• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM KERING DAN SISTEM BASAH DALAM PROSESING BENIH KAPAS (Gossypium hirsutum L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SISTEM KERING DAN SISTEM BASAH DALAM PROSESING BENIH KAPAS (Gossypium hirsutum L.)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM KERING DAN SISTEM BASAH

DALAM PROSESING BENIH KAPAS (Gossypium hirsutum L.)

Oleh :

Septyan Adi Pramana, SP

Pengawas Benih Tanaman Ahli Pertama

Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya

A. PENDAHULUAN

Tanaman kapas sudah ada sejak ribuan tahun lalu, buktinya negara India telah melakukan budidaya kapas sejak 5.000 tahun yang lalu. Tanaman ini semakin dikenal dan berkembang sampai ke negara China, selanjunya pengembangan tanaman kapas secara intensif dapat kita jumpai di Benua Amerika (Anonim, 2012).

Kapas adalah tanaman serat dari genus "Gossypium", diproduksi untuk kebutuhan industri atau tekstil, seratnya dapat dijadikan sebagai benang, bahan dasar baju, dan lain-lain.

Kapas mulai dikembangkan di Indonesia pada masa penjajahan negara Belanda, pada masa itu rakyat Indonesia dituntut kerja paksa untuk budidaya tanaman kapas. Setelah Belanda pergi, program ini dilanjutkan oleh penjajah Jepang. Pengembangan areal tanaman kapas dilanjutkan sampai saat ini.

Tanaman kapas (Gossypium hirsutum L.) merupakan komoditi pertanian yang mempunyai nilai ekonomis tinggi untuk dikembangkan. Kapas juga merupakan salah satu komoditi perkebunan penghasil serat alam untuk bahan baku industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT). Mengingat kebutuhan bahan baku industri terus meningkat dari tahun ke tahun serta nilai ekpor tekstil Indonesia ke sejumlah negara kini telah meningkat sekitar 5%-10% (Deny, 2013), maka hal ini menyebabkan ketergantungan akan serat kapas impor juga sangat tinggi, bahkan sepanjang tahun 2012, total impor kapas dari China mencapai US$ 550 juta.

Rata-rata, setiap bulan Indonesia menggelontorkan dana sekitar US$ 50 juta untuk mengimpor bahan baku kain tersebut. Kementerian Perindustrian menyampaikan hampir 99,2% kapas sebagai bahan baku kain katun masih diimpor. Indonesia masih membutuhkan sekurangnya 700 ribu ton kapas per tahun karena

(2)

produksi kain katun di Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan kain jenis lain (Ramdhania, 2013).

Ketergantungan terhadap impor serat dan benih kapas harus ditekan yaitu salah satunya dengan memacu produksi serat kapas nasional dan tentunya didukung oleh industri benih yang kompetitif. Benih kapas bermutu merupakan penentu dalam mendukung produktivitas serat kapas nasional sebagai bahan baku industri tekstil. Benih kapas dengan kualitas yang baik, tentu saja tidak hanya dipengaruhi oleh teknik budidaya yang baik, namun juga harus dimulai dari teknologi prosesing benih kapas. Terdapat 2 (dua) sistem dalam prosesing benih kapas yaitu sistem kering dan basah.

Tulisan ini akan mengulas lebih dalam mengenai sistem kering dan sistem basah dalam prosesing benih kapas.

B. STANDAR PANEN DAN PROSESING BENIH  STANDAR PANEN

Panen dilakukan secara bertahap, dimulai jika 70-90% bol sudah merekah sempurna. Dimana Panen dilakukan pada siang hari yang cerah atau setelah jam 8 pagi untuk memberikan kesempatan menguapnya sisa-sisa embun yang menempel pada kapas berbiji.

Buah-buah yang tidak merekah sempurna dipisahkan dan tidak diikutkan dalam prosesing benih.

 PROSESING BENIH KAPAS 1. SISTEM KERING

Latar belakang yang mendasari prosesing benih sistem kering yaitu kondisi cuaca yang tidak menentu dalam melaksanakan prosesing benih sistem basah, seperti hujan, dikarenakan dalam sistem basah sangat bergantung pada panas matahari yang digunakan dalam menurunkan kadar air sampai 6-8%, dengan penjemuran selama 2-3 hari. Bila terjadi hujan pada saat prosesing, maka terjadi imbibisi air kedalam benih yang menyebabkan benih bisa berkecambah bahkan sampai membusuk yang berakibat daya kecambah turun.

(3)

Prosesing benih kapas dengan sistem kering yaitu menggunakan uap asam nitrit. Prosesing tersebut menggunakan mesin delinter benih kapas dengan sistem kering, mesin tersebut telah dikembangkan oleh Balittas, Malang.

Mesin delinter yang telah dimodifikasi dapat dioperasikan dengan lebih baik dengan kapasitas delinted rata-rata sebesar 150 kg/jam. Uap asam nitrit sudah dapat diarahkan seluruhnya ke ruang destilasi, sehingga tidak membahayakan operator dan menghemat kebutuhan asam nitrit sebesar 0.9 L untuk 150 kg benih kapas.

 Kelebihan prosesing sistem kering ini yaitu :

a) Memiliki waktu proses yang lebih pendek yaitu sekitar 2-3 jam b) Tidak tergantung sinar matahari

c) Tidak mencemari lingkungan tanah dan air d) Kuantitas benih berkabu yang lebih banyak

e) Tidak diperlukan penjemuran, sehingga terjadi penghematan waktu 2-3 hari dalam satu kali proses

f) Dihasilkan 120 kg benih kabu-kabu (benih yang masih terdapat sisa serat kapas) per liter asam nitrit (HNO2) yang digunakan.

Sedangkan pada sistem basah, hanya dihasilkan 8 kg benih kabu-kabu per liter asam sulfat yang digunakan.

 Kelemahan prosesing sistem kering yaitu :

Benih (biji) kapas masih mempunyai lapisan kerak akibat pemanasan karena kontak langsung dengan uap asam nitrit, selain itu sisa uap asam nitrit harus didestilasi untuk menjadi bentuk cair (Supriyanto dan Widodo, 2007 dalam Fatah dkk, 2012). Benih kapas yang memiliki

(4)

lapisan kerak (kabu) dapat mengurangi mutu biji kapas serta berpotensi menjadi media berkembangnya hama dan penyakit.

2. SISTEM BASAH

Pada Sistem Basah, sebelum dilakukan Ginning atau memisahkan serat kapas dengan biji, kapas berbiji yang dihasilkan dari pemanenan dijemur selama 2 – 3 hari, sehingga kadar air mencapai 7 – 9 %.

Untuk menjaga kemurnian varietas, ginning kapas berbiji untuk calon benih harus didahulukan dan tidak boleh dilakukan bersamaan dengan kapas berbiji untuk produksi serat.

Biji kapas berkabu-kabu yang dihasilkan dari proses ginning, selanjutnya dijemur kembali dan dikirim ke unit prosesing Acid Delinting.  Acid delinting

Acid delinting adalah membersihkan serat-serat pendek atau kabu-kabu yang melekat pada kulit biji kapas dengan menggunakan asam sulfat pekat (H2SO4).

Sebelum dilakukan acid delinting, benih berkabu-kabu harus dipastikan bahwa daya kecambah awalnya > 80 %. Benih kabu-kabu sebanyak 20 kg dimasukkan kedalam drum baja mesin delinter.

Tambahkan kedalam drum sebanyak 2,5 liter asam sulfat pekat (98 %). Mesin/drum diputar dengan kecepatan 20 rpm selama 3 - 4 menit. Setelah itu tambahkan 10 liter air kedalam drum, dan diputar kembali selama 1 menit.

(5)

Gambar 3. Benih hasil Ginning dimasukkan dalam drum dan ditambahkan asam sulfat

pekat

Gambar 4. Penambahan 10 liter air kedalam drum, dan diputar kembali selama 1 menit Selanjutnya benih didalam drum dimasukan kedalam bak berisi larutan kapur konsentrasi 10 gram kapur/liter air untuk menetralisir asam dan mesin diputar kembali selama 1 menit.

Kemudian benih dikeluarkan dari dalam drum dan ditempatkan dalam bak plastik yang telah dilubang-lubangi. Kemudian benih dicuci/dibilas kembali dengan air bersih yang mengalir, sampai tidak ada sisa asam yang masih menempel pada kulit biji.

Gambar 5. Benih hasil acid delinting Gambar 6. Benih dimasukkan dalam bak berisi larutan kapur

Selanjutnya pada tahap akhir pembilasan benih tersebut dilakukan sortasi benih. Sortasi benih adalah memisahkan/membuang biji-biji yang tidak bernas/muda dan rusak karena serangan hama atau kerusakan mekanis. Cara yang dilakukan dengan membuang biji yang terapung pada saat pencucian/pembilasan. Biji yang rusak akibat hama atau mekanis dibuang dengan tangan.

(6)

Gambar 5. Benih dibilas air Gambar 6. Sortasi benih

Benih dijemur dibawah sinar matahari selama 3 hari atau menggunakan mesin pengering sampai kadar air mencapai 7 - 9 %.

Gambar 7. Benih ditabur di lantai jemur

untuk dilakukan penjemuran Gambar 8. Penjemuran dibawah sinar matahari C. PENUTUP

Benih kapas bermutu merupakan penentu dalam mendukung produktivitas serat kapas nasional sebagai bahan baku industri tekstil. Untuk memproleh kapas dengan kualitas yang baik tidak hanya dipengaruhi oleh teknik budidaya yang baik, namun prosesing dalam menghasilkan benih kapas juga merupakan faktor yang sangat penting. Terdapat 2 (dua) sistem prosesing benih kapas, yaitu sistem kering dan sistem basah.

Sistem kering mempunyai keunggulan dalam menghasilkan benih berkabu yang cepat dan dengan jumlah yang sangat banyak yaitu 120 kg benih berkabu, namun sistem ini mempunyai kekurangan yaitu benih masih mempunyai lapisan kerak akibat pemanasan karena kontak langsung dengan uap asam nitrit yang dapat mengurangi mutu biji kapas.

(7)

Berbeda halnya dengan sistem basah, meskipun membutuhkan waktu yang lama dan bergantung pada sinar matahari, namun dari hasil banyak ujicoba yang dilakukan menunjukkan bahwa prosesing benih kapas sistem basah berhasil baik, dengan daya kecambah, kemurnian, kadar air dapat memenuhi standar yang telah dipersyaratkan. Kualitas hasilnya tidak diragukan yaitu benih gundul (seed delinted) dengan daya kecambah hampir 100 % karena sudah dilakukan sortasi sebelum dipacking dan disimpan (Sahid, 2008).

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Mekanisme Budidaya Tanaman Kapas. http:/

/danilkapas.blogspot.com/2012/05/mekaniusme-budidaya-tanaman-kapas.html. Diakses pada tanggal 12 Nopember 2013.

Deny, S. 2013. Ekspor Tekstil Indonesia Naik 10%. http:// bisnis.liputan6.com/ read/ 643266/ ekspor-tekstil-indonesia-naik-10. Diakses pada tanggal 30 Oktober 2013.

Fatah, Abdul G. S., Soebandi, Lutfi M., dan Widodo P. 2012. Modifikasi Delinter Kapas Sistem Kering Untuk Meningkatkan Kapasitas Mesin. Jurnal Teknologi

Pertanian Vol. 13 (3) : 207-212.

Ramdhania. 2013. Inilah 10 Produk Impor Terbanyak dari China.

http://finance.detik.com/read/ 2013/ 02/12/ 074545/ 2167422/ 4/2/ inilah-10-produk-impor-terbanyak-dari-china. Diakses pada tanggal 30 Oktober 2013.

Sahid, M. 2008. Asam Nitrit Untuk Prosesing Benih Kapas Sistem Kering. Tabloid

Gambar

Gambar 1. Mesin Delinter Modifikasi
Gambar 2. Asam Sulfat Pekat
Gambar 3.  Benih hasil Ginning dimasukkan  dalam drum dan ditambahkan asam sulfat
Gambar 8.  Penjemuran dibawah sinar   matahari

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data wawancara dan observasi yang peneliti lakukan dapat kami simpulkan bahwa multimedia interaktif dapat mengatasi kesulitan belajar siswa

Memahami siklus geologi terjadinya batuan disusun sesuai urutan kejadian. Batuan merupakan benda padat yang terdiri dari agregat-agregat baik itu satu mineral atau lebih,

Perencanaan lanskap laboratorium lapang Sektor II PPDF yang memiliki luas total 169.200 m 2 ini secara fungsional berdaya guna dan secara estetik bernilai indah untuk

Kelopak bunga Rosella merah merah (Hibiscus Sabdariffa L.) yang telah diserbukkan sebanyak 1000 gr kemudian dimaserasi dengan menggunakan pelarut etanol 96%

Pada perhitungan neraca air ini mempunyai batas lingkup yaitu hanya pada akuifer bebas (unconfined).Pada Gambar 1 dibawah ini akan menggambarkan bahwa perhitungan

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah responden yang memilih untuk setuju hingga sangat setuju pada item pernyataan 11 ialah sebesar 88%, sedangkan untuk

Et alternativ er å åpne for tilgang fra fire av de største, langsgående bingene og ut til tallearealet, slik at alle sauene fra disse bingene kan velge hvor de vil ligge, enten

Adapun dalam penyusunan skripsi ini, diambil judul “PENGUKURAN KINERJA KARYAWAN BERDASARKAN LAYANAN KESEHATAN (Studi Empiris pada Pusat Kesehatan Masyarakat Medokan