• Tidak ada hasil yang ditemukan

VII. PERENCANAAN LANSKAP

7.1 Rencana Ruang, Fasilitas dan Utilitas

7.1.12. Ruang Wisata Peternakan

terhadap mutu bunga potong anggrek dipengaruhi dan ditentukan oleh produsen dan trend luar negeri. Pada saat ini anggrek yang dominan disukai masyarakat adalah jenis Dendrobium (34%), diikuti oleh Oncidium Golden Shower (26%), Cattleya (20%) dan Vanda (17%) serta anggrek lainnya (3%). Pemilihan warna bunga anggrek yang dikonsumsi banyak dipengaruhi oleh maksud penggunaannya. Pada hari Natal warna bunga yang disukai didominasi oleh warna putih; pada hari Imlek disukai warna merah, pink dan ungu; untuk keperluan ulang tahun banyak digunakan warna lembut, seperti putih, pink, ungu, sedangkan untuk menyatakan belasungkawa umumnya digunakan warna kuning dan ungu (Suryana dkk, 2005).

7.1.11. Ruang Wisata Tanaman Perkebunan

Ruang wisata tanaman perkebunan terdapat di selatan tapak. Area ini memanfaatkan tanaman perkebunan yang telah ada di tapak, diantaranya kakao (Theobroma cacao) seluas 4.580 m2 yang terletak di sekitar daerah konservasi air (selokan) dan kopi (Coffea sp) seluas 2.994 m2 yang terletak di sekitar daerah konservasi tanah. Jarak tanam untuk tanaman kakao (Theobroma cacao) ini adalah 1,5x1,5 m. Jarak tanam untuk tanaman kopi (Coffea sp) yaitu 2,5x2,5 m. Pada ruang perkebunan ini juga terdapat empat buah saung untuk beristirahat dan pos jaga yang terletak di sekitar jalan setapak sehingga memudahkan pengunjung yang berada di ruang ini.

7.1.12. Ruang Wisata Peternakan

Pada ruang peternakan, kandang kambing dan rumah penjaganya dialokasikan hingga menjadi satu garis lurus dengan kandang sapi perah. Hal ini dimaksud untuk mengefektifkan lahan sehingga kandang kambing dapat terlihat langsung oleh pengunjung. Reservoir air juga diperbesar untuk menyalurkan air ke seluruh tapak, yaitu seluas 20x10 m. Penambahan vegetasi pereduksi bau yang berasal dari kandang juga ditambahkan pada area ini dengan penataan tanaman sehingga kesan estetis dapat dihadirkan di area ini.

Pembuatan plaza pada area peternakan ini juga dimaksud untuk menutupi tanah apabila becek akan semakin menambah aroma tak sedap pada area ini oleh sebab itu plaza ini terbuat dari gravel. Dan juga sebagai penghubung antara fasilitas yang ada di area peternakan ini. Pada area peternakan ini tempat parkir

sebelumnya tidak ada sehingga mobil maupun motor karyawan diparkir secara sembarangan dan menimbulkan ketidak aturan di area ini, maka pembuatan tempat parkir sangat penting agar lahan yang ada dapat digunakan seefektif mungkin. Tempat parkir mobil dan motor karyawan berada di depan kantor pengelola peternakan sedangkan tempat parkir truk pengangkut hewan ternak berada di depan kandang sapi potong yang berada dekat area pertanian, sehingga kebutuhan transportasi untuk pertanian dapat sekaligus dilakukan. Standarisasi tempat parkir sama dengan tempat parkir pada area penerimaan namun untuk parkir motor tidak menggunakan atap dan untuk pakir mobil berbentuk 900. Daya tampung tempat parkir ini yaitu empat buah mobil, enam buah motor dan tiga buah truk.

Tempat pengolahan hasil limbah ternak yang ada di ruang peternakan ini diperbaiki bangunan dan fasilitasnya agar dapat dimanfaatkan dengan maksimal. Selain pengolahan limbah hasil ternak yang dapat dimanfaatkan untuk biogas, juga dapat dibuat pengolahan limbah untuk kompos dari sisa-sisa tanaman maupun kotoran ternak sehingga output (kotoran ternak dan sisa-sisa tanaman) dapat dimanfaatkan dengan maksimal.

Tempat untuk pelatihan di ruang peternakan ini terletak di ruang interpretasi utama yaitu di sebelah tempat pengolahan hasil ternak karena letaknya berdekatan. Pada area ini terdapat fasilitas untuk mengadakan pelatihan berbentuk seperti pendopo yang digunakan untuk tempat berkumpul maupun mengadakan acara seperti pelatihan pertanian. Ruang peternakan dapat dilihat pada gambar 54. 7.1.13. Ruang Lahan Hijauan Ternak

Pada lahan hijauan ternak yang berisi rumput gajah var. King grass yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak. Hijauan ternak ini berguna sebagai serat kasar untuk memperlancar dan mengoptimalkan proses pencernaannya. Oleh karena itu, pemberian hijauan sangat dibatasi oleh batas tertentu yang tidak akan mengganggu proses pencernaan.









Berdasarkan perhitungan kebutuhan hijauan untuk ternak, maka dengan luasan rumput 23.651 m2 yang ada di tapak menghasilkan rumput sebesar 89,4 ton dalam sekali panen. Jika dilihat dari kebutuhan pakan seluruh ternak pada tabel 10, maka rumput tersebut tidak mencukupi oleh sebab itu pemanfaatan lahan yang ada digunakan seefisien mungkin dan kekurangan yang ada dapat dibeli dari luar PPDF sehingga kebutuhan pakan ternak dapat tercukupi.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas hijauan antara lain adalah kepadatan tanaman, waktu pemotongan pertama, tinggi pemotongan dan frekuensi pemotongan (ELLA et al.,dalam Prasetyo, 2004). Umur tanaman pada saat pemotongan sangat berpengaruh terhadap kandungan gizi. Umumnya makin tua umur tanaman pada saat pemotongan makin berkurang kadar protein dan sebaliknya kadar serat kasar makin tinggi (Webster dan Wilson dalam Prasetyo, 2004)

Penanaman rumput gajah dilakukan dengan metoda perbanyakan vegetatif. Cara yang umum diterapkan adalah dengan stek batang dan memecah anakan. Cara stek batang memungkinkan perbanyakan dengan lebih cepat, namun agak sedikit lebih lambat pertumbuhannya dibandingan dengan cara anakan atau pols. Pola tanam rumput gajah ini menggunakan pola monokultur dan lebih rapat. Hal ini berkaitan dengan treatment dan perawatan yang optimal yang akan diberikan. Jarak tanam dalam barisan berkisar 70-100 cm dan jarak antar barisan 70-100 cm (Manglayang Farm, 2006). Dengan arah penanaman utara ke selatan untuk mendapatkan produktivitas tanaman yang tinggi dan pola penanaman searah dengan lereng untuk mengurangi bahaya erosi. Untuk mendapatkan hasil dan ketahanan tinggi, rumput ini ditanam dengan pengairan yang teratur dan pemupukan yang cukup. Pemupukan yang banyak diterapkan biasanya bila rumput sering dipotong / dipanen.

Pada musim penghujan secara umum rumput gajah sudah dapat dipanen pada usia 40 - 45 hari. Sedangkan pada musim kemarau berkisar 50 - 55 hari. Lebih dari waktu tersebut, kandungan nutrisi semakin turun dan batang semakin keras sehingga bahan yang terbuang (tidak dimakan oleh ternak) semakin banyak. Untuk panen pertama setelah tanam, dapat dilakukan setelah rumput berumur

155  

minimal 60 hari. Apabila terlalu awal, tunas yang tumbuh kemudian tidak sebaik yang di panen lebih dari usia 2 bulan (Manglayang Farm, 2006).