• Tidak ada hasil yang ditemukan

Frankliniella intonsa (Trybom) pada Tanaman Stroberi (Fragaria spp.) di Desa Alamendah - Rancabali Kabupaten Bandung, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Frankliniella intonsa (Trybom) pada Tanaman Stroberi (Fragaria spp.) di Desa Alamendah - Rancabali Kabupaten Bandung, Jawa Barat"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

Frankliniella intonsa (Trybom) PADA TANAMAN STROBERI

(Fragaria spp.) DI DESA ALAMENDAH

RANCABALI

KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT

CIPTADI ACHMAD YUSUP

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

CIPTADI ACHMAD YUSUP. Frankliniella intonsa (Trybom) pada Tanaman Stroberi (Fragaria spp.) di Desa Alamendah - Rancabali Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Dibimbing oleh DEWI SARTIAMI.

Trips (Thysanoptera) merupakan hama penting pada tanaman hias, hortikultura, tanaman buah, dan sayuran. Stroberi (Fragaria spp.) merupakan tanaman buah penting di dunia. Walaupun termasuk tanaman buah baru yang masuk ke Indonesia, stroberi dengan cepat berkembang karena permintaannya terus bertambah. Trips merupakan salah satu hama yang menyerang tanaman stroberi dan dapat mengurangi kualitas serta kuantitas produksi stroberi. Lahan yang digunakan untuk penelitian ini berlokasi di Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali. Penelitian ini dilaksanakan dari Maret sampai Agustus 2012. Trips yang menyerang tanaman stroberi di Desa Alamendah adalah spesies

Frankliniella intonsa (Trybom). Trips lain yang ditemukan pada tanaman di sekitar tanaman stroberi yaitu Thrips palmi dan Microcephalothrips abdominalis. Kedua trips ini ditemukan pada tanaman tomat, kentang, bawang daun,

blackberry, gulma Amaranthus sp. dan Ageratum haustonianum. Seluruh stadia pertumbuhan F. intonsa berada pada bunga stroberi. Kerapatan populasi F. intonsa di lahan stroberi di Desa Alamendah berkisar dari 1.8 sampai 2.3 ekor imago/bunga. Luas serangan F. intonsa di lahan stroberi berkisar antara 68.4% sampai 82.2%. Panjang tubuh, panjang antena, panjang abdomen, panjang sayap, lebar kepala, dan lebar toraks rata-rata F. intonsa berturut-turut adalah 1.45 mm, 0.26 mm, 0.94 mm, 0.78 mm, 0.17 mm, dan 0.29 mm. Gejala serangan F. intonsa

diamati dengan masukan 10 ekor imago F. intonsa ke dalam kurungan yang berisi bunga stroberi. Gejala serangan F. intonsa adalah bercak cokelat pada mahkota bunga, bercak nekrotik pada tangkai sari dan pangkal kelopak bunga, biji hitam, dan burik disekitar biji buah stroberi muda. Buah stroberi hasil panen mengalami malformasi pada bagian ujung buah sebesar 43.3% dan 73.3% buah sampel mengalami bijiyang menghitam.

(3)

Frankliniella intonsa (Trybom) PADA TANAMAN STROBERI

(Fragaria spp.) DI DESA ALAMENDAH

RANCABALI

KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT

CIPTADI ACHMAD YUSUP

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(4)

Judul Penelitian : Frankliniella intonsa (Trybom) pada Tanaman Stroberi (Fragaria spp.) di Desa Alamendah – Rancabali Kabupaten Bandung, Jawa Barat

Nama Mahasiswa : Ciptadi Achmad Yusup NRP : A34080097

Disetujui,

Dosen Pembimbing

Dra. Dewi Sartiami, M.Si NIP. 19641204 199103 2 001

Diketahui,

Ketua Departemen Proteksi Tanaman

Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, M.Si NIP. 19650621 198910 2 001

(5)

iv

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung, Jawa Barat pada tanggal 13 Agustus 1990 sebagai putra bungsu dari pasangan Bapak Endang Priatna dan Ibu Yuyu Yulianingsih. Penulis memiliki seorang kakak perempuan bernama Krisna Primanti.

Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar hingga sekolah menengah atas di Kabupaten Bandung. Pada tahun 2008 penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Soreang. Tahun 2008 juga penulis diterima di Departemen Proteksi Tanaman, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN.

Selama menjalani pendidikan di IPB, pada tahun 2008-2012 penulis aktif sebagai pengurus di Unit Kegiatan Mahasiswa Bola Voli. Tahun 2010 penulis menjadi asisten praktikum pada mata kuliah Biologi Patogen Tumbuhan.

(6)

Puji dan syukur senantiasa dipanjatkan ke hadirat Allah Subhanahuwata’ala,

karena atas izin-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan sebaik-baiknya. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2012 sampai dengan Juni 2012 di Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung.

Dengan penuh rasa hormat, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dra. Dewi Sartiami, MSi sebagai dosen pembimbing yang selalu memberi bimbingan, arahan, bantuan, fasilitas, motivasi, kritik, serta saran dari mulai persiapan penelitian hingga penulisan skripsi ini selesai. Terima kasih juga penulis tujukan kepada Dr. Ir. Widodo, MS selaku dosen pembimbing akademik; Dr. Ir. Suryo Wiyono, M.Sc.Agr selaku dosen penguji tamu; seluruh staf pengajar di Departemen Proteksi Tanaman dan Tingkat Persiapan Bersama atas ilmu yang diberikan selama penulis menuntut ilmu di Institut Pertanian Bogor; kepada Ibu Aisyah dan teman-teman yang banyak membantu dan memberi motivasi bagi penulis di Laboratorium Biosistematika Serangga, Departemen Proteksi Tanaman. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada keluarga besar Bapak H. Dede dan Kang Gugun yang telah memberikan izin menggunakan lahan stroberinya dan berbagi ilmu tentang budidaya stroberi; kepada Fiqi Syaripah dan Bustanul Arifin N. yang telah membantu di laboratorium; kepada Rosi Rosidah Jajili yang telah memberi motivasi dan semangat; serta kepada teman-teman Departemen Proteksi Tanaman angkatan 44, 45, dan 46 yang telah memberikan bantuan, dukungan, kebersamaan, dan persahabatan yang indah.

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada ayahanda Endang Priatna dan ibunda Yuyu Yulianingsih, atas pengorbanan, doa, dan cinta kasih yang tulus; kepada kakak Krisna Primanti yang telah mendukung dan memberi motivasi kepada penulis hingga penelitian ini berakhir. Serta kepada seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu perlindungan tanaman.

Bogor, Agustus 2011

(7)

DAFTAR ISI

Klasifikasi Ordo Thysanoptera ... 6

Subordo Terebrantia ... 6

Tanaman Stroberi ... 7

Sejarah dan Botani Stroberi ... 7

Cara Perkembangbiakan Stroberi... 7

Daerah Sentra Stroberi ... 8

Kandungan Nutrisi Stroberi ... 8

BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN ... 9

Lokasi dan Waktu Penelitian ... 9

Bahan dan Alat ... 9

Metode ... 9

Penentuan Lahan Pengamatan ... 9

Pengamatan Keanekaragaman Spesies Trips di Pertanaman Stroberi 9 Pengukuran Bagian Tubuh Trips ... 10

Pengamatan Keberadaan Fase Perkembangan Frankliniella intonsa 11

Pengamatan Kerapatan Populasi dan Luas Serangan F. intonsa ... 11

Pengamatan Gejala Kerusakan Serangan F. intonsa ... 12

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 13

Keadaan Umum Lahan Pertanaman Stroberi ... 13

Trips pada Tanaman Stroberi ... 15

Ukuran Tubuh F. intonsa ... 17

Keberadaan Fase Perkembangan F. intonsa ... 18

Kerapatan Populasi dan Luas Serangan F. intonsa ... 19

Gejala Kerusakan Serangan F. intonsa pada Bunga dan Buah Stroberi ... 21

Keanekaragaman Trips di Sekitar Tanaman Stroberi ... 27

KESIMPULAN DAN SARAN ... 31

Kesimpulan ... 31

Saran ... 31

DAFTAR PUSTAKA ... 32

(8)

No. Halaman

1. Ukuran bagian tubuh F. intonsa pada tanaman stroberi di Desa

Alamendah, Kecamatan Rancabali... ... 17 2. Rataan kerapatan populasi dan luas serangan trips F. intonsa ... 19 3. Gejala kerusakan akibat serangan F. intonsa pada bunga dan buah

stroberi ... 23 4. Keanekaragaman trips pada tanaman di sekitar tanaman stroberi ... 28

(9)

viii

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Diagram bagian tubuh trips yang diukur... 10 2. Denah lokasi lahan pertanaman stroberi di Desa Alamendah,

Kecamatan Rancabali... 14 3. Sistem pertanaman tumpang sari stroberi dengan bawang daun di

Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali... 15 4. Trips yang menyerang tanaman stroberi di Desa Alamendah,

Kecamatan Rancabali: trips F. intonsa pada bunga stroberi, F.

intonsa dalam awetan preparat mikroskop ... 15 5. Bagian tubuh F. intonsa: kepala dengan seta oseli 1 (tanda panah),

metanotum tanpa campaniform sensilla (tanda panah), antena 8

ruas, sayap, abdomen 11 ruas... 18

hujan Kecamatan Rancabali bulan Mei 2012 ... 21 8. Persiapan evaluasi gejala serangan F. intonsa pada bunga stroberi:

bunga yang dijadikan sampel, bunga stroberi di dalam kurungan

plastik berkasa ... 22 9. Kondisi bunga stroberi sebelum diserang trips: bunga stroberi

dengan kantung serbuk sari yang belum pecah, bunga stroberi

dengan kantung serbuk sari yang sudah pecah ... 23 10. Gejala serangan F. intonsa pada bunga dan buah stroberi: bercak

cokelat pada mahkota bunga stroberi, bercak cokelat pada tangkai sari, bercak cokelat pada pangkal kelopak bunga, burik disekitar biji pada buah (tanda panah 1) dan biji stroberi hitam (tanda panah 2), malformasi yang terjadi pada ujung buah (tanda panah 1) dan

tanaman bawang daun, tanaman tomat, tanaman kentang, tanaman

blackberry, A. haustonianum, Amaranthus sp. ... 28 12. Thrips palmi dan Microcephalothrips abdominalis dalam awetan

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Taksonomi tanaman stroberi... ... 36 2. Syarat tumbuh tanaman stroberi ... 36 3. Kandungan nutrisi buah stroberi per 100 gram ... 37 4. Kondisi lahan pertanaman stroberi di Desa Alamendah, Kecamatan

Rancabali, Kabupaten Bandung: lahan I, lahan II, dan lahan III ... 37 5. Kondisi lahan pertanaman stroberi di desa Alamendah, Kecamatan

Rancabali, Kabupaten Bandung: lahan kentang yang membatasi

lahan I dan II, lahan tomat yang membatasi lahan I ... 38 6. Data ukuran tubuh F. intonsa ... 38 7. Diagram perkembangan bunga stroberi dari mulai bunga hingga

menjadi buah... 40 8. Hasil panen buah sampel dan kontrol pengamatan kerusakan oleh

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Trips merupakan serangga yang memiliki tubuh ramping dengan panjang tubuh beberapa milimeter. Sebagian besar trips memiliki sayap menyerupai pita dengan tepi sayap memiliki rambut yang panjang. Rambut yang panjang inilah asal mula nama ordo Thysanoptera. Trips tersebar diseluruh dunia dengan spesies terbanyak berasal dari daerah tropis. Sebagian besar trips menggunakan alat mulut dengan cara memarut-mengisap pada bunga dan daun tanaman atau pada cendawan, dan sebagian kecil merupakan predator dan pengurai (Lewis 1997).

Akibat serangan trips, jaringan tanaman menjadi kering sehingga menimbulkan gejala keperakan. Gejala pada bunga berupa bintik-bintik putih atau kadang berupa bercak berwarna merah yang muncul juga di permukaan daun. Pada kondisi seperti itu hasil panen akan rusak dan tidak layak untuk dipasarkan (Mound dan Kibby 1998).

Status trips sebagai hama berbeda antar tanaman yang diserangnya tergantung jenis tanaman yang diserang dan lokasi geografisnya. Beberapa tanaman terserang oleh trips yang sama di belahan dunia lain yang memiliki jarak yang jauh. Kondisi serangan langsung pada daun, bunga, dan buah disebabkan karena trips menghisap isi sel bagian-bagian tanaman tadi lebih berbahaya pada saat musim kering karena tanaman menjadi lebih cepat kehilangan kelembaban (Lewis 1997). Trips menjadi hama penting terutama jika menyerang tanaman yang memiliki nilai ekonomi tinggi seperti tanaman hias, hortikultura, tanaman buah, dan sayuran (Mound dan Kibby 1998).

(12)

Hama trips menjadi masalah serius pada budidaya tanaman stroberi terutama di negara beriklim subtropis dan sedang. Akibat serangan trips ini kuantitas dan kualitas produksi buah stroberi menurun (Parker et al. 2004). Stroberi (Fragaria spp.) telah menjadi komoditas buah penting di dunia. Persebaran stroberi cepat ke seluruh dunia dan permintaan akan buah stroberi segar terus bertambah setiap tahunnya.

Trips yang menyerang stroberi di negara beriklim subtropis dan sedang diidentifikasi sebagai Frankliniella occidentalis (Pergande) (Thysanoptera: Thripidae). Serangan F. occidentalis pada tanaman stroberi dapat menyebabkan buah menjadi kusam atau kecokelatan, kecil, dan lusuh karena aktivitas makan trips selama bunga mekar dan saat pembentukan buah. Trips juga dapat mengakibatkan biji stroberi menjadi seperti berkarat dan perkembangan buah yang tidak merata. Keberadaan trips pada tanaman stroberi sering diabaikan karena ukurannya yang relatif kecil dan lebih memilih menyerang bagian yang tertutupi seperti bagian di bawah kelopak bunga dan daerah cekungan sekitar biji stroberi dibandingkan menyerang bagian yang terbuka (Zamora dan Mari 2003).

Stroberi merupakan tanaman buah yang telah banyak dikenal dan dibudidayakan masyarakat dunia termasuk Indonesia. Buah ini dapat dikonsumsi sebagai buah segar ataupun digunakan sebagai bahan baku produk makanan dan minuman lainnya. Buah stroberi merupakan tipe buah pseudokarp, buah aslinya kecil dan keras yang disebut achene. Achene ini sering disebut juga biji stroberi. Bagian yang membesar merupakan bakal bunga yang membesar (Kurnia 2005).

Permintaan terhadap buah stroberi di Asia Tenggara cukup tinggi. Di Indonesia telah banyak bermunculan tempat usaha yang bertema stroberi, dari agrowisata stroberi petik sendiri (strawberry walk), kafe, sampai factory outlet

(Kurnia 2005). Spesies stroberi pertama yang ditemukan adalah Fragaria chiloensis Linn. yang kemudian menyebar secara luas ke seluruh penjuru dunia. Spesies tanaman stroberi yang pertama yang masuk ke Indonesia adalah F. vesca

Linn. Jenis stroberi yang saat ini banyak ditemui di swalayan adalah varietas

(13)

3

Buah stroberi mengandung serat, vitamin C, asam folat, kalium, dan antioksidan dalam jumlah yang tinggi, selain itu stroberi juga mengandung lemak dan kalori yang rendah (Hancock 1999). Oleh sebab itu stroberi sangat cocok digunakan sebagai bagian dari diet jantung sehat karena dapat meningkatkan kadar asam folat di dalam darah dan menurunkan tekanan sistolik darah yang dapat mengurangi resiko sakit jantung (Kurnia 2005).

Kurnia (2005) tidak menyebutkan trips sebagai hama pada tanaman stroberi. Trips merupakan serangga hama yang bersifat polifag dengan kisaran inang yang luas. Trips merupakan hama penting pada tanaman sayuran dan hortikultura (Dibiyantoro 1998). Selain trips, hama yang juga menyerang tanaman stroberi adalah kutu daun, tungau, kutu putih, kumbang penggerek, dan kutu kebul (Kurnia 2005).

Salah satu daerah penghasil buah stroberi di Indonesia adalah Kecamatan Ciwidey dan Rancabali, Kabupaten Bandung. Kedua kecamatan ini terletak berdampingan sehingga sering disatukan kedalam satu wilayah yang dkenal sebagai Ciwidey. Permintaan pasar terhadap stroberi di Ciwidey secara keseluruhan pada tahun 2005 mencapai 700 sampai 1000 kg per hari, namun dari permintaan tersebut petani hanya mampu memenuhi kebutuhan minimal, yakni sebanyak 700 kg/hari (Kurnia 2005). Usaha budidaya stroberi ini sangat menjanjikan untuk dikembangkan dalam skala komersil. Tahun 2003 hanya terdapat sekitar 4 lokasi yang memiliki kebun stroberi petik di Ciwidey, namun karena perkembangan dan permintaan akan buah stroberi yang semakin tinggi menyebabkan bertambahnya lokasi pemetikan stroberi hingga sebanyak 70 lokasi pada tahun 2008. Semakin bertambahnya jumlah petani yang menanam stroberi di Ciwidey, mengakibatkan bertambahnya jumlah produksi buah stroberi yang semula 700 sampai 100 kg/hari pada tahun 2005 menjadi 10 ton per hari pada tahun 2008 (Radius 2008).

(14)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi spesies trips di pertanaman stroberi, mengamati kerapatan populasi, luas serangan, dan ukuran tubuh trips yang menyerang tanaman stroberi, serta mengamati gejala kerusakan yang ditimbulkan trips pada tanaman stroberi di Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Manfaat Penelitian

(15)

5

TINJAUAN PUSTAKA

Hama Trips

Trips (Thysanoptera) merupakan serangga yang memiliki tubuh kecil dan ramping. Trips memiliki alat mulut maraut-mengisap yang asimetris. Trips dapat memiliki sayap ataupun tanpa sayap. Sayap trips sempit dengan venasi yang tereduksi dengan sekeliling sayap memiliki rambut yang merumbai. Tipe metamorfosis peralihan antara tidak sempurna dan sempurna dengan dua atau tiga instar pradewasa yang tidak aktif bergerak (Mound dan Heming 1991). Trips memiliki tipe metamorfosis peralihan karena mengalami lebih dari satu instars pradewasa yang memiliki sayap, dan mengalami perkembangan sayap menjadi sempurna pada stadia pupa menuju imago (Borror 2005).

Jantan dan betina trips memiliki bentuk yang sama, namun jantan biasanya memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil. Perkembangbiakan partogenesis sering terjadi pada banyak spesies trips sebagai alternatif cara bereproduksi. Trips memiliki ovipositor yang digunakan untuk meletakkan telur pada jaringan tanaman. Trips betina biasanya meletakkan telur pada celah-celah jaringan tanaman atau di bawah lapisan membran sel tanaman. Trips dapat memiliki beberapa generasi dalam setahun (Borror 2005).

Peran Trips

(16)

Sebagai vektor penyakit tanaman, trips dapat menularkan virus mosaik dan virus kriting yang menyebabkan tanaman inang menguning dan mati (Lewis 1997). Thrips palmi merupakan vektor kelompok Tospovirus pada tanaman budidaya di berbagai negara. Trips sebagai predator biasanya memangsa hewan yang memiliki ukuran lebih kecil dari tubuhnya. Beberapa spesies trips juga dapat memangsa sesama trips. Trips juga dapat berperan sebagai polinator, hal ini terjadi pada bunga yang berukuran kecil (Dibiyantoro 1998).

Klasifikasi Ordo Thysanoptera

Ordo Thysanoptera terdiri atas 2 subordo, yakni subordo Tubulifera dan subordo Terebrantia. Saat ini di dunia, serangga ordo Thysanoptera yang telah teridentifikasi berjumlah sekitar 6680 spesies. Sebanyak 93% dari jumlah tersebut berasal dari famili Thripidae dan Phlaeothripidae. Sekitar 3950 spesies trips termasuk kedalam famili Phlaeothripidae yang merupakan satu-satunya famili dari subordo Tubulifera. Famili Thripidae yang telah teridentifikasi berjumlah 2338 spesies. Famili Thripidae merupakan 1 dari 8 famili subordo Terebrantia (Mound dan Morris 2007).

Subordo Terebrantia

(17)

7

Tanaman Stroberi

Sejarah dan Botani Stroberi

Stroberi (Fragaria sp.) merupakan tanaman buah berupa herba yang pertama kali ditemukan di Chili, Amerika Selatan. Salah satu spesies tanaman stroberi yaitu Fragaria chiloensis L. menyebar ke berbagai wilayah di benua Amerika, Eropa, dan Asia. Selanjutnya spesies stroberi lain, F. vesca L. memiliki daerah persebaran yang lebih luas dibandingkan dengan spesies stroberi lainnya. Spesies stroberi ini pula yang pertama kali masuk ke Indonesia (Gunawan 1996).

Heterozigositas genetik yang tinggi pada tanaman stroberi telah memungkinkan pemulia tanaman untuk mengembangkan kultivar-kultivar yang memiliki ketahanan terhadap hama. Masing-masing kultivar telah dikembangkan untuk daerah-daerah tertentu. Hal ini memungkinkan tanaman stroberi untuk dikembangkan pada kisaran regional yang luas dengan kondisi lingkungan yang berbeda (Hancock 1999).

Fragaria x ananasa var. Duchesne merupakan varietas stroberi yang saat ini umum dibudidayakan didunia dan yang banyak ditemui di pasar swalayan. Varietas ini merupakan varietas hibrida hasil persilangan antara F. virginia Linn. var. Duchesne dengan F. chiloensis Linn. var. Duchesne (Kurnia 2005).

Stroberi merupakan anggota famili Rosaceae. Stroberi dalam tata nama (taksonomi) tumbuhan terdapat pada Lampiran 1.

Cara Perkembangbiakan Stroberi

(18)

Daerah Sentra Stroberi

Daerah yang pertama kali menjadi sentra stroberi di Indonesia adalah Jawa Barat dan Bali. Di Jawa barat, sentra penanaman stroberi berada di Lembang dan Cianjur. Seiring berjalannya waktu dan bertambah populernya buah stroberi, hampir di setiap dataran tinggi yang menjadi obyek wisata dapat ditemukan buah stroberi (Rukmana 1999). Tahun 2005 Kecamatan Ciwidey dan Rancabali telah menjadi salah satu sentra buah stroberi di Indonesia, begitu pula dengan Lembang, Garut, Batu dan daerah lainnya (Kurnia 2005).

Kandungan Nurtisi Stroberi

(19)

BAHAN DAN METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di 3 lahan pertanaman stroberi milik petani di Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Identifikasi, pembuatan preparat, dan pengukuran trips dilakukan di Laboratorium Biosistematika Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian berlangsung pada bulan Maret sampai dengan Agustus 2012.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain bahan kimia yang digunakan yaitu, canada balsam, NaOH 5%, acid fuchsin, minyak cengkeh, akuades, dan alkohol bertingkat (50%, 60%, 70%, 80%, 95%, 100%). Alat yang digunakan adalah kaca preparat beserta gelas penutupnya, nampan, kuas, cawan sirakus beserta penutupnya, jarum ukuran 0.1 untuk mengeluarkan isi tubuh trips, label dan alat tulis, mikroskop stereo dan mikroskop cahaya untuk pengamatan di laboratorium, dan kamera digital.

Metode

Penentuan Lahan Pengamatan

Penentuan lokasi penelitian di Kecamatan Rancabali karena kecamatan tersebut merupakan salah satu sentra produksi stroberi di Indonesia. Pengamatan dilakukan pada 3 lahan pertanaman stroberi yang ditentukan secara acak dengan umur tanaman berkisar antara 1 sampai 1.5 tahun. Lahan pertanaman tersebut merupakan milik petani dan terletak di daerah sentra stroberi di Kecamatan Rancabali.

Pengamatan Keanekaragaman Spesies Trips di Pertanaman Stroberi

(20)

dilakukan pada tanaman lain yang berada di sekitar tanaman stroberi dan yang berada dalam radius 10 meter dari batas terluar lahan. Untuk lahan stroberi yang cukup luas pengambilan sampel dilakukan dengan metode acak sistematis (Eriyanto 2007). Dengan demikian tanaman contoh diambil secara acak pada baris tanaman stroberi, kemudian tanaman contoh ke-2 diambil secara acak dengan interval 5 baris. Demikian selanjutnya sampai diperoleh 5 tanaman sampel.

Sampel berupa trips yang diberi label sesuai dengan asal inangnya dan kemudian seluruh sampel dari masing-masing inang diawetkan dalam preparat mikroskop untuk keperluan identifikasi selanjutnya. Proses identifikasi dilakukan berdasarkan kunci identifikasi Mound dan Kibby (1998). Setelah proses identifikasi selesai, dilanjutkan dengan pengukuran bagian-bagian tubuh trips yang menyerang tanaman stroberi tersebut.

Pengukuran Bagian Tubuh Trips

Pengukuran bagian tubuh trips dilakukan dengan terlebih dahulu membuat preparat mikroskop permanen dari 90 trips betina berdasarkan Mound dan Kibby (1998). Selanjutnya pengukuran dilakukan dibawah mikroskop stereo dengan bantuan mikrometer pada bagian tubuh trips. Bagian tubuh trips yang diukur adalah panjang tubuh, panjang abdomen, panjang antena, panjang sayap, lebar kepala, dan lebar toraks (Gambar 1).

(21)

11

Panjang tubuh diukur dari ujung kepala sampai ujung ovipositor. Panjang abdomen diukur dari ruas abdomen pertama sampai ujung ovipositor. Panjang antena diukur dari mulai pangkal antena sampai ujung ruas antena terakhir. Panjang sayap diukur mulai dari pangkal sayap depan pada toraks sampai ujung sayap. Parameter pengukuran terakhir adalah lebar kepala dan toraks, lebar kepala diukur dari batas terluar sebelah kiri dan kanan, sedangkan lebar toraks diukur pada bagian metanotum dari batas terluar kiri dan kanan.

Pengamatan Keberadaan Fase Perkembangan Frankliniella intonsa

Pengamatan mengenai keberadaan seluruh fase perkembangan trips pada bunga stroberi dilakukan dengan mengamati bunga pada tanaman sampel secara langsung dan meneteskan cairan acid fuchsin pada bagian bunga untuk mengetahui keberadaan telur trips di dalam jaringan tanaman. Keberadaan nimfa dan imago diamati langsung pada bunga tanaman sampel. Selain pada bunga juga dilakukan pengamatan pada bagian daun, batang, dan buah. Pengamatan pada bagian daun dilakukan dengan pewarnaan menggunakan acid fuchsin, sedangkan pada bagian batang dan buah dilakukan pengamatan secara langsung. Dalam pengamatan ini juga dihitung perbandingan antara jumlah imago F. intonsa jantan dan betina pada tanaman stroberi.

Pengamatan Kerapatan Populasi dan Luas Serangan F. intonsa

(22)

Besaran luas serangan trips diamati pada polibag yang sama dengan yang digunakan untuk pengamatan kerapatan populasi trips. Besaran luas serangan trips dihitung menggunakan rumus:

L = n x 100% N

L = luas serangan trips

n = jumlah tanaman yang terserang N = jumlah tanaman contoh yang diamati

Selanjutnya nilai rataan dan galat kerapatan populasi dan luas serangan trips dihitung menggunakan program SPSS 18 for Windows.

Pengamatan Gejala Kerusakan Serangan F. intonsa

(23)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Lahan Pertanaman Stroberi

Desa Alamendah termasuk kedalam wilayah Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Kecamatan Rancabali merupakan hasil pemekaran dari Kecamatan Ciwidey telah dikenal sebagai salah satu sentra produksi buah stroberi di Indonesia. Desa Alamendah merupakan satu dari lima desa yang termasuk kedalam wilayah Kecamatan Rancabali, yaitu Desa Alamendah, Desa Indragiri, Desa Sukaresmi, Desa Patengan, dan Desa Cipelah. Mayoritas penduduk Desa Alamendah merupakan petani stroberi dan sayuran lainnya seperti wortel, kubis, bawang daun, dan kentang.

Wilayah Kecamatan Rancabali terletak pada ketinggian ±1350 m dpl, sedangkan Desa Alamendah sendiri terletak pada ketinggian ±1400 m dpl. Kecamatan Rancabali secara keseluruhan memiliki suhu udara rata-rata 17 sampai 24 oC dengan rata-rata curah hujan bulan Januari sampai Mei 2012 sebesar 217 mm (Stasiun Meteorologi Gambung 2012). Bentuk wilayah Kecamatan Rancabali berupa pegunungan yang tidak terlalu curam.

(24)

Gambar 2 Denah lokasi lahan pertanaman stroberi di Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali

Varietas yang ditanam oleh petani pemilik lahan adalah varietas Early Bread dengan umur tanaman rata-rata berkisar 1 sampai 1.5 tahun. Tanaman stroberi yang ditanam petani merupakan hasil perbanyakan secara vegetatif melalui metode cangkok anakan stolon (grage). Benih induk didapatkan dari kelompok tani Asosiasi Agrowisata (Asgita) yang kemudian diperbanyak sendiri sesuai kebutuhan. Tanaman stroberi tersebut ditanam pada polibag yang berukuran tinggi 60 cm dan diameter 30 cm. Media tanamnya terdiri atas tanah (60%) dan campuran tanah + pupuk kandang (40%) dengan rasio perbandingan campuran tanah + pupuk kandang 1:1.

(25)

15

Gambar 3 Sistem pertanaman tumpang sari stroberi dengan bawang daun di Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali

Trips pada Tanaman Stroberi

Trips yang menyerang tanaman stroberi di Desa Alamendah adalah spesies

Frankliniella intonsa (Trybom) (Thysanoptera: Thripidae) (Gambar 4A dan B). Trips F. intonsa di Indonesia menyerang komoditas tanaman sayuran, yakni pada tanaman wortel dan sawi (Azzahroh 2008). Namun, dari hasil penelitian Azzahroh tidak menyebutkan stroberi sebagai inang F. intonsa.

Gambar 4 Trips yang menyerang tanaman stroberi di Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali: (A) trips F. intonsa pada bunga stroberi, (B)

F. intonsa dalam awetan preparat mikroskop

A B

(26)

Trips F. intonsa memiliki warna tubuh yang bervariasi, kepala dan toraks berwarna cokelat keabu-abuan dengan abdomen cokelat; atau kepala, toraks, dan abdomen cokelat keabu-abuan; atau kepala, toraks, dan abdomen seluruhnya cokelat atau kekuningan. Ruas antena I dan II berwarna cokelat, ruas III kuning, ruas IV dan V dengan bagian basal kuning dan bagian distal cokelat, dan ruas VI-VIII cokelat. Seta oseli III terletak di dalam batas segitiga oseli dan lebih panjang dar seta oseli I. Metanotum tanpa campaniform sensilla. Ruas abdomen VIII dengan posteromarginal comb yang utuh dan microtrichia yang pendek. Ciri-ciri morfologi tersebut sesuai dengan yang dikemukanan Mound dan Kibby (1998).

Serangga F. intonsa dikenal juga dengan sebutan flower thrips dan merupakan spesies trips yang menetap di bunga dan menginfestasi berbagai jenis bunga dari berbagai ordo dan spesies tumbuhan (Murai 1988; Atakan dan Ozgur 2001). Spesies ini merupakan kerabat dekat dari F. occidentalis. Kedua spesies trips ini mirip dan terkadang sulit membedakan keduanya walaupun dengan pengamatan menggunakan mikroskop cahaya (Wang et al. 2010). Menurut Parker

et al. (2004) F. occidentalis menyebabkan kerusakan yang parah pada tanaman stroberi di negara beriklim subtropis dan sedang. Belum ada laporan sebelumnya mengenai keberadaan F. intonsa yang menyerang tanaman stroberi di daerah Ciwidey, sehingga ini merupakan laporan pertama.

Tanaman stroberi yang ditanam di negara beriklim subtropis dan sedang diserang oleh trips F. occidentalis. Trips F. occidentalis dikenal juga dengan sebutan western flower thrips, trips ini telah menjadi salah satu hama pertanian global yang penting karena memiliki rentang inang yang luas dengan serangan yang parah (Reitz dan Funderburk 2011).

(27)

17

Tanaman stroberi juga ditanam di negara tropis lain seperti di Brazilia. Stroberi yang ditanam di Brazilia juga mendapatkan serangan dari hama trips. Sama dengan trips yang menyerang tanaman stroberi di negara beriklim subtropis dan sedang, trips yang dominan menyerang stroberi di Brazilia adalah

Frankliniella occidentalis. Trips lain yang juga ditemukan adalah F. schultzei, F. rodeos, F. simplex, F. williamsi, F. gemina, Thrips tabaci, Caliothrips fasciatus, dan Heterothrips sp. Trips yang menyerang tanaman stroberi di Brazil lebih berperan dalam penurunan kualitas produksi buah stroberi yang dihasilkan, sedangkan penurunan kuantitas produksi tidak terlalu terpengaruh (Pinent et al.

2011).

Ukuran Tubuh F. intonsa

Pengukuran bagian tubuh F. intonsa dilakukan untuk mengevaluasi karakteristik ukuran tubuh F. intonsa yang ditemukanpada pertanaman stroberi di Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali. Pengukuran dilakukan pada sebanyak 90 imago F. intonsa betina yang berasal dari ketiga lahan yang diamati (Tabel 1). Data selengkapnya tertera pada Lampiran 7.

Tabel 1 Ukuran bagian tubuh F. intonsa yang ditemukan di tanaman stroberi di Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali

Panjang Lebar

Tubuh Abdomen Antena Sayap Kepala Toraks

1.45 ± 0.01 0.94 ± 0.09 0.26 ± 0.002 0.78 ± 0.005 0.17 ± 0.001 0.29 ± 0.003

Trips F. intonsa yang ditemukan memiliki ukuran panjang tubuh rata-rata 1.45 mm. Panjang abdomen rata-rata 0.94 mm. F. intonsa memiliki panjang antena rata-rata 0.26 mm untuk antena kiri dan kanan. Rata-rata panjang sayap depan F. intonsa yang ditemukan di lahan stroberi sebesar 0.78 mm untuk sayap kiri dan kanan. Lebar kepala F. intonsa memiliki ukuran rata-rata 0.17 mm dan lebar toraks rata-rata sebesar 0.29 mm (Gambar 5).

Panjang tubuh F. intonsa lebih pendek dari panjang tubuh F. occidentalis

(28)

Gambar 5 Bagian tubuh F. intonsa: (A) kepala dengan seta oseli 1 (tanda panah), (B) metanotum tanpa campaniform sensilla (tanda panah), (C) antena 8 ruas, (D) sayap, (E) abdomen 11 ruas

Keberadaan Fase Perkembangan F. intonsa

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa seluruh fase perkembangan F. intonsa terdapat pada bunga stroberi (Tabel 2). Stadia telur F. intonsa terdapat berada di dalam jaringan kelopak bunga stroberi. Setelah diwarnai dengan acid fuchsin pada kelopak bunga stroberi terdapat bintik-bintik merah muda yang merupakan telur dari F. intonsa (Gambar 6A). Nimfa (Gambar 6B) dan imago F. intonsa ditemukan bergerak bebas pada bunga stroberi. Untuk fase pupa tidak ditemukan pada tanaman stroberi karena trips pada umumnya menjalani stadia pupa didalam permukaan tanah. Terdapatnya seluruh fase perkembangan F. intonsa yang ditemukan pada bunga stroberi menunjukkan bahwa tanaman stroberi yang ditanam khususnya bagian bunga merupakan inang dan tempat berkembangbiak dari F. intonsa, sedangkan pada bagian tanaman stroberi lain (batang, daun, dan buah) tidak ditemukan adanya fase perkembangan F. intonsa.

Jumlah imago betina di lahan stroberi lebih banyak dibandingkan dengan jumlah imago jantan dengan perbandingan 3:1.

A

B C

D E

0.24 mm 0.09 mm

0.13 mm

0.2 mm

(29)

19

Gambar 6 Fase perkembangan trips F. intonsa pada bunga stroberi di Desa Alamsari, Kecamatan Rancabali: (A) telur F. intonsa pada kelopak bunga stroberi diwarnai acid fuchsin, dan (B) nimfa F. intonsa pada bunga stroberi

Selama penelitian F. intonsa merupakan satu-satunya spesies trips yang ditemukan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tanaman stroberi merupakan inang utama bagi F. intonsa pada lahan tersebut.

Kerapatan Populasi dan Luas Serangan F. intonsa

Trips F. intonsa merupakan satu-satunya spesies trips yang ditemukan pada lahan stroberi di Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali. Trips ini menyerang bunga stroberi secara merata pada lahan I, lahan II, dan lahan III. Kerapatan populasi F. intonsa di lahan stroberi diamati pada pukul 11.00 sampai 14.00 WIB, hal ini didasari karena menurut Atakan dan Ozgur (2001) trips F. intonsa

merupakan spesies serangga diurnal yang aktif mulai pukul 06.00 sampai 16.00 dengan tingkat aktivitas paling tinggi diantara pukul 11.00 sampai 14.00.

Rataan kerapatan populasi F. intonsa pada lahan I sebanyak 1.8 ekor imago/bunga (±0.29). Pada lahan II kerapatan populasi F. intonsa memiliki rataan sebanyak 2.3 ekor imago/bunga (±0.28). Untuk lahan III rataan kerapatan populasi

F. intonsa sebanyak 2.1 ekor imago/bunga (±0.38) (Tabel 2).

Tabel 2 Rataan kerapatan populasi dan luas serangan trips F. intonsa

Lokasi a Kerapatan populasi (ekor/bunga) (rataan ± SE)

Luas serangan (%) (rataan ± SE) Lahan 1 1.8 ± 0.3 68.4 ± 5.8 Lahan 2 2.3 ± 0.3 82.2 ± 2.9 Lahan 3 2.1 ± 0.4 81.1 ± 2.2 a

Jumlah bunga sampel 20 untuk masing-masing lahan.

(30)

Jumlah populasi rata-rata F. intonsa berkisar dari 1.8 sampai 2.1 ekor imago/bunga. Populasi F. intonsa pada lahan stroberi di Ciwidey relatif rendah bila dibandingkan dengan populasi F. occidentalis pada tanaman stroberi di negara beriklim subtropis dan sedang. Atakan (2011) menyebutkan bahwa tahun 2008 kepadatan populasi F. occidentalis padalahan stroberi di Turki sebesar 10.2 ekor/bunga.

Luas serangan F. intonsa di lapangan dihitung berdasarkan keberadaan F. intonsa dan gejala serangannya pada bunga stroberi. Individu tanaman yang diamati untuk menghitung luas serangan F. intonsa sama dengan tanaman yang digunakan dalam pengamatan tingkat kerapatan populasi F. intonsa.

Luas serangan F. intonsa pada ketiga lahan menunjukkan angka yang cukup tinggi yaitu berkisar antara 68.4% sampai 82.2%. Luas serangan F. intonsa

tertinggi terdapat pada lahan II dengan luas serangan sebesar 82.2%. Luas serangan terbesar selanjutnya terdapat pada lahan III dengan tingkat serangan mencapai 81.1%. Pada lahan I tingkat serangannya terendah dari dua lahan lainnya yaitu sebesar 68.4% (Tabel 2).

Tingginya tingkat populasi F. intonsa di lapangan akan mengakibatkan tingginya luas serangan yang terjadi yang disebabkan oleh F. intonsa. Hal ini akan berpengaruh terhadap kualitas buah stroberi yang dihasilkan. Atakan (2011) juga menyebutkan bahwa trips F. occidentalis yang menyerang tanaman stroberi di Turki tidak dinyatakan sebagai hama yang penting secara ekonomi walaupun populasinya mencapai 24 ekor imago/bunga. Namun kualitas buah stroberi yang dihasilkan mengalami penurunan.

Pengamatan pertama dilakukan pada tanggal 1 Mei 2012 dan dilakukan pengamatan 4 hari sekali sebanyak 6 kali pengamatan. Selama 6 kali pengamatan di lahan pertanaman stroberi, jumlah populasi F. intonsa menurun (Gambar 7A). Hal ini cenderung disebabkan oleh cuaca pada saat pengamatan yang buruk. Pada pengamatan ke-2 hingga pengamatan ke-5 turun hujan yang cukup besar pada malam hari. Trips memiliki ukuran tubuh yang kecil, sehingga sangat mudah terpengaruh dengan keadaan cuaca seperti turunnya hujan. Populasi F. intonsa

(31)

21

Gambar 7 Rataan kerapatan populasi F. intonsa selama 3 minggu dan curah hujan Kecamatan Rancabali bulan Mei 2012

Gejala Kerusakan Serangan F. intonsa pada Bunga dan Buah Stroberi

Trips F. intonsa menyerang tanaman stroberi pada bagian bunga dan buah. Gejala seranganyang muncul adalah bercak cokelat pada mahkota bunga, bercak nekrotik pada tangkai sari dan pangkal kelopak bunga, burik di sekitar achene

(biji) pada buah stroberi muda, biji yang menghitam, dan malformasi pada ujung buah stroberi. Selain itu juga permukaan buah stroberi yang dipanen mengkerut, gejala ini merupakan akibat serangan pada buah stroberi muda. Gejala yang muncul akibat serangan F. intonsa pada tanaman stroberi menyerupai gejala yang disebabkan oleh F. occidentalis pada tanaman stroberi di Autralia dan Amerika. Perkembangan buah stroberi dari mulai bunga hingga menjadi buah dapat dilihat pada Lampiran 8.

Steiner (2003) menyebutkan bahwa tanaman stroberi yang diserang oleh

F. occidentalis menunjukkan gejala berupa bercak cokelat pada mahkota bunga, kelopak bunga, bercak nekrosis pada benang sari, roset disekitar biji, biji menjadi cokelat, dan serangan parah dapat menyebabkan bunga menjadi rontok. Sementara Parker et al. (2004) menyebutkan bahwa F. occidentalis menyerang bunga stroberi yang sedang mekar sehingga mengakibatkan putik dan benang sari layu atau gugur lebih awal. Namun serangan tersebut terjadi sebelum proses

(32)

penyerbukan berlangsung. Hal ini dapat mengakibatkan malformasi buah atau proses pematangan buah yang tidak serempak dan penurunan hasil panen stroberi.

Pengamatan gejala serangan dilakukan pada bunga stroberi yang masih kuncup (Gambar 8A). Selama pengamatan, ketigapuluh bunga sampel tersebut dikurung dan diinfestasi 10 ekor F. intonsa sampai buah stroberi tersebut dapat dipanen (Gambar 8B). Sebagai pembanding dipilih 10 bunga kontrol dengan karakteristik yang sama dari ketiga lahan dan bunga tersebut dikurung tanpa memasukkan F. intonsa kedalam kurungan tersebut.

Gambar 8 Persiapan pengamatan gejala serangan F. intonsa pada bunga stroberi: (A) bunga yang dijadikan sampel, (B) bunga stroberi di dalam kurungan plastik berkasa

Pada hari pemasangan kurungan seluruh kantung serbuk sari bunga sampel dalam keadaan belum pecah (Gambar 9A) dan pecah pada keesokan harinya (Gambar 9B). Sama seperti F. occidentalis, F. intonsa menyerang bunga stroberi setelah kantung serbuk sari pecah dan terjadi penyerbukan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Parker et al. (2004) yang menyebutkan bahwa F. occidentalis

menyerang putik dan benang sari bunga stroberi setelah penyerbukan bunga terjadi.

(33)

23

Gambar 9 Kondisi bunga stroberi sebelum diserang trips: (A) bunga stroberi dengan kantung serbuk sari yang belum pecah, (B) bunga stroberi dengan kantung serbuk sari yang sudah pecah

Penghitungan waktu kemunculan gejala serangan F. intonsa dimulai dari kemunculan gejala tercapat dari 30 sampel bunga yang diamati dan berakhir sampai gejala tersebut muncul pada seluruh bunga sampel (Tabel 3).

Tabel 3 Gejala kerusakan akibat serangan F. intonsa pada bunga stroberi

(34)

Perkembangan gejala serangan F. intonsa pada bunga stroberi dimulai pada 1 hari setelah infestasi (HSI) terlihat bercak cokelat pada mahkota bunga sampel. Bercak tersebut muncul pada bagian pangkal mahkota (Gambar 10A) dan bertambah lebar kebagian pangkal mahkota lainnya. Pada 2 HSI mulai terlihat munculnya gejala bercak cokelat pada tangkai sari dan pada 4 HSI gejala bercak cokelat pada pangkal kelopak bunga mulai terlihat. Setelah 4 HSI sebagian besar mahkota bunga sampel telah rontok. Pada mahkota bunga kontrol tidak dijumpai bercak cokelat, namun seluruh mahkota bunga kontrol telah rontok pada 3 HSI sampai 4 HSI. Pada 7 HSI, terlihat dasar bunga mulai membesar yang selanjutnya diikuti oleh perbesaran buah sampai 18 HSI. Pada saat 19 HSI warna buah mulai berubah menjadi merah dan dipanen pada saat 20 HSI.

Tanaman stroberi melakukan penyerbukan pada umur bunga 2 sampai 4 hari. Setelah umur 4 hari dasar bunga akan membesar dan membentuk buah semu (pseudocarp) (Rukmana 1999). Dengan demikian sampai dengan 4 HSI, baik pada bunga yang diserang trips maupun kontrol mengalami perontokan mahkota di waktu yang sama. Namun bagi bunga yang diinfestasi trips mahkota bunga yang rontok menunjukkan gejala kerusakan.

Bagian benang sari yang terdapat gejala bercak cokelat adalah bagian tangkai sari (Gambar 10B). Bercak cokelat tersebut merupakan akibat dari aktivitas makan F. intonsa yang memiliki tipe mulut maraut-mengisap. Pada bunga kontrol tidak dijumpai bercak cokelat pada benang sari, namun pada 3 HSI warna kepala sari bunga sampel dan kontrol berubah menjadi hitam. Perubahan warna kepala sari ini lebih cenderung merupakan proses fisiologis dari bunga stroberi setelah penyerbukan terjadi, hal ini dikarenakan seluruh kepala sari bunga baik bunga sampel maupun kontrol akan berubah menjadi cokelat dan mengering setelah terjadinya penyerbukan.

(35)

25

Kepadatan populasi F. intonsa 10 ekor imago/bunga pada perlakuan tidak mengakibatkan rontoknya bunga stroberi. Jumlah 10 ekor ini pun tidak mengakibatkan gagalnya proses pembentuknya buah. Gejala yang diakibatkan oleh serangan F. intonsa menyerupai serangan F. occidentalis, seperti pernyataan Parker et al. (2004) yang menyebutkan bahwa serangan F. occidentalis pada bunga stroberi terjadi setelah proses penyerbukan berlangsung, sehingga proses pembentukan buah tetap berlangsung namun buah yang dihasilkan tidak sempurna atau mengalami malformasi. Serangan F. intonsa sebelum proses penyerbukan akan mengakibatkan malformasi yang parah dan buah yang dihasilkan akan berukuran kecil.

Pada beberapa buah sampel ditemukan gejala burik pada buah stroberi yang masih hijau (Gambar 10D). Gejala ini diakibatkan aktivitas makan F. intonsa

pada buah stroberi yang masih kecil sehingga saat buahnya membesar timbul gejala burik. Steiner (2003) menyebutkan bahwa serangan F. occidentalis pada buah muda akan mengakibatkan gejala burik. Gejala burik ini biasanya diiringi dengan gejala hitamnya biji stroberi (Gambar 10D). Buah yang normal memiliki biji berwarna hijau kekuningan, namun serangan F. intonsa menyebabkan warna biji berubah menjadi hitam. Pada buah kontrol yang masih hijau tidak ditemukan gejala burik seperti pada sebagian buah sampel.

(36)

Gambar 10 Gejala serangan F. intonsa pada bunga dan buah stroberi: (A) bercak cokelat pada mahkota bunga stroberi, (B) bercak cokelat pada tangkai sari, (C) bercak cokelat pada pangkal kelopak bunga, (D) burik disekitar biji pada buah (tanda panah 1) dan biji stroberi hitam (tanda panah 2), (E) malformasi yang terjadi pada ujung buah (tanda panah 1) dan biji yang menghitam (tanda panah 2), (F) buah kontrol, (G) permukaan kulit buah stroberi yang keriput, (H) 1 dari 30 buah sampel yang terlambat matang, buah tersebut juga mengalami roset dan burik disekitar biji

1 2

1

2

A B

C D

E F

(37)

27

Malformasi yang terjadi sebagian besar berada di ujung buah stroberi. Hal ini menurut Parker et al. (2004) disebabkan karena aktivitas makan trips yang lebih menyukai putik dan bunga bagian atas. Setelah bunga berkembang menjadi buah, bagian ujung buah menjadi tidak berkembang sempurna dan terjadi malformasi. Gejala yang muncul pada seluruh buah stroberi uji dan kontrol yang dipanen terdapat pada Lampiran 8.

Gejala lain yang dijumpai adalah tekstur kulit buah yang keriput (Gambar 10G), gejala ini muncul pada buah yang sebelumnya mengalami gejala burik di sekitar biji stroberi. Dengan demikian bila tekstur buah panen keriput maka gejala tersebut merupakan tingkat lanjut dari gejala burik yang terjadi pada buah stroberi muda. Satu dari 30 buah uji yang dipanen terdapat 1 buah yang hingga hari ke-21 belum menampakkan tanda-tanda kematangan dan disertai gejala buah roset dan burik di sekitar biji (Gambar 10H). Belum diketahui penyebab keterlambatan kematangan buah stroberi ini, namun gejala buah roset dan burik di sekitar biji merupakan gejala dari serangan F. intonsa.

Keanekaragaman Trips di Sekitar Tanaman Stroberi

Lahan stroberi di Kecamatan Rancabali dan Kecamatan Ciwidey pada umumnya ditanam dengan sistem tumpang sari dengan tanaman bawang daun. Pada pertanaman ini pun diamati pertanaman kentang yang menjadi batas antar lahan. Pengamatan juga dilakukan pada 2 jenis gulma yang dominan. Selain menanam stroberi, petani juga menanam tanaman sayuran lainnya sebagai alternatif tambahan pemasukan pendapatan bagi petani. Ketiga lahan pertanaman stroberi yang diamati memiliki pola lingkungan sama. Pengamatan terhadap keanekaragaman spesies trips di sekitar tanaman stroberi dilakukan pada tanaman yang berada di dalam kebun stroberi dan yang berada di daerah hingga radius 10 m dari batas terluar lahan stroberi.

Tanaman yang berada di sekitar tanaman stroberi adalah tanaman bawang daun, tomat, kentang, dan blackberry, sedangkan 2 gulma yang dominan di lahan tersebut adalah Ageratum haustonianum dan Amaranthus sp. (Gambar 11). Trips yang ditemukan pada tanaman-tanaman ini adalah Thrips palmi (Karny) dan

(38)

Tabel 4 Keanekaragaman trips pada tanaman di sekitar tanaman stroberi

Spesies trips

Tanaman inang

Stroberi B.

daun Tomat Kentang

Black-berry

Ageratum haustonianum

Amaranthus

sp.

F. intonsa √ √ - - - - -

T. palmi - √ √ √ √ - √

M.

abdominalis

- - √ - - √ -

Keterangan: (√) dijumpai dan (-) tidak dijumpai

Gambar 11 Tanaman lain dan gulma dominan di sekitar tanaman stroberi: (A) tanaman bawang daun, (B) tanaman tomat (C) tanaman kentang, (D) tanaman blackberry, (E) A. haustonianum, (F) Amaranthus sp.

A B

C D

(39)

29

Serangga T. palmi (Gambar 12A) dikenal juga dengan nama melon thrips

adalah trips yang bersifat polifag dengan persebaran hampir di seluruh dunia, spesies ini berasal dari Asia Tenggara dan ditemukan di daerah beriklim tropik basah (Moritz et al. 2004). Hama T. palmi adalah hama penting pada kurang lebih 20 famili terutama famili Cucurbitaceae dan Solanaceae. Selain dapat menyebabkan kerusakan langsung akibat aktivitas makannya, trips ini juga dapat menjadi vektor virus tumbuhan dari genus Tospovirus (Riley et al. 2011). Serangga ini dapat ditemukan hampir diseluruh bagian tanaman inangnya, berbeda dengan F. intonsa yang hanya ditemukan berkumpul pada bagian bunga saja. Selain pada tanaman bawang daun, tomat, kentang, dan blackberry, T. palmi

juga ditemukan pada gulma Amaranthus sp.

Bawang daun merupakan salah satu inang dari F. intonsa, namun F. intonsa

yang hidup di lahan pertanaman stroberi tersebut cenderung lebih menyukai stroberi sebagai tanaman inang utamanya. Hal ini cenderung disebabkan karena bawang daun ditanam secara tumpang sari dengan stroberi, sehingga tidak menutup kemungkinan F. intonsa dari stroberi berpindah ke bawang daun. Hal ini diperkuat dengan tidak ditemukannya telur F. intonsa pada dalam jaringan daun bawang daun saat dilakukan pewarnaan dengan acid fuchsin.

Trips yang menyerang gulma A. haustonianum adalah M. abdominalis

(Gambar 12B). Trips M. abdominalis merupakan satu-satunya anggota genus

Microcephalothrips. Genus ini merupakan kerabat dekat genus Thrips. Tumbuhan genus Ageratum merupakan salah satu inang dari M. abdominalis. Trips M. abdominalis juga berperan sebagai penyerbuk bagi tumbuhan genus Ageratum. Serangga ini juga menyerang berbagai tanaman hias dari famili Asteraceae. Di Asia dilaporkan bahwa M. abdominalis juga menyerang tanaman hias famili Orchidaceae, tanaman teh, dan padi (Greber et al. 1991). Selain pada gulma

(40)

Gambar 12 (A) Thrips palmi dan (B) Microcephalothrips abdominalis dalam awetan preparat mikroskop.

A B

(41)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Trips yang menyerang tanaman stroberi adalah spesies Frankliniella intonsa. Trips F. intonsa ini juga ditemukan pada tanaman bawang daun. Panjang tubuh, panjang antena, panjang abdomen, panjang sayap, lebar kepala, dan lebar toraks rata-rata F. intonsa berturut-turut adalah 1.45 mm, 0.26 mm, 0.94 mm, 0.78 mm, 0.17 mm, dan 0.29 mm. Trips lainnya yang ditemukan adalah spesies Thrips palmi pada tanaman bawang daun, tomat, kentang, blackberry, dan gulma

Amaranthus sp., serta Microcephalothrips abdominalis pada gulma A. haustonianum dan tomat. Telur F. intonsa ditemukan di dalam jaringan kelopak bunga stroberi. Nimfa dan imago F. intonsa ditemukan bergerak bebas pada bunga stroberi. Kerapatan populasi F. intonsa di lahan stroberi berkisar dari 1.8 sampai 2.3 ekor imago/bunga. Luas serangan F. intonsa di lahan stroberi berkisar dari 68.4% sampai 82.2%. Gejala serangan F. intonsa berupa bercak cokelat pada pangkal mahkota bunga mulai muncul pada 1 HSI dan akan bertambah lebar hingga 4 HSI. Setelah 4 HSI mahkota bunga stroberi akan rontok. Gejala lain yang terlihat adalah bercak cokelat pada tangkai sari pada 2 HSI. Bercak cokelat pada pangkal kelopak mulai terlihat pada 4 HSI. Buah stroberi yang dipanen menunjukkan gejala malformasi pada ujung buah sebesar 43.3%, dan biji stroberi menghitam terjadi sebanyak 73.3%. Buah stroberi muda yang mengalami gejala burik akan memiliki tekstur kulit buah yang keriput pada saat dipanen.

Saran

(42)

Atakan EA. 2011. Population densities and distributions of the western flower thrips (Thysanoptera: Thripidae) and its predatory bug, Orius niger

(Hemiptera: Anthocoridae) in strawberry. Int. J. Agric. Biol. (13): 638-644. Atakan EA, Ozgur AF. 2001. Determining the favorable sampling time for

Frankliniella intonsa on cotton. Di dalam: Marullo R et al., editor.

Proceedings of the 7th International Symposium on Thysanoptera; 2001 Juli 2-7; Reggio Calabria. Canberra (AU): CSIRO Publishing. hlm 225-227. Azzahroh AS. 2008. Keanekaragaman spesies trips (Ordo: Thysanoptera) pada

tanaman sayuran dan buah-buahan di Kabupaten Bogor dan Cianjur [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Berry RE. 1998. Western flower thrips (Thysanoptera: Thripidae). Insects and Mites of Economics Importance in the Northwest 2nd Ed. 221.

Borror DJ, Triplehorn CA, Johnson NF. 2005. An Introduction to The Studies of Insects 7th Edition. United States of America (US): Brooks/Cole.

De Kogel WJ. 2001. Preference and perfomance of western flower thrips. Di dalam: Marullo R et al., editor. Proceedings of the 7th International Symposium on Thysanoptera; 2001 Juli 2-7; Reggio Calabria. Canberra (AU): CSIRO Publishing. hlm 181-183.

De Kogel WJ, Bosco D, van der Hoek M, Mollema C. 1999. Effect of host plant on body size of Frankliniella occidentalis (Thysanoptera: Thripidae) and its correlation with reproductive capacity. Eur J Entomol. (96): 365-368.

Dibiyantoro ALH. 1998. Trips pada Tanaman Sayuran. Bandung (ID): Balai Penelitian Tanaman Sayuran.

Eriyanto. 2007. Teknik Sampling Analisis Opini Publik. Yogyakarta (ID): LKiS Yogyakarta.

Fang M, Fang MN. 1996. The occurrence and combined control of Frankliniella intonsa and Liriomyza bryoniae in pea plant. Bulletin of Taichung District Agriultural Improvement Station. No. 52: 43-57.

Funderburk J. 2001. Ecology of thrips. Di dalam: Marullo R et al., editor.

Proceedings of the 7th International Symposium on Thysanoptera; 2001 Juli 2-7; Reggio Calabria. Canberra (AU): CSIRO Publishing. hlm 121-128. Greber RS, Klose MJ, Teakle DS, Milne JR. 1991. High Incidence of Tobacco

streak virus in tobacco and its transmission by Microcephalothrips abdominalis and pollen from Ageratum houstonianum. Plant Disease. (75): 450-452.

(43)

33

Heming, BS. 1993. Structure, function, ontogeny, and evolution of feeding in thrips (Thysanoptera). Lanham (US). MD: Entomological Society of America. 162 pp.

Hulshof J, Vanninen I. 2001. Western flower thrips feeding on pollen and its implications for control. Di dalam: Marullo R et al., editor. Proceedings of the 7th International Symposium on Thysanoptera; 2001 Juli 2-7; Reggio Calabria. Canberra (AU): CSIRO Publishing. hlm 173-179.

Johansen RM. 2002. The Mexican Frankliniella fusca (Hinds), F. palida (Uzel), and F. schultzei (Trybom) species assemblages, in the ‘Intonsa group”

(Insecta, Thysanoptera: Thripidae). Acta Zoologica Mexicana. (085): 51-82. Kirk WDJ. 1997. Feeding. Di dalam Lewis, editor. Thrips as Crop Pests. New

York (US): CAB International, 740 pp.

Kurnia A. 2005. Petunjuk Praktis Budidaya Stroberi. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka.

Lewis T. 1997. Thrips as Crop Pest. New York (US): CAB International.

Lewis T. 1997. Thrips: Their Biology, Ecology, and Economic Importance. London (UK): Academic Press.

Moritz G, Mound LA, Morris DC, Goldarazena A. 2004. Pest thrips of the world [CD-ROM]. Canberra (AU): CSIRO Publishing. 1 CD-ROM dengan penuntun didalamnya.

Mound LA. 2001. The Thrips and Frankliniella genus-groups: the phylogenetic significance of ctenidia. Di dalam: Marullo R et al., editor. Proceedings of the 7th International Symposium on Thysanoptera; 2001 Juli 2-7; Reggio Calabria. Canberra (AU): CSIRO Publishing. hlm 379-386.

Mound LA. 2006. Taxonomy of the insect order Thysanoptera. Di dalam:

Taxonomi Workshop No. 1 - Thrips;2006 Juli 3-7; Malaysia. Kuala Lumpur (MY): Institute of Biological Science, Malaya University.

Mound LA, Kibby G. 1998. Thysanoptera An Identification Guide. Ed ke-2. Canberra (AU): CSIRO Entomology.

Mound LA, Morris DC. 2007. The insect order Thysanoptera: classification versus systematic. Zootaxa. (1886): 395-411.

Murai T. 1998. Studies on the ecology and control of flower thrips, Frankliniella intonsa (Trybom). Bulletin of the Shimane Agricultural Experiment Station. No. 23 pp. 1-73.

Parker D, Agent S, Cherokee, Counties S. 2004. Western flower thrips in strawberries [internet]. South Carolina (US): Clemson University; [diunduh 2012 Januari 19]. Tersedia pada: http://www.clemson.edu/ ipm/reports/03parkerb.pdf.

(44)

Radius DB. 2008 Mei 10. Kebun stroberi ‘Ngalingkung’ Bandung. Jakarta (ID): Kompas. Rubrik Nasional [internet]. Tersedia pada: http://nasional.kompas.com/read/2008/05/10/10015616/kebun.stroberi.ngali ngkung.bandung.

Reitz SR. 2009. Biology and ecology of the western flower thrips (Thysanoptera. Thripidae): The making of pest. Florida Entomologist. 92(1): 7-14.

Reitz SR, Funderburk J. 2011. Management strategies for western flower thrips and role of insecticides. Insecticides-Pest Engineering. hlm 355-384.

Riley DG, Joseph SV, Srinivasan R, Diffie S. 2011. Thrips vectors of tospoviruses. J. Integ. Pest Management [internet]. 1 (2): 2011, 1-10. Tersedia pada: http://www.tomatospottedwiltinfo.org/documents/thrips_ vectors_of_tospovitospo.pdf. 10.1603/IPM10020.

Rondon SI, Cantliffe DJ, Price JF. 2003. Biological Control for Insect Management in Strawberries. Florida (US): University of Florida.

Rondon SI, Cantliffe DJ, Price JF. 2005. Strawberries: Main pests and Beneficials in Florida. Florida (US): University of Florida.

Rukmana R. 1999. Stroberi Budidaya dan Pascapanen. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Steiner M. 2003. Which Thrips Is That? A Guide to the Key Species Damaging in Strawberry. Canberra (AU): NWS Agriculture.

Wang CL, Lin FC, Chiu YC, Shih HT. 2010. Species of Frankliniella Trybom (Thysanoptera: Thripidae) from the Asian-Pasific Area. Zoological Studies. 49(6): 824-838.

Zamora JEG, Mari FG. 2003. The efficiency of saveral sampling methods for

(45)
(46)

Lampiran 1 Taksonomi tanaman stroberi

Tanaman stroberi merupakan salah satu anggota famili Rosaceae. Stroberi dalam tata nama (taksonomi) tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut (Rukmana 1999):

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Rosales Famili : Rosaceae Genus : Fragaria Spesies : Fragaria spp.

Lampiran 2 Syarat tumbuh tanaman stroberi

Stroberi untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik memiliki beberapa syarat. Stroberi dapat tumbuh dengan baik pada daerah yang curah hujannya 600 sampai 700 mm/tahun. Lama penyinaran per hari adalah 8 sampai 10 jam dengan temperatur udara 17 sampai 20 oC, sehingga hanya dapat diusahakan di daerah-daerah dataran tinggi. Kelembaban udara yang optimal bagi pertumbuhan stroberi adalah 80% sampai 90%. Ketinggian tempat yang optimal untuk budidaya stroberi adalah 1000 sampai 1500 m dpl (Rukmana 1999).

(47)

37

Lampiran 3 Kandungan nutrisi buah stroberi per 100 gram

Kandungan gizi Nilai satuan

Energi 37 kalori

Protein 0.8 g

Lemak 0.5 g

Karbohidrat 8.3 g

Kalsium 28 mg

Fosfat 27 mg

Besi 0.8 mg

Vitamin A 6.0 mg

Vitamin B 0.03 mg

Vitamin C 60 mg

Air 89.9 g

Bagian yang dapat dimakan 96 %

Sumber: Rukmana (1999)

Lampiran 4 Kondisi lahan pertanaman stroberi di Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung: (A) lahan I, (B) lahan II, dan (C) lahan III

A B

(48)

Lampiran 5 Kondisi lahan pertanaman stroberi di Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung: (A) lahan kentang yang membatasi lahan I dan II, (B) lahan tomat yang membatasi lahan I

Lampiran 6 Data ukuran tubuh F. intonsa

(49)
(50)
(51)

41

Lampiran 8 Hasil panen buah sampel dan kontrol pengamatan kerusakan oleh

F. intonsa

Keterangan: S = buah sampel, K = kontrol, (√) dijumpai, dan (-) tidak dijumpai.

No.

(52)

CIPTADI ACHMAD YUSUP. Frankliniella intonsa (Trybom) pada Tanaman Stroberi (Fragaria spp.) di Desa Alamendah - Rancabali Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Dibimbing oleh DEWI SARTIAMI.

Trips (Thysanoptera) merupakan hama penting pada tanaman hias, hortikultura, tanaman buah, dan sayuran. Stroberi (Fragaria spp.) merupakan tanaman buah penting di dunia. Walaupun termasuk tanaman buah baru yang masuk ke Indonesia, stroberi dengan cepat berkembang karena permintaannya terus bertambah. Trips merupakan salah satu hama yang menyerang tanaman stroberi dan dapat mengurangi kualitas serta kuantitas produksi stroberi. Lahan yang digunakan untuk penelitian ini berlokasi di Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali. Penelitian ini dilaksanakan dari Maret sampai Agustus 2012. Trips yang menyerang tanaman stroberi di Desa Alamendah adalah spesies

Frankliniella intonsa (Trybom). Trips lain yang ditemukan pada tanaman di sekitar tanaman stroberi yaitu Thrips palmi dan Microcephalothrips abdominalis. Kedua trips ini ditemukan pada tanaman tomat, kentang, bawang daun,

blackberry, gulma Amaranthus sp. dan Ageratum haustonianum. Seluruh stadia pertumbuhan F. intonsa berada pada bunga stroberi. Kerapatan populasi F. intonsa di lahan stroberi di Desa Alamendah berkisar dari 1.8 sampai 2.3 ekor imago/bunga. Luas serangan F. intonsa di lahan stroberi berkisar antara 68.4% sampai 82.2%. Panjang tubuh, panjang antena, panjang abdomen, panjang sayap, lebar kepala, dan lebar toraks rata-rata F. intonsa berturut-turut adalah 1.45 mm, 0.26 mm, 0.94 mm, 0.78 mm, 0.17 mm, dan 0.29 mm. Gejala serangan F. intonsa

diamati dengan masukan 10 ekor imago F. intonsa ke dalam kurungan yang berisi bunga stroberi. Gejala serangan F. intonsa adalah bercak cokelat pada mahkota bunga, bercak nekrotik pada tangkai sari dan pangkal kelopak bunga, biji hitam, dan burik disekitar biji buah stroberi muda. Buah stroberi hasil panen mengalami malformasi pada bagian ujung buah sebesar 43.3% dan 73.3% buah sampel mengalami bijiyang menghitam.

(53)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Trips merupakan serangga yang memiliki tubuh ramping dengan panjang tubuh beberapa milimeter. Sebagian besar trips memiliki sayap menyerupai pita dengan tepi sayap memiliki rambut yang panjang. Rambut yang panjang inilah asal mula nama ordo Thysanoptera. Trips tersebar diseluruh dunia dengan spesies terbanyak berasal dari daerah tropis. Sebagian besar trips menggunakan alat mulut dengan cara memarut-mengisap pada bunga dan daun tanaman atau pada cendawan, dan sebagian kecil merupakan predator dan pengurai (Lewis 1997).

Akibat serangan trips, jaringan tanaman menjadi kering sehingga menimbulkan gejala keperakan. Gejala pada bunga berupa bintik-bintik putih atau kadang berupa bercak berwarna merah yang muncul juga di permukaan daun. Pada kondisi seperti itu hasil panen akan rusak dan tidak layak untuk dipasarkan (Mound dan Kibby 1998).

Status trips sebagai hama berbeda antar tanaman yang diserangnya tergantung jenis tanaman yang diserang dan lokasi geografisnya. Beberapa tanaman terserang oleh trips yang sama di belahan dunia lain yang memiliki jarak yang jauh. Kondisi serangan langsung pada daun, bunga, dan buah disebabkan karena trips menghisap isi sel bagian-bagian tanaman tadi lebih berbahaya pada saat musim kering karena tanaman menjadi lebih cepat kehilangan kelembaban (Lewis 1997). Trips menjadi hama penting terutama jika menyerang tanaman yang memiliki nilai ekonomi tinggi seperti tanaman hias, hortikultura, tanaman buah, dan sayuran (Mound dan Kibby 1998).

(54)

Hama trips menjadi masalah serius pada budidaya tanaman stroberi terutama di negara beriklim subtropis dan sedang. Akibat serangan trips ini kuantitas dan kualitas produksi buah stroberi menurun (Parker et al. 2004). Stroberi (Fragaria spp.) telah menjadi komoditas buah penting di dunia. Persebaran stroberi cepat ke seluruh dunia dan permintaan akan buah stroberi segar terus bertambah setiap tahunnya.

Trips yang menyerang stroberi di negara beriklim subtropis dan sedang diidentifikasi sebagai Frankliniella occidentalis (Pergande) (Thysanoptera: Thripidae). Serangan F. occidentalis pada tanaman stroberi dapat menyebabkan buah menjadi kusam atau kecokelatan, kecil, dan lusuh karena aktivitas makan trips selama bunga mekar dan saat pembentukan buah. Trips juga dapat mengakibatkan biji stroberi menjadi seperti berkarat dan perkembangan buah yang tidak merata. Keberadaan trips pada tanaman stroberi sering diabaikan karena ukurannya yang relatif kecil dan lebih memilih menyerang bagian yang tertutupi seperti bagian di bawah kelopak bunga dan daerah cekungan sekitar biji stroberi dibandingkan menyerang bagian yang terbuka (Zamora dan Mari 2003).

Stroberi merupakan tanaman buah yang telah banyak dikenal dan dibudidayakan masyarakat dunia termasuk Indonesia. Buah ini dapat dikonsumsi sebagai buah segar ataupun digunakan sebagai bahan baku produk makanan dan minuman lainnya. Buah stroberi merupakan tipe buah pseudokarp, buah aslinya kecil dan keras yang disebut achene. Achene ini sering disebut juga biji stroberi. Bagian yang membesar merupakan bakal bunga yang membesar (Kurnia 2005).

Permintaan terhadap buah stroberi di Asia Tenggara cukup tinggi. Di Indonesia telah banyak bermunculan tempat usaha yang bertema stroberi, dari agrowisata stroberi petik sendiri (strawberry walk), kafe, sampai factory outlet

(Kurnia 2005). Spesies stroberi pertama yang ditemukan adalah Fragaria chiloensis Linn. yang kemudian menyebar secara luas ke seluruh penjuru dunia. Spesies tanaman stroberi yang pertama yang masuk ke Indonesia adalah F. vesca

Linn. Jenis stroberi yang saat ini banyak ditemui di swalayan adalah varietas

Gambar

Gambar 1  Diagram bagian tubuh trips yang diukur
Gambar 2 Denah lokasi lahan pertanaman stroberi di Desa Alamendah,
Gambar 4  Trips yang menyerang tanaman stroberi di Desa Alamendah,
Gambar 5  Bagian tubuh  F. intonsa: (A) kepala dengan seta oseli 1 (tanda panah),
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama fermentasi dan penambahan dedak terhadap degradasi protein kasar, produksi VFA dan NH 3 limbah ekstraksi gambir

Sedangkan indikator-indikator penempatan yang dikutip dari Suwatno (2003:129) adalah pendidikan, pengetahuan kerja, keterampilan kerja dan pengalaman kerja. Banyak faktor

Pada persona dapat dilihat bahwa pengguna merupakan pengguna baru atau pengguna dengan frekuensi penggunaan kurang dari lima kali dengan tugas utama adalah menghitung

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 16 ayat (4) Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pola Pengembangan

Pada menu ini merupakan tampilan semua produk dari butik attamoda8 dan bisa memesan produk dari attamoda8 lewat menu ini, dan pada halaman shop ini juga

Selain mengetahui layanan bantu, kita juga perlu mengetahui layanan dalam bidang bimbingan dan penyuluhan, ada empat pelayanan program kegiatan pokok,

Hubungan Antara Kejadian Diare dengan Variabel Sikap Hasil analisis hubungan varaibel sikap dengan kejadian diare diperoleh bahwa dari 53 responden yang bersikap mendukung

Dari kenyataan tersebut diatas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berkaitan dengan latihan teknik dasar pas, yang dalam hal ini khususnya pas atas