakan/pelaksanaan
Melaksanakan tindakan sesuai dengan persiapan atau perencanaan
dengan menggunakan rancangan pembelajaran model pembelajaran
Talking Stick melalui materi “membaca dan menyimpulkan teks cerita
tentang Benda-benda dikelasku”.
1) Apersepsi dan pengelolan kelas
2) Guru menyampaikan materi tentang “membaca dan menyimpulkan
teks cerita, dengan teks “Benda-benda dikelasku”, kemudian
mempelajari materi secara individu atau berpasangan dengan teman
sebangku.
3) Setelah selesai membaca teks cerita dan mempelajarinya, siswa
menutup bukunya.
4) Guru mengambil tongkat dan menjalankan tongkat kepada siswa
sambil menyanyikan sebuah lagu, setelah itu guru memberikan
pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus
menjawab pertanyaan berdasarkan cerita yang mereka baca dan
pelajari, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa
mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
5) Guru membimbing siswa untuk memberikan kesimpulan.
6) Evaluasi
3. Tahap Observasi/pengamatan
Kegiatan pengamatan dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran
berlangsung dengan menggunakan format pengamatan. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui secara tuntas dalam konteks
pembelajaran.
4. Tahap Refleksi
Pada tahap ini peneliti berefleksi terhadap hasil pengamatan
tentang pembelajaran yang dilaksanakan. Hasil refleksi ini merupakan
24
E. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data di penelitian ini, maka diperlukan
instrumen penelitian sebagai berikut:
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
2. Lembar Observasi
3. Dokumen
4. Lembar Kerja Siswa (LKS)
5. Tes
F. Teknik Pengumpilan data
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah teknik pengamatan (observasi) dan tes. Pengumpulan data dengan
teknik pengamatan menggunakan instrument pengamatan. Sedangkan tes
dengan cara memberikan sejumlah pertanyaan.
2. Teknik analisis Data
Penolahan data dalam penelitian ini dilakukan secara terus-menerus dari
awal sampai akhir pelaksanaan penelitian. Pengolahan data dalam penelitian ini
menggunakan teknis analisis data kuantitatif.
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif
yang diangkakan (Sugiyono, 2011 : hlm 23). Data kuantitatif ini berupa hasil
belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia menggunakan model talking
stick. Dalam penelitian tindakan kelas ini, data di analisis dengan perhitungan
persentase dan rata-rata hasil belajar yang di capai oleh siswa dalam KKM.
Dengan menggunakan rumus:
TB = s ≥ 75 x 100% n
Keterangan s ≥ 75 : jumlah siswa yang mendapatkan lebih besar dari atau sama
dengan 75.
n = Banyak siswa
100% = Bilangan tetap
Setelah dilakukan perhitungan terhadap presentase ketuntasan hasil
belajar yang dicapai siswa, maka selanjutnya dilihat apabila ketuntasan
belajar secara klasikal dapat mencapai 75% maka, suatu kelas dapat
dikatakan tuntas belajarnya.
3. Pengolahan data hasil belajar
Tes tertulis dilakukan pada setiap siklus, untuk mengetahui
rata-rata hasil belajar siswa dalam pembelajaran dengan menerapkan model
talking stick. Rumus yang digunakan unutk menghitung rata-rata hasil
belajar siswa adalah: =
n
Keterangan :
= Nilai rata-rata kelas
x = Total nilai yang diperoleh siswa n = Jumlah siswa
Dari hasil analisis data secara keseluruhan, dapat disimpulkan
apakah semua prinsip dalam model talking stick telah dilaksanakan
dengan baik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia terhadap siswa
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan pengolahan dan analisis data maka terdapat hasil penelitian
dalam Penelitian Tindakan Kelas yang sudah dilakukan di kelas III SDN
Cirateun di Kecamatan Cidadap Kota Bandung menerapkan Model
Pembelajaran Talking Stick Pada mata pelajaran Bahasa Indonesia Untuk
meningkatkan hasil belajar siswa. Diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Perencanaan pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran
Talking Stick pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas III SDN
Cirateun di Kecamatan Cidadap Kota Bandung disusun dengan baik.
Perencanaan dalam setiap siklus tidak jauh berbeda. Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan tahapan Penggunaan Model
Talking Stick yaitu tahap pendahuluan, tahap pembentukan konsep, tahap
aplikasi konsep, tahap pemantapan konsep, dan tahap evaluasi. Serta
menyiapkan lembar observasi guru, LKS, langkah-langkah praktikum, alat
dan bahan yang diperlukan saat praktikum, Model Talking Stick ini yang
sesuai dengan Materi Ajaran yang Akan di ajarkan, serta siswa, soal-soal dan
jawabannya, siklus I siklus II dan siklus III. perencanaan yang dilakukan
hampir sama, yang berbeda dari kekurangan-kekurangan setiap siklus dari
observasi dan refleksi yang telah dilaksanakan dan diperbaiki pada saat siklus
yang berikutnya. Peneliti memperbaiki kekurangan-kekurangan, khususnya
berkelompok, berpasangan dan individu supaya dipertemuan selanjutnya
terdapat perubahan yang lebih baik sesuai yang diharapkan.
1) Pelaksanaan Pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran
Talking Stick pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas III SDN
Cirateun terlaksana dengan efektif dan mendapatkan hasil yang baik. Pada
pembelajaran menggunakan Model Talking Stick pada Mata Pelajaraan
Bahasa Indonesia dilaksanakan beberapa tahap, yaitu : (1) tahap
pendahuluan, dimana guru dan siswa bertanya jawab serta guru
(2) Tahap pembentukan konsep, pada tahap ini guru menggunakan Model
Talking Stick melalui pembelajaran tentang penggunaan Tongkat Berbicara
yang mana dalam Tongkat tersebut ada pertanyaan yang sudah di buat oleh
guru.(3) Tahap selanjutnya, guru melakukan penjelasan kembali tentang
materi cerita yang sudah diberikan pada siswa. (4) tahap pemantapan konsep,
melaui tanya jawab dimana guru dan siswa bertanya jawab serta guru
membenarkan konsep saat terjadi kesalahan pengertian yang dimiliki siswa,
(5) tahap evaluasi, siswa mengerjakan soal evaluasi untuk mengukur sejauh
mana penguasaan materi yang telah dipelajari. Meskipun terjadi beberapa
kendala dalam pelaksanaan, namun secara keseluruhan pembelajaran telah
terlaksana dengan baik. Karena setiap siklusnya dilakukan perbaikan pada
RPP yang dibuat peneliti dan refleksi yang disarankan oleh observer.
2. Hasil belajar siswa setelah pembelajaran Bahasa Indonesia dengan
menggunakan Model Pelmbelajaran Talking Stick di kelas III SDN Cirateun
mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan nilai
rata-rata siswa dan mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Pada
siklus I nilai rata-rata kelompok 40 dengan presentase 65,34% terdapat
kekurangan. Namun pada siklus II juga mengalami peningkatan dengan
rata-rata nilai 94,70 berpasangan, dengan presentase 88,15% dan pada siklus III
juga mengalami peningkatan yang cukup tinggi dengan rata-rata individu
81,40 dengan presentase 88,53% Banyaknya siswa yang mengalami
ketuntasan belajar mengalami peningkatan di setiap siklusnya.
B. Saran
Dalam penggunaan Model Talking Stick Pada Mata Pelajaran Tematik
siswa dapat membaca dan menyimpulkan cerita, dengan demikian maka
peningkatkan hasil belajar siswa di kelas III SDN Cirateun di Kecamatan
Cidadap Kota Bandung. Peneliti memberikan beberapa saran yang mungkin
akan bermanfaat untuk keberhasilan proses pembelajaran yang akan
53
1. Penerapan Model Pembelajaran Talking Stick dapat menjadi alternative dalam
pembelajaran di kelas. Karena dalam tahap-tahap pembelajaran ini sangat
cocok diterapkan pada mata pelajaran yang telah disebutkan. Setiap tahap
mengaitkan pengetahuan, dan cara berpikir siswa semakin cepat sehingga
sikapnya untuk menghadapi masalah di lingkungan. Jadi pembelajaran tidak
hanya pengetahuan tetapi dikaitkan langsung dengan pengetahun siswa.
2. Bagi yang akan menerapkan Model Pembelajaran Talking Stick dalam
pembelajaran sebaiknya merancang pembelajaran dengan baik,
memperhatikan waktu di setiap tahap, membuat LKS yang biasa berkaitan
dengan materi, yang dikemukakan serta cara memecahkan masalahnya. Serta
selalu memperhatikan pembelajaran pada setiap tahapnya. Karena setiap
langkah pembelajaran dengan menggunakan Model Talking Stick saling
berkaitan agar tujuan dengan menggunakan Model Talking Stick dapat
tercapai.
3. Bagi pihak sekolah sebaiknya membantu guru dalam mengembangkan
pembelajaran dengan menerapkan model-model pembelajaran yang berbeda
dalam pembelajaran. Sebaiknya pihak sekolah memberikan
pelatihan-pelatihan agar guru-guru atau pendidik lebih membuka wawasan untuk
mengembangkan pembelajarn dari segi metode, media dll.
4. Bagi guru Sekolah Dasar agar dapat merancang pembelajaran yang dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam setiap pembelajaran, dengan
menerapkan model pembelajaran Talking Stick
5. Sebagai seorang guru Sekolah Dasar, kita diharapkan mampu menciptakan
pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan guna mencapai
tujuan pendidikan yang diharapkan.
6. Bagi peneliti lain, semoga penelitian ini bermanfaat bagi peneliti lain untuk
menjadi bahan rujukan jika melakukan penelitian dengan menerapkan
penggunaan Model Talking Stick dalam pembelajaran untuk Meningkatkan