• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik, Persepsi dan Preferensi Pengunjung Agrowisata Berdasarkan Hasil Kuisioner

5.2. Kawasan Wisata di Sekitar Tapak

5.3.2. Karakteristik, Persepsi dan Preferensi Pengunjung Agrowisata Berdasarkan Hasil Kuisioner

Menurut PBB dalam Yoeti (1997), wisatawan adalah pengunjung yang tinggal menetap sekurang-kurangnya selama 24 jam di negara yang ia kunjungi dengan maksud:

a. Menggunakan waktu luang (leasure time) seperti untuk rekreasi, libur, cuti, berobat, studi ataupun olahraga.

b. Tujuan bisnis, mengunjungi keluarga, rapat-rapat dinas atau misi tertentu. Agar wisatawan dapat menikmati wisata yang sesuai dengan keinginannya maka pengembangan agrowisata dalam tapak, perlu mengetahui bagaimana persepsi dan preferensi pengunjung dari obyek wisata sejenis yang telah populer melalui penyebaran kuisioner di Taman Wisata Mekarsari, Cileungsi, Bogor.

Bila melihat karakteristik wisatawan pada TWM, terdapat karakteristik wisatawan tertentu yang mendominasi, yaitu wisatawan yang berasal dari Bogor (66,7%), berjenis kelamin laki-laki (56,7%), dengan umur 16-30 tahun (53,3%), dengan pekerjaan sebagai pelajar/mahasiswa (70%), dan pertama kali berkunjung ke lokasi (53,3%). Oleh sebab itu sasaran wisatawan dan pertimbangan preferensi usaha pertanian, bentuk kegiatan dan fasilitas dalam pengembangan agrowisata pada tapak lebih diarahkan pada pengunjung dengan karakteristik tersebut.

Persepsi wisatawan tentang tujuan ke TWM ini adalah untuk menikmati pemandangan alam (56,7%). Sedangkan untuk persepsi tentang agrowisata, wisatawan yang menjawab sebanyak (93,3%) , yaitu diketahui bahwa agrowisata sebagai alternatif wisata dengan alasan bahwa konsep wisata ini dapat menjadi sarana rekreasi yang edukatif sehingga dapat menambah ilmu dan pengalaman yang baru, seperti praktek menanam padi yang tidak akan didapat bila kita berada di tengah kota saat ini. Karena wisata pertanian dapat melepaskan penat masyarakat perkotaan yang justru saat ini banyak yang menginginkan wisata kembali ke alam. Namun dengan bentuk kegiatan yang dapat menarik minat dari semua jangkauan usia.

Hal ini dapat diartikan bahwa pengembangan agrowisata pada tapak sebaiknya lebih diarahkan pada suatu bentuk kegiatan yang memanfaatkan usaha agro sebagai obyek wisata untuk menambah pengetahuan sambil berwisata dan bisa dinikmati pemandangan alamnya.

Preferensi wisatawan terhadap aktifitas di TWM adalah aktif seperti bermain (76,7%), belajar dan berolahraga (66,7%). Maka pemilihan aktifitas yang dapat dilakukan pada tapak lebih bersifat aktif ketimbang aktifitas yang bersifat pasif. Untuk melakukan kunjungan ke agrowisata ini wisatawan lebih memilih untuk pergi beramai-ramai (100%) dibandingkan pergi sendiri. Menurut wisatawan, wisata pertanian yang paling diinginkan adalah agronomi dan hortikultura (36,7%), oleh sebab itu usaha pertanian agronomi dan hortikultura perlu dikembangkan seperti melihat pemandangan, melihat atraksi pertanian dan berkeliling kebun.

Kenyamanan wisatawan menurut preferensinya, dilihat dari banyaknya tempat untuk menikmati pemandangan (beristirahat) dan dari pemandangan hijau yang terhampar (43,3%). Oleh sebab itu perlu penempatan fasilitas untuk menikmati pemandangan di spot-spot tertentu dan pemandangan hijau alami tetap dipertahankan namun tetap tertata dan sesuai dengan tema agrowisata. Untuk masalah kebersihan di tapak, preferensi wisatawan adalah peletakkan tempat sampah yang relatif terjangkau (63,3%) sehingga mengurangi pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh aktifitas membuang sampah sembarangan.

Jenis kegiatan yang paling diinginkan wisatawan pada saat menikmati agrowisata menurut preferensinya adalah outbond (66,7%), berkemah (60%), berkebun (50%), memancing (43,3%). Maka fasilitas yang menunjang kegiatan-kegiatan tersebut perlu dikembangkan pada tapak dengan memperhatikan karakteristik lahan. Fasilitas outbond ditempatkan di bagian barat tapak dengan area yang ditumbuhi pepohonan sehingga terkesan teduh dan penempatan fasilitasnya dilihat dari kemampuan lahan sehingga penggunaanya aman. Area perkemahan yang akan ditempatkan di bagian barat tapak, tepatnya di lahan nilam yang kondisinya semakin kering sehingga perubahan pola penggunaan lahan ini perlu memperhatikan karakteristik lahan untuk membangun fasilitas-fasilitas yang akan dimanfaatkan untuk berkemah. Menurut Sukrismanto (1986) area

dirancang tata letaknya sedemikian rupa sesuai dengan kriteria yang ada mencakup segi-segi:

- Fungsional, yakni memberikan kemudahan dalam melaksanakan kegiatan rekreasi (berkemah)

- Estetika, memberikan kenyamanan dan keserasian dengan lingkungannya sehingga fasilitas yang ditempatkan juga dapat menjadi suatu atraksi tambahan

- Konservasi, fasilitas ditempatkan sesuai dengan kemampuan tapak sehingga aman bagi ekosistem maupun pemakai fasilitas itu sendiri.

Kegiatan berkebun yang dipilih wisatawan yang akan dikembangkan di tapak adalah kegiatan memetik buah yang telah panen. Oleh sebab itu waktu panen tanaman penting diperhatikan untuk mengadakan aktifitas ini di tapak. Kegiatan memancing juga dipilih oleh pengunjung. Harris dan Dines (1988) menyatakan ada tiga hal yang mempengaruhi jenis rekreasi yang berhubungan dengan badan air yaitu kualitas air, fluktuasi air dan pemeliharaan, sehingga untuk menyediakan fasilitas dan aktifitas, ketiga hal tersebut harus diperhatikan. Saat ini, aktifitas memancing belum dikembangkan, area perikanan hanya digunakan untuk budidaya saja, oleh sebab itu perlu penambahan fasilitas untuk mengakomodasi keperluan memancing ini.

Preferensi wisatawan terhadap fasilitas yang mendukung wisata seperti kendaraan menuju kawasan (60%), tempat ibadah (56,7%), warung makan (50%), toilet (50%) perlu diprioritaskan. Untuk kendaraan menuju kawasan, wisatawan dapat menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum yang mudah ditemui. Tempat ibadah seperti Mesjid sudah terdapat di Komplek PPDF namun berada di luar tapak dan berjarak 153 meter dari jembatan menuju tapak perencanaan, oleh sebab itu perlu penempatan mushala berbentuk gazebo di beberapa titik agar memudahkan pengunjung untuk beribadah serta menambah kesan agamis pada tapak. Warung makan dan toilet belum tersedia di tapak oleh sebab itu perlu diprioritaskan karena berhubungan dengan kebutuhan dasar

manusia. Kebersihan dari pembuatan fasilitas-fasilitas ini pun perlu diperhatikan agar fasilitas ini dapat dimanfaatkan oleh wisatawan.

5.3.3. Kebijakan Pihak Pengelola PPDF

Sesuai dengan kebijakan yang akan diterapkan di tapak ini yaitu menjadikannya laboratorium lapang bagi santri sebagai media pendidikan dengan pengembangan area untuk mendukung aktifitas pertanian, peternakan, perikanan dan konservasi, yang akan dimanfaatkan juga sebagai tempat wisata pertanian. Maka pengembangan area pertanian di tapak dapat dilakukan lebih mudah karena eksisting tapak ini sudah terlihat zonasi untuk area perikanan, peternakan, perkebunan, dan kehutanan sehingga perlu penataan dan perencanaan yang tepat untuk membuat laboratorium lapang sekaligus sebagai tempat wisata.

5.3.4. Kebijakan Pemerintah Daerah

Menurut RTRW Kabupaten Bogor, PPDF yang terletak di Desa Benteng, Kecamatan Ciampea termasuk kawasan pertanian lahan basah, yaitu kawasan yang diperuntukkan bagi tanaman pangan lahan basah yang pengairannya dapat diperoleh secara alamiah maupun teknis (dalam hal ini yang dimaksud adalah sawah). Namun kondisi tapak yang kurang sesuai dengan tanaman padi karena topografi lahan yang berbukit dan sumber air yang berada di bawah, maka penanaman padi sawah diganti menjadi tanaman lain yang sesuai dengan konsep pengembangan tapak dengan pemilihan tanaman yang memperhatikan karakteristik lahan.

Berdasarkan Laporan Tahunan Kecamatan Ciampea tahun 2007, analisis potensi pertanian pada kecamatan Ciampea ini akan dikembangkan untuk kegiatan pertanian berupa pertanian lahan basah, agrowisata, lahan kering/perkebunan/palawija. Hal ini merupakan potensi sebagai landasan perencanaan yang dilakukan.

5.4. Aspek Pendidikan

Pengembangan agrowisata tidak terlepas dari kondisi lingkungan sekitar tapak. Laboratorium lapang yang merupakan salah satu fasilitas pendidikan dari PPDF akan dikembangkan menjadi tempat wisata, selain sebagai tempat

aneka tanaman pertanian yang akan dikembangkan di tapak selain dari kurikulum yang telah ditetapkan oleh pesantren.

Berdasarkan jadwal praktikum santri Madrasah Aliyah PPDF pada lampiran 3 yang melaksanakan kegiatan praktikum di tapak, kegiatan praktikum dilaksanakan pada pukul 16.00. Praktikum ini dilaksanakan setiap hari Senin, Rabu, Kamis dan Sabtu oleh kelas X, XI dan XII di tapak perencanaan dengan mata pelajaran Kegiatan Proyek Pertanian. Oleh sebab itu waktu praktikum santri tidak akan terganggu dengan aktifitas wisatawan karena waktu praktikum bukan merupakan waktu yang padat dengan kunjungan wisatawan.