• Tidak ada hasil yang ditemukan

Luas keseluruhan sektor II adalah sebesar 16,92 Ha. Pada awalnya, sektor II ini termasuk lahan yang gersang maka untuk mengatasinya diadakan penghijauan sehingga tanaman yang ditanam hanya untuk konservasi dan bukan untuk keindahan semata. Namun dewasa ini, sudah ada pola penggunaan lahan di Sektor II seperti terlihat pada peta penggunaan lahan yaitu pada gambar 31, sedangkan peta inventarisasi bangunan di Sektor II PPDF dapat dilihat pada gambar 32.

Pemanfaatan lahan di lokasi perencanaan secara garis besar meliputi lahan pakan hijauan ternak, kebun nilam, lahan peternakan, pertanian, hutan, laboratorium kultur jaringan dan perikanan. Sedangkan lahan yang belum dimanfaatkan berupa semak dan pepohonan yang tidak tertata sebesar 65.328 m2.

- Lahan Pakan Hijauan Ternak

Lahan yang ditanami rumput gajah (Pennisetum purpureum Schumach) seluas 30.361 m2 yang hasilnya akan dialokasikan untuk pakan ternak.

- Kebun nilam (Pogostemon cablin)

Lahan pertanian tanaman aromatik berupa nilam (Pogostemon

cablin) seluas 11.238 m2 yang letaknya menyebar yaitu di utara tapak, sebelah barat tapak dan di sebelah barat laboratorium kultur jaringan.

51  

- Pertanian

Lahan pertanian seluas 3.062 m2, tanaman yang dibudidayakan terdiri dari kangkung (Ipomoea aquatica), bayam (Amaranthus sp), ubi jalar (Ipomoea batata), cabai (Capsicum annum), terong (Solanum

melongenae). Lahan pertanian ini berada di sebelah timur tapak,

bersebelahan dengan jalur masuk alternatif ke tapak.

Gambar 33. Lahan pertanian ubi jalar - Peternakan

Lahan peternakan seluas 6.459 m2, terdiri dari kandang untuk kambing perah yang berkapasitas 70 ekor seluas 24x10 meter, kandang untuk sapi perah yang dengan kapasitas 40 ekor seluas 40x12 meter, kemudian kandang untuk sapi potong bekapasitas 400 ekor seluas 60x32 meter. Selain itu pada lahan peternakan ini juga terdapat rumah dan mess karyawan untuk menjaga kandang. Kemudian kantor pengelola seluas 18,7x9,3 meter, tempat pengelolaan susu, tempat pengolahan kotoran menjadi kompos, pabrik pakan ternak dengan kapasitas 100 ton/bulan seluas 14,6x17,1 meter dan reservoir air seluas 165,24 m2.

Dekat area peternakan juga terdapat area yang digunakan untuk mengolah hasil ternak menjadi susu dan yoghurt yaitu sebelah timur tapak, bersebelahan dengan jalur masuk alternatif ke tapak. Tidak hanya hasil peternakan namun hasil olahan lidah buaya juga diproduksi di sini dengan memberdayakan masyarakat sekitar tapak. Dengan fasilitas pendopo dan ruang tempat pengolahan hasil ternak serta lidah

buaya yang terdapat dalam satu bangunan berukuran 19,6x8,3 m. Di sebelah bangunan ini terdapat rumah karyawan yang bersebelahan dengan jalan alternatif PPDF berukuran 16,6x9,6 m.

- Perikanan

Pada lahan perikanan terdapat kolam yang diisi dengan ikan nila, bawal, dan lele yang keseluruhannya berjumlah kurang lebih 250.000 ekor dengan alokasi lahan seluas 2.820 m2 serta bangunan penunjang seluas 15,4x6,2 meter. Di lahan perikanan ini ikan-ikan yang ada hanya dipelihara untuk pembesaran dan tidak untuk dipancing karena hasilnya akan dipanen kemudian dijual.

- Kehutanan

Kehutanan lebih difokuskan pada lahan di bukit karena merupakan daerah yang paling tinggi, terjal dan rawan erosi sehingga konservasi sangat dibutuhkan untuk daerah seperti ini. Vegetasi bambu betung (Dendrocalamus asper), sengon (Paraserianthes falcataria) dan karet (Havea brasiliensis) mendominasi tapak ini. Lahan ini dimanfaatkan sebagai hutan rakyat yang bertujuan untuk menumbuhkan dan mendukung program lain seperti wisata rohani, outbound, percontohan dan pendidikan kehutanan, dengan menggunakan alokasi lahan seluas 45.849 m2 dan disebut Bukit Darul Fallah oleh warga pesantren.

Gambar 34. Area Hutan di bukit Darul Fallah - Laboratorium Kultur Jaringan

Sebuah unit usaha pembibitan kultur jaringan Yayasan PPDF yang mulai mengembangkan produksi bibit melalui kultur jaringan secara komersial. Kultur Jaringan (Tissue Culture) adalah teknik isolasi

53  

tanaman, seperti batang, tunas, dan daun yang yang berasal dari tanaman sehat dan unggul serta dikerjakan secara aseptik di laboratorium. Saat ini telah memproduksi berbagai bibit tanaman holtikultura, kehutanan dan perkebunan. Bibit yang telah diproduksi antara lain kentang granola dan atlantic, pisang buah (Tanduk, Ambon, Emas, Mulubebe), pisang abaca, Chrysanthemum (20 jenis), Anggrek (Phalaenopsis, Dendrobium), Jati Kencana (fast growing) dan vanili. Dengan aset perusahaan yang dimiliki antara lain bangunan laboratorium, nursery net house dan lahan benih, alokasi lahannya seluas 4.083 m2. Serta dengan kapasitas produksi bibit 500.000 bibit per bulan diharapkan menjadi sarana bagi santri untuk dapat mempelajari dan mempraktekkan pengetahuan yang dimilikinya.

Gambar 35. Laboratorium Kultur Jaringan 1.1. Profil Umum PPDF

Yayasan PPDF didirikan berdasarkan Akta Notaris JLL. Wenas di Bogor pada tanggal 9 April 1960 No. 12. Yayasan PPDF terdaftar dalam buku registrasi di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Bogor pada tanggal 16 Maret 1969 di bawah No. 25/1969 AN.

Perkampungan Pesantren dibangun mulai bulan Juni 1960 di atas lahan tanah wakaf dari R.H.O. Djunaedi seluas 26,5 Ha. Pengesahan terhadap pengwakafan areal lahan itu disyahkan oleh Kepala Pengawas Agraria Karesidenan Bogor pada tanggal 20 Juni 1961, dengan piagam No.114/1961.

Areal itu terletak di dua blok yaitu blok Lemahduhur dan blok bukit Darul Fallah, yang dipisahkan oleh Sungai Cinangneng.

Keberadaan PPDF ini adalah sebagai jawaban terhadap berbagai persoalan yang dihadapi umat Islam Indonesia, yaitu mayoritas penduduk Muslim ada di daerah pedesaan dan berada dalam keadaan yang sangat memprihatinkan. Sebagian besar mereka adalah kaum dhu’afa, kualitas pendidikannya sangat rendah, tidak memiliki keterampilan yang memadai dalam berbagai bidang, terutama dalam mengelola sumberdaya alam yang berlimpah dan sebagainya. Atas dasar inilah para pendiri pesantren menetapkan pola kurikulum berbasis pertanian. Pertanian dalam arti luas meliputi: peternakan, perikanan, kehutanan, perkebunan, pertukangan dan perbengkelan (agribisnis), yang dipadukan dengan pendidikan agama. Tujuannya untuk mencetak manusia/santri yang memiliki keterampilan di bidang pertanian, perdagangan dan perusahaan. Kemampuan, kesempatan serta keterampilan itu digunakan untuk ibadah serta menegakkan amal perbuatan yang baik di segala bidang. Untuk menjawab tantangan di atas, maka ditetapkan nama pesantren yaitu Pesantren Pertanian Darul Fallah.

Nama ini dipilih agar keseluruhan sifat, peranan, kepribadian dan sistem pendidikan kewiraswastaan yang terpadu sebagai lembaga pendidikan dan penyiaran agama Islam dapat dipertahankan dan dikembangkan terus menerus. Darul Fallah secara harfiah dapat diartikan sebagai “rumah petani” atau “kampung pertanian”. Fallah dengan dua L, artinya pendidikan, peningkatan dan pengembangan kader-kader masyarakat tani (desa) ke arah tercapainya tujuan

Hayya alal Falaah, yakni kebahagiaan lahir batin, dunia dan akhirat (Tuanaya,

2007).

Darul Fallah sendiri mempunyai beberapa unit usaha yang dikembangkan, di antaranya: (1) Peternakan sapi dan kambing yang memproduksi susu dan penggemukan, (2) Perikanan yang dikelola oleh warga pesantren, (3) PT. DaFa Tekno Agro Mandiri dengan usaha memperbanyak bibit secara kultur jaringan, (4) Nata de coco merk Amalia yang dikelola oleh warga pesantren, (5) Nata de

55  

dengan usaha simpan pinjam, kantin, wartel, (7) Pertukangan dan Perbengkelan (8) Pengembangan hutan rakyat, (9) Agrowisata rohani dan outbond.