• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA ANAK BERKESULITAN BELAJAR KELAS IIIA SD NEGERI KEPATIHAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA ANAK BERKESULITAN BELAJAR KELAS IIIA SD NEGERI KEPATIHAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010 2011"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

ANAK BERKESULITAN BELAJAR KELAS IIIA

SD NEGERI KEPATIHAN SURAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Oleh :

NUR AFIFAH

K5107028

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

STRATEGI PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

ANAK BERKESULITAN BELAJAR KELAS IIIA

SD NEGERI KEPATIHAN SURAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Oleh :

NUR AFIFAH

K5107028

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Pendidikan Khusus

Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Nur Afifah. STRATEGI PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA ANAK BERKESULITAN BELAJAR KELAS IIIA SD NEGERI KEPATIHAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Maret. 2011.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatan Hasil Belajar Matematika Anak Berkesulitan Belajar melalui Strategi Pembelajaran Tutor Sebaya. Penelitian ini dilaksanakan di kelas IIIA SD Negeri Kepatihan Surakarta tahun pelajaran 2010/2011.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Subjek yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini berjumlah 5 siswa berkesulitan belajar terdiri atas 3 laki-laki dan 2 perempuan. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif kuantitatif.

(6)

ABSTRACT

Nur Afifah.PEER TUTORING LEARNING STRATEGY TO IMPROVE THE MATHEMATICS LEARNING ACHIEVEMENT IN LEARNING DISABILITY IIIA GRADERS OF SD NEGERI KEPATIHAN SURAKARTA IN THE SCHOOL YEAR OF 2010/2011.Skripsi, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University. March. 2011.

The objective of this research is to improve The Mathematics Learning Achievement In Learning Disability with Peer Tutoring Learning Strategy. This research was taken place in IIIA graders of SD Negeri Kepatihan Surakarta in the school year of 2010/2011.

This study employed classroom action research. The subjects of research in this classroom action research were 5 students with learning disability consisting of 3 boys and 2 girls. The method of data collection was technique test. The technique of analyzing data was a descriptive quantitative analysis.

(7)

MOTTO

Membina serta Meningkatkan Selendang Persaudaraan

(8)

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan untuk:

¾ Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan

segalanya, semoga Allah SWT memberikan

kebaikan dan kemuliaan di dunia dan akhirat

¾ Mas Gita Setyawan Uma

¾ Kak Ari, Kak Intan, Kak Iyo, Kak Danang, Kak

Ninda, Kak Arif

¾ Sahabatku Rahma, Christin, Winda, Ita

¾ Kak Maya dan semua saudaraku

¾ Rekan-rekan PPL di SLB E Bhina Putera: Anjar,

Dhita, Maria, Dini, Aji, Abas

¾ Teman-teman PKh angkatan 2007

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas rahmat dan berkah-Nya skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan, untuk

memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian

penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya

kesulitan-kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk

bantuannya, disampaikan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatulah, M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan

ijin penelitian guna menyusun skripsi ini

2. Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si, Pembantu Dekan 1 Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan

ijin penelitian guna menyusun skripsi ini

3. Drs. Amir Fuady, M.Hum, Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ijin

penelitian guna menyusun skripsi ini.

4. Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd, Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP UNS

Surakarta, yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi

5. Drs. Abdul Salim Choiri, M.Kes, Ketua Program Studi Pendidikan Khusus

FKIP UNS yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi

6. Drs. Gunarhadi, M.A, Ph.D, Pembimbing I yang dengan sabar telah

memberikan pengarahan, bimbingan dan motivasi sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan

7. Sugini, M.Pd, Pembimbing II yang dengan sabar telah memberikan

bimbingan, pengarahan dan dorongan selama penulis menyelesaikan skripsi

ini

8. Drs. Sudakiem, M.Pd, pembimbing akademik yang telah memberikan

(10)

9. Marji Astuti, S.Pd, Kepala Sekolah SD Negeri Kepatihan Surakarta yang telah

memberikan ijin penelitian

10.Jamiati, A.Ma, selaku Guru Kelas IIIA SD Negeri Kepatihan Surakarta yang

selalu meluangkan waktu guna terselesaikannya penelitian

11.Dumadimarning,A.Ma. Pd, selaku Guru Kelas IIIB SD Negeri Kepatihan

Surakarta yang telah membantu jalannya penelitian ini

12.Segenap Bapak/Ibu dosen Program Studi Pendidikan Khusus yang telah

memberikan bekal ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan

penulisan skripsi ini

13.Berbagai pihak yang telah membantu penulis demi lancarnya penulisan skripsi

ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penyusunan skripsi ini telah berusaha semaksimal mungkin, namun

penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan karena

keterbatasan penulis. Dengan segala rendah hati penulis mengharapkan kritik dan

saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu

pengetahuan dan juga dunia pragmatika.

Surakarta, 10 Maret 2011

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR BAGAN ... xv

DAFTAR GRAFIK ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Hasil Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Pustaka 1. Kajian tentang Anak Berkesulitan Belajar a. Pengertian Anak Berkesulitan Belajar ... 5

b. Karakteristik Anak Berkesulitan Belajar ... 8

c. Klasifikasi Anak Berkesulitan Belajar ... 12

(12)

e. Hambatan dan Kebutuhan Khusus Anak Berkesulitan

Belajar ... 23

2. Kajian tentang Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar ... 25

b. Faktor Pengaruh Strategi Pembelajaran ... 28

c. Hasil Belajar Anak Berkesulitan Belajar ... 29

3. Kajian tentang Strategi Pembelajarn Tutor Sebaya dalam Pembelajaran Matematika a. Pengertian Strategi Pembelajaran ... 30

b. Pengertian Tutor Sebaya ... 33

c. Pembelajaran Matematika ... 41

4. Strategi Pembelajaran Tutor Sebaya untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Anak Berkesulitan Belajar ... 48

B. Hasil-hasil Penelitian Sebelumnya ... 50

C. Kerangka Berfikir ... 51

D. Hipotesis Tindakan... 52

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 53

B. Subjek Penelitian ... 55

C. Data dan Sumber Data ... 56

D. Teknik Pengumpulan Data ... 56

E. Uji Validitas ... 59

F. Teknik Analisis Data ... 61

G. Indikator Keberhasilan ... 61

H. Prosedur Penelitian ... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian ... 63

B. Hasil Penelitian ... 71

C. Pembahasan ... 73

(13)

B. Implikasi ... 81

C. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Jadwal penelitian dan waktu penelitian ... 55

Tabel 2. Rancangan Pelaksanaan Siklus ... 62

Tabel 3. Daftar Hasil Belajar Sementara Tutee (ABB) ... 64

Tabel 4. Daftar Hasil Belajar Sementara Tutor ... 65

Tabel 5. Daftar Hasil Belajar Siklus I ... 71

Tabel 6. Daftar Hasil Belajar Siklus II ... 72

Tabel 7. Daftar Hasil Belajar Siklus III ... 72

Tabel 8. Peningkatan Hasil Belajar Tutee (ABB) ... 73

Tabel 9. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Ad ... 74

Tabel 10. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kn ... 75

Tabel 11. Peningkatan Hasil Belajar Siswa D ... 77

Tabel 12. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Rk ... 78

(15)

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 1. Peningkatan Hasil Belajar Siswa ... 48

Bagan 2. Kerangka Berfikir ... 52

(16)

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 1. Siklus I ... 71

Grafik 2. Siklus II ... 72

Grafik 3. Siklus III ... 72

Grafik 4. Peningkatan Hasil Belajar Tutee (ABB) ... 73

Grafik 5. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Ad ... 75

Grafik 6. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kn ... 76

Grafik 7. Peningkatan Hasil Belajar Siswa D ... 77

Grafik 8. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Rk ... 78

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. KKM ... 87

Lampiran 2. Daftar kelompok tutorial ... 88

Lampiran 3. Kisi-kisi soal tes ... 89

Lampiran 4. Rencana Proses Pembelajaran (RPP) ... 91

Lampiran 5. Soal Evaluasi Siklus I ... 95

Lampiran 6. Soal Evaluasi Siklus II ... 101

Lampiran 7. Soal Evaluasi Siklus III ... 107

Lampiran 8. Kunci Jawaban Evaluasi Siklus I ... 113

Lampiran 9. Kunci Jawaban Evaluasi Siklus II ... 115

Lampiran 10. Kunci Jawaban Evaluasi Siklus III ... 117

Lampiran 11. Foto Kegiatan Penelitian ... 119

Lampiran 12. Permohonan ijin research / try out kepada rektor UNS di Surakarta... ... 123

Lampiran 13. Permohonan ijin menyusun skripsi kepada dekan c.q pembantu dekan 1 FKIP-UNS di Surakarta ... 124

Lampiran 14. Surat keputusan dekan FKIP tentang ijin penyusunan skripsi/ makalah ... 125

Lampiran 15. Surat kepada kepala sekolah SD Negeri Kepatihan untuk mengadakan research ... 126

(18)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan mata pelajaran yang sangat diperlukan bagi

kehidupan. Matematika berfungsi sebagai alat yang digunakan dalam berbagai

ilmu dan kehidupan. Jika dicermati pada setiap aspek kehidupan manusia tidak

lepas dari asas yang berlaku atau dipelajari dalam matematika dan pada gilirannya

akan mempermudah dalam pemecahannya. Salah satu contohnya saat kita

berbelanja di supermarket atau saat belajar mata pelajaran fisika pasti akan

menemukan penggunaan simbol matematika. Penggunaan simbol yang bervariasi

dan rumus yang beragam akan menuntut siswa untuk lebih berfikir menemukan

cara bagaimana menguasai semua konsep dalam matematika. Begitu pentingnya

mata pelajaran matematika untuk kehidupan, maka banyak dibuka Bimbingan

Belajar khusus Matematika seperti kumon dan berbagai cara jitu untuk

mempermudah penguasaan konsep matematika seperti jarimatika, sempoa, dsb.

Banyak siswa tidak suka dengan mata pelajaran matematika. Dari hasil

pembagian angket pada siswa kelas 3 SD Negeri Kepatihan Surakarta menyatakan

70% tidak menyukai mata pelajaran matematika. Berbagai alasan siswa

diantaranya adalah siswa menganggap matematika tidak bermanfaat karena

matematika hanya berlaku dengan penyajian yang berbentuk angka-angka. Selain

itu, siswa merasa bosan saat pembelajaran matematika berlangsung. Guru hanya

menuntut siswa untuk tenang dan diam selama proses pembelajaran berlangsung

sehingga tidak terjadi pola interaksi antara guru dan siswa.

Selain proses pembelajaran Matematika yang kurang menyenangkan,

kemampuan siswa dalam memahami, mengerti, dan menganalisis suatu materi

(khususnya matematika) sangat berbeda-beda sehingga menyebabkan hasil belajar

matematika siswa rendah. Hasil kajian dokumen dan wawancara dengan guru

kelas IIIA SD Negeri Kepatihan Surakarta, peneliti menemukan beberapa siswa

dengan hasil belajar rendah serta tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal

(19)

(KKM). Bahkan ada siswa yang membutuhkan bantuan orang lain atau

membutuhkan pelayanan khusus dalam proses pembelajaran untuk memahami

suatu materi. Anak tersebut masuk di dalam kategori anak berkesulitan belajar.

Anak berkesulitan belajar dapat ditemui pada kelas-kelas awal, salah satunya

adalah kelas 3 SD. Seperti yang disaPSDLNDQ6XQDUGL³6HEDJLDQEHVDU

dari siswa yang mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran terdapat di

kelas-kelas awal adalah anak secara pedagogis disebut Berkesulitan Belajar Spesifik DWDXVHULQJGLNHQDOGHQJDQ'LVIXQJVL 0LQLPDO2WDN´$QDk berkesulitan belajar dapat ditemui hampir di setiap sekolah, bahkan setiap kelas bisa dipastikan

menemukan anak berkesulitan belajar.

Prevalensi anak berkesulitan belajar yang ditemukan mencapai 6,2% dari

populasi yang ada. Hal tersebut merupakan hasil analisis berdasarkan penelitian

yang dilakukan Sunardi di tahun 2000. Sedangkan Anton Sukarno (2006: 45) PHQ\HEXWNDQ ³SUHYDOHQVL VLVZD EHUNHVXOLWDQ EHODMDU GLSHUNLUDNDQ VHEHVDU HQDP EHODV GDUL SRSXODVL VLVZD VHNRODK´ 8QWXN PHQHQWXNDQ VLVZD WHUJRORQJ anak berkesulitan belajar dapat dengan cara melihat nilai atau hasil belajar dalam

kurun waktu tertentu.

Alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar

matematika anak berkesulitan belajar adalah dengan mengubah strategi

pembelajaran saat pembelajaran matematika berlangsung. Guru hanya perlu

mengubah strategi yang awalnya ceramah menjadi strategi yang dapat

menciptakan pola interaksi edukasi yang sesuai dengan kondisi yang ada. Salah

satu cara yang bisa digunakan adalah dengan menerapkan strategi tutor sebaya.

Tutor Sebaya merupakan salah satu strategi pembelajaran untuk membantu

memenuhi kebutuhan peserta didik dengan pendekatan kooperatif, dimana

terdapat rasa saling menghargai dan mengerti dibina diantara peserta didik yang

bekerja sama sehingga Anak Berkesulitan Belajar dapat mengikuti pembelajaran

dengan hasil belajar sesuai harapan.

Tutor Sebaya merupakan salah satu jenis pembelajaran kooperatif.

Menurut Eggen dan Kauchak dalam Isjoni (2010: 10) mendefinisikan

(20)

guru agar siswa saling membantu dalam mempelajari sesuatu. Maheady, Harper

dan Mallete menyebutkan Class-Wide Peer Tutoring (CWPT) adalah suatu

strategi pembelajaran dimana siswa diajari oleh teman sebaya yang dilatih dan

diawasi oleh guru kelas (Tina Diandani : 2009).

Dengan demikian, Tutor Sebaya sebagai strategi pembelajaran

diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika Anak Berkesulitan

Belajar. Dari penjelasan di atas, maka peneliti mengangkat penelitian yang

berjudul ³Strategi Pembelajaran Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Matematika Anak Berkesulitan Belajar Kelas IIIA SD Negeri

Kepatihan Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011´

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka

masalah pokok dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan sbb:

Apakah penggunaan Strategi Pembelajaran Tutor Sebaya dalam Pembelajaran

Matematika di kelas IIIA SD Negeri Kepatihan Surakarta dapat meningkatkan

Hasil Belajar Anak Berkesulitan Belajar?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

Untuk meningkatkan Hasil Belajar Matematika Anak Berkesulitan Belajar melalui

Strategi Pembelajaran Tutor Sebaya di kelas IIIA SD Negeri Kepatihan Surakarta

tahun Pelajaran 2010/2011.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat teoritis

(21)

b.Untuk menambah pengetahuan dan informasi bagi guru maupun calon

guru agar memperhatikan Strategi yang digunakan dalam pembelajaran

sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

c.Untuk menambah referensi kajian mengenai Anak Berkesulitan Belajar

bagi perkembangan Ilmu Pendidikan pada umumnya dan Ilmu Pendidikan

Khusus pada khususnya.

2. Manfaat praktis

a. Bagi siswa:

1) Untuk menambah pengalaman variasi strategi dalam pembelajaran

matematika di kelas IIIA SD Negeri Kepatihan Surakarta tahun

pelajaran 2010/2011.

2) Untuk mencari solusi yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa di

kelas IIIA SD Negeri Kepatihan Surakarta tahun pelajaran 2010/2011.

b. Bagi guru:

1) Untuk menambah pengalaman guru dan meningkatkan hasil belajar

Matematika dengan Strategi Pembelajaran Tutor Sebaya.

2) Untuk meningkatkan kepedulian guru terhadap Anak Berkesulitan

(22)

commit to user

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Pustaka

1. Kajian tentang Anak Berkesulitan Belajar

a. Pengertian Anak Berkesulitan Belajar

3DGD XPXPQ\D ³NHVXOLWDQ´ PHUXSDNDQ VXDWX NRQGLVL WHUWHQWX \DQJ ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai tujuan,

sehingga diperlukan usaha untuk mengatasinya. Anak yang mengalami

kesulitan dalam kegiatan belajar sering disebut anak berkesulitan belajar. ³6HWLDSLQGLYLGXPHPDQJWLGDNDGD \DQJVDPD3HUEHGDDQLQGLYLGXDO ini pulalah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar di kalangan

anak didik. Dalam keadaan di mana anak didik/ siswa tidak dapat belajar VHEDJDLPDQD PHVWLQ\D LWXODK \DQJ GLVHEXW GHQJDQ NHVXOLWDQ EHODMDU´ $EX Ahmadi dan Widodo Supriyono, 2004: 77)

Definisi kesulitan belajar khusus (specific learning disability) yang

telah disetujui oleh pemerintah federasi adalah suatu gangguan pada satu atau

lebih proses psikologi dasar yang meliputi pemahaman atau penggunaan

bahas, lisan atau tulisan, yang dapat diwujudkan dengan kemampuan yang

tidak sempurna dalam mendengar, berfikir, berbicara, membaca, menulis,

mengeja, atau melakukan perhitungan matematis. (Smith, 2006: 75)

Namun, definisi Federal tersebut tidak dapat diterima begitu saja.

National Joint Committee on Learning Disability (NJCLD), suatu kelompok

yang terdiri dari perwakilan beberapa organisasi profesional, PHPSXEOLNDVLNDQ VXDWX GHILQLVL DOWHUQDWLI ³NHVXOLWDQ EHODMDU learning disability) adalah suatu istilah umum yang mengacu pada beragam kelompok

gangguan yang terlihat pada kesulitan dalam menguasai dan menggunakan

kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, berfikir, atau

(23)

Banyak pihak yang ingin mendefinisikan Anak Berkesulitan Belajar,

salah satunya Balitbang Dikbud. Anak berkesulitan belajar didefinisikan

sebagai anak yang secara nyata mengalami kesulitan dalam tugas-tugas

akademik khusus maupun umum, baik disebabkan oleh adanya disfungsi

neurologis, proses psikologis dasar maupun sebab-sebab lain sehingga prestasi EHODMDUQ\DUHQGDKGDQDQDNWHUVHEXWEHUHVLNRWLQJJLWLQJJDONHODV´ (Munawir Yusuf, 2005: 59)

/DLQ KDOQ\D GHQJDQ 0XO\DGL ³.HVXOLWDQ EHODMDU GDSDW diartikan sebagai suatu kondisi dalam suatu proses belajar yang ditandai

adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar.

Hambatan-hambatan ini mungkin disadari dan mungkin juga tidak disadari oleh orang

yang mengalaminya, dan dapat bersifat sosiologis, psikologis, ataupun ILVLRORJLVGDODPNHVHOXUXKDQSURVHVEHODMDUQ\D´

Sedangkan Kamus Merriam Webster mendefinisikan anak berkesulitan

belajar sebagai berikut:

"any of various conditions (as dyslexia) that interfere with an individual's ability to learn and so result in impaired functioning in language, reasoning, or academic skills and that are thought to be caused by difficulties in processing and integrating information"

Public Law juga mendefinisikan kesulitan belajar (learning diabilities),

sebagai gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang

terlibat dalam memahami atau menggunakan bahasa lisan atau tertulis. Hasil

gangguan tersebut dalam masalah dalam keterampilan tersebut dan

kemampuan seperti mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis,

ejaan, atau melakukan perhitungan matematis.

(24)

Smith dan Dowdy dalam Strichart, Stephen dan Mangrum II, Charles

(1993: 1) menggambarkan ketidakmampuan belajar sebagai kegagalan

pemecahan dalam urutan pengambilan informasi (input), membuat informasi

(proses), dan menggunakan informasi (output). Siswa dengan

ketidakmampuan belajar mungkin mengalami kerusakan pada suatu titik

dalam urutan ini.

Tidak kurang dari 40 istilah dan 40 definisi untuk menjelaskan/

mengartikan istilah Anak Berkesulitan Belajar. Bahkan setiap istilah diartikan

berbeda oleh setiap ahli, salah satunya Mulyadi (2010: 6-7) memilih beberapa

istilah dan mendefinisikannya untuk menggambarkan kesulitan belajar

mempunyai pengertian luas, diantaranya:

1) Learning Disorder (ketergangguan belajar)

Suatu keadaan yang dialami seseorang saat proses belajar mengajar,

timbul gangguan karena respon yang bertentangan. Akibat dari

gangguan tersebut adalah hasil belajar yang dicapai lebih rendah dari

potensi yang dimiliki sehingga terganggunya prestasi belajar.

2) Learning Disabilities (ketidakmampuan belajar)

Suatu keadaan yang dialami seorang siswa menunjukkan

ketidakmampuan dalam belajar bahkan menghindari belajar, sehingga

hasil belajarnya di bawah potensi intelektualnya.

3) Learning Disfunction (ketidakfungsian belajar)

Suatu keadaan siswa yang menunjukkan gejala tidak berfungsinya

proses belajar dengan baik meskipun pada dasarnya tidak ada

tanda-tanda subnormalitas mental, gangguan alat indera, atau

gangguan-gangguan psikologis lainnya.

4) Under Achiever (prestasi di bawah kemampuan)

Suatu keadaan siswa yang memiliki tingkat potensi intelektual di atas

normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.

(25)

Suatu keadaan siswa yang lambat dalam proses belajarnya sehingga

membutuhkan waktu dibandingkan dengan murid yang lain yang

memiliki taraf potensi intelektual yang sama.

Dalam penelitian Sunardi (2000: 70) kesulitan belajar merupakan

istilah umum yang menunjuk kepada kelompok kelainan heterogen, ditandai

dengan kesulitan penguasaan dan penggunaan kemampuan mendengar,

berbicara, membaca, menulis, bernalar, dan berhitung. Kelainan ini bersifat

instrinsik, diduga disebabkan oleh disfungsi sistem syaraf pusat dan bukan

merupakan akibat langsung dari kecacatan lain ataupun dari faktor lingkungan

meskipun terjadi secara bersamaan. Disebutkan pula bahwa anak berkesulitan

belajar sebagian besar ditemukan di kelas-kelas awal/ kelas rendah.

Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat penulis simpulkan anak

berkesulitan belajar adalah suatu kondisi yang dialami siswa berupa hambatan

dalam menerima pelajaran sehingga hasil belajar mereka rendah. Anak

Berkesulitan belajar ini sering ditemui di kelas rendah ditandai dengan

kesulitan dalam penggunaan kemampuan mendengar, berbicara, membaca,

menulis, berfikir dan berhitung sehingga memerlukan usaha tertentu untuk

mengatasinya.

b. Karakteristik Anak Berkesulitan Belajar

Karakteristik utama kesulitan belajar menurut Sunardi (2000: 70) DGDODK³DGDQ\DSHUEHGDDQPHQFRORNDQWDUDSRWHQVLGDQSUHVWDVL´'DODPKDO ini perbedaan antara hasil tes prestasi dengan hasil tes intelegensi.

Ada banyak ahli yang menyebutkan karakteristik siswa dengan

ketidakmampuan belajar. Salah satunya Taylor, et al (2009: 99) menyebutkan

ada 10 karakteristik umum yang tampak dari seorang anak berkesulitan

belajar, diantaranya sebagai berikut:

1) Hiperaktif (hyperactivity)

2) Gangguan persepsi motorik (perceptual-motor impairments)

(26)

4) Lemah dalam mengoordinasi secara umum (general coordination

deficits)

5) Gangguan pemusatan perhatian (disorder of attention)

6) Impulsif (impulsivity)

7) Gangguan berfikir dan mengingat (disorders of memory and thinking)

8) Kesulitan belajar spesifik (specific learning disabilities)

9) Gangguan wicara dan pendengaran (disorders of speech and hearing)

10)Tanda neorologi tampak samar (neurological signs)

Sedangkan Munawir Yusuf (2005: 43) menyebutkan beberapa

karakteristik Anak Berkesulitan Belajar dilihat dari gejala yang tampak,

sebagai berikut:

1) Tidak dapat mengikuti proses pembelajaran seperti teman yang lain

2) Sering terlambat bahkan tidak mau menyelesaikan tugas

3) Menghindari tugas-tugas yang agak berat

4) Ceroboh dan kurang teliti dalam menyelesaikan tugas khususnya

5) Acuh tak acuh atau masa bodoh

6) Menampakkan semangat belajar rendah

7) Tidak mampu berkonsentrasi

8) Perhatian terhadap suatu objek singkat

9) Suka menyendiri, sulit menyesuaikan diri

10)Murung

11)Suka memberontak, agresif

12)Hasil belajar rendah

Berbeda lagi dengan Anton Sukarno (2006: 75) ia mengatakan

karakteristik kesulitan belajar tampak pada beberapa symtom diantaranya

sebagai berikut:

1) Gangguan perhatian: hiperaktif dan mudah beralih perhatian

2) Ketidakmampuan menentukan strategi untuk belajar dan

(27)

3) Lemah dalam kemampuan gerak: antara koordinasi gerakan baik dan

kasar serta persoalan spasial

4) Permasalahan persepsi: perbedaan stimulus pendengaran, penglihatan,

closure dan cequensi pendengaran dan penglihatan

5) Kesulitan bahasa lisan, pendengaran dan kemampuan linguistik

6) Kesulitan membaca: pengkodean, keterampilan dasar membaca dan

membaca komprehensif

7) Kesulitan menulis: mengeja, mengarang

8) Kesulitan matematika dalam berhitung, menentukan waktu dan ruang

9) Tingkah laku sosial yang kurang pantas, seperti: persepsi sosial dan

tingkah laku emosi

Beberapa penjelasan tentang karakteristik Anak Berkesulitan Belajar

belum dapat diterapkan pada seluruh anak yang teridentifikasi sebagai anak

berkesulitan belajar karena aspek perkembangan. Karakteristik Anak

Berkesulitan Belajar menurut Sutjihati Somantri (2007: 200-201)

dikelompokkan menjadi 4 berdasarkan aspek perkembangan, diantaranya:

1) Aspek kognitif

Masalah-masalah kemampuan bicara, membaca, menulis,

mendengarkan, berpikir, dan matematis semuanya merupakan

penekanan terhadap aspek akademik atau kognitif. Tidak jarang anak

yang mengalami kesulitan membaca menunjukan kemampuan

berhitung yang tinggi. Hal tersebut membuktikan bahwa anak

berkesulitan belajar memiliki kemampuan kognitif yang normal, akan

tetapi kemampuan tersebut tidak berfungsi secara optimal sehingga

terjadi keterbelakangan akademik yakni terjadinya kesenjangan antara

apa yang mestinya dilakukan anak dengan apa yang dicapainya secara

nyata.

2) Aspek bahasa

Masalah bahasa anak berkesulitan belajar menyangkut bahasa reseptif

(28)

memahami bahasa. Sedangkan bahasa ekspresif adalah kemampuan

mengekspresikan diri secara verbal. Di dalam proses belajar

kemampuan berbahasa merupakan alat untuk memahami dan

menyatakan pikiran.

3) Aspek motorik

Masalah motorik anak berkesulitan belajar biasanya menyangkut

keterampilan motorik-perseptual yang diperlukan untuk

mengembangkan keterampilan meniru pola. Kemampuan ini sangat

diperlukan untuk menggambar, menulis atau menggunakan gunting.

Keterampilan tersebut sangat memerlukan koordinasi yang baik antara

tangan dan mata yang dalam banyak hal koordinasi tersebut tidak

dimiliki anak berkesulitan belajar.

4) Aspek sosial dan emosi

Terdapat 2 karakteristik sosial-emosional anak berkesulitan belajar

ialah: kelabilan emosional dan ke-impulsif-an. Kelabilan emosional

ditunjukakan oleh sering berubahnya suasana hati dan temperamen.

Ke-impulsif-an merujuk kepada lemahnya pengendalian terhadap

dorongan-dorongan untuk berbuat sesuatu.

Meskipun belum ada kesepakatan dalam merumuskan karakteristik

anak berkesulitan belajar, penulis dapat menyimpulkan dari beberapa

pandangan menurut para ahli bahwa karakteristik anak berkesulitan belajar

sebagai berikut:

1) Mengalami gangguan pemusatan perhatian (perhatian terhadap satu

objek singkat)

2) Mengalami gangguan dalam berfikir dan mengingat

3) Mengalami gangguan dalam emosi

4) Hiperaktif dan impulsif

5) Mengalami kesulitan belajar spesifik seperti membaca, menulis dan

berhitung

(29)

7) Terlambat bahkan tidak menyelesaikan tugas

8) Sering menghindari tugas

9) Ceroboh dan kurang teliti

10)Hasil belajar rendah

c. Klasifikasi Anak Berkesulitan Belajar

Munawir Yusuf (2005: 58) kembali mengelompokkan Anak

Berkesulitan Belajar berdasarkan faktor penyebab menjadi 4 jenis diantaranya:

1) Anak yang sebenarnya IQ nya rata-rata atau di atas rata-rata tetapi

hasil belajarnya rendah karena faktor eksternal, disebut sebagai anak

yang mengalami hambatan belajar

2) Anak yang sebenarnya IQ nya rata-rata atau di atas rata-rata tetapi

mengalami kesulitan dalam bidang akademik tertentu (misal:

membaca, menulis, berhitung) tidak seluruh mata pelajaran, diduga

karena faktor neurologis, disebut sebagai anak yang mengalami

kesulitan belajar spesifik

3) Anak yang prestasi belajarnya rendah tetapi IQ nya sedikit di bawah

rata-rata disebut dengan anak lamban belajar

4) Anak yang prestasi belajarnya rendah disertai adanya

hambatan-hambatan komunikasi sosial, sedangkan IQ nya jauh di bawah rata-rata

disebut retardasi mental atau tunagrahita

Sutjihati Somantri (2007: 202-205) juga mengklasifikasikan Anak

Berkesulitan Belajar berdasarkan sebab-sebab kesulitan belajar akan tetapi

sedikit berbeda dengan pendapat Yusuf diantaranya sebagai berikut:

1) Minimal Brain Dysfunction (ketidakfungsian otak secara minimal)

Merupakan kondisi gangguan syaraf minimal yang dialami anak

menunjukkan pada kesulitan dalam persepsi, konseptualisasi, bahasa,

memori, pengendalian perhatian, impulsive (dorongan), fungsi

motorik. Dengan kondisi yang dialami anak tersebut menyebabkan

(30)

2) Aphasia

Merupakan kondisi yang dialami anak dalam penguasaan bahasa.

Sering dilihat (didengar) anak gagal menguasai ucapan-ucapan bahasa

yang bermakna pada usia sekitar 3 tahun. Kegagalan bicara tersebut

dapat dikarenakan dari faktor ketulian, keterbelakangan mental,

gangguan organ bicara atau faktor lingkungan.

3) Dyslexia

Merupakan kondisi yang dialami anak dalam kecakapan membaca.

Disleksia atau ketidakcakapan membaca adalah jenis lain gangguan

belajar.

4) Kelemahan Perseptual/ perseptual motorik

Merupakan kondisi anak yang mengalami kesulitan dalam menyatakan

ide.

Sedangkan Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, (2004: 78)

mengklasifikasi anak berkesulitan belajar menjadi empat macam, yaitu

sebagai berikut:

1) Dilihat dari jenis kesulitan belajar

a) berat

b) sedang

2) Dilihat dari bidang studi yang dipelajari

a) sebagian bidang studi

b) seluruh bidang studi

3) Dilihat dari sifat kesulitannya

a) bersifat permanen

b) bersifat sementara

4) Dilihat dari segi faktor penyebabnya

a) Faktor intelegensi

(31)

Secara garis besar, Mulyono Abdurrahman (2003: 11) dan Munawir

Yusuf (2005: 60-66) mengklasifikasikan kesulitan belajar ke dalam dua

kelompok, yaitu:

1) Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan

(developmental learning disabilities). Mencakup:

a) Gangguan perkembangan motorik dan persepsi

b) Gangguan perkembangan bahasa dan komunikasi

c) Gangguan penyesuaian perilaku sosial

d) Kesulitan belajar kognitif

2) Kesulitan belajar akademik (academic learning disabilities).

Menunjuk kepada adanya kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi

akademik sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kesulitan belajar

jenis ini sangat berkaitan erat dengan mata pelajaran yang didapat di

bangku sekolah. Meskipun sekolah mengajarkan berbagai mata

pelajaran atau bidang studi, klasifikasi kesulitan belajar akademik

tidak dikaitkan dengan semua mata pelajaran atau bidang studi

tersebut. Berbagai literatur yang mengkaji kesulitan belajar hanya

menyebutkan tiga jenis kesulitan belajar akademik sebagai berikut:

a) Kesulitan belajar membaca (Disleksia)

Kesulitan belajar membaca sering disebut disleksia. Jamila

Muhammad (2008: 140) mengemukakan anak penderita disleksia

adalah anak yang menghadapi kesulitan dalam membaca, menulis

dan mengeja. Sedangkan menurut Gearheart dalam Shodig (tanpa WDKXQ ³GLVOHNVLD PHUXSDNDQ NHVXOLWDQ PHPEDFD EHUDW \DQJ disertai oleh gangguan persepsi visual dan problem-problem dalam PHQXOLV´ 0HQXUXt Le Fanu, James (2006: 53) disleksia terjadi pada 5 sampai 10 persen dari seluruh anak di dunia dan cenderung

dialami oleh anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan.

Anak yang mengalami disleksia menurut Le Fanu, James (2006:

53) dan Shodig (tanpa tahun: 5) akan menunjukkan tanda-tanda

(32)

(1)Membaca dengan amat sangat lambat dan terkesan tidak yakin

atas apa yang ia ucapkan;

(2)Menggunakan jarinya untuk mengikuti pandangan matanya

yang beranjak dari satu teks ke teks berikutnya;

(3)Melewatkan beberapa suku kata, kata, frasa atau bahkan

baris-baris dalam teks;

(4)Menambahkan kata-kata atau frasa-frasa yang tidak ada dalam

teks yang dibaca;

(5)Membolak-balik susunan huruf atau suku kata dengan

memasukkan huruf-huruf lain;

(6)Salah melafalkan kata-kata yang sedang ia baca, walaupun

kata-kata tersebut sudah akrab;

(7)Mengganti suku kata dengan kata lainnya, sekalipun kata yang

diganti tidak memiliki arti yang penting dalam teks yang

dibaca;

(8)Membuat kata-kata sendiri yang tidak mempunyai arti;

(9)Mengabaikan tanda-tanda baca.

Sedangkan menurut Ott dalam Jamila Muhammad (2008: 142)

menguraikan ciri-ciri disleksia:

(1)Perkembangan penuturan dan bahasa lambat

(2)Kemampuan mengeja lemah

(3)Kemampuan membaca lemah

(4)Keliru membedakan kata yang hampir sama

(5)Sulit mengikuti arahan

(6)Sulit dalam menyalin tulisan

(7)Sulit mengeja dengan benar

(8)Sering melupakan huruf yang ada pada awal kata

(9)Sering menambah huruf pada akhir kata

(10) Bermasalah dalam penyusunan huruf

(33)

(12) Daya ingat lemah

(13) Sulit membuat abstraksi terhadap suatu kata

(14) Selalu menggerakkan tangan dengan terlampau cepat

(15) Lambat dalam menulis

(16) Tulisan buruk dan sulit dibaca

(17) Koordinasi lemah

(18) Sulit memegang pensil dengan benar

b) Kesulitan belajar menulis (Disgrafia)

Kesulitan belajar menulis disebut juga disgrafia. Menurut Jamila

Muhammad (2008: 137) disgrafia adalah masalah pembelajaran

spesifik yang berdampak terhadap kesulitan dalam menyampaikan

hal yang ada dalam pikiran dalam bentuk tulisan, yang akhirnya

menyebabkan tulisannya menjadi buruk. Tanda-tanda anak yang

mengalami masalah disgrafia:

(1)Anak-anak dapat berkomunikasi dengan baik tetapi

menghadapi masalah dalam kemampuan menulis

(2)Menggunakan tanda baca yang tidak benar, ejaan yang salah,

mengulang kalimat atau perkataan yang sama

(3)Salah dalam mengartikan pertanyaan yang diberikan

(4)Sulit menulis nomor menurut urutannya

(5)Tidak konsisten dalam membuat tulisan yang berfariasi dalam

kemiringan huruf dan ukuran tulisan

(6)Kalimat atau kata tidak ditulis lengkap dan sering terdapat

huruf atau kata yang terlewat

(7)Garis dan batas halaman kertas tidak sama antara satu halaman

dengan halaman yang lain

(8)Jarak antar kata tidak konsisten

(9)Menggenggam alat tulis dengan sangat erat

(10) Sering bicara sendiri saat menulis

(11) Selalu memperhatikan tangan jika sedang menulis

(34)

c) Kesulitan belajar menghitung (Diskalkulia)

Kesulitan belajar berhitung disebut juga diskalkulia. Masalah

diskalkulia menurut Jamila Muhammad (2008: 134) adalah

masalah yang memberi dampak terhadap operasi penghitungan

dalam matematika. Mereka mengalami kelemahan dalam proses

pengamatan dan mengingat fakta dan rumus untuk menyelesaikan

perhitungan matematika. Tanda-tanda diskalkulia menurut Jamila

Muhammad (2008: 134) adalah:

(1)Sulit menyusun nomer berdasarkan orientasi ruang dan tidak

bisa membedakan antara kiri dan kanan

(2)Sulit memahami konsep matematika dalam kalimat

(3)Keliru mengenali yang bentuknya hampir sama

(4)Mengalami masalah dalam menggunakan kalkulator

(5)Tidak mengalami masalah dalam membaca dan biasanya pintar

dalam mata pelajaran ilmu pasti dan seni

(6)Sulit mengingat dan memahami konsep waktu dan arah

(7)Sulit untuk mengingat nama orang lain

(8)Kemampuan matematika rendah dan memiliki kesulitan dalam

aktifitas yang berhubungan dengan penghitungan uang

(9)Tidak dapat mengingat konsep matematika, seperti rumus dan

faktor dasar dalam operasi hitung matematika

Sedangkan menurut Lerner dalam Mulyono Abdurrahman (2003:

259-262) kekeliruan umum yang dilakukan oleh anak berkesulitan

belajar matematika adalah:

(1)Kekurangan pemahaman tentang simbol

Kondisi ini dialami anak saat mengahadapi soal seperti

« «atau «í4=7. Kesulitan semacam ini umum

(35)

(2)Nilai tempat

Anak belum memahami nilai tempat seperti satuan,

puluhan, ratusan, dan seterusnya. Ketidakpahaman tentang nilai

tempat akan semakin mempersulit anak jika anak berhadapan

dengan lambang bilangan basis bukan sepuluh.

(3)Penggunaan proses yang kelir

Kekeliruan dalam penggunaan proses perhitungan dapat

dilihat pada:

(a) Mempertukarkan simbol-simbol

(b) Jumlah satuan dan puluhan ditulis tanpa memperhatikan

nilai tempat

(c) Semua digit ditambahkan bersama

(d) Digit ditambahkan dari kiri ke kanan dan tidak

memperhatikan nilai tempat

(e) Dalam menjumlahkan puluhan digabungkan dengan

satuan

(f) Bilangan yang besar dikurangai bilangan yang kecil tanpa

memperhatikan nilai tempat

(g) Bilangan yang telah dipinjam nilai tempatnya

(4)Perhitungan

Anak yang belum mengenal dengan baik konsep

perkalian tetapi akan mencoba menghafalkan perkalian maka

timbul kekeliruan jika hafalannya salah.

(5)Tulisan yang tidak terbaca

Ada anak yang tidak dapat membaca tulisannya sendiri

karena bentuk tulisan yang tidak tepat atau tidak lurus

mengikuti garis akibatnya anak mengalami kekeliruan karena

(36)

d. Faktor Penyebab Anak Bekesulitan Belajar

Menentukan penyebab kesulitan belajar tidaklah mudah karena

memiliki parameter yang sangat luas. Penyebab yang paling sering dikenal

dan diteliti saat ini dapat dikelompokkan menjadi 3 neurologi, genetik, dan

faktor penyebab lingkungan (Taylor, et al 2009: 98).

Lask dan Reber dalam Muhibbin Syah (2009: 186) menyebutkan

kesulitan belajar siswa tidak hanya disebabkan oleh minimal brain disfungsi,

yaitu gangguan ringan pada otak melainkan masih banyak penyebab lainnya.

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004: 77) juga menyebutkan bahwa

kesulitan belajar tidak selalu disebabkan karena faktor intelegensi yang rendah

(kelainan mental), akan tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor

non-intelegensi, dengan kata lain IQ tinggi belum tentu menjamin keberhasilan.

Ada beberapa faktor menurut Munawir Yusuf (2005: 44-51) yang

menjadi penyebab anak mengalami problem belajar. Secara umum dijelaskan

sebagai berikut: (digolongkan menjadi faktor perbedaan individual)

1) Perbedaan tingkat kecerdasan

Perbedaan tingkat kecerdasan yang dapat dilihat dari IQ dengan

standart pengukuran dan alat ukur tertentu

2) Perbedaan kreativitas

Seperti halnya kecerdasan (IQ), kreativitas juga dapat diukur dengan

menggunakan tes tertentu

3) Perbedaan kelainan atau cacat fisik

Kelainan atau cacat fisik dapat menyebabkan anak menjadi kesulitan

belajar.

4) Perbedaan kebutuhan khusus

Setiap anak yang memiliki kebutuhan khusus sering kali juga

mengalami kesulitan dalam belajar.

5) Perbedaan pertumbuhan dan perkembangan kognisi

Perbedaan pertumbuhan dan perkembangan kognisi dapat dilihat dari

hasil belajar siswa.

(37)

Perbedaan ekonomi dan budaya seseorang dapat menyebabkan anak

mengalami kesulitan belajar.

Sedangkan menurut Muhibbin Syah (2009: 184-185) anak yang

mengalami kesulitan belajar berawal dari keterabaiannya anak yang termasuk

kategori di luar rata-rata. Penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah pada

umumnya hanya ditujukan kepada para siswa yang berkemampuan rata-rata,

sehingga siswa yang berkemampuan kurang menjadi terabaikan. Dengan

demikian, siswa-VLVZD\DQJEHUNDWHJRUL³GLOXDUUDWD-UDWD´LWXWLGDNPHQGDSDW

kesempatan yang memadai untuk berkembang sesuai dengan kapasitasnya.

Dari sini kemudian muncul anak berkesulitan belajar yang tidak hanya

menimpa siswa berkemampuan rendah saja, tetapi juga dialami oleh siswa

yang berkemampuan tinggi juga. Berikut ini faktor-faktor tertentu yang

menjadi penyebab terhambatnya pencapaian kinerja akademik sesuai harapan.

1) Faktor Intern Siswa

Faktor intern siswa yaitu keadaan yang muncul dari dalam diri siswa

sendiri, meliputi gangguan psiko-fisik siswa diantaranya:

a) Bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya

kapasitas intelektual/ intelegensi siswa

b) Bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan

sikap

c) Bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti

tergangguanya alat-alat indera pengelihat dan pendengar

2) Faktor Ekstern Siswa

Faktor ekstern siswa yaitu keadaan yang datang dari luar diri siswa

meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak

mendukung aktivitas belajar siswa, diantaranya:

a) Lingkungan keluarga, contohnya ketidakharmonisan hubungan

antara ayah dan ibu dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga

b) Lingkungan masyarakat, contohnya wilayah perkampungan kumuh

(38)

c) Lingkungan sekolah, contohnya kondisi dan letak gedung sekolah

yang buruk (dekat pasar) dan kondisi guru serta alat-alat belajar

yang berkualitas rendah.

Faktor tersebut merupakan faktor umum, sedangkan faktor khusus

menurut Reber dalam Muhibbin Syah (2009: 186) berupa sindrom psikologis

learning disability (ketidakmampuan belajar). Sindrom (syndrome) yang

berarti satuan gejala yang muncul sebagai indikator adanya keabnormalan

psikis yang menimbulkan kesulitan belajar disleksia, disgrafia, dan

diskalkulia.

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004: 78-79) juga

menggolongkan faktor-faktor penyebab kesulitan belajar ke dalam dua

golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Akan tetapi berbeda

penjelasan dengan apa yang dikemukakan Syah diatas. Antara lain sebagai

berikut:

1) Faktor intern, merupakan faktor yang muncul dari dalam diri manusia

itu sendiri yang meliputi:

a) Faktor fisiologis, yang disebabkan oleh kondisi fisik. Seperti :

sakit, kurang sehat, dan cacat tubuh

b) Faktor psikologis, yang disebabkan karena rohani seseorang.

Seperti: intelegensi, bakat, minat, motivasi, kesehatan mental, dan

tipe khusus siswa.

2) Faktor ekstern, merupakan faktor yang muncul dari luar manusia,

meliputi:

a) Faktor-faktor non-sosial

(1) Keluarga

(a) Orang tua: cara mendidik anak, Hubungan anak-orang tua,

contoh dan bimbingan dari oran tua

(b)Suasana rumah

(c) Ekonomi keluarga

(39)

(a) Guru: pemilihan strategi dan metode pembelajaran

(b)Fasilitas sekolah

(c) Kondisi gedung

(d)Kurikulum

(e) Waktu dan tingkat kedisiplinan sekolah

b) Faktor-faktor sosial

(1) Mass Media: bioskop, TV, surat kabar, majalah, komik, dsb

(2) Lingkungan Sosial: pemilihan teman bergaul, tetangga, dan

aktifitas masyarakat

Sedangkan menurut Mulyono Abdurrahman (2003: 13) faktor

penyebab kesulitan belajar (learning disabilities) adalah faktor internal dan

faktor eksternal.

1) Faktor internal, yaitu kemungkinan adanya disfungsi neurologis

2) Faktor eksternal, diantaranya:

a) kekeliruan/ ketidaktepatan guru dalam pemilihan strategi

pembelajaran

b) pengelolaan kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi

belajar anak, dan

c) pemberian penguatan (reinforcement) yang tidak tepat

Akan tetapi, Mulyono Abdurrahman menegaskan bahwa penyebab utama

kesulitan belajar datang dari faktor eksternal.

Lain halnya yang disampaikan oleh Anton Sukarno (2006: 85-87)

menyebutkan ada empat faktor yang menyebabkan anak mengalami kesulitan

belajar. Faktor-faktor tersebut adalah:

1) Neurologis

Bermacam-macam faktor dapat menyebabkan kerusakan syaraf

sehingga menimbulkan kesulitan belajar. Kerusakan disebabkan oleh

beberapa hal yaitu: posisi janin yang tidak normal, anoxia (kekurangan

(40)

2) Hambatan Kematangan (maturation delay)

3) Genetik

Abnormalisasi genetik yang diwariskan oleh orang tua kepada anak

merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kesulitan belajar.

4) Lingkungan

Dari beberapa faktor penyebab yang telah disebutkan di atas, dapat

penulis simpulkan bahwa faktor penyebab anak berkesulitan belajar dibagi

menjadi dua yaitu: faktor internal yang datang dari diri individu anak sendiri

salah satunya disfungsi minimal otak dan faktor eksternal yang datang dari

luar atau lingkungan contohnya keluarga.

e. Hambatan dan Kebutuhan Khusus Anak Berkesulitan Belajar

National Joint Committe on Learning Disabilities (NJCLD) dalam Mulyono

Abdurrahman (2003: 7) menetapkan bahwa Hambatan Perkembangan Belajar adalah

³VXDWX LVWLODK XPXP \DQJ EHUNHQDDQ GHQJDQ KDPEDWDQ SDGD NHORPSRN KHWHURJHQ

yang benar-benar mengalami kesulitan dalam memahami dan menggunakan

NHPDPSXDQSHQGHQJDUDQELFDUDPHPEDFDPHQXOLVEHUILNLUDWDXPDWHPDWLN´

Menurut Mulyadi (2010: 8) dalam bukunya Diagnosis Kesulitan

Belajar menyebutkan hambatan pada anak berkesulitan belajar dapat

ditunjukkan dan dilihat dari tingkah laku. Tingkah laku yang dimaksud dalam

proses pembelajaran baik langsung maupun tidak langsung. Ciri-ciri tingkah

laku yang merupakan pernyataan menifestasi gejala kesulitan belajar antara

lain:

1) Menunjukkan hasil belajar rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai

oleh kelompokknya atau di bawah potensi yang dimiliki.

2) Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan.

Mungkin ada murid yang sudah berusaha untuk belajar dengan giat,

(41)

3) Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar. Selalu

tertinggal dari teman-temannya dalam meyelesaikan tugas sesuai

dengan waktu yang ditentukan.

4) Menunjukkan sikap yang kurang wajar seperti: acuh tak acuh,

menentang, berpura-pura, dusta, dsb.

5) Menunjukkan tingkah laku yang kurang wajar seperti: membolos,

datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di

dalam maupun di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak tertib

dalam kegiatan belajar-mengajar, mengasingkan diri, tidak mau

bekerjasama, dsb.

6) Menunjukkan gelaja emosional yang kurang wajar seperti: pemurung,

mudah tersinggung, pemarah, kurang gembira, tidak sedih dan

menyesal dalam menghadapi nilai rendah, dsb.

Sedangkan Smith, D. J (2006: 80) menyebutkan masalah-masalah yang

ditemukan pada anak berkesulitan belajar sebagai berikut:

1) Masalah bahasa (language problem)

2) Masalah perhatian dan aktifitas (attention and activity problem)

3) Masalah ingatan (memory problem)

4) Masalah kognitif (cognitive problem)

5) Masalah sosial emosi (social and emotional problem)

Dari beberapa penjelasan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa Anak

berkesulitan belajar memiliki banyak hambatan khususnya dalam proses

pembelajaran diantaranya sebagai berikut:

1) Hambatan dalam memahami dan menggunakan kemampuan

mendengar, berbicara, membaca, menulis, berfikir atau berhitung.

2) Hambatan dalam berbahasa, perhatian, mengingat, kognitif, sosial

(42)

3) Hambatan yang ditunjukkan dengan hasil belajar rendah, lambat

dalam menyelesaikan tugas, menunjukkan sikap, tingkah laku dan

emosi yang tidak wajar.

2. Kajian tentang Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

1) Pengertian Belajar

%HODMDU PHQXUXW 6ODPHWR GLGHILQLVLNDQ VHEDJDL ³6XDWX proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu VHQGLULGDODPLQWHUDNVLGHQJDQOLQJNXQJDQ´

Pandangan Skinner tentang belajar dalam Dimyati dan Mujiono

(2009: 9) adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responsnya

menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responsnya

menurun. Dalam belajar ditemukan adanya hal berikut:

a) Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons

pebelajar

b) Respons si pebelajar, dan

c) Konsekuensi yang bersifat menguatkan konsekuensi tersebut.

Sedangkan pengertian belajar menurut Gagne masih dalam

Dimyati dan Mujiono (2009: 10) merupakan kegiatan yang kompleks.

Belajar terdiri atas 3 komponen penting, yaitu: kondisi eksternal, kondisi

internal, dan hasil belajar. Dan terdiri atas 3 tahap yang meliputi 9 fase.

Tahapan tersebut diantaranya:

a) Persiapan untuk belajar

b) Pemerolehan dan unjuk perbuatan (performansi)

c) Alih belajar

Tak ketinggalan, Piaget juga mengartikan belajar sebagai

(43)

interaksi terus-menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut

mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka

fungsi intelek semakin berkembang. (Dimyati dan Mujiono, 2009: 9)

Menurut Aunurrahman (2009: 33) belajar merupakan sebagian

besar aktivitas di dalam kehidupan sehari-hari. Dalam bukunya

menyebutkan pengertian belajar dari beberapa ahli sebagai berikut:

a) Burton merumuskan belajar sebagai perubahan tingkah laku pada

diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan

individu dan individu dengan lingkungannya.

b) H.C. Witherington mengemukakan bahwa belajar adalah suatu

perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai

suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan,

kepribadian atau pengertian.

c) James O. Whittaker mengemukakan belajar adalah proses dimana

tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau

pengalaman.

d) Abdillah berpendapat bahwa belajar adalah suatu usaha sadar yang

dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui

latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif,

afektif dan psikomotirik untuk memperoleh tujuan tertentu.

Lain halnya dengan Syaiful Bahri dan Azwan Zain (2002: 13) yang PHQGHILQLVLNDQ EHODMDU VHEDJDL ³VHUDQJNDLDQ NHJiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman

individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut NRJQLWLIDIHNWLIGDQSVLNRPRWRU´

Dari beberapa pengertian belajar di atas, dapat penulis simpulkan

bahwa belajar merupakan kegiatan sehari-hari yang mempunyai

tahapan-tahapan tersendiri dilakukan dengan sadar sehingga terjadi perubahan

tingkah laku yang merupakan hasil interaksi diri sendiri dengan

(44)

2) Pengertian Hasil Belajar

Kegiatan yang dilakukan seseorang dengan sadar sehingga

menimbulkan perubahan tingkah laku disebut belajar. Dalam segi

pendidikan, perubahan tingkah laku tersebut salah satunya adalah nilai,

merupakan hasil belajar yang dicapai setelah proses pembelajaran.

Seperti halnya yang disampaikan oleh Herman Panoe (2007: 725)

menyebutkan pengertian dari beberapa ahli, seperti:

a) Dick dan Reiser, Gronlund dalam menyatakan bahwa hasil belajar

adalah sejumlah kemampuan yang dimiliki siswa sebagai hasil

kegiatan pembelajaran.

b) Gagne yang menyatakan bahwa hasil belajar adalah kapasitas atau

kemampuan yang diperoleh dari belajar.

0HQXUXW 1DQD 6XGMDQD GDODP $]L] 6DSSH ³KDVLO belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat belajar yang

mencakup aspek kognitif, afektif dan psLNRPRWRU´.HWLJDPHUXSDNDQVDWX

kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan mencakup beberapa jenjang

yaitu:

a) Aspek kognitif adalah kemampuan intelektual yang mencakup

jenjang:

(1)Pengetahuan

(2)Pemahaman

(3)Penerapan

(4)Analisis

(5)Sintesis

(6)evaluasi

b) Aspek afektif adalah perasaan, emosi, atau nilai. Afektif memiliki

jenjang:

(1)Penerimaan

(2)Tanggapan

(45)

(4)Pengorganisasian

(5)pemeran

c) Aspek psikomotor adalah kemampuan yang mengutamakan gerak

perilaku yang melibatkan pemahaman yang dimiliki. Aspek

psikomotor memiliki jenjang:

(1)Persepsi

(2)Kesiapan

(3)Respon

(4)Mekanisme

(5)respon kompleks

(6)penyesuaian

(7)kreatifitas

Dari beberapa pengertian hasil belajar di atas, dapat penulis

simpulkan bahwa hasil belajar merupakan suatu kemampuan yang

diperoleh siswa sebagai hasil kegiatan pembelajaran berupa perubahan

tingkah laku yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

b. Faktor Pengaruh Strategi Pembelajaran

Hasil belajar juga disebut prestasi belajar diperoleh dari proses belajar

yang terungkap melalui evaluasi belajar. Hasil belajar dipengaruhi dan

tergantung beberapa faktor. Menurut Carrol dalam Aziz Sappe (2006: 142)

hasil belajar dalam suatu bidang bergantung kepada ketabahan atau

kesempatan untuk belajar dan relatif terhadap bakat pada suatu bidang studi,

di samping itu dipengaruhi pula oleh beberapa hal yang minat, sikap, perhatian

dan motivasi. Motivasi belajar biasanya sangat tergantung pula pada

pendekatan dan model belajar yang digunakan dalam proses belajar, karena itu

pendekatan berkaitan erat pula dengan hasil belajar yang dicapai. Salah satu

pendekatan yang diyakini dapat meningkatkan hasil belajar adalah cooperative

learning.

(46)

pembelajaran Matematika. Dalam mengaktifkan siswa, guru dapat memberikan bentuk-bentuk soal yang mengarah pada jawaban konvergen, disvergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari satu jawaban) dan penyelidikan. (Parwoto, 2007: 176)

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pemilihan

strategi pembelajaran yang tepat sangat berpengaruh dan menunjang

peningkatan hasil belajar siswa.

c. Hasil Belajar Anak Berkesulitan Belajar

Berdasarkan Hambatan dan Kebutuhan khusus Anak Berkesulitan %HODMDU GL DWDV PHQXUXW 0XO\DGL ³DQDN EHUNHVXOLWDQ EHODMDU menunjukkan beberapa ciri tingkah laku yang merupakan pernyataan

manifestasi gejala kesulitan belajar di antaranya hasil belajar rendah di bawah

rata-UDWDNHODVGLEDQGLQJGHQJDQWHPDQODLQQ\D´+DOWHUVHEXWVHVXDLGHQJDQ

data yang penulis peroleh dari SD Negeri Kepatihan Surakarta pada tahun

2008 dimana menunjukkan 10% dari populasi mempunyai hasil belajar rendah

dan juga data dari SD Negeri Petoran Surakarta pada tahun pelajara 2010/2011

terdeteksi 54 siswa (sekitar 11%) yang mengalami kesulitan dalam belajar dan

kesemuanya mempunyai nilai yang lebih rendah dari teman lainya atau di

bawah KKM SD Negeri Petoran Surakarta. Selain itu, sebuah penelitian yang

dilakukan Anton Sukarno (2006: 70) menunjukkan hasil 50% anak

berkesulitan belajar berprestasi di bawah hasil belajar yang diharapkan.

Berdasarkan pernyataan tersebut di atas, dapat penulis simpulkan

bahwa hasil belajar anak berkesulitan belajar lebih rendah dibandingkan

dengan teman yang lain (teman sekelas) maka sesuai dengan karakteristik

anak berkesulitan belajar yang mana menyebutkan bahwa salah satu

karakteristik anak berkesulitan belajar adalah mempunyai hasil belajar yang

rendah dengan berbagai faktor penyebab yang salah satu di antaranya adalah

pemilihan dan penerapan strategi pembelajaran yang digunakan guru dalam

(47)

3. Kajian tentang Strategi Pembelajaran Tutor Sebaya

dalam Pembelajaran Matematika

a. Pengertian Strategi Pembelajaran

Made Wena (2009: 2) mengartikan strategi pembelajaran berarti cara

dan seni untuk menggunakan semua sumber dalam upaya membelajarkan

siswa. Sebagai suatu cara, strategi pembelajaran dikembangkan dengan

kaidah-kaidah tertentu sehingga membentuk suatu bidang pengetahuan

tersendiri. Sebagai suatu bidang pengetahuan, strategi pembelajaran dapat

dipelajari dan kemudian diaplikasikan dalam kegiatan belajar mengajar.

Sedangkan sebagai suatu seni, strategi pembelajaran kadang-kadang secara

implisit dimiliki oleh seorang tanpa pernah belajar secara formal tentang ilmu

strategi pembelajaran.

Sedangkan Strichart, Stephen dan Mangrum II, Charles (1993: 1)

mengatakan, strategi belajar membantu siswa menguasai informasi materi

pelajaran dan membantu mereka menunjukkan penguasaan mereka dalam

berbagai cara. ³study strategies help student master subject matter

information and help them demonstrate their mastery in a variety of ways´.

Hamzah Uno (2007: 1) dalam bukunya Model Pembelajaran

mengemukakan beberapa pengertian strategi pembelajaran menurut beberapa

ahli, diantaranya sebagai berikut:

a) Kozna secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat

diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat

memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju

tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.

b) Gerlach dan Ely menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan

cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran

dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Selanjutnya dijabarkan

bahwa strategi pembelajaran dimaksud meliputi sifat lingkup dan

urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman

(48)

c) Gropper mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan

pemilihan atas berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan

tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Ia menegaskan bahwa setiap

tingkah laku yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik dalam

kegiatan belajarnya harus dapat dipraktekkan.

Lain halnya dengan Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2008: 8)

dalam bukunya Strategi Pembelajaran Bahasa mengemukakan beberapa

pengertian strategi pembelajaran menurut beberapa ahli, diantaranya sebagai

berikut:

a) Menurut Subyantoro dkk, strategi belajar mengacu pada perilaku dan

proses berfikir yang digunakan oleh peserta didik, yang

mempengaruhi apa yang dipelajari, termasuk proses mememori dan

metakognitif.

b) Menurut Mujiono mengatakan bahwa strategi pembelajaran memiliki

dua dimensi sekaligus. Pertama, strategi pembelajaran pada dimensi

perancangan. Kedua, strategi pembelajaran pada dimensi pelaksanaan.

c) Menurut Zaini dan Bahri strategi pembelajaran mempunyai

pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha

mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan

pembelajaran, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan

pengajar dan peserta didik dalam mewujudkan kegiatan pembelajaran

untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.

Ada empat strategi dasar dalam pembelajaran, yaitu:

(1)mengidentifikasi apa yang diharapkan,

(2)memilih system pendekatan,

(3)memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik

pembelajaran,

(49)

Menurut Deshler dan Schumaker dalam Parwoto (2007: 95) tentang

strategi pembelajaran adalah teknik-teknik, prinsip-prinsip, atau aturan-aturan

yang memungkinkan siswa untuk belajar, memecahkan masalah, dan

menyelesaikan tugas-tugas secara mandiri. Seel dan Richey mendefinisikan

strategi pembelajaran sebagai rincian (spesifikasi) dari seleksi pengurutan

peristiwa dan kegiatan dalam pelajaran. Sedangkan Dick dan Carey

mengatakan bahwa strategi pembelajaran menjelaskan komponen-komponen

umum dari suatu set materi pembelajaran dan prosedur yang akan digunakan

bersama materi tersebut untuk menghasilkan hasil belajar tertentu pada siswa.

Jika dikaitkan dengan konteks pembelajaran, strategi pembelajaran

dapat diartikan sebagai berikut:

a) Sistem pendekatan belajar-mengajar utama yang dipandang paling

efektif guna mencapai sasaran tersebut, sehingga dapat dijadikan

pegangan oleh para guru dalam merencanakan dan mengorganisasikan

kegiatan belajar-mengajar atau pengalaman belajar (learning

experience) siswa

b) Prosedur, metode dan teknik pembelajaran (teaching method) yang

dapat dijadikan pegangan oleh para guru dalam melaksanakan kegiatan

pembelajaran (Parwoto, 2007: 95).

Strategi pembelajaran berkenaan dengan bagaimana penyajian materi

pelajaran agar dapat meningkatkan hasil belajar. Suatu pembelajaran harus

memenuhi kriteria:

a) Daya tarik

b) Daya guna (efektivitas)

c) Hasil guna (efisiensi)

Strategi pembelajaran adalah suatu cara yang dipilih pendidik untuk

membantu peserta didik dalam mencapai tujuan seperti memecahkan masalah

(50)

b.

Pengertian Tutor Sebaya

Sebelum membahas tutor sebaya alangkah baiknya kita membahas

pembelajaran kooperatif (cooperative learning) karena tutor sebaya termasuk

dalam pembelajaran kooperatif.

Lie dalam buku Isjoni (2010: 16) menyebutkan:

Cooperative learning dengan istilah gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Lebih jauh dikatakan, cooperative learning hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu tim yang di dalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan jumlah anggota kelompok pada umumnya terdiri atas 4-6 orang saja.

Pembelajaran Kooperatif merupakan pendekatan alternatif baru dalam

sistem kelas reguler yang mendukung penyerapan antara siswa berkebutuhan

khusus dengan siswa normal lainnya dalam pembelajaran yang mana

kedua-duanya juga sama berpeluang mengalami kesulitan belajar. Pembelajaran

kooperatif melibatkan sebuah pendekatan tim untuk mendukung siswa yang GLSDGXNDQDQWDUDDQDNEHUNHEXWXKDQNKXVXVGHQJDQVLVZDODLQ\DQJ³QRUPDO´ Hal ini disampaikan oleh Parwoto (2007: 107).

6ODYLQ GDODP ,VMRQL PHQ\HEXWNDQ ³cooperative learning merupakan model pembelajaran yang telah dikenal sejak lama, di mana pada

saat itu guru mendorong para siswa untuk melakukan kerja sama dalam

kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi atau pengajaran oleh teman sebaya

(peer tutoring´

Dari segi bahasa, sesuai yang dimuat dalam Kamus Besar Bahasa ,QGRQHVLD NDWD WXWRU PHPSXQ\DL DUWL ³RUDQJ \DQJ PHPEHUL SHODMDUDQ PHPELPELQJNHSDGDVHVHRUDQJDWDXVHMXPODKNHFLOVLVZD´

(51)

Kata sebaya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti

sama umurnya (tuanya). Istilah tutor sebaya karena yang menjadi tutor adalah

siswa yang mempunyai umur atau usia yang hampir sama atau sebaya. Istilah LQLXQWXNPHPEHGDNDQ³WXWRUVHUXPDK´\DLWXSHQJDMDUDQ\DQJGLODNXNDQROHK orang tua, kakak atau anggota keluarga yang lain yang bertempat tinggal

serumah dengan siswa tersebut. Selain itu dapat juga untuk membedakan

dengan tutor yang dilakukan oleh staf pengajar yang lain bukan dari siswa. ,VFKDN6:GDQ:DUMLPHQJDUWLNDQWXWRUVHEDJDL³RUDQJ yang memberikan bimbingan belajar kepada siswa yang mengalami kesulitan EHODMDU´'LMHODVNDQMXJDEDKZD para siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan yang dipelajarinya, mendapat bantuan dari teman

sekelasnya sendiri yang telah tuntas (mastery) terhadap bahan tersebut.

'LMHODVNDQ MXJD ROHK 2UQVWHLQ HW DO ³peer tutoring is assignment of students to help one another on a one-to-one basis or in small groups in a variety of situations´ 0HQXUXW GLD WXWRU VHED\D DGDODK menugaskan seorang siswa untuk menolong temannya. Siswa yang ditugasi

untuk menolong siswa lain (temannya) merupakan siswa yang sudah paham

materi (spesifik)/ sudah tahu pelajaran sepenuhnya (tuntas) dan telah

memahami pelajaran yang telah diajarkan akan dipasangkan dengan siswa \DQJPHPEXWXKNDQEDQWXDQ³A student who has mastered specific material or who has completed a lesson and has shown understanding of the material is paired with a student who needs help´

Sejalan dengan pemikiran yang lain, Orlich et al (1998: 267)

mendefinisikan Tutor sebaya sebagai strategi yang paling sering digunakan

untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar atau kesulitan dalam

pengolahan informasi dengan setingan kelompok sangat kecil (biasanya empat

atau lebih sedikit) dan berfokus pada kisaran yang sempit bahan. Dijelaskan

juga bahwa strategi tutor sebaya banyak digunakan guru seperti mata pelajaran

membaca, matematika, ekonomi rumah, seni, dan bisnis untuk instruksi

(52)

Dari beberapa pengertian diatas, dapat penulis simpulkan bahwa

Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak

digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada

siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang

ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, tidak dapat bekerja sama dengan

orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain. Tutor sebaya

merupakan pendekatan kooperatif bukan kompetitif termasuk dalam salah satu

model pembelajaran cooperative learning, jigsaw, yang mana pelaksanaannya

dalam bentuk kelompok yang terdiri dari 4-6 orang dengan kemampuan

akademik yang heterogen. Tutor sebaya lebih menekankan kerja sama,

antarsiswa, kelas dibagi menjadi kelompok belajar yang terdiri dari

siswa-siswa yang bekerja sama dalam suatu perencanaan kegiatan mengajar dengan

tutor sebaya. Setiap kelompok diharapkan dapat saling bekerja sama secara

sportif satu sama lain dan bertanggung jawab kepada dirinya maupun kepada

anggota dalam satu kelompok. Tujuannya untuk membantu memenuhi

kebutuhan siswa dengan cara memberdayakan kemampuan siswa yang

memiliki daya serap tinggi untuk melatih teman-teman yang belum faham.

Istilah tutor digunakan untuk anak yang berperan sebagai guru sedangkan

tutee adalah siswa lain yang berkesulitan belajar.

1) Macam-macam Tutor Sebaya

Menurut Ornstein et al (2000: 320) ada 3 jenis peer tutoring, yaitu:

a) Students tutor other whithin the same class

Tipe ini baik tutor maupun tutee dalam satu kelas yang sama.

b) Older students tutor students in lower grades outsiteof class

Tipe ini mempunyai ciri tutor lebih tua usia/ jenjang

sedangkan tutee usia/ jenjang di bawah tutor

c) Two student work together and help each other as equals whit

learning activities

Gambar

Grafik 1. Siklus I  ............................................................................................
Tabel. 1 Jadwal Kegiatan dan Waktu Penelitian
Tabel 2. Rancangan Pelaksanaan Siklus
Tabel 3. Daftar Nilai Hasil Belajar Sementara Tutee
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui kelayakan pembelajaran matematika berbasis tutor sebaya dengan IT pada kelas V SDN Kemasan I Surakarta, dilakukan penelitian yang dibagi menjadi dua

Pembelajaran Matematika Berbasis Tutor Sebaya Dengan IT Pada Siswa Kelas V SD. Negeri Kemasan

Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “ peningkatan hasil belajar matematika pada materi pecahan dengan strategi pembelajaran

Dari hasil penelitian ini dapat dibuktikan bahwa Model pembelajaran Tutor Sebaya lebih baik dari pada model pembelajaran Konvensional, artinya terdapat perbedaan yang

Oleh karena itu disarankan bagi guru matematika yang mengajar di MTs Nurul Huda sebaiknya menggunakan metode tutor sebaya dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan hasil

34 Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer , (Bandung : UPI, 2003).,hal.277..  Ischak dan Warji, tutor sebaya adalah sekelompok siswa yang telah tuntas.

Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan keaktifan belajar matematika melalui strategi pembelajaran tutor sebaya pada siswa kelas IX SMP Darul Ihsan Muhammadiyah

Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh simpulan bahwa dalam proses pembelajaran dengan menerapkan metode tutor sebaya telah terjadi peningkatan dalam hasil belajar santri program