• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak kebijakan fiskal dan moneter

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Dampak kebijakan fiskal dan moneter"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER TERHADAP

TINGKAT INFLASI INDONESIA

Melinda Vionita

Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Pelita Harapan Surabaya

Email: melinda_vionita@yahoo.com

ABSTRAK

Dewasa ini krisis ekonomi merupakan sebuah ancaman bagi kehidupan ekonomi bangsa. Inflasi yang tinggi akibat krisis menurunkan kualitas hidup masyarakat. Krisis ekonomi dan inflasi merupakan hal yag tidak dapat dihindari. Hal ini disebabkan karena krisis ekonomi dan inflasi merupakan hasil dari kegiatan ekonomi global. Ketimpangan pada sebuah negara dapat menyebabkan ketimpangan pada negara lain sehingga tidak jarang menimbulkan efek domino. Oleh sebab itu jalan yang dapat ditempuh pemerintah adalah dengan menjaga kestabilan perekonomian agar tidak terjeremus terlalu dalam ketika krisis terjadi.

Dalam rangka menanggulangi dampak-dampak negatif dari inflasi, pemerintah ikut mengambil andil dalam menciptakan kestabilan dalam sistem perekonomian negara melalui penetapan berbagai kebijakan untuk menanggulangi dampak negatif inflasi. Kebijakan tersebut terbagi menjadi kebijakan fiskal yang berperan dalam penetapan besaran pengeluaran pemerintah dan pajak, sementara kebijakan moneter berperan untuk mengendalikan jumlah uang beredar melalui penetapan tingkat suku bunga.

Studi ini bermanfaat untuk menambah wawasan terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah dalam rangka mencegah terjadinya inflasi. Dalam studi ini juga terkandung beberapa contoh sederhana penerapan kebijakan pada situasi keadaan ekonomi yang berbeda. Pada akhir dari studi ini ditemukan bahwa kebijakan-kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah tidak dapat diterapkan dalam jangka panjang dan dapat berubah sewaktu-waktu sesuai dengan yang dibutuhkan pada saat itu.

Kata kunci: Krisis ekonomi, inflasi, kebijakan fiskal, dan kebijakan moneter.

PENDAHULUAN

Krisis ekonomi merupakan mimpi buruk setiap negara. Dalam hal penanggulangan

krisis ekonomi pemerintah biasanya menerapkan kebijakan-kebijakan untuk menjaga keadaan

perekonomiannya tetap stabil dan terhindar dari krisis. Berdasarkan perjalanan sejarah

perekonomian, Indonesia pernah mengalami krisis ekonomi hebat pada tahun 1998 yang

menyebabkan harga barang mengalami kenaikan hingga tidak tergapai oleh masyarakat dan

(2)

Inflasi merupakan salah satu dampak paling nyata dari krisis ekonomi berupa

kenaikan harga barang secara umum. Secara sederhana inflasi diartikan sebagai

meningkatnya harga-harga secara terus menerus. Inflasi mengakibatkan pertumbuhan

ekonomi menjadi terhambat karena inflasi menyebabkan penurunan nilai tabungan sehingga

masyarakat cenderung berinvestasi dalam bentuk aktiva lain, serta dunia perbankan

mengalami kesulitan likuiditas (Nugroho, 2012). Untuk membendung dampak-dampak inflasi

yang berakibat pada terganggunya stabilitas perekonomian, pemerintah menjalankan

beberapa kebijakan yang bertujuan untuk menjaga jumlah uang yang beredar di masyarakat.

Upaya pemerintah dalam menjaga kestabilan perekonomian diwujudkan melalui

kebijakan yang digunakan pemerintah untuk menangani ancaman krisis ekonomi yakni

kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan

penting dalam suatu negara karena berguna untuk mengendalikan kestabilan perekonomian

dengan mengatur penerimaan (dalam bentuk pajak) dan pengeluaran negara. Meski memiliki

tujuan yang sama dengan kebijakan fiskal, kebijakan moneter berguna untuk mengendalikan

jumlah uang yang beredar melalaui bidang perbankan seperti penetapan tingkat suku bunga.

Ketika dikaji lebih dalam, kebijakan fiskal dan moneter terdiri atas berbagai macam

bentuk yang memiliki dasar yang berbeda-beda. Macam-macam bentuk dari kebijakan

tersebut memiliki dampak yang berbeda terkait dengan penerapannya dalam menanggulangi

masalah inflasi. Melalui kebijakan-kebijakan di atas, pemerintah dapat memilih kebijakan

mana yang paling tepat digunakan sesuai dengan fenomena-fenomena pemicu inflasi yang

terjadi dewasa ini, seperti inflasi oleh peningkatan jumlah uang yang beredar, permintaan

pasar terhadap barang dan jasa, serta kenaikan biaya produksi.

Dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai (1) inflasi, kebijakan fiskal,

dan moneter, (2) macam-macam kebijakan fiskal dan moneter, (3) pengaruh kebijakan fiskal

dan moneter terhadap inflasi yang disebabkan oleh peningkatan jumlah uang yang beredar,

(4) pengaruh kebijakan fiskal dan moneter terhadap inflasi yang disebabkan oleh peningkatan

permintaan barang dan jasa, (5) pengaruh kebijakan fiskal dan moneter terhadap inflasi yang

(3)

INFLASI, KEBIJAKAN FISKAL, DAN MONETER

Kenaikan harga barang secara umum disebut sebagai inflasi. Apabila kenaikan terjadi

hanya pada beberapa barang tertentu saja maka peristiwa tersebut tidak dapat dikategorikan

sebagai inflasi (Direktorat Penyusunan APBN, 2014:78). Menurut Nugroho (2012) inflasi

terjadi akibat kelebihan jumlah uang ya ng beredar di masyarakat sehingga harga barang

mengalami kenaikan dan daya beli masyarakat menurun karena berkurangnya pendapatan riil

masyarakat.

Inflasi disebabkan oleh kenaikan permintaan, bertambahnya biaya produksi, dan

berlebihnya jumlah uang yang beredar di masyarakat. Hal-hal tersebut dapat bersumber dari

dalam Indonesia sendiri atau pun dari luar Indonesia (inflasi kiriman). Untuk menanggulangi

permasalahan ekonomi yang disebabkan oleh inflasi, pemerintah menerapkan

kebijakan-kebijakan untuk menekan laju inflasi yaitu kebijakan-kebijakan fiskal dan kebijakan-kebijakan moneter.

Menurut Kurniawan (2010) kebijakan fiskal merupakan tindakan pemerintah dalam

bidang anggaran belanja negara untuk memengaruhi jalannya perekonomian yang meliputi

penerimaan atas pajak, pengeluaran pemerintah, dan transfer pemerintah. Pengertian serupa

juga dikemukakan oleh Salmon (2015) Ia berpendapat bahwa kebijakan fiskal (fiscal

policy) adalah kebijakan atau pemilihan instrumen yang digunakan untuk mencapai tujuan

yang ditetapkan dalam bidang penerimaan serta pengeluaran pemerintah. Dari pengertian

diatas dapat disimpulkan bahwa kebijakan fiskal merupakan pemilihan instrumen yang

diambil pemerintah dalam bidang penerimaan dan pengeluaran negara meliputi penerimaan

pajak, pengeluaran pemerintah, dan transfer pemerintah.

Secara garis besar kebijakan fiskal memiliki 3 fungsi, yaitu fungsi alokasi, distribusi

dan fungsi stabilitas (Putrapradhana, 2012). Fungsi alokasi bertujuan untuk mengalokasikan

dan mengatur faktor-faktor produksi yang telah ada agar dapat digunakan secara maksimal.

Fungi distribusi mengatur pemerataan pendapatan negara, sedangkan fungsi stabilitas

berfungsi untuk menjaga kestabilan tingkat harga barang kebutuhan pokok, pertumbuhan

ekonomi, dan kesempatan kerja. Dalam hubungannya dengan tingkat inflasi, fungsi stabilitas

merupakan fungsi utama untuk menekan tingginya inflasi.

Selain kebijakan fiskal, kebijakan lain yang bertujuan untuk mengendalikan tingkat

inflasi adalah kebijakan moneter. Kebijakan moneter adalah kebijaksanaan pemerintah

(4)

dalam mendorong, memelihara, dan menciptakan serta mempertahankan tingkat kegiatan

ekonomi yang tinggi, perluasan kesempatan kerja, dan tingkat harga-harga yang stabil

(Kurniawan, 2010:8). Dalam rangka mencapai stabilitas keuangan, BI sebagai penggerak

kebijakan moneter memiliki beberapa peran, yakni (www.bi.go.id) :

1) Bank Indonesia memiliki tugas untuk menjaga stabilitas moneter antara lain melalui

instrumen suku bunga dalam operasi pasar terbuka.

2) Bank Indonesia memiliki peran vital dalam menciptakan kinerja lembaga keuangan yang

sehat, khususnya perbankan.

3) Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk mengatur dan menjaga kelancaran sistem

pembayaran.

4) Melalui fungsinya dalam riset dan pemantauan, Bank Indonesia dapat mengakses

informasi-informasi yang dinilai mengancam stabilitas keuangan.

5) Bank Indonesia memiliki fungsi sebagai jaring pengaman sistem keuangan melalui

fungsi bank sentral sebagai lender of the last resort (LoLR).

MACAM-MACAM KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER

Kebijakan fiskal dan moneter yang digunakan untuk menekan laju inflasi terdiri dari

beberapa macam. Secara umum, kebijakan fiskal dan moneter untuk menstabilkan harga

terbagi atas kebijakan ekspansi dan kontraksi. Pada perkembangannya, kebijakan fiskal dapat

dibedakan atas empat macam dasar (Salmon, 2015):

1. Pembiayaan fungsional (functional expenditure)

Dasar kebijakan ini bertujuan untuk memperluas kesempatan kerja agar menurunkan

angka pengangguran dengan melihat langsung tingkat pendapatan nasional negara.

Kebijakan ini dicetuskan pertama kali oleh A.P Lerner. Dalam kebijakan ini, pengeluaran

pemerintah dan perpajakan dipertimbangkan sebagai suatu hal yang terpisah.

2. Pengelolaan anggaran (the managed budget approach)

Dasar kebijakan pengelolaan anggaran dicetuskan oleh Alvin Hansen. Kebijakan ini

lebih disambut dengan positif karena dalam kebijakan ini pengeluaran pemerintah dan

perpajakan selalu dipertahankan, tetapi penyesuaian dalam anggaran juga dibuat guna

memperkecil ketidakstabilan ekonomi.

(5)

Dasar kebijakan ini muncul pada tahun 1940-an dimana penerimaan dan pengeluaran

pemerintah terjadi tanpa adanya campur tangan pemerintah yang disengaja. Dengan kata

lain, dalam kebijakan ini pemerintah hampir tidak melakukan tindakan-tindakan yang

berhubungan langsung dalam hal stabilitas anggaran.

4. Anggaran belanja seimbang (balanced budget approach)

Dasar kebijakan ini merupakan modifikasi dari dasar pengelolaan anggaran yaitu

dengan menerapkan anggaran defisit dalam situasi depresi dan surplus pada inflasi.

Seperti halnya kebijakan fiskal, kebijakan moneter juga terbagi menjadi beberapa

macam. Macam-macam kebijakan moneter untuk menjaga kestabilan harga pada saat

terjadinya inflasi, adalah (Case, 2012:515-518):

1. Kebijakan pasar terbuka (open market policy)

Kebijakan pasar terbuka adalah kebijakan dimana pemerintah menjual surat berharga

untuk mengurangi jumlah uang yang beredar atau menarik surat berharga yang beredar di

masyarakat untuk menambah jumlah uang yang beredar.

2. Kebijakan diskonto (discount rate policy)

Kebijakan diskonto adalah kebijakan dengan menaikkan suku bunga pada saat inflasi

dan sebaliknya menurunkan suku bunga saat terjadi deflasi. Dalam keadaan inflasi,

jumlah uang yang beredar di masyarakat terlalu banyak, karena itu suku bunga dinaikkan

dan masyarakat akan memilih untuk menabung di bank atau berinvestasi sehingga

jumlah uang yang beredar bisa dikendalikan dan laju inflasi menurun.

3. Kebijakan cadangan kas (the required reserve ratio policy)

Kebijakan cadangan kas adalah kebijakan untuk mengatur jumlah cadangan kas

bank-bank umum. Jika terjadi inflasi maka cadangan kas akan dinaikkan. Apabila cadangan

kas dinaikkan maka bank-bank umum harus memiliki persediaan uang lebih banyak

sehingga jumlah uang yang beredar di masyarakat berkurang. Berkurangnya jumlah uang

yang beredar akan menurunkan inflasi yang terjadi di masyarakat.

PENGARUH KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER TERHADAP INFLASI YANG DISEBABKAN OLEH PENINGKATAN JUMLAH UANG YANG BEREDAR

Bapak ekonomi makro, J.M Keynes (dalam Case dkk., 2012:545), mengemukakan

bahwa peningkatan pengeluaran pemerintah atau pemotongan pajak dapat menggerakkan

(6)

menjadi pemicu bertambah atau berkurangnya jumlah uang beredar, sehingga dapat

digunakan untuk mengendalikan inflasi. Terdapat dua cara dalam mengendalikan inflasi yaitu

dengan kebijakan ekspansi dan kontraksi fiskal.

Kebijakan ekspansi fiskal dilakukan dengan meningkatkan pengeluaran pemerintah

atau mengurangi pajak dalam rangka mencapai stabilitas perekonomian. Biasanya kebijakan

ekspansi akan dilakukan apabila keadaan perekonomian mengalami penurunan atau dengan

kata lain perekonomian sedang lesu. Dengan menaikkan pengeluaran pemerintah, maka akan

meningkatkan produktivitas sehingga pendapatan ikut meningkat. Dalam teori Keynesian,

ketika pendapatan meningkat maka konsumsi juga akan ikut meningkat, akan tetapi

peningkatan konsumsi tidak akan sebesar peningkatan pendapatan. Hal ini juga berlaku

dalam kebijakan ekspansi fiskal. Ketika pendapatan meningkat akibat pertambahan

pengeluaran pemerintah, maka konsumsi masyarakat juga akan ikut bertambah. Pertambahan

konsumsi tentu akan diikuti dengan peningkatan permintaan uang oleh masyarakat, sehingga

jumlah uang yang beredar akan semakin banyak. Begitu juga bila dilakukan pegurangan

pajak, semakin sedikit pajak yang bayarkan maka masyarakat cenderung mengkonsumsi

lebih banyak dan mengakibatkan kenaikan jumlah uang yang beredar.

Kebijakan kontraksi fiskal merupakan kebalikan dari ekspansi fiskal. Dalam

kebijakan kontraksi fiskal, pengeluaran pemerintah dikurangi sementara pajak dinaikkan.

Ketika hal tersebut dilakukan oleh pemerintah maka pendapatan akan menurun sehingga

jumlah permintaan uang di masyarakat akan berkurang. Pengurangan jumlah uang yang

beredar mengakibatkan tingkat inflasi dapat diturunkan.

Berkaitan dengan inflasi, bank sentral memiliki tujuan untuk mencapai stabilitas

harga (www.bi.go.id). Terkait dengan fungsi tersebut, kebijakan moneter dilaksanakan oleh

bank sentral. Seperti halnya kebijakan fiskal, kebijakan moneter juga dibagi menjadi

kebijakan ekspansi dan kontraksi dalam menambah dan mengurangi jumlah uang yang

beredar. Kebijakan ekspansi moneter dilakukan dengan cara merangsang peningkatan jumlah

penawaran uang yang beredar, baik dengan melakukan pencetakan uang mau pun dengan

menurunkan suku bunga sehingga jumlah uang yang diminta juga akan ikut meningkat.

Sebaliknya, kebijakan kontraksi moneter dilakukan untuk menurunkan jumlah penawaran

uang sehingga uang yang beredar di masyarakat berkurang.

Kedua kebijakan ini merupakan kebijakan yang tidak dapat diterapkan secara terus

menerus dalam jangka panjang. Kebijakan ini hanya digunakan dalam waktu yang singkat

(7)

dimana jumlah uang yang beredar terlalu banyak, maka diterapkan kebijakan kontraksi agar

jumlah uang yang beredar berkurang sehingga terjadi kestabilan harga. Apabila setelah

kebijakan kontraksi dilakukan situasi perekonomian menjadi lesu yang mengakibatkan

jumlah uang yang beredar terlalu sedikit, maka kebijakan dapat diubah menjadi kebijakan

ekspansi untuk meningkatkan kembali jumlah uang yang beredar.

PENGARUH KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER TERHADAP INFLASI YANG DISEBABKAN OLEH PENINGKATAN PERMINTAAN BARANG DAN JASA

Inflasi juga dapat disebabkan oleh karena kelebihan permintaan barang atau jasa.

Ketika permintaan masyarakat tinggi, maka produsen akan menaikkan harga sehingga potensi

terjadinya inflasi akan semakin besar. Untuk mengatasi hal tersebut dalam kebijakan fiskal,

pajak akan dinaikkan sehingga harga barang menjadi lebih tinggi dari yang seharusnya.

Kenaikan harga ini akan menyebabkan masyarakat cenderung menahan uangnya dan tidak

membelanjakannya. Kecenderungan inilah yang akan menurunkan jumlah barang atau jasa

yang diminta oleh masyarakat dan harga barang kembali stabil.

Dalam mengatasi kelebihan permintaan, peran kebijakan moneter adalah dengan

menaikkan suku bunga. Kenaikan suku bunga akan menyebabkan jumlah barang dan jasa

yang diminta akan berkurang karena masyarakat akan memilih untuk mendapatkan

keuntungan dari bunga dengan cara menabung atau berinvestasi (Ilmi, 2014).

PENGARUH KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER TERHADAP INFLASI YANG DISEBABKAN OLEH PENINGKATAN BIAYA PRODUKSI

Selain pengaruh jumlah uang yang beredar dan peningkatan permintaan, terdapat

faktor lain yang bisa menyebabkan terjadinya inflasi. Faktor tersebut adalah peningkatan

biaya produksi. Menurut Case, dkk (2012:61) hukum penawaran menunjukkan hubungan

positif antara harga dan jumlah barang yang ditawarkan. Hal ini berarti semakin tinggi harga

suatu barang, maka semakin banyak pula kuantitas barang yang akan ditawarkan oleh

produsen. Ketika terjadi kenaikan biaya produksi, maka harga barang juga akan ikut naik.

(8)

Kebijakan fiskal untuk mengatasi inflasi yang disebabkan oleh kenaikan biaya

produksi ini dilakukan dengan menurunkan tarif pajak. Salah satu faktor yang meningkatkan

biaya produksi adalah pajak, sehingga ketika bahan baku produksi lain mengalami kenaikan

harga maka biaya produksi akan semakin tinggi. Jalan yang dapat ditempuh pemerintah utnuk

menstabilkan harga adalah dengan menurunkan tarif pajak. Dengan menurunkan tarif pajak,

biaya produksi dapat diminimalisasikan sehingga tingkat inflasi dapat ditekan. Dalam kasus

ini, kebijakan moneter digunakan ketika kebijakan fiskal tidak mampu membendung inflasi.

Apabila inflasi terjadi, maka bank sentral dapat menggunakan kebijakan diskonto, cadangan

kas, atau pasar terbuka untuk mengembalikan kestabilan harga.

SIMPULAN

Studi ini memberikan simpulan penting yaitu inflasi dapat disebabkan oleh beberapa

faktor seperti jumlah uang beredar yang berlebihan, kenaikan biaya produksi, dan

meningkatnya permintaan barang atau jasa dari masyarakat, sehingga inflasi tidak dapat

dihindari. Meski tidak dapat dihindari, pemerintah dapat mengambil langkah-langkah untuk

membendung inflasi yang berlebihan dengan mengambil kebijakan yang tepat dalam

menangani permasalahan inflasi di Indonesia. Studi ini juga menambah khazanah

pengetahuan kita mengenai kebijakan fiskal dan moneter yang berfungsi untuk menjaga

kestabilan perekonomian melalui berbagai metode dan contoh pengaplikasian kebijakan

secara sederhana.

DAFTAR PUSTAKA

Case, Karl E. dkk.. 2012. “Principles of Macroeconomics”. Edisi ke-10. USA: Pearson Prentice Hall

Direktorat Penyusunan APBN, kementrian keuangan dan Direktorat Jenderal Anggaran. 2014. “Dasar-Dasar Praktek Penyusunan APBN di Indonesia Edisi II”. Jakarta: Direktorat Penyusunan APBN

http://www.bi.go.id/id/. “Peran Bank Indonesia dalam Stabilitas Keuangan”. Diakses 14 Maret 2015 pukul 11:50

http://www.bi.go.id/id/. “Tujuan dan Tugas Bank Indonesia”. Diakses Minggu, 15 Maret 2015 pukul 11:57

(9)

Kurniawan, Dhani. 2010. “Domestic Resources Policies : Dukungan Kebijakan Fiskal dan

Moneter dalam Pembentukan Modal” dalam

http://journal.unisfat.ac.id/index.php/ge/article/download/92/18 diunduh Sabtu, 14 Maret 2015 pukul 09:30

Nugroho, Primawan.W. 2012. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inflasi di Indonesia Periode 2000.1 – 2011.4” http://eprints.undip.ac.id/36801/1/NUGROHO.pdf diunduh Sabtu, 14 Maret 2015 pukul 13:45

Putrapradhana, Indrawan I.. 2012. “Manajemen Keuangan Publik” dalam https://www.academia.edu/4727782/Ekonomi_Pemerintahan diunduh Minggu, 15 Maret 2015 pukul 13:35

Riyandi, Saugy. 2013. “Kondisi Ekonomi Saat Ini Berbeda dengan Krisis 1998 dan 2008?” dalam www.mereka.com/uang/kondisi-ekonomi-saat-ini-berbeda-dengan-krisis-1998-dan-2008.html diakses Minggu, 15 Maret 2015 pukul 13:47

Referensi

Dokumen terkait

kebijakan fiskal secara ekspansif, di mana kebijakan yang dilakukan melalui peningkatan pengeluaran pemerintah (G) dan/atau penurunan penerimaan pajak (T) dengan tujuan

Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk kasus negara-negara berkembang di kawasan ASEAN+6 ketiga variabel penelitian yaitu kebijakan fiskal, kebijakan moneter dan keterbukaan

penawaran uang dalam perekonomian atau merubah tingkat bunga dengan tujuan mempengaruhi pengeluaran agregat... Kebijakan moneter

Kebijakan kedua yang dapat diambil oleh Pemerintah selain kebijakan moneter adalah kebijakan fiskal.Kebijakan fiskal merupakan kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kebijakan fiskal yang direpresentasikan oleh variabel rasio pengeluaran pemerintah terhadap PDB dan kebijakan moneter

Mata kuliah ini dimaksudkan untuk memberikan bekal teori, analisis, maupun keterampilan teknis yang berkaitan dengan kebijakan fiskal dan moneter di

Dengan kata lain, Kebijakan moneter adalah proses di Dengan kata lain, Kebijakan moneter adalah proses di mana pemerintah, bank sentral, atau otoritas moneter

- Pengeluaran/pengeluaran pemerintah G = pengeluaran publik - Pajak T = pajak Kebijakan fiskal juga dapat digambarkan sebagai salah satu kebijakan ekonomi makro terpenting dalam