• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN IN HOUSE TRAINING (IHT) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN RPP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELAKSANAAN IN HOUSE TRAINING (IHT) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN RPP"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

JPD: Jurnal Pedagogiana

P-ISSN 2089-7731 E-ISSN 2684-8929 DOI: doi.org/10.47601/AJP.XXX

Volume 8, No. 49 April 2021| 1 PELAKSANAAN IN HOUSE TRAINING (IHT) UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN RPP Jajang Kamiludin

SD Negeri 1 Lembang Kec. Lembang Kab. Bandung Barat

Abstrak : Tujuan penelitian tindakan sekolah yang dilakukan ini secara umum adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan guru kelas SD di SD Negeri 1 Lembang Kecamatan Lembang dalam menyusun rencana proses pembelajaran melalui IHT. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Lembang Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Dalam pelaksanaan penelitian tindakan sekolah yang menjadi subjek adalah guru kelas sebanyak 13 (tigabelas) orang. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan sekolah (PTS), dengan pendekatan kualititatif dengan menyajikan data hasil penelitian secara deskriftif berupa pemaparan dari data diteliti dengan membandingkan kondisi sebelum tindakan dengan setelah tindakan dilaksanakan. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah dengan melakukan observasi terhadap kegiatan guru dalam menyusun RPP, dan melakukan wawancara dengan guru dalam membahas masalah-masalah yang dialami oleh guru dan tentang tanggapan guru terhadap pelaksanaan IHT dalam penyusunan RPP. Instrumen penilaian yang digunakan untuk penilaian penyususnan RPP berdasarrkan pada kelengkapan komponen-komponen RPP menurut Permendikbud No 22 tahun 2016 tentang Standar Proses dalam persiapan perencanaan pelaksanaan pembelajaran. Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) dapat disimpulkan sebagai berikut; (1) Kemampuan guru di SD Negeri 1 Lembang Kecamatan Lembang dalam menyusun RPP berdasarkan hasil observasi awal masih rendah, RPP yang disusun guru dalam setiap komponennya belum sesuai dengan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses dalam perencanaan proses pembelajaran yang mencakup silabus dan RPP, sehingga hasilnya masih banyak kekurangan; (2) Proses pelaksanaan penelitian dengan melaksanakan kegiatan IHT dalam upaya meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun RPP yang dilakukan oleh kepala sekolah di SD Negeri 1 Lembang Kecamatan Lembang berlangsung selama dua siklus. Guru diberikan bimbingan dan arahan dalam menyusun RPP yang lengkap dan sistematis berdasarkan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2016, tentang standar proses dalam perencanaan proses pembelajaran. Guru menunjukkan keseriusan dalam usahanya untuk memahami cara menyusun RPP yang baik. Informasi ini diperoleh peneliti dari hasil pengamatan pada saat pada saat melakukan tindakan peneltian dan wawancara dengan guru perihal tanggapannya terhadap pelaksanaan kegiatan IHT penyusunan RPP. Guru merasa termotivasi dan dapat memahami dengan baik dalam menyusun RPP; (3) Pelaksanaan penelitian dengan melaksanakan kegiatan IHT penyusunan RPP dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun RPP yang lengkap dan sistematis. Data ini diperoleh dari hasil hasil penilaian RPP yang disusun oleh guru pada siklus kesatu dan siklus kedua. Kemampuan guru dalam menyusun RPP pada siklus kesatu berdasarkan nilai rata-rata komponen RPP 78,01% dan pada siklus kedua naik menjadi 86,52%. Jadi, terjadi peningkatan 8,51% dari siklus kesatu. Berdasarkan keberhasilan pencapain nilai setiap kompenen RPP yang dicapai oleh masing-masing guru berdasarkan indikator keberhasilan penelitian ini pada siklus kesatu baru mencapai 72,09%, sedangkan pada siklus kedua naik menjadi 91,67%. Penelitian ini telah mencapai indikator keberhasilan penelitian.

(2)

2 | P a d a g o g i a n a

pembelajaran. Hasil pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas RPP yang disusun oleh guru. Oleh karena itu guru harus memiliki kemempuan menyusun RPP secara baik. RPP yang baik adalah RPP yang sesuai dengan Permendiknas Nomor 22 tahun 2016.

Merencakan proses pembelajaran yang meliputi kegiatan mengkaji kurikulum, menyusun silabus, menentukan strategi pembelajaran, sumber belajar, dan satuan kegiatan pembelajaran merupakan hal terpenting karena perencanaan itu merupakan landasan dari pelaksanaan yang akan dilakukan. Namun hal ini dianggap tidak terlalu penting karena banyak guru yang menganggap bahwa membuat RPP dapat dilakukan dengan mencontoh dokumen-dokumen yang disusun oleh sekolah lain. Sehingga berdampak pada banyaknya RPP yang tidak sesuai dengan kebutuhan di sekolah masing-masing.

Penomena ini terjadi pula di SD Negeri 1 Lembang di Kabupaten Bandung Barat. Sebagian besar guru hanya melakukan copy dan paste dari sekolah lain dalam penyusunan perencanaan pembelajaran sehingga mereka kurang memahami kebutuhan sekolah. Kondisi tersebut berdampak pada sering tidak sesuainya perencanaan dengan pelaksanaan yang dilakukan di kelas.

Permasalahan tersebut juga didukung oleh hasil supervisi kepala sekolah dalam penilaian pada tiga aspek kinerja guru yang meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran. Hasil penilaian menunjukkan bahwa perencanaan pembelajaran yang disusun oleh para guru masih belum baik.

Agar guru memiliki kompetensi yang baik dalam menyusun RPP, guru perlu dilatih menyusun RPP yang baik dan benar. Kirkpatrick (Sa’bani, 2017) mendefinisikan

tersebut yaitu dalam bentuk kegiatan In

House Training (IHT). In house training

adalah kegiatan yang dilaksanakan atas permintaan suatu kelompok tertentu, apakah itu lembaga profit atau lembaga non profit. Sedangkan (Basri dan Rusdiana, 2015) menyatakan bahwa In House

Training (IHT) merupakan program yang

diselengrarakan di sekolah atau tempat lain menggunakan peralatan dan materi yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi, tujuannya adalah untuk mengembangkan kompetensi berupa skill,

knowledge, dan attitude.

Penyusunan RPP sangat penting, karena pengelolaan pembelajaran yang baik sangat berpengaruh terhadap penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai indikator. Langkah yang ditempuh adalah guru diberikan pembinaan dalam pembuatan RPP dan setelah itu berlatih dengan kepala sekolah dan kegiatan yang dilakukan secara berkala dan berkesinambungan. Untuk mengatasi hal tersebut perlu diupayakan Pembina penyusunan RPP secara berkala dalam upaya meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RPP.

Permasalahan tentang kesenjangan kemampuan guru dalam menyusun RPP dapat dipecahkan melalui kegiatan pelatihan. Suatu rancangan pelatihan ini terdapat kaitan dengan tugas dan fungsi kepala sekolah, maka dapat dipadukan dengan kegiatan supervisi melalui kegiatan penelitian Tindakan Sekolah sebagai salah satu ragam Penelitian Tindakan dengan melaksanakan In House Training (IHT) untuk meningkatkan kualitas RPP di SD Negeri 1 Lembang Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.

Di dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 pasal 20 bahwa perencanaan pembelajaran meliputi Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Rencana

(3)

JPD: Jurnal Pedagogiana

P-ISSN 2089-7731 E-ISSN 2684-8929 DOI: doi.org/10.47601/AJP.XXX

Volume 8, No. 49 April 2021| 3 Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah

rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD).

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) merupakan suatu strategi pembelajaran dengan tujuan agar pada proses kegiatan pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Menurut Sanjaya (2008: 412) strategi pembelajaran adalah “sejumlah langkah yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kontek ini rekayasa dapat diartikan suatu siasat, kiat, atau cara dalam pencapaian tujuan pembelajaran.”

Sesuai dengan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses dijelaskan bahwa RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan. Komponen RPP adalah: (a) identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan; (b) identitas mata pelajaran atau tema/subtema; (c) kelas/semester; (d) materi pokok; (e) alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam

pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai; (f) Kompetensi inti kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi; (g) tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan; (h) materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi; (i) metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai; (j) media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan materi pelajaran; (k) sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan; (l) langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan, inti, dan penutup; dan (m) penilaian hasil pembelajaran.

In House Training (IHT) merupakan

pelatihan yang terjadi atas permintaan suatu komunitas tertentu apakah itu lembaga profit ataupun nonprofit. Istilah In House

Training sama pengertiannya dengan

in-servis training, menurut Dahlan (Nawawi, 2008:113) menyatakan in-servis training sebagai usaha untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru dalam bidang tertentu sesuai dengan tugasnya agar dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam bidang tersebut. Lebih lanjut dikemukakan bahwa program in-servis training ini diperlukan karena banyak guru-guru muda yang belum mendapat pengalaman dan bekal yang cukup dalam menghadapi pekerjaannya.

Terdapat berbagai macam pelatihan yang biasa digunakan dalam organisasi. Macam pelatihan dapat dibedakan dari berbagai sudut pandang, yaitu siapa yang

(4)

4 | P a d a g o g i a n a

pandang kapan pelatihan dilakukan, berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1974 pelatihan dibagi ke dalam dua macam, yaitu latihan prajabatan dan latihan dalam jabatan. Latihan prajabatan (pre service training) adalah pelatihan yang diberikan kepada calon pegawai negeri sipil dengan tujuan agar ia dapat terampil melaksanakan tugas yang akan diberikan kepadanya. Sedangkan latihan dalam jabatan (in service

training) adalah pelatihan yang bertujuan

untuk meningkatkan mutu, keahlian, kemampuan, dan keterampilan. Latihan dalam jabatan memiliki banyak istilah, seperti in house training, inservice training, inservice education, ataupun up-grading. Dalam penelitian ini akan berfokus pada bahasan mengenai istilah In House

Training.

Secara umum, Basri dan Rusdiana (2015: 227) mengemukakan bahwa In

House Training adalah program pelatihan

yang diselenggarakan di tempat peserta pelatihan atau di sekolah dengan mengoptimalkan potensi-potensi yang ada di sekolah, menggunakan peralatan kerja peserta pelatihan dengan materi yang relevan dan permasalahan yang sedang dihadapi. Sehingga diharapkan peserta dapat lebih mudah menyerap dan mengaplikasikan materi untuk menyelesaikan dan mengatasi permasalahan yang dialami dan mampu secara langsung meningkatkan kualitas dan kinerjanya.

Danim (2012: 94) berpendapat bahwa IHT adalah pelatihan yang dilaksanakan secara internal di kelompok kerja guru, sekolah, atau tempat lain yang ditetapkan untuk menyelenggarakan pelatihan, dilakukan berdasarkan pemikiran bahwa sebagian kemampuan dalam meningkatkan kompetensi dan karier guru tidak harus dilakukan secara eksternal, tetapi dapat dilakukan oleh guru yang memiliki

bahwa In House Training dilakukan untuk meningkatkan kinerja guru sesuai dengan bidang tugasnya dengan mendayagunakan potensi yang ada di suatu organisasi atau lembaga itu.

Pengertian IHT yang dikemukakan Basri dan Rusdiana lebih menitikberatkan pada tempat penyelenggaraan yang dilakukan di sekolah itu sendiri. Selain itu Basri dan Rusdiana juga mengemukakan bahwa dengan mengikuti IHT, peserta mampu secara langsung meningkatkan kualitas dan kinerjanya. Jika dikaji lebih dalam, pernyataan tersebut agaknya kurang tepat karena kinerja guru berkaitan dengan kompetensi yang dimiliki dan peningkatan kompetensi guru tidak dapat dilakukan dengan waktu yang sangat terbatas atau singkat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Musfah (2011: 82) bahwa pelatihan pada dasarnya bertujuan untuk mengembangkan kompetensi guru akan tetapi untuk melahirkan guru kompeten memerlukan waktu yang tidak sedikit. Sedikit berbeda dengan pendapat Basri dan Rusdiana, Danim lebih rinci menjelaskan bahwa IHT bisa dilaksanakan dimana pun sesuai dengan tempat yang ditetapkan. Pemateri dalam IHT bisa dari teman sejawat yang memiliki kompetensi lebih yang belum dimiliki teman-teman lainnya. Dengan pelatihan model ini, maka guru dapat meningkatkan kompetensinya dengan biaya yang tidak terlalu mahal dan waktu yang tidak terlalu lama, misalnya, jika dibandingkan dengan melakukan studi lanjut.

Berdasarkan penjabaran dari pengertian-pengertian IHT, maka dapat disimpulkan bahwa In House Training adalah pelatihan yang dilakukan secara internal oleh organisasi tertentu dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja atau kompetensi sesuai dengan bidang tugasnya yang diberikan oleh teman sejawat ataupun

(5)

JPD: Jurnal Pedagogiana

P-ISSN 2089-7731 E-ISSN 2684-8929 DOI: doi.org/10.47601/AJP.XXX

Volume 8, No. 49 April 2021| 5 orang luar di tempat yang telah disepakati

dan ditetapkan bersama.

Sedangkan berkaitan dengan langkah-langkah IHT, Marwansyah (2012: 170), menjelaskan bahwa IHT dilakukan melalui tiga fase, yaitu fase perencanaan, fase proses penyelenggaraan dan fase evaluasi. METODE

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan sekolah (PTS), dengan pendekatan kualititatif dengan menyajikan data hasil penelitian secara deskriftif berupa pemaparan dari data diteliti dengan membandingkan kondisi sebelum tindakan dengan setelah tindakan dilaksanakan.

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah dengan melakukan observasi terhadap kegiatan guru dalam menyusun RPP, dan melakukan wawancara dengan guru dalam membahas masalah-masalah yang dialami oleh guru dan tentang tanggapan guru terhadap pelaksanaan IHT dalam penyusunan RPP.

Instrumen penilaian yang digunakan untuk penilaian penyususnan RPP berdasarrkan pada kelengkapan komponen-komponen RPP menurut Permendikbud No 22 tahun 2016 tentang Standar Proses dalam persiapan perencanaan pelaksanaan pembelajaran. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Lembang Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Dalam pelaksanaan penelitian tindakan sekolah yang menjadi subjek adalah guru kelas sebanyak 13 (tigabelas) orang. HASIL

a. Kondisi Awal

Berdasarkan penilaian RPP pada observasi awal sebelum dilakukan penelitian, kemampuan guru kelas di SD Negeri 1 Lembang Kecamatan Lembang masih rendah. Berdasarkan analisis yang dilakukan peneliti dalam menilai RPP guru ditemukan masalah dalam penyusunan RPP oleh guru antara lain adalah:

1. Dalam mencantumkan kompetetensi dasar, masih banyak yang tidak mencantumkan kode/nomor dalam KI/KD yang ada pada standar isi. 2. Indikator dan tujuan pembelajaran

yang dikembangkan oleh guru belum mencakup keseluruhan materi yanga akan diajarkan, rumusan indikator dan tujuan pembelajaran masih banyak yang keliru dalam menggunakan kata operasional dan belum terfokus pada content yang harus dikuasai oleh peserta didik.

3. Pengembangan materi pembelajaran belum dibuat secara terperinci, dan menggambarkan kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik. 4. Penggunaan metode pembelajaran

belum bervariasi dan kurang sesuai dengan karakteristik peserta didik, serta belum tergambar secara jelas dalam kegiatan pembelajaran.

5. Pengalokasian waktu pada penyusunan RPP belum sesuai dengan kedalaman materi yang dibahas, dan pembagian waktu paga kegiatan pembelajaran belum menunjukan proporsi yang ideal utuk kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

6. Dalam kegiatan pendahuluan belum memberikan ilustrasi tentang materi pelajaran yang terkait dengan kehidupan sehari-hari peserta didik, belum nampak pertanyaan yang terkait diduga telah diketahui oleh peserta didik yang berhubungan materi yang akan diajarkan. Dalam kegiatan inti belum nampak kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik yang mencakup kegiatan eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Pada kegiatan penutup belum nampak

(6)

6 | P a d a g o g i a n a

belum menggunakan teknik yang tepat dan prosedur tes tidak secara jelas kapan tes dilaksanakan.

b. Siklus Kesatu

Penilaian RPP guru pada siklus kesatu dapat dijelaskan bahwa kemampuan guru dalam menyusun RPP di SD Negeri 1 Lembang secara keseluruhan mencapai nilai rata-rata 78,01%. Dari RPP yang dinilai menunjukan peningkatan yang cukup baik dibandingkan dengan kondisi awal kemampuan guru dalam menyusun RPP sebelum dilaksanakan IHT penyusunan RPP.

Berdasarkan penilaian tiap komponen RPP guru pada siklus kesatu, rata-rata nilai komponen: (1) Kesesuaian penulisan SK/Kd dengan standar isi mencapai 100,00% (nilai yang diharapkan tercapai ≥ 90,00%) berarti sudah tercapai; (2) komponen pengembangan indikator pencapain kompetensi 70,84% (nilai yang diharapkan tercapai ≥ 80,00%) berarti belum tercapai; (3) komponen tujuan pembelajaran 72,92% (nilai yang diharapkan tercapai ≥80,00%) berarti belum tercapai; (4) komponen pengembangan materi dan bahan ajar 62,50% (nilai yang diharapkan tercapai ≥ 75,00%) belum tercapai; (5) komponen penggunaan metode pembelajaran 76,56% (nilai yang diharapkan tercapai ≥ 80,00%) berarti belum tercapai; (6) komponen penentuan alokasi waktu 81,77% (nilai yang diharapkan tercapai 80,00%) berarti sudah tercapai; (7) komponen merancang langkah-langkah kegiatan pembelajaran 81,18%; (nilai yang diharapkan tercapai 80,00%) berarti belum tercapai; (8) komponen penilaian 72,98% (nilai yang diharapkan tercapai ≥ 80,00%) berarti belum tercapai; (9) komponen memilih sumber dan media pembelajaran 83,33% (nilai yang diharapkan tercapai ≥ 80,00%)

tercapai (33,33%), sedangkan yang enam komponen belum tercapai (66,66%). Dilihat dari rata-rata penilian komponen secara keseluruhan pada siklus kesatu baru mencapai 78,01%.

c. Siklus Kedua

Penilaian RPP guru pada siklus kedua, dapat dijelaskan bahwa kemampuan guru di SD Negeri 1 Lembang dalam menyusun RPP menunjukan peningkatan yang cukup baik dibandingkan dengan nilai RPP guru pada siklus kesatu.

Berdasarkan penilaian tiap komponen RPP guru pada siklus kesatu, rata-rata nilai komponen: (1) Kesesuaian penulisan KI/Kd dengan standar isi mencapai 100,00% (nilai yang diharapkan tercapai ≥ 90,00%) berarti sudah tercapai; (2) komponen pengembangan indikator pencapain kompetensi 81,55% (nilai yang diharapkan tercapai ≥ 80,00%) berarti sudah tercapai; (3) komponen tujuan pembelajaran 85,37% (nilai yang diharapkan tercapai ≥80,00%) berarti sudah tercapai; (4) komponen pengembangan materi dan bahan ajar 83,85% (nilai yang diharapkan tercapai ≥ 75,00%) sudah tercapai; (5) komponen penggunaan metode pembelajaran 84,38% (nilai yang diharapkan tercapai ≥ 80,00%) berarti sudah tercapai; (6) komponen penentuan alokasi waktu 85,94% (nilai yang diharapkan tercapai 80,00%) berarti sudah tercapai; (7) komponen merancang langkah-langkah kegiatan pembelajaran 87,50%; (nilai yang diharapkan tercapai 80,00%) berarti sudah tercapai; (8) komponen penilaian 83,33% (nilai yang diharapkan tercapai ≥ 88,54%) berarti sudah tercapai; (9) komponen memilih sumber dan media pembelajaran 87,50% (nilai yang diharapkan tercapai ≥ 80,00%) berarti sudah tercapai.

(7)

JPD: Jurnal Pedagogiana

P-ISSN 2089-7731 E-ISSN 2684-8929 DOI: doi.org/10.47601/AJP.XXX

Volume 8, No. 49 April 2021| 7 Dari sembilan komponen RPP yang

dinilai, seluruhnya telah tercapai/berhasil mencapai indikator keberhasilan dalam penelitian ini. Dilihat dari rata-rata penilian komponen secara keseluruhan pada siklus kedua sudah mencapai 86,52%, maka kemampuan guru kelas di sekolah dasar SD Negeri 1 Lembang kecamatan Lembang dalam menyusun RPP dapat dikatakan “baik”.

PEMBAHASAN

Penelitian Tindakan Sekolah yang dilaksanakan di SD Negeri 1 Lembang Kecamatan Lembang yang merupakan tempat tugas peneliti sebagai kepala sekolah dasar ini dilakukan terhadap enam belas orang guru sebagai subjek penelitian yang juga kolaborator dalam penyusunan RPP yang lengkap dan sistematis terlaksana dengan baik dan dapat berhasil dengan memuaskan.

Pada kegiatan observasi awal dalam penelitian ini dari seluruh komponen RPP yang dinilai kemampuan guru dalam menyusun RPP belum sesuai dengan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016, dan petunjuk dari BSNP, sehingga hasilnya masih banyak kekurangan dan kurang memuaskan. Selanjutnya mencermati kemampuan guru kelas sekolah dasar di SD Negeri 1 Lembang Kecamatan Lembang dalam menyusun RPP setelah melaksanakan kegiatan IHT penyusunan RPP terjadi peningkatan yang sangat baik pada siklus 1, dan siklus 2. Nilai rata-rata RPP berdasarkan komponen yang dinilai pada siklus kesatu yaitu mencapai 78,01%, dan pada siklus kedua naik menjadi 86,84%. Maka dapat dikatakan bahwa kemampuan guru dalam menyusun RPP setelah dilakukan melaksanakan kegiatan IHT penyusunan RPP masuk pada kategori baik.

Namun demikian sebagai bahan pembinaan peneliti selanjutnya, masih ditemukan beberapa masalah pada penyusunan RPP siklus kedua ini bila ditinjau dari hasil penilaian setiap

aspek/indikator dari komponrn RPP, yaitu pada komponen pengembangan materi dan bahan ajar indikator penjabaran materi yang memadai dan kontekstual masih kurang memuaskan. Dalam menjabarkan materi, dalam RPP yang disusun oleh guru hanya menampilkan judul materi saja. Kemudian yang kedua pada komponen alokasi waktu dalam menentukan pembagian waktu pada kegiatan pembelajaran belum seimbang antara kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kemudian dalam menentukan waktu dalam kegiatan inti juga belum sesuai dengan mdel kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik dalam proses belajar. Sebagaiana dalam Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007, bahwa perkiraan waktu untuk yang diperlukan dalam kegiatan belajar: diskusi: 45-60 menit, tugas kelompok: 30-45 menit, tugas individual: 10-20 menit, dan ceramah: 5-15 menit. Merujuk pada ketentuan di atas, maka dalam membagi alokasi waktu untuk kegiatan belajar hedaknya mengacu pada skenario belajar apa yang akan dilakukan, dan kedalaman materi ajar yang harus diserap oleh peserta didik.

Berdasarkan hasil penilaian secara individual tentang kemampuan guru dalam menyusun RPP di SD Negeri 1 Lembang, pada siklus kesatu nilai rata-rata kemampuan guru dalam menyusun RPP yang dicapai adalah 74,90% berarti dapat dikatergorikan ”cukup”, pada siklus kedua naik menjadi 86,79% berarti dapat dikategorikan ”baik”. Sedangkan rata-rata pencapaian keberhasilan komponen RPP sesuai dengan indikator keberhasilan dalam penelitaian ini, pada siklus kesatu mencapai 53,44% dapat dikategorikan ”kurang”, pada siklus kedua naik mencapai 91,67% dapat dikategorikan ”sangat baik”.

Dari hasil wawancara dengan subjek peneltian, mereka menunjukkan sikap yang baik dan antusias yang tinggi dalam menyusun RPP yang sesuai dengan petunjuk dari BSNP. Hal ini peneliti ketahui dari hasil pengamatan pada saat melakukan bimbingan dalam penyusunan

(8)

8 | P a d a g o g i a n a G-1 G-2 G-3 G-4 G-5 G-6 G-7 G-8 G-9 G-10 G-11 G-12 G-13 Siklus 1 72 78 76 86 81 72 83 74 87 76 72 78 78 Siklus 2 87 87 85 93 90 82 90 87 87 83 84 87 87 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

kerangka penyusunan RPP berdasarkan Permendikbud No. 22 Tahun 2016, umumnya guru mengadopsi dan mengadaptasi RPP, kebanyakan guru tidak tahu dan tidak paham menyusun RPP secara lengkap, mereka setuju bahwa guru harus menggunakan RPP dalam melaksanakan proses pembelajaran yang dapat dijadikan acuan/pedoman dalam proses pembelajaran. Selain itu, kebanyakan guru belum tahu dengan komponen-komponen RPP secara lengkap. kemampuan guru dalam menyusun RPP berdasarkan nilai RPP pada siklus kesatu dan siklus kedua dalam penelitian tindakan sekolah ini dapat dilihat pada Grafik 4.1.

Grafik 4.1

Nilai Kemampuan Guru pada Siklus Kesatu dan Siklus Kedua SIMPULAN

Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Kemampuan guru di SD Negeri 1 Lembang Kecamatan Lembang dalam menyusun RPP berdasarkan hasil observasi awal masih rendah, RPP yang disusun guru dalam setiap komponennya belum sesuai dengan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses dalam

melaksanakan kegiatan IHT dalam upaya meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun RPP yang dilakukan oleh kepala sekolah di SD Negeri 1 Lembang Kecamatan Lembang berlangsung selama dua siklus. Guru diberikan bimbingan dan arahan dalam menyusun RPP yang lengkap dan sistematis berdasarkan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2016, tentang standar proses dalam perencanaan proses pembelajaran. Guru menunjukkan keseriusan dalam usahanya untuk memahami cara menyusun RPP yang baik. Informasi ini diperoleh peneliti dari hasil pengamatan pada saat pada saat melakukan tindakan peneltian dan wawancara dengan guru perihal tanggapannya terhadap pelaksanaan kegiatan IHT penyusunan RPP. Guru merasa termotivasi dan dapat memahami dengan baik dalam menyusun RPP.

3. Pelaksanaan penelitian dengan melaksanakan kegiatan IHT penyusunan RPP dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun RPP yang lengkap dan sistematis. Data ini diperoleh dari hasil hasil penilaian RPP yang disusun oleh guru pada siklus kesatu dan siklus kedua. Kemampuan guru dalam menyusun RPP pada siklus kesatu berdasarkan nilai rata-rata komponen RPP 78,01% dan pada siklus kedua naik menjadi 86,52%. Jadi, terjadi peningkatan 8,51% dari siklus kesatu. Berdasarkan keberhasilan pencapain nilai setiap kompenen RPP yang dicapai oleh masing-masing guru berdasarkan indikator keberhasilan penelitian ini pada siklus kesatu baru mencapai 72,09%, sedangkan pada siklus kedua naik menjadi 91,67%. Penelitian ini

(9)

JPD: Jurnal Pedagogiana

P-ISSN 2089-7731 E-ISSN 2684-8929 DOI: doi.org/10.47601/AJP.XXX

Volume 8, No. 49 April 2021| 9 telah mencapai indikator keberhasilan

penelitian.

DAFTAR RUJUKAN

Basri, H., & Rusdiana, A. (2015).

Manajemen Pendidikan & Pelatihan. Bandung: CV Pustaka

Setia.

Danim, Sudarwan. (2012). Motivasi

Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok, Edisi 2. Jakarta: PT

Rineka Cipta Utama.

Depdiknbud (2016). Permendiknas Nomor

22 tentang Standar Proses Pendidikan

Hadari. Nawawi. (2008). Perencanaan Sumber Daya Manusia. Gajah Mada University Press. Yogyajarta.

Jejen Musfah, M.A.(2011). Peningkatan

Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik. Jakarta:

Kencana.

Mustofa Kamil. (2010). Model Pendidikan

dan Pelatihan; Konsep dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta.

PP. Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Sa’bani, F. (2017). Peningkatan

Kompetensi Guru dalam Menyusun RPP Melalui Kegiatan Pelatihan pada MTs Muhammadiyah Wonosari. Jurnal Pendidikan Madrasah, Volume 2, Nomor 1, hlm. 13-22.

Sanjaya, W. (2008). Strategi

Pembelajaran. Edisi Pertama

Cetakan ke-lima. Jakarta: Prenada Media.

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan dari hasil penelitian yang peneliti sajikan dalam Penelitian Tindakan SD Negeri Sukareja 01 (PTS) ini sebagai berikut pertama pembinaan berkelanjutan yang dilakukan

dibuat kesimpulan bahwa secara umum, kompetensi pedagogik guru produktif dalam menyusun RPP sudah berada dalam kategori baik dengan rata-rata nilai yang diperoleh

Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) dapat disimpulkan sebagai berikut: Motivasi dan efektivitas tenaga Pengajar dalam mengikuti kegiatan pelatihan ( In House Training

Bedasarkan hasil penelitian tindakan sekolah yang dilaksanakan di SMP Negeri 1 Batangtoru dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun

Dari data-data hasil proses penelitian tindakan sekolah yang dilakukan di SD Negeri 1 Pandean Kecamatan Dongko Kabupaten Trenggalek dapat disimpulkan terjadi peningkatan

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatan kompetensi menyusun RPP pembelajaran kooperatif melalui program supervisi akademik bagi guru kelas di SD Negeri 2

KESIMPULAN Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Sekolah yang telah dilakukan di SD Negeri 1 Jonggrangan Jatimulyo Girimulyo ini dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan guru yang

Berdasarkan hasil analisis tentang kemampuan guru dalam menyusun RPP dan pelaksanaannya di SD Negeri 1 urug Kota Tasikmalaya maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1 Kemampuan guru