• Tidak ada hasil yang ditemukan

TESIS A121308018 FATMAWATI ALIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TESIS A121308018 FATMAWATI ALIM"

Copied!
224
0
0

Teks penuh

(1)

i

ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA

DI KOTA PEKANBARU

(Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013)

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Keolahragaan

Oleh

FATMAWATI ALIM NIM. A121308018

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2015

(2)

ii

SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013)

TESIS Oleh

FATMAWATI ALIM

NIM. A121308018

Telah disetujui oleh pembimbing

Komis Pembimbing Nama Tanda Tangan Tangggal

Pembimbing I Prof. Dr. Sugiyanto.

NIP. 194911 08197609 1 001

……… ...…..2015

Pembimbing II Prof. Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd. NIP. 19651128 199003 1 001

……… ...……2015

Telah dinyatakan memenuhi syarat Pada tanggal …………2015 Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan

Program Pasca Sarjana UNS

Prof. Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd. NIP. 19651128 199003 1 001

(3)

iii

SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013)

(4)

iv

PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

1. Tesis yang berjudul : IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Khasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013).

Ini adalah hasil karya penelitian saya sendiri dan bebas plagiat, serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain. Kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan serta daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sangsi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Permendiknas No.17, Tahun 2010).

2. Publikasi sebagian atau seluruh isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain harus seizin dan pernyataan tim pembimbing sebagai author dan PPs UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester (enam bulan sejak pengesahan tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan tesis ini, maka Prodi Ilmu Keolahragaan berhak mempublikasikan pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Ilmu Keolahragaan PPs UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini. maka saya bersedia mendapatkan sangsi akademik yang berlaku.

Surakarta, April 2015 Mahasiswa

Fatmawati Alim A121308018

(5)

v

PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU. (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013). Pembimbing I Prof. Dr. Sugiyanto, Pembimbing II Prof. Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd. Tesis Pascasarjana Program Studi Ilmu Keolahragaan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

ABSTRAK

Latar belakang penelitian adalah penerapan implementasi kurikulum pendidikan jasmani adaptif masih jauh dari apa yang diharapkan dan di dalam pelaksanaannya masih banyak yang belum tercapai hal ini dapat dilihat dari pelaksanaannya manajemen kurikulum yang merupakan pokok kegiatan terencana meliputi bidang perencanaan, dan pengembangan, pelaksanaan dan perbaikan kurikulum. Proses tersebut bertujuan secara beruntun meliputi: (1) Perencanaan, (2) Pengorganisasian, (3) Pengstafan, (4) Pengawasan. Sedangkan di dalam pelaksanaannya meliputi : (1) Sumber daya penunjang, (2) Proses pembelajaran, dan (3) Usaha atau kesulitan serta usaha guru dalam mengajar dan berinteraksi dengan siswa.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif yang dikemukakan oleh Sugiyono dan mengunakan teknik pengumpulan data menggunakan Observasi, Wawancara dengan informan meliputi kepala sekolah, guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, pegawai tata usaha pada setiap sekolah luar biasa se-Kota Pekanbaru, dan pengawas sekolah luar biasa se-Kota Pekanbaru, dan Studi dokumentasi.

Hasil perencanaan kurikulum pendidikan jasmani adaptif di 6 SLB Kota Pekanbaru, hanya SLB Cendana yang merencanakan kurikulum pendidikan jasmani adaptif. Pengorganisasian kurikulum hanya memiliki struktur organisasi dalam kepemerintahan dari Kemendikbud, Dinas Provinsi, Dinas Daerah, guru inti dan kepala sekolah. Sementara untuk di sekolah hanya memiliki tim. Tim dalam perencanaan, penyusunan, pengembangan dan penyesuaian kurikulum melibatkan kepala sekola, guru kelas, guru bidang studi, orang tua siswa. Pengstafan tidak berjalan dengan semestinya karena masih kurangnya tenaga pengajar dan pegawai SLB Kota Pekanbaru. Pengawasan yang dilakukan kepala sekolah sesuai dengan semestinya mulai dari perencanaan kurikulum sampai dengan pelaksanaan. Sementara pengawas PLB hanya memantau keadaan sekolah dan tidak melihat pelaksanaan kurikulum. Sumber daya penunjang pendidikan jasmani adaptif tidak memadai dan masih harus diperhatikan pengandaan dan modifikasi untuk sarana dan prasarana. Proses pembelajaran pendidikan adaptif disesuaikan dengan kondisi fisik siswa. Kendala serta usaha guru dalam mengajar dan berinteraksi dengan siswa tidak memiliki kesulitan yang berarti.

Kesimpulan bahwa implementasi kurikulum pendidikan jasmani belum berjalan dengan semestinya karena tidak adanya perencanaan dan guru yang khusus mengajar penjasorkes. Masih kurangnya sumber daya penunjang yang mendukung kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani adaptif.

Kata Kunci: Implementasi Kurikulum, Manajemen Kurikulum, Sumber Daya Penunjang, Proses Pembelajaran, Kendala Serta Usaha.

(6)

vi

PHYSICAL EDUCATION CURRICULUM IN JUNIOR AND SENIOR HIGH SCHOOLS FOR STUDENT WITH DISABILITIES IN PEKANBARU CITY (A Case Study on the Management of 2013 Curriculum). First Counselor: Prof. Dr. Sugiyanto, Second Counselor: Prof. Dr. Agus Kristiyanto M.Pd. Postgraduate Thesis of Sport Science Study Program of Surakarta Sebelas Maret University

ABSTRACT

The implementation of physical education curriculum in practice has management constituting the specifics of planned activities including curriculum planning and development, implementation and revision. Those processes included: (1) planning, (2) organization, (3) staffing, (4) supervision. Meanwhile, the implementation included: (1) supporting resource, (2) learning process, and (3) the constraints or the interview with informants including headmasters, physical education, sport and health teachers, administrators in individual schools and supervisors of schools for students with disabilities (SLBs), and documentation study.

The result of adaptive physical education curriculum planning in 6 SLBs of Pekanbaru City showed that only SLB Cendana made the plan of adaptive physical education curriculum. Curriculum organization only had organizational structure in government from Kemendikbud (Cultural and Education Ministry), Provincial Service, Local Service, main teachers to headmasters. The school only had team. The curriculum developing, and adjustment team involved headmasters, classroom teachers, study field teachers, and students’ parents. Staffing did not run duly due to inadequate number of teaching staffs and employees in SLBs in Pekanbaru City. The supervision had been conducted duly by the headmasters from curriculum planning to implementation. Meanwhile PLB supervisors only monitored the condition of school and did not pay attention to the curriculum implementation. The supporting resource for adaptive physical education had been inadequate and the infrastructure procurement and modification still needed consideration. The process of adaptive education learning was adjusted with the students’ physical condition. The teachers did not encountered substantial difficulty or constraint in teaching and interacting with the students. In their approach, the teachers should be patient, sincerely and wholehearted.

The conclusion of research was that the implementation of physical education curriculum had not run duly yet because of no planning and no teacher specifically teaching physical education, sport and health. The resource supporting the adaptive physical education learning activity was still inadequate. The adaptive physical education learning was adjusted with the children’s ability and condition.

Keywords: Implementation of curriculum, Curriculum Management, Learning Process, Constraint and Attempt.

(7)

vii

MOTTO:

Kesuksesan Hanya Dibatasi Oleh Impian dan Kerja Keras.

Mau = Bisa

(8)

viii

Jangan kamu berjalan dimuka bumi ini dengan sombong Karena sesungguhnya kamu tidak akan dapat menembus bumi

Dan tidak akan mampu menjulang setinggi gunung. (Q.S Al Israa: 37)

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT. Dan rasa Terimakasih yang setulus-tulusnya ku persembahkan kepada orang tua yang telah mengiringi setiap langkahku Dengan doa dan tetesan keringat yang telah beliau korbankan untukku.

Hari ini setetes kebahagiaan telah ku nikmati Sekeping cita-cita telah ku raih

Namun…

Perjalanan Ku masih panjang dan perjuangan Ku belum usai Didepan Ku masih terbentang ribuan rintangan

Yang harus Ku Lalui

Untuk itu Ku harapkan Ridha Mu yaa Allah

Dengan penuh ketulusan dan keikhlasan kupersembahkan karya ini kepada: 1. Ayah (Alim Hanafi) dan ibu (Dra. Jalinus, M.Pd.) tercinta.

2. Nenek dan Kakak-kakakku Nova Riolina Alim, Yose Rizal Alim, Dr. Jesi Alexander Alim, M.Pd., Melvi Lesmana Alim, M.Pd. yang selalu memberi dukungan dan motivasi.

3. Agus Sulastio, M.Pd. yang selalu setia memotivasi. 4. Sahabat-sahabat Pascasarjana IOR A angkatan 2013. 5. Sahabat-sahabat setanah rantau.

6. Sahabat-sahabat dan keluarga baru ku di tanah Jawa. 7. Almamaterku FKIP Universitas Riau.

8. Almamaterku Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

(9)

ix

AlhamdulillahiRobbilAlamin. Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmad dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul Implementasi Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif pada SMP dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru, walau masih banyak kekurangan, namun penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikannya. Selawat beriring salam penulis kirimkan kepada harwah Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Tesis ini digunakan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Studi pada Program Pascasarjana, Ilmu Keolahragaan di Universitas Sebelas Maret.

Penulis menyadari, bahwa penyelesaian tesis ini tidak terlepas dari bantuan pemikiran, dukungan, keritik dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta. Yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada Program Pascasarjana UNS.

2. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada Program Pascasarjana UNS.

3. Prof. Dr. Sugiyanto, sebagai Pembimbing I penulisan tesis ini, yang telah memberikan bimbingan yang luar biasa, memberikan banyak ilmu, masukan dan motivasi selama proses perkuliahan maupun dalam proses bimbingan dan penyelesaian tesis ini.

4. Prof. Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd. Sebagai pembimbing II sekaligus Ketua Prodi Ilmu Keolahragaan yang telah memberikan arahan, saran dan motivasi selama perkuliahan maupun dalam proses bimbingan dan penyelesaian tesis ini.

(10)

x

memberikan kemudahan dalam proses pengurusan surat izin penelitian.

7. Teristimewa yang mulia ibunda dan ayahanda, Nenekku serta Kakak-kakak tercinta yang selalu memberikan semangat, perhatian dan penuh pengorbanan baik materil maupun moril di dalam menemani maupun mendoakan selama perkuliahan maupun pada masa penulisan tesis.

8. Agus Sulastio sekeluarga yang tidak henti-hentinya memberikan motivasi dan semangat selama perkuliahan maupun saat penulisan tesis.

9. Rekan-rekan kelas A Pascasarjana Ilmu Kelolahragaan angkatan 2013 yang telah berbagi pengalaman, motivasi selama menempuh studi bersama dan sahabat-sahabat Melta Sari Rama, Rahmi Fitri, Sinta Riza, Nursaumi Rahmadhani, Ermelinda Y.P Larung, Kurnia Wahyu Nengsih, Alfi Nurrina Hakim yang telah meluangkan waktu dalam membantu selama proses penelitian.

Surakarta, April 2015 Penulis

Fatmawati Alim A121308018

(11)

xi

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI TESIS ... iv

ABSTRAK... v

ABSTRACT ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... x i DAFTAR TABEL ... x iv DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah... 8

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 11

(12)

xii

b. Implementasi Kurikulum ... 13

c. Kurikulum 2013 ... 20

d. Kurikulum 2013 Pendidikan Jasmani ... 33

e. Kurikulum Fleksibel ... 35

2. Pendidikan Jasmani Adaptif ... 38

a. Sekolah Luar Biasa (SLB) ... 45

b. Anak Berkebutuhan Khusus ... 48

c. Jenis-Jenis Anak Berkebutuhan Khusus ... 52

d. Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus ... 53

B. Penelitian yang Relevan ... 70

C. Kerangka Berfikir ... 71

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian... 73

B. Jenis Penelitian ... 73

C. Sumber Data ... 73

D. Teknik Pengumpulan Data ... 74

E. Teknik Penjamin Keabsahan Data ... 77

F. Teknik Analisis Data ... 78

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Tentang SMP dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru. ... 81

B. Hasil Penelitian ... 143

(13)

xiii

3. Pengstafan Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif ... 162

4. Pengawasan Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif ... 165

5. Sumber Daya Penunjang Pendidikan Jasmani Adaptif ... 169

6. Proses Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif ... 172

7. Kendala Serta Usaha dalam Mengajar dan Berinteraksi deng- an Siswa SMP dan SMA Luar Biasa ... 179

C. Pembahasan ... 183

1. Perencanaan Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif ... 183

2. Pengorganisasian Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif ... 184

3. Pengstafan Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif ... 185

4. Pengawasan Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif ... 185

5. Sumber Daya Penunjang Pendidikan Jasmani Adaptif ... 186

6. Proses Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif ... 187

7. Kendala Serta Usaha dalam Mengajar dan Berinteraksi deng- an Siswa SMP dan SMA Luar Biasa ... 189

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 190

B. Implikasi ... 192

C. Saran ... 194

DAFTAR PUSTAKA ... 197

(14)

xiv

Tabel 1. Penyempurnaan Pola Pikir Perumusan Kurikulum ... 27

Tabel 2. Sikap, Pengetahuan, Keterampilan Berdasarkan Permendikbud No. 54 Tahun 2013 ... 35

Tabel 3. Klasifikasi Anak Tunagrahita Berdasarkan Drajat Keterbelakangan- nya ... 63

Tabel 4. Keadaan Guru dan Pegawai SLB Sri Mujinab ... 98

Tabel 5. Keadaan Guru dan Pegawai SLB Cendana Rumbai ... 98

Tabel 6. Keadaan Guru dan Pegawai SLB Pelita Hati ... 99

Tabel 7. Keadaan Guru dan Pegawai SLB Negeri Pembina ... 100

Tabel 8. Keadaan Guru dan Pegawai SLB Melati ... 101

Tabel 9. Keadaan Guru dan Pegawai SLB Al-Faqih ... 102

Tabel 10. Peraturan Seragam SLB Sri Mujinab ... 132

Tabel 11. Peraturan Seragam SLB Cendana Rumbai ... 133

Tabel 12. Keadaan Siswa Tahun Ajaran 2014/2015 SLB Sri Mujinab Menu- rut Kelainan ... 138

Tabel 13. Keadaan Siswa Tahun Ajaran 2014/2015 SLB Cendana Rumbai Menurut Kelainan ... 139

Tabel 14. Keadaan Siswa Tahun Ajaran 2014/2015 SLB Pelita Hati Menu- rut Kelainan ... 140

Tabel 15. Keadaan Siswa Tahun Ajaran 2014/2015 SLB Negeri Pembina Menurut Kelainan ... 141

Tabel 16. Keadaan Siswa Tahun Ajaran 2014/2015 SLB Melati Menurut Kelainan ... 142 Tabel 17. Keadaan Siswa Tahun Ajaran 2014/2015 SLB Al-Faqih Menurut

(15)

xv

Gambar 1. Penampang Mata dan Proses Melihat Normal ... 54 Gambar 2. Contoh Proses Penglihatan Tidak Normal ... 54 Gambar 3. Bagan Kerangka Konseptual Implementasi Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif ... 72 Gambar 4. Stuktur Organisasi SLB Sri Mujinab Pekanbaru Tahun 2014

/2015 ... 92 Gambar 5. Struktur Organisasi SLB Cendana Rumbai Pekanbaru Tahun

2014/2015 ... 93 Gambar 5. Struktur Organisasi SLB Pelita Hati Pekanbaru Tahun 2014/

2015 ... 94 Gambar 5. Struktur Organisasi SLB Negeri Perbina Pekanbaru Tahun

2014/2015 ... 95 Gambar 5. Struktur Organisasi SLB Melati Pekanbaru Tahun 2014/2015 ... 96 Gambar 5. Struktur Organisasi SLB AL-Faqih Pekanbaru Tahun 2014

/2015 ... 97

(16)

xvi

Lampiran Dokumentasi ... 201 Lampiran Wawancara ... 209

(17)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu tujuan Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, selaras dengan UUD 1945 dan ditegaskan lagi didalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, mengamanatkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu, setiap warga Negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya tanpa memandang status sosial, ras, etnis dan gender. Pendidikan yang bermutu merupakan prasarat terbentuknya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Yaitu warga Negara yang unggul secara intelektual, dan moral serta pendidikan dilaksanakan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokrasi serta bertanggung jawab. Secara universal bahwa pendidikan diseluruh dunia adalah hak setiap manusia, baik mereka yang normal maupun mereka yang memiliki kelainan sedemikian rupa baik fisik, mental, sosial maupun gabungan dari ketiga aspek tersebut.

Dengan demikian pembangunan pendidikan nasional perlu diarahkan pada peningkatan martabat manusia secara holistik, yang memungkinkan dimensi kemanusiaan paling elementer di atas dapat berkembang secara optimal. Oleh karena itu, lembaga pendidikan seyogyanya menjadi wahana strategis bagi upaya pengembangan segenap potensi individu, termasuk membangun manusia berkarakter dan berwawasan kebangsaan bagi peserta didik, yang menjadi landasan penting bagi upaya memelihara persatuan berbangsa dan bernegara dalam pergaulan masyarakat dunia. Dalam pelaksanaan kemajuan dan perkembangan pendidikan selalu diusahakan melalui berbagai hal yang terstandar menuju yang terbaik.

(18)

ayat (1) berbunyi : “Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran”. Dengan demikian bahwa hak setiap warga negara Indonesia untuk memperoleh pendidikan sudah dijamin oleh Undang-Undang Dasar 45 yang bersifat mengikat. Artinya, pihak manapun tidak dapat menghalangi atau merintangi maksud seseorang untuk belajar dan mendapatkan pengajaran. Jadi pendidikan itu sudah diatur untuk semua warga negara Indonesia, baik meraka yang normal maupun yang memiliki kelainan sedemikian rupa baik fisik, mental, sosial maupun kombinasi antara ketiga kelainan tersebut.

Generasi yang terdidik adalah aset bangsa yang sangat diharapkan untuk masa depan bangsa, untuk itu diperlukan pendidikan yang berkualitas bagi anak bangsa Indosesia. Generasi bangsa berhak mendapatkan pendidikan yang layak dan berkualitas tidak hanya meraka yang normal, tetapi mereka yang memiliki kelainan sedemikian rupa baik fisik, mental, sosial maupun gabungan dari ketiga aspek tersebut.

Secara lebih rinci lagi tentang hak warga negara untuk memperoleh pengajaran itu telah disebutkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Pasal 5 ayat (1) setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu; dan ayat (5) dan setiap warga negarak berhak mendapatkan kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat.

Dalam mampiran Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 1 Tahun 2008 tentang standar proses Pendidikan Khusus Tunanetra, Tunarungu, Tunadaksa, Tunagrahita dan Tunalaras. Biro hukum dan organisasi Departemen Pendidikan Nasional, Kepala Bagian Penyusunan Rancangan Peraturan Perundang-Undangan dan Bantuan Hukum di dalam Hargio (2012:1) mengungkapkan:

Mengingat kebinekaan budaya, keragaman latar belakang dan karakteristik peserta didik, serta tuntutan untuk menghasilkan lulusan yang bermutu, proses pembelajaran harus fleksibel, bervariasi, dan memenuhi standar. Proses pembelajaran setiap satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruangan yang cukup bagi prakarsa, kreativiras, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

(19)

mencerdaskan kehidupan bangsa dan yang membentuk watak serta peradaban bangsa juga seluruh kehidupan manusia. Begitu juga pada pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang merupakan integral dari suatu pendidikan.

Dalam setiap satuan pendidikan diatur oleh kurikulum yang nengatur sistematis berjalannya pembelajaran dan struktur di sekolah. Bentuk penyesuaian kurikulum bagi anak berkebutuhan khusus dapat dituangkan kedalam program pendidikan individual atau program pengajaran individual yang disebut juga kurikulum fleksibel yang sesuai dengan keterbatasan masing-masing peserta didik. Program pengajaran individual merupakan rencana pendidikan bagi seorang peserta didik yang berkebutuhan khusus baik yang memiliki kecerdasan dan bakat istimewa maupun yang memiliki kelainan khusus. Dengan memberikan kesempatan yang sama kepada anak yang normal dan anak yang mempunyai kelainan untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran, berarti memperkecil kesenjangan angka partisipasi anak normal dengan anak yang luar biasa.

Untuk investasi jangka panjang dengan lahirnya para penyandang cacat, berkelainan atau anak berkebutuhan khusus yang terdidik dan terampil, secara tidak langsung dapat mengurangi biaya perawatan dan biaya pelayanan kebutuhan sehari-hari (Efendi, 1999). Disamping itu ada efek psikologis, yaitu tumbuhnya motivasi berprestasi dan tumbuhnya percaya diri anak luar biasa. Keadaan seperti ini dapat mempertinggi pertumbuhan konsep diri anak berkelainan. Yang dimaksud dengan berkelainan fisik antara lain; tunanetra, tunarungu, cacat pada salah satu anggota tubuh dan tunadaksa, dan yang di maksud dengan berkelainan mental; tunalaras, tunagrahita.

Pendidikan luar biasa adalah pendidikan yang disesuai dengan kelainan, sekolahnya tidak sama dengan kelas-kelas anak yang normal. Menurut Wahyudi (2005) “Pendidikan luar biasa merupakan pendidikan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak luar biasa”. Adapun yang dirancang dalam pendidikan luar biasa adalah kelas, program dan pelayanan, sehingga sekolah luar biasa disebut juga kelas spesial. Hal ini juga telah di sebutkan dalam kurikulum yang telah berlaku.

(20)

dalam kemampuan berfikir, penglihatan, pendengaran, sosial, dan gerak”.

Menurut Hosni (2003:6-8) untuk keperluan pendidikan luar biasa anak berkelainan dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu; 1) Masalah dalam sensorimotor, anak yang mengalami kelainan dan memiliki efek terhadap kemampuan melihat, mendengar, dan kemampuan geraknya. Kelainan sensorimotor secara umum lebih mudah diidentifikasi, ini tidak berarti selalu lebih mudah dalam menemukan kebutuhan dalam pendidikan. Ada tiga jenis kelainan yang termasuk problem dalam sensorimotor yaitu: (a) Hearing disorders (kelainan pendengaran atau tunarungu), (b) Visual impairment (kelainan penglihatan atau tunanetra), (c) Physical disability (kelainan fisik

atau tanadaksa). 2) Masalah dalam belajar dan tingkah laku, kelompok anak luar biasa yang mengalami problem dalam belajar yaitu; (a) Mental raterdation (keterbelakangan mental atau tunagrahita), (b) Learning disability (ketidak mampuan belajar atau kesulitan belajar khusus), (c) behavior disorders (anak nakal atau tunalaras), (d) Giftetand telented (anak berbakat), (e) Multy handicap (cacat lebih dari satu atau

tunaganda). Jadi pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus ini harus dilakukan secara menyeluruh dan sesuai dengan kelainan yang dimiliki peserta didik baik untuk pendidikan umum maupun pendidikan jasmaninya.

Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan kemampuan gerak, pengetahuan dan perilaku hidup aktif dan sikap positif melalui kegiatan jasmani (Srijono 1995:11).

Pendidikan jasmani yang diberikan di sekolah mempunyai jangkauan yang sangat luas, selain siswa diharapkan memiliki pengetahuan dan keterampilan dibidang olahraga pendidikan jasmani juga mengarahkan siswa untuk tumbuh dan berkembang secara harmonis dan seimbang, selain itu mengarahkan siswa pada tingkah laku yang baik. Hal ini sesuai dengan pengertian pendidikan jasmani menurut Abduljabar (2009:8) yakni pendidikan jasmani dilaksanakan melalui media fisikal, yaitu beberapa aktivitas fisikal atau beberapa tipe gerak tubuh, meskipun para siswa mendapat keuntungan dari proses aktivitas fisikal, tetapi keuntungan tidak selalu berupa fisikal, non fisikal pun bisa diraih seperti perkembangan intelektual, sosial, estetika, dan pekembangan kognitif dan afektif.

(21)

meningkatkan keterampilan gerak dan nilai-nilai fungsional yang mencakup aspek koognifif, afektif dan sosial. Aktivitas ini harus disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan siswa.

Pendidikan jasmani tidak hanya disajikan pada siswa normal saja, tetapi pendidikan jasmani juga disajikan pada anak-anak luar biasa. Anak luar biasa (cacat) dalam dunia pendidikan disebut juga Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang memiliki ciri-ciri penyimpangan atau kelainan mental, fisik, emosi, sosial, maupun tingkah laku dan membutuhkan modifikasi dan layanan khusus untuk memenuhi kebutuhan pendidikannya agar dapat mengembangkan sumua potensi dan bakat yang dimilikinya.

Pendidikan jasmani untuk anak berkebutuhan khusus disebaut dengan pendidikan jasmani adaptif yang merupakan pembinaan pendidikan jasmani bagi anak berkebutuhan khusus. Menurut Henderayana (2007:7) menyatakan bahwa pendidikan jasmani adaptif adalah sebuah program yang bersifat individual yang yang meliputi jasmani/fisik, kebugaran gerak, pola maupun keterampilan gerak dasar. Keterampilan-keterampilan air, menari, permainan olahraga baik individu maupun beregu yang didesain bagi penyandang cacat.

Sama halnya pendidikan yang dilakukan oleh siswa normal, pendidikan jasmani adaptif disajikan untuk membantu agar siswa memahami mengapa siswa bergerak dan melakukannya secara aman, efisien dan efektif. Hal ini disebabkan kerana gerak merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia dan tanpa gerak manusia tidak akan mampu mempertahankan hidupnya baik dari aspek kesehatan, pertumbuhan fisik, perkembangan mental sosial dan intelektual. Siswa yang memiliki kebutuhan khusus memiliki hak yang sama dengan siswa normal pada umumnya untuk memdapatkan pendidikan yang layak terutama dalam pendidikan jasmani.

Anak berkebutuhan khusus memiliki gerak yang sangat terbatas dalam mengikuti pendidikan jasmani. Faktor yang paling penting dan harus diperhatikan dalam pembelajaran pendidikan jasmani adaptif adalah semua intruksi harus jelas dan isyarat yang diberikan harus dapat dipahami oleh siswa berkebutuhan khusus.

(22)

tunadaksa, tunalaras dan tunaganda. Sekolah-sekolah luar biasa yang ada di Kota Pekanbaru memiliki visi dan misi yang hampir sama dengan sekolah TK, SD, SMP, SMA umum. Walaupun jumlah siswa pada setiap tingkatnya berjumlah tidak banyak, tetapi pembelajaran tetap terlaksana seperti sekolah biasa pada umumnya.

Menurut Hosni didalam Erianti (2008;4) hakekat pembelajaran adaptif adalah merupakan pembelajaran yang bisa dimodifikasi dan dirancang sedemikian rupa sehingga dapat dipelajari, dilaksanakan, dan memenuhi kebutuhan pendidikan pembelajaran Anak Luar Biasa (ALB). Dengan demikian dapat dikatakan pembalajaran adaptif merupakan suatu sistem penyampaian layanan yang bersifat menyeluruh (comprehensif) dan dirancang untuk mengetahui, menemukan dan memecahkan masalah dalam ranah psikomotor. Hampir semua jenis Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) memiliki masalah dalam ranah psikomotor. Masalah psikomotor sebagai akibat dari keterbatasan kemampuan sensomotorik, keterbatasan dalam kemampuan belajar. Sebagian ABK bermasalah dalam interaksi sosial dan tingkah laku. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa peranan pendidikan jasmani bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) sangat diperlukan agar mampu mengembangkan daya pikirnya dan termotivasi untuk melakukan kegitan olahraga yang sesuai dengan kemampuannya. Dengan kata lain motivasi eksternal dan pembinaan dibutuhkan untuk menggerakkan motivasi internal dari siswa.

Untuk memenuhi hak atas pendidikan bagi penyandang cacat atau ketunaan yang ditetapkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 32 ayat 1 berbunyi “Pendidikan khusus merupakan pendidikan peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa”. Jadi pendidikan khusus harus dilakukan secara menyeluruh agar tercapai tujuan dalam pendidikan adaptif begitu pula pada pendidikan jasmani adaptif yang sangat harus diperhatikan karena pendidikan jasmani dapat membantu dalam tumbuh kembang pesetra didik berkebutuhan khusus.

(23)

berbeda dibandingkan dengan SDLB, SMPLB, SMALB di Sekolah Luar Biasa (SLB) hal yang harus diperhatikan dalam implementasi kurikulumnya adalah dengan cara memodifikasi komponen pada kurikulum yang sesuai dengan kelainan peserta didik. Sementara itu dalam implementasi kurikulum harus berpegang pada acuan menajemen kurikulum agar tercapainya tujuan pembelajaran. Dakam hal ini menurut Hamalik didalam Agustinus (2014:31) ada empat fungsi manajemen yang dapat digunakan dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum yakni: 1) planning, 2) organizing, 3) staffing, dan 4) controlling.

Dengan penyusunan manajemen yang baik diharapkan implementasi kurikulum 2013 juga terlaksana dengan baik. Sehubungan dengan itu apakah implementasi kurikulum pada Sekolah Luar Biasa kota Pekanbaru telah terlasana? Dari apa yang telah peneliti jumpai dilapangan dalam pelaksanaannya mata pelajaran pendidikan jasmani di SLB Kota Pekanbaru dilapangan, SMPLB dan SMALB digabung menjadi satu dengan kurikulum yang berbeda dan kelainan yang berbeda pula, apakah akan dapat mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan sesuai dengan tuntutan kurikulum? Dengan guru yang bukan berlatar belakang pendidikan jasmani. Untuk terlaksananya dan berjalannya tujuan dari kurikulum dengan sebagaimana mestinya harus dirancang kelas, program dan layanan terhadap anak-anak berkelainan. Dari apa yang pernah penulis amati hal-hal seperti diatas untuk pelajaran penjas tidak berjalan seperti apa yang seharusnya. Dari 6 (enam) SMP dan SMA Luar Biasa di kota Pekanbaru hanya 1(satu) sekolah yang memiliki guru olahrag yang berlatar belakang pendidikan olahraga. Hal ini membuat penulis untuk meneliti Implementasi Kurikulum Pendidikan jasmani Adaptif Pada SMP dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan lartar belakang yang telah dikemukakan di atas maka dapat diidentifikasi ,adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan implementasi kurikulum pendidikan adaptif pada SMP dan SMA Luar Biasa di kota Pekanbaru?

2. Bagaimana sistem organisasi Implementasi kurikulum pendidikan jasmani adaptif pada SMP dan SMA Luar Biasa Kota Pekanbaru?

(24)

pelaksanaan kurikulum pendidikan jasmani adaptif pada SMP dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru?

4. Bagaimana pengawasan atau pengontrolan dalam implementasi kurikulum pendidikan jasmani adaptif pada SMP dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru? 5. Bagaimana sumber daya penunjang kurikulum pendidikan jasmani adaptif pada

SMP dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru?

6. Bagaimana pelaksanaan proses belajar mengajar pendidikan jasmani adaptif pada SMP dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru?

7. Bagaimana kendala atau kesulitan serta usaha guru penjas adaptif dalam mengajar dan berinteraksi dengan siswa berkebutuhan khusus di Sekolah Luar Biasa Kota Pekanbaru?

8. Bagaimanakah Sistem Pembinaan atlet pelajar luar biasa SMP dan SMA Luar Biasa Kota Pekanbaru?

C. Rumusan Masalah

Bedasarkan dari identifikasi masalah yang telah dipaparkan diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan implementasi kurikulum pendidikan jasmani adaptif pada SMP dan SMA Luar Biasa di kota Pekanbaru?

2. Bagaimana sistem organisasi Implementasi kurikulum pendidikan jasmani adaptif pada SMP dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru?

3. Bagaimana pengembangan staf atau sumber daya manusia dalam mengelola dan pelaksanaan kurikulum pendidikan jasmani adaptif pada SMP dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru?

4. Bagaimana pengawasan atau pengontrolan dalam implementasi kurikulum pendidikan jasmani adaptif pada SMP dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru? 5. Bagaimana sumber daya penunjang kurikulum pendidikan jasmani adaptif pada

SMP dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru?

6. Bagaimana proses belajar mengajar pendidikan jasmani adaptif pada SMP dan SMA Luar Biasa kota Kota Pekanbaru?

(25)

dan berinteraksi dengan siswa berkebutuhan khusus di Sekolah Luar Biasa di Kota Pekanbaru?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah tersebut diatas, maka dilakukan penelitian dengan tujuan sebagai berikut:

1. Menemukan pelaksanaan perencanaan dalam implementasi kurikulum 2013 pendidikan jasmani adaptif di Sekolah Luar Biasa (SLB) Kota Pekanbaru. 2. Menemukan sistem organisasi dalam implementasi kurikulum 2013 pendidikan

jasmani adaptif di Sekolah Luar Biasa (SLB) Kota Pekanbaru.

3. Menemukan kebenaran tentang pengstafan dan sumber daya manusia dalam implementasi kurikulum 2013 pendidikan jasmani adaptif di Sekolah Luar Biasa (SLB) Kota Pekanbaru.

4. Menemukan kebenaran pengawasan atau pengontrolan dalam implementasi kurikulum 2013 pendidikan jasmani adaptif di Sekolah Luar Biasa (SLB) Kota Pekanbaru.

5. Menemukan kebenaran tentang perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di Sekolah Luar Biasa (SLB) Kota Pekanbaru.

6. Menemukan kebenaran tentang ketersediaan fasilitas olahraga di Sekolah Luar Biasa (SLB) Kota Pekanbaru.

7. Menemukan kebenaran tentang kendala, kesulitan serta guru penjas adaptif dalam mengajar dan berinteraksi dengan siswa berkebutuhan khusus di Sekolah Luar Biasa di Kota Pekanbaru

E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai:

1. Informasi kepada pengelola pendidikan secara umum dan khususnya Sekolah Luar Biasa (SLB) yang ada di Kota Pekanbaru.

(26)

pembinaan dan peningkatan kompetensi guru-guru pendidikan jasmani adaptif dan miningkatkan pembinaan serta kompetensi atlet-atlet pelajar Luar Biasa yang ada di Sekolah Luar Biasa (SLB) Kota Pekanbaru.

4. Masukan bagi Pejabat Dinas Pendidikan dan yayasan yang mengelola Sekolah Luar Biasa (SLB) untuk mengambil kebijaksanaan dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di Sekolah Luar Biasa (SLB) Kota pekanbaru.

5. Bagi peneliti sebagai landasan berpijak dalam melaksanakan penelitian yang lebih luas dan merupakan aksi turut andil dalam pengembangan dan pembangunan olahraga di Kota Pekanbaru.

6. Meningkatkan motivasi bagi pelajar berkebutuhan khusus dalam pembelajaran pendidikan jasmani adaptif dan mengembangkan potensi diberbagai cabang olahraga.

(27)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Hakekat Kurikulum a. Pengertian Kurikulum

Istilah “kurikulum” bukanlah asli bahasa Indonesia. Istilah ini baru masuk dalam dunia pendidikan Indonesia pada tahun 1968, yaitu sejak lahirnya kurikulum 1968 untuk menggantikan kurikulum sebelumnya yakni Perencanaan Pembalajaran 1950. Istilah kurikulum itu sendiri diambil dari bahasa Yunani, curriculum. Pada masa Yunani dulu, istilah ini pada awalnya digunakan untuk dunia olahraga, yaitu berupa jarak yang harus ditempuh oleh seseorang pelari, mulai dari garis start sampai dengan finish. Seiring berjalananya waktu, istilah ini kemudian mengalami perkembangan dan meluas hingga ke dunia pendidikan.

Imas & Berlin (2014:2) mendefinisikan kurikulum menjadi dua, yaitu: 1) definisi kurikulum berasal dari dunia olahraga dan kemudian diadaptasi dan digunakan kedalam dunia pendidikan, 2) definisi kurikulum senantiasa mengalami perkembangan dari waktu kewaktu mulai dari definisi yang sangat sederhana menjadi definisi yang sangat kompleks.

Dalam sejarah pendidikan di Indonesia sudah beberapa kali diadakan perubahan dan perbaikan kurikulum. Perubahan kurikulum tersebut didasari kepada kesadaran bahwa perkembangan dan perubahan yang terjadi menuntut perlunya perbaikan sistem pendidikan nasional, termasuk penyempurnaan kurikulum untuk mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan. ( Nasution,2009:3).

Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSP) pada pasal 1 butir 19 dinyatakan bahwa kurikulim adalah; Seperangkat rencana dan peraturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

(28)

Menilik dari pengertian kurikulum diatas, maka bisa dikatakan bahwa kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu pendidikan. Kurikulum ibarat jantung pendidikan, jika jantung itu berfungsi baik maka keseluruhan badan pun akan berfungsi dengan baik. Tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat, maka suatu tujuan dan sasaran dari pendidikan akan sulit dicapai.

Suyanto dan Djihad Hisyam (2000) menyatakan bahwa kurikulum dapat dikelompokan menjadi 4 jenis, yaitu: (1) Kurikulum sebagai produk, (2) kurikulum sebagai program, (3) kurikulum sebagai hasil belajar yang diinginkan, dan (4) kurikulum sebagai pengalaman belajar siswa. Dalam kurikulum mengandung bahan kajian, muatan meteri, dan pengalaman belajar akan menimbulkan beragam interaksi atara guru dan siswa. Interaksi ini tercakup dalam proses pembelajaran.

Sukmadinata dalam Agustinus (2014:32) mengemukakan bahwa terdapat tiga konsep tentang kurikulum, yaitu: 1) kurikulum sebagai suatu substansi. Suatu kurikulum dipandang orang sebagai suatu rencana kegiatan belajar, bagi murid-murid disekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum juga dapat menunjuk kepada suatu dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar mengajar, jadwal dan evaluasi. Suatu kurikulum juga dapat digambarkan sebagai dokumen tertulis sebagai persetujuan bersama antar para penyusun kurikulum dan pemegang kebijaksanaan pendidikan dengan masyarakat. Suatu kurikulum juga dapat mencakup lingkung tertentu, suatu sekolah, suatu kabupaten, provinsi, atau pun seluruh Negara. 2) kurikulum sebagai suatu sistem, yaitu sistem kurikulum. Sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem persekolahan, sistem pendidikan bahkan sistem masyarakat. Sistem kurikulum mencakup struktur personalia, dan prosedur kerja, bagaimana cara menyusun kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi dan menyempurnakannya. Hasil dari suatu sistem kurikulum adalah tersusunnya suatu kurikulum, dan fungsi dari sistem kurikulum adalah bagaimana memelihara kurikulum agar tetap dinamis, 3) kurikulum sebagai bidang studi yaitu kurikulum bidang studi. Ini merupakan bidang kajian para ahli kurikulum, ahli pendidikan dan pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum. Mereka yang mendalami bidang kurikulum mempelajari

(29)

konsep dasar tentang kurikulum. Melalui studi kepustakaan dan berbagai kegiatan penelitian dan percobaan, mereka menemukan hal-hal baru yang dapat memperkaya dan memperkuat bidang studi kurikulum.

Berdasarkan ketiga konsep tersebut, maka dapat dimaknai bahwa kurikulum adalah program pendidikan yang disediakan oleh lembaga pendidikan (sekolah) bagi siswa. Berdasarkan program pendidikan siswa melakukan kegiatan belajar, sehingga mendorong perkembangan dan pertumbuhan sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan.

b. Implementasi Kurikulum

Implementasi merupakan proses penerapan ide, konsep, kebijakan sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan sikap. Menurut Endang (2009:19) proses penerapan ide, konsep dan kurikulum potensial dalam pembelajaran sehingga siswa menguasai seperangkat kompetensi sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.

Implementasi kurikulum pada dasarnya adalah proses mengajar yang dilakukan guru atau proses belajar yang dilakukan siswa didalam atau diluar kelas. Proses pengajaran merupakan rangkaian kegiatan yang melibatkan berbagai komponen (Wina Sanjaya, 2008:196). Faktor - faktor yang berpengaruh terhadap sistem pembelajaran adalah faktor peserta didik, guru, sarana dan prasarana, alat dan media, serta faktor lingkungan.

Selain itu dalam implementasinya harus benar-benar dilakukan secara baik untuk mencapai hasil yang diinginkan dalam pendidikan. Impelmentasi kurikulum menurut Imas & Berlin (2014:5) adalah upaya pelaksanaan atau penerapan kurikulum yang telah dirancang/didesain, ada beberapa hal yang menjadi komponen dalam merancang implementasi kurikulum, di antaranya adalah: (1) Rumusan tujuan, komponen ini membuat rumusan tujuan yang hendak dicapai atau diharapkan tercapai setelah pelaksanaan kurikulum yang mengandung hasil-hasil yang hendak dicapai berkenaan dengan aspek-aspek deduktif, administratif, sosial, dan aspek lainnya. (2) Identifikasi sumber-sumber, komponen ini membuat secara rinci sumber-sumber yang diperlukan

(30)

untuk melaksanakan kurikulum. Perlu dilakukan survey untuk mengetahui sumber-sumber yang digunakan meliputi sumber-sumber keterbacaan, sumber-sumber audio visual, manusia, masyarakat, dan sumber di sekolah yang bersangkutan. (3) Peran pihak-pihak terkait, komponen ini memuat tentang unsur-unsur ketenagaan yang bertindak sebagai pelaksanaan kurikulum, seperti tenaga kerja, supervisor, administrator serta siswa sendiri. (4) Pengembangan kemampuan professional, komponen ini memuat perangkat kemampuan yang dipersyaratkan bagi masing-masing unsur ketenagaan yang terkait dengan implementasi kurikulum. (5) Penjadwalan kegiatan pelaksanaan, komponen ini memuat uraian lengkap dan rinci tentang jadwal pelaksanaan kurikulum. Penjadwalan ini diperlukan sebagai acuan bagi para pelaksana untuk memudahkan pelaksanaan rugas dan partisipasinya dan bagi pengelola dapat dijadikan sebagai rujukan untuk pelaksanaan pengontrolan dan evaluasi. (6) Unsur penunjang, komponen ini membuat uraian lengkap tentang semua unsur penunjang meliputi metode kerja manusia, perlengkapan, biaya, dan waktu yang tersedia. Semua harus direncanakan secara seksama. (6) Komunikasi, komponen ini dirancang sistem dan prosedur komunikasi yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kurikulum. Jika komunikasi berlangsung efektif, maka penyelenggaraan pembelajaran akan berlangsung dengan lancar dan berhasil. (7) Monitoring, komponen ini memuat secara rinci dan kompehensif tentang rencana kegiatan monitoring sejak awal dimulainya pelaksanaan kurikulum, pada waktu proses pelaksanaan secara cermat monitoring tersebut, pelaksanaan dan materi diperlukan. (8) Pencataan dan pelaporan, komponen ini memuat segala sesuatu yang berkenaan dengan pencataan data dan informasi dan memuat laporan yang berkenaan dengan pelaksanaan kurikulum. Pencatatan ini berfungsi ganda yaitu membantu posisi monitoring dan membantu prosedur evaluasi pelaksanaan kurikulum. (9) Evaluasi proses, komponen ini memuat rencana evaluasi proses pelaksanaan kurikulum. Dalam rencana ini digambarkan hal-hal seperti tujuan , fungsi, metode, evaluasi dan bentuk evaluasi. (10) Perbaikan dan Redesain kurikulum, dalam rencana ini perlu diestimasikan kemungkinan dilakukan upaya perbaikan atau redisain kurikulum yang hendak dilaksanakan. Perbaikan ini dilakukan atas dasar umpan balik yang bersumber dari hasil evaluasi.

(31)

Dari beberapa komponen tersebut jelas bahwa implementasi kurikulum harus di laksanakan dengan baik, sepenuh hati dan keinginan yang kuat dalam laksanaannya, permasalahan besar akan terjadi apabila yang dilaksanaakan bertolak belakang atau menyimpang dari yang telah dirancang.

Dalam implementasi kurikulum memiliki suatu proses budaya untuk meningkatkan kualitas manusia melalui manajemen kurikulum. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan pemberdayaan sumber daya secara optimal. Oleh karena itu peranan prinsip-prinsip dalam kurikulum merupakan hal yang amat penting. (Sonhadji didalam Agustinus, 2014:28).

Pada umumnya, untuk melakukan suatu pekerjaan diperlukan kerjasama dengan orang lain serta dukungan Sumber Daya Manusia (SDM) dan material. Makin kompleks suatu pekerjaan, makin diperlukan pendayagunaan insani dan non-insani secara efisien. Dalam kaitannya dengan hal ini Longenecker & Pringle didalam Agustinus (2014:27) mengemukakan bahwa proses pengadaan, pengkombinasian dan pemanfaatan sumber daya insani dan non-insani misalnya uang, sarana fisik, teknologi, dan informasi. Jadi, semakin kompleks organisasi atau masyarakat semakin memerlukan manajemen, dan orang yang mengkoordinasi sumber daya secara efesien untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan.

Hal yang hamper senada dikemukakan Handoko dalam Purwanto (2009:10) mendefinisikan manajemen sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Dalam perkembangan teori manajemen banyak para ahli mendefinisikan manajemen sesuai dengan pemahaman terhadap teori yang dibangunnya. Fungsi manajemen menurut beberapa ahli didalam Agustinus (2014:28) yakni forcasting, programming, budgeting, planning, system, facilitating, organizing, staffing, actualiting,

assembling resources, leading commanding, directing, motivating, coordinating,

controlling, evaluating, reporting. Dari beberapa teori mengenai fungsi manajemen

Agustinus (2014:27) menyimpulkan bahwa manajemen adalah sebuah proses, proses dalam manajemen mempunyai tujuan yang ingin dicapai, dan tujuan yang ingin dicapai melalui dan dengan orang lain.

(32)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen dapat berfungsi sebagai sebuah proses untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai dengan memanfaatka sumber daya insani dan non-insani memalui dan dengan orang lain.

Kurikulum merupakan salah satu substansi manajemen sekolah yang sangat vital. Oleh karenanya, kurikulum perlu dikelola dengan sebaik-baiknya. Dari beberapa teori mengenai kurikulum yang telah dipaparkan sebelumnya, manajemen kurikulum menunjuk pada fungsi-fungsi manajemen. Menurut Hamalik dalam Agustinus (2014:31) terdapat empat fungsi manajemen yang dapat digunakan dalam penyusunan atau pengembangan kurikulum, yakni: (1) planning (Perencanaan), (2) organizing (pengorganisasian), (3) staffing (pengstafan), (4) controlling (pengawasan).

Jadi dalam manajemen kurikum berpatokan pada empat fungsi dalam penyusunan atau perkembangan kurikulum yaitu (1) planning (Perencanaan), (2) organizing (pengorganisasian), (3) staffing (pengstafan), (4) controlling (pengawasan). Dalam perencanaan merupakan sasaran yang hendak dicapai dalam Implementasi Kurikulum 2013 dapat berupa silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, Standar Kompetensi Lulusan (SKK), Kompensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar dan sumber belajar, untuk pelaksanaannya merupakan implementasi dari RPP.

1) Perencanaan (Planning)

Perencanaan berarti memumtuskan apa yang akan dilakukan, bagaimana melakukannya, siapa yang akan melakukannya, dan bilamana akan dilakukan. Kategori perilaku ini termasuk membuat keputusan mengenai sasaran, prioritas, strategi, struktur formal, alokasi sumber daya, penunjukkan tanggungjawab dan pengaturan kegiatan-kegiatan. Tujuan perencanaan adalah untuk memastikan pengorganisasian unit kerja yang efisien, koordinasi kegiatan-kegiatan, penggunaan sumber-sumber daya secara efisien, serta adaptasi terhadap sebuah lingkungan yang berubah.

Menutut Kauffman dalam Agustinus (2014:38) prencanaan adala proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan jalan, sumber tang

(33)

diperlukan seefisien dan seefektif mungkin. Selain itu perencanaan merupakan suatu proses intelektual yang melibatkan pembuatan keputusan.

Selanjutnya Hamalik dalam Agustinus (20014:38) perencanaan harus disusun sebelum pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen lainnya sebab menentukan kerangka untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Hamalik dalam Agustinus (2014:38) menambahkan rencana yang baik dalam rencana kurikulum terdiri dari 5 unsur, yaitu; (1) Tujuan dirumuskan secara jelas. (2) Komprehensif, namun jelas bagi staf dan para anggota organisasi. (3) Hierarki rencana yang terfokus pada daerah yang paling penting. (4) Bersifat ekonomis, mempertimbangkan sumber-sumber yang tersedia. (5) Layak, memungkinkan perubahan.

Perencanaan pada dasarnya merupakan satu siklus tertentu dan melalui siklus sejak awal persiapan sampai pelaksanaan dan penyelesaian perencanaan. Menurut Purwanto (2009:12) Rencana-rencana dibutuhkan untuk memberikan kepada organisasi tujuan-tujuannya dan menetapkan prosedur terbaik untuk pencapaian tujuan-tujuan itu. Di samping itu, rencana memungkinkan: (1) Organisasi bila memperoleh dan mengikat sumberdaya-sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan. (2) Para anggota organisasi untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang konsisten dengan berbagai tujuan dan prosedur terpilih. (3) Kemajuan dapat terus dimonitor dan diukur sehingga tindakan korektif dapat diambil jika tingkat kemajuan tidak meningkat. (4) Perencanaan dapat berupa pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi, dan penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan (Handoko dalam Purwanto 2009:14).

Semua fungsi lainnya sangat tergantung pada fungsi ini, dimana fungsi lain tidak akan berhasil tanpa perencanaan dan pembuatan keputusan yang tepat, cermat dan kontinyu. Tetapi sebaliknya, perencanaan yang baik tergantung pelaksanaan efektif fungsi-fungsi lain.

Berdasarkan beberapa pernyaan diatas dapat dipahami bahwa perencanaan kurikulim adalah rangkaian kegiatan untuk kedepan yang bertujuan untuk mencapai

(34)

seperangkat operasi yang konsisten dan terkoordinasi guna memperoleh hasil-hasil yang diinginkan baik dalam suatu sistem pendidikan maupun secara global.

2) Pengorganisasian (Organizing)

Setelah menetapkan tujuan-tujuan dan menyusun rencanarencana atau program-program untuk mencapainya, maka perlu merancang dan mengembangkan suatu organisasi yang akan dapat melaksanakan berbagai program tersebut secara sukses. Pengorganisasian adalah suatu proses dimana suatu pekerjaan yang ada dibagi atas komponen-komponen yang dapat ditangani dan aktivitas untuk mengkoordinasikan hasil-hasil yang dicapai untuk mencapai tujuan (Winardi didalam Purwanto 2009:15). Sedangkan menurut Hasibuan (1990) pengorganisasian adalah suatu proses untuk menentukan, mengelompokkan tugas dan pengaturan secara bersama aktivitas untuk mencapai tujuan, menentukan orang-orang yang akan melakukan aktivitas, menyediakan alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang dapat didelegasikan kepada setiap individu yang akan melaksanakan aktivitas tersebut.

Agustinus (2014:37) mengemukakan pengorganisasian dapat dilihat dari dua pendekatan, yakni secara structural dalam konteks manajemen, dan secara fungsional dalam konteks akademik atau kurikulum. Dalam konteks manajemen meliputi: (1) Organisasi perencanaan kurikulum yang dilaksanakan oleh suatu lembaga pengembangan kurikulum, atau suatu tim pengembang kurikulum. (2) Organisasi dalam rangka pelaksanaan kurikulum, baik pada tingkat daerah maupun pada tingkat sekolah atau lembaga pendidikan yang melaksanakan kurikulum. (3) Organisasi dalam evaluasi kurikulum, yang melibatkan berbagai pihak dalam proses evaluasi kurikulum.

Selanjutnya secara akademik, organisasi kurikulum dapat dikembangakan dalam bentuk-bentuk organisasi, sebagai berikut: (1) Kurikulum mata pelajarang, yang terdiri dari sejumlah mata pelajaran secara terpisah. (2) Kurikulum bidang studi yang mengfungsikan beberapa mata pelajaran sejenis. (3) Kurikulum integrasi, yang menyatukan dan memusatkan kurikulum pada topik atau masalah tertentu. (4) Core curriculum, yakni kurikulum yang disusun berdasarkan masalah dan kebutuhan siswa.

Berdasarkan beberapa pernyataan di atas, dapat dipahami bahwa pengorganisasian adalah suatu usaha untuk menstrukturkan dan menetapkan kerjasama

(35)

diantara orang-orang dalam kelompok yang meliputi menetapkan tugas, wewenang, tanggungjawab serta tata hubungan kerja masing-masing.

3) Penyusunan Staf (Staffing)

Penyusunan staf (Staffing) menurut Hamalik dalam Agustinus (2014:39) adalah fungsi yang menyesiakan orang-orang untuk melaksanakan suatu sistem yang dilaksanakan dan diorganisasikan. Selanjutnya Agustinus (2014:39) menjelaskanan staffing pada hakikatnya meliputi rekrutmen, seleksi, hiring, penempatan, pelatihan, penilaian, dan kompensasi.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan penyusunan staf adalah penarikan (recruitment), latihan dan pengembangan, serta penempatan dan pemberian orientasi para karyawan dalam lingkungan kerja yang menguntungkan dan produktif.

4) Pengawasan (Controlling)

Pengawasan (contolling) menurut Agustinus (2014:38) merupakan proses pengecekan performance terhadap standar untuk menentukan sejauh mana tujuan yang telah dicapai. Pengontrolan bertalian dengan perencanaan sebagai bagian dari sistem manajemen. Selanjutnya Purwanto (2009:14) Pengawasan adalah penemuan dan penerapan cara dan peralatan untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Hal ini dapat positif maupun negatif. Pengawasan positif mencoba untuk mengetahui apakah tujuan organisasi dicapai dengan efektif dan efisien. Pengawasan negatif mencoba untuk menjamin bahwa kegiatan yang tidak diinginkan atau dibutuhkan tidak terjadi atau terjadi kembali.

Handoko didalam Purwanto (2009:15) mengatakan bahwa fungsi pengawasan pada dasarnya mencakup empat unsur yaitu (1) penetapan standar pelaksanaan, (2) penentuan ukuran-ukuran pelaksanaan, (3) pengukuran pelaksanaan nyata dan membandingkan dengan standar yang telah ditetapkan, dan (4) pengambilan tindakan koreksi yang diperlukan bila pelaksanaan menyimpang dari standar.

Berdasarkan definisi di atas, memberikan gambaran bahwa adanya keterkaitan antara perencanaan dengan pengawasan dan bahkan dengan fungsi-fungsi manajemen yang lain. Pengawasan membantu dalam memberikan penilaian apakah perencanaan, pengorganisasian, penyusunan personalia dan pengawasan sudah dilaksanakan.

(36)

Lebih lanjut untuk kurikulum Hamalik (2010:38) mengemukakan bahwa kontrol kurikulum dapat dipandang sebagai proses pembuatan keputusan-keputusan tentang kurikulum di sekolah atau proses pengajaran yang dibatasi oleh minat-minat pihak luar, seperti orang tua, karyawan, masyarakat local atau masyarakat luas.

Dengan kata lain, pengontrolan menunjuk pada proses dimana hal-hal yang direncanakan bisa dilaksnakan sesuai dengan yang ditargetkan. Fungsi kontrol berlanjut secara simultan dengan fungsi-fungsi lainnya dalam sistem.

c. Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 merupakan serentetan rangkaian penyempurnaan terhadap kurikulum yang telah dirintis tahun 2004 yang berbasis kompetensi lalu di teruskan dengan kurikulum 2006 (KTSP).

Dalam paparan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Ir. Muhammad Nuh dalam Muzamiroh (2013:2) bahwa Titik tekan pengembangan Kurikulum 2013 adalah penyempurnaan pola pikir, penguatan tata kelola kurikulum, pendalaman dan perluasan materi, penguatan proses pembelajaran, dan penyesuaian beban belajar agar dapat menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan dengan apa yang dihasilkan. Pengembangan kurikulum menjadi amat penting sejalan dengan kontinuitas kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya serta perubahan masyarakat pada tataran lokal, nasional, regional, dan global di masa depan. Aneka kemajuan dan perubahan itu melahirkan tantangan internal dan eksternal yang dibidang pendidikan pendidikan. Karena itu, implementasi Kurikulum 2013 merupakan langkah strategis dalam menghadapi globalisasi dan tuntutan masyarakat Indonesia masa depan.

Pengembangan Kurikulum 2013 dilaksanakan atas dasar beberapa prinsip utama. Pertama, standar kompetensi lulusan diturunkan dari kebutuhan. Kedua, standar isi diturunkan dari standar kompetensi lulusan melalui kompetensi inti yang bebas mata pelajaran. Ketiga, semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Keempat, mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai. Kelima, semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti. Keenam, keselarasan tuntutan kompetensi lulusan, isi, proses

(37)

pembelajaran, dan penilaian. Aplikasi yang taat asas dari prinsip-prinsip ini menjadi sangat esensial dalam mewujudkan keberhasilan implementasi Kurikulum 2013.

Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum berbasis kompetensi adalah outcomes-based curriculum dan oleh karena itu pengembangan kurikulum diarahkan pada pencapaian kompetensi yang dirumuskan dari SKL. Demikian pula penilaian hasil belajar dan hasil kurikulum diukur dari pencapaian kompetensi. Keberhasilan kurikulum dartikan sebagai pencapaian kompetensi yang dirancang dalam dokumen kurikulum oleh seluruh peserta didik.

Puskur (2013:84) menyatakan Kompetensi untuk Kurikulum 2013 dirancang sebagai berikut: (1) Isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti (KI) kelas dan dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran. (2)Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan ketrampilan (kognitif dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti adalah kualitas yang harus dimiliki seorang peserta didik untuk setiap kelas melalui pembelajaran KD yang diorganisasikan dalam proses pembelajaran siswa aktif. (3) Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik untuk suatu tema untuk SD/MI/SDLB, dan untuk mata pelajaran di kelas tertentu untuk SMP/MTS/SMPLB, SMA/MA/SMLB, SMK/MAK/SMKLB. (4) Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar di jenjang pendidikan menengah diutamakan pada ranah sikap sedangkan pada jenjang pendidikan menengah pada kemampuan intelektual (kemampuan kognitif tinggi). (5) Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris (organizing elements) Kompetensi Dasar yaitu semua KD dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi dalam Kompetensi Inti. (6) Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal). (7) Silabus dikembangkan sebagai rancangan belajar untuk satu tema (SD/MI) atau satu kelas dan satu mata pelajaran (SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK). Dalam silabus tercantum seluruh KD untuk tema

(38)

atau mata pelajaran di kelas tersebut. (8) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dikembangkan dari setiap KD yang untuk mata pelajaran dan kelas tersebut.

1) Fungsi dan Tujuan Kurikulum 2013

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam mencerdasan kehidupan bangsa. Untuk itu pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang-Undang No.20 Tahun 2003) Secara singkatnya, undang-undang tersebut berharap pendidikan dapat membuat peserta didik menjadi kompeten dalam bidangnya. Dimana kompeten tersebut, sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang telah disampaikan di atas, harus mencakup kompetensi dalam ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagaimana dijelaskan dalam penjelasan pasal 35 undang-undang tersebut.

Sejalan dengan arahan undang-undang tersebut, telah pula ditetapkan visi pendidikan tahun 2025 yaitu menciptakan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif. Cerdas yang dimaksud disini adalah cerdas komprehensif, yaitu cerdas spiritual dan cerdas sosial/emosional dalam ranah sikap, cerdas intelektual dalam ranah pengetahuan, serta cerdas kinestetis dalam ranah keterampilan.

Dengan demikian Kurikulum 2013 adalah dirancang dengan tujuan untuk mempersiapkan insan Indonesia supaya memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia. Kurikulum adalah instrumen pendidikan untuk dapat membawa insan Indonesia memiliki kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sehingga dapat menjadi pribadi dan warga negara yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif. Dijenjang pendidikan formal seharusnya memiliki ciri atau profil sebagai berikut: (a) Pendidikan Dasar Tumbuh keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa: Tumbuh sikap beretika (sopan santun dan beradap), Tumbuh penalaran yang baik (mau belajar, ingin tahu, senang membaca, memiliki inovasi, berinisiatif dan bertanggung jawab),

(39)

Tumbuh kemampuan komunikasi sosial (tertip, sadar aturan, dapat bekerja sama dengan teman, dapat berkompetisi), dan Tumbuh kesadaran untuk menjaga kesehatan badan. (b) Pendidikan Menengah Umum adalag Memiliki keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa mulai mapan, Memiliki etika (sopan santun dan beradap), Memiliki penalaran yang baik (dalam kajian materi kurikulum, kreatif, inisiatif, serta memiliki tanggung jawab) dan penalaran sebagai penekanannya, Kemampuan berkomunikasi/sosial (tertib, sadar atuaran dan undang-undang, dapat bekerja sama, mampu bersaing, toleransi, menghargai hak orang lain, dapat berkompromi), Dapat mengurus dirinya sendiri. Ali (2014:21) mengemukakan bahwa dengan fungsi dan tujuan kurikulum 2013 dapat menjadikan sosok manusia Indonesia lulusan dari berbagai pendidikan formal.

2) Peran Kurikulum 2013

Muzamiroh (2013:133-135) menjelaskan bahwa kurikulum 2013 lebih bersifat tematik integratif yang berarti bahwa ada mata pelajaran yang terkait satu sama lain yakni dengan kata lain mata pelajaran bukan dihilangkan melainkan digabung. Pada kurikulum ini, guru tak lagi dibebani dengan kewajiban membuat silabus pengajaran untuk siswa setiap tahun seperti yang terjadi pada KTSP.

Tujuan kurikulum 2013, sebagaimana yang tercakup dalam Kompetisi Inti ( KI ) dan Kompetensi Dasar ( KD ), bahkan silabus dan buku, telah dipriskripsikan secara terpusat.

Henny Supolo Sitepu (2013:192-198) kurikulum 2013 ini memusatkan pada pengembangan karakter siswa. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) kurikulum 2013 menyebutkan 3 kelompok sikap yang diharapkan dimiliki lulusan, yaitu sifat individu, sikap sosial, dan sikap alam. Terminologi “akhlak mulia” yang tercantum di pasal 3 UU No 20 Tahun 2003 tujuan system pendidikan nasional dijabarkan dalam SKL sebagai sikap individu yaitu jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli dan santun. Kemudian sikap sosial yaitu memiliki toleransi, gotong royong, kerjasama dan musyawarah. Sedangkan sikap alam mencakup pola hidup sehat, ramah lingkungan, patriotik dan cinta perdamaian.

(40)

Menurut Kartono (2013:231) kurikulum 2013 memiliki sasaran dalam setiap jenjang. Untuk tingkat SD, diprioritaskan untuk pembentukan sikap. Sementara tingkat SMP difokuskan untuk mengasah keterampilan dan untuk tingkat SMA dimulai membangun pengetahuan.

3) Pengembangan Kurikulum 2013

Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi penerus bangsa di masa depan, yang diyakini akan menjadi faktor determinan bagi tumbuh kembangnya bangsa dan negara Indonesia sepanjang zaman.

Dari sekian banyak unsur sumber daya pendidikan, kurikulum merupakan salah satu unsur yang memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Jadi tidak dapat disangkal lagi bahwa kurikulum yang dikembangkan dengan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; dan (2) manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3) warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Menurut Permendiknas di dalam pelatihan implementasi kurikulum 2013 Pengembangan kurikulum perlu dilakukan karena adanya berbagai tantangan yang dihadapi, baik tantangan internal maupun tantangan eksternal.

a) Tantangan Internal

Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar pengelolaan, standar biaya, standar sarana prasarana, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar isi, standar proses, standar penilaian,

Gambar

Gambar 5. Struktur Organisasi SLB Cendana Rumbai Pekanbaru Tahun
Tabel. 1 Penyempurnaan Pola Pikir Perumusan Kurikulum
Tabel 2. Sikap, pengetahuan dan keterampilan berdasarkan Permendikbud No.
Gambar 1. Penampang Mata dan Proses Melihat Normal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Lembaga pendidikan guru bagi Anak Luar Biasa yang pertama didirikan di Bandung pada tahun 1952 disebut Bandung pada tahun 1952 disebut Sekolah Guru Pendidikan Luar. Biasa/SGPLB

Berdasarkan hasil analisis data test Iowa-Brace Test for Motor Educability pada siswa Sekolah Dasar dan kuesioner pada Kepala Sekolah, Guru Pendidikan Jasmani, orang tua, dan tokoh

” Survei Sarana dan Prasarana Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar Luar Biasa Bagian A (Tunanetra ), Bagian B (Tunarungu),dan Bagian C ( Tunagrahita )

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru pendidikan jasmani di SMP Negeri dan Swasta Se-Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru yang terdiri dari 9 sekolah.. Untuk lebih

Berdasarkan analisis data mengenai persepsi kepala sekolah tentang kinerja guru TK se Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru dapat disimpulkan yaitu ditinjau dari komponen kognitif

EVALUASI SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN SEKOLAH LUAR BIASA DI KOTA BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Berdasarkan hasil wawancara mendalam terhadap Kepala Sekolah, Guru Pamong Kampus Mengajar Angkatan 2, dan 6 (enam) Mahasiswa Kampus Mengajar Angkatan 2 maka dapat

Sekolah Luar Biasa menggunakan kurikulum 2013 dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk anak tunadaksa pada masa pandemi covid-19 di Sekolah Luar Biasa Negeri 01 Kota