• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESULITAN-KESULITAN MENGAJAR YANG DIALAMI GURU PENJAS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF DI SEKOLAH LUAR BIASA SE-KABUPATEN CIREBON: Studi Deskriptif Survey Pada Guru Pendidikan Jasmani Di Sekolah Luar Biasa se-Kabupaten Cirebon.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KESULITAN-KESULITAN MENGAJAR YANG DIALAMI GURU PENJAS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF DI SEKOLAH LUAR BIASA SE-KABUPATEN CIREBON: Studi Deskriptif Survey Pada Guru Pendidikan Jasmani Di Sekolah Luar Biasa se-Kabupaten Cirebon."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani di dalam sekolah memiliki peranan penting terhadap

perkembangan perilaku siswa, yang mencakup aspek kognitif, afektif dan

psikomotor. Dalam hal ini Lutan (2000, hlm. 15) menjelaskan bahwa: “

Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani. Tujuan

yang ingin dicapai bersifat menyeluruh, mencakup domain psikomotor, kognitif, dan afektif”. Pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari sistem pendidikan untuk mendorong perkembangan keterampilan motorik, kemampuan

fisik, pengetahuan, penalaran, penghayatan nilai (sikap - mental

emosional-spiritual - sosial), dan pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk

merangsang pertumbuhan serta perkembangan yang seimbang dan menyeluruh. Seperti yang dijelaskan oleh Mahendra, yaitu: “Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan tentang dan melalui aktivitas jasmani, permainan, dan olahraga yang dipilih untuk mencapai tujuan pendidikan”.

Ada beberapa ruang lingkup pendidikan jasmani diantaranya: Permainan

dan Olahraga, aktivitas pengembangan, aktivitas senam, aktivitas ritmik, aktivitas

air, pendidikan luar sekolah, dan kesehatan. Berdasarkan Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar, ruang lingkup pendidikan jasmani adalah sebagai berikut: “Ruang lingkup pendidikan jasmani yang mencakup permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan, eksplorasi gerak, keterampilan

lokomotor non lokomotor, dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepak

bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri;

Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran

jasmani, dan bentuk postur tubuh; Aktivitas senam meliputi: ketangkasan

sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai;

Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobik;

Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan air, keterampilan bergerak di

(2)

penanaman hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya yang terkait

dengan perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang sehat,

memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cidera,

mengatur waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan

UKS. Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri, dan secara implisit masuk ke

dalam semua aspek”.

Pada dasarnya manusia melakukan kegiatan olahraga mempunyai maksud

dan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Dimana setiap manusia

mempunyai kesempatan yang sama untuk meningkatkan kualitas hidupnya, baik

manusia normal maupun yang memiliki kebutuhan khusus. Adapun pembelajaran

pendidikan jasmani khusus yang dilakukan, yaitu pendidikan untuk anak yang

memiliki kecacatan atau Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Menurut Tarigan

(2008, hlm. 8) bahwa: “ Anak Berkebutuhan Khusus atau disebut juga dengan

anak luar biasa dalam lingkungan pendidikan dapat diartikan seorang yang

memiliki ciri-ciri penyimpangan mental, fisik, emosi, atau tingkah laku yang

membutuhkan modifikasi dan pelayanan khusus agar dapat berkembang secara

maksimal semua potensi yang dimilikinya”. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

meliputi anak yang memiliki cacat fisik, cacat mata, termasuk buta atau setengah

buta, cacat pada tulang, termasuk lumpuh karena gangguan otak, tuli total dan

sebagian, cacat pada alat bicara, evilepsi, gangguan emosi, dan cacat bawaan.

Perbedaan utama anak cacat dengan anak normal terletak pada keadaan atau

kondisi fisik termasuk alat-alat fisik yang tidak lengkap sehingga ia tidak dapat

melakukan tugas dan fungsinya seperti yang dilakukan anak normal.

Ketidaklengkapan alat-alat tubuh tersebut menyebabkan tidak dapat memenuhi

kebutuhan hidupnya secara wajar, sehingga tidak dapat disamakan dengan

anak-anak atau orang-orang dewasa normal. Dengan demikian, bahwa Anak

Bekebutuah Khusus harus mendapatkan penanganan dan pelayanan pembelajaran

secara khusus. Anak cacat menurut The Committe Of national Society For Study

Of Education (dalam Tarigan, 2008, hlm. 13) adalah: “Gerakan-gerakan yang

dilakukan oleh seseorang yang menyimpang dari gerakan normal, walaupun telah

(3)

3

Peningkatan kualitas proses pendidikan jasmani di sekolah luar biasa sangat

penting untuk menanamkan sikap positif terhadap keterbatasan kemampuan

mereka, baik dari segi fisik maupun mentalnya. Sedangkan menurut Hendrayana

(2007, hlm.7-8) pendidikan jasmani adaptif merupakan bagian yang didesain

untuk memperbaiki, merehabilitas Anak Berkebutuhan Khusus, pendidikan

jasmani adaptif dipandang sebagai bagian dari disiplin ilmu pendidikan jasmani

yang diharapkan dapat memberi rasa aman, dapat memupuk kepribadian, dan

memberikan pengalaman penuh kepada siswa yang memiliki kemampuan khusus.

Tarigan (2008, hlm. 12) tujuan pendidikan jasmani adaptif juga bersifat holistik

seperti penjas untuk anak-anak normal, seperti yang dikemukakannya bahwa: “Pendidikan jasmani adaptif merupakan sarana yang sangat strategis dalam upaya meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan jasmani, keterampilan gerak,

sosial, dan intelektual siswa cacat”. Pendidikan jasmani yang dimodifikasi sesuai

dengan kebutuhan, jenis kelainan dan tingkat kemampuan untuk Anak

Berkebutuhan Khusus (ABK) itu merupakan faktor yang sangat mendukung

dalam keberhasilan pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).

Dapat digambarkan bahwa dalam melakukan aktivitas pendidikan jasmani

terdapat perbedaan antara anak berebutuhan khusus dengan anak normal dalam

hal fisik dan mental. Secara umum materi pembelajaran bagi siswa yang

memiliki kebutuhan khusus dalam kurikulum, sama dengan materi pembelajaran

siswa normal. Meskipun tidak semua materi yang terdapat dalam kurikulum pada

sekolah umum tersebut dapat dilaksanakan pada siswa luar biasa. Selain

pembelajaran umum adapula pembelajaran pendidikan jasmani yang dilakukan di

Sekolah Luar Biasa (SLB) yaitu pendidikan jasmani adaptif. Program pendidikan

jasmani untuk anak cacat, dibagi menjadi tiga kategori yaitu, pengembangan

gerak dasar, olahraga dan permainan, dan yang terakhir adalah kebugaran dan

kemampuan gerak. Karena setiap siswa memiliki kebutuhan yang berbeda-beda,

dan pendidikan jasmani adaptif lebih efektif bila disesuiakan dengan kebutuhan

hidupnya sehari-hari.

Pelaksanaan pembelajaran di Sekolah Luar Biasa (SLB) dalam

pembelajaran pendidikan jasmani pada siswa berkebutuhan khusus, guru penjas

(4)

pengetahuan dan kemampuan yang guru penjas itu sendiri. Faktor yang

mempengaruhi proses pembelajaran penjas adaptif yaitu menyangkut Sumber

Daya Manusia seorang guru penjas adaptif, untuk meningkatkannya guru penjas

adaptif haruslah seorang yang profesional dan seyogyaya memiliki kecerdasan

dan keterampilan dalam melaksanakan tugasnya untuk mengelola aktivitas siswa

dalam upaya meningkatkan kebugaran jasmani siswa. Seperti penelitian yang

telah dilakukan pada tahun 2000 oleh Tarigan (2012, hlm.91) menjelaskan bahwa: “ Menunjukan 95% guru pendidikan jasmani adaptif yang mengajar di Sekolah Luar Biasa, bukan lulusan dari jurusan olahraga atau pendidikan jasmani. Serta

kesulitan yang dialami guru pendidikan jasmani juga terjadi pada saat menentukan

perencanaan pembelajaran, pada saat pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi

pembelajaran. Kesulitan yang dialami pada saat mengajar pembelajaran penjas

yaitu dimana pada persiapan untuk memberikan pembelajaran penjas pada peserta

didik harus membuat sebuah perencanaan pembelajaran, dalam melaksanakan

pembelajaran serta mengevaluasi hasil belajar. Kesulitan dalam perencanaan

pembelajaran dimana seorang guru harus dapat membuat perencanaan

pembelajaran yang baik, memilih materi dengan baik, menggunakan metode dan

strategi yang tepat. Dalam pengelolahan pembelajaran, terdapat beberapa hal

hendaknya diatur agar selalu potensi dapat optimal, diantaranya melakukan

perencanaan (planning), pengorganisasian, pengerahan (actuating), dan

pengawasan (controling). Oleh karena itu seorang guru memerlukan pengetahuan

dan keterampilan, pengelolaan, pembelajaran yang memadai. Kahifah (2013,

hlm.27) menjelaskan bahwa:

Sebagai pengelola pembelajaran, seorang guru hendaknya melakukan beberapa langkah, diantaranya merencanakan tujuan pembelajaran, mengorganisasikan berbagai sumber belajar, dan memimpin yang meliputi motivasi, mendorong, menstimulasi siswa.

Berdasarkan pada pemaparan di atas, penulis berpendapat bahwa

koprofesionalan seorang guru penjas, pengetahuan mengenai materi pembelajaran

penjas adaptif, dan sarana prasarana, serta keadaan siswa Anak Berkebutuhan

Khusus (ABK) dalam pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di Seolah Luar

(5)

5

kesulitan yang dialami saat pembelajaran pendidikan jasmani adaptif berlangsung.

Sehingga berpengaruh kepada guru penjas dalam melakukan perencanaan

pembelajaran, dan kesulitan dalam pelaksanaan pembelajaran, serta dalam

melakukan evaluasi pembelajaran.

Berdasarkan uraian tersebut maka penulis terdorong untuk melakukan

penelitian tentang “Kesulitan-kesulitan Yang Dialami Guru Penjas Dalam

Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif di Sekolah Luar Biasa se-Kabupaten

Cirebon”.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan dengan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat

diidentifikasikan beberapa masalah yang sesuai dengan apa yang penulis lihat dari

lapangan, yaitu:

1. Masih terdapat guru pendidikan jasmani yang merupakan bukan dari

lulusan Pendidikan Olahraga.

2. Kurangnya wawasan dan kemampuan seorang guru dalam memahami

materi pembelajaran pendidikan jasmani adaptif.

3. Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani masih terdapat guru

yang membiarkan siswa ABK tidak diikutsertakan dalam pembelajaran

penjas.

4. Minimnya sarana dan prasarana yang ada di Sekolah Luar Biasa.

5. Semangat belajar siswa ABK yang kurang.

6. Materi pembelajaran yang tidak jelas penyampaiannya membuat siswa

ABK sulit dikondisikan dalam pembelajaran penjas.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Atas dasar latar belakang, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian

sebagai berikut: Apa saja kesulitan yang dihadapi guru penjas dalam pembelajaran

penjas adaptif di Sekolah Luar Biasa se-Kabupaten Cirebon ditinjau dari

(6)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian yang dikemukakan, maka tujuan

penelitian ini tidak lain adalah untuk mengetahui apa saja kesulitan yang dialami

oleh seorang guru penjas pada pembelajaran penjas adaptif di Sekolah Luar Biasa

se-Kabupaten Cirebon di tinjau dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak yang

berkepentingan, yaitu penulis sendiri serta seluruh pihak sekolah, khususnya guru

pengajar pendidikan jasmani adaptif di Sekolah Luar Biasa se-Kabupaten

Cirebon.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Dari Segi Teoritis

1. Dapat dijadikan sumbangan keilmuan bagi dunia pendidikan,

khususnya bagi guru pendidikan jasmani adaptif agar dapat

mengembangkan kreativitas mengajar untuk meningkatkan belajar

gerak siswa ABK.

2. Dapat memberi gambaran mengenai kreativitas guru dalam mengajar

penjas adaptif.

b. Dari Segi Praktis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

referensi bagi peneliti lain yang hendak meneliti mengenai

kesulitan-kesulitan yang dialami dalam pembelajaran penjas adaptif melalui

permasalahan dan sampel berbeda.

2. Informasi dan masukan bagi para guru penjas adaptif untuk lebih

memperhatikan kreativitas guru penjas.

3. Bahan masukan bagi para guru penjas dalam mengajar pendidikan

jasmani untuk dapat meminimalisir kesulitan dalam pembelajaran

(7)

7

F. Batasan Masalah Penelitian

Penulis membatasi ruang lingkup penelitiannya agar lebih terarah pada tujuan. Menurut Arikunto (2007:14) menjelaskan bahwa “batasan masalah merupakan sejumlah masalah yang merupakan pertanyaan penelitian yang akan

dicari jawabanya melalui penelitian. Dengan makna tersebut maka batasan masalah sebenarnya adalah batasan permasalahan”. Adapun pembatasan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Penelitian dilakukan di Sekolah Luar Biasa se-Kabupaten Cirebon.

2. Metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif.

3. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, angket, dan studi

dokumentasi.

G. Batasan Istilah

Untuk memudahkan dalam penelitian dan menghindari dalam menafsirkan,

penulis akan menjelaskan istilah-istilah yang ada kaitannya dengan penelitian ini.

Berikut penjelasan beberapa istilah penting dalam penelitian ini, yaitu:

1. Pendidikan jasmani menurut Barrow dalam buku Abduljabar (2010:3) adalah: “Pendidikan tentang dan melalui gerak insani, ketika tujuan kependidikan dicapai melalui media aktivitas otot-otot, termasuk:

olahraga (sport) permainan, senam dan latihan (exercise).

2. “Pendidikan jasmani adaptif merupakan sarana yang sangat strategis

dalam upaya meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan jasmani,

keterampilan gerak, sosial, dan intelektual siswa cacat. Peningkatan

kualitas proses pendidikan jasmani di sekolah luar biasa sangat penting

untuk menanamkan sikap positif terhadap keterbatasan kemampuan

mereka, baik dari segi fisik maupun mentalnya” ( Tarigan, 2008, hlm.

12).

3. Anak cacat atau berkebutuhan khusus menurut The Committe Of national

Society For Study Of Education (dalam buku Tarigan, 2008, hlm. 13)

adalah: “Gerakan-gerakan yang dilakukan oleh seseorang yang

(8)

maksimal. Penyimpangan tersebut dapat dilihat dari segi fisik, mental, tingkah laku, emosional dan sosial”.

4. Guru Pendidikan Jasmani. Pengajar mata pelajaran pendidikan jasmani

(9)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Lokasi, PopulasidanSampel

1. LokasiPenelitian

Lokasi penelitian adalah tempat yang akan dilaksanakan oleh peneliti.

Lokasi penelitian ini dilakukan di Sekolah Luar Biasa yang ada di Kabupaten

Cirebon sebanyak 10 Sekolah Luar Biasa. Adapun nama sekolah dan alamat

tertulis dalam tabel 3.1.

Tabel 3.1

Lokasi Penelitian

No Nama Sekolah Alamat Sekolah

1 SLB Negeri Cirebon

Jl. Arief Rahman Hakim No. 33

0231.3387762, 081564601105/R.322876

2 SLBN Pangeran Cakrabuana

Wawayangan Kenduran Kidul Kec. Depok

Kab. Cirebon 081220782084

3 SLB-ABC Wathaniyah

Jl. Permai Raya Kebonpring Arjawinangun

0231.357281/0816645092

4 SLB-A Beringin Bhakti

Jl. P. Cakrabuana Gg. Mangga Kepongpongan

Kec. Talun Kab.Cirebon 0231.322469 /

081312326690

5 SLB-B Beringin Bhakti

Jl. P. Cakrabuana Gg. Mangga Kepongpongan

Kec.Talun Kab.Cirebon 0231.322469 /

081320176159

6 SLB-C Beringin Bhakti

Jl. Mangga Ds.Kepongpongan

(10)

2. Populasi

Populasi dalam suatu penelitian merupakan kumpulan individu atau objek

yang merupakan sifat-sifat umum. Dalam hal ini Sugiyono (2013, hlm.117)

menjelasksan bahwa: “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Atas dasar pendapat di atas dapat digambarkan bahwa yang dimaksud

dengan populasi adalah totalitas sumber data secara keseluruhan subyek

penelitian. Oleh karena itu perlu diterapkan secara akurat. Populasi dalam

penelitian ini adalah guru pendidikan jasmani di Sekolah Luar Biasa

Se-Kabupaten Cirebon yang berjumlah 10 orang.

3. Sampel

Dalam suatu penelitian, bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin

mempelajari semua yag ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana,

tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari

populasi tersebut. Menurut Sugiyono (2013, hlm.118) menjelaskan bahwa:

“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajarai dari sampel itu, 7 SLB-ABCD Bina Mandiri

Jl. Letjen S.Parman No.9 Ciledug

0231.662687 / 081564973449 / R.485693

8 SLB-BC Bina Karya

Jl. Karangsuwung Kec.Karangsembung

0231.635207, 08122206329 / R.239436

9 SLB Al-Zakiyah Klangenan

Jl. Jatayu Desa Klangenan Kec.Klangenan

Kab.Cirebon

10 SLB Al-Ma’Rifah

Pejagan Asem 02/01 Desa Kedung Bunder

(11)

33

kesimpulanya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus representatif (mewakili)”.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sampel Jenuh. Sampel jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota

populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi

relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat

generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah

sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel. Populasi dan sampel

yang akan diambil dalam penelitian ini adalah guru-guru pendidikan jasmani di

Sekolah Luar Biasa (SLB) se-Kabupaten Cirebon yang berjumlah 10 orang.

Sampel dalam penelitian ini yaitu guru-guru pendidikan jasmani yang mengajar di

Sekolah Luar Biasa se-Kabupaten Cirebon.

B.Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya adalah cara untuk menempuh data,

menganalisis dan menyimpan hasil penelitian. Metode penelitian juga merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Penggunaan metode dalam suatu penelitian itu merupakan hal yang sangat

penting, karena diharapkan dengan penggunaan metode yang tepat akan mencapai

dan menghasilkan tujuan yang diinginkan. Metode yang digunakan dalam

pengumpulan data pada setiap penelitian tentunya berbeda-beda, sesuai dengan

permasalahan penelitian yang dilakukan. Sebagai seorang peneliti dituntut untuk

terampil dalam menentukan metode penelitian yang akan digunakan. Hal ini

berarti metode penelitian mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam

pelaksanaan pengumpulan data dan analisis data, maka dari itu untuk dapat

memecahkan masalah dalam penelitian harus menggunakan metode yang tepat

dan sesuai.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah studi deskriptif.

Penelitian desktiptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan

(12)

yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi,

atau tentang kecenderungan yang tengah berlangsung.

Penelitian deskriptif dijelaskan oleh Sugiyaman (2008, hlm.37), yaitu

sebagai berikut:

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berupaya mengumpulan data, menganalisis secara kritis atas data-data tersebut dan menyimpulkan berdasarkan fakta-fakta pada masa penelitian berlangsung atau masa sekarang.

Dengan demikian, metode dalam penelitian ini merupakan metode

penelitian deskriptif. Hal ini dikarenakan peneliti ingin mengetahui,

mengungkapkan, menggambarkan, dan menyimpulkan hasil yang akan hendak

diteliti yaitu mengenai kesulitan mengajar yang dialami oleh guru pendidikan

jasmani adaptif di Sekolah Luar Biasa se-Kabupaten Cirebon. Penelitian

dilakukan agar peneliti dapat memperoleh hasil yang jelas, sehingga tujuan dari

penelitian ini dapat diketahui dengan benar.

C.Definisi Konseptual

Dari berbagai sudut pandang penafsiran seseorang terhadap suatu istilah itu

berbeda-beda. Maka dari itu, untuk menghindari kesalahan pengertian tentang

istilah-istilah dalam penelitia ini, maka penulis akan menjelaskan dan

menjabarkan satu-persatu istilah tersebut, diantaranya sebagai berikut:

1. Pembelajaran Penjas

Pembelajaran penjas adalah suatu kegiatan pembelajaran yang dilakukan

melalui aktivitas gerak. Dimana seorang siswa melakukan kegiatan

pembelajaran dengan berbagai kreativitas gerak. Pembelajaran penjas juga

memiliki ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam ranah kognitif

sebagai siswa diharapkan memiliki konsep gerak, arti sehat, memecahkan

masalah, kritis dan cerdas. Pada psikomotor yaitu gerak dan keterampilan,

kemampuan fisik & motorik, dan perbaikan fungsi organ tubuh. Serta

dalam ranah afektif yaitu menyukai kegiatan fisik, merasa nyaman dengan diri sendiri, dan ingin terlibat dalam pergaulan sosial.

(13)

35

Mengajar adalah suatu perilaku atau penyampaian informasi yang

dilakukan oleh seorang guru kepada siswanya. Kesulitan yang dialami

pada saat mengajar pembelajaran penjas yaitu dimana pada persiapan

untuk memberikan pembelajaran penjas pada peserta didik harus membuat

sebuah perencanaan pembelajaran, dalam melaksanakan pembelajaran

serta mengevaluasi hasil belajar. Kesulitan dalam perencanaan

pembelajaran dimana seorang guru harus dapat membuat perencanaan

pembelajaran yang baik, memilih materi dengan baik, menggunakan

metode dan strategi yang tepat. Kahifah (2013, hlm.27) menjelaskan

bahwa: “Sebagai pengelola pembelajaran, seorang guru hendaknya

melakukan beberapa langkah, diantaranya merencanakan tujuan

pembelajaran, mengorganisasikan berbagai sumber belajar, dan memimpin

yang meliputi motivasi, mendorong, menstimulasi siswa”. Dalam

pengelolahan pembelajaran, terdapat beberapa hal hendaknya diatur agar

selalu potensi dapat optimal, diantaranya melakukan perencanaan

(planning), pengorganisasian, pengerahan (actuating), dan pengawasan

(controling). Oleh karena itu seorang guru memerlukan pengetahuan dan

keterampilan, pengelolaan, pembelajaran yang memadai.

Dalam menetapkan langkah-langkah pengelolaan pembelajaran, seorang

guru harus dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan. Dengan

demikian, siswa dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya.

D.Definisi Operasional

Dalam kegiatan megajar yang dilakukan oleh guru memang terdapat

beberapa kesulitan yang dihadapi. Seperti halnya dalam membuat sebuah

perencanaan pembelajaran, dan melakukan pelaksanaan pembelajaran, serta

mengadakan sebuah evaluasi pembelajaran.

1. Kesulitan dalam perencanaan

a. Sumber-sumber

b. Silabus

(14)

2. Kesulitan dalam pelaksanaan

a. Kemampuan membuka pembelajaran

b. Penerapan metode pembelajaran

c. Penggunaan media pembelajaran

d. Kemampuan memahami karakteristik siswa

e. Teknik modifikasi pembelajaran

f. Penguasaan materi

g. Sarana dan prasaran

3. Kesulitan dalam evaluasi

a. Ketepatan melaksananakan evaluasi

E. Instrumen Penelitian

Dalam melakukan suatu pengukuran dalam penelitian, instrumen memegang

peranan penting dalam proses pengumpulan data. Menurut Sugiyono (2013,

hlm.148), “Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam atau sosial yang diamati”.Instrumen penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, angket dan dokumentasi.

1.Instrumen Penelitian Kisi-Kisi Kesulitan-kesulitan Mengajar Yang

Dialami Guru Penjas

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Kesulitan-kesulitan Mengajar Yang Dialami Guru

Penjas

No Variabel Indikator Instrumen Item

1 Perencanaan a. Sumber-sumber

b. Silabus

c. RPP

Angket 1

2, 3

(15)

37

2 Pelaksanaan a. Kemampuan membuka

pembelajaran

b. Penerapan metode

pembelajaran

c. Penggunaan media

pembelajaran

d. Kemampuan

memahami

karakteristik siswa

e. Sikap guru dalam

proses pembelajaran

f. Teknik modifikasi

pembelajaran

g. Penguasaan materi

h. Sarana prasarana

Angket

6, 7, 8, 9

10, 11 12

13

14, 15

16, 17, 18

19, 20

21, 22, 23

24

3 Evaluasi a. Ketepatan

melaksanakan evaluasi

Angket

(16)

2. Instrumen Penelitian Observasi Kesulitan-kesulitan Mengajar Yang

Dialami Guru Penjas

Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen Lembar Observasi Kesulitan-kesulitan Mengajar Guru Penjas

No Variabel Indikator No Item

1 Perencanaan d. Sumber-sumber

e. Silabus

f. RPP

1

2

3,4

2 Pelaksanaan i. Kemampuan membuka

(17)

39

Tabel 3.4

Kriteria Pemberian Skor

No Alternatif Jawaban

Skor Alternatif

Jawaban

1 Ya 2

2 Tidak 1

Parameter yang digunakan sesuai dengan yang telah dikemukakan oleh

Nurhasan dan Cholil (2007, hlm.429) dengan menafsirkan penilaian persentase

sebagai berikut:

Tabel 3.5

Kriteria Frekuensi Persentase

No Jumlah nilai Klasifikasi Kesulitan Guru

Mengajar

1. 90 – 100% Keseluruhan

2. 70 – 89% Sebagian Besar

3. 50 – 69% Sebagian

4. 30 – 49% Sebagian Kecil

5. < 29 % Tidak Sama Sekali

(Sumber: Nurhasan dan Cholil, 2007, hlm.429)

F. Langkah-langkah Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini sesuai dengan penelitian studi deskriptif

ada beberapa tahapan dalam pelaksanaannya. Penelitian yang dilakukan untuk

mendapatkan data yang baik, maka langkah-langkah yang dilakukan antara lain:

1. Persiapan, yang meliputi:

a. Mempersiapkan berbagai macam keperluan perizinan tentang

pelaksanaan penelitian dan informasi dari berbagai pihak.

b. Observasi lapangan awal, dengan menghubungi lembaga yang

(18)

c. Mengumpulkan dokumen-dokumen yang diperlukan berkaitan dengan

variabel yang akan diteliti.

2. Menentukan Sampel

Sampel penelitian adalah guru pendidikan jasmani yang mengajar di

Sekolah Luar Biasa se-Kabupaten Cirebon.

3. Menentukan Instrumen Penelitian

Menyusun unstrumen penelitian, berupa lembar observasi kuesioner

(angket) kegiatan mengajar yang dilakukan oleh guru pendidikan jasmani

dalam pembelajaran pendidikan jasamni adaptif di Sekolah Luar Biasa

se-Kabupaten Cirebon.

4. Melakukan pengumpulan data dari setiap instrumen yang sudah digunakan.

5. Meganalisis data yang sudah terkumpul dengan menggunakan teknik

analisis data yang baik dan tepat.

6. Menyimpulkan dan mendeskripsikan hasil penelitian dalam bentuk laporan

penelitian sebagai sebuah karya ilmiah.

G.Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan salah satu aspek yang berperan dalam

kelancaran dan keberhasilan dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini metode

pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Observasi

Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah

melengkapinya dengan format pengamatan sebagai instrumen, format yang berisi

item-item tentang kejadian atau tingkah laku digambarkan akan terjadi.

Sutrisno (1986) dalam Sugiyono (2013, hlm.203) menyatakan bahwa

“Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diatara yang terpenting adalah

proses-proses pengamatan dan ingatan”. Dalam hal ini peneliti melakukan

pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data bahwa sedang

(19)

41

Dalam penelitian ini yang menjadi tempat dalam observasi berlangsung

adalah di SLB se-Kabupaten Cirebon. Yang menjadi pelaku dalam penelitian ini

adalah guru pendidikan jasmani adaptif. Serta kegiatan yang di teliti dalam

penelitian ini merupakan kesulitan guru mengajar dalam pembelajaran pendidikan

jasmani adaptif.

b. Kuisioner (Angket)

Jenis-jenis angket/keusioner yang dapat dipakai sebagai alat pengumpulan

data oleh Arikunto (2010, hlm.195) sebagai berikut: Dipandang dari cara

menjawab, maka ada kuesioner terbuka, yang memberi kesempatan kepada

responden untuk menjawab dengan kalimatya sendiri. Kemudian kuesioner

tertutup yaitu, yang sudah disediakan jawabanya sehingga responden tinggal

memilih.

Arikunto (2010, hlm.194) menjelaskan bahwa: “Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan yang tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari

responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui”.

Angket dalam penelitian ini terdiri dari komponen atau variabel yang dijabarkkan

melalui sub komponen, serta indikator-indikator. Butir-butir pernyataan ini

merupakan gambaran tentang kesulitan guru dalam mengajar penjas adaptif

se-Kabupaten Cirebon. Betuk angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah

angket tertutup, angket tertutup artinya angket yang disusun dengan

pertanyaan/pernyataan terbatas, tegas, kongkrit dan lengkap.

Untuk memudahkan dalam penyusunan butur-butir pernyataan angket serta

alteratif jawaban yang tersedia, maka responden hanya diperkenankan untuk

menjawab salah satu alternatif jawaban. Jawaban dikemukakan oleh responden

dengan diasarkan pada pendapatnya sendiri-sendiri atau suatu hal yang

dialaminya. Menurut Sugiyono (2013, hlm.139) bahwa: “Skala Guttman

merupakan skala pengukuran dengan jawaban yang tegas, yaitu “Ya-Tidak”,

(20)

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen

bisa berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

Dokumentasi dilakukan untuk melengkapi data yang sudah ada. Menurut

Riduwan (2011:77) menjelaskan bahwa: “Dokumentasi adalah ditujukan untuk

memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang

relevan, peraturan-peraturan, foto-foto, film dokumenter, data yang relevan

dengan penelitian”.

H.Proses Pengembangan Instrumen

Instrumen yang baik dapat dilihat dari sejauhmana persyaratan baku suatu

isntumen telah dipenuhinya. Ada dua syarat instrumen dikatakan baik yaitu valid

dan reliabel. Sebagaimana yang dijelaskan Sugiyono (2013, hlm.173) yaitu:

“Instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel”.

Pengujian yang pertama yaitu pengujian validitas. Menurut Suharsini

Arikunto, (2010, hlm.136) Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan

tingkat kevalidan dan kesasihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valis dan

sahih memiliki validitas yang tinggi. Sebaiknya instrumen yang kurang berarti

memiliki validitas yang rendah. Uji validitas dilakukan unutk mengetahui valid

atau tidaknya kuisioner yang disebar. Menghitung validitas bertujuan untuk

menilai ketepatan alat pengumpul data tersebut (angket) dalam mengetahui

kesulitan-kesulitan yang dialami guru penjas dalam pembelajaran pendidikan

jasmani adaptif di SLB se-Kabupaten Cirebon. Pengujian alat pengumpul data

pada penelitian ini dilakukan dengan cara analisis butir angket.

Mengenai reliabilitas, Sugiyono (2013, hlm.173) menjelaskan bahwa:

“Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bla digunakan beberapa kali

unutk mengukur objek yang sama, akan menghasilakan data yang sama”.

Dengan kata lain, reliabilitas adalah suatu cara uutk mengetahui sejauhmana

suatu isntrumen memiliki konsistensi pada setiap butir yang ada pada instrumen

(21)

43

1. Uji Coba Instrumen Penelitian (Angket)

Angket yang telah disusun kemudian diuji cobakan untuk mengukur

validitas dan realibilitas dari setiap butir pertanyaan-pertanyaan. Dari hasil uji

coba angket akan diperoleh sebiuah angket yang memenuhi syarat dan dapat

digunakan sebagai alat pengumpulan data dalam penelitian. Angket tersebut

diberikan kepada sampel ujicoba sebanyak 10 guru penjas.

a. Analisis Validitas Instrumen

Sebagaimana dijelaskan oleh Sugiyono (2013, hlm.172), “Hasil penelitian

yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang

sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti”.

Uji validitas dalam penelitian ini untuk menguji setiap butir pertanyaan,

maka skor-skor yang terdapat pada setiap butir pertanyaan di orelasikan dengan

skor total. Seperti yang dijelaskan oleh Arikunto (2006, hlm.176) bahwa” Untuk

menguji validitas setiap butir, maka skor-skor yang ada pada butir yang dimaksud

dikorelasikan dengan skor total”. Pada analisis setiap butir pertanyaan, skor butir

sebagaimana nilai X dan skor total sebagai nilai Y. Adapun langkah-langkah

unutk mengetahui tingkat validitas instrumen yang telah diuji cobakan ialah

sebagai berikut:

a. Data yang telah terkumpul dari hasil uji coba ditabulasikan menjadi

skor-skor dari setaip butir pertanyaan.

b. Skor pada setiap butir pertanyaan sebagai nilai X dan skor total sebagai

nilai Y.

c. Kemudian korelasikan skor-skor tersebut dengan rumus sebagai berikut:

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

d. Selanjutnya membandingkan nilai validitas (rxy) setiap butir pertanyaan

(22)

Setelah mendapatkan nilai korelasi dari setiap butir pertanyaan dan telah

dibandingkan dengan tabel kritis r Product Moment dengan tarafsignifikan 5%,

dengan jumlah responden 10 orang guru penjas dan jumlah butir pertanyaan

sebanyak 35 butir pertanyaan. Jika hasil r hitung (rxy) > r tabel maka butir

pertnyaan tersebut dikatakan signifikan atau valid apabila sebaliknya r hitung

(rxy) < r tabel maka butir pertanyaan tersebut dikatakan tidak signifikan atau tidak

valid.

Tabel 3.6

Hasil Pengujian Validitas Instrumen

No Nilai Hitung Korelasi r Tabel Keterangan

1 0,749 0,632 Valid

2 -0,44 0,632 Tidak Valid

3 -0,22 0,632 Tidak Valid

4 0,761 0,632 Valid

5 -0,76 0,632 Tidak Valid

6 0,761 0,632 Valid

7 0,75 0,632 Valid

8 0,899 0,632 Valid

9 0,761 0,632 Valid

10 0,761 0,632 Valid

11 0,761 0,632 Valid

12 0,761 0,632 Valid

(23)

45

14 0,912 0,632 Valid

15 0,761 0,632 Valid

16 0,437 0,632 Tidak Valid

17 0,774 0,632 Valid

18 0,461 0,632 Tidak Valid

19 0,761 0,632 Valid

20 0,912 0,632 Valid

21 0,541 0,632 Tidak Valid

22 0,194 0,632 Tidak Valid

23 0,761 0,632 Valid

24 0,912 0,632 Valid

25 0,899 0,632 Valid

26 0,7 0,632 Valid

27 0,917 0,632 Valid

28 0,704 0,632 Valid

29 0,885 0,632 Valid

30 0,685 0,632 Valid

31 0,171 0,632 Tidak Valid

32 0,685 0,632 Valid

(24)

34 0,563 0,632 Tidak Valid

35 0,903 0,632 Valid

Dapat dilihat dari tabel di atas, berdasarkan hasil perhitungan uji validitas

instrumen dari 35 butir pertanyaan yang diajukan terdapat 26 butir pertanyaan

yang valid dan 9 yang tidak valid.

b. Analisis Reliabilitas Instrumen

Dalam penelitian ini pengujian reliabilitas instrumen yang digunakan adalah

dengan rumus Alpha (Alpha Cronbach) adapun rumus Alpha Cronbach sebagai

berikut:

Keterangan:

= Reliabilitas istrumen

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

= Jumlah varians butir soal/item

= Varians total

Adapun rumus untuk varians total dan varians item yang terdapat dalam

rumus Alpha Cronbach sebagai berikut:

Rumus Varians Total:

Keterangan:

= Varians total

∑ = Jumlah perolehan skor seluruh responden

(25)

47

Rumus Varians Item:

Keterangan:

= Varians item

= jumlah kuadrat seluruh skor item = jumlah kuadrat subjek

= banyaknya responden atau banyaknya data

Menurut kriteria dari Guilford dalam Sugiono (dalam Anonim, 2011, hlm.

37-38) koefisien reliabilitas Alpha Cronbachterbagi menjadi sebagai berikut:

Tabel 3.7

Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach

Kriteria Koefisien Reliabilitas α

Sangat Reliabel > 0,900

Reliabel 0,700 – 0,900

Cukup Reliabel 0,400 – 0,700

Kurang Reliabel 0,200 – 0,400

Tidak Reliabel < 0,200

(Tersedia di http: //aresearch. upi. edu/ operator/ upload/ s_psi_0705114_

chapter3x.pdf).

Dari hasil perhitungan dalam mencari reliabilitas sebesar 0,943 dari 35 butir

pertanyaan yang dikatakan valid. Hal ini menunjukan bahwa instrumen untuk

kesulitan mengajar yang dialami guru penjas dalam pembelajaran pendidikan

jasmani adaptif ini termasuk ke dalam kriteria reliabel (dapat dipercaya atau

diandalkan).

I. Analisis Data

(26)

data dimaksudkan untuk mengetahui kesulitan-kesulitan mengajar yang dialami

guru penjas dalam pembelajaran penjas adaptif di SLB se-Kabupaten Cirebon.

Adapun langkah-langkah pengolahan dan analisis data sebagai berikut:

1. Menghitung Rata-rata dan Simpangan Baku

a). a). Menghitung nilai rata-rata ( ̅) dari setiap data dengan rumus:

̅

Keterangan:

̅ : Nilai rata-rata yang dicari ∑ :Jumlah skor yang didapat

: Jumlah Sampel

b). Menghitung simpangan baku dari setiap kelompok data dengan

menggunakan rumus:

√∑ ̅

Keterangan:

s : Simpangan baku yang dicari

∑ : Jumlah : Skor

̅ : Nilai rata-rata : Jumlah Sampel

1 : Angka Tetap

2. Persentase

Data yang telah diperoleh akan ditabulasikan dengan cara dijumlah dan

dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan, selanjutnya dapat diperoleh

prosentase yang kemudian diklarifikasikan dalam bentuk tabel-tabel data.

Penulis menghitung atau mengolah dengan tabulasi data menggunakan

rumus statistik untuk perhitungan prosentase dengan menggunakan rumus sebagai

(27)

49

Keterangan :

P : Besar prosentase

f : Frekwensi responden untuk setiap alternatif jawaban

n : Jumlah seluruh responden

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, Bambang. (2008). Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga.

Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Abduljabar, Bambang. (2010). Landasan Ilmiah Pendidikan Intelektual Dalam

Pendidikan Jasmani. Bandung: Rizqi Press.

Abduljabar, Bambang. (2011). Pedagogi Olahraga. Bandung: FPOK UPI.

Abduljabar, B. & Darajat, J. (2013). Aplikasi Statistika Dalam Penjas. Bandung:

FPOK UPI Bandung.

Amin, Moh. (1995). Pedagogik Anak Tunagrahita. Bandung. Departemen

Pendidikan Jasmani. Bandung: Rizki Press.

Arikunto, S. (2006), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi

VI. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA

Arikunto, Suharsimi. (2007). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Edisi Revisi VI. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Pt. Rineka Cipta.

Cholil, H dan Nurhasan. (2007). Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung.

Universitas Pendidikan Indonesia. FPOK.

Depdiknas. (2003). Evaluasi Pengajaran Pendidikan Jasmani Adaptif. Jakarta:

Depdiknas.

Guntari, Suci. (2014). Hakikat Mengajar. Bandung: FPOK UPI.

Hendrayana Yudi. (2007). Pendidikan Jasmani dan Olahraga Adaptif. Japan:

Criced.

Hendrayana, Yudi. (2013). Pendidikan Jasmani dan Olahraga Adaptif. Japan:

Criced.

Juliantine, Tite, dkk. (2012). Modul Belajar dan Pembelajaran Penjas. Bandung:

FPOK UPI.

(29)

98

Lieberman, L.J. (2005). Deafness and Deafblindness. In Winnick, J. (ed). Adapted

Physical Edication and Sport (4thed). Champaign, IL: Human Kinetics.

221-233.

Lutan, Rusli. (2000). Manajemen Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdiknas.

Lutan, Rusli. (2011). Manajemen Penjaskes. Jakarta: Depdiknas Direktoran

Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru

SLTP setara D-III.

Mahendra, A. (2005). Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK

UPI.

Mahendra, A. (2009). Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK

UPI.

Munandar, Utami. (2002). Kreativitas dan Keterbakatan. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama.

Nugraha, Eka, dkk. (2010). Didaktik Metodik Pembelajaran Renang. Bandung:

FPOK UPI.

Rahmat, H. (2008). Konsep Dasar Pendidikan Jasmani Adaptif. Bandung.

Riduwan. (2011). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung:

ALFABETA.

Somad, P dan Herawati, T. (1996). Otorpedagogik Anak Tunarungu. Bandung:

Depdikbud.

Sridarwati, Cha & Mudartadlo. (2007). Pendidikan Jasmani dan Olahrag Adaptif.

Jakarta: Dirjen Dikti Diknas.

Sudjana dan Ibrahim (1989). Penelitian dan Penilaian Penidikan. Bandung: Sinar

Baru Algesindo.

Sugiyaman-Gima, A. (2008). Metode Riset. Bandung: Guardaya Intimarta.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, Dan R&D. Bandung: ALFABETA

Suherman, Adang. (2009). Revitalisasi Pengajaran Dalam Pendidikan Jasmani.

Bandung: Cv. Bintang Warli Artika.

(30)

Supandi. (1991). Strategi Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani. Jakarta:

Depdikbud.

Tarigan, Beltasar. (2008). Pendidikan Jasmani Adaptif. FPOK UPI Bandung.

Tarigan, Beltasar. (2012). Optimalisasi Pendidikan Jasmani dan Olahraga

Berlandaskan Ilmu Faal Olahraga. Bandung: Eidos.

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 3.4 Kriteria Pemberian Skor
+3

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga dengan menggunakan dua prosedur tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu bentuk bukti tidak langsung berupa analisis ekonomi sebagai langkah awal yang

Atas dasar pemikiran yang telah dipaparkan tersebut, maka penulis ingin memanfaatkan minyak dari Crude Palm Oil (CPO) yang telah didegumming sebagai bahan baku sintesis

Proses koding khususnya pada pasien dengan kasus neoplasma periode triwulan I Tahun 2014 belum sesuai dengan aturan yang ada di ICD-10, oleh karena itu untuk

Merujuk dari hasil penelitian yang telah dijelaskan di atas, bahwa terjadi peningkatan hasil belajar setelah strategi pembelajaran tutor sebaya diterapkan dalam

Temuan di atas didukung oleh penelitian Irmawati (2013) yang menyimpulkan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan penggunaan strategi inkuiri sosial dengan hasil

Proses pengolahan yang dilakukan di settling pond dengan menggunakan metode active treatment yaitu pemberian tawas sebanyak 75 kg dan kapur sebanyak 50 kg secara

Sedangkan untuk pemasangan iklan display dan iklan kolom dimulai dengan konsumen mengorder via telepon, fax dan email, setelah itu di kirim ke bagian design untuk

[r]