• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di 3 lahan pertanaman stroberi milik petani di Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Identifikasi, pembuatan preparat, dan pengukuran trips dilakukan di Laboratorium Biosistematika Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian berlangsung pada bulan Maret sampai dengan Agustus 2012.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain bahan kimia yang digunakan yaitu, canada balsam, NaOH 5%, acid fuchsin, minyak cengkeh, akuades, dan alkohol bertingkat (50%, 60%, 70%, 80%, 95%, 100%). Alat yang digunakan adalah kaca preparat beserta gelas penutupnya, nampan, kuas, cawan sirakus beserta penutupnya, jarum ukuran 0.1 untuk mengeluarkan isi tubuh trips, label dan alat tulis, mikroskop stereo dan mikroskop cahaya untuk pengamatan di laboratorium, dan kamera digital.

Metode

Penentuan Lahan Pengamatan

Penentuan lokasi penelitian di Kecamatan Rancabali karena kecamatan tersebut merupakan salah satu sentra produksi stroberi di Indonesia. Pengamatan dilakukan pada 3 lahan pertanaman stroberi yang ditentukan secara acak dengan umur tanaman berkisar antara 1 sampai 1.5 tahun. Lahan pertanaman tersebut merupakan milik petani dan terletak di daerah sentra stroberi di Kecamatan Rancabali.

Pengamatan Keanekaragaman Spesies Trips di Pertanaman Stroberi

Pengamatan dan pengambilan sampel untuk mengevaluasi keanekaragaman spesies trips pada pertanaman stroberi dilakukan dengan menepuk bunga stroberi dengan ditadahi oleh nampan atau plastik. Pengambilan sampel trips juga

dilakukan pada tanaman lain yang berada di sekitar tanaman stroberi dan yang berada dalam radius 10 meter dari batas terluar lahan. Untuk lahan stroberi yang cukup luas pengambilan sampel dilakukan dengan metode acak sistematis (Eriyanto 2007). Dengan demikian tanaman contoh diambil secara acak pada baris tanaman stroberi, kemudian tanaman contoh ke-2 diambil secara acak dengan interval 5 baris. Demikian selanjutnya sampai diperoleh 5 tanaman sampel.

Sampel berupa trips yang diberi label sesuai dengan asal inangnya dan kemudian seluruh sampel dari masing-masing inang diawetkan dalam preparat mikroskop untuk keperluan identifikasi selanjutnya. Proses identifikasi dilakukan berdasarkan kunci identifikasi Mound dan Kibby (1998). Setelah proses identifikasi selesai, dilanjutkan dengan pengukuran bagian-bagian tubuh trips yang menyerang tanaman stroberi tersebut.

Pengukuran Bagian Tubuh Trips

Pengukuran bagian tubuh trips dilakukan dengan terlebih dahulu membuat preparat mikroskop permanen dari 90 trips betina berdasarkan Mound dan Kibby (1998). Selanjutnya pengukuran dilakukan dibawah mikroskop stereo dengan bantuan mikrometer pada bagian tubuh trips. Bagian tubuh trips yang diukur adalah panjang tubuh, panjang abdomen, panjang antena, panjang sayap, lebar kepala, dan lebar toraks (Gambar 1).

11

Panjang tubuh diukur dari ujung kepala sampai ujung ovipositor. Panjang abdomen diukur dari ruas abdomen pertama sampai ujung ovipositor. Panjang antena diukur dari mulai pangkal antena sampai ujung ruas antena terakhir. Panjang sayap diukur mulai dari pangkal sayap depan pada toraks sampai ujung sayap. Parameter pengukuran terakhir adalah lebar kepala dan toraks, lebar kepala diukur dari batas terluar sebelah kiri dan kanan, sedangkan lebar toraks diukur pada bagian metanotum dari batas terluar kiri dan kanan.

Pengamatan Keberadaan Fase Perkembangan Frankliniella intonsa

Pengamatan mengenai keberadaan seluruh fase perkembangan trips pada bunga stroberi dilakukan dengan mengamati bunga pada tanaman sampel secara langsung dan meneteskan cairan acid fuchsin pada bagian bunga untuk mengetahui keberadaan telur trips di dalam jaringan tanaman. Keberadaan nimfa dan imago diamati langsung pada bunga tanaman sampel. Selain pada bunga juga dilakukan pengamatan pada bagian daun, batang, dan buah. Pengamatan pada bagian daun dilakukan dengan pewarnaan menggunakan acid fuchsin, sedangkan pada bagian batang dan buah dilakukan pengamatan secara langsung. Dalam pengamatan ini juga dihitung perbandingan antara jumlah imago F. intonsa jantan dan betina pada tanaman stroberi.

Pengamatan Kerapatan Populasi dan Luas Serangan F. intonsa

Penentuan kerapatan populasi trips di lahan stroberi dilakukan dengan mengamati 10 polibag sampel dalam baris yang dipilih secara acak. Baris pertama ditentukan melalui sistem undian, sedangkan baris selanjutnya ditentukan dengan jarak 2 baris dari baris pertama dan selanjutnya hingga diperoleh 10 polibag/lahan. Pemilihan polibag sampel dilakukan dengan sistem undi dengan mengambil 2 bunga/polibag. Pengamatan dilakukan pada 3 petak lahan yang berbeda. Dalam satu waktu pengamatan diambil sebanyak 60 bunga contoh untuk diamati. Pengamatan dilakukan 4 hari sekali selama 3 minggu setiap pukul 11.00 sampai 14.00 WIB.

Besaran luas serangan trips diamati pada polibag yang sama dengan yang digunakan untuk pengamatan kerapatan populasi trips. Besaran luas serangan trips dihitung menggunakan rumus:

L = n x 100% N

L = luas serangan trips

n = jumlah tanaman yang terserang N = jumlah tanaman contoh yang diamati

Selanjutnya nilai rataan dan galat kerapatan populasi dan luas serangan trips dihitung menggunakan program SPSS 18 for Windows.

Pengamatan Gejala Kerusakan Serangan F. intonsa

Pengamatan gejala kerusakan akibat serangan trips dilakukan dengan cara memilih secara acak 30 sampel (10 bunga/lahan) bunga stroberi yang belum membuka seluruhnya atau masih kuncup. Kemudian seluruh bunga tersebut dimasukkan kedalam kurungan plastik berbentuk silinder dengan diameter 5 cm dan tinggi 10 cm yang ditutup oleh kain kasa dan diberi ventilasi disampingnya. Kedalam masing-masing bunga dimasukkan trips sebanyak 10 ekor dengan rasio 3 ekor jantan dan 7 ekor betina yang berasal dari lahan tersebut. Trips dimasukkan ke dalam kurungan dengan cara memindahkan 10 ekor trips ke dalam plastik, kemudian ujung plastik dipotong dan trips akan diarahkan untuk bergerak ke dalam kurungan. Kemudian gejala kerusakan yang timbul diamati hingga buah dapat dipanen. Parameter gejala yang diamati dibandingkan dengan gejala akibat serangan F. occidentalis pada tanaman stroberi di negara beriklim subtropis dan sedang (Steiner 2003).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Lahan Pertanaman Stroberi

Desa Alamendah termasuk kedalam wilayah Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Kecamatan Rancabali merupakan hasil pemekaran dari Kecamatan Ciwidey telah dikenal sebagai salah satu sentra produksi buah stroberi di Indonesia. Desa Alamendah merupakan satu dari lima desa yang termasuk kedalam wilayah Kecamatan Rancabali, yaitu Desa Alamendah, Desa Indragiri, Desa Sukaresmi, Desa Patengan, dan Desa Cipelah. Mayoritas penduduk Desa Alamendah merupakan petani stroberi dan sayuran lainnya seperti wortel, kubis, bawang daun, dan kentang.

Wilayah Kecamatan Rancabali terletak pada ketinggian ±1350 m dpl, sedangkan Desa Alamendah sendiri terletak pada ketinggian ±1400 m dpl. Kecamatan Rancabali secara keseluruhan memiliki suhu udara rata-rata 17 sampai 24 oC dengan rata-rata curah hujan bulan Januari sampai Mei 2012 sebesar 217 mm (Stasiun Meteorologi Gambung 2012). Bentuk wilayah Kecamatan Rancabali berupa pegunungan yang tidak terlalu curam.

Ketiga lahan pertanaman stroberi yang diamati terletak dala satu hamparan. Lahan I dan lahan II dibatasi oleh petak tanaman kentang, sedangkan lahan 3 berjarak ±200 m dari lahan I dan II. Lahan I memiliki populasi tanaman stroberi ±900 polibag, lahan II sebanyak ±1400 polibag, dan lahan II sebanyak ±1000 polibag. Jumlah tanaman stroberi per polibag adalah sebanyak 2 sampai 4 tanaman. Lahan I dan lahan II dibatasi oleh petak tanaman kentang di antara keduanya. Petak tanaman tomat dan blackberry menjadi batas di sebelah barat, sebelah selatan lahan I dibatasi kolam ikan, sebelah utara lahan II dibatasi oleh rumah warga, dan di sebelah timur dibatasi oleh jalan umum. Berbeda dengan lahan I dan II, lahan III dikelilingi pagar dan tebing batu di sebalah selatan dan timur, sedangkan sebelah selatan dan barat dibatasi oleh jalan raya (Gambar 2). Foto-foto lahan I, II, III, dan batas-batasnya terdapat pada Lampiran 4 dan 5.

Gambar 2 Denah lokasi lahan pertanaman stroberi di Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali

Varietas yang ditanam oleh petani pemilik lahan adalah varietas Early Bread dengan umur tanaman rata-rata berkisar 1 sampai 1.5 tahun. Tanaman stroberi yang ditanam petani merupakan hasil perbanyakan secara vegetatif melalui metode cangkok anakan stolon (grage). Benih induk didapatkan dari kelompok tani Asosiasi Agrowisata (Asgita) yang kemudian diperbanyak sendiri sesuai kebutuhan. Tanaman stroberi tersebut ditanam pada polibag yang berukuran tinggi 60 cm dan diameter 30 cm. Media tanamnya terdiri atas tanah (60%) dan campuran tanah + pupuk kandang (40%) dengan rasio perbandingan campuran tanah + pupuk kandang 1:1.

Ketiga lahan yang diamati menerapkan sistem tanam tumpang sari tanaman stroberi dengan bawang daun pada sela-sela di antara polibag atau di sela-sela antar tanaman stroberi dalam polibag (Gambar 3). Penanaman stroberi secara tumpang sari ini bertujuan untuk menambah penghasilan petani sekaligus memanfaatkan lahan kosong di antara polibag. Pembersihan gulma dilakukan secara rutin setiap sebulan sekali atau saat gulma telah tumbuh tinggi. Selain pembersihan gulma dilakukan juga pemupukan dengan NPK dan penyemprotan dengan menggunakan pestisida yang berbahan aktif profenos, abamectin, dan klorolatonil sebanyak 2 kali dalam satu bulan.

15

Gambar 3 Sistem pertanaman tumpang sari stroberi dengan bawang daun di Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali

Trips pada Tanaman Stroberi

Trips yang menyerang tanaman stroberi di Desa Alamendah adalah spesies

Frankliniella intonsa (Trybom) (Thysanoptera: Thripidae) (Gambar 4A dan B). Trips F. intonsa di Indonesia menyerang komoditas tanaman sayuran, yakni pada tanaman wortel dan sawi (Azzahroh 2008). Namun, dari hasil penelitian Azzahroh tidak menyebutkan stroberi sebagai inang F. intonsa.

Gambar 4 Trips yang menyerang tanaman stroberi di Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali: (A) trips F. intonsa pada bunga stroberi, (B)

F. intonsa dalam awetan preparat mikroskop

A B

Trips F. intonsa memiliki warna tubuh yang bervariasi, kepala dan toraks berwarna cokelat keabu-abuan dengan abdomen cokelat; atau kepala, toraks, dan abdomen cokelat keabu-abuan; atau kepala, toraks, dan abdomen seluruhnya cokelat atau kekuningan. Ruas antena I dan II berwarna cokelat, ruas III kuning, ruas IV dan V dengan bagian basal kuning dan bagian distal cokelat, dan ruas VI- VIII cokelat. Seta oseli III terletak di dalam batas segitiga oseli dan lebih panjang dar seta oseli I. Metanotum tanpa campaniform sensilla. Ruas abdomen VIII dengan posteromarginal comb yang utuh dan microtrichia yang pendek. Ciri-ciri morfologi tersebut sesuai dengan yang dikemukanan Mound dan Kibby (1998).

Serangga F. intonsa dikenal juga dengan sebutan flower thrips dan merupakan spesies trips yang menetap di bunga dan menginfestasi berbagai jenis bunga dari berbagai ordo dan spesies tumbuhan (Murai 1988; Atakan dan Ozgur 2001). Spesies ini merupakan kerabat dekat dari F. occidentalis. Kedua spesies trips ini mirip dan terkadang sulit membedakan keduanya walaupun dengan pengamatan menggunakan mikroskop cahaya (Wang et al. 2010). Menurut Parker

et al. (2004) F. occidentalis menyebabkan kerusakan yang parah pada tanaman stroberi di negara beriklim subtropis dan sedang. Belum ada laporan sebelumnya mengenai keberadaan F. intonsa yang menyerang tanaman stroberi di daerah Ciwidey, sehingga ini merupakan laporan pertama.

Tanaman stroberi yang ditanam di negara beriklim subtropis dan sedang diserang oleh trips F. occidentalis. Trips F. occidentalis dikenal juga dengan sebutan western flower thrips, trips ini telah menjadi salah satu hama pertanian global yang penting karena memiliki rentang inang yang luas dengan serangan yang parah (Reitz dan Funderburk 2011).

Stroberi merupakan salah satu inang dari F. intonsa. Spesies ini dikenal sebagai trips yang bersifat polifag (Atakan dan Ozgur 2001). Selain stroberi, tanaman inang F. intonsa juga berasal dari famili Cucurbitaceae, kacang- kacangan, selada, bawang merah, jagung, dan tanaman hias (Wang et al. 2010). Daerah persebaran F. intonsa di Asia meliputi Bangladesh, Pakistan, Turki, India, Cina, Mongolia, Jepang, Korea, Taiwan, Thailand, Malaysia, Filipina, dan Indonesia. Di Eropa daerah persebaran F. intonsa berada di Rusia, dan di Amerika Utara, Kanada, dan Amerika Serikat.

17

Tanaman stroberi juga ditanam di negara tropis lain seperti di Brazilia. Stroberi yang ditanam di Brazilia juga mendapatkan serangan dari hama trips. Sama dengan trips yang menyerang tanaman stroberi di negara beriklim subtropis dan sedang, trips yang dominan menyerang stroberi di Brazilia adalah

Frankliniella occidentalis. Trips lain yang juga ditemukan adalah F. schultzei, F. rodeos, F. simplex, F. williamsi, F. gemina, Thrips tabaci, Caliothrips fasciatus, dan Heterothrips sp. Trips yang menyerang tanaman stroberi di Brazil lebih berperan dalam penurunan kualitas produksi buah stroberi yang dihasilkan, sedangkan penurunan kuantitas produksi tidak terlalu terpengaruh (Pinent et al.

2011).

Ukuran Tubuh F. intonsa

Pengukuran bagian tubuh F. intonsa dilakukan untuk mengevaluasi karakteristik ukuran tubuh F. intonsa yang ditemukanpada pertanaman stroberi di Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali. Pengukuran dilakukan pada sebanyak 90 imago F. intonsa betina yang berasal dari ketiga lahan yang diamati (Tabel 1). Data selengkapnya tertera pada Lampiran 7.

Tabel 1 Ukuran bagian tubuh F. intonsa yang ditemukan di tanaman stroberi di Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali

Panjang Lebar

Tubuh Abdomen Antena Sayap Kepala Toraks

1.45 ± 0.01 0.94 ± 0.09 0.26 ± 0.002 0.78 ± 0.005 0.17 ± 0.001 0.29 ± 0.003

Trips F. intonsa yang ditemukan memiliki ukuran panjang tubuh rata-rata 1.45 mm. Panjang abdomen rata-rata 0.94 mm. F. intonsa memiliki panjang antena rata-rata 0.26 mm untuk antena kiri dan kanan. Rata-rata panjang sayap depan F. intonsa yang ditemukan di lahan stroberi sebesar 0.78 mm untuk sayap kiri dan kanan. Lebar kepala F. intonsa memiliki ukuran rata-rata 0.17 mm dan lebar toraks rata-rata sebesar 0.29 mm (Gambar 5).

Panjang tubuh F. intonsa lebih pendek dari panjang tubuh F. occidentalis

yang berkisar dari 1.54 sampai 1.65 mm. Namun F. intonsa lebih panjang dibandingkan dengan panjang tubuh Frankliniella fusca yang memiliki panjang tubuh 1.13 sampai 1.21 mm (De Kogel et al. 1999).

Gambar 5 Bagian tubuh F. intonsa: (A) kepala dengan seta oseli 1 (tanda panah), (B) metanotum tanpa campaniform sensilla (tanda panah), (C) antena 8 ruas, (D) sayap, (E) abdomen 11 ruas

Keberadaan Fase Perkembangan F. intonsa

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa seluruh fase perkembangan F. intonsa terdapat pada bunga stroberi (Tabel 2). Stadia telur F. intonsa terdapat berada di dalam jaringan kelopak bunga stroberi. Setelah diwarnai dengan acid fuchsin pada kelopak bunga stroberi terdapat bintik-bintik merah muda yang merupakan telur dari F. intonsa (Gambar 6A). Nimfa (Gambar 6B) dan imago F. intonsa ditemukan bergerak bebas pada bunga stroberi. Untuk fase pupa tidak ditemukan pada tanaman stroberi karena trips pada umumnya menjalani stadia pupa didalam permukaan tanah. Terdapatnya seluruh fase perkembangan F. intonsa yang ditemukan pada bunga stroberi menunjukkan bahwa tanaman stroberi yang ditanam khususnya bagian bunga merupakan inang dan tempat berkembangbiak dari F. intonsa, sedangkan pada bagian tanaman stroberi lain (batang, daun, dan buah) tidak ditemukan adanya fase perkembangan F. intonsa.

Jumlah imago betina di lahan stroberi lebih banyak dibandingkan dengan jumlah imago jantan dengan perbandingan 3:1.

A B C D E 0.24 mm 0.09 mm 0.13 mm 0.2 mm 0.073 mm

19

Gambar 6 Fase perkembangan trips F. intonsa pada bunga stroberi di Desa Alamsari, Kecamatan Rancabali: (A) telur F. intonsa pada kelopak bunga stroberi diwarnai acid fuchsin, dan (B) nimfa F. intonsa pada bunga stroberi

Selama penelitian F. intonsa merupakan satu-satunya spesies trips yang ditemukan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tanaman stroberi merupakan inang utama bagi F. intonsa pada lahan tersebut.

Kerapatan Populasi dan Luas Serangan F. intonsa

Trips F. intonsa merupakan satu-satunya spesies trips yang ditemukan pada lahan stroberi di Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali. Trips ini menyerang bunga stroberi secara merata pada lahan I, lahan II, dan lahan III. Kerapatan populasi F. intonsa di lahan stroberi diamati pada pukul 11.00 sampai 14.00 WIB, hal ini didasari karena menurut Atakan dan Ozgur (2001) trips F. intonsa

merupakan spesies serangga diurnal yang aktif mulai pukul 06.00 sampai 16.00 dengan tingkat aktivitas paling tinggi diantara pukul 11.00 sampai 14.00.

Rataan kerapatan populasi F. intonsa pada lahan I sebanyak 1.8 ekor imago/bunga (±0.29). Pada lahan II kerapatan populasi F. intonsa memiliki rataan sebanyak 2.3 ekor imago/bunga (±0.28). Untuk lahan III rataan kerapatan populasi

F. intonsa sebanyak 2.1 ekor imago/bunga (±0.38) (Tabel 2).

Tabel 2 Rataan kerapatan populasi dan luas serangan trips F. intonsa

Lokasi a Kerapatan populasi (ekor/bunga) (rataan ± SE) Luas serangan (%) (rataan ± SE) Lahan 1 1.8 ± 0.3 68.4 ± 5.8 Lahan 2 2.3 ± 0.3 82.2 ± 2.9 Lahan 3 2.1 ± 0.4 81.1 ± 2.2 a

Jumlah bunga sampel 20 untuk masing-masing lahan.

Jumlah populasi rata-rata F. intonsa berkisar dari 1.8 sampai 2.1 ekor imago/bunga. Populasi F. intonsa pada lahan stroberi di Ciwidey relatif rendah bila dibandingkan dengan populasi F. occidentalis pada tanaman stroberi di negara beriklim subtropis dan sedang. Atakan (2011) menyebutkan bahwa tahun 2008 kepadatan populasi F. occidentalis padalahan stroberi di Turki sebesar 10.2 ekor/bunga.

Luas serangan F. intonsa di lapangan dihitung berdasarkan keberadaan F. intonsa dan gejala serangannya pada bunga stroberi. Individu tanaman yang diamati untuk menghitung luas serangan F. intonsa sama dengan tanaman yang digunakan dalam pengamatan tingkat kerapatan populasi F. intonsa.

Luas serangan F. intonsa pada ketiga lahan menunjukkan angka yang cukup tinggi yaitu berkisar antara 68.4% sampai 82.2%. Luas serangan F. intonsa

tertinggi terdapat pada lahan II dengan luas serangan sebesar 82.2%. Luas serangan terbesar selanjutnya terdapat pada lahan III dengan tingkat serangan mencapai 81.1%. Pada lahan I tingkat serangannya terendah dari dua lahan lainnya yaitu sebesar 68.4% (Tabel 2).

Tingginya tingkat populasi F. intonsa di lapangan akan mengakibatkan tingginya luas serangan yang terjadi yang disebabkan oleh F. intonsa. Hal ini akan berpengaruh terhadap kualitas buah stroberi yang dihasilkan. Atakan (2011) juga menyebutkan bahwa trips F. occidentalis yang menyerang tanaman stroberi di Turki tidak dinyatakan sebagai hama yang penting secara ekonomi walaupun populasinya mencapai 24 ekor imago/bunga. Namun kualitas buah stroberi yang dihasilkan mengalami penurunan.

Pengamatan pertama dilakukan pada tanggal 1 Mei 2012 dan dilakukan pengamatan 4 hari sekali sebanyak 6 kali pengamatan. Selama 6 kali pengamatan di lahan pertanaman stroberi, jumlah populasi F. intonsa menurun (Gambar 7A). Hal ini cenderung disebabkan oleh cuaca pada saat pengamatan yang buruk. Pada pengamatan ke-2 hingga pengamatan ke-5 turun hujan yang cukup besar pada malam hari. Trips memiliki ukuran tubuh yang kecil, sehingga sangat mudah terpengaruh dengan keadaan cuaca seperti turunnya hujan. Populasi F. intonsa

meningkat kembali pada pengamatan ke-6 karena hujan mulai berhenti turun. Data curah hujan harian bulan Mei 2012 tercantum pada Gambar 7B.

21

Gambar 7 Rataan kerapatan populasi F. intonsa selama 3 minggu dan curah hujan Kecamatan Rancabali bulan Mei 2012

Gejala Kerusakan Serangan F. intonsa pada Bunga dan Buah Stroberi

Trips F. intonsa menyerang tanaman stroberi pada bagian bunga dan buah. Gejala seranganyang muncul adalah bercak cokelat pada mahkota bunga, bercak nekrotik pada tangkai sari dan pangkal kelopak bunga, burik di sekitar achene

(biji) pada buah stroberi muda, biji yang menghitam, dan malformasi pada ujung buah stroberi. Selain itu juga permukaan buah stroberi yang dipanen mengkerut, gejala ini merupakan akibat serangan pada buah stroberi muda. Gejala yang muncul akibat serangan F. intonsa pada tanaman stroberi menyerupai gejala yang disebabkan oleh F. occidentalis pada tanaman stroberi di Autralia dan Amerika. Perkembangan buah stroberi dari mulai bunga hingga menjadi buah dapat dilihat pada Lampiran 8.

Steiner (2003) menyebutkan bahwa tanaman stroberi yang diserang oleh

F. occidentalis menunjukkan gejala berupa bercak cokelat pada mahkota bunga, kelopak bunga, bercak nekrosis pada benang sari, roset disekitar biji, biji menjadi cokelat, dan serangan parah dapat menyebabkan bunga menjadi rontok. Sementara Parker et al. (2004) menyebutkan bahwa F. occidentalis menyerang bunga stroberi yang sedang mekar sehingga mengakibatkan putik dan benang sari layu atau gugur lebih awal. Namun serangan tersebut terjadi sebelum proses

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 0 5 10 15 20 25 C ur a h h uj a n ( m m ) R a ta a n P o pul a si F . int onsa (e k o r/ bun g a ) Tanggal

Curah Hujan Pop. Lahan I Pop. Lahan II Pop. Lahan III 1 2 3 4 5 6

penyerbukan berlangsung. Hal ini dapat mengakibatkan malformasi buah atau proses pematangan buah yang tidak serempak dan penurunan hasil panen stroberi.

Pengamatan gejala serangan dilakukan pada bunga stroberi yang masih kuncup (Gambar 8A). Selama pengamatan, ketigapuluh bunga sampel tersebut dikurung dan diinfestasi 10 ekor F. intonsa sampai buah stroberi tersebut dapat dipanen (Gambar 8B). Sebagai pembanding dipilih 10 bunga kontrol dengan karakteristik yang sama dari ketiga lahan dan bunga tersebut dikurung tanpa memasukkan F. intonsa kedalam kurungan tersebut.

Gambar 8 Persiapan pengamatan gejala serangan F. intonsa pada bunga stroberi: (A) bunga yang dijadikan sampel, (B) bunga stroberi di dalam kurungan plastik berkasa

Pada hari pemasangan kurungan seluruh kantung serbuk sari bunga sampel dalam keadaan belum pecah (Gambar 9A) dan pecah pada keesokan harinya (Gambar 9B). Sama seperti F. occidentalis, F. intonsa menyerang bunga stroberi setelah kantung serbuk sari pecah dan terjadi penyerbukan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Parker et al. (2004) yang menyebutkan bahwa F. occidentalis

menyerang putik dan benang sari bunga stroberi setelah penyerbukan bunga terjadi.

23

Gambar 9 Kondisi bunga stroberi sebelum diserang trips: (A) bunga stroberi dengan kantung serbuk sari yang belum pecah, (B) bunga stroberi dengan kantung serbuk sari yang sudah pecah

Penghitungan waktu kemunculan gejala serangan F. intonsa dimulai dari kemunculan gejala tercapat dari 30 sampel bunga yang diamati dan berakhir sampai gejala tersebut muncul pada seluruh bunga sampel (Tabel 3).

Tabel 3 Gejala kerusakan akibat serangan F. intonsa pada bunga stroberi

a

Jumlah bunga sampel 30, b HSI = hari setelah infestasi, (√) dijumpai , dan (-) tidak dijumpai

HSI b Gejala Kerusakan a Mahkota bunga cokelat Tangkai sari cokelat Kelopak bunga cokelat Biji Menghitam Burik pada buah muda 1 √ - - - - 2 √ √ - - - 3 √ √ - - - 4 √ √ √ - - 5 √ √ √ - - 6 √ √ √ - - 7 √ √ √ - - 8 √ √ √ - - 9 √ √ √ - - 10 √ √ √ √ - 11 √ √ √ √ - 12 √ √ √ √ √ 13 √ √ √ √ √ 14 √ √ √ √ √ 15 √ √ √ √ √ 16 √ √ √ √ √ 17 √ √ √ √ √ 18 √ √ √ √ √ 19 √ √ √ √ √ 20 Panen A B

Perkembangan gejala serangan F. intonsa pada bunga stroberi dimulai pada 1 hari setelah infestasi (HSI) terlihat bercak cokelat pada mahkota bunga sampel. Bercak tersebut muncul pada bagian pangkal mahkota (Gambar 10A) dan bertambah lebar kebagian pangkal mahkota lainnya. Pada 2 HSI mulai terlihat munculnya gejala bercak cokelat pada tangkai sari dan pada 4 HSI gejala bercak cokelat pada pangkal kelopak bunga mulai terlihat. Setelah 4 HSI sebagian besar mahkota bunga sampel telah rontok. Pada mahkota bunga kontrol tidak dijumpai bercak cokelat, namun seluruh mahkota bunga kontrol telah rontok pada 3 HSI sampai 4 HSI. Pada 7 HSI, terlihat dasar bunga mulai membesar yang selanjutnya

Dokumen terkait