• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN LANSKAP LABORATORIUM LAPANG PESANTREN PERTANIAN DARUL FALLAH, CIAMPEA, BOGOR SEBAGAI TEMPAT WISATA PERTANIAN CINDY ALIFFIA A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERENCANAAN LANSKAP LABORATORIUM LAPANG PESANTREN PERTANIAN DARUL FALLAH, CIAMPEA, BOGOR SEBAGAI TEMPAT WISATA PERTANIAN CINDY ALIFFIA A"

Copied!
207
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN LANSKAP LABORATORIUM LAPANG

PESANTREN PERTANIAN DARUL FALLAH, CIAMPEA,

BOGOR SEBAGAI TEMPAT WISATA PERTANIAN

CINDY ALIFFIA A44050319

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

CINDY ALIFFIA, Perencanaan Lanskap Laboratorium Lapang Pesantren Pertanian Darul Fallah, Ciampea, Bogor sebagai Tempat Wisata Pertanian. Dibimbing oleh NIZAR NASRULLAH.

Pesantren Pertanian Darul Fallah (PPDF) merupakan salah satu lembaga pendidikan yang bergerak dalam bidang pendidikan, dakwah dan pengembangan masyarakat. PPDF memiliki perkampungan seluas 26,5 Hektar yang terdiri dari zona pendidikan (Sektor I) dan zona produktif (Sektor II). Perkampungan ini memiliki berbagai fasilitas untuk pendidikan dan usaha-usaha produktif, sehingga potensi dan kemampuan Darul Fallah perlu dikembangkan dan dikelola dengan baik agar dapat berkelanjutan. Lahan yang akan dikembangkan untuk mengembangkan usaha-usaha produktif tersebut sekaligus digunakan untuk tempat praktikum santri adalah Sektor II PPDF.

Penelitian ini memiliki tujuan umum yaitu untuk merencanakan Lanskap Laboratorium Lapang Pesantren Pertanian Darul Fallah, Kecamatan Ciampea, Bogor yang menyediakan elemen lanskap yang mendukung aktivitas pertanian, peternakan, perikanan, konservasi serta kontemplasi dan usaha-usaha produktif yang digunakan sebagai media pendidikan bagi santri dan juga dikembangkan sebagai tempat wisata pertanian dan tempat pelatihan pertanian dalam suasana lanskap yang indah dan nyaman serta memperhatikan konservasi lahan.

Metode yang digunakan dalam perencanaan Sektor II PPDF ini menerapkan tahapan-tahapan kerja menurut Gold (1980). Tahapan-tahapan perencanaan tersebut adalah persiapan, pengumpulan data (inventarisasi), analisis, sintesis, dan perencanaan. Hasil akhir penelitian berupa landscape plan serta gambar-gambar penunjang berupa gambar potongan tampak pada beberapa area, dan tampak perspektif beberapa fasilitas dalam tapak serta perspektif keseluruhan tapak.

Sektor II PPDF memiliki lahan seluas 169.200 m2. Secara administratif tapak ini terletak di Desa Benteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Secara geografis Sektor II terletak di posisi 6032’42"LS – 60

33’01"LS dan 1060

41’58"BT – 1060

42’24"BT. Batas-batas tapak meliputi, sebelah Utara adalah Kampung Lebak Gunung, sebelah Selatan berbatasan dengan Kampung Bong, sebelah Barat adalah Desa Benteng dan muara sungai Darul Fallah, dan sebelah Timur adalah Kampung Semper dan Kampung Gunung Leutik. Jumlah curah hujan rata-rata tujuh tahun terakhir adalah 3883,5 mm/tahun dengan suhu terendah di tapak terjadi pada bulan Juli sebesar 210C dan suhu tertinggi terjadi pada bulan September yaitu 33,40C. Bentukan lereng pada tapak cukup bervariasi, dengan dominasi kemiringan lahan 8-25% dengan presentase luas di tapak sebesar 70,45%. Sumber air utama yang ada di tapak adalah berasal dari sungai Cinangneng dan selokan (disebut susukan oleh masyarakar sekitar) dengan cara ditarik menggunakan pompa alkon dan pompa hydram, sedangkan sumber air untuk kolam ikan berasal dari selokan. Selain itu, terdapat 3 sumur timba di area peternakan dan 1 sumur timba di laboratorium kultur jaringan.

Pada awalnya, sektor II ini termasuk lahan yang gersang maka untuk mengatasinya diadakan penghijauan sehingga tanaman yang ditanam hanya untuk

(3)

konservasi dan bukan untuk keindahan semata. Oleh sebab itu perlu pengembangan untuk tujuan wisata ini. Pihak PPDF mengharapkan Sektor II ini menjadi laboratorium lapang bagi santri sebagai media pendidikan dengan pengembangan area untuk mendukung aktivitas pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan konservasi yang akan dimanfaatkan juga sebagai tempat wisata pertanian. Jenis tanaman yang akan dikembangkan menyesuaikan dengan kondisi lingkungan Sektor II PPDF. Permasalahan yang terdapat pada tapak adalah masih belum terbentuknya suatu konsep ruang yang jelas dengan dominasi pohon dan semak yang belum tertata sehingga menimbulkan kesan liar dan tidak terawat.

Konsep dasar pada perencanaan Sektor II PPDF adalah mengembangkan laboratorium lapang PPDF sebagai tempat praktikum santri yang dikembangkan sebagai tempat wisata pertanian bagi masyarakat umum yaitu wisata pertanian, perkebunan, pembibitan, peternakan, perikanan, kehutanan, rekreasi umum dengan menyediakan fasilitas pelayanan yang memenuhi kebutuhan wisata dan pemandangan yang indah. Sekaligus sebagai tempat wisata rohani sesuai dengan suasana pesantren yang erat dengan kesan agamisnya. Selain itu tapak juga dikembangkan sebagai tempat pelatihan pertanian bagi peminat dan kelompok-kelompok tani. Perencanaan Sektor II PPDF ini dikembangkan berdasarkan atas aktivitas, tujuan pengembangan kawasan, dan fungsi awal tapak. Melalui konsep dasar kemudian diaplikasikan dalam beberapa jenis konsep teknis pengembangan. Konsep tersebut adalah konsep tata ruang, konsep sirkulasi, konsep fasilitas dan aktivitas, dan konsep tata hijau.

Berdasarkan potensi tapak baik aspek fisik maupun nonfisik, maka didapat kegiatan wisata potensial dalam tapak yang dibagi menjadi wisata pertanian, rekreasi umum dan rekreasi khusus. Wisata pertanian dibagi menjadi wisata tanaman hortikultura, wisata tanaman herbal, wisata tanaman perkebunan, wisata peternakan, wisata perikanan, wisata pembibitan dan nursery, serta lahan percobaan berupa sawah yang aktivitas wisatanya dilakukan di area wisata pertanian dengan kegiatan yang mengoptimalkan fungsi obyek wisata untuk menambah pengetahuan dan pengalaman pengunjung. Selain wisata pertanian, aktivitas dan fasilitas pertanian yang ada di tapak ini juga dapat digunakan sebagai pelatihan bagi kelompok-kelompok tani dan peminat untuk meningkatkan keterampilan sehingga dapat diterapkan di kehidupannya sehari-hari. Alternatif wisata selain wisata pertanian adalah rekreasi umum berupa rekreasi outbond, dan rekreasi khusus berupa rekreasi religi. Ruang utama yang terbentuk adalah ruang pemanfaatan (131.240 m2) dan ruang konservasi (37.960 m2) dengan pengembangan ruang hingga membentuk hierarki ruang yang jelas.

Rencana sirkulasi yang diterapkan pada tapak meliputi jalur primer, jalur sekunder dan jalur interpretasi dengan menggunakan material aspal hot mix, paving dan tanah. Sirkulasi primer untuk kendaraan memiliki lebar 6,2 m mulai dari pintu masuk Sektor II hingga tempat parkir, sedangkan untuk entrance memiliki lebar 10 meter. Terdapat jalur untuk pejalan kaki di sebelah jalur untuk kendaraan selebar 0,8 m. Jalur sirkulasi sekunder berupa jalan setapak yang tersebar sesuai dengan kebutuhan ruang selebar 2 m. Jalur ini juga dilalui oleh traktor untuk keperluan pengolahan lahan. Sedangkan untuk sirkulasi interpretasi diterapkan untuk pedestrian pada petak lahan pertanian dan perkebunan dengan lebar 0,8 m.

(4)

produksi mengembangkan beberapa varietas yang diproduksi oleh PT. DaFa Teknoagro Mandiri sebagai pihak pengelola Laboratorium Kultur Jaringan yang ada di tapak diantaranya tanaman buah-buahan (27.150 m2), tanaman obat (1.744 m2), kemudian tanaman yang telah ada di tapak sebelumnya sehingga perlu penataan seperti tanaman perkebunan (7.574 m2), kehutanan (28.658 m2) dan lahan hijauan ternak (23.651 m2). Selain itu tanaman introduksi ditambahkan untuk meningkatkan keanekaragaman tanaman pertanian seperti tanaman sayur (5.565 m2), tanaman aromatik (9.901 m2) dan tanaman hias (5.144 m2). Vegetasi pada tata hijau estetik ditempatkan pada area penerimaan, pelayanan dan area rekreasi khusus seperti flamboyan (Delonix regia), kacang-kacangan (Arachis pintoi), kembang kancing (Gomphrena globosa). Vegetasi pada tata hijau arsitektural ditempatkan sebagai tanaman pembatas pada batas ruang maupun batas tapak dengan area luar, sebagai penaung, sebagai pengarah jalan dan juga sebagai pereduksi bau. Contoh vegetasi pada tata hijau arsitektural adalah kayu manis (Cinnamomum burmanii), sengon (Paraserianthes falcataria), dan kenanga (Cananga odoratum).

Rencana fasilitas yang akan dikembangkan pada tapak mengikuti rencana ruang dan aktifitas pada tapak. Fasilitas dibagi menjadi tiga yaitu fasilitas pelayanan wisata, objek wisata pertanian dan fasilitas wisata umum. Fasilitas pelayanan wisata yaitu fasilitas yang memenuhi kebutuhan dasar wisatawan dalam melakukan kegiatan wisata seperti pelayanan informasi dan pelayanan istirahat. Saung istirahat direncanakan berjumlah 9 buah yang terletak menyebar di area pemanfaatan serta pos jaga yang berjumlah 4 buah dan terletak menyebar untuk memudahkan pengunjung. Kemudian objek wisata pertanian yaitu objek yang berhubungan dengan kegiatan pertanian yang ada di tapak seperti rumah kaca berjumlah 2 buah pada area wisata tanaman hias, kandang ternak seluas 2545,6 m2 pada area peternakan serta empat buah saung pemancingan pada area perikanan. Fasilitas wisata umum yang berfungsi untuk pemenuhan kebutuhan rekreasi wisatawan di tapak yaitu berupa fasilitas yang menunjang kegiatan outbond, berupa ruang terbuka hijau yang dapat dimanfaatkan pengunjung seluas 17.922 m2.

(5)

PERENCANAAN LANSKAP LABORATORIUM LAPANG

PESANTREN PERTANIAN DARUL FALLAH, CIAMPEA,

BOGOR SEBAGAI TEMPAT WISATA PERTANIAN

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

CINDY ALIFFIA

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)

Judul : Perencanaan Lanskap Laboratorium Lapang Pesantren Pertanian Darul Fallah, Ciampea, Bogor sebagai Tempat Wisata Pertanian

Nama : CINDY ALIFFIA

NRP : A44050319

Mayor : Arsitektur Lanskap

Menyetujui: Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M. Agr NIP. 19620118 198601 1 001

Mengetahui:

Ketua Departemen Arsitektur Lanskap

Dr. Ir. Siti Nurisyah, MSLA NIP. 19480912 197412 2 001

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Swt atas rahmat dan karunia yang tiada hentinya mengalir kepada penulis sehingga penelitian yang berjudul “Perencanaan Lanskap Laboratorium Lapang Pesantren Pertanian Darul Fallah, Ciampea, Bogor sebagai Tempat Wisata Pertanian” ini dapat diselesaikan dengan baik sebagai salah satu syarat syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyampaikan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini. ucapan terimakasih ditujukan untuk:

1. Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M. Agr, selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan, arahan, waktu dan ilmu selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Siti Nurisyah, MSLA dan Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M. Agr, selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan yang sangat bermanfaat dalam perbaikan skripsi ini.

3. Ir. Marietje M. Wungkar, M.Si dan Dr. Ir. Tati Budiarti, MS selaku dosen pembimbing akademik yang banyak memberikan dorongan dan nasehat selama penulis menjalani masa perkuliahan.

4. Seluruh pihak Pesantren Pertanian Darul Fallah dan PT. DaFa Teknoagro Mandiri, terutama untuk Ir. Nursyamsu Mahyuddin, M.Si selaku pimpinan PT. DaFa Teknoagro Mandiri dan Bapak Bunzamin Wibisono selaku Direktur Kepesantrenan yang bersedia meluangkan waktu dan memberikan informasi bagi bahan skripsi ini.

5. Kedua orang tua, yang doanya tidak pernah berhenti mengalir kepada penulis sehingga penulis selalu yakin dan optimis, serta atas kasih sayang dan dukungan baik berupa moril maupun materil yang tidak tergantikan.

6. Seluruh Dosen Departemen Arsitektur Lanskap yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis.

(8)

8. Keluarga besar Lanskap angkatan 40, 41, 43, 44, 45 atas kebersamaannya di bengkel tercinta.

9. Pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian dan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas segala bantuannya. Terimakasih.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi masukan yang berharga bagi pihak yang memerlukan.

Bogor, Maret 2010

(9)

RIWAYAT HIDUP

Cindy Aliffia lahir di Bogor pada tanggal 22 Mei 1987. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Rudy S. Rivai dan Ibu Vici Nila Wahyuni.

Penulis memulai pendidikan di TK Teladan NUGRAHA 1 Bogor hingga tahun 1993. Pendidikan sekolah dasar diselesaikan pada tahun 1999 di SD Negeri Polisi IV Bogor. Tahun 2002 penulis menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Bogor dan akhirnya menamatkan pendidikan di SMA Negeri 1 Bogor pada tahun 2005. Pada tahun yang sama, penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI), kemudian diterima di Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian pada tingkat dua.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kegiatan kepanitiaan di lingkungan Departemen Arsitektur Lanskap. Penulis tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) selama dua periode yaitu 2006-2007 sebagai staf Divisi Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) dan tahun 2007-2008 sebagai staf Divisi Informasi dan Komunikasi (INFOKOM). Penulis juga menjadi asisten Mata Kuliah Tanaman dalam Lanskap pada semester awal tahun akademik 2009/2010.

(10)

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2. Tujuan Penelitian ... 2

1.3. Manfaat Penelitian ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan Lanskap ... 3

2.2. Wisata ... 4

2.3. Agrowisata ... 4

2.3.1. Pengertian Agrowisata ... 4

2.3.2. Ruang Lingkup dan Potensi Agrowisata ... 5

2.3.3. Syarat Kesesuaian Agrowisata ... 8

2.3.4. Fasilitas Agrowisata ... 9

2.3.5. Tujuan dan Arah Pengembangan Agrowisata ... 10

2.3.6. Prospek dan Kendala Pengembangan Agrowisata di Indonesia ... 10

2.4. Laboratorium Lapang ... 11

2.5. Pesantren ... 11

2.6. Pesantren Pertanian Darul Fallah ... 12

III. METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 14

3.2. Bahan dan Alat ... 15

3.3. Batasan Penelitian ... 15

3.4. Metode Penelitian ... 15

IV. INVENTARISASI 4.1. Aspek Fisik ... 21

4.1.1. Letak, Luas, dan Batas Tapak ... 21

4.1.2. Aksesibilitas ... 21

4.1.3. Geologi dan Jenis tanah ... 26

4.1.4. Ketinggian, Topografi dan Kemiringan Lahan ... 28

4.1.5. Iklim ... 28

4.1.6. Hidrologi dan Drainase ... 33

4.1.7. Vegetasi dan Satwa ... 38

4.1.8. Akustik, Aroma dan Visual ... 43

4.1.9. Pola Penggunaan Lahan ... 48

4.2. Profil Umum Pesantren Pertanian Darul Fallah ... 53

4.3. Kawasan Wisata di Sekitar Tapak ... 55

(11)

xi

4.4.1. Keadaan Sosial dan Ekonomi Masyarakat Sekitar PPDF ... 56

4.4.2. Karakteristik, Persepsi dan Preferensi Pengunjung Agrowisata Berdasarkan Hasil Kuisioner ... 57

4.4.3. Kebijakan Pihak Pengelola PPDF ... 62

4.4.4. Kebijakan Pemerintah Daerah ... 63

4.5. Aspek Pendidikan ... 64

V. ANALISIS DAN SINTESIS 5.1. Aspek Fisik ... 70

5.1.1. Letak, Luas, dan Aksesibiltas Tapak ... 70

5.1.2. Geologi dan Jenis tanah ... 73

5.1.3. Ketinggian, Topografi dan Kemiringan Lahan ... 74

5.1.4. Iklim ... 75

5.1.5. Hidrologi dan Drainase ... 79

5.1.6. Vegetasi dan Satwa ... 81

5.1.7. Visual, Akustik dan Aroma ... 83

5.1.8. Pola Penggunaan Lahan ... 84

5.2. Profil Umum Pesantren Pertanian Darul Fallah ... 94

5.3. Kawasan Wisata di Sekitar Tapak ... 96

5.4. Aspek Sosial ... 96

5.4.1. Keadaan Sosial dan Ekonomi Masyarakat Sekitar PPDF ... 97

5.4.2. Karakteristik, Persepsi dan Preferensi Pengunjung Agrowisata Berdasarkan Hasil Kuisioner ... 97

5.4.3. Kebijakan Pihak Pengelola PPDF ... 100

5.4.4. Kebijakan Pemerintah Daerah ... 101

5.5. Aspek Pendidikan ... 101

5.6. Alternatif Kegiatan Wisata ... 102

5.7. Pembagian Ruang Aktivitas ... 102

5.8. Hubungan Antar Ruang ... 105

5.9. Alternatif Ruang ... 110 VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar ... 116 6.2. Konsep Pengembangan ... 116 6.2.1. Konsep Ruang ... 117 6.2.2. Konsep Wisata ... 120 6.2.3. Konsep Sirkulasi ... 121

6.2.4. Konsep Tata Hijau ... 125

6.2.5. Konsep Fasilitas dan Utilitas ... 128

6.2.6. Konsep Pengelolaan ... 130

VII. PERENCANAAN LANSKAP 7.1. Rencana Ruang, Fasilitas dan Utilitas ... 131

7.1.1. Ruang Konservasi Air ... 132

7.1.2. Ruang Konservasi Tanah ... 134

7.1.3. Ruang Penerimaan ... 137

7.1.4. Ruang Pelayanan ... 142

(12)

7.1.6. Ruang Wisata Buah-buahan ... 147

7.1.7. Ruang Wisata Tanaman Obat ... 148

7.1.8. Ruang Wisata Tanaman Aromatik ... 149

7.1.9. Ruang Wisata Tanaman Hias ... 149

7.1.10. Ruang Wisata Pembibitan dan Nursery ... 150

7.1.11. Ruang Wisata Tanaman Perkebunan ... 151

7.1.12. Ruang Peternakan ... 151

7.1.13. Ruang Lahan Hijauan Ternak ... 152

7.1.14. Ruang Perikanan ... 155

7.1.15. Lahan Percobaan ... 157

7.1.16. Ruang Rekreasi Outbond ... 157

7.1.17. Ruang Rekreasi Religi ... 157

7.2. Rencana Aktifitas ... 163 7.2.1. Wisata Pertanian ... 163 7.2.2. Rekreasi Umum ... 165 7.2.3. Rekreasi Khusus ... 165 7.2.4. Pelatihan Pertanian ... 165 7.3. Rencana Sirkulasi ... 166

7.3.1. Jalur Sirkulasi Primer ... 166

7.3.2. Jalur Sirkulasi Sekunder ... 167

7.3.2. Jalur Sirkulasi Interpretasi ... 167

7.4. Rencana Tata Hijau ... 168

7.4.1. Tata Hijau Produksi ... 169

7.4.2. Tata Hijau Estetika ... 170

7.4.3. Tata Hijau Arsitektural ... 171

7.4.4. Tata Hijau Konservasi ... 172

7.5. Rencana Pengelolaan Pengunjung ... 173

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 175

8.1. Kesimpulan ... 175

8.2.Saran ... 177

DAFTAR PUSTAKA ... 178

(13)

DAFTAR TABEL

Teks

Nomor Halaman

1. Jenis, Bentuk, Sumber dan Cara Pengambilan Data ... 17

2. Persentase Luas Kemiringan Lahan ... 28

3. Data Rata-Rata Unsur Iklim Tapak Tahun 2002-2008 ... 31

4. Tabel Suhu Udara T Braak ... 32

5. Daftar Nama Tanaman yang terdapat di Sektor II PPDF ... 40

6. Hasil Kuisioner Persepsi dan Preferensi Pengunjung ... 58

7. Kurikulum Madrasah Tsanawiyah (MTs) ... 66

8. Kurikulum Madrasah Aliyah Terpadu (MAT) ... 67

9. Nilai THI Tapak pada Suhu Maksimum dan Minimum ... 76

10. Kebutuhan Hijauan Ternak di Area Peternakan PPDF ... 85

11. Matriks hubungan sumberdaya dengan aktifitas pada tapak ... 103

12. Program ruang, Sub Ruang, aktifitas dan fasilitas pendukungnya ... 107

13. Ruang, dan Sub Ruang Tapak PPDF Sektor II ... 131

14. Rencana Fasilitas di Sektor II PPDF ... 161

15. Rencana Utilitas di Sektor II PPDF ... 162

(14)

Nomor Halaman

1. Lokasi Penelitian ... 14

2. Tahapan Studi Perencanaan ... 16

3. Peta lokasi Pesantren Pertanian Darul Fallah ... 22

4. Peta aksesibilitas Pesantren Pertanian Darul Fallah ... 24

5. Kondisi jalan beraspal memasuki sektor I dan merupakan Pintu masuk utama PPDF ... 24

6. Kondisi jalan berbatu pada Pintu masuk alternatif di sektor II ... 25

7. Jembatan yang menghubungkan sektor I dengan sektor II ... 26

8. Peta Geologi dan Jenis Tanah ... 27

9. Peta Topografi Sektor II PPDF ... 29

10. Peta Kelas Kemiringan Lahan Sektor II PPDF ... 30

11. Aliran air Sungai Cinangneng yang melewati tapak ... 34

12. Pompa hydran yang airnya dialirkan ke peternakan ... 34

13. Sumber air untuk empang dari selokan (susukan) ... 35

14. Drainase buatan (parit) ... 36

15. Aliran air yang diarahkan ke Sungai Cinangneng ... 36

16. Peta Hidrologi dan Drainase Sektor II PPDF. ... 37

17. Peta Inventarisasi Vegetasi Sektor II PPDF ... 39

18. Kebun Nilam yang dibudidayakan di sebelah barat tapak ... 40

19. Rumput untuk pakan ternak ... 40

20. Beberapa contoh tanaman hias yang dibudidayakan ... 40

21. Peternakan sapi dan kambing yang ada pada tapak . ... 43

22. Ikan yang ada pada tapak ... 43

23. Muara Darul Fallah ... 44

24. View bukit-bukit di belakang peternakan kambing yang membentuk gradasi warna hijau ... 44

25. View ke gunung kapur di bagian barat laut tapak ... 45

26. Hamparan Nilam dengan pohon Teja ... 45

(15)

xv

28. Bad view yang terdapat di sungai maupun di dekat selokan ... 46

29. Vegetasi yang tumbuh liar dan tidak teratur menyulitkan akses ... 46

30. Peta Inventarisasi Visual Sektor II PPDF ... 47

31. Peta Penggunaan Lahan Sektor II PPDF ... 49

32. Peta Inventarisasi Bangunan di Sektor II PPDF ... 50

33. Lahan pertanian ubi jalar ... 51

34. Area Hutan di bukit Darul Fallah ... 52

35. Laboratorium Kultur Jaringan ... 53

36. Peta Penyebaran Obyek Wisata di Kabupaten Bogor bagian barat ... 56

37. Analisis Sektor II PPDF berdasarkan Survey Lapang ... 95

38. Hubungan Antar Fungsi Ruang ... 109

39. Peta Alternatif Ruang 1 ... 114

40. Peta Alternatif Ruang 2 ... 115

41. Hierarki Ruang ... 118

42. Perencanaan Blok ... 119

43. Model Konsep Aktivitas Wisata ... 120

44. Konsep Sirkulasi ... 124

45. Konsep Tata Hijau ... 129

46. Perencanaan Lanskap ... 133

47. Stoping area di sekitar Muara Darul Fallah ... 135

48. Fasilitas Menara Pandang di Bukit Darul Fallah ... 136

49. Pintu Masuk Sektor II PPDF ... 138

50. Ruang Interpretasi Utama ... 140

51. Area Parkir Kendaraan ... 141

52. Ruang Pelayanan Utama ... 143

53. Fasilitas Kamar mandi dan Mushola ... 144

54. Fasilitas di Ruang Wisata Peternakan ... 153

55. Fasilitas di Ruang Wisata Perikanan ... 156

56. Fasilitas di Ruang Rekreasi Religi ... 159

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Teks

Nomor Halaman

1. Data Iklim ... 182

1.1. Grafik Suhu Maksimum, Rataan dan Minimum Tahun 2002-2008 .... 182

1.2. Grafik Suhu Udara T Braak ... 182

1.3. Grafik Kelembaban Nisbi tahun 2002-2008 ... 182

1.4. Grafik Curah Hujan tahun 2002-2008 ... 183

1.5. Grafik Intensitas Penyinaran tahun 2002-2008 ... 183

1.6. Grafik Kecepatan Angin tahun 2002-2008 ... 183

2. Daftar Pengajar dan Mata Pelajaran Madrasah Aliyah Terpadu Darul Fallah, tahun ajaran 2009-2010 ... 184

3. Jadwal Mata Pelajaran Madrasah Aliyah Terpadu Darul Fallah, Tahun ajaran 2009-2010 ... 186

(17)

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Peningkatan jumlah penduduk di kota mengakibatkan kepadatan penduduk yang menyebabkan sulitnya mencari ruang untuk berekreasi. Hal ini menyebabkan kota-kota satelit yang berada di sekitar kota pusat itu berlomba-lomba membuat tempat wisata untuk mengembalikan kondisi yang tadinya lelah, menjadi segar kembali. Berbagai jenis wisata telah dikembangkan untuk menunjang hal tersebut, di antaranya adalah agrowisata, wisata agro atau wisata pertanian merupakan penggabungan antara aktivitas wisata dengan aktivitas pertanian (Nurisyah, 2001).

Sarana dan prasarana dalam agrowisata dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu fasilitas obyek, fasilitas pelayanan dan fasilitas pendukung. fasilitas-fasilitas tersebut ditempatkan pada lokasi yang tepat dan strategis sehingga dapat berfungsi secara maksimal.

Fasilitas-fasilitas penunjang yang terdapat di agrowisata ini merupakan representasi dari kegiatan pertanian, peternakan, dan perikanan, kehutanan yang merupakan dasar dari kegiatan pertanian. Dengan mengembangkan agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan lahan, dapat meningkatkan pendapatan sekaligus melestarikan sumberdaya lahan, serta memelihara budaya maupun teknologi lokal (indigenous knowledge) yang umumnya telah sesuai dengan kondisi lingkungan alaminya (http://database.deptan.go.id/agrowisata/ viewfitur.asp?id=3). Daya tarik agrowisata itu sendiri terdiri dari komoditi usaha agro, sistem sosial, ekonomi dan budaya, sistem teknologi dan budidaya usaha agro, peninggalan budaya agro, budaya masyarakat, keadaan alam dan prospek investasi pada usaha agro tersebut. Bentuk lahan pertanian seperti itulah yang akan dikembangkan di laboratorium lapang Pesantren Pertanian Darul Fallah.

Pesantren Pertanian Darul Fallah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang bergerak dalam bidang pendidikan, dakwah dan pengembangan masyarakat. Pesantren ini memiliki perkampungan seluas 26,5 Hektar yang terdiri dari zona pendidikan dan zona produktif. Perkampungan ini memiliki berbagai

(18)

fasilitas untuk pendidikan dan usaha-usaha produktif, sehingga potensi dan kemampuan Darul Fallah perlu dikembangkan dan dikelola dengan baik agar dapat berkelanjutan. Berdasarkan konsep itulah Pesantren Pertanian Darul Fallah ingin mengembangkan zona produktif sebagai suatu lanskap laboratorium lapang yang tidak hanya berguna sebagai media pendidikan bagi santri namun juga dapat dijadikan sebagai objek wisata yang memanfaatkan usaha pertanian (agro) sebagai tempat wisata pertanian untuk menambah pemasukan kas bagi pesantren.

1.2. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk merencanakan Lanskap Laboratorium Lapang Pesantren Pertanian Darul Fallah, Kecamatan Ciampea, Bogor yang menyediakan elemen lanskap yang mendukung aktivitas pertanian, peternakan, perikanan, konservasi serta kontemplasi dan usaha-usaha produktif yang digunakan sebagai media pendidikan bagi santri sekaligus dikembangkan sebagai tempat wisata pertanian dan tempat pelatihan pertanian dalam suasana lanskap yang indah dan nyaman serta memperhatikan konservasi lahan.

1.3. Manfaat

Hasil Studi Perencanaan Lanskap Labolatorium Lapang Pesantren Pertanian Darul Fallah, Kecamatan Ciampea, Bogor ini diharapkan berguna untuk:

1. Yayasan Pesantren Pertanian Darul Fallah dalam mengembangkan pesantren untuk aktivitas pendidikan dan usaha-usaha produktif.

2. Sebagai dasar Perancangan detail Lanskap Laboratorium Lapang Pesantren Pertanian Darul Fallah, Ciampea.

3. Dapat turut mengembangkan jenis tempat wisata alternatif bagi masyarakat yang ingin menghabiskan waktu dengan kegiatan wisata yang atraktif sekaligus memiliki nilai pendidikan di daerah Kabupaten Bogor bagian barat.

(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perencanaan Lanskap

Simonds (1983) mengemukakan bahwa perencanaan adalah suatu proses sintesis yang kreatif, kontinyu, tanpa akhir dan dapat bertambah. Di dalam perencanaan terdapat urutan pekerjaan yang panjang yang terdiri dari bagian-bagian pekerjaan yang saling berhubungan, sehingga bila terjadi perubahan pada suatu bagian akan mempengaruhi bagian yang lain. Lebih lanjut ditambahkan bahwa perencanaan yang terbaik adalah perencanaan yang batas-batasnya dapat terlihat dengan jelas. Perencanaan tersebut juga menyelesaikan suatu kendala sebagai bagian dari permasalahan yang makro.

Tahapan/ proses perencanaan suatu lanskap menurut Gold (1980) yang diterapkan di perencanaan ini terdiri dari persiapan, pengumpulan data (inventarisasi), analisis, sintesis, perencanaan. Inventarisasi adalah pengumpulan data tapak berupa data sekunder dan data primer. Informasi data sekunder saja belum cukup, oleh sebab itu harus didukung paling sedikit sekali atau berkali-kali kunjungan pada tapak sehingga dapat memperoleh pendalaman perasaan terhadap tapak tersebut (The feel of the Land), merasakan hubungan-hubungan terhadap lingkungan sekelilingnya dan betul-betul peka terhadap perletakan daerah tersebut (Simonds, 1983).

Pada tahap analisis, kemungkinan pengembangan dan kendala yang muncul pada setiap aspek diidentifikasi. Simonds (1983) menjelaskan tahap analisis ini dengan tekhnik overlay, yaitu menggabungkan peta tematik yang satu dengan yang lainnya untuk mendapatkan berbagai kemungkinan-kemungkinan pengembangan pada tapak serta kendala-kendalanya.

Pada tahap sintesis, konsep umum dikembangkan dari tujuan awal perencanaan dan dijabarkan dalam bentuk schematic plan/site-structure diagram (rencana skematik). Pada rencana skematik dijelaskan berbagai tindakan pemanfaatan, sehingga pada tahap selanjutnya (pelaksanaan) dapat dikembangkan menjadi dokumen pelaksana berupa gambar-gambar detail.

(20)

2.2. Wisata

Wisata merupakan rangkaian kegiatan yang terkait dengan pergerakan manusia yang melakukan perjalanan dan persinggahan sementara dari tempat tinggalnya ke satu atau beberapa tempat tujuan di luar dari lingkungan tempat tinggalnya, yang didorong oleh berbagai keperluan dan tanpa bermaksud untuk mencari nafkah tetap (Nurisyah, 2009).

Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam untuk dikembangkan menjadi obyek wisata yang menarik. Memang sebagian sumber daya alam tersebut telah dimanfaatkan dan dikembangkan menjadi beberapa obyek wisata yang menarik. Mengingat daya tarik utama wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia adalah keindahan alam dan kekayaan seni budayanya, tidak heran kalau potensi ini menarik untuk digarap (Tirtawinata dan Fachruddin, 1996).

Merencanakan suatu kawasan wisata adalah upaya untuk menata dan mengembangkan suatu areal dan jalur pergerakan pendukung kegiatan wisata sehingga kerusakan lingkungan akibat pembangunannya dapat diminimumkan tetapi pada saat yang bersamaan kepuasan wisatawan dapat terwujudkan (Nurisyah, 2009).

2.3. Agrowisata

2.3.1. Pengertian Agrowisata

Secara spesifik, wisata agro atau wisata pertanian ini adalah rangkaian aktivitas perjalanan wisata yang memanfaatkan lokasi atau kawasan dan sektor pertanian mulai dari awal sampai dengan produk pertanian dalam berbagai sistem, skala dan bentuk dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pemahaman, pengalaman, dan rekreasi di bidang pertanian ini. Sajian yang diberikan pada wisatawan tidak hanya pemandangan kawasan pertanian yang panoramik dan kenyamanan di alam pertanian, tetapi juga aktivitas petani beserta teknologi khas yang digunakan dan dilakukan dalam lahan pertanian dan wisatawan juga dapat mengikuti aktivitas ini, ketersediaan produk segar pertanian yang dapat dinikmati wisatawan, nilai historik lokasi, arsitektur, atau kegiatan tertentu, budaya pertanian yang khas, dan kombinasi dari berbagai ciri tersebut (Nurisjah, 2001).

(21)

5

Pengembangan agrowisata merupakan upaya terhadap pemanfaatan potensi atraksi wisata pertanian. Berdasarkan Surat keputusan bersama Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi dengan Menteri Pertanian yang dituangkan dalam SK Bersama No. KM.47/PW.DOW/MPPT.89 dan No. 204/KPTS/HK/050/4/1989, agrowisata diartikan sebagai suatu bentuk kegiatan yang memanfaatkan usaha agro sebagai obyek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian (Tirtawinata dan Fachruddin, 1996).

2.3.2. Ruang Lingkup dan Potensi Agrowisata

Penentuan klasifikasi agrowisata didasari oleh konsepsi dan tujuan pengembangan agrowisata, jenis-jenis obyek agrowisata beserta daya tarik obyek tersebut. Daya tarik agrowisata terdiri dari komoditi usaha agro, sistem sosial, ekonomi dan budaya, sistem teknologi dan budidaya usaha agro, peninggalan budaya agro, budaya masyarakat, keadaan alam dan prospek investasi pada usaha agro tersebut. Ruang lingkup dan potensi agrowisata oleh Team Menteri Rakornas Wisata Agro pada tahun 1992dalam Nurdiana (2004) dijelaskan:

1. Tanaman pangan

Daya tarik tanaman pangan sebagai sumber daya wisata antara lain sebagai berikut:

1) Bunga-bungaan

a. Bunga-bungaan yang mempunyai kekhasan sebagai bunga Indonesia;

b. Cara pemeliharaan yang masih tradisional;

c. Bunga yang dikaitkan dengan segi keindahan antara lain seni merangkai bunga, pameran bunga, taman bunga dan sebagainya; d. Budidaya bunga

2) Buah-buahan

a. Kebun buah-buahan pada umumnya di desa atau di pegunungan dan mempunyai pemandangan alam sekitarnya yang indah.

b. Memperkenalkan kota-kota di Indonesia berdasarkan daerah asal buah tersebut;

(22)

d. Tingkat pengelolaan buah di pabrik;

e. Budidaya buah-buahan seperti apel, anggur, jeruk dan lain-lain. 3) Sayuran

a. Kebun sayuran pada umumnya di desa atau di pegunungan dan mempunyai pemandangan alam sekitar yang indah;

b. Cara-cara tradisional pemeliharaan dan pemetikan sayuran; c. Teknik pengelolaan;

d. Budidaya sayuran dan lain-lain. 4) Jamu-jamuan

a. Pemeliharaan dan pengadaan bahan

b. Pengolahan bahan (tradisional dan modern); c. Berbagai khasiat jamu-jamuan;

d. Jamu sebagai kosmetik tradisional dan modern.

Ruang lingkup kegiatan subsektor tanaman pangan adalah sebagai berikut :

1) Lingkup komoditas yang ditangani meliputi komoditas tanaman padi, palawija dan komoditas tanaman hortikultura;

2) Lingkup kegiatan yang ditangani meliputi kegiatan usaha tani tanaman pangan (padi, palawija, hortikultura) yang terdiri dari berbagai proses kegiatan prapanen, pascapanen/ pengelolaan hasil sampai pemasarannya. 2. Perkebunan

Daya tarik perkebunan sebagai sumberdaya wisata antara lain sebagai berikut :

1) Daya tarik historis bagi wisata alam;

2) Lokasi perkebunan, pada umumnya terletak di daerah pegunungan dan mempunyai pemandangan alam dan berhawa segar;

3) Cara-cara tradisional dalam pola bertanam, pemeliharaan, pengelolaan dan prosesnya;

(23)

7

Ruang lingkup bidang usaha perkebunan meliputi :

1) Perkebunan tanaman keras dan tanaman lainnya yang dilakukan oleh perkebunan besar swasta nasional maupun asing atau BUMN serta perkebunan rakyat;

2) Berbagai kegiatan obyek usaha perkebunan dapat berupa praproduksi (pembibitan), produksi dan pasca produksi (pengolahan dan pemasaran). 3. Peternakan

Daya tarik peternakan sebagai sumberdaya wisata antara lain sebagai berikut :

1) Pola peternakan yang ada;

2) Cara-cara tradisional dalam peternakan; 3) Tingkat teknik pengelolaan dan sebagainya; 4) Budidaya hewan ternak dan lain-lain. Ruang lingkup obyek wisata peternakan meliputi :

1) Pra produksi : pembibitan ternak, pabrik pakan ternak, pabrik obat-obatan dan lain-lain.

2) Kegiatan produksi : usaha peternakan unggas, ternak perah, ternak potong dan aneka ternak, dengan pola PIR, pola bapak angkat, perusahaan swasta, koperasi BUMN dan usaha perseorangan.

3) Pasca produksi : pasca panen susu, daging, telur, kulit, dan lain-lain.

4) Kegiatan lain : penggemukan ternak, karapan sapi, adu domba, pacu itik, balap kuda dan lain-lain.

4. Perikanan

Daya tarik perikanan sebagai sumberdaya wisata antara lain sebagai berikut :

1) Adanya pola perikanan yang telah ditetapkan oleh pemerintah; 2) Cara-cara tradisional dalam perikanan;

3) Tingkat teknik pengelolaan dan sebagainya; 4) Budidaya perikanan.

(24)

Ruang lingkup obyek wisata perikanan meliputi:

1) Kegiatan penangkapan ikan, yang merupakan suatu kegiatan usaha untuk memperoleh hasil perikanan melalui usaha penangkapan pada suatu kawasan perairan tertentu di laut atau perairan umum (danau, sungai, rawa, waduk, atau genangan air lainnya). Kegiatan ini ditunjang oleh penyediaan prasarana di darat berupa Pusat Pendaratan Ikan atau Pelabuhan Perikanan. 2) Kegiatan perikanan budidaya yang merupakan suatu kegiatan untuk

memperoleh hasil perikanan melalui usaha budidaya perikanan yaitu mencakup kegiatan usaha pembenihan dan pembesaran. Kegiatan budidaya perikanan ini sebagai berikut:

a. Kegiatan budidaya ikan tawar (yaitu usaha budidaya perikanan yang dilakukan di perairan tawar, baik di kolam maupun perairan umum); b. Kegiatan air payau (yaitu usaha budidaya perikanan yang dilakukan di

perairan payau atau kawasan pasang surut dan biasa dikenal dengan tambak);

c. Kegiatan budidaya laut (yaitu usaha budidaya perikanan yang dilakukan di perairan laut).

3) Kegiatan pasca panen yang merupakan kegiatan penanganan hasil perikanan yang dilakukan pada periode setelah ditangkap dan sebelum dikonsumsi. Kegiatan ini merupakan upaya penanganan, pengolahan dan pemasaran hasil perikanan.

2.3.3. Syarat Kesesuaian Area Agrowisata

Pengembangan area sebagai lokasi agrowisata harus memperhatikan beberapa aspek. Menurut Arifin dkk (2009), di dalam pengembangan agrowisata secara konseptual bahwa wilayah tersebut:

1. Memiliki lahan yang sesuai untuk pengembangan dan produksi komoditas pertanian tanaman, perkebunan, peternakan, perikanan.

2. Memiliki kesesuaian untuk wisata (aksesibilitas, infrastruktur, dan fasilitas wisata).

3. Memiliki potensial keindahan panorama lanskap (penutupan lahan, topografi yang dinamis, lanskap pantai, perbukitan, pegunungan).

(25)

9

4. Memiliki potensi kenyamanan yaitu suhu dan kelembaban udara yang sesuai bagi wisatawan (nyaman dan segar).

5. Memiliki atraksi budaya dari masyarakat pertanian (budaya bercocok-tanam, hingga penanganan pascapanen).

6. Memiliki masyarakat yang mampu menjual program dan atraksi yang sudah membudaya secara turun temurun di dalam masyarakat agraris, termasuk kearifan lokal.

7. Memiliki Pemda yang dapat berperan untuk membimbing petani dalam kesiapan diri menjadi tuan rumah bagi wisatawan, juga menginvestasikan sarana-prasarana dan fasilitas umum sebagai kebutuhan dasar dalam pengembangan wisata.

2.3.4. Fasilitas Agrowisata

Agrowisata sebagai obyek wisata selayaknya memberikan kemudahan bagi wisatawan dengan cara melengkapi kebutuhan prasarana dan sarananya. Sarana dan prasarana dalam agrowisata dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu fasilitas obyek, fasilitas pelayanan dan fasilitas pendukung. Menurut Tirtawinata dan Fachruddin (1996) fasilitas-fasilitas tersebut ditempatkan pada lokasi yang tepat dan strategis sehingga dapat berfungsi secara maksimal.

Menurut Yoeti (1997), obyek pariwisata dan segala atraksi yang diperlihatkan merupakan daya tarik utama, mengapa seseorang datang berkunjung pada suatu tempat, oleh karena itu keaslian dari obyek dan atraksi disuguhkan haruslah dipertahankan sehingga wisatawan hanya di tempat tersebut dapat melihat obyek/atraksi tersebut. Terkait dengan agrowisata yang termasuk fasilitas obyek di antaranya adalah lahan dan produk pertanian serta kegiatan petani mulai dari budi daya sampai pasca panen.

Fasilitas pelayanan, menurut Tirtawinata dan Fachruddin (1996) dan Yoeti (1997) meliputi pintu gerbang, tempat parkir, pusat informasi, papan informasi, jalan dalam kawasan agrowisata, shelter, toilet, tempat ibadah, menara pandang, pondok wisata, tempat sampah, toko cinderamata, rumah makan dan sarana penelitian. Sedangkan yang termasuk dalam fasilitas pendukung adalah jalan menuju lokasi, komunikasi, promosi, keamanan, sistem perbankan dan sarana kesehatan.

(26)

2.3.5. Tujuan dan Arah Pengembangan Agrowisata

Tujuan dari pengembangan agrowisata adalah meningkatkan nilai kegiatan pertanian dan kesejahteraan masyarakat pedesaan. Hal ini berarti dalam penyiapan pengembangan agrowisata tidak hanya objek wisata pertaniannya saja yang disiapkan tetapi juga penyiapan masyarakat pedesaan untuk dapat menangkap nilai tambah yang diberikan oleh kegiatan agrowisata tersebut (Haeruman dalam Nurdiana, 2004).

Arah pengembangan agrowisata menurut Deasy dalam Nurdiana (2004) yaitu terciptanya penyelenggaraan dan pelayanan yang baik sehingga sebagai salah satu produk pariwisata Indonesia, agrowisata dapat dilestarikan dan dikembangkan dalam upaya diversifikasi pertanian dan pariwisata. Arah pengembangan ini juga disesuaikan dengan potensi dan prioritas pembangunan pertanian di suatu daerah.

2.3.6. Prospek dan Kendala Pengembangan Agrowisata di Indonesia

Menurut Alikodra (1989, dalam Nurdiana, 2004) prospek pengembangan agrowisata di Indonesia dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu :

1. Potensi obyek agrowisata; Indonesia mempunyai sumberdaya pertanian yang melimpah.

2. Potensi pasar; Peranan agrowisata dalam pariwisata nasional adalah meningkatkan keanekaragaman obyek dan lamanya kunjungan (dari segi supply) dan mempengaruhi peningkatan minat berwisata dengan semakin banyak obyek wisata yang ditawarkan (segi permintaan).

3. Kondisi dan perkembangan sarana pendukungnya; Perkembangan agrowisata juga ditentukan oleh aspek ini, antara lain transportasi, telekomunikasi, akomodasi, kemudahan memasuki Indonesia dan jaminan keamanan.

Pengembangan agrowisata menurut Arifin (2001, dalam Nurdiana, 2004) biasanya dihadapkan pada permasalahan penggalian potensi komoditas pertanian unggulan di daerah pada kesesuaian lahan yang tepat, perencanaan dan pengembangan wilayah dikaitkan dengan tata guna lahannya, perencanaan aksesibilitas dan infrastruktur bagi kegiatan pertanian dan wisata, kesiapan sosial budaya masyarakat dalam menerima kunjungan para wisatawan, kondisi

(27)

11

sumberdaya manusia para pelaku kegiatan ini termasuk para petani, pengusaha dalam bidang agroindustri, para pemandu turis hingga pelaku bisnis hotel atau homestay. Menurut Alikodra (1989, dalam Nurdiana, 2004), kendala yang dihadapi dalam pengembangan agrowisata di Indonesia adalah belum dikembangkannya potensi secara optimal, koordinasi belum baik, kemampuan manajerial di bidang pariwisata terbatas serta landasan pengelolaannya terbatas. 2.4. Laboratorium Lapang

Michael (1995) menyatakan organisme dalam suatu lingkungan bertautan erat sekali dengan sekelilingnya, sehingga mereka membentuk bagian dari lingkungan sendiri. Akan terlihat jelas pada pengamat biasa bahwa tumbuhan dan hewan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan seperti iklim dan substrat. Interaksi ini bolak-balik, karena lingkungan diubah oleh aktivitas biota yang menunjang. Bahan-bahan tertentu penting bagi suatu organisme untuk berkembang pesat dalam lingkungan tertentu dan tingkatan kebutuhannya beragam menurut spesies. Pengetahuan dasar tentang kebutuhan berbagai macam organisme yang dapat diduga seseorang. Sebaliknya, keberadaan suatu species dalam lingkungan yang kebutuhan dasarnya diketahui akan memberikan penjelasan yang cukup baik mengenai jenis bahan yang tersedia di dalamnya. Pengaruh lingkungan pengatur terhadap komunitas yang menunjang adalah hasil aksi yang tidak bergantung dan saling terkait dari unsur tanaman yang beragam dalam ruang dan waktu. Interaksi suatu organisme dan lingkungannya menentukan ukuran populasi dan penyebarannya.

2.5. Pesantren

Pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari. Tujuan yang akan dicapai pada setiap pesantren pada dasarnya sama. Menurut Mastuhu (1994), tujuan pesantren adalah menciptakan dan mengembangkan kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan, berakhlak mulia, bermanfaat bagi masyarakat, mampu berdiri sendiri, bebas dan

(28)

teguh dalam kepribadian, menyebarkan agama atau menegakkan Islam dan kejayaan umat Islam di tengah-tengah masyarakat.

Pesantren merupakan suatu komuniti tersendiri, dimana kyai, ustadz, santri dan pengurus pesantren hidup bersama dalam satu kampus, berlandaskan nilai-nilai agama Islam lengkap dengan norma-norma dan kebiasaan-kebiasaannya sendiri. Masyarakat pesantren merupakan suatu keluarga besar di bawah asuhan seorang kyai atau ulama, dibantu oleh beberapa kyai dan ustadz. Dalam dunia pesantren, santri mempunyai dua orang tua, yaitu ibu-bapak yang melahirkan dan kyai yang mengasuhnya (Mastuhu, 1994).

Fungsi pesantren tidak hanya sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga berfungsi sebagai lembaga sosial dan penyiaran agama. Sebagai lembaga pendidikan, pesantren menyelenggarakan pendidikan formal (madrasah, sekolah umum, dan perguruan tinggi), dan pendidikan non formal. Sebagai lembaga sosial, pesantren menampung anak dari segala lapisan masyarakat muslim, tanpa membedakan tingkat sosial ekonomi orang tuanya. Sebagai lembaga penyiaran agama, mesjid berfungsi sebagai mesjid umum yaitu sebagai tempat belajar agama dan ibadah bagi masyarakat umum. Mesjid pesantren sering dipakai untuk menyelenggarakan majelis ta’lim pengajian, diskusi-diskusi keagamaan, dan sebagainya (Mastuhu, 1994).

2.6. Pesantren Pertanian Darul Fallah

Yayasan Pesantren Pertanian Darul Fallah didirikan pada tahun 1960 dan terdaftar di Pengadilan Negeri Bogor nomor 25/1969 AN pada tanggal 16 Maret 1969. Pesantren ini bergerak dalam bidang pendidikan, da’wah dan pengembangan masyarakat. Sejak didirikan telah dibangun perkampungan di atas tanah seluas 26,5 hektar. Luasan ini dibagi menjadi sektor I yaitu blok Lemahduhur dan sektor II yaitu blok Bukit Darul Fallah. Sektor I telah dibangun ruang kelas, kantor, laboratorium, ruang bengkel, ruang kerajinan kayu, gedung pusat pelatihan, asrama santri dan perumahan staf/karyawan. Di tengah-tengah sektor ini berdiri mesjid dengan kapasitas 500 jemaah. Sektor I ini telah dilengkapi jaringan jalan, listrik, air ledeng dan telepon.

(29)

13

Yayasan Pesantren Pertanian Darul Fallah (YPPDF) memiliki sebuah visi yaitu mewujudkan Darul Fallah sebagai lembaga pendidikan, dakwah dan pengembangan masyarakat dengan memiliki keunggulan tersendiri dan menghasilkan SDM yang memiliki ruhul jihad, kreatif, inovatif dan mandiri.

Misi Yayasan Pesantren Pertanian Darul Fallah, yaitu: 1. Pendidikan

Menyelenggarakan dan mengembangkan sistem pendidikan yang unggul dengan kurikulum yang memadukan materi ajaran Islam dan IPTEK dalam jenjang pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan bangsa.

2. Dakwah

Menyelenggarakan dakwah bilhal dengan mengaplikasi ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari dan mendifusikan IPTEK dalam usaha-usaha produktif. Dakwah difokuskan dalam bentuk dakwah bilhal.

3. Pengembangan Masyarakat

Mengembangkan proyek-proyek percontohan qoryah thoyyibah di daerah pedesaan dengan pendekatan menjalin kerjasama dengan instansi atau lembaga terkait.

Selain itu Yayasan Pesantren Pertanian Darul Fallah mempunyai tujuan membentuk pribadi beriman-berilmu-berakhlak Islam yang mandiri dan berdakwah menegakkan agama (Iqomatuddin), yang membina peningkatan harkat kehidupan diri pribadi, keluarga dan masyarakat melalui dakwah dan berwiraswasta yang diridhoi Allah SWT.

(30)

III. METODOLOGI

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Studi perencanaan ini dilakukan di Pesantren Pertanian Darul Fallah, Kecamatan Ciampea, Bogor, Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Cibanteng di sebelah timur, Desa Cinangneng di sebelah selatan, Desa Ciampea di sebelah barat dan Desa Benteng di sebelah utara. Penelitian ini dimulai dari bulan Februari 2009 hingga Januari 2010. Lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar 1.

(31)

15

3.2. Bahan dan Alat

Penelitian perencanaan lanskap laboratorium lapang Pesantren Pertanian Darul Fallah, Ciampea, Bogor sebagai tempat wisata pertanian menggunakan alat survey lapang dan pekerjaan studio. Alat untuk survey lapang yaitu dengan menggunakan GPS type Garmin seri 76CS x untuk menentukan koordinat lokasi dan pembuatan peta dasar, serta kamera digital untuk pengambilan gambaran lokasi dan kuisioner untuk mendapatkan preferensi pengunjung. Alat untuk pengolahan data dan pekerjaan studio yaitu dengan perangkat komputer grafis yaitu AutoCAD 2009, AutoCAD Land Development 2i, Corel Draw 14, Google SketchUp Pro version 7.1.6860 dan Adobe Photoshop CS3 serta dibantu dengan peralatan gambar manual.

3.3. Batasan Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada pengaturan ruang kawasan produktif Pesantren Pertanian Darul Fallah, Kecamatan Ciampea, Bogor seluas 16,92 Ha termasuk di dalamnya jalan, ruang terbuka, kawasan pertanian, kehutanan, peternakan, dan perikanan melalui penataan tata hijau, perencanaan aktivitas wisata, jaringan sirkulasi serta pengadaan fasilitas pendukung wisata di laboratorium lapang Pesantren Pertanian Darul Fallah. Dalam penelitian ini dilaksanakan sampai tahap perencanaan yang hasilnya berupa tulisan dan gambar rencana lanskap (landscape plan).

3.4. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan tahapan kerjanya didasarkan pada tahapan perencanaan menurut Gold (1980). Metode ini mencakup enam tahap yaitu tahap persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis, perencanaan dan perancangan dan pada penelitian ini dibatasi hanya sampai tahap perencanaan dan gambar-gambar penunjang yang menitikberatkan pada aktifitas dan fasilitas wisata yang ada di tapak dengan pendekatan aktivitas program wisata dan melibatkan sedikit aspek sosial.

(32)

Gambar 2. Tahapan Studi Perencanaan (Gold, 1980) Tahapan penelitian yang dilakukan mencakup:

Persiapan

Pada tahap persiapan ini disusun tujuan perencanaan dan berbagai informasi dasar mengenai lokasi, penyusunan rencana kerja dan biaya, pengumpulan informasi tentang program dari instansi terkait dalam pengembangan dan pengelolaan kawasan.

Inventarisasi

Perencanaan diawali dengan pengambilan data dan penghayatan tapak. Pengambilan data meliputi data fisik dan non fisik yang mempengaruhi tapak. Informasi diperoleh dalam bentuk data, survey lapangan, maupun studi pustaka. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di tapak (mengamati keadaan umum, visual tapak, aksesibilitas), pemotretan, dan wawancara dengan pengguna tapak serta pihak yang terkait lainnya. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi pustaka yaitu buku-buku acuan, laporan-laporan pendahuluan, dan bacaan lain yang berhubungan dan mendukung pelaksanaan penelitian. Survey lapang

(33)

17

dilakukan untuk mengetahui keadaan tapak sebenarnya sebagai data penunjang penentuan potensi, kendala, amenity dan danger signal pada tahap analisis. Data yang dikumpulkan berupa aspek biofisik yaitu data lokasi, luas dan aksesibilitas; topografi dan kemiringan lahan; geologi dan tanah; iklim (curah hujan, suhu, angin, kelembaban, intensitas penyinaran); vegetasi dan satwa; visual, aroma, bunyi; hidrologi dan drainase; penggunaan lahan. Dan melibatkan sedikit aspek sosial dalam perencanaan, yaitu wawancara yang dilakukan kepada pihak pengelola dan penyebaran kuisioner untuk menadapatkan preferensi pengunjung terhadap kawasan agrowisata sejenis yang telah berkembang kepada 30 responden. Terakhir adalah data pendidikan berupa kurikulum serta jadwal pelajaran yang diajarkan di pesantren. Untuk lebih lengkap dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Jenis, Bentuk, Sumber dan Cara Pengambilan Data

NO. JENIS DATA BENTUK SUMBER CARA

PENGAMBILAN A. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. ASPEK BIOFISIK

Lokasi dan Aksesibilitas Iklim : a. Suhu Udara b. Curah Hujan c. Kelembaban Udara d. Lama penyinaran matahari e. Kecepatan angin Tanah dan Geologi

a. Jenis Tanah b. Sifat tanah c. Geologi

Topografi dan Kemiringan Lahan:

a. Kontur b. Kemiringan

Lahan Hidrologi dan Drainase:

a. Pola Sirkulasi air b. Pola Drainase c. Air Tanah Vegetasi dan Satwa

a. Jenis vegetasi b. Jenis satwa Pemandangan Pemandangan baik Pemandangan buruk Bunyi

Bunyi air, kendaraan, satwa Sekunder Sekunder Sekunder Sekunder Sekunder Sekunder Sekunder Sekunder Sekunder Sekunder Primer Primer Primer Primer Sekunder Primer Primer Primer Primer Primer Yayasan Pesantren BMG Darmaga BMG Darmaga BMG Darmaga BMG Darmaga BMG Darmaga BMG Darmaga Puslitanah Literatur Puslitanah Survey lapang Survey lapang Tapak Tapak Pengguna Tapak Tapak Tapak Tapak dan sekitarnya Tapak dan sekitarnya Studi Pustaka Studi Pustaka Studi Pustaka Studi Pustaka Studi Pustaka Studi Pustaka Studi Pustaka Studi Pustaka Studi Pustaka Studi Pustaka Pemetaan Pemetaan Survey Lapang Survey lapang Wawancara Survey lapang dan Wawancara Survey Lapang Survey Lapang Survey Lapang

(34)

NO. JENIS DATA BENTUK SUMBER CARA PENGAMBILAN 9. Aroma/Bau

Bau yang mengganggu.

Primer Pengguna Tapak Survey Lapang

B. 1. 2. 3. 4. ASPEK SOSIAL Rencana Pengembangan Pengguna Tapak a. Jumlah Santri b. Perilaku dan Keinginan c. Partisipasi

Keadaan Sosial dan Ekonomi di sekitar PPDF Persepsi dan preferensi pengunjung agrowisata Sekunder Primer Primer Primer Sekunder Primer Yayasan Pengelola Pengguna Tapak Pengguna Tapak Literatur Pengunjung Agrowisata Studi Pustaka Wawancara Wawancara Wawancara Studi Pustaka Kuisioner C. 1. 2. ASPEK PENDIDIKAN Kurikulum pendidikan yang akan diajarkan

Jadwal Pelajaran Sekunder Sekunder Yayasan Pesantren Yayasan Pesantren Wawancara dan studi pustaka studi pustaka

Survey lapang dilakukan untuk mengetahui keadaan tapak yang sebenarnya, sebagai data penunjang untuk penentuan potensi, kendala, amenity dan danger signal pada tahap analisis. Sedangkan studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan data fasilitas standar yang diperlukan, peraturan-peraturan yang mengikat dan membatasi pengembangan kawasan, seta data biofisik dan sosial ekonomi tapak dari hasil penelitian/pengukuran yang telah dilakukan pihak lain sebelumnya. Sedangkan wawancara dan kuisioner yang dilakukan terhadap pengunjung dari agrowisata lain yaitu Taman Buah Mekarsari untuk mengetahui persepsi dan preferensi responden terhadap agrowisata yang telah dikunjungi. Wawancara juga dilakukan untuk mengetahui sejarah serta profil lokasi yang akan direncanakan. Penyebaran kuisioner untuk mendapatkan persepsi dan preferensi pengunjung agrowisata yang dilakukan kepada responden 30 orang yang dipilih secara acak, yang telah berkunjung ke salah satu agrowisata yang telah berkembang.

Analisis Data

Analisis data dilakukan pada data yang telah terkumpul dan merupakan tahap pengolahan dan pembahasan data dari berbagai aspek yang diperoleh, yaitu (1) Tapak atau sumberdaya dari beberapa aspek yang berperan sehingga diketahui potensi, kendala, amenity dan danger signal-nya (2) Aspek sosial meliputi rencana pengembangan, pemanfaatan dan pengelolaan tapak, serta persepsi dan

(35)

19

keinginan pengguna tapak, serta pengunjung agrowisata lain terhadap pengembangan laboratorium lapang menjadi kawasan agrowisata untuk menjadi bahan pertimbangan utama dalam proses analisis dan tahap selanjutnya, (3) Aspek pendidikan yang meliputi kurikulum yang akan diajarkan di pesantren yang berhubungan dengan usaha-usaha produktif yang dapat dikembangkan sebagai suatu atraksi yang potensial.

Analisis dilakukan dengan cara analisis dekskriptif berdasarkan kesesuaian area pengembangan dengan mempertimbangkan potensi, kendala, amenity dan danger signal pada tapak. Peningkatan dan pengembangan potensi dan kenyaman yang terdapat pada tapak diusahakan semaksimal mungkin sehingga dapat mendukung fungsi kawasan yang akan dikembangkan. Sedangkan kendala serta bahaya yang ada pada tapak diusahakan untuk dihilangkan/ditekan seminimal mungkin serta dicari alternatif pemeahan yang efisien. Ciri khas kawasan sebagai tempat tujuan wisata harus dimunculkan dalam menganalisis semua data yang dibutuhkan untuk studi ini. Selain mempelajari berbagai alternatif juga harus memperhitungkan dampak dari perencanaan dan pelaksanaan yang akan dilakukan.

Sintesis

Dari analisis aspek biofisik dan analisis sosial ekonomi serta pendidikan, diketahui alternatif-alternatif kegiatan wisata. Alternatif kegiatan wisata berdasarkan sumberdaya yang diseleksi untuk menetapkan kegiatan wisata pilihan yang memenuhi aspek biofisik, sosial ekonomi dan pendidikan sesuai dengan tujuan dari perencanaan dan keinginan pengguna tapak. Dari hasil pemilihan kegiatan wisata dapat ditentukan fasilitas yang mendukung untuk dapat melakukan kegiatan wisata tersebut.

Konsep

Selanjutnya ditentukan konsep dasar perencanaan yang merupakan gambaran bagaimana kebijakan wisata dilakukan, penyediaan sarana dan prasarana wisata sesuai sumberdaya yang ada pada tapak. Dari konsep dasar kemudian dikembangkan dalam bentuk zonasi ruang yang didasarkan atas fungsi aktivitas dan fasilitas yang akan direncanakan. Konsep ruang menyajikan program

(36)

ruang sesuai fungsinya dalam bentuk block plan. Konsep akhir merupakan gabungan dari konsep-konsep yang dibuat, yang selanjutnya dijadikan acuan bagi pembuatan rencana lanskap (landscape plan).

Perencanaan

Pada tahap perencanaan, konsep yang telah dibuat dikembangkan menjadi rencana yang meliputi rencana ruang, rencana sirkulasi, rencana tata hijau dan fasilitas, serta rencana lanskap secara keseluruhan sehingga menghasilkan landscape plan. Hasil ini harus sesuai dengan tujuan yaitu membuat suatu perencanaan yang mengacu pada konsep pengembangan kawasan.

(37)

IV. INVENTARISASI

4.1. Aspek Fisik

4.1.1. Letak, Luas dan Batas Tapak

Lokasi tapak perencanaan yang merupakan lahan produktif dan praktikum santri Pesantren Pertanian Darul Fallah (disingkat PPDF) secara administratif berada di Jl. Raya Bogor-Ciampea KM 12, Desa Benteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Secara geografis Tapak perencanaan terletak antara 60

32’42,304" LS – 60

33’01,567" LS dan 1060

41’58,439" BT – 106042’24,481" BT. Peta lokasi tapak perencanaan dapat dilihat pada gambar 3.

Luas Tapak yang direncanakan sekitar 16,92 Ha (kurang lebih 63% dari total luas PPDF) merupakan bagian dari PPDF yang luas keseluruhannya 26,5 Ha. Tapak perencanaan (sektor II) berbatasan dengan Kampung Lebak Gunung di sebelah utara; Kampung Semper dan Kampung Gunung Leutik di sebelah timur; selokan (disebut susukan) yang termasuk dalam kawasan Kampung Bong di sebelah selatan; serta selokan, sungai Cinangneng, muara sungai Darul Fallah dan Desa Benteng di sebelah barat.

4.1.2. Aksesibilitas

Jarak Kampus PPDF yang berada di Desa Benteng, Kecamatan Ciampea terhadap pusat-pusat fasilitas/kota dengan menggunakan kendaraan adalah sebagai berikut:

a. Pusat Kecamatan Ciampea terdekat : 1 Km ditempuh 10 menit b. Pusat Kodya Bogor terdekat : 13 Km ditempuh 50 menit c. Ibukota propinsi Jawa Barat : 133 Km ditempuh 3 jam d. Pasar Ciampea : 3 Km ditempuh 20 menit

Untuk mencapai PPDF dapat menggunakan jasa transportasi umum yaitu angkutan kota dan bus ataupun dengan kendaraan pribadi dengan jarak tempuh kurang lebih 60 menit dari Terminal Bogor Baranangsiang menuju jalan Raya Bogor-Ciampea KM 12. Tapak perencanaan berada pada jarak kurang lebih 900 meter dari jalan provinsi.

(38)
(39)

23  

Lokasi ini pun dapat ditempuh dari beberapa kota besar yang ada di sekitarnya dan jalur alternatif dari arah luar kota yang telah banyak digunakan sebagai jalur wisata adalah :

1. Jakarta – Parung - Semplak – Darmaga – Ciampea – Tapak 2. Jakarta (lewat tol) – Bogor – Darmaga – Ciampea – Tapak 3. Jakarta – Tangerang – Rumpin – Ciampea – Tapak

4. Jakarta – Cibinong – Bogor – Darmaga – Ciampea – Tapak

Masing-masing jalur di atas dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan umum yang tersedia cukup banyak. Kendaraan umum yang rutenya melewati jalan Raya Bogor - Ciampea dapat digunakan untuk mencapai PPDF ini. Di antaranya adalah :

1. Angkutan Kota 05 trayek Bogor (Terminal Laladon/Bubulak) – Ciampea

2. Angkutan Kota 05 trayek Bogor (Terminal Laladon/Bubulak) – Leuwi Liang

3. Angkutan Kota 05 trayek Bogor (Terminal Laladon/Bubulak) – Jasinga 4. Angkutan Kota 53 trayek Terminal Laladon – Segog

5. Bus trayek Bogor (Terminal Baranang siang) - Jasinga

Setelah itu berhenti di pertigaan jalan yang terdapat plang berwarna hijau bertuliskan PPDF lalu masuk ke arah Kampung Gunung Leutik. Namun untuk mencapai komplek Pesantren masih harus menempuh jarak kurang lebih 600 meter dari jalan provinsi, dan angkutan yang melayani ke arah ini hanya terdapat ojek. Pelayanan ojek ini mempunyai peranan penting mengingat tidak adanya angkutan umum roda empat di lokasi perencanaan. Peta aksesibilitas dapat dilihat pada gambar 6.

Lokasi tapak perencanaan dapat dicapai melalui dua jalur jalan, yaitu melalui jalur pintu utama (melalui jalan provinsi melewati sektor I), dan melalui jalur sebelah tenggara (melalui Kampung Semper melewati sektor II). Di antara kedua jalur tersebut, yang paling sering dan paling mudah ditempuh adalah jalur pintu utama (Gambar 4), karena jalur sebelah tenggara ditutup oleh sebuah portal dan tidak dibuka untuk umum serta melalui perkampungan penduduk (Gambar 5).

(40)

Kondisi jalan pada tapak perencanaan yang masih berbatu-batu saat ini sudah mengalami perbaikan dengan cara pengaspalan dan jalan menuju PT. DaFa Teknoagro Mandiri (Unit Usaha Pembibitan tanaman) sudah diberi semen untuk mempermudah transportasi ke tempat tersebut, sedangkan jalan masuk ke lahan pendidikan PPDF (Sektor I) ini sudah cukup baik (beraspal) sehingga mudah dilalui. Sektor I dan Sektor II dipisahkan oleh sungai Cinangneng namun dihubungkan dengan sebuah jembatan yang dapat dilalui oleh kendaraan bermotor. Lebar jembatan hanya cukup dilalui oleh satu mobil, dan pembatas jembatan yang terbuat dari tiang besi hanya setinggi 40 cm. Untuk melalui jembatan ini perlu dilakukan pergiliran mobil yang ingin menyeberang, karena daya dukung jembatan yang kurang memadai untuk menampung dua mobil atau lebih. (Gambar 7).

Gambar 4. Kondisi jalan beraspal memasuki sektor I dan merupakan

Pintu masuk utama PPDF

Gambar 5. Kondisi jalan berbatu pada Pintu masuk alternatif di sektor II

(41)

25

(42)

Di sepanjang jalur kendaraan bermotor yang ada di dalam tapak telah ada pola penanaman pohon, namun pemilihan tanamannya masih bervariasi dan tidak ada keseragaman antara pohon yang satu dengan pohon yang lain, sehingga nilai keindahannya masih belum maksimal walaupun nilai fungsionalnya berupa peningkatan kualitas lingkungan telah tercapai. Pohon-pohon pengarah jalan itu di antaranya mahoni (Swietenia mahogani), melinjo (Gnetum gnemon), kelapa (Cocos nucifera), palem ekor ikan (Caryota mitis), kopi (Coffea sp.), palem raja (Roystonia regia).

Gambar 7. Jembatan yang menghubungkan sektor I dengan sektor II 4.1.3. Geologi dan Jenis Tanah

Jenis geologi pada tapak menurut Peta Geologi Lembar Bogor Direktorat Geologi (Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, 1998) adalah tergolong formasi Qva (Quarter Vulkanik Aluvium) yaitu batuan endapan permukaan berupa kipas aluvium terutama terdiri dari liat pasir, kerikil, dan kerakal dari batuan vulkanik kwarter. Bahan induknya berupa tuf andesit menurut peta tanah Semi Detail Daerah Parung-Depok-Bogor-Ciawi (Lembaga Penelitian Tanah, 1979) dan dapat dilihat pada gambar 8.

Berdasarkan peta digital tanah Kabupaten DATI II Bogor yang dibuat oleh Bappeda Kabupaten Bogor, jenis tanah PPDF adalah latosol coklat. Sedangkan peta tanah Semi Detail Daerah Parung-Depok-Bogor-Ciawi (1979) dari Lembaga Penelitian Tanah menunjukkan jenis tanah PPDF termasuk latosol coklat kemerahan dengan tekstur tanah halus dan berdrainase sedang serta bentuk wilayahnya bergelombang dengan punggung-punggung melandai. pH tanahnya sendiri berkisar antara 5-7. Dari peta digital ini juga didapat informasi bahwa

(43)

(44)

kelas kesesuaian wilayah dari tapak perencanaan sangat sesuai dengan tanaman semusim, tanaman tahunan dan padi sawah. Peta digital ini dapat dilihat pada gambar 8.

1.1.3. Ketinggian, Topografi, dan Kemiringan Lahan

Tapak perencanaan berada pada ketinggian 158 - 188 meter di atas permukaan laut (hasil survey dengan GPS) atau 107 - 153 meter di atas permukaan laut (Rencana Pengembangan dan Pembangunan Darul Fallah) dengan kondisi topografi bergelombang dengan kemiringan lahan yang cukup bervariasi. Tapak perencanaan semakin tinggi ke arah utara dengan kelas kemiringan mulai dari 0-3% (datar), 3-8% (landai), 8-25% (miring), 25-45% (agak curam), >45% (curam). Gambar 9 memperlihatkan pola topografi yang terdapat pada tapak perencanaan. Sedangkan peta kelas kemiringan lahan terdapat pada Gambar 10 yang meliputi kemiringan 0-3% (0,02 ha), kemiringan 3-8% (2,15 ha), kemiringan 8-25% (11,92 ha), kemiringan 25-45% (2,77 ha), kemiringan lebih dari 45% (0,06 ha). Keadaan keseluruhan berupa daratan yang luasnya 16,92 ha (169.200 m2). Untuk persentase luas kemiringan lahan ditunjukkan dengan Tabel 2.

Tabel 2. Persentase Luas Kemiringan Lahan

Kemiringan Klasifikasi Persentase (%) Luas (ha)

0-3% 3-8% 8-25% 25-45% >45% Datar Landai Agak Curam Curam Sangat Curam 0,12 12,71 70,45 16,37 0,35 0,02 2,15 11,92 2,77 0,06 Luas Keseluruhan 100 16,92

Sumber: Survey lapang April 2009

1.1.4. Iklim

Berdasarkan data iklim yang tercatat pada Stasiun Klimatologi Kelas I Darmaga Bogor (ketinggian 190 di atas permukaan laut), yang diukur pada 6032’LS – 6033’LS dan 106041’BT – 106042’BT pada ketinggian 158-188 meter di atas permukaan laut, dan diukur pada rentang tahun 2002-2008 menunjukkan karakteristik beberapa unsur iklim makro Bogor yang meliputi suhu udara, curah hujan, kelembaban nisbi, lama penyinaran matahari dan kecepatan angin.

(45)
(46)
(47)

31

 

Data iklim makro Bogor tahun 2002-2008 dapat dilihat pada tabel 3 dan disajikan dalam bentuk grafik pada tiap unsurnya.

Tabel 3. Data Rata-Rata Unsur Iklim Tapak Tahun 2002-2008 Bulan T Rata-rata (0C) T Maks (0C) T Min (0C) RH Nisbi (%) CH (mm) IP (%) KA (km/jam) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 25,6 24,4 25,5 25,9 26 28,6 28,8 28,7 29,3 29,2 28,7 28,1 31,4 29,7 32,2 32,3 32,2 31,9 32,2 32,3 33,1 33 32,3 31,4 22,1 21,9 22,1 22,3 21,8 21,3 20,7 21,3 21,4 21,6 22,3 21 86 89,5 86,5 86 83 83 79 79,5 79 82 85,5 87 367,5 426 539 263,5 326 241,5 185,5 165 294 318,5 446,5 310,5 52,5 27,5 54,5 65,5 76,5 77 86,5 79,5 81,5 74 60,5 43 2,7 2,8 2,4 2,2 2 1,9 2,1 2,3 2,5 2,3 2,4 2,5 Rata-rata 27,4 32 21,6 83,8 323,6 64,9 2,3

Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Balai Wilayah II Stasiun Klimatologi Klas I Darmaga

Bogor

Keterangan :

T Rata-rata : Suhu Rata-rata IP : Intensitas Penyinaran

T Maks : Suhu Maksimum CH : Curah Hujan

T Min : Suhu Minimum KA : Kecepatan Angin

RH Nisbi : Kelembaban Nisbi

  

- Suhu

Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor mencatat suhu udara rata-rata bulanan yaitu 27,40 C dengan kisaran 24,40 C – 29,30 C. Suhu terendah pada Bulan Februari dan tertinggi pada bulan September. Sedangkan suhu udara maksimum bulanan bervariasi, suhu terendah 29,70 C terjadi pada bulan Februari dan suhu tertinggi pada bulan September yaitu 33,10 C, dengan rata-rata suhu udara maksimum bulanan yaitu 320 C. Suhu udara minimum bulanan pun bervariasi, suhu terendah terjadi pada bulan Juli yaitu 20,70 C sedangkan suhu tertinggi terjadi pada bulan April dan November yaitu 22,30 C, dengan rata-rata suhu udara minimum bulanan yaitu 21,70 C (Lampiran 1.1).

Data suhu udara yang diperoleh dari Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor digunakan untuk memprediksi suhu pada tapak dengan menggunakan rumus Braak (1961, dalam Purnama, 2007). Rumus Braak dituliskan sebagai berikut.

(48)

T2 = T1 + (H2 – H1) 100 x 0,6 Dimana : T2 = Suhu rata-rata areal studi (0C)

T1 = Suhu rata-rata Stasiun Klimatologi Darmaga (0C) H2 = Ketinggian rata-rata Stasiun Klimatologi Darmaga (m) H1 = Ketinggian rata-rata areal studi (m)

Dari rumus di atas diperoleh suhu udara rata-rata bulanan dari 24,70 C – 29,60 C, terendah pada bulan Februari dan tertinggi pada bulan September. Suhu udara maksimum bulanan bervariasi, suhu maksimum terendah 29,90 C terjadi pada bulan Februari dan suhu maksimum tertinggi 33,30 C terjadi pada bulan September. Suhu udara minimum bulanan juga bervariasi dilihat dari suhu minimum terendah 20,90 C terjadi pada bulan Juli dan suhu minimum tertinggi 22,50 C terjadi pada bulan April dan November. Tabel 4 menunjukkan data suhu udara T Braak dan grafiknya dapat dilihat di lampiran 1.2.

Tabel 4.Tabel Suhu Udara T Braak

Parameter

Suhu udara rata-rata (˚C) Suhu udara maksimal (˚C) Suhu udara minimal (˚C) januari 25,88 31,68 22,48 februari 24,68 29,98 22,18 maret 25,78 32,48 22,38 april 26,18 32,58 22,58 mei 26,28 32,48 22,08 juni 28,88 32,18 21,58 juli 29,08 32,48 20,98 agustus 28,98 32,58 21,58 september 29,58 33,38 21,68 oktober 29,48 33,28 21,88 november 28,98 32,58 22,58 desember 28,38 31,68 21,28 - Kelembaban Nisbi

Kelembaban nisbi (relative humidity) menunjukkan persentase uap air di dalam udara. Nilai terendah terjadi pada bulan Juli dan September (79%) dan nilai tertinggi terjadi pada bulan Februari (89,5%) dapat dilihat pada Lampiran 1.3.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menggunakan metode Fuzzy Inference Sistem (FIS) untuk menentukan obat yang sesuai untuk menjaga agar tekanan darah penderita penyakit hipertensi dan kadar gula darah

dilakukan ke unit pelaksana namun juga ada kunjungan lapangan ke salah satu lapangan pembangkit energi (skala kecil/besar) agar peserta diklat mendapatkan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kekerasan pada pisau berbahan baja karbon menengah hasil proses hardening dengan media pendingin yang berbeda,

digunakan dalam pengukuran ini adalah skala Likert dari 1 (sangat tidak setuju) sampai.. dengan 5 (sangat

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam 2 siklus dengan menerapkan Metode Smart Games dalam pembelajaran Matematika pada siswa Kelas IX B

[r]

Bagi India dan Singapura yang bergantung pada perdagangan laut, pembajakan dan perampokan bersenjata di wilayah perairan mengganggu aktifitas pengguna jalur laut

Menggunakan analisis kekeringan dengan metode flow duration curve (FDC) di DAS Keduang.Yang kemudian kriteria kekeringan berdasarkan pada kriteria bulan kering