• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi potensi agrowisata di Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi potensi agrowisata di Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung"

Copied!
206
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI POTENSI AGROWISATA

DI DESA ALAMENDAH, KECAMATAN RANCABALI,

KABUPATEN BANDUNG

YUNI ASNIDAR

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Evaluasi Potensi Agrowisata di Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi baik yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)
(5)

ABSTRAK

YUNI ASNIDAR. Evaluasi Potensi Agrowisata di Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung. Dibimbing oleh TATI BUDIARTI

Perkembangan wilayah yang sedang terjadi dapat menyebabkan alih fungsi lahan, khususnya pada lahan pertanian. Lahan pertanian dapat ditingkatkan nilainya dengan pemanfaatan yang dipadukan dengan aspek pendukung yang berkaitan, seperti seni dan kebudayaan masyarakat dalam kegiatan agrowisata. Desa Alamendah mempunyai potensi-potensi agrowisata yang berasal dari sumberdaya alami dan pertanian yang dapat dikembangkan. Namun, potensi-potensi tersebut belum dikembangkan secara optimal oleh masyarakat setempat khususnya untuk kesejahteraan lokal dan keseimbangan lingkungan. Oleh karena itu, evaluasi potensi agrowisata dibutuhkan dengan tujuan untuk mengidentifikasi potensi agrowisata dan aspek-aspek pembentuknya, menilai tingkat keberlanjutan masyarakat, mengevaluasi program dan pengelolaan agrowisata, serta membuat rekomendasi pengembangan agrowisata di Desa Alamendah. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung, mulai dari bulan Februari hingga Juli 2014. Aspek-aspek agrowisata dianalisis melalui metode kelayakan kawasan agrowisata, analisis SWOT, analisis Penilaian Keberlanjutan Masyarakat (PKM), serta analisis persepsi dan preferensi masyarakat serta pengunjung. Berdasarkan proses analisis dengan metode tersebut, dihasilkan rekomendasi untuk pengembangan agrowisata di Desa Alamendah yang terdiri dari: area yang berpotensi dan layak dikembangkan untuk agrowisata, pemandangan yang berpotensi dijadikan latar kegiatan agrowisata, strategi pengembangan agrowisata, serta jadwal dan program kegiatan agrowisata. Hasil akhir menunjukkan bahwa Desa Alamendah memiliki potensi-potensi agrowisata yang dapat dikembangkan dengan memberdayakan masyarakat setempat. Strategi yang tepat untuk mengembangkan potensi-potensi tersebut adalah mengoptimalkan kegiatan agrowisata yang sudah ada dan objek serta atraksi pendukung agrowisata lainnya untuk menarik perhatian pengunjung.

Kata kunci: agrowisata, keberlanjutan masyarakat, pengembangan, potensi

ABSTRACT

YUNI ASNIDAR. Evaluation of Agrotourism Potency in Alamendah Village, Rancabali Sub-district, Bandung District. Supervised by TATI BUDIARTI.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Arsitektur Lanskap

EVALUASI POTENSI AGROWISATA

DI DESA ALAMENDAH, KECAMATAN RANCABALI,

KABUPATEN BANDUNG

YUNI ASNIDAR

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(8)

® Hak cipta milik IPB, tahun 2015

Hak cipta dilindungi undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Evaluasi Potensi Agrowisata di Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung”

Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan baik dukungan dan bantuan moral serta material dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada

1. keluarga tersayang, Bapak Zainuddin Rilla, Mama Betty Heryati, Aa Jamal, Teteh Yeni, serta keluarga besar Subandi atas doa, dukungan, dan bantuan serta perhatiannya sampai saat ini;

2. Dr. Ir. Tati Budiarti, MS selaku pembimbing skripsi dan akademik atas bimbingan, masukan, bantuan, dan nasehatnya selama di Departemen Arsitektur Lanskap dan penyusunan skripsi ini;

3. Prof. Dr. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah, M. Agr dan Pingkan Nuryanti, ST., M.Eng selaku dosen penguji atas saran dan masukannya untuk kabaikan skripsi ini;

4. Badan Perencana dan Pengembangan Daerah Kabupaten Bandung, Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Kabupaten Bandung, serta Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Bandung atas bantuan informasi dalam penyusunan skripsi ini;

5. kepala desa, seluruh aparat, serta masyarakat Desa Alamendah atas bantuan dan partisipasinya dalam pelaksanaan penelitian skripsi ini; 6. Bapak H. Hendy, Bapak Didi, serta Bapak Sumantri atas panduan dan

bimbingannya selama di Desa Alamendah;

7. Nira Lir Rasmi untuk bantuan, kerja sama, dukungan, serta perjuangannya selama penelitian di Desa Alamendah dan penyusunan skripsi ini;

8. Afifah, Iffah, Aliya, Mariana, Junom, dan Digo untuk bantuannya berbagi tentang agrowisata dan pengolahan data; dan

9. teman-teman ARL 47 atas dukungan, keceriaan, dan masukannya. semoga menghasilkan yang terbaik dan berguna. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2015

(12)

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Kerangka Pikir 2

TINJAUAN PUSTAKA 3

Lanskap Perdesaan 3

Wisata 3

Objek dan Atraksi Wisata 3

Agrowisata 4

Objek dan Atraksi Agrowisata 5

Keberlanjutan Masyarakat 5

METODE 6

Lokasi dan Waktu 6

Alat dan Bahan 6

Metode Penelitian 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 15

Kondisi Umum 15

Aspek Fisik 16

Penggunaan Lahan 16

Jenis Tanah 17

Kemiringan Lereng 19

Iklim 19

Hidrologi 21

Aspek Biofisik 22

Vegetasi 22

Satwa 24

Aspek Sosial dan Budaya 25

Kependudukan 25

(13)

Seni dan Kebudayaan 29

Persepsi Masyarakat Desa Alamendah 31

Preferensi Masyarakat Desa Alamendah 32

Persepsi Pengunjung Desa Alamendah 33

Preferensi Pengunjung Desa Alamendah 35

Penilaian Keberlanjutan Masyarakat 37

Aspek Legalitas 42

Aspek Agrowisata 42

Atraksi Agrowisata 42

Akomodasi 64

Fasilitas dan Pelayanan Wisata 65

Fasilitas dan Pelayanan Transportasi 66

Infrastruktur Lain 68

Elemen Kelembagaan 69

REKOMENDASI 79

Peta Jalur serta Objek dan Atraksi Agrowisata 79

Program Agrowisata yang Bisa Ditawarkan 79

Program Tahunan 81

Program Harian 81

Pengembangan Pasar Wisata 85

SIMPULAN DAN SARAN 87

Simpulan 87

Saran 87

DAFTAR PUSTAKA 88

LAMPIRAN 90

RIWAYAT HIDUP 93

DAFTAR TABEL

1 Jenis dan sumber data 7

2 Kriteria kelayakan agrowisata 8

3 Perhitungan kriteria kelayakan agrowisata 10

4 Kriteria penilaian dalam PKM 11

(14)

6 Formulir matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) 13

7 Penggunaan lahan di Desa Alamendah 16

8 Data iklim Kecamatan Rancabali tahun 2011-2013 21 9 Thermal Humidity Index Desa Alamendah tahun 2011-2013 21

10 Tanaman sayuran dan buah-buahan 22

11 Tanaman hias 23

12 Tanaman obat 24

13 Satwa primata di Desa Alamendah 24

14 Hewan ternak 25

15 Tingkat pendidikan masyarakat Desa Alamendah 25

16 Fasilitas pendidikan di Desa Alamendah 26

17 Mata pencaharian penduduk Desa Alamendah 26

18 Susunan aparat Desa Alamendah 27

19 Susunan pengurus Badan Permusyawaratan Desa 28

20 Susunan pengurus Dawala 29

21 Total perhitungan aspek ekologis PKM di Desa Alamendah 38 22 Total perhitungan aspek sosial PKM di Desa Alamendah 39 23 Total perhitungan aspek spiritual PKM di Desa Alamendah 41 24 Kelayakan kawasan agrowisata di Desa Alamendah 62

25 Tingkat kepentingan faktor internal 73

26 Tingkat kepentingan faktor eksternal 74

27 Penilaian bobot strategis internal 74

28 Penilaian bobot strategis eksternal 75

29 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) 75

30 Matrisk Eksternal Factor Evaluation (EFE) 75

31 Matriks SWOT 77

32 Peringkat alternatif strategi 78

33 Program agrowisata tahunan Desa Alamendah 81

34 Kegiatan program agrowisata satu hari 82

35 Kegiatan rogram agrowisata dua hari reguler 82

36 Kegiatan program agrowisata dua hari petualang 83 37 Kegiatan program agrowisata dan Upacara dan Karnaval 17 Agustus 84

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pikir penelitian 2

2 Orientasi lokasi penelitian 6

3 Matriks Internal-Eksternal (IE) 14

4 Matriks SWOT 14

5 Peta administrasi Desa Alamendah 16

6 Peta jenis tanah Desa Alamendah 18

7 Peta kemiringan lereng Desa Alamendah 20

8 Sungai di Desa Alamendah 22

9 Seni dan kebudayaan di Desa Alamendah 30

10 Acara Gelar Budaya 30

(15)

12 Preferensi masyarakat Desa Alamendah 32

13 Persepsi pengunjung Desa Alamendah 34

14 Preferensi pengunjung terhadap kegiatan agrowisata dan pendukung 36 15 Preferensi pengunjung terhadap fasilitas wisata di Desa Alamendah 36 16 Preferensi pengunjung terhadap cinderamata Desa Alamendah 37 17 Lahan pertanian yang digunakan untuk menanam stroberi 43

18 Kegiatan petik stroberi sendiri 43

19 Olahan stroberi yang dibuat oleh masyarakat 44

20 Tempat pengolahan stroberi Sinar Asih 44

21 Pengolahan stroberi berskala UKM 45

22 Beberapa Lahan pertanian Ponpes Al-Ittifaq 46

23 Pengemasan produk hasil pertanian 46

24 Lahan peternakan di Ponpes Al-Ittifaq 47

25 Kegiatan pengunjung Ponpes Al-Ittifaq 48

26 Kawah Putih 50

27 Fasilitas di Kawah Putih 50

28 Objek dan atraksi wisata di Kawah Putih 51

29 Pusat Penangkaran dan Rehabilitas Primata Jawa 52 30 Fasilitas di Pusat Penangkaran dan Rehabilitas Primata Jawa 52

31 Situs Batu Tulis 53

32 Upacara dan Karnaval 17 Agustus 54

33 Acara Gelar Budaya Desa Alamendah 54

34 Pemancingan untuk umum 55

35 Kondisi beberapa kandang sapi 56

36 Akses menuju Curug Cimeong 56

37 Curug Cimeong 57

38 Kerajinan tangan Desa Alamendah 58

39 Pasar Wisata 59

40 Pemandangan di Desa Alamendah 60

41 Peta potensi view Desa Alamendah 61

42 Peta kelayakan kawasan agrowisata Desa Alamendah 63

43 Akomodasi di Desa Alamendah 65

44 Fasilitas kesehatan di Desa Alamendah 66

45 Alat transportasi menuju Desa Alamendah 67

46 Jalan di Desa Alamendah 69

47 Rencana desain dari Dawala 71

48 Matriks Internal-Eksternal 76

49 Peta persebaran objek dan atraksi agrowisata serta wisata pendukung Desa

Alamendah 80

50 Peta rekomendasi pengembangan Pasar Wisata 86

DAFTAR LAMPIRAN

Kuisioner pengunjung Desa Alamendah 90

(16)
(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan dan maraknya pembangunan wilayah di Indonesia tidak hanya terjadi di perkotaan tetapi juga di perdesaan. Masing-masing memiliki potensi yang khas untuk terus berkembang ke arah yang lebih baik. Sebagian besar wilayah Indonesia adalah wilayah perdesaan dengan jumlah penduduk yang besar, sehingga potensi desa dan sumber-sumber produksi yang selama ini belum dikelola secara optimal penting untuk diberdayakan (Sutiyono 2007). Salah satu karakter perdesaan yang mendominasi di Indonesia adalah sumber daya yang berbasis pada pertanian, mulai dari dari sumber daya lahan, budidaya, pengolahan, pascapanen, pemasaran dan wisata.

Wisata yang berbasis pada pertanian atau biasa disebut agrowisata, merupakan penggabungan antara aktivitas wisata dengan aktivitas pertanian, yang terbentuk dalam rangkaian aktivitas perjalanan wisata dan sektor pertanian mulai dari awal sampai dengan produk dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pemahaman, pengalaman dan rekreasi di bidang pertanian (Nurisjah 2001). Sumber daya yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan agrowisata dapat berupa sumber daya alami seperti komoditas pertanian, pemandangan alam, dan sumber daya lainnya seperti aktivitas dan budaya masyarakat.

Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung mayoritas lahannya digunakan sebagai lahan pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai kawasan agrowisata. Lahan dan budaya masyarakat yang terpadu dalam mengolah sumber daya dapat menjadi objek-objek untuk kegiatan agrowisata yang dipadukan dengan keindahan alam khas desa yang ada di kawasan pegunungan. Kegiatan agrowisata yang sudah berjalan di desa ini antara lain wisata petik stroberi sendiri dan keliling lahan pertanian. Kegiatan tersebut cukup menarik pengunjung dan memberikan sumber pendapatan baru bagi masyarakat.

Potensi agrowisata di Desa Alamendah memang besar, namun belum direncanakan dan dikembangkan secara optimal dengan pemberdayaan masyarakat setempat agar menjadi agrowisata mandiri yang dikelola masyarakat. Selain itu perubahan fungsi lahan pertanian beberapa tahun terakhir seperti yang tercatat oleh Bappeda Kabupaten Bandung, dapat mengancam ketersediaan lahan untuk kegiatan pertanian. Menurut data tersebut di Kecamatan Rancabali sepanjang tahun 2004 hingga 2011 telah terjadi alih fungsi lahan pertanian sebesar 38 ha atau sekitar 0.10%. Lahan pertanian yang beralih fungsi tersebut mayoritas diubah menjadi lahan pemukiman dan fasilitas umum. Oleh sebab itu, dibutuhkan sebuah evaluasi dan analisis aspek-aspek utama dan pendukung kegiatan agrowisata yang dapat digunakan untuk mengetahui kesesuaian dan pengembangan potensi agrowisata.

(18)

2

berorientasikan pada kelestarian lingkungan. Kebudayaan berupa seni serta kesenangan yang tumbuh di masyarakat pedesaan pun dapat dilestarikan dari berkembangnya agrowisata. Pengembangan tersebut diharapkan menjadi tonggak untuk menjaga keasrian dan kelestarian sumber daya perdesaan dan pertanian, serta keberadaan kegiatan dan aktivitas agrowisata untuk kesejahteraan masyarakat setempat.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari peneliatan ini antara lain:

1. mengidentifikasi potensi agrowisata dan aspek-aspek pembentuknya,

2. menilai tingkat keberlanjutan di tengah masyarakat menggunakan metode PKM (GEN 2000),

3. mengevaluasi program dan pengelolaan agrowisata, dan

4. membuat rekomendasi pengembangan agrowisata di Desa Alamendah. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai: 1. sumbangan pikiran dan alternatif untuk pemerintah Desa Alamendah dan

Kabupaten Bandung terkait pengembangan agrowisata, dan

2. bahan pertimbangan dalam usaha melestarikan sumberdaya serta peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa Alamendah.

Kerangka Pikir

Evaluasi potensi agrowisata di Desa Alamendah dengan mempertimbangkan aspek-aspek utama dan pendukung agrowisata melalui kerangka pikir seperti yang diperlihatkan ada Gambar 1. Semua aspek dan faktor

(19)

3 tersebut melalui proses analisis dan sintesis hingga dihasilkan zona yang paling berpotensi untuk dikembangkan menjadi kawasan agrowisata, hingga suatu rekomendasi pengembangan agrowisata di Desa Alamendah.

TINJAUAN PUSTAKA

Lanskap Perdesaan

Lanskap perdesaan menurut Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 tentang penataan ruang, didefinisikan sebagai suatu kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Menurut Departemen PU (2005), lanskap perdesaan merupakan gabungan antara lanskap yang dikelola dan lanskap alami yang berada di desa. Lanskap tersebut tidak hanya dihuni untuk pemukiman tetapi juga mampu mempreservasi lingkungan yang alami. Sumber daya alami, makanan dan habitat satwa liar mampu disediakan oleh lanskap ini yang memungkinkan manusia untuk hidup di lingkungan ekologi yang sangat beragam. Lanskap di daerah pedesaan menurut Notohadinegoro (1977) dalam Fandeli dan Muhammad (2009) merupakan penjelmaan keseluruhan faktor atau kakas (force) di perdesaan yang mempengaruhi atau berperan dalam hidup dan kehidupan masyarakat desa. Masyarakat desa umumnya memiliki beberapa lahan yang diusahakan berbeda-beda seperti untuk sawah, pekarangan, tegalan, dan kebun campuran.

Wisata

Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (pasal 1) wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Menurut Nurisjah (2001), aktivitas wisata adalah kegiatan berjalan-jalan ke luar ruang dan lingkup pekerjaannya sambil menikmati pemandangan atau hal-hal lain yang tidak terkait dengan pekerjaan yang dimiliki wisatawan. Wisata dapat dikembangkan untuk mengoptimalkan manfaatnya, seperti pendapat menurut Dewanti dan Santoso (2012), pengembangan kawasan wisata dilaksanakan dengan mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki secara harmonis, serasi dan terpadu, melalui pendekatan secara komprehensif mencakup aspek fisik, ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan hidup untuk pembangunan berkelanjutan.

Objek dan Atraksi Wisata

(20)

4

merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu darah tujuan wisata.

Berdasarkan Kementan (2012), daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Objek dan atraksi wisata merupakan dua hal yang berbeda menurut Yoeti (2008), objek wisata adalah tempat atau benda yang bersifat alami, tidak dapat dipindahkan, dan bentuknya tidak mudah berubah dimakan waktu seperti air terjun, bangunan monumental, serta benda yang menjadi ciri khas suatu tempat contohnya Piramida Giza dan menara Eiffel, sedangkan atraksi wisata adalah sesuatu yang dapat diciptakan oleh manusia dan bersifat temporer pada waktu tertentu, seperti pertujunkan tari, debus, serta keterampilan hewan.

Agrowisata

Agrowisata merupakan salah satu bentuk dari rural tourism yang menawarkan kegiatan pertanian sebagai daya tarik wisata serta melibatkan penduduk lokal dalam perencanaan hingga pengelolaan kawasan agrowisata (Andini 2013). Menurut Kementan (2012), agrowisata merupakan suatu kawasan usaha pertanian yang dikembangkan secara kreatif sehingga mempunyai daya tarik wisata. Komponen kegiatan dapat meliputi salah satu, beberapa atau keseluruhan subsistem agribisnis dari hulu (penyediaan sarana produksi, kegiatan produksi/budidaya), pengolahan dan pemasaran produk pertanian, penelitian dan pengembangan pertanian serta kegiatan budaya masyarakat terkait pertanian. Menurut pendapat Mandiangan (2013), kegiatan agrowisata bertujuan untuk memperluas wawasan pengetahuan, pengalaman rekreasi dan hubungan usaha di bidang pertanian yang meliputi tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, perikanan dan peternakan.

Di Indonesia, agrowisata atau agroturism didefinisikan sebagai sebuah bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan usaha agro (agribisnis) sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi dan hubungan usaha di bidang pertanian. Agrowisata merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha pertanian (agro) sebagai objek wisata. Tujuannya adalah untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian. Melalui pengembangan agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan lahan, diharapkan bisa meningkatkan pendapatan petani sambil melestarikan sumber daya lahan, serta memelihara budaya maupun teknologi lokal (indigenous knowledge) yang umumnya telah sesuai dengan kondisi lingkungan alaminya.

(21)

5 dibudidayakan maupun liar, teknologi budidaya dan pascapanen komoditas pertanian yang khas dan bernilai sejarah, atraksi budaya pertanian setempat, dan pemandangan alam berlatar belakang pertanian dengan kenyamanan yang dapat dirasakan (Deptan 2003).

Objek dan Atraksi Agrowisata

Salah satu aspek penting dari agrowisata adalah objek dan atraksi yang berpotensi untuk menjadi daya tarik untuk pengunjung. Menurut Utama (2011), objek-objek atau atraksi budidaya pertanian yang berpotensi yang dapat dijadikan agrowisata antara lain:

1. Perkebunan

Suatu kawasan perkebunan yang ideal untuk dimanfaatkan sebagai objek dan daya tarik agrowisata adalah kawasan perkebunan yang kegiatannya merupakan kesatuan yang utuh mulai dari pembibitan sampai dengan pengolahan hasilnya. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa setiap kegiatan dan proses pengusahaan perkebunan dapat dijadikan daya tarik atau atraksi yang menarik bagi wisatawan mulai dari pembibitan, penanaman, pengolahan ataupun pengepakan hasil produksinya. Seyogyanya pada sebuah objek wisata dilengkapi dengan unit pengolahan, laboratorium, pengepakan hasil, sarana dan prasarana, untuk menunjukkan kepada wisatawan suatu perkebunan yang baik dan benar;

2. Tanaman pangan dan hortikultura

Daya tarik tanaman pangan dan hortikultura sebagai objek agrowisata antara lain sawah, ladang jagung, ketela, kacang-kacangan dan sebagainya serta kebun bunga-bungaan, buah-buahan, sayur-sayuran, dan tanaman obat-obatan/jamu;

3. Peternakan

Potensi peternakan sebagai sumber daya wisata antara lain cara tradisional dalam pemeliharaan ternak, aspek kekhasan/keunikan pengelolaan, produksi ternak, atraksi peternakan dan peternakan hewan khusus, seperti bekisar dan burung puyuh;

4. Perikanan

Sebagai negara kepulauan yang sebagian besar terdiri dari perairan dengan potensi sumber daya ikan yang jenis maupun jumlahnya cukup besar, kegiatan perikanan di Indonesia mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai obyek agrowisata. Secara garis besar kegiatan perikanan dibagi menjadi kegiatan penangkapan dan kegiatan budidaya dan kegiatan tersebut merupakan potensi yang dapat dikembangkan menjadi obyek agrowisata seperti budidaya ikan air tawar, budidaya air payau (tambak), serta budidaya laut (kerang, rumput laut, kakap merah, dan mutiara).

Keberlanjutan Masyarakat

(22)

6

kualitas produk wisata. Peran serta masyarakat ini menjadi satu hal yang penting dalam upaya menjaga keutuhan alam dan sebagai salah satu alternatif dalam merespon tuntutan serta urgensi pengembangan pariwisata yang berkelanjutan (Damanik dan Weber 2006).

Penilaian Keberlanjutan Masyarakat (PKM) yang dikeluarkan oleh GEN merupakan sebuah daftar komprehensif yang dapat digunakan oleh semua kalangan untuk mendapatkan ide dasar bagaimana menilai keberlanjutan sebuah masyarakat. Pendekatan ini dikembangkan untuk membantu masyarakat dalam menilai prestasi mereka menuju peningkatan keberlanjutan. Pada PKM ada tiga aspek utama yang menjadi penopang yang masing-masing sama pentingnya dengan yang lain, yaitu aspek ekologis, sosial dan spiritual masyarakat. PKM adalah alat subyektif yang berarti bahwa orang dalam menyelesaikannya membuat penilaian terbaik mereka dan pada beberapa menebak, seperti apa yang benar bagi komunitas mereka. Penilaian ini menawarkan review untuk prestasi masyarakat untuk perbaikan. Item skor rendah dapat dipilih untuk fokus kepada masyarakat, tindakan untuk meningkatkan kesinambungan dan memberikan arahan untuk masa depan masyarakat (GEN 2000).

METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung (Gambar 2). Desa ini memiliki lahan pertanian yang cukup luas dan tempat-tempat yang unik sehingga berpotensi menjadi tempat wisata khususnya wisata pertanian. Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Februari hingga Juli 2014.

(a) (b)

Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung

Gambar 2 Orientasi lokasi penelitian (a) Kabupaten Bandung (b) Desa Alamendah

Alat dan Bahan

(23)

7 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan lima tahap yang meliputi persiapan, inventarisasi (pengumpulan data), analisis, sintesis dan pembuatan rekomendasi, seperti sebagai berikut:

1. Persiapan awal

Tahapan persiapan awal mencakup persiapan pemilihan judul dan lokasi, pencarian informasi awal yang didapat melalui studi pustaka dan referensi, pembuatan proposal penelitian, serta pembuatan surat-surat izin kepada pihak-pihak terkait.

2. Inventarisasi (Pengumpulan Data)

Pada tahap ini dilakukan sejumlah pengumpulan data dan informasi, baik yang berasal dari lapang maupun studi pustaka. Data yang berasal dari lapang dikumpulkan dengan cara survei langsung pada tapak dengan melihat kondisi eksisting yang disesuiakan dengan informasi dan data pustaka yang telah didapat sebelumnya. Survei difokuskan pada objek-objek untuk kegiatan utama dan pendukung agrowisata serta atribut yang melengkapinya. Selain itu dilakukan wawancara kepada pihak-pihak terkait di desa seperti aparat desa, para petani, masyarakat serta pengujung.

Informasi sekunder seperti data pustaka didapatkan dari bahan pustaka dan referensi terkait seperti buku-buku acuan, jurnal dan laporan. Informasi lain yang berkaitan didapatkan dari instansi-instansi terkait. Jenis dan sumber data yang didapat untuk kemudian diolah ditunjukkan oleh Tabel 1.

Tabel 1 Jenis dan sumber data

Aspek Jenis Data Bentuk Data Sumber Data Fisik Lokasi tapak Letak, luas dan batas

wilayah

Survei lapang, Pustaka, Bappeda

Topografi Peta topografi dan kemiringan lahan

Pustaka, Bappeda, Bakosurtanal Hidrologi Keadaan hidrologi,

irigasi dan badan air

Pustaka, Bappeda, Bakosurtanal Tanah Jenis tanah dan peta

persebarannya

Bakosurtanal, Bappeda

Tata guna lahan Penggunaan lahan Survei lapang, Bappeda Sosial Budaya Keadaan masyarakat Data dermografi

Survei lapang, Desa,

Kelembangaan Lembaga pemerintahan dan masyarakat Budaya tani Kebudayaan dalam

bertani

SDM SDM pengelola dan masyarakat (petani) Ekonomi Agribisnis Pemasaran dan

(24)

8

Tabel 1 Jenis dan sumber data (lanjutan)

Aspek Jenis Data Bentuk Data Sumber Data Wisata Program Agrowisata Objek dan atraksi

agrowisata

Pada tahap analisis dilakukan sejumlah analisis terhadap aspek-aspek terkait, seperti:

a. Analisis Kesesuaian dan Kelayakan Agrowisata

Aspek yang akan dianalisis pada analisis kesesuaian dan kelayakan agrowisata adalah kondisi objek dan atribut pendukung kegiatan agrowisata Desa Alamendah. Aspek-aspek tersebut dinilai berdasarkan kriteria kelayakan agrowisata menurut Smith (1989) dalam Maharani (2009) yang disesuaikan dan dimodifikasi dengan tujuan penelitian ini, seperti objek wisata pertanian, objek wisata alami, hingga fasilitas pendukung kegiatan agrowisata. Kriteria tersebut ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2 Kriteria kelayakan agrowisata

No. Kriteria Nilai

1

Obyek dan Atraksi Berbasis Pertanian (Bobot 15%): Ketersediaan ragam & keindahan areal pertanian seperti sawah, perkebunan, kolam, atau keramba.  Beragam obyek dan aktivitas pertanian disertai keindahan

pemandangan pertanian

 Cukup beragam obyek dan aktivitas pertanian disertai keindahan pemandangan sekitarnya

 Cukup beragam obyek dan aktivitas pertanian disertai keindahan pemandangan sekitarnya

 Kurang beragam dan tak indah

4 (tropikal, udara yang bersih, suhu yang nyaman, dll)

Beragam obyek alami dengan keindahan dan kenyamanan alami Cukup beragam obyek alami dengan keindahan dan kenyamanan

alami

Obyek dan Atraksi Budaya/Sosial (Bobot 10%): Perdesaan, perkotaan, bentukan arsitektur vernakular, festival budaya, dan atraksi budaya lokal  Bernilai lokal tinggi, berjumlah relatif banyak, dilestarikan 4  Bernilai lokal tinggi, berjumlah relatif banyak, kurang

diperhatikan 3

 Bernilai lokal tinggi, berjumlah sedikit, kurang diperhatikan 2

(25)

9 Tabel 2 Kriteria kelayakan agrowisata (lanjutan)

No. Kriteria Nilai

4

Obyek dan Atraksi Sejarah (Bobot 5%): Peninggalam kuno (kerahaan, situs-situs dan bangunan sejarah/arkeologis), upacara keagamaan (temporal), lokasi historikal yang penting (kolonial, battle fields)

Bersejarah, dijaga kelestariaannya Bersejarah, kurang diperhatikan Bersejarah, tidak dilestarikan Tidak bernilai sejarah

4 3 2 1

5

Akses (Bobot 10%): Kemudahan untuk pencapaian lokasi, ketersediaan jalan  Jalan primer dekat, mudah dicapai, kondisi baik, kendaraan umum

beragam, kondisi baik

 Jalan sekunder, kondisi sedang, kendaraan umum terbatas  Jalan tersier, kondisi sedang, tidak ada kendaraan umum  Tidak ada akses, tidak ada kendaraan umum

4

3 2 1

6

Sumber daya Rekreasi dan Tempat Perbelanjaan (Bobot 10%): Tempat Olah raga, piknik, belanja, taman, museum, galer seni/budaya

Tersedia, lengkap, kualitas baik dan terawat Ada beberapa, cukup terawat

Ada beberapa, kurang terawat Tidak tersedia

Letak Dari Jalan Utama (10%): Kedekatan dengan jalur jalan utama wilayah Dekat (< 1 km)

Tersedia, lengkap, kualitas baik dan terawat Ada beberapa, cukup terawat

Ada beberapa, kurang terawat Tidak tersedia

4 3 2 1 9 Pengelolaan agrowisata (Bobot 10%): Pengelolaan dan Kelembagaan

Agrowisata

Masyarakat mengelola dan ada lembaga masyarakat Masyarakat mengelola, tidak ada lembaga masyarakat Dikelola investor, ada kelembagaan masyarakat Dikelola investor dan tidak ada lembaga masyarakat

4 3 2 1

10

Program dan dan Aktivitas Agrowisata (Bobot10%)

Ada paket kunjungan, pelatihan, dan membuka kesempatan magang

Ada paket kunjungan, pelatihan, tidak ada kesempatan magang Ada paket kunjungan, tetapi tidak ada pelatihan dan kesempatan

magang

Tidak ada paket kunjungan, pelatihan dan kesempatan magang

4

3 2

1 Sumber: Smith (1989) dalam Maharani (2009), dimodifikasi sesuai dengan tujuan

Penilaian kriteria tersebut berlaku untuk kelima dusun dan dihitung dengan cara:

(26)

10

Sehingga akan didapatkan nilai akhir tiap dusun (Tabel 3) dan akan diklasifikasikan dalam kelas kelayakan menurut skala Likert. Pengelompokkan tersebut akan menghasilkan dusun mana yang paling layak/berpotensi untuk dikembangkan menjadi kawasan agrowisata.

Tabel 3 Perhitungan kriteria kelayakan agrowisata

Dusun

Kelayakan Kawasan Agrowisata

15% 10% 10% 5% 10% 10% 10% 10% 10% 10% Jumlah terbobot

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

I II III IV V

Sumber: Smith (1989) dalam Maharani (2009), dimodifikasi sesuai dengan tujuan

Klasifikasi dusun dalam rentang kelas ditentukan melalui rumus: R =

Keterangan: Smax = nilai tertinggi Smin = nilai terendah

K = rentang kelas yang digunakan

R = interval tiap kelas

Pada penelitian ini, rentang kelas yang digunakan sebanyak tiga kelas yang merepresentasikan kelas Sangat Berpotensi, Berpotensi, dan Kurang Berpotensi.

b. Analisis Persepsi dan Preferensi Masyarakat serta Pengunjung

Analisis persepsi dan preferensi digunakan untuk mengetahui keinginan dan pandangan mengenai pengembangan agrowisata. Data yang digunakan didapat melalui wawancara dengan kuisioner yang ditujukan kepada masyarakat dan pengunjung. Metode yang digunakan untuk menentukan responden pengunjung adalah dengan random sampling yang ditujukan khusus untuk kalangan yang mengetahui dan pernah mengunjungi Desa Alamendah. Begitupun dengan responden masyarakat yang ditujukan kepada beberapa perwakilan masyarakat dari semua dusun. Data yang telah didapat disesuaikan dengan rekomendasi pengembangan agrowisata agar dapat sesuai dengan keinginan dan pandangan responden.

c. Penilaian Keberlanjutan Masyarakat

(27)

11 serangkaian pertanyaan dari PKM. Kriteria penilaian dalam PKM dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Kriteria penilaian dalam PKM

Parameter Nilai

Aspek Ekologis 1.Perasaan terhadap tempat

2.Ketersediaan, produksi, dan distribusi makanan 3.Infrastruktur, bangunan dan transportasi 4.Pola konsumsi dan pengelolaan limbah padat 5.Air-sumber, mutu dan pola penggunaan 6.Limbah cair dan pengelolaan polusi air 7.Sumber dan penggunaan energi

*

Total Nilai Aspek Ekologis ** Aspek Sosial

1.Keterbukaan, kepercayaan, keselamatan; ruang bersama 2.Komunikasi-aliran gagasan dan informasi

3.Jaringan pencapaian dan jasa 4.Keberlanjutan sosial

5.Pendidikan

6.Pelayanan kesehatan

7.Keberlanjutan ekonomi-ekonomi lokal yang sehat

*

Total Nilai Aspek Sosial ** Aspek Spiritual

6.Holografik baru, pandangan dunia 7.Perdamaian dan kesadaran global

*

Total Nilai Aspek Spiritual **

Total Nilai Keseluruhan ***

Keterangan:

1.Penilaian parameter dalam satu kriteria:

* 50+ : Menunjukkan kemajuan sempurna ke arah keberlanjutan 24-49 : Menunjukkan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan 0-24 : Menunjukkan perlunya tindakan untuk mencapai keberlanjutan 2.Penilaian parameter dalam satu aspek:

** 333+ : Menunjukkan kemajuan sempurna ke arah keberlanjutan 166-332 : Menunjukkan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan 0-165 : Menunjukkan perlunya tindakan untuk mencapai keberlanjutan 3.Penilaian parameter dalam tiga aspek:

*** 999+ : Menunjukkan kemajuan sempurna ke arah keberlanjutan 500-998 : Menunjukkan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan 0-449 : Menunjukkan perlunya tindakan untuk mencapai keberlanjutan

d. Analisis SWOT

(28)

12

pengembangan kegiatan agrowisata di Desa Alamendah. Analisis ini dimulai dengan mengidentifikasi faktor internal (kekuatan dan kelemahan) serta faktor eksternal (peluang dan ancaman), kemudian dinilai berdasarkan tingkat kepentingannya atau besarnya pengaruh pada desa. Penilaian tersebut selanjutnya ditentukan strategi atau alternatif yang tepat untuk pengembangan kegiatan agrowisata di Desa Alamendah. Analisis SWOT ini dilakukan melalui beberapa tahapan antara lain sebagai berikut:

1) Identifikasi faktor internal dan eksternal

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data, yaitu data faktor internal dan eksternal (Rangkuti 1997). Faktor internal merupakan semua data yang berasal dari dalam yang didapat dengan mendaftarkan semua kekuatan dan kelemahan yang berkaitan dengan pengembangan keberlanjutan agrowisata. Faktor eksternal adalah semua data dari luar yang cukup berpengaruh dan berkaitan atau dapat diketahui dengan mendaftarkan semua peluang dan ancaman yang berasal dari lingkungan luar Desa Alamendah.

2) Penilaian faktor internal dan eksternal

Setelah faktor internal dan eksternal diketahui, dilakukan penentuan tingkat kepentingan dengan memberikan nilai tingkat kepentingan kepada setiap faktor dengan kisaran nilai:

1 = tidak penting; 2 = kurang penting; 3 = penting;

4 = sangat penting.

Semakin besar tingkat kepentingan faktor kekuatan dan peluang maka nilainya akan semakin besar begitupun sebaliknya, semakin kecil nilai tingkat kepentingan faktor kelemahan dan ancaman maka nilai akan bernilai semakin kecil. Selanjutnya dilakukan pembobotan dengan menggunakan metode Paired Comparison atau perbandingan berpasangan. Pembobotan setiap variabel menggunakan skala 1, 2, 3 dan 4 dengan rincian sebagai berikut (David 2008):

1: jika indikator faktor horizontal kurang penting daripada indikator faktor vertikal;

2: jika indikator faktor horizontal sama penting dengan indikator faktor vertikal;

3: jika indikator faktor horizontal lebih penting daripada indikator faktor vertikal;

4: jika indikator faktor horizontal sangat penting daripada indikator faktor vertikal.

Bobot akhir setiap faktor diperoleh dengan menentukan nilai setiap faktor terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus (Kinnear & Taylor 1991):

ai =

Keterangan:

ai = bobot variabel ke-i xi = nilai variabel ke-1

i = 1, 2, 3, …., n

(29)

13 3) Penentuan peringkat (rating) faktor internal dan eksternal

Setelah memberi bobot pada masing-masing faktor dilakukan tahap selanjutnya yaitu perangkingan. Perhitungan bobot dan penentuan rating (perangkingan) selanjutnya disajikan dalam tabel untuk menyajikan skor akhir (Tabel 5 dan 6).

Tabel 5 Formulir matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Simbol Faktor Internal Bobot Peringkat Skor

Kekuatan (Strength)

S1 S2 Sn Kelemahan (Weakness)

W1 W2 Wn Total

Sumber: Rangkuti (1997)

Tabel 6 Formulir matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) Simbol Faktor Eksternal Bobot Peringkat Skor

Peluang (Opportunities)

O1 O2 On Ancaman (Threats)

T1 T2 Tn Total

Sumber: Rangkuti (1997)

Total skor pembobotan berkisar antara 1-4 dengan rata-rata 2.5. Jika total skor pembobotan IFE di bawah 2.5 maka dinyatakan faktor internal lemah, sedangkan jika total skor pembobotan IFE di atas 2.5 maka dinyatakan faktor internal kuat. Hal tersebut juga berlaku untuk total skor pembobotan EFE (David 2008). Selanjutnya skor yang didapat dari pembobotan rangking digunakan untuk mengetahui posisi desa pada kuadran tertentu yang dapat menyatakan kekuatan dan kelemahannya melalui matrik IE (Gambar 3). Posisi tersebut dijadikan sebagai acuan untuk menentukan dan menyusun strategi yang tepat untuk pengembangan kegiatan agrowisata di Desa Alamendah.

(30)

14

kuadran III, V, atau VII untuk strategi mempertahankan dan memelihara (Hold and Maintain), sedangkan pada kuadran VI, VIII, atau IX adalah untuk panen atau divetasi (Harvest and divest) (David 2008).

Sumber: David (2008)

Gambar 3 Matriks Internal-Eksternal (IE) 4) Penyusunan alternatif strategi

Alat yang digunakan untuk menyusun faktor-faktor yang telah diidentifikasi sebelumnya adalah matriks SWOT (Rangkuti 1997). Pada matriks ini faktor satu dihubungkan dengan faktor yang lain untuk menentukan alternatif pada tiap-tiap hubungan faktor. Penyusunan matriks ini minimal akan menghasilkan empat alternatif dengan memanfaatkan semua informasi yang telah didapat di dalam model kuantitatif perumusan strategi. Matriks SWOT menggambarkan peluang (opportunities) dan ancaman (threats) eksternal yang ada di Desa Alamendah yang disesuaikan dengan kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness) yang dimilikinya. Matriks SWOT dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4 Matriks SWOT 5) Perangkingan alternatif strategi

(31)

15 4. Sintesis

Pada proses sintesis, hasil analisis yang telah didapatkan diolah lebih lanjut dengan mempertimbangkan aspek-aspek lain yang membentuknya. Hasil sintesis berupa zonasi ruang di Desa Alamendah yang paling sesuai dan layak dikembangkan untuk kegiatan agrowisata sesuai dengan penilaian kriteria kelayakan kawasan agrowisata. Zona tersebut terbentuk berdasarkan penilaian terhadap aspek fisik, biofisik, sosial dan budaya masyarakat yang menjadi potensi dan kendala dalam pengembangan kegiatan agrowisata. Selain itu juga dihasilkan strategi dalam pengembangan agrowisata berdasarkan hasil penilaian SWOT dan keberlanjutan masyarakat, serta rencana pengembangan program kegiatan agrowisata dan fasilitas penunjang.

5. Pembuatan rekomendasi

Rekomendasi dibuat setelah melalui proses sintesis, yaitu didapatkan hasil akhir berupa peta zona dusun-dusun yang layak dan berpotensi dikembangkan untuk kegiatan agrowisata yang dilengkapi dengan objek-objek agrowisata utama dan pendukungnya. Selain itu akan dihasilkan program dan jadwal agrowisata yang dibentuk berdasarkan pertimbangan kalender pertanian yang dipadukan dengan waktu event lokal, serta rekomendasi rencana pengembangan objek penunjang agrowisata yang berpotensi untuk dikembangkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil inventarisasi di tapak maupun studi potensi didapatkan informasi terkait kondisi umum Desa Alamendah, karakter lanskap yang ditinjau dari aspek fisik, biofisik, sosial dan budaya, serta aspek agrowisata di Desa Alamendah.

Kondisi Umum

Secara Geografis, Desa Alamendah terletak pada 7o6’0”- 7o11’0” Lintang Selatan dan 107o 23’0” - 107o 27’0” Bujur Timur. Desa ini merupakan bagian dari Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung yang berbatasan dengan Desa Panundaan Kecamatan Ciwidey di sebelah Utara, Desa Sugihmukti Kecamatan Pasirjambu di sebelah Timur, Desa Patengan Kecamatan Rancabali di sebelah Selatan, dan Desa Lebakmuncang Kecamatan Ciwidey di sebelah Barat seperti yang diperlihatkan pada Gambar 5.

(32)

16

Gambar 5 Peta administrasi Desa Alamendah Aspek Fisik

Karakter lanskap Desa Alamendah yang terbentuk bercirikan lanskap pertanian yang terdiri dari aspek fisik yang menggambarkan kondisi desa secara fisik seperti penggunaan lahan, kondisi tanah, kemiringan lereng, iklim dan hidrologi.

Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di Desa Alamendah didominasi oleh tegalan dan ladang untuk komoditas sayur dan buah (Tabel 7). Komoditas tersebut antara lain daun bawang, stroberi, bawang putih, wortel, seledri, asparagus, dan lain-lain. Kolam yang ada di desa ini digunakan untuk memelihara ikan air tawar dan beberapa di antaranya memiliki luas yang cukup besar digunakan sebagai tempat memancing. Lahan lainnya digunakan sebagai fasilitas lainnya seperti kandang ternak, fasilitas umum, dan lainnya.

Tabel 7 Penggunaan lahan di Desa Alamendah

No. Jenis Penggunaan Lahan Luasan (Ha) Persentase (%)

1 Jalan 7.00 1.38

2 Tegalan dan ladang 448.44 88.71

3 Kolam 5.00 0.99

4 Pemukiman 35.00 6.92

5 Agrowisata Stroberi 1.56 0.30

6 Lain-lain 8.00 1.59

Jumlah 505.56 100

(33)

17 Lahan pertanian tersebut sangat mendukung untuk kegiatan wisata pertanian karena menjadi tempat utama kegiatan agrowisata ruangan terbuka dan sumber produksi hasil pertanian yang memiliki nilai jual. Selain itu, lahan pertanian yang ada jumlahnya cukup besar dan tersebar hampir di seluruh bagian desa sehingga membuat potensi untuk kegiatan agrowisatanya semakin tinggi.

Seiring dengan pertumbuhan penduduk, banyak lahan pertanian yang mulai beralih fungsi menjadi perkerasan yang digunakan untuk tempat tinggal, fasilitas umum, dan tempat usaha. Pengalihan fungsi lahan pertanian tersebut dilakukan oleh berbagai pihak seperti masyarakat, pemerintah desa, maupun pihak swasta dari luar desa dengan beragam motif. Hal ini dapat mengancam ketersediaan ruang alami untuk kegiatan pertanian dan agrowisata yang menjadi sektor utama di Desa Alamendah. Sehingga diperlukan pengawasan dan aturan yang mengatur hal tersebut agar ketersediaan lahan terbuka dapat dikontrol dengan baik.

Jenis Tanah

Desa Alamendah memiliki jenis tanah Asosiasi Andosol Coklat dan Regosol Coklat serta Kompleks Regosol Kelabu dan Litosol dengan ciri fisik berwarna coklat kemerahan dan bertekstur sedikit berpasir (Profil Desa Alamendah 2013) seperti yang ditunjukan oleh Gambar 6. Asosiasi Andosol Coklat dan Regosol coklat adalah dimana dalam suatu satuan peta tanah terdapat dua jenis tanah yaitu Andosol Coklat dan Regosol Coklat. Kondisi tersebut menggambarkan salah satu jenis tanah tidak ada yang mencapai jumlah 75%. Menurut Darmawijaya (1990), kompleks tanah Regosol Kelabu dan Litosol merupakan sekelompok tanah dari taksa yang berbeda, yang berbaur satu dengan lainnya dalam satuan deliniasi (satuan peta) tanpa memperlihatkan pola tertentu atau menunjukkan pola yang tidak beraturan. Tanah Andosol adalah tanah yang berwarna merah kelam, sangat jarang (very porous), mengandung bahan organik dan lempung tipe amorf terutama Alofan serta sedikit silika, alumina atau hidroxida-besi. Andosol memiliki pH 4.5-6 dengan bahan organik antara 8% sampai 30% pada horizon A1. Selain itu Andosol memiliki kandungan mineral

berupa fraksi debu dan pasir halus berupa gelas vulkanik, dengan mineral feromagnesium, serta fraksi lempung yang sebagian besarnya Alofan dan mengandung Halloysit. Tanah Andosol tergolong subur dan baik untuk pertanian karena kandungan bahan organiknya dan pH yang tidak terlalu masam.

(34)

18

(35)

19

Kemiringan Lereng

Lereng di desa ini cukup bervariasi mulai dari landai hingga sangat curam, seperti yang terlihat pada Gambar 7. Kemiringan lereng sebesar 8-15% yang menunjukkan lereng landai mendominasi di Desa Alamendah yang hampir tersebar di seluruh dusun, khususnya di dusun I, IV, dan V. Lereng landai mayoritas digunakan sebagai lahan pemukiman dan fasilitas umum yang sudah direkayasa dengan cut and fill. Kemiringan lereng sebesar >45% tidak cukup banyak di desa ini, di antaranya berada di Dusun II dan area hutan lindung milik Perhutani yang tidak digunakan untuk aktivitas umum termasuk kegiatan agrowisata. Mayoritas lahan untuk tegalan dan ladang sayur mayur berada pada kemiringan lereng 15-25% yang menunjukkan agak curam dan 25-45% menunjukkan curam. Tegalan dan ladang yang menjadi lokasi kegiatan agrowisata tersebut ditanami dengan berbagai komoditas sayuran dengan cara menanam langsung pada lahan dan menggunakan media tanah dalam wadah. Kemiringan agak curam dan curam yang bentuknya bervariasi menghasilkan pemandangan tersendiri dengan kesan alami dan asri.

Kemiringan lereng yang bervariasi dan nilai yang tinggi menimbulkan adanya resiko longsor di Desa Alamendah. Resiko bencana longsor yang membahayakan dapat dicegah dengan melakukan konservasi tanah dan air. Hal tersebut dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode mekanik dan vegetatif (Maharani 2009). Metode mekanik dapat dilakukan dengan cara menerapkan pola penanaman mengikuti kontur (berteras), perbaikan irigasi, serta drainase, sedangkan metode vegetatif dapat dilakukan dengan melakukan jenis penanaman tanaman yang bersifat menutupi tanah secara terus menerus atau dengan melakukan rotasi tanaman. Di Desa Alamendah kedua metode tersebut sudah mulai diaplikasikan namun dibutuhkan konsistensi dan totalitas dalam menerapkannya agar tetap terhindar dari resiko bencana longsor. Selain itu kegiatan agrowisata yang dilakukan sebaiknya berorientasi pada alam untuk menjaga konsistensi dalam menjaga kelestariannya.

Iklim

Iklim di Desa Alamendah yang diambil selama tiga tahun terakhir terlihat pada Tabel 8. Data yang didapat berupa rataan suhu, kelembaban dan curah hujan bulanan. Tercatat selama tahun 2011 hingga 2013, suhu rata-rata bulanan adalah 22oC, kelembaban rata-rata 88%, dan curah hujan rata-rata sebesar 292 mm (BMKG 2013). Kondisi tersebut membuat Desa Alamendah memiliki sepuluh bulan basah (curah hujan >100 mm) dan dua bulan kering (curah hujan < 60 mm) dari rataan tiga tahun terakhir. Berdasarkan rasio bulan kering terhadap bulan basah (Q) maka dapat diperoleh jenis iklim mikro Desa Alamendah, dengan rumus:

Q =

x 100%

(36)

20

(37)

21 Tabel 8 Data iklim Kecamatan Rancabali tahun 2011 - 2013

Bulan 2011 2012 2013

T RH CH T RH CH T RH CH

Jan - 84 162 19.8 84 331 20.4 85 596

Feb 24.9 81 212 20.1 84 461 20.0 83 493

Mar 25.1 84 295 20.2 83 414 - 82 465

Apr 27.7 86 529 20.6 87 462 20.9 85 644 Mei 24.4 88 273 20.6 86 315 20.7 85 445

Jun 24.5 83 77 20.1 84 15 20.4 84 207

Jul 24.1 83 19 19.6 82 11 19.5 83 327

Ags 24.9 78 36 19.8 76 5 19.9 77 29

Sep 25.5 77 3 20.6 72 32 19.7 75 38

Okt 26.4 80 138 21.5 73 175 21.2 74 133 Nop 24.3 88 587 21.0 81 601 20.7 77 265

Des - 84 622 20.9 83 608 20.2 84 519

Rataan 20.98 83 246.08 20.4 81.25 285.83 21.15 81.17 346.75 Sumber: BMKG (2013)

Keterangan: T = Suhu (oC)

RH = Kelembaban (%) CH = Curah Hujan (mm) (-) = Data tidak ada

Tingkat kenyamanan untuk pengunjung Desa Alamendah didapatkan dengan mencari batas toleransi manusia terhadap suhu dan kelembapan. Hal ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus THI (Thermal Humidity Index) yaitu:

THI = 0,8T + (RH x T/500)

Nilai THI akan menunjukkan kondisi yang nyaman apabila kurang dari 27 (THI<27). Nilai THI Desa Alamendah setiap bulannya pada tahun 2011-2013 diperlihatkan oleh Tabel 9. Berdasarkan Tabel 9, diperoleh nilai rataan THI Desa Alamendah adalah 20.36 yang menunjukkan desa ini nyaman, terutama untuk kegiatan agrowisata.

Tabel 9 Thermal Humidity Index Desa Alamendah tahun 2011-2013

THI Rataan Bulan

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des 19.5 20.9 14.6 22.4 21.3 20.9 20.3 20.5 20.8 21.9 21.2 19.8

Hidrologi

Sistem hidrologi yang ada di Desa Alamendah bersumber dari mata air pegunungan, sumur galian, dan PAM yang digunakan untuk kebutuhan sehari-sehari, lahan pertanian serta kebutuhan budidaya ternak dan ikan. Sistem pengairan di lahan pertanian didominasi oleh jenis irigasi pedesaan, yaitu berbentuk parit-parit yang dibuat dari sumber-sumber air. Parit-parit tersebut biasanya dilengkapi oleh pipa dan selang untuk menyebarkan air di lahan pertanian. Selain irigasi pedesaan, terdapat irigasi teknis di RW 5 atau Cibodas. Irigasi teknis tersebut berupa pintu pengatur air yang memanfaatkan Sungai Sulipeng.

(38)

22

Sungai Panandaan dan Sulipeng (Gambar 8). Sungai-sungai tersebut berada pada aliran DAS Citarum dengan Sub DAS Ciwidey (BPS Kab. Bandung 2013). Mayoritas warga menggunakan sumber air yang disalurkan dengan menggunakan pipa dan selang, hanya sedikit yang menggunakan PAM yaitu seperti pemilik hotel dan villa.

(a) (b)

Gambar 8 Sungai di Desa Alamendah (a) Panandaan (b) Sulipeng

Di desa ini, air sangat melimpah dengan kualitas baik karena berasal langsung dari pegunungan, namun hal ini tidak sepenuhnya digunakan dengan bijak oleh sebagian masyarakat. Mereka menyadari kelimpahan air tersebut sehingga cenderung menyepelekan ketersedian air yang ada. Hal tersebut ditunjukkan dengan tidak menggunakan kran pengatur air pada kamar mandi, melainkan hanya pipa atau selang yang selalu mengalirkan air setiap waktunya. Air yang selalu keluar menjadi terbuang saat tengah tidak digunakan hingga dalam jumlah yang besar. Penggunaan air seperti ini dapat mempengaruhi kepedulian pada sumber daya di desa dan sebaiknya segera dilakukan pembenahan mulai dari pemakaian kran pengatur air.

Aspek Biofisik

Aspek biofisik yang dibahas dalam penelitian ini adalah vegetasi dan satwa. Vegetasi di Desa Alamendah didominasi oleh jenis sayuran yang berpotensi menjadi komoditas utama pada kegiatan agrowisata, sedangkan satwa yang berpotensi untuk agrowisata adalah hewan ternak.

Vegetasi

Jenis vegetasi yang ada di Desa Alamendah dibedakan menjadi tiga, yaitu: tanaman pangan, tanaman hias, dan tanaman obat.

1) Tanaman Pangan

Tanaman pangan dibedakan kembali menjadi dua, yaitu tanaman sayur dan tanaman buah, seperti yang ditunjukkan oleh Tabel 10.

Tabel 10 Tanaman sayuran dan buah-buahan

No Nama Lokal Nama Ilmiah

Tanaman Sayur

1 Buncis Phaseolus vulgaris L

2 Kentang Solanum tuberosum L.

3 Sawi Brassica rapa var. parachinensis

4 Wortel Daucus carota L.

5 Kubis Brassica oleracea

6 Selada Lactuca sativa

(39)

23 Tabel 10 Tanaman sayuran dan buah-buahan (lanjutan)

No Nama Lokal Nama Ilmiah

8 Bakung Allium fistulosum L

9 Bawang Putih Allium sativum L.

10 Cabai Capsicum annum

11 Asparagus Asparague speciosa

12 Jagung Zea mays

Tanaman Buah

1 Stroberi Fragaria ananassa

2 Alpukat Persea gratissima Gaerin

3 Tomat Solanum lycopersicum L.

4 Pisang Musa paradisiaca

5 Jambu biji Psidium guajava

6 Jambu monyet Anacardium occidentale

2) Tanaman Hias

Tanaman hias yang ada cukup beragam jenisnya biasanya ditemukan di lahan pekarangan dan ruang-ruang terbuka. Jenis-jenis tanaman hias di Desa Alamendah ditunjukkan oleh Tabel 11.

Tabel 11 Tanaman hias

No. Nama Lokal Nama Ilmiah

1 Bunga Bokor Hydrangea macrophylla

2 Mawar Rosa chinensis jacq

3 Puring Codiaeum variegatum

4 Hanjuang Cordyline fruticosa

5 Ruellia Ruellia malacosperma

6 Bunga Sepatu Hibiscus rosa-sinensis L.

7 Pucuk Merah Syzygium oleina

8 Anggrek bulan Phalaenopsis amabilis

9 Kecubung Brugmansia suaveolens

10 Teh-tehan Acalypha macrophylla

11 Bunga Lolipop Pachystachys lutea

12 Duranta Duranta erecta

13 Pakis giwang Euphorbia milii

14 Cemara Kipas Casuarina equisetifolia

15 Drasena Dracaena laureiri

Dracaena reflexa ‘Variegata’

16 Sikas Cycas revolute

17 Lili Paris Clorophytum comosum

18 Kacapiring Gardenia Jasminoides.

19 Lidah mertua Sansevieria trifasciata Laurentii

3) Tanaman Obat

(40)

24

agrowisata secara optimal. Begitu pula dengan tanaman hias yang tidak menjadi andalan agrowisata Desa Alamendah, tanaman hias hanya digunakan sebagai penghias rumah yang ada dalam jumlah kecil. Vegetasi jenis tanaman perkebunan dan kehutanan pun belum dioptimalkan menjadi objek agrowisata.

Tabel 12 Tanaman obat

No Nama Lokal Nama Ilmiah

1 Jahe Zingiber officinale

2 Kunyit Curcuma oomestica

3 Lengkuas Alpinia galanga

4 Kumis Kucing Orthosiphon spicatus

5 Kayu Manis Cinnamomum zeylanicum

6 Sambiloto Andrographis paniculata nees

7 Daun Dewa Gynura procumbens back

8 Mahkota Dewa Phaleria macrocarpa

9 Daun Sirih Piper betle

Selain stroberi, vegetasi lain juga sangat berpotensi untuk dijadikan objek agrowisata, khususnya jenis tanaman sayuran yang jumlahnya melimpah di desa, seperti daun bawang, bawang putih dan seledri. Kegiatan agrowisata yang dapat dilakukan dengan komoditas tersebut cukup beragam mulai dari keliling lahan pertanian, ikut mengolah lahan, menanam dan memanen beberapa komoditas sayuran, hingga pengemasan sayuran yang akan dipasok ke pasar atau supermarket. Masyarakat dapat memanfaatkan dan mengembangkan potensi tersebut selain terfokus pada komoditas stroberi. Satwa

Jenis satwa yang ada di Desa Alamendah dibedakan menjadi satwa liar dan dilindungi serta hewan domestik yaitu hewan ternak, seperti yang diperlihatkan oleh Tabel 12. Hewan-hewan ini beberapa diantaranya ditempatkan pada sebuah tempat penangkaran hewan yang mencakup sebagai tempat rehabilitasi yang difokuskan pada hewan primata. Hewan ini menjadi objek wisata konservasi dan edukasi di Penangkaran Primata Jawa.

Tabel 13 Satwa primata di Desa Alamendah

No Nama Lokal Nama Ilmiah

Satwa liar dan dilindungi

1 Owa Jawa Hylobates moloch

2 Surili Jawa Presbytis comata

3 Lutung Trachypithecus auratus

(41)

25 Tabel 14 Hewan Ternak

No Nama Lokal Nama Ilmiah

Hewan Ternak Darat

1 Sapi perah Bos primigenius

2 Sapi pedaging/potong Bos taurus

2 Kerbau Bubalus bubalis

3 Kambing Capra aegagrus hircus

4 Domba Bubalus bubalis

5 Ayam Kampung Gallus bankiva

6 Ayam Negeri Gallus domesticus

7 Itik Anas plathyryncos

8 Angsa Cygnus olor

9 Kelinci Oryctolagus cuniculus

Hewan Ternak Air Tawar

1 Ikan Mas Cypinus carpio

2 Ikan Mujair Oreochromis mossambicus

3 Ikan Lele Clarias batrachus

4 Ikan Bawal Pampus argentus

5 Ikan Nila Oreochomis niloticus

6 Ikan Nilem Osteocilus hasselti

7 Ikan Koi Cyprinus caprio

ternakan dan perikanan. Selain itu hasil produksi yang berasal dari ternak dapat dikembangkan menjadi oleh-oleh atau komoditas lokal dari Alamendah, contohnya susu sapi dan olahannya atau jenis ikan air tawar tertentu. Satwa liar yang hidup di kawasan konservasi dimanfaatkan untuk wisata konservasi dan edukasi di penangkaran dan dapat menjadi wisata pendukung agrowisata.

Aspek Sosial dan Budaya

Karakter sosial budaya masyarakat diketahui melalui data dermografi desa yang ditunjang dengan persepsi dan preferensi pengunjung serta masyarakat Desa Alamendah, kelembagaan yang berkembang di tingkat desa dan masyarakat, serta penilaian keberlanjutan masyarakat.

Kependudukan

Penduduk Desa Alamendah berjumlah 22 673 jiwa dengan jumlah laki-laki sebanyak 11 427 jiwa dan perempuan sebanyak 11 246 jiwa, serta kepala keluarga sebanyak 7068 jiwa (Profil Desa Alamendah 2013). Tingkat pendidikan penduduk Desa Alamendah didominasi oleh warga yang tamat SD atau sederajat, seperti yang ditunjukkan oleh Tabel 15. Fasilitas untuk menunjang kegiatan pendidikan

Tabel 15 Tingkat pendidikan masyarakat Desa Alamendah

No. Tingkat Pendidikan Laki-Laki

(orang)

Perempuan (orang)

1 Usia 3-6 tahun belum masuk TK 345 325

2 Usia 3-6 tahun sedang TK/Playgroup 400 375

3 Usia 7-18 tahun tidak pernah sekolah 175 155

4 Usia 7-18 tahun yang sedang sekolah 97 115

5 Usia 18-56 tahun tidak pernah sekolah 75 65

(42)

26

Tabel 15 Tingkat pendidikan masyarakat Desa Alamendah (lanjutan)

No. Tingkat Pendidikan Laki-Laki

(orang)

10 Tamat SMP/sederajat 1753 1517

11 Tamat SMA/sederajat 1160 1219

12 Tamat D1/sederajat 56 72

13 Tamat D2/sederajat 62 31

14 Tamat D3/sederajat 45 21

15 Tamat S1/sederajat 21 17

beberapa di antaranya terdapat di Desa Alamendah, antara lain seperti gedung sekolah untuk tingkat SD, SMP, dan SMA (Tabel 16).

Tabel 16 Fasilitas pendidikan di Desa Alamendah

No. Sarana Jumlah (Unit)

1 Gedung SD 1

2 Gedung SMP 2

3 Gedung SMA 9

4 Gedung TK 2

5 Gedung Lembaga Pendidikan Agama 4

6 Perpustakaan Desa 1

Tingkat pendidikan penduduk Desa Alamendah yang cukup beragam berdampak pada keragaman mata pencahariannya. Petani dan buruh tani merupakan profesi yang mendominasi di kalangan masyarakat Alamendah, seperti yang terlihat pada Tabel 17 (Profil Desa Alamendah 2013).

Tabel 17 Mata pencaharian penduduk Desa Alamendah

No. Jenis Pekerjaan Laki-laki

(orang)

5 Pengrajin industri rumah tangga 65 72

(43)

27 Sebanyak 77.5% penduduk bekerja di bidang pertanian seperti petani, buruh tani, dan peternak. Hal tersebut menunjukkan potensi besar bagi pengembangan agrowisata. Mereka dapat menjadi pelaku agrowisata dengan berperan sebagai penyedia atraksi dan melayani pengunjung. Selain itu, para petani maupun buruh tani bisa membuka usaha kecil seperti menjual atau memasok hasil pertanian yang diolah menjadi bentuk panganan lain. Contohnya seperti menjual olahan stroberi dan sayuran serta memasok susu hasil memerah sapi kepada KUD setempat. Dengan pemberdayaan masyarakat setempat sebagai pelaku agrowisata dapat menjadi keuntungan tersendiri karena dapat menjadi sumber pendapatan baru dan menciptakan kegiatan agrowisata mandiri.

Sementara itu, sebanyak 22 661 penduduk atau 99.94% penduduk Desa Alamendah menganut agama Islam. Hanya lima orang penduduk yang menganut agama Katolik dan tujuh orang penduduk yang menganut Kepercayan Kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal tersebut menunjukkan agama Islam menjadi mayoritas di Desa Alamendah dan membuat banyaknya jumlah masjid dan surau. Jumlah masjid adalah sebanyak 38 unit dan surau sebanyak 67 unit yang tersebar di seluruh desa. Fasilitas rumah ibadah tersebut dapat menjadi fasilitas pendukung agrowisata karena letaknya yang cukup tersebar di desa sehingga dapat memudahkan pengunjung.

Kelembagaan

Kelembagaan yang ada di Desa Alamendah terbagi atas kelembagaan pemerintahan, kemasyarakatan, ekonomi, pendidikan, dan keamanan. Kelembangaan pemerintah dijalankan oleh para Aparat Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Aparat Desa Alamendah berjumlah total 26 dengan jumlah perangkat desa 13 orang dan sembilan orang staff desa dengan susunan seperti pada Tabel 18. Sedangkan Badan Permusyawaratan Desa memiliki total sebelas orang pengurus seperti pada Tabel 19.

Tabel 18 Susunan aparat Desa Alamendah

No. Jabatan Nama

1 Kepala Desa Awan Rukmawan

2 Sekretaris Desa Rasman Priyatna

3 Kepala Urusan Keuangan Nicko Armando

4 Staff Urusan Keuangan Usep Cahria

5 Kepala Urusan Umum Somantri

6 Staff Urusan Umum Nandang S

7 Kepala Seksi Pemerintahan Ade Taryo

8 Kepala Seksi Kesejahteraan Rakyat Didan

9 Kepala Seksi Ekonomi dan Pembangunan Hisyam

10 Kepala Seksi Ketentraman dan Ketertiban Didi Adi Wijaya

11 Kepala Dusun I Lanlan Herdiana

12 Kepala Dusun II Koswara

13 Kepala Dusun III Usep Tatang S

14 Kepala Dusun IV Agus Tina

(44)

28

Tabel 19 Susunan pengurus Badan Permusyawaratan Desa

No. Jabatan Nama

1 Ketua Pendi Eko Mardiana

2 Wakil Ketua Ade Wawan

3 Sekretaris Deni

4 Anggota Cep Eli Suandi

Usep Ajat Ai Hartati Dasep Sukandar Dedi Suwandi Koestiwa

H. Ayi Tardi Sutisna Yusep Ruswendi

Selain kelembagaan pemerintah, terdapat kelembagaan kemasyarakatan seperti Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) yang memiliki pengurus berjumlah tujuh orang. LPMD memiliki ruang lingkup kegiatan yaitu menjadi pelaksana teknis pembangunan. Ada pula lembaga kemasyarakatan desa lainnya seperti PKK, Rukun Warga (RW), Rukun Tetangga (RT), Karang Taruna, Badan Usaha Milik Desa (Bumdes), Organisasi Keagamaan, Lembaga Pemberdayaan Pemuda, Kelompok Wanita Tani, Lembaga Swadaya Masyarakat, Lembaga Masyarakat Desa Hutan, Yayasan Pondok Pesantren, dan Yayasan Pendidikan. Lembaga-lembaga tersebut sampai saat ini berstatus aktif melaksanakan kegiatannya masing-masing.

Kelembagaan aktif lainnya adalah kelembagaan ekonomi yang terdiri dari Unit Usaha Desa, Jasa Lembaga Keuangan, Industri Kecil dan Menengah, Usaha Jasa Pengangkutan, Kelompok Tani, Usaha Jasa dan Perdagangan, Usaha Jasa Hiburan, Usaha Jasa Gas, Listrik, BBM, dan Air, Usaha Jasa Keterampilan, dan Usaha Jasa Penginapan. Selain itu kelembagaan lainnya adalah lembaga pendidikan yang meliputi pendidikan formal, formal keagamaan, dan non-formal. Lembaga pendidikan formal terdiri dari playgroup, TK, SD/sederajat dan SMP. Lembaga pendidikan formal keagamaan meliputi Sekolah Islam seperti Raudhatul Athfal, Ibtidayah, Tsanawiyah, Aliyah dan Pondok Pesantren, sedangkan pendidikan non-formal meliputi kursus komputer yang berjumlah satu kursus.

Kelembagaan lainnya adalah lembaga keamanan yang meliputi Perlindungan Masyarakat (Linmas) yang memiliki total anggota sebanyak 101 orang. Selain itu, Desa Alamendah pun bekerja sama dengan TNI-POLRI dalam Bidang Trantib dan Linmas, dengan jumlah anggota mitra Koramil/TNI lima orang dan anggota Bintara Pembinaan dan Keamanan Ketertiban Masyarakat (Babinkamtibmas)/POLRI sebanyak lima orang.

(45)

bagian-29 bagian tersebut belum sepenuhnya terisi oleh pengurusnya, beberapa bagian masih dijalankan secara kondisional.

Tabel 20 Susunan pengurus Dawala

No. Jabatan Nama

1 Ketua Kuswana Hanif Saputra

2 Wakil Ketua Adang

3 Sekretaris Tatang Suwandi

4 Bendahara Salman

5 Anggota H. Hendy

Asep Suriyatna Herman Udin Hendrik Yadi Supriyadi Iyus Kustiyan Deni Ruhiyat Irman

Hj. Teti Minarti

Kelembagaan-kelembagaan tersebut memiliki perannya masing-masing dalam kegiatan agrowisata di desa. Khususnya kelembagaan Kelompok Tani dan Dawala yang berperan dalam bidang pertanian dan pengelolaan pariwisata desa. Kerja sama antar kelembagaan untuk kegiatan agrowisata saat ini belum terjalin dengan erat serta belum ada pembagian peran yang jelas antar kelembagaan. Sebaiknya setiap kelembagaan menjalin kerja sama dan merumuskan peran masing-masing untuk menciptakan kondisi yang mendukung untuk kegiatan agrowisata di Desa Alamendah. Selain itu diperlukan koordinasi yang dikontrol secara rutin untuk mengantisipasi segala kemungkinan yang ada antar semua pihak terkait.

Seni dan Kebudayaan

Desa Alamendah memiliki beberapa kebudayaan lokal yang cukup beragam baik itu berbentuk kesenian, festival, maupun ritual. Pada bidang kesenian, alat-alat kesenian Sunda cukup berkembang di Desa Alamendah. Kesenian tersebut terdiri dari alat-alat musik seperti karinding, angklung, calung, kecapi suling dan bentuk kesenian lain seperti tari jaipong, reog (jenaka), pencak silat, wayang golek, serta kesenian yang dipadukan dengan unsur agama seperti pupuh, nasyid, dan pupujian. Kesenian-kesenian tersebut cukup dikenal dan berkembang di desa. Di RW 18 atau Legokkondang terdapat pusat pelatihan (sanggar) untuk anak-anak yang bermain alat musik seperti karinding, calung, dan pencak silat (Gambar 9a). Anak-anak tersebut biasanya menampilkan pertunjukan seni saat acara-acara tertentu.

Gambar

Gambar 5  Peta administrasi Desa Alamendah
Gambar 6  Peta jenis tanah Desa Alamendah
Gambar 7  Peta kemiringan lereng Desa Alamendah
Tabel 15  Tingkat pendidikan masyarakat Desa Alamendah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis akses masyarakat terhadap tanah di desa perkebunan, menganalisis bentuk strategi nafkah yang diterapkan oleh

Berdasarkan hasil analisis kesesuaian dan kelayakan agrowisata (KKA), diketahui bahwa Desa Sukaluyu berpotensi untuk agrowisata selain tiga desa lainnya yang telah ditunjuk

cokelat pada mahkota bunga stroberi, bercak cokelat pada tangkai sari, bercak cokelat pada pangkal kelopak bunga, burik disekitar biji pada buah (tanda panah 1) dan

A: bercak cokelat pada mahkota bunga stroberi; B: bercak cokelat pada tangkai sari; C: bercak cokelat pada pangkal kelopak bunga; D: burik disekitar biji pada buah muda (1) dan

Hasil analisis ANP menunjukkan bahwa alternatif strategi prioritas utama dalam pengembangan Agrowisata di Desa Cibodas yang diperoleh adalah strategi melakukan promosi

Mengingat jagung merupakan komoditas yang potensi permintaan cukup tinggi, dan merupakan komoditas unggulan yang di kembangkan di Desa Katulungan, oleh karena itu

Usaha peternakan sapi potong bagi masyarakat di Desa Bontolempangan khususnya petani peternak bukanlah suatu hal yang baru, sebab wilayah tersebut memiliki potensi yang cukup

3.4 Potensi Pengembangan Agrowisata di Kawasan Subak Desa Baha Hasil studi menunjukkan bahwa kawasan subak di Desa Baha memiliki potensi yang tidak besar untuk dikembangkan sebagai