• Tidak ada hasil yang ditemukan

Journal of Control and Network Systems

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Journal of Control and Network Systems"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

RANCANG BANGUN SISTEM PEMANTAUAN KUALITAS UDARA

MENGGUNAKAN WIRELESS SENSOR NETWORKS DENGAN TOPOLOGI

CLUSTER

Dyah Lestari Saraswati 1) Jusak 2) Yosefine Triwidyastuti 3)

Program Studi/Jurusan Sistem Komputer STMIK STIKOM Surabaya Jl. Raya Kedung Baruk 98 Surabaya, 60298

Email : 1)[email protected], 2)[email protected] 3)[email protected]

Abstract: It is commonly understood that air pollution brinqs detrimental effect to human health, it

can cause diseases and lead todeath. Therefore, it is urgently required to monitor airborne levels continously. In this research, it monitoring system utilizing the wireless sensor networks with cluster method. We consider that there are two clusters where every cluster head has two child nodes equipped with a CO sensor and a CO2 sensor for each node. Data from child node sent to server through parent node and each cluster head. We used the xbee radio as wireless transmision from child node to parent node, we used the wifi Tonylabs CC3000 module as wireless transmission from parent to server.

The result shows that delay and packet loss between child node and parent node through the xbee are aproximately 4,75 seconds and 9,16%, respectively. This means that the system has short delay and relatively low packet loss. On the other had the packet loss from parent node to server are relative higher than that from the child node to parent node i.e. aproximately 15 %, Interestingly it can achievedelay of close to zero second during transmission.

Keyword : Wireless Sensor Networks, Cluster, Karbonmonoksida, Karbondioksida, Tonylabs CC3000

Pencemaran udara dapat

mempengaruhi kesejahteraan manusia, baik secara langsung ataupun secara tidak langsung. Pengaruh pencemaran udara secara langsung dapat berupa penyakit dan kematian, sedangkan pengaruhnya secara tidak langsung adalah terganggunya berbagai sumberdaya alam yang penting untuk kehidupan dan kesejahteraan manusia (Dahlan,1989).

Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan pembuatan alat pendeteksi gas CO, CO2 dan SO2 namun pada penelitian tersebut area yang dideteksi hanya satu lokasi saja tanpa menngunakan jaringan sensor nirkabel (Islam, 2013). Berdasarkan kondisi polusi udara dan akibat langsung yang di timbulkan maka dibuatlah sebuah alat pemantau kualitas udara menggunakan jaringan sensor nirkabel dengan

penelitian ini karena kondisi area pemantauan kondisi udara berada pada beberapa lokasi yang berbeda sehingga dibutuhkan topologi yang bersifat hirarki (cluster) untuk mengurangi beban setiap node.

METODE PENELITIAN Perancangan sistem

Pemantauan dilakukan untuk mendeteksi kadar COdan CO2. Terdapat sensor pada masing – masing Child Node (CN) dan Child Node tersebut akan diletakkan pada 2 titik daerah yang berbeda yang terhubung pada sebuah cluster. Sensor CO (CN 1) dan CO2 (CN 2) akan diletakkan pada sebuah daerah disekitar Intitut Bisnis Stikom Surabaya, yang akan mentransmisikan rata – rata data setiap menit

JCONES Vol. 5, No. 1 (2016) 126-135

Journal of Control and Network Systems

Situs Jurnal : http://jurnal.stikom.edu/index.php/jcone

(2)

Bisnis Stikom Surabaya, yang akan mentransmisikan nilai tertinggi data setiap menit kepada Cluster Head 2 (CH 2). Data yang telah diterima oleh masing – masing Cluster Head (CH) akan ditransmisikan kembali kepada sebuah

Parent Node (PN). Data yang diterima oleh PN

yang telah terintegrasi dengan jaringan wifi, agar

user dapat memantau keadaan udara, melalui

sebuah aplikasi yang dibangun dari Visual Basic, disekitar Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya. Sedangkan pengiriman data yang berasal dari masing – masing CN hingga diterima oleh PN ditransmisikan menggunakan

wireless

zigbee networks .

Gambar 1. Gambar Perancangan

Pada penelitian ini, Child Node 1 dan Child

Node 2 akan diletakkan pada KOPMA atas

Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya dan Cluster Head 1 diletakkan jam menara Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya. Sedangkan Child Node 3 dan Child Node 4 akan diletakkan pada daerah disekitar gedung Serba Guna Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya dan Cluster Head 2 diletakkan pada daerah parkir Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya. Dan Parent Node diletakkan pada Lobi Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya. Sedangkan server akan diletakkan di ruang kemahasiswaan Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya.

Gambar 2. Desain Peletakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan pengambilan data agar data yang telah di transmisikan dapat di hitung paket loss dan delaynya yang terjadi ketika proses mentransmisikan data dari Child Node pada masing – masing Cluster Head, Cluster

Head pada Parent Node, Child Node pada Parent Node, Parent Node pada server dan Child Node

pada server.

1. Data dari masing – masing Child Node ke

Cluster Head

a. CN 1 ke CH 1

Gambar 3. Data rata-rata CO pada CN 1 untuk

(3)

Gambar 4. Data rata-rata CO pada CH 1 untuk CN 1

b. CN 2 ke CH 1

Gambar 5. Data rata-rata CO2 pada CN 2 untuk CH 1

Gambar 6 Data rata-rata CO2 pada CH 1 untuk CN 2

c. CN 3 ke CH 2

Gambar 8. Data tertinggi COpada CH 2 untuk CN 3

d. CN 4 ke CH 2

Gambar 9. Data tertinggi CO2 pada CN 4 untuk CH 2

Gambar 10. Data tertinggi CO2 pada CN 4 untuk CH 2

Tabel 1. Hasil analisa data

masing-masing CN ke CH

Node Asal Node Tujuan Delay

Paket Loss CN 1 CH 1 2 detik 3.33% CN 2 CH 1 2 detik 3.33% CN 3 CH 2 3 detik 3.33% CN 4 CH 2 3 detik 3.33%

(4)

Dari analisa data dari masing – masing CN ke CH dapat dilihat pada table di atas bahwa rata-rata paket loss sangat kecil dan dalam katagori bagus. Hal tersebut di dapat dari 1 data yang hilang dari 30 data sehingga dapat dihitung sebagai berikut 1 / 30 * 100% = 3.33%. Delay transmisi dari masing – masing CN sehingga menuju ke PN secara rata – rata 2.5 detik. Hal ini menunjukkan bahwa data yang di terima masih bisa di toleransi, mengingat lama waktu pengiriman adalah 1 menit, sehingga delay 2.5 detik tidak terlihat oleh user.

2. Data dari Cluster Head ke Parent Node a. CH 1 ke PN

Gambar 11. Data rata – rata CO pada CH 1

Gambar 12. Data rata – rata CO pada PN

Gambar 13. Data rata – rata CO2 pada CH 1

Gambar 14. Data rata – rata CO2 pada PN b. CH 2 ke PN

Gambar 15. Data tertinggi CO pada CH 2

Gambar 16. Data tertinggi CO pada PN

(5)

Gambar 18. Data tertinggi CO2 pada PN

Tabel 2. Hasil analisa data dari CH ke PN

Node Asal Node Tujuan Delay

Paket Loss CN 1 pada CH 1 PN 2 detik 0% CN 2 pada CH 1 PN 2 detik 10% CN 3 pada CH 2 PN 2 detik 6.67% CN 4 pada CH 2 PN 3 detik 6.67% Rata – rata 2.25 detik 5.83%

Dari analisa data dari CH ke PN dapat dilihat pada tabel di atas bahwa paket loss kecil yaitu dengan rata – rata sebesar 5.83%. Hal ini menunjukkan bahwa paket loss yang didapat termasuk dalam kategori bagus. Komunikasi antara CH sampai dengan PN ini menggunakan xbee. Delay pengirimanpun juga memiliki waktu yang relative sama, yaitu antara 2-3 detik, hal ini menunjukkan bahwa waktu penerimaan data masih bisa ditoleransi, mengingat lama waktu pengiriman setiap data adalah 1 menit, sehingga

delay tidak terlihat signifikan oleh user.

3. Data dari masing – masing Child Node ke

Parent Node

a. CN 1 ke PN

Gambar 20. Data rata-rata CO pada PN untuk

CN 1 b. CN 2 ke PN

Gambar 21. Data rata-rata CO2 pada CN 2 untuk PN

Gambar 22. Data rata-rata CO2 pada PN untuk CN 2

(6)

Gambar 24. Data tertinggi CO pada PN untuk

CN 3 d. CN 4 ke PN

Gambar 25. Data tertinggi CO2 pada CN 4 untuk PN

Gambar 26. Data tertinggi CO2 pada PN untuk CN 4

Tabel 3. Hasil analisa data dari CN ke PN

Dari analisa data dari CN ke PN dapat dilihat pada tabel di atas bahwa paket loss kecil yaitu dengan rata – rata sebesar 9.16%. yang di dapat dari penambahan paket loss dari CN ke CH ditambahkan dengan paket loss dari CH ke PN kemudian hasil penambahan tersebut dibagi 30 kemudian hasilnya dikalikan 100%. Dari hasil rata – rata tersebut hal ini menunjukkan bahwa paket loss yang didapat termasuk dalam kategori bagus. Komunikasi antara CN sampai dengan PN ini menggunakan xbee. Delay pengirimanpun juga memiliki waktu yang relative sama, yaitu antara 4 - 5 detik dan untuk perhitungan delaypun sama dengan menghitung paket loss dengan menambahan delay dari CN ke CH ditambahkan dengan delay dari CH ke PN . Hal ini menunjukkan bahwa waktu penerimaan data masih bisa ditoleransi, mengingat lama waktu pengiriman setiap data adalah 1 menit, sehingga

delay tidak terlihat signifikan oleh user.

4. Data dari Parent Node ke server

Gambar 27. Data rata - rata CO pada PN untuk

server

Gambar 28. Data rata - rata CO pada server

untuk PN Node Asal Node Tujuan Delay

Paket Loss CN 1 PN 4 detik 3.33% CN 2 PN 4 detik 13.33% CN 3 PN 5 detik 10% CN 4 PN 6 detik 10% Rata – rata 4.75 detik 9.16%

(7)

Gambar 29. Data rata - rata CO2 pada PN untuk server

Gambar 30. Data rata - rata CO2 pada server untuk PN

Gambar 31. Data tertinggi CO pada PN untuk

server

Gambar 32. Data tertinggi CO pada server untuk

Gambar 33. Data tertinggi CO2 pada PN untuk server

Gambar 34. Data tertinggi CO2 pada server untuk PN

Tabel 4. Hasil aalisa data dari PN ke server

Node Asal Node Tujuan Delay

Paket Loss

CN 1 pada PN server 1 detik 13.33% CN 2 pada PN server 0 detik 13.33% CN 3 pada PN server 0 detik 10% CN 4 pada PN server 3 detik 23.33%

Rata - rata 1 detik 15%

Dari analisa data dari CN pada PN ke

server dapat dilihat pada tabel di atas bahwa paket loss cukup tinggi yaitu dengan rata – rata sebesar

15%. Hal ini menunjukkan bahwa paket loss yang didapat termasuk dalam kategori sedang. Komunikasi antara CN pada PN ke server ini menggunakan wifi. Meskipun paket loss masuk dalam katagori sedang namun delay relative kecil yaitu rata – rata 1 detik, dan pada transmisi data CN 2 dan CN 3 pada PN ke server mengalami

(8)

5. Data dari masing – masing Child Node ke

server

a. CN 1 ke server

Gambar 35. Data rata - rata CO pada CN 1 untuk server

Gambar 36. Data rata - rata CO pada server

untuk CN 1 b. CN 2 ke server

Gambar 37. Data rata - rata CO2 pada CN 2 untuk server

Gambar 38. Data rata - rata CO2 pada server untuk CN 2

c. CN 3 ke server

Gambar 39. Data tertinggi CO2 pada CN 3 untuk

server

Gambar 40. Data tertinggi CO2 pada server untuk CN 3

d. CN 4 ke server

Gambar 41. Data tertinggi CO2 pada CN 4 untuk

(9)

Gambar 42. Data tertinggi CO2 pada server untuk CN 4

Tabel 5. Hasil analisa data masing – masing CN

ke server

Node Asal Node Tujuan Delay Paket loss

CN 1 server 5 detik 16.67% CN 2 server 4 detik 26.67% CN 3 server 5 detik 23.33% CN 4 server 8 detik 33.33%

Rata - rata 5.5 detik 25%

Dari analisa data dari CN ke server dapat dilihat pada tabel di atas bahwa paket loss dalam katagori buruk yaitu dengan rata – rata sebesar 25% dengan jumlah loss dan delay tertinggi pada CN 4 ke server yaitu dengan delay

8 detik terdapat 33.33% paket loss. Hal ini bisa

disebabkan karena node berada pada daerah dengan noise yang relative lebih banyak (banyak lalu lalang kendaraan).

Pada transmisi data dari CN menuju

server terdapat delay yang panjang dikarenakan delay merupakan penjumlahan delay yang berasal

dari CN menuju CH, CH menuju PN, serta delay dari PN menuju server. Karena terdapat delay pada setiap pengiriman dari node menuju node. Dan begitu juga dengan cara untuk mendapatkan data loss.

Kesimpulan

1. Dari hasil penelitian ini bahwa topologi

cluster dapat berjalan dengan baik karena

data dari CN 1, CN 2 dapat diterima oleh CH 1, CN 3 dan CN 4 dapat diterima oleh

ditransmisikan ke PN dan dapat diterima oleh PN sesuai dengan data yang dikirim dari CH maupun data yang ada pada CN. Dan yang terakhir data dari PN dapat ditransmisikan ke server dan dapat diterima oleh server sesuai dengan data yang dikirim dari PN maupun data yang ada pada CH dan CN.

2. Dari analisa data dari CN ke server dapat dilihat bahwa paket loss dalam katagori buruk yaitu dengan rata – rata sebesar 25%. Paket loss tinggi terjadi ketika data ditransmisikan dari PN ke server melalui

wifi yaitu rata – rata 15% sedangkan data

yang ditransmisikan menggunakan xbee dari CN ke PN masuk dalam katagori baik yaitu rata – rata 9.16%. Delay pengirimanpun juga memiliki waktu yang relative sama, yaitu rata – rata 5.5 detik, hal ini menunjukkan bahwa waktu penerimaan data masih bisa ditoleransi, mengingat lama waktu pengiriman setiap data adalah 1 menit, sehingga delay tidak terlihat signifikan oleh user.

Saran

Berikut ini terdapat beberapa saran yang penulis berikan untuk penelitian berikutnya apa bila ingin mengembangkan penelitian yang telah dibuat agar menjadi lebih baik. Dalam penelitian berikutnya perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut terhadap modul wifi Tonylabs CC3000. Karena dalam pengujian didapatkan modul Tonylabs CC3000 memiliki kekurangan dalam hal memiliki jumlah paket loss yang tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Brunelli Davide. 2008. Analysis of Audio

Streaming Capability of Zigbee Networks.

Bologna University Italy.

Gani, Abdul. 2010. Aplikasi Pengaruh Quality Of

Service (Qos) Video Conference Pada Trafik H.323 Dengan Menggunakan Metode Differentiated Service (Diffserv).

Universitas Syiah Kuala.

(10)

Peringatan Dini Terhadap Banjir.

STIKOM Surabaya.

Rijal A.B.K, Kristalina P. , & Santoso T. 2012

Simulasi Komunikasi Multihop pada jaringan sensor nirkabel menggunakan algoritma H-LEACH. Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

Sugiarto, B., & Sakti, I. 2009. Rancang Bangun

Sistem Monitoring Kualitas Udara Menggunakan Teknologi Wireless Sensor Network (WSN). Jakarta : INKOM.

Gambar

Gambar 2. Desain Peletakan
Gambar 18. Data tertinggi CO 2  pada PN  Tabel 2. Hasil analisa data dari CH ke PN
Gambar 24. Data tertinggi CO pada PN untuk  CN 3
Gambar 42. Data tertinggi CO 2  pada server  untuk CN 4

Referensi

Dokumen terkait

Kata Kunci: Hasil Belajar Siswa, Mengubah Pecahan, Matematika, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar

Dari hasil pengambilan data, yaitu perbandingan antara pengukuran level air menggunakan batas air pada waduk yang dilakukan oleh operator, dengan penggunaan sensor ultrasonic

Dari hasil surveillans dan monitoring Brucellosis pada tahun 2013 yang direncanakan pada 17 kabupaten/kota yang ada di 4 (empat) Propinsi wilayah kerja Balai Veteriner

Beberapa patogen pada umumnya berasal dari kelompok bakteri Gram negatif, akan tetapi perlu uji lanjut untuk menetapkan bakteri yang diperoleh merupakan bakteri bersifat

a.. Disaudia adalah satu jenis gangguan bicara yang disebabkan gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran tersebut menyebabkan kesulitan dalam menerima

Penelitian menunjukkan 4 faktor yang berhubungan erat dengan terjadinya sepsis berdasarkan analisis bivariat dengan p<0,05, yaitu ketuban pecah lebih dari 24 jam, demam dengan suhu

Produksi biji jarak pagar tidak dipengaruhi oleh irigasi mulai tahun II sehingga tanaman jarak pagar tidak memerlukan tambahan pengairan selama musim kemarau dan dapat