• Tidak ada hasil yang ditemukan

VII. PERENCANAAN LANSKAP

7.4. Rencana Tata Hijau

7.4. Rencana Tata Hijau

Rencana tata hijau yang dikembangkan di tapak tentunya harus memperkuat konsep agrowisata itu sendiri, sehingga pemilihan tanaman tidak hanya berdasarkan karakteristik tapak tetapi juga berdasarkan fungsi dan estetikanya yang dapat menunjang konsep agrowisata. Berdasarkan konsep tata hijau yang telah disusun sebelumnya, rencana tata hijau ini dibagi menjadi tata hijau yang memiliki fungsi produksi, estetika, arsitektural dan fungsi konservasi.

7.4.1. Tata Hijau Produksi

Tata hijau produksi yang ada di tapak tentunya menjadi fokus dari agrowisata ini, selain sebagai objek dan atraksi wisata, hasil panen maupun olahan dari tata hijau produksi ini dapat menarik perhatian pengunjung dan bernilai ekonomis tinggi. Tanaman yang akan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan ruang, di antaranya pada lahan pertanian, perkebunan, lahan konservasi tanah (kehutanan) dan lahan hijauan ternak. Tanaman yang dikembangkan adalah sayuran, buah-buahan, tanaman obat, aromatik, tanaman hias, hijauan pakan ternak dan tanaman perkebunan. Sayuran yang ditanam antara lain kangkung (Ipomoea reptans), terung (Solanum melongenae), bayam (Amaranthus sp.), sawi (Brassica juncea), tomat (Lycopersicum esculantum), cabai (Capsicum annum), bawang merah (Allium cepa), kailan (Brassica alboglabra), pak choi (Brassica

rapa).

Buah-buahan yang ditanam antara lain pisang (Musa sp.), belimbing (Averrhoa carambola), jambu (Psidium guajava), jeruk (Citrus sp.), nangka (Artocarpus Heterophyllus), mangga (Mangifera indica), durian (Durio

zibethinus), dan rambutan (Nephelium lappaceum).

Tanaman obat yang ditanam di antaranya jarak pagar (Jatropha curcas), kumis kucing (Orthosiphon spicatus), sambung nyawa (Gynura procumbens) dan lidah buaya (Aloe vera).

Tanaman aromatik yang ditanam adalah kayu manis (Cinnamomum

burmanii), cempaka (Michelia campaka), dan melati (Jasminum sambac).

Tanaman aromatik ini bisa berfungsi sebagai produksi di samping sabagai mereduksi bau tak sedap di sekitarnya. Tanaman perkebunan yang ditanam untuk wisata tanaman perkebunan adalah kakao (Theobroma cacao) dan kopi (Coffea

sp). Tanaman hias yang dikembangkan di tapak antara lain iris (Iris sp.),

simbang darah (Iresine herbstii), Euphorbia sp., lidah mertua (Sanseviera trifasciata), krokot (Althernantera ficoides), lili paris (Chlorophytum comosum),

puring (Codiaeum variegatum), sri rezeki (Aglaonema), daun bahagia (Dieffenbachia sp), daun pilo (Philodendron sp), asparagus (Asparagus sp), bromelia (Bromelia sp), maranta (Calathea sp), sutra bombay (Portulaca

grandiflora), gerbera (Gerbera jamesonii), bakung (Crinum sp), dan jengger ayam

(Celosia sp). anggrek (jenis Phalaenopsis dan Dendrobium) dan krisan (Chrysanthemum morifolioum). Dan tanaman yang dikembangkan di ruang pembibitan adalah jati kencana fast growing, mahoni (Swietenia mahagoni), mahkota dewa (Phaleria macrocarpa), nilam (Pogostemon cablin), zodia dan salam (Eugenia aperculata).

Tanaman yang dikembangkan pada lahan hijauan ternak adalah rumput gajah (Pennisetum purpureum Schumach var King grass) yang digunakan untuk pakan ternak, sedangkan tanaman produksi yang ada di lahan konservasi tanah (kehutanan) adalah sengon (Paraserianthes falcataria).

Penanaman dilakukan secara berkelompok pada setiap petak dengan syarat budidaya masing-masing jenis tanaman, selain itu pengaturan jarak tanam dan pola tanam harus teratur sehingga efisien dalam pemeliharaan dan kebutuhan ruang.

7.4.2. Tata Hijau Estetika

Perencanaan tata hijau estetika lebih diarahkan kepada keindahan tanaman dari segi penampilan dan komposisinya dengan tanaman lain. Segi penampilan itu didapat dari keunikan tanaman, baik sebagian maupun keseluruhan tanaman. Tata hijau estetika ini dapat dibentuk dari bentukan komposisi tanaman secara organik maupun geometrik pada ruang-ruang yang memfokuskan pada keindahan, di antaranya ruang penerimaan, pelayanan dan ruang rekreasi religi yang membutuhkan komposisi tanaman sebagai daya tarik wisata.

Tanaman yang dipilih selain menampilkan keindahan secara fisik, juga memiliki fungsi tertentu. Seperti pada ruang pelayanan utama, pemilihan tanaman didasarkan kepada komposisi dengan tanaman lain seperti, kemudian palem putri (Veitchia merilii) yang ditanam dengan soka (Ixora coccinea) yang

171  

mengelilinginya. Ataupun pohon flamboyan (Delonix regia) yang berfungsi sebagai peneduh dengan hamparan kacang-kacangan (Arachis pintoi) di bawahnya. Ataupun tanaman display yang berada di tengah plaza yang merupakan

focal poin pada area pelayanan utama ini dengan menggunakan pohon pisang

kipas (Ravenala madagascaria), bira (Alocasia macrorrhiza), drasena (Dracaena sp.), bunga kertas (Zinnia elegans), dan kacang-kacangan (Arachis pintoi) serta penggunaan rumput gajah mini (Axonopus compresus) sebagai permadaninya. Hanjuang (Cordyline terminalis) dan anggrek tanah (Spathoglotis plicata) sebagai tanaman border antara plaza dengan hamparan rumput. Terdapat tanaman air pada ruang penerimaan, ruang pelayanan utama dan ruang rekreasi religi untuk menambah kesan estetis pada ruang ini di antaranya melati air (Echinodorus

macrophyllus), papirus (Cyperus papirus), dan teratai (Nymphaea lotus).

Pada ruang rekreasi religi yang digunakan untuk tempat kontemplasi dan beribadah ini memerlukan suasana yang tenang dan bersifat private, karena area ini bersebelahan dengan ruang rekreasi outbond seperti berkemah maupun piknik maka komposisi tanaman sebagai pembatas harus memperhatikan fungsi dan estetikanya. Pemilihan tanamannya adalah bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea) dengan kerapatan yang tinggi sehingga area ini bersifat private, kembang merak (Caesalpinia pulcherrima) juga ikut menyemarakkan tapak dengan semarak warna bunganya merah kekuningan. Penanaman pohon dadap merah (Erythrina

cristagali) pun ikut menyemarakkan area ini dengan bunganya yang berwarna

merah dan tajuknya yang rindang sebagai atap bagi ruang ini.

Setiap pertigaan jalur sirkulasi juga terdapat komposisi tanaman dan papan penunjuk arah untuk mempermudah pengunjung. Komposisi tanaman ini berisi adam hawa (Rhoeo discolor), kembang kancing (Gomphrena globosa), dan bunga tasbih (Canna sp.) yang mengelilingi papan penunjuk jalan tersebut.

7.4.3. Tata Hijau Arsitektural

Tata hijau arsitektural ini terdiri atas fungsi pengarah, fungsi peneduh, fungsi pemagar, dan fungsi pereduksi bau.

- Tata hijau Pengarah

Fungsi pengarah pada tata hijau di sini berguna untuk mengarahkan sirkulasi kendaraan, dan pejalan kaki. Tanaman pengarah pada tapak diletakkan di

sepanjang jalur sirkulasi kendaraan yang berfungsi untuk mengarahkan pergerakan sekaligus sebagai peneduh. Karakteristik pohon yang digunakan di pinggir jalan ini tidak mempunyai akar yang besar, mudah tumbuh pada tanah yang padat, tahan terhadap hembusan angin yang lemah sampai sedang, akar tanaman menembus serta mencengkeram tanah sampai ke lapisan yang dalam, buah tidak terlalu besar, serasah yang dihasilkan sedikit, cukup teduh tapi tidak terlalu gelap, tahan terhadap pencemar dari kendaraan bermotor (Dahlan, 2004).

Vegetasi yang ditanam di tepi jalan antara lain: Jati mas (Cordia cebestana), kayu manis (Cinnamomum burmanii), Palem raja (Roystonea regia), hanjuang (Cordyline terminalis), Karet (Havea brasiliensis), kasia (Cassia surattensis). - Tata hijau Peneduh

Tata hijau peneduh merupakan tata hijau yang berfungsi sebagai ameliorasi iklim. Pada tapak terletak di beberapa titik pada jalur sirkulasi sekunder, serta di ruang penerimaan seperti tempat parkir, ruang pelayanan utama, ruang wisata tanaman hias dan juga tempat rekreasi outbond dan rekreasi religi untuk mendapatkan kesan teduh pada tempat-tempat tersebut. Vegetasi peneduh yang ditanam di antaranya flamboyan (Delonix regia), kecrutan (Spathodea

campanulata), sengon (Paraserianthes falcataria), dan bungur (Lagerstromia speciosa) dan ketapang (Terminalia cattapa).

- Tata hijau Pembatas

Tata hijau pembatas digunakan membatasi tapak dengan lingkungan luar. Juga digunakan untuk membatasi ruang yang satu dengan ruang yang lain. Vegetasi pembatas yang ditanam di tapak di antaranya kirai (Metroxylon spec.), kasia (Cassia glauca), bunga kupu-kupu (Bauhinia blakeana), kolbanda (Pisonia

grandis), kembang merak (Caesalpinia pulcherrima), bayam-bayaman (Coleus blumei), soka (Ixora javanica), Nusa indah (Mussaenda erythrophylla).

- Tata hijau Pereduksi Bau

Tata hijau pereduksi bau digunakan pada daerah sekitar area peternakan untuk mengurangi aroma tidak sedap dari kandang sehingga tidak mengganggu aktivitas wisata di daerah sekitarnya. Pemilihan tanaman pereduksi bau ini diantaranya kenanga (Cananga odoratum), dan kamboja (Plumeria rubra).

173  

7.4.4. Tata Hijau Konservasi

Tata hijau konservasi meliputi tanaman untuk konservasi tanah dan air. Berfungsi untuk menjaga persediaan dan kualitas air, dan mencegah terjadinya longsoran dan erosi. Jenis pohon yang berfungsi sebagai konservasi pada tapak di antaranya bambu betung (Dendrocalamus asper), bambu kuning (Phyllostachys

sulphurea), sengon (Paraserianthes falcataria), jati (Tectona grandis). Selain

vegetasi jenis pohon, vegetasi semak maupun groundcover juga dapat berfungsi efektif untuk pengontrol erosi seperti serunai rambat (Widelia biflora), dan lantana (Lantana camara).