BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan jasmani di dalam sekolah memiliki peranan penting terhadap
perkembangan perilaku siswa, yang mencakup aspek kognitif, afektif dan
psikomotor. Dalam hal ini Lutan (2000, hlm. 15) menjelaskan bahwa: “
Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani. Tujuan
yang ingin dicapai bersifat menyeluruh, mencakup domain psikomotor, kognitif, dan afektif”. Pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari sistem pendidikan untuk mendorong perkembangan keterampilan motorik, kemampuan
fisik, pengetahuan, penalaran, penghayatan nilai (sikap - mental
emosional-spiritual - sosial), dan pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk
merangsang pertumbuhan serta perkembangan yang seimbang dan menyeluruh. Seperti yang dijelaskan oleh Mahendra, yaitu: “Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan tentang dan melalui aktivitas jasmani, permainan, dan olahraga yang dipilih untuk mencapai tujuan pendidikan”.
Ada beberapa ruang lingkup pendidikan jasmani diantaranya: Permainan
dan Olahraga, aktivitas pengembangan, aktivitas senam, aktivitas ritmik, aktivitas
air, pendidikan luar sekolah, dan kesehatan. Berdasarkan Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar, ruang lingkup pendidikan jasmani adalah sebagai berikut: “Ruang lingkup pendidikan jasmani yang mencakup permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan, eksplorasi gerak, keterampilan
lokomotor non lokomotor, dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepak
bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri;
Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran
jasmani, dan bentuk postur tubuh; Aktivitas senam meliputi: ketangkasan
sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai;
Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobik;
Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan air, keterampilan bergerak di
penanaman hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya yang terkait
dengan perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang sehat,
memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cidera,
mengatur waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan
UKS. Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri, dan secara implisit masuk ke
dalam semua aspek”.
Pada dasarnya manusia melakukan kegiatan olahraga mempunyai maksud
dan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Dimana setiap manusia
mempunyai kesempatan yang sama untuk meningkatkan kualitas hidupnya, baik
manusia normal maupun yang memiliki kebutuhan khusus. Adapun pembelajaran
pendidikan jasmani khusus yang dilakukan, yaitu pendidikan untuk anak yang
memiliki kecacatan atau Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Menurut Tarigan
(2008, hlm. 8) bahwa: “ Anak Berkebutuhan Khusus atau disebut juga dengan
anak luar biasa dalam lingkungan pendidikan dapat diartikan seorang yang
memiliki ciri-ciri penyimpangan mental, fisik, emosi, atau tingkah laku yang
membutuhkan modifikasi dan pelayanan khusus agar dapat berkembang secara
maksimal semua potensi yang dimilikinya”. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
meliputi anak yang memiliki cacat fisik, cacat mata, termasuk buta atau setengah
buta, cacat pada tulang, termasuk lumpuh karena gangguan otak, tuli total dan
sebagian, cacat pada alat bicara, evilepsi, gangguan emosi, dan cacat bawaan.
Perbedaan utama anak cacat dengan anak normal terletak pada keadaan atau
kondisi fisik termasuk alat-alat fisik yang tidak lengkap sehingga ia tidak dapat
melakukan tugas dan fungsinya seperti yang dilakukan anak normal.
Ketidaklengkapan alat-alat tubuh tersebut menyebabkan tidak dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya secara wajar, sehingga tidak dapat disamakan dengan
anak-anak atau orang-orang dewasa normal. Dengan demikian, bahwa Anak
Bekebutuah Khusus harus mendapatkan penanganan dan pelayanan pembelajaran
secara khusus. Anak cacat menurut The Committe Of national Society For Study
Of Education (dalam Tarigan, 2008, hlm. 13) adalah: “Gerakan-gerakan yang
dilakukan oleh seseorang yang menyimpang dari gerakan normal, walaupun telah
3
Peningkatan kualitas proses pendidikan jasmani di sekolah luar biasa sangat
penting untuk menanamkan sikap positif terhadap keterbatasan kemampuan
mereka, baik dari segi fisik maupun mentalnya. Sedangkan menurut Hendrayana
(2007, hlm.7-8) pendidikan jasmani adaptif merupakan bagian yang didesain
untuk memperbaiki, merehabilitas Anak Berkebutuhan Khusus, pendidikan
jasmani adaptif dipandang sebagai bagian dari disiplin ilmu pendidikan jasmani
yang diharapkan dapat memberi rasa aman, dapat memupuk kepribadian, dan
memberikan pengalaman penuh kepada siswa yang memiliki kemampuan khusus.
Tarigan (2008, hlm. 12) tujuan pendidikan jasmani adaptif juga bersifat holistik
seperti penjas untuk anak-anak normal, seperti yang dikemukakannya bahwa: “Pendidikan jasmani adaptif merupakan sarana yang sangat strategis dalam upaya meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan jasmani, keterampilan gerak,
sosial, dan intelektual siswa cacat”. Pendidikan jasmani yang dimodifikasi sesuai
dengan kebutuhan, jenis kelainan dan tingkat kemampuan untuk Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) itu merupakan faktor yang sangat mendukung
dalam keberhasilan pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
Dapat digambarkan bahwa dalam melakukan aktivitas pendidikan jasmani
terdapat perbedaan antara anak berebutuhan khusus dengan anak normal dalam
hal fisik dan mental. Secara umum materi pembelajaran bagi siswa yang
memiliki kebutuhan khusus dalam kurikulum, sama dengan materi pembelajaran
siswa normal. Meskipun tidak semua materi yang terdapat dalam kurikulum pada
sekolah umum tersebut dapat dilaksanakan pada siswa luar biasa. Selain
pembelajaran umum adapula pembelajaran pendidikan jasmani yang dilakukan di
Sekolah Luar Biasa (SLB) yaitu pendidikan jasmani adaptif. Program pendidikan
jasmani untuk anak cacat, dibagi menjadi tiga kategori yaitu, pengembangan
gerak dasar, olahraga dan permainan, dan yang terakhir adalah kebugaran dan
kemampuan gerak. Karena setiap siswa memiliki kebutuhan yang berbeda-beda,
dan pendidikan jasmani adaptif lebih efektif bila disesuiakan dengan kebutuhan
hidupnya sehari-hari.
Pelaksanaan pembelajaran di Sekolah Luar Biasa (SLB) dalam
pembelajaran pendidikan jasmani pada siswa berkebutuhan khusus, guru penjas
pengetahuan dan kemampuan yang guru penjas itu sendiri. Faktor yang
mempengaruhi proses pembelajaran penjas adaptif yaitu menyangkut Sumber
Daya Manusia seorang guru penjas adaptif, untuk meningkatkannya guru penjas
adaptif haruslah seorang yang profesional dan seyogyaya memiliki kecerdasan
dan keterampilan dalam melaksanakan tugasnya untuk mengelola aktivitas siswa
dalam upaya meningkatkan kebugaran jasmani siswa. Seperti penelitian yang
telah dilakukan pada tahun 2000 oleh Tarigan (2012, hlm.91) menjelaskan bahwa: “ Menunjukan 95% guru pendidikan jasmani adaptif yang mengajar di Sekolah Luar Biasa, bukan lulusan dari jurusan olahraga atau pendidikan jasmani. Serta
kesulitan yang dialami guru pendidikan jasmani juga terjadi pada saat menentukan
perencanaan pembelajaran, pada saat pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi
pembelajaran. Kesulitan yang dialami pada saat mengajar pembelajaran penjas
yaitu dimana pada persiapan untuk memberikan pembelajaran penjas pada peserta
didik harus membuat sebuah perencanaan pembelajaran, dalam melaksanakan
pembelajaran serta mengevaluasi hasil belajar. Kesulitan dalam perencanaan
pembelajaran dimana seorang guru harus dapat membuat perencanaan
pembelajaran yang baik, memilih materi dengan baik, menggunakan metode dan
strategi yang tepat. Dalam pengelolahan pembelajaran, terdapat beberapa hal
hendaknya diatur agar selalu potensi dapat optimal, diantaranya melakukan
perencanaan (planning), pengorganisasian, pengerahan (actuating), dan
pengawasan (controling). Oleh karena itu seorang guru memerlukan pengetahuan
dan keterampilan, pengelolaan, pembelajaran yang memadai. Kahifah (2013,
hlm.27) menjelaskan bahwa:
Sebagai pengelola pembelajaran, seorang guru hendaknya melakukan beberapa langkah, diantaranya merencanakan tujuan pembelajaran, mengorganisasikan berbagai sumber belajar, dan memimpin yang meliputi motivasi, mendorong, menstimulasi siswa.
Berdasarkan pada pemaparan di atas, penulis berpendapat bahwa
koprofesionalan seorang guru penjas, pengetahuan mengenai materi pembelajaran
penjas adaptif, dan sarana prasarana, serta keadaan siswa Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK) dalam pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di Seolah Luar
5
kesulitan yang dialami saat pembelajaran pendidikan jasmani adaptif berlangsung.
Sehingga berpengaruh kepada guru penjas dalam melakukan perencanaan
pembelajaran, dan kesulitan dalam pelaksanaan pembelajaran, serta dalam
melakukan evaluasi pembelajaran.
Berdasarkan uraian tersebut maka penulis terdorong untuk melakukan
penelitian tentang “Kesulitan-kesulitan Yang Dialami Guru Penjas Dalam
Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif di Sekolah Luar Biasa se-Kabupaten
Cirebon”.
B. Identifikasi Masalah Penelitian
Berdasarkan dengan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat
diidentifikasikan beberapa masalah yang sesuai dengan apa yang penulis lihat dari
lapangan, yaitu:
1. Masih terdapat guru pendidikan jasmani yang merupakan bukan dari
lulusan Pendidikan Olahraga.
2. Kurangnya wawasan dan kemampuan seorang guru dalam memahami
materi pembelajaran pendidikan jasmani adaptif.
3. Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani masih terdapat guru
yang membiarkan siswa ABK tidak diikutsertakan dalam pembelajaran
penjas.
4. Minimnya sarana dan prasarana yang ada di Sekolah Luar Biasa.
5. Semangat belajar siswa ABK yang kurang.
6. Materi pembelajaran yang tidak jelas penyampaiannya membuat siswa
ABK sulit dikondisikan dalam pembelajaran penjas.
C. Rumusan Masalah Penelitian
Atas dasar latar belakang, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian
sebagai berikut: Apa saja kesulitan yang dihadapi guru penjas dalam pembelajaran
penjas adaptif di Sekolah Luar Biasa se-Kabupaten Cirebon ditinjau dari
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan penelitian yang dikemukakan, maka tujuan
penelitian ini tidak lain adalah untuk mengetahui apa saja kesulitan yang dialami
oleh seorang guru penjas pada pembelajaran penjas adaptif di Sekolah Luar Biasa
se-Kabupaten Cirebon di tinjau dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak yang
berkepentingan, yaitu penulis sendiri serta seluruh pihak sekolah, khususnya guru
pengajar pendidikan jasmani adaptif di Sekolah Luar Biasa se-Kabupaten
Cirebon.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Dari Segi Teoritis
1. Dapat dijadikan sumbangan keilmuan bagi dunia pendidikan,
khususnya bagi guru pendidikan jasmani adaptif agar dapat
mengembangkan kreativitas mengajar untuk meningkatkan belajar
gerak siswa ABK.
2. Dapat memberi gambaran mengenai kreativitas guru dalam mengajar
penjas adaptif.
b. Dari Segi Praktis
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
referensi bagi peneliti lain yang hendak meneliti mengenai
kesulitan-kesulitan yang dialami dalam pembelajaran penjas adaptif melalui
permasalahan dan sampel berbeda.
2. Informasi dan masukan bagi para guru penjas adaptif untuk lebih
memperhatikan kreativitas guru penjas.
3. Bahan masukan bagi para guru penjas dalam mengajar pendidikan
jasmani untuk dapat meminimalisir kesulitan dalam pembelajaran
7
F. Batasan Masalah Penelitian
Penulis membatasi ruang lingkup penelitiannya agar lebih terarah pada tujuan. Menurut Arikunto (2007:14) menjelaskan bahwa “batasan masalah merupakan sejumlah masalah yang merupakan pertanyaan penelitian yang akan
dicari jawabanya melalui penelitian. Dengan makna tersebut maka batasan masalah sebenarnya adalah batasan permasalahan”. Adapun pembatasan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Penelitian dilakukan di Sekolah Luar Biasa se-Kabupaten Cirebon.
2. Metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif.
3. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, angket, dan studi
dokumentasi.
G. Batasan Istilah
Untuk memudahkan dalam penelitian dan menghindari dalam menafsirkan,
penulis akan menjelaskan istilah-istilah yang ada kaitannya dengan penelitian ini.
Berikut penjelasan beberapa istilah penting dalam penelitian ini, yaitu:
1. Pendidikan jasmani menurut Barrow dalam buku Abduljabar (2010:3) adalah: “Pendidikan tentang dan melalui gerak insani, ketika tujuan kependidikan dicapai melalui media aktivitas otot-otot, termasuk:
olahraga (sport) permainan, senam dan latihan (exercise).
2. “Pendidikan jasmani adaptif merupakan sarana yang sangat strategis
dalam upaya meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan jasmani,
keterampilan gerak, sosial, dan intelektual siswa cacat. Peningkatan
kualitas proses pendidikan jasmani di sekolah luar biasa sangat penting
untuk menanamkan sikap positif terhadap keterbatasan kemampuan
mereka, baik dari segi fisik maupun mentalnya” ( Tarigan, 2008, hlm.
12).
3. Anak cacat atau berkebutuhan khusus menurut The Committe Of national
Society For Study Of Education (dalam buku Tarigan, 2008, hlm. 13)
adalah: “Gerakan-gerakan yang dilakukan oleh seseorang yang
maksimal. Penyimpangan tersebut dapat dilihat dari segi fisik, mental, tingkah laku, emosional dan sosial”.
4. Guru Pendidikan Jasmani. Pengajar mata pelajaran pendidikan jasmani
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Lokasi, PopulasidanSampel
1. LokasiPenelitian
Lokasi penelitian adalah tempat yang akan dilaksanakan oleh peneliti.
Lokasi penelitian ini dilakukan di Sekolah Luar Biasa yang ada di Kabupaten
Cirebon sebanyak 10 Sekolah Luar Biasa. Adapun nama sekolah dan alamat
tertulis dalam tabel 3.1.
Tabel 3.1
Lokasi Penelitian
No Nama Sekolah Alamat Sekolah
1 SLB Negeri Cirebon
Jl. Arief Rahman Hakim No. 33
0231.3387762, 081564601105/R.322876
2 SLBN Pangeran Cakrabuana
Wawayangan Kenduran Kidul Kec. Depok
Kab. Cirebon 081220782084
3 SLB-ABC Wathaniyah
Jl. Permai Raya Kebonpring Arjawinangun
0231.357281/0816645092
4 SLB-A Beringin Bhakti
Jl. P. Cakrabuana Gg. Mangga Kepongpongan
Kec. Talun Kab.Cirebon 0231.322469 /
081312326690
5 SLB-B Beringin Bhakti
Jl. P. Cakrabuana Gg. Mangga Kepongpongan
Kec.Talun Kab.Cirebon 0231.322469 /
081320176159
6 SLB-C Beringin Bhakti
Jl. Mangga Ds.Kepongpongan
2. Populasi
Populasi dalam suatu penelitian merupakan kumpulan individu atau objek
yang merupakan sifat-sifat umum. Dalam hal ini Sugiyono (2013, hlm.117)
menjelasksan bahwa: “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
Atas dasar pendapat di atas dapat digambarkan bahwa yang dimaksud
dengan populasi adalah totalitas sumber data secara keseluruhan subyek
penelitian. Oleh karena itu perlu diterapkan secara akurat. Populasi dalam
penelitian ini adalah guru pendidikan jasmani di Sekolah Luar Biasa
Se-Kabupaten Cirebon yang berjumlah 10 orang.
3. Sampel
Dalam suatu penelitian, bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yag ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana,
tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari
populasi tersebut. Menurut Sugiyono (2013, hlm.118) menjelaskan bahwa:
“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajarai dari sampel itu, 7 SLB-ABCD Bina Mandiri
Jl. Letjen S.Parman No.9 Ciledug
0231.662687 / 081564973449 / R.485693
8 SLB-BC Bina Karya
Jl. Karangsuwung Kec.Karangsembung
0231.635207, 08122206329 / R.239436
9 SLB Al-Zakiyah Klangenan
Jl. Jatayu Desa Klangenan Kec.Klangenan
Kab.Cirebon
10 SLB Al-Ma’Rifah
Pejagan Asem 02/01 Desa Kedung Bunder
33
kesimpulanya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus representatif (mewakili)”.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sampel Jenuh. Sampel jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi
relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat
generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah
sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel. Populasi dan sampel
yang akan diambil dalam penelitian ini adalah guru-guru pendidikan jasmani di
Sekolah Luar Biasa (SLB) se-Kabupaten Cirebon yang berjumlah 10 orang.
Sampel dalam penelitian ini yaitu guru-guru pendidikan jasmani yang mengajar di
Sekolah Luar Biasa se-Kabupaten Cirebon.
B.Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya adalah cara untuk menempuh data,
menganalisis dan menyimpan hasil penelitian. Metode penelitian juga merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Penggunaan metode dalam suatu penelitian itu merupakan hal yang sangat
penting, karena diharapkan dengan penggunaan metode yang tepat akan mencapai
dan menghasilkan tujuan yang diinginkan. Metode yang digunakan dalam
pengumpulan data pada setiap penelitian tentunya berbeda-beda, sesuai dengan
permasalahan penelitian yang dilakukan. Sebagai seorang peneliti dituntut untuk
terampil dalam menentukan metode penelitian yang akan digunakan. Hal ini
berarti metode penelitian mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam
pelaksanaan pengumpulan data dan analisis data, maka dari itu untuk dapat
memecahkan masalah dalam penelitian harus menggunakan metode yang tepat
dan sesuai.
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah studi deskriptif.
Penelitian desktiptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan
yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi,
atau tentang kecenderungan yang tengah berlangsung.
Penelitian deskriptif dijelaskan oleh Sugiyaman (2008, hlm.37), yaitu
sebagai berikut:
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berupaya mengumpulan data, menganalisis secara kritis atas data-data tersebut dan menyimpulkan berdasarkan fakta-fakta pada masa penelitian berlangsung atau masa sekarang.
Dengan demikian, metode dalam penelitian ini merupakan metode
penelitian deskriptif. Hal ini dikarenakan peneliti ingin mengetahui,
mengungkapkan, menggambarkan, dan menyimpulkan hasil yang akan hendak
diteliti yaitu mengenai kesulitan mengajar yang dialami oleh guru pendidikan
jasmani adaptif di Sekolah Luar Biasa se-Kabupaten Cirebon. Penelitian
dilakukan agar peneliti dapat memperoleh hasil yang jelas, sehingga tujuan dari
penelitian ini dapat diketahui dengan benar.
C.Definisi Konseptual
Dari berbagai sudut pandang penafsiran seseorang terhadap suatu istilah itu
berbeda-beda. Maka dari itu, untuk menghindari kesalahan pengertian tentang
istilah-istilah dalam penelitia ini, maka penulis akan menjelaskan dan
menjabarkan satu-persatu istilah tersebut, diantaranya sebagai berikut:
1. Pembelajaran Penjas
Pembelajaran penjas adalah suatu kegiatan pembelajaran yang dilakukan
melalui aktivitas gerak. Dimana seorang siswa melakukan kegiatan
pembelajaran dengan berbagai kreativitas gerak. Pembelajaran penjas juga
memiliki ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam ranah kognitif
sebagai siswa diharapkan memiliki konsep gerak, arti sehat, memecahkan
masalah, kritis dan cerdas. Pada psikomotor yaitu gerak dan keterampilan,
kemampuan fisik & motorik, dan perbaikan fungsi organ tubuh. Serta
dalam ranah afektif yaitu menyukai kegiatan fisik, merasa nyaman dengan diri sendiri, dan ingin terlibat dalam pergaulan sosial.
35
Mengajar adalah suatu perilaku atau penyampaian informasi yang
dilakukan oleh seorang guru kepada siswanya. Kesulitan yang dialami
pada saat mengajar pembelajaran penjas yaitu dimana pada persiapan
untuk memberikan pembelajaran penjas pada peserta didik harus membuat
sebuah perencanaan pembelajaran, dalam melaksanakan pembelajaran
serta mengevaluasi hasil belajar. Kesulitan dalam perencanaan
pembelajaran dimana seorang guru harus dapat membuat perencanaan
pembelajaran yang baik, memilih materi dengan baik, menggunakan
metode dan strategi yang tepat. Kahifah (2013, hlm.27) menjelaskan
bahwa: “Sebagai pengelola pembelajaran, seorang guru hendaknya
melakukan beberapa langkah, diantaranya merencanakan tujuan
pembelajaran, mengorganisasikan berbagai sumber belajar, dan memimpin
yang meliputi motivasi, mendorong, menstimulasi siswa”. Dalam
pengelolahan pembelajaran, terdapat beberapa hal hendaknya diatur agar
selalu potensi dapat optimal, diantaranya melakukan perencanaan
(planning), pengorganisasian, pengerahan (actuating), dan pengawasan
(controling). Oleh karena itu seorang guru memerlukan pengetahuan dan
keterampilan, pengelolaan, pembelajaran yang memadai.
Dalam menetapkan langkah-langkah pengelolaan pembelajaran, seorang
guru harus dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan. Dengan
demikian, siswa dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya.
D.Definisi Operasional
Dalam kegiatan megajar yang dilakukan oleh guru memang terdapat
beberapa kesulitan yang dihadapi. Seperti halnya dalam membuat sebuah
perencanaan pembelajaran, dan melakukan pelaksanaan pembelajaran, serta
mengadakan sebuah evaluasi pembelajaran.
1. Kesulitan dalam perencanaan
a. Sumber-sumber
b. Silabus
2. Kesulitan dalam pelaksanaan
a. Kemampuan membuka pembelajaran
b. Penerapan metode pembelajaran
c. Penggunaan media pembelajaran
d. Kemampuan memahami karakteristik siswa
e. Teknik modifikasi pembelajaran
f. Penguasaan materi
g. Sarana dan prasaran
3. Kesulitan dalam evaluasi
a. Ketepatan melaksananakan evaluasi
E. Instrumen Penelitian
Dalam melakukan suatu pengukuran dalam penelitian, instrumen memegang
peranan penting dalam proses pengumpulan data. Menurut Sugiyono (2013,
hlm.148), “Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam atau sosial yang diamati”.Instrumen penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, angket dan dokumentasi.
1.Instrumen Penelitian Kisi-Kisi Kesulitan-kesulitan Mengajar Yang
Dialami Guru Penjas
Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrumen Kesulitan-kesulitan Mengajar Yang Dialami Guru
Penjas
No Variabel Indikator Instrumen Item
1 Perencanaan a. Sumber-sumber
b. Silabus
c. RPP
Angket 1
2, 3
37
2 Pelaksanaan a. Kemampuan membuka
pembelajaran
b. Penerapan metode
pembelajaran
c. Penggunaan media
pembelajaran
d. Kemampuan
memahami
karakteristik siswa
e. Sikap guru dalam
proses pembelajaran
f. Teknik modifikasi
pembelajaran
g. Penguasaan materi
h. Sarana prasarana
Angket
6, 7, 8, 9
10, 11 12
13
14, 15
16, 17, 18
19, 20
21, 22, 23
24
3 Evaluasi a. Ketepatan
melaksanakan evaluasi
Angket
2. Instrumen Penelitian Observasi Kesulitan-kesulitan Mengajar Yang
Dialami Guru Penjas
Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrumen Lembar Observasi Kesulitan-kesulitan Mengajar Guru Penjas
No Variabel Indikator No Item
1 Perencanaan d. Sumber-sumber
e. Silabus
f. RPP
1
2
3,4
2 Pelaksanaan i. Kemampuan membuka
39
Tabel 3.4
Kriteria Pemberian Skor
No Alternatif Jawaban
Skor Alternatif
Jawaban
1 Ya 2
2 Tidak 1
Parameter yang digunakan sesuai dengan yang telah dikemukakan oleh
Nurhasan dan Cholil (2007, hlm.429) dengan menafsirkan penilaian persentase
sebagai berikut:
Tabel 3.5
Kriteria Frekuensi Persentase
No Jumlah nilai Klasifikasi Kesulitan Guru
Mengajar
1. 90 – 100% Keseluruhan
2. 70 – 89% Sebagian Besar
3. 50 – 69% Sebagian
4. 30 – 49% Sebagian Kecil
5. < 29 % Tidak Sama Sekali
(Sumber: Nurhasan dan Cholil, 2007, hlm.429)
F. Langkah-langkah Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini sesuai dengan penelitian studi deskriptif
ada beberapa tahapan dalam pelaksanaannya. Penelitian yang dilakukan untuk
mendapatkan data yang baik, maka langkah-langkah yang dilakukan antara lain:
1. Persiapan, yang meliputi:
a. Mempersiapkan berbagai macam keperluan perizinan tentang
pelaksanaan penelitian dan informasi dari berbagai pihak.
b. Observasi lapangan awal, dengan menghubungi lembaga yang
c. Mengumpulkan dokumen-dokumen yang diperlukan berkaitan dengan
variabel yang akan diteliti.
2. Menentukan Sampel
Sampel penelitian adalah guru pendidikan jasmani yang mengajar di
Sekolah Luar Biasa se-Kabupaten Cirebon.
3. Menentukan Instrumen Penelitian
Menyusun unstrumen penelitian, berupa lembar observasi kuesioner
(angket) kegiatan mengajar yang dilakukan oleh guru pendidikan jasmani
dalam pembelajaran pendidikan jasamni adaptif di Sekolah Luar Biasa
se-Kabupaten Cirebon.
4. Melakukan pengumpulan data dari setiap instrumen yang sudah digunakan.
5. Meganalisis data yang sudah terkumpul dengan menggunakan teknik
analisis data yang baik dan tepat.
6. Menyimpulkan dan mendeskripsikan hasil penelitian dalam bentuk laporan
penelitian sebagai sebuah karya ilmiah.
G.Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan salah satu aspek yang berperan dalam
kelancaran dan keberhasilan dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini metode
pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Observasi
Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah
melengkapinya dengan format pengamatan sebagai instrumen, format yang berisi
item-item tentang kejadian atau tingkah laku digambarkan akan terjadi.
Sutrisno (1986) dalam Sugiyono (2013, hlm.203) menyatakan bahwa
“Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diatara yang terpenting adalah
proses-proses pengamatan dan ingatan”. Dalam hal ini peneliti melakukan
pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data bahwa sedang
41
Dalam penelitian ini yang menjadi tempat dalam observasi berlangsung
adalah di SLB se-Kabupaten Cirebon. Yang menjadi pelaku dalam penelitian ini
adalah guru pendidikan jasmani adaptif. Serta kegiatan yang di teliti dalam
penelitian ini merupakan kesulitan guru mengajar dalam pembelajaran pendidikan
jasmani adaptif.
b. Kuisioner (Angket)
Jenis-jenis angket/keusioner yang dapat dipakai sebagai alat pengumpulan
data oleh Arikunto (2010, hlm.195) sebagai berikut: Dipandang dari cara
menjawab, maka ada kuesioner terbuka, yang memberi kesempatan kepada
responden untuk menjawab dengan kalimatya sendiri. Kemudian kuesioner
tertutup yaitu, yang sudah disediakan jawabanya sehingga responden tinggal
memilih.
Arikunto (2010, hlm.194) menjelaskan bahwa: “Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan yang tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui”.
Angket dalam penelitian ini terdiri dari komponen atau variabel yang dijabarkkan
melalui sub komponen, serta indikator-indikator. Butir-butir pernyataan ini
merupakan gambaran tentang kesulitan guru dalam mengajar penjas adaptif
se-Kabupaten Cirebon. Betuk angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah
angket tertutup, angket tertutup artinya angket yang disusun dengan
pertanyaan/pernyataan terbatas, tegas, kongkrit dan lengkap.
Untuk memudahkan dalam penyusunan butur-butir pernyataan angket serta
alteratif jawaban yang tersedia, maka responden hanya diperkenankan untuk
menjawab salah satu alternatif jawaban. Jawaban dikemukakan oleh responden
dengan diasarkan pada pendapatnya sendiri-sendiri atau suatu hal yang
dialaminya. Menurut Sugiyono (2013, hlm.139) bahwa: “Skala Guttman
merupakan skala pengukuran dengan jawaban yang tegas, yaitu “Ya-Tidak”,
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
Dokumentasi dilakukan untuk melengkapi data yang sudah ada. Menurut
Riduwan (2011:77) menjelaskan bahwa: “Dokumentasi adalah ditujukan untuk
memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang
relevan, peraturan-peraturan, foto-foto, film dokumenter, data yang relevan
dengan penelitian”.
H.Proses Pengembangan Instrumen
Instrumen yang baik dapat dilihat dari sejauhmana persyaratan baku suatu
isntumen telah dipenuhinya. Ada dua syarat instrumen dikatakan baik yaitu valid
dan reliabel. Sebagaimana yang dijelaskan Sugiyono (2013, hlm.173) yaitu:
“Instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel”.
Pengujian yang pertama yaitu pengujian validitas. Menurut Suharsini
Arikunto, (2010, hlm.136) Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan
tingkat kevalidan dan kesasihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valis dan
sahih memiliki validitas yang tinggi. Sebaiknya instrumen yang kurang berarti
memiliki validitas yang rendah. Uji validitas dilakukan unutk mengetahui valid
atau tidaknya kuisioner yang disebar. Menghitung validitas bertujuan untuk
menilai ketepatan alat pengumpul data tersebut (angket) dalam mengetahui
kesulitan-kesulitan yang dialami guru penjas dalam pembelajaran pendidikan
jasmani adaptif di SLB se-Kabupaten Cirebon. Pengujian alat pengumpul data
pada penelitian ini dilakukan dengan cara analisis butir angket.
Mengenai reliabilitas, Sugiyono (2013, hlm.173) menjelaskan bahwa:
“Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bla digunakan beberapa kali
unutk mengukur objek yang sama, akan menghasilakan data yang sama”.
Dengan kata lain, reliabilitas adalah suatu cara uutk mengetahui sejauhmana
suatu isntrumen memiliki konsistensi pada setiap butir yang ada pada instrumen
43
1. Uji Coba Instrumen Penelitian (Angket)
Angket yang telah disusun kemudian diuji cobakan untuk mengukur
validitas dan realibilitas dari setiap butir pertanyaan-pertanyaan. Dari hasil uji
coba angket akan diperoleh sebiuah angket yang memenuhi syarat dan dapat
digunakan sebagai alat pengumpulan data dalam penelitian. Angket tersebut
diberikan kepada sampel ujicoba sebanyak 10 guru penjas.
a. Analisis Validitas Instrumen
Sebagaimana dijelaskan oleh Sugiyono (2013, hlm.172), “Hasil penelitian
yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang
sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti”.
Uji validitas dalam penelitian ini untuk menguji setiap butir pertanyaan,
maka skor-skor yang terdapat pada setiap butir pertanyaan di orelasikan dengan
skor total. Seperti yang dijelaskan oleh Arikunto (2006, hlm.176) bahwa” Untuk
menguji validitas setiap butir, maka skor-skor yang ada pada butir yang dimaksud
dikorelasikan dengan skor total”. Pada analisis setiap butir pertanyaan, skor butir
sebagaimana nilai X dan skor total sebagai nilai Y. Adapun langkah-langkah
unutk mengetahui tingkat validitas instrumen yang telah diuji cobakan ialah
sebagai berikut:
a. Data yang telah terkumpul dari hasil uji coba ditabulasikan menjadi
skor-skor dari setaip butir pertanyaan.
b. Skor pada setiap butir pertanyaan sebagai nilai X dan skor total sebagai
nilai Y.
c. Kemudian korelasikan skor-skor tersebut dengan rumus sebagai berikut:
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
d. Selanjutnya membandingkan nilai validitas (rxy) setiap butir pertanyaan
Setelah mendapatkan nilai korelasi dari setiap butir pertanyaan dan telah
dibandingkan dengan tabel kritis r Product Moment dengan tarafsignifikan 5%,
dengan jumlah responden 10 orang guru penjas dan jumlah butir pertanyaan
sebanyak 35 butir pertanyaan. Jika hasil r hitung (rxy) > r tabel maka butir
pertnyaan tersebut dikatakan signifikan atau valid apabila sebaliknya r hitung
(rxy) < r tabel maka butir pertanyaan tersebut dikatakan tidak signifikan atau tidak
valid.
Tabel 3.6
Hasil Pengujian Validitas Instrumen
No Nilai Hitung Korelasi r Tabel Keterangan
1 0,749 0,632 Valid
2 -0,44 0,632 Tidak Valid
3 -0,22 0,632 Tidak Valid
4 0,761 0,632 Valid
5 -0,76 0,632 Tidak Valid
6 0,761 0,632 Valid
7 0,75 0,632 Valid
8 0,899 0,632 Valid
9 0,761 0,632 Valid
10 0,761 0,632 Valid
11 0,761 0,632 Valid
12 0,761 0,632 Valid
45
14 0,912 0,632 Valid
15 0,761 0,632 Valid
16 0,437 0,632 Tidak Valid
17 0,774 0,632 Valid
18 0,461 0,632 Tidak Valid
19 0,761 0,632 Valid
20 0,912 0,632 Valid
21 0,541 0,632 Tidak Valid
22 0,194 0,632 Tidak Valid
23 0,761 0,632 Valid
24 0,912 0,632 Valid
25 0,899 0,632 Valid
26 0,7 0,632 Valid
27 0,917 0,632 Valid
28 0,704 0,632 Valid
29 0,885 0,632 Valid
30 0,685 0,632 Valid
31 0,171 0,632 Tidak Valid
32 0,685 0,632 Valid
34 0,563 0,632 Tidak Valid
35 0,903 0,632 Valid
Dapat dilihat dari tabel di atas, berdasarkan hasil perhitungan uji validitas
instrumen dari 35 butir pertanyaan yang diajukan terdapat 26 butir pertanyaan
yang valid dan 9 yang tidak valid.
b. Analisis Reliabilitas Instrumen
Dalam penelitian ini pengujian reliabilitas instrumen yang digunakan adalah
dengan rumus Alpha (Alpha Cronbach) adapun rumus Alpha Cronbach sebagai
berikut:
∑
Keterangan:
= Reliabilitas istrumen
k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
= Jumlah varians butir soal/item
= Varians total
Adapun rumus untuk varians total dan varians item yang terdapat dalam
rumus Alpha Cronbach sebagai berikut:
Rumus Varians Total:
∑ ∑
Keterangan:
= Varians total
∑ = Jumlah perolehan skor seluruh responden
47
Rumus Varians Item:
Keterangan:
= Varians item
= jumlah kuadrat seluruh skor item = jumlah kuadrat subjek
= banyaknya responden atau banyaknya data
Menurut kriteria dari Guilford dalam Sugiono (dalam Anonim, 2011, hlm.
37-38) koefisien reliabilitas Alpha Cronbachterbagi menjadi sebagai berikut:
Tabel 3.7
Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach
Kriteria Koefisien Reliabilitas α
Sangat Reliabel > 0,900
Reliabel 0,700 – 0,900
Cukup Reliabel 0,400 – 0,700
Kurang Reliabel 0,200 – 0,400
Tidak Reliabel < 0,200
(Tersedia di http: //aresearch. upi. edu/ operator/ upload/ s_psi_0705114_
chapter3x.pdf).
Dari hasil perhitungan dalam mencari reliabilitas sebesar 0,943 dari 35 butir
pertanyaan yang dikatakan valid. Hal ini menunjukan bahwa instrumen untuk
kesulitan mengajar yang dialami guru penjas dalam pembelajaran pendidikan
jasmani adaptif ini termasuk ke dalam kriteria reliabel (dapat dipercaya atau
diandalkan).
I. Analisis Data
data dimaksudkan untuk mengetahui kesulitan-kesulitan mengajar yang dialami
guru penjas dalam pembelajaran penjas adaptif di SLB se-Kabupaten Cirebon.
Adapun langkah-langkah pengolahan dan analisis data sebagai berikut:
1. Menghitung Rata-rata dan Simpangan Baku
a). a). Menghitung nilai rata-rata ( ̅) dari setiap data dengan rumus:
̅
∑
Keterangan:
̅ : Nilai rata-rata yang dicari ∑ :Jumlah skor yang didapat
: Jumlah Sampel
b). Menghitung simpangan baku dari setiap kelompok data dengan
menggunakan rumus:
√∑ ̅
Keterangan:
s : Simpangan baku yang dicari
∑ : Jumlah : Skor
̅ : Nilai rata-rata : Jumlah Sampel
1 : Angka Tetap
2. Persentase
Data yang telah diperoleh akan ditabulasikan dengan cara dijumlah dan
dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan, selanjutnya dapat diperoleh
prosentase yang kemudian diklarifikasikan dalam bentuk tabel-tabel data.
Penulis menghitung atau mengolah dengan tabulasi data menggunakan
rumus statistik untuk perhitungan prosentase dengan menggunakan rumus sebagai
49
Keterangan :
P : Besar prosentase
f : Frekwensi responden untuk setiap alternatif jawaban
n : Jumlah seluruh responden
DAFTAR PUSTAKA
Abduljabar, Bambang. (2008). Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Abduljabar, Bambang. (2010). Landasan Ilmiah Pendidikan Intelektual Dalam
Pendidikan Jasmani. Bandung: Rizqi Press.
Abduljabar, Bambang. (2011). Pedagogi Olahraga. Bandung: FPOK UPI.
Abduljabar, B. & Darajat, J. (2013). Aplikasi Statistika Dalam Penjas. Bandung:
FPOK UPI Bandung.
Amin, Moh. (1995). Pedagogik Anak Tunagrahita. Bandung. Departemen
Pendidikan Jasmani. Bandung: Rizki Press.
Arikunto, S. (2006), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi
VI. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA
Arikunto, Suharsimi. (2007). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Edisi Revisi VI. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Pt. Rineka Cipta.
Cholil, H dan Nurhasan. (2007). Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia. FPOK.
Depdiknas. (2003). Evaluasi Pengajaran Pendidikan Jasmani Adaptif. Jakarta:
Depdiknas.
Guntari, Suci. (2014). Hakikat Mengajar. Bandung: FPOK UPI.
Hendrayana Yudi. (2007). Pendidikan Jasmani dan Olahraga Adaptif. Japan:
Criced.
Hendrayana, Yudi. (2013). Pendidikan Jasmani dan Olahraga Adaptif. Japan:
Criced.
Juliantine, Tite, dkk. (2012). Modul Belajar dan Pembelajaran Penjas. Bandung:
FPOK UPI.
98
Lieberman, L.J. (2005). Deafness and Deafblindness. In Winnick, J. (ed). Adapted
Physical Edication and Sport (4thed). Champaign, IL: Human Kinetics.
221-233.
Lutan, Rusli. (2000). Manajemen Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdiknas.
Lutan, Rusli. (2011). Manajemen Penjaskes. Jakarta: Depdiknas Direktoran
Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru
SLTP setara D-III.
Mahendra, A. (2005). Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK
UPI.
Mahendra, A. (2009). Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK
UPI.
Munandar, Utami. (2002). Kreativitas dan Keterbakatan. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Nugraha, Eka, dkk. (2010). Didaktik Metodik Pembelajaran Renang. Bandung:
FPOK UPI.
Rahmat, H. (2008). Konsep Dasar Pendidikan Jasmani Adaptif. Bandung.
Riduwan. (2011). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung:
ALFABETA.
Somad, P dan Herawati, T. (1996). Otorpedagogik Anak Tunarungu. Bandung:
Depdikbud.
Sridarwati, Cha & Mudartadlo. (2007). Pendidikan Jasmani dan Olahrag Adaptif.
Jakarta: Dirjen Dikti Diknas.
Sudjana dan Ibrahim (1989). Penelitian dan Penilaian Penidikan. Bandung: Sinar
Baru Algesindo.
Sugiyaman-Gima, A. (2008). Metode Riset. Bandung: Guardaya Intimarta.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, Dan R&D. Bandung: ALFABETA
Suherman, Adang. (2009). Revitalisasi Pengajaran Dalam Pendidikan Jasmani.
Bandung: Cv. Bintang Warli Artika.
Supandi. (1991). Strategi Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani. Jakarta:
Depdikbud.
Tarigan, Beltasar. (2008). Pendidikan Jasmani Adaptif. FPOK UPI Bandung.
Tarigan, Beltasar. (2012). Optimalisasi Pendidikan Jasmani dan Olahraga
Berlandaskan Ilmu Faal Olahraga. Bandung: Eidos.