• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN TUGAS AKHIR. Oleh : KHOERUDIN BP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN TUGAS AKHIR. Oleh : KHOERUDIN BP"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNOLOGI PENGELOLAAN POHON INDUK JERUK (Citrus, sp) DI BLOK PENGGANDAAN MATA TEMPEL (BPMT) BALAI PENELITIAN

TANAMAN JERUK DAN BUAH SUBTROPIKA-BATU MALANG

LAPORAN TUGAS AKHIR

Oleh :

KHOERUDIN BP. 1101383021

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI HORTIKULTURA JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN

POLITEKNIK PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PAYAKUMBUH

(2)

Laporan Tugas Akhir

TEKNOLOGI PENGELOLAAN POHON INDUK JERUK (Citrus, sp) DI BLOK PENGGANDAAN MATA TEMPEL (BPMT) BALAI PENELITIAN

TANAMAN JERUK DAN BUAH SUBTROPIKA-BATU MALANG

Oleh : Khoerudin

(Di bawah bimbingan : Ir. Benny Satria Achmad, MP) RINGKASAN

Pembangunan agribisnis jeruk diawali di pembenihan. Artinya, pembangunan agribisnis jeruk yang efisien menuntut dukungan industri pembenihan yang tangguh. Ketersediaan benih jeruk pada saat tanam, dalam jumlah sesuai kebutuhan dan dengan harga yang terjangkau petani merupakan kunci keberhasilan pembangunan agribisnis jeruk di Indonesia.

Tujuan dari pembuatan TA ini ialah untuk mengetahui dan mempelajari pengelolaan pohon induk jeruk di BPMT, mampu melaksanakan atau mengerjakan sendiri perawatan BPMT, serta memperluas pengetahuan dan keterampilan teknologi pengelolaan BPMT.

Usaha pembenihan tanaman jeruk masih terbuka dan sangat bagus ke depannya dengan persaingan belum ketat. Jumlah para pelaku usaha ini masih kurang dibandingkan dengan besarnya permintaan benih tanaman buah, terutama tanaman jeruk. Adapun strategi untuk mengatasi persaingan antara lain mengutamakan keaslian/kemurnian benih, melakukan inovasi, dan kejujuran serta keuletan dalam mengambil peluang.

Waktu pelaksanaan praktek (magang) di mulai pada bulan Maret 2014 sampai dengan bulan Juni 2014. Tempat pelaksanaan di Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika-Batu Malang. Pengamatan yang dilakukan adalah produktivitas mata tempel di Blok Penggandaan Mata Tempel.

Dari hasil pengamatan diperoleh produktivitas mata tempel pohon induk jeruk yang berusia >5 tahun hasilnya lebih rendah dibandingkan data penelitian dari Balitjestro yakni >350 mata tempel pertahun, sedangkan hasil pengamatan hanya 222 mata tempel pertahun untuk varietas Siam dan sebanyak 322 pertahun untuk varietas Batu 55.

Produktivitas dan kualitas mata tempel sangat dipengaruhi oleh tindakan pemeliharaan pra panen dan perlakuan pasca panen ranting mata tempel. Serta sangat dipengaruhi oleh bentuk arsitektur pohon dan tingkat pemeliharaan. Bentuk tanaman yang baik apabila percabangannya tertata/tersusun dengan baik sehingga kanopi/tajuk tanaman menyebar kesemua arah dan mendapatkan sinar matahari penuh.

(3)

TEKNOLOGI PENGELOLAAN POHON INDUK JERUK (Citrus, sp) DI BLOK PENGGANDAAN MATA TEMPEL (BPMT) BALAI PENELITIAN

TANAMAN JERUK DAN BUAH SUBTROPIKA-BATU MALANG

LAPORAN TUGAS AKHIR

Oleh :

KHOERUDIN BP. 1101383021

Laporan Ini Merupakan Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya (A.Md) Politeknik Pertanian Universitas Andalas

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI HORTIKULTURA JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN

POLITEKNIK PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PAYAKUMBUH

(4)

Laporan Tugas Akhir

LAPORAN TUGAS AKHIR

TEKNOLOGI PENGELOLAAN POHON INDUK JERUK (Citrus, sp) DI BLOK PENGGANDAAN MATA TEMPEL (BPMT) BALAI PENELITIAN

TANAMAN JERUK DAN BUAH SUBTROPIKA-BATU MALANG

Oleh :

KHOERUDIN BP. 1101383021

Menyetujui :

Ketua Jurusan Budidaya Tanaman Pangan,

Ir. Setya Dharma, M.Si NIP. 19601006 198703 1003

Dosen Pembimbing,

Ir. Benny Satria Achmad, MP NIP. 19600916 198703 1002

Mengetahui :

Direktur Politeknik Pertanian Universitas Andalas,

Ir. Gusmalini, M.Si NIP. 19571110 198703 2001

(5)

HALAMAN PENGESAHAN PIHAK INSTANSI

LAPORAN TUGAS AKHIR

TEKNOLOGI PENGELOLAAN POHON INDUK JERUK (Citrus, sp) DI BLOK PENGGANDAAN MATA TEMPEL (BPMT) BALAI PENELITIAN

TANAMAN JERUK DAN BUAH SUBTROPIKA-BATU MALANG

Oleh :

KHOERUDIN BP. 1101383021

Menyetujui :

Kepala Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika,

Dr. Ir. Djoko Susilo Utomo, MP NIP. 19610723 198803 1011

Pembimbing Lapang,

Setiono, SP

(6)

Laporan Tugas Akhir

LAPORAN TUGAS AKHIR

TEKNOLOGI PENGELOLAAN POHON INDUK JERUK (Citrus, sp) DI BLOK PENGGANDAAN MATA TEMPEL (BPMT) BALAI PENELITIAN

TANAMAN JERUK DAN BUAH SUBTROPIKA-BATU MALANG

Oleh :

KHOERUDIN BP. 1101383021

Telah Diuji dan Dipertahankan di Depan Tim Penguji Laporan Tugas Akhir Program Studi Teknologi Produksi Hortikultura Jurusan Budidaya

Tanaman Pangan Politeknik Pertanian Universitas Andalas Pada Tanggal, 12 Agustus 2014

Tim Penguji :

No. Nama Jabatan Tanda Tangan

1. Rina Alfina, SP., MP Ketua

2. Ir. Surya Marizal, M.Si Anggota

3.

(7)

Hai orang yang beriman! Berimanlah kepada Allah dan Rasul-Nya, kepada Kitab yang diturunkan-Nya, kepada Rasul-Nya, dan Kitab yang diturunkan-Nya sebelumnya.

Barangsiapa mengingkari Allah dan Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya dan Hari Kemudian, sesatlah ia dengan kesesatan yang jauh (dari kebenaran).

(Q.S. An-Nisaa‟ : 136)

“Dia memberikan hikmah (ilmu yang berguna) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mendapat hikmah itu

Sesungguhnya ia telah mendapat kebajikan yang banyak. Dan tiadalah yang menerima peringatan

melainkan orang- orang yang berakal”. (Q.S. Al-Baqarah : 269)

Yang Utama Dari Segalanya...

Alhamdulillahirabbil‟alamin…. Alhamdulillahirabbil „alamin…. Alhamdulillahirabbil alamin….

Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Taburan cinta dan kasih sayang-Mu telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu. Atas karunia serta kemudahan yang Engkau berikan akhirnya Tugas Akhir yang sederhana ini dapat terselesaikan. Sholawat dan

salam selalu terlimpahkan keharibaan Rasullah Muhammad SAW.

Kupersembahkan karya kecilku ini untuk orang yang sangat kukasihi dan kusayangi

“Ibunda dan Ayahanda serta Keluarga Tercinta”

Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada terhingga. Ibunda dan Ayahanda yang selama ini bersusah payah merawat dan mendidik buah hatimu ini agar menjadi insan yang berguna, yang telah memberikan segala dukungan, dan cinta kasih yang tiada terhingga yang tiada mungkin dapat kubalas hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan persembahan. Semoga ini menjadi langkah awal untuk mengukir secuil senyum bahagia diwajahmu Ibunda Ayahanda, karna kusadar, selama ini anakmu belum bisa berbuat yang lebih. Untuk Ibunda dan Ayahanda yang selalu membuatku termotivasi dan selalu menyirami kasih sayang, selalu mendoakanku, selalu menasehatiku menjadi lebih baik,

Terima Kasih Ibu….Ibu…. Ibu…….Terima Kasih Ayah….

Buat kakak-kakak dan abangku, buat abang-abang iparku dan keponakanku, terimakasih atas cinta kasih kalian, terimaksih atas nasehat, hiburan dan dukungan kalian sehingga ku sampai ke titik ini….

Buat teman-teman Horti 2011 yang tak bisa kusebutkan satu persatu terima kasih atas bantuan, doa, nasehat, hiburan, traktiran, ejekkan, dan semangat yang teman-teman berikan selama kuliah, tak akan kulupakan semua yang telah teman-teman berikan selama ini….

(8)

Laporan Tugas Akhir

KATA PENGANTAR

Bismillahhirrahmanirrahim....

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, dimana atas berkah dan rakhmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir (TA) yang berjudul “Teknologi Pengelolaan Pohon Induk Jeruk (Citrus, sp) di Blok Penggandaan Mata Tempel (BPMT) Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika-Batu Malang”.

Penulis menyampaikan terima kasih dan rasa penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ir. Gusmalini, M.Si selaku Direktur Politeknik Pertanian Universitas Andalas. 2. Ir. Setya Dharma, M.Si selaku Ketua Jurusan Budidaya Tanaman Pangan

Politeknik Pertanian Universitas Andalas.

3. Sentot Wahono, SP., M.Si selaku Ketua Program Studi Teknologi Produksi Hortikultura.

4. Ir. Benny Satria Achmad, MP selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini.

5. Kedua orang tua dan seluruh keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun material.

6. Dr. Ir. Djoko Susilo Utomo, MP selaku Kepala Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (BALITJESTRO) yang telah menerima dan memberi izin penulis untuk melaksanakan praktek kerja lapang di BALITJESTRO.

7. Setiono, SP selaku pembimbing lapang yang telah membimbing penulis selama melaksanakan praktek kerja lapang di Balitjestro.

8. Semua pihak terkait yang telah membantu dan mendukung dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semuanya.

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ... ii

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... ix DAFTAR GAMBAR ... x DAFTAR LAMPIRAN ... xi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Tujuan ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aspek Komoditi ... 4

2.2. Aspek Lingkungan ... 7

2.3. Aspek Teknologi ... 8

III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Waktu dan Tempat ... 14

3.2. Bahan dan Alat ... 14

3.3. Prosedur Pelaksanaan ... 14

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil ... 19

4.2. Pembahasan ... 21

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 30

5.2. Saran ... 30 DAFTAR PUSTAKA

(10)

Laporan Tugas Akhir

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Rata-Rata Pertumbuhan Panjang Ranting Pohon Induk Jeruk Varietas

Siam dan Batu 55 ... 19 2. Rata-Rata Produktivitas Mata Tempel Varietas Siam dan Batu 55 ... 20 3. Produksi Mata Tempel ... 20

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Grafik Pertumbuhan Ranting Mata Tempel Varietas Siam dan

Batu 55 ... 21 2. Grafik Perbandingan Produksi Total Mata Tempel serta Mata Tempel

(12)

Laporan Tugas Akhir

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Profil Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika Tlekung,

Batu-Malang ... 33 2. Tabel Pengamatan Pertumbuhan Ranting Pohon Induk Jeruk Varietas

Siam ... 39 3. Tabel Produktivitas Mata Tempel Varietas Siam Sekali Panen... 40 4. Tabel Pengamatan Pertumbuhan Ranting Pohon Induk Jeruk Varietas

Batu 55 ... 41 5. Tabel Produktivitas Mata Tempel Varietas Batu 55 Sekali Panen ... 42 6. Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan ... 43

(13)

Laporan Tugas Akhir

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan agribisnis jeruk diawali di pembenihan. Artinya, pembangunan agribisnis jeruk yang efisien menuntut dukungan industri pembenihan yang tangguh. Ketersediaan benih jeruk pada saat tanam, dalam jumlah sesuai kebutuhan dan dengan harga yang terjangkau petani merupakan kunci keberhasilan pembangunan agribisnis jeruk di Indonesia (Balitjestro, 2009).

Usaha pembenihan tanaman jeruk masih terbuka dan sangat bagus ke depannya dengan persaingan belum ketat. Jumlah para pelaku usaha ini masih kurang dibandingkan dengan besarnya permintaan benih tanaman buah, terutama tanaman jeruk. Adapun strategi untuk mengatasi persaingan antara lain mengutamakan keaslian/kemurnian benih, melakukan inovasi, dan kejujuran serta keuletan dalam mengambil peluang (Herdiana, 2013).

Upaya pemerintah dalam membangun agribisnis/agroindustri jeruk yang berdaya saing, berkelanjutan, berkerakyatan dan terdesentralisasi menuntut dukungan industri benih yang tangguh. Industri benih jeruk yang tangguh memerlukan adanya jaminan mutu benih, teknologi produksi dan sistem distribusi yang efisien, yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Kaitannya dengan jaminan mutu benih, maka benih sumber yang dihasilkan harus dijamin mutunya baik dari segi kemurnian varietas maupun kesehatan benihnya (Tim Sinar Tani, 2008).

Kenyataan dilapangan menunjukkan sebagian besar penangkar masih menggunakan mata tempel yang tidak jelas asal usulnya dan tidak ditanam di

(14)

Laporan Tugas Akhir

dalam screen house sehingga benih yang dihasilkan belum bisa disertifikasi dan mutunya belum terjamin bebas penyakit (Setiono, 2012).

Berdasarkan alur baku distribusi penyediaan benih jeruk bebas penyakit di Indonesia, Blok Fondasi (BF) dan Blok Penggandaan Mata Tempel (BPMT) merupakan kunci penentu kelancaran sekaligus titik lemah penyediaan mata tempel bagi para penangkar benih (Balitjestro, 2009).

Blok Penggandaan Mata Tempel (BPMT) adalah bangunan rumah kasa atau/screen house “insec proof“ berpintu ganda ditanami pohon induk jeruk bebas penyakit kelas Benih Pokok yang ditanam di bedengan dengan jarak tanam rapat 20-25 cm x 40-50 cm, karena BPMT hanya berfungsi untuk menghasilkan mata tempel/bahan sambung saja, tidak sampai produksi buahnya (Hardiyanto dkk, 2010).

Mata tempel yang digunakan untuk perbanyakan pohon induk di BPMT berasal dari Pohon Induk Penjenis yang merupakan sumber mata tempel bagi penangkaran Benih Sebar. Lokasi : 3 km terbebas dari tanaman jeruk sakit. Pohon induk di BPMT tidak perlu diindeksing, kecuali dengan pertimbangan tertentu. Pohon induk di BPMT dipelihara selama 3 tahun. Dimonitor secara periodik oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (Setiono, 2012).

1.2. Tujuan

Tujuan dari pembuatan Laporan Tugas Akhir ini ialah :

1. Untuk mengetahui dan mempelajari pengelolaan pohon induk jeruk di Blok Penggandaan Mata Tempel (BPMT).

(15)

2. Mampu melaksanakan atau mengerjakan sendiri perawatan Blok Penggandaan Mata Tempel (BPMT).

3. Memperluas pengetahuan dan keterampilan teknologi pengelolaan Blok Penggandaan Mata Tempel (BPMT).

(16)

Laporan Tugas Akhir

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Aspek Komoditi

2.1.1. Karakteristik Tanaman Jeruk

Tanaman jeruk (Citrus, sp) adalah tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia. Cina dipercaya sebagai tempat pertama kali jeruk tumbuh. Sejak ratusan tahun yang lalu, jeruk sudah tumbuh di Indonesia baik secara alami atau dibudidayakan. Tanaman jeruk yang ada di Indonesia adalah peninggalan orang Belanda yang mendatangkan jeruk manis dan keprok dari Amerika dan Itali (Anonim, 2013).

Genus dari jeruk terdiri dari dua subgenus yaitu subgenus Papeda dan Eucitrus. Buah dari subgenus Papeda tidak enak dimakan dan salah satu contohnya adalah jeruk purut (Citrus hystrix). Sementara subgenus Eucitrus mempunyai 10 spesies. Menurut Setiawan (2000), klasifikasi botani tanaman jeruk adalah sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Rutales

Keluarga : Rutaceae Genus : Citrus Spesies : Citrus, sp

(17)

2.1.2. Morfologi Tanaman Jeruk

A. Akar.

Ujung akar selalu terdiri dari sel-sel muda yang senantiasa membelah dan merupakan titik tumbuh akar jeruk. Keadaan sel akar ini sangat lembut, sehingga mudah sekali rusak kalau menembus tanah yang keras dan padat. Ujung akar terlindungi oleh tudung akar (calyptra), yang bagian luarnya berlendir, sehingga ujung akar mudah menembus tanah. Epidermis (kulit luar) terdiri dari susunan sel-sel dan di antara sel-sel-sel-sel itu tidak terdapat celah-celah, sebab sel-sel-sel-sel ini saling berhimpit (AAK, 2004).

B. Batang

Batang tanaman jeruk mempunyai bermacam-macam warna, tergantung jenisnya. Ada yang berwarna hitam kecoklatan, tetapi ada juga yang percabangan dan rantingnya berwarna putih kehijauan. Semua jenis jeruk batangnya banyak ditumbuhi mata tunas. Kulit batangnya ada yang terlihat agak kasar dan berduri. Tetapi, ada juga yang permukaan kulitnya halus. Tinggi batang mencapai 5-15 meter (Pracaya, 2009).

C. Daun

Bentuk daun bulat telur, panjangnya lebih kurang 5-15 cm dan lebar 2-8 cm. Ujungnya runcing sedikit tumpul dan biasanya sedikit berlekuk. Bagian tepi daun kadang-kadang bergerigi halus, tidak berbulu pada kedua permukaannya. Permukaan atas berwarna hijau tua mengilat dengan titik-titik kuning muda, permukaan bawah berwarna hijau muda sampai hijau kekuningan kusam dengan

(18)

Laporan Tugas Akhir

titik-titik hijau tua. Bila daun dimemarkan akan timbul bau harum khas jeruk (Pracaya, 2009).

D. Bunga

Tamanan jeruk berbunga majemuk yang keluar dari ketiak daun di ujung cabang. Bunga kecil dan bertangkai pendek dengan daun pelindung kecil serta berbau harum. Kelopak bunga bentuknya cawan bulat telur, dan tajuk bunga ada lima lembar dengan bentuk bulat telur panjang kearah pangkal disertai ujung menyempit. Putik berwarna putih bintik-bintik dan berkelenjar serta umumnya berbunga diakhir musim kering (Barus dan Syukri, 2008).

E. Buah

Buah jeruk ada yang berbentuk bulat, oval (hampir bulat), atau lonjong sedikit memanjang. Tangkai buah rata-rata besar dan pendek. Kulit buah ada yang tebal dan ulet, tetapi ada juga yang tipis tidak ulet, sehingga kulit mudah dilepas. Dinding kulit buah jeruk berpori-pori. Terdapat kelenjar-kelenjar yang berisi pectin. Kandungan pectin terbanyak ada di lapisan dalam kulit jeruk yang sering disebut albedo (AAK, 2004).

F. Biji

Biji jeruk harus segera disemaikan dalam keadaan masih segar. Biji jeruk tidak mengalami masa dormansi, bila kekeringan akan rusak. Temperatur optimal lebih kurang 32°C. Dalam beberapa hari setelah disemai, biji jeruk kelihatan menggembung karena mengabsorpsi air (Pracaya, 2009).

(19)

2.2. Aspek Lingkungan

2.2.1. Faktor Edafik

Tanah yang baik adalah lempung sampai lempung berpasir dengan fraksi liat 7-27%, debu 25-50% dan pasir < 50%, cukup humus, tata air dan udara baik. Jenis tanah Andosol dan Latosol sangat cocok untuk budidaya jeruk. Kandungan air yang baik adalah pada kedalaman 50-150 cm di bawah permukaan tanah, dan apda kedalaman 150-200 cm di bawah permukaan tanah masih dapat juga ditanami jeruk (AAK, 2004).

Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang cocok untuk budidaya jeruk adalah 5,5-6,5 dengan pH optimum 6. Pada tanah yang ber-pH dibawah kisaran tersebut, tanaman jeruk memperlihatkan gejala yang sama dengan defisiensi unsur hara: daun menguning dan buahnya tidak dapat berkembang dengan baik. Sedangkan pada tanah yang mempunyai pH diatas kisaran tersebut, tanaman jeruk memperlihatkan gejala seperti kekurangan unsur borium pada pucuk-pucuk daun. Jika terpaksa menanam pada tanah di luar kisaran pH tersebut, maka perlu dilakukan netralisasi tanah (Tim Penulis PS, 2003).

2.2.2.

Faktor Klimatik

Tanaman jeruk memerlukan 6-9 bulan basah (musim hujan), curah hujan 1000-2000 mm/th merata sepanjang tahun, air yang cukup terutama di bulan Juli-Agustus. Temperatur optimal untuk pertumbuhan tanaman jeruk antara 25-30°C, kelembaban optimum sekitar 70-80%. Tanaman jeruk membutuhkan banyak penyinaran matahari, yaitu sekitar 50-70%. Keadaan udara yang lembab akan menimbulkan lebih banyak penyakit cendawan, sebaliknya keadaan udara yang

(20)

Laporan Tugas Akhir

kering akan menimbulkan lebih banyak serangan hama terutama scale insect (kutu perisai) dan kutu penghisap lainnya (Kurnianti, 2012).

2.3. Aspek Teknologi

2.3.1. Pengertian BPMT

Blok Penggandaan Mata Tempel (BPMT) merupakan lahan pertanaman di dalam Screen House (SH) untuk benih jeruk kelas Benih Pokok yang mata tempel/entresnya berasal dari Blok Fondasi (BF). Jarak tanam rapat yaitu 20-25 cm x 40-50 cm, karena BPMT hanya berfungsi untuk menghasilkan mata tempel/bahan sambung saja, tidak sampai produksi buahnya (Hardiyanto dkk, 2010).

Pertanaman jeruk di BPMT setiap 3 tahun sekali dilakukan peremajaan, dan diganti dengan pertanaman baru. Lokasi BPMT jeruk harus terisolasi dan berjarak radius ± 5 km disekitarnya tidak dijumpai tanaman jeruk terinfeksi oleh penyakit tular vector. Kebenaran varietas yang ditanam dalam BPMT ditunjukkan atas dasar label yang dikeluarkan oleh BPSBTPH setempat, dengan warna label ungu. Mata tempel/bahan sambung yang dihasilkan dari BPMT diberi label warna ungu, dengan kode sesuai dengan ketentuan yang berlaku (Setiono, 2012).

Berdasarkan alur baku distribusi penyediaan bibit jeruk bebas penyakit di Indonesia, Blok Fondasi dan Blok Penggandaan Mata Tempel (BPMT) merupakan kunci penentu kelancaran sekaligus titik lemah penyediaan mata tempel bagi para penangkar benih. Sebagai salah satu persayaratan pokok yang harus dipenuhi dalam pengelolaan Blok Fondasi dan Blok Penggandaan Mata Tempel (BPMT) adalah adanya bangunan rumah kasa (screen house).

(21)

2.3.2. Syarat BPMT

A. Rumah Kasa

Rumah kasa merupakan bangunan berkerangka kayu, besi, pipa galvanis atau bahan lainnya yang bagian luarnya dilapisi kasa nilon “insect proof” atau bahan sejenis yang lubang-lubangnya tidak bisa dilewati serangga penular penyakit tular vektor. Kasa “insect proof” mempunyai ukuran 625 mesh (1 mesh=jumlah lubang per inch2) (Balitjestro, 2009).

B. Pintu Ganda

Rumah kasa untuk Blok Fondasi dan Blok Penggandaan Mata Tempel mempunyai pintu ganda yang berfungsi untuk meminimalkan kemungkinan masuknya serangga penular lewat pintu rumah kasa. Setiap orang yang ingin memasuki pintu ganda, setelah melewati pintu pertama, harus menutup terlebih dahulu pintu tersebut sebelum membuka pintu kedua, dan menutup pintu tersebut setelah berada di dalam rumah kasa (Balitjestro, 2009).

Masing masing pintu dilengkapi dengan “Alas Berfungisida” yang terbuat dari gabus atau bahan lain berbentuk persegi panjang (40-50 cm) yang diisi larutan fungisida dosis anjuran. Setiap petugas atau pengunjung yang memasuki rumah kasa disarankan menggunakan sepatu lapang khusus dan diharuskan kedua telapak sepatu yang digunakan menginjak alas berfungisida sebelum memasuki kedua pintu tersebut. Tujuannya agar tidak membawa patogen jamur busuk akar dan batang terutama phytophthora sp (Balitjestro, 2009).

(22)

Laporan Tugas Akhir C. Ukuran Rumah Kasa

Ukuran rumah kasa Blok Penggandaan Mata Tempel (BPMT) disesuaikan dengan produksi mata tempel (entris) yang dikehendaki. (1 m2 luasan rumah kasa untuk 6 tanaman BPMT) (Balitjestro, 2009).

2.3.3. Keunggulan BPMT

Blok Penggandaan Mata Tempel (BPMT) yang merupakan benih pokok dari BF, dan selanjutnya mata tempel dari BPMT ini akan digunakan di Blok Penggandaan Benih Komersial (BPBK) atau penangkar benih untuk menghasilkan benih sebar. Proses produksi benih di setiap tahapan dilakukan berdasarkan regulasi yang berlaku dan dalam pelaksanaannya diawasi oleh petugas BPSB setempat secara berkala guna menjamin bahwa benih yang dihasilkan benar benar bebas penyakit (Balitjestro, 2009).

Benih jeruk komersial berlabel bebas penyakit yang ada di Indonesia umumnya diperbanyak dengan cara okulasi sehingga mutu mata tempel yang digunakan sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan okulasi dan benih jadinya. BPMT yang dikelola secara optimal akan mampu menghasilkan mata tempel yang bermutu dan dapat diatur ketersediannya pada saat dibutuhkan oleh penangkar benih.

2.3.4. Kelemahan BPMT

Hingga kini proses produksi benih serta pengelolaan Blok Fondasi dan Blok Penggandaan Mata Tempel yang ada di Indonesia dinilai belum optimal : petugas BF/BPMT sering diganti dan bahkan belum dilakukan sinkronisasi penyediaan mata tempel dan kesiapan semaian batang bawah diokulasi, sehingga

(23)

pada saat musim tanam, benih jeruk berlabel bebas penyakit sering tidak mencukupi kebutuhan petani (Setiono, 2013).

2.3.5. Tujuan dan Sasaran Penanaman BPMT

Untuk mempercepat proses perbanyakan benih sistem klonal, sehingga konsumen mendapatkan mutu yang tepat, serta meningkatkan kualitas dan kuantitas produk daerah sentra tanaman jeruk. Dampak langsung dari kegiatan penanaman BPMT jeruk dilahan/kebun penangkar ini, adalah penyempurnaan sistem perbanyakan benih klonal secara cepat dan terarah dalam bentuk pembangunan BPMT dan BPB (Blok Perbanyakan Benih). Sedangkan dampak tidak langsung adalah menyediakan mata tempel/sambung pucuk yang lebih jelas asal usulnya bagi penangkar, maupun konsumen benih tanaman jeruk. (Sukmadjaja, 2010).

2.3.6. Pengelolaan BPMT

A. Penanaman

Menurut Hardiyanto dkk (2010), BPMT jeruk bebas penyakit dapat dibangun dengan menanam : (1). Benih jeruk yang telah dipersiapkan sebelumnya atau (2). Menanam semaian batang bawah dibedengan kemudian ditempel dengan mata tempel yang berasal dari Blok Fondasi. Berdasarkan pengalaman cara kedua lebih disarankan. Penanaman di BPMT harus disinkronkan sedemikian rupa dengan kegiatan perbenihannya. Artinya saat penempelan di BPMT juga merupakan saat penebaran benih batang-bawah bagi penangkar benih.

(24)

Laporan Tugas Akhir

B. Pembentukan Arsitektur Pohon

Produktivitas ranting mata tempel sangat dipengaruhi oleh bentuk arsitektur pohon dan tingkat pemeliharaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemeliharaan beberapa ranting mata tempel per pohon yang hanya akan dipanen dapat mengefisienkan pameliharaan dan meningkatkan produktivitas mata tempel (Hardiyanto dkk, 2010).

C. Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman dalam BPMT harus dilakukan secara optimal agar produksi mata tempel optimal. Pemeliharaan meliputi penyiraman, pembuangan tunas air/pewiwilan, penyiangan, pemupukan dan pengendalian hama-penyakit penting (Hardiyanto dkk, 2010).

D. Panen dan Perlakuan Pasca Panen

Menurut Setiono dan Supriyanto (2009), cara panen yang salah dapat mempengaruhi pola pertumbuhan tunas dan mengurangi efisiensi pemeliharaan selanjutnya sehingga produktivitas mata tempel tidak optimal. Saat panen harus disesuaikan dengan bulan-bulan penempelan, yaitu berkisar pada bulan April-September (bulan kering) atau disesuaikan dengan iklim di lokasi perbenihan. Karena persentase keberhasilan penempelan pada bulan-bulan basah sangat rendah.

Perlakuan pasca panen ranting mata tempel yang baru dipanen dari BPMT bertujuan untuk mengeliminasi serangan cendawan sehingga selain dapat lebih lama bertahan dalam penyimpanan dan pengiriman juga meningkatkan

(25)

keberhasilan penempelan. Jadi perlakuan pasca panen disini dapat diartikan sebagai upaya meningkatkan mutu, terutama kesehatan mata tempel.

(26)

Laporan Tugas Akhir

III. METODE PELAKSANAAN

3.1. Waktu dan Tempat

Waktu pelaksanaan di mulai pada tanggal 11 Maret 2014 sampai 05 Juni 2014. Bertempat di Kebun Percobaan Tlekung dan Kebun Percobaan Punten, Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (BALITJESTRO) Tlekung, Kota Batu Malang-Jawa Timur.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam pengelolaan ini ialah pohon induk jeruk di Blok Penggandaan Mata Tempel (BPMT), pupuk NPK, ZK, pupuk kandang kambing, Insektisida Winder, Fungisida Antracol, MPHP, Alkohol 70%, Klorox dan Benomyl. Sedangkan alat yang digunakan ialah cangkul, gunting stek besar dan kecil serta kompresor.

3.3. Prosedur Pelaksanaan

3.3.1. Penanaman

Tahapan penanaman dan pemeliharaan BPMT adalah sebagai berikut :

1. Membuat bedengan dalam rumah kasa dengan lebar : 60-80 cm, tinggi : 20-30 cm dengan panjang disesuaikan ukuran rumah kasa. Untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan bahwa bedengan dapat diberi mulsa plastik hitam perak (MPHP).

2. Sebagai pupuk dasar menggunakan pupuk kandang 1 blek/glansi (10 kg), 10 gr urea, 10 gr TSP dan 10 gr ZK untuk setiap meter persegi bedengan. Pemberian

(27)

pupuk dengan cara ditaburkan diatas bedengan kemudian ditutup dengan tanah tipis-tipis.

3. Menanam semaian batang bawah dengan jarak tanam antar baris 40-50 cm dan dalam baris 20-25 cm. Transplanting sebaiknya dilakukan pada musim hujan. Setiap 1 m2 luasan bedengan berisi 6 tanaman.

4. Setelah diameter semaian mencapai ukuran 0,5 cm atau setinggi lebih dari 40 cm, sudah dapat diokulasi dengan varietas komersial pada tinggi tempel 20 cm dari pangkal batang, mata tempelnya diperoleh dari Blok Fondasi.

Dikarenakan sewaktu melakukan praktek kerja lapang pohon induk jeruk di Blok Penggandaan Mata Tempel sudah di tanam dan berumur ± 3 tahun, sehingga dalam proses penanaman pohon induk jeruk tidak dapat diikuti.

3.3.2. Pembentukan Arsitektur Pohon

1. Pemangkasan ; 6 bulan setelah penempelan dapat dilakukan pemangkasan bentuk, yaitu dengan memangkas 20 cm diatas bidang penyambungan/okulasi. Hasil pemangkasan ditutup dengan lilin atau bahan lainnya.

2. Dua-tiga minggu setelah pemangkasan, tunas-tunas mulai tumbuh. Setelah tumbuh kira-kira 5-10 cm disisakan dan dipertahankan 4-6 ranting per pohon. Artinya tunas-tunas lain yang tumbuh baik dibawah maupun batang-atasnya harus dibuang.

3. Jika pemeliharaan dilakukan secara optimal 2,5-3 bulan setelah pangkas kemudian tunas-tunas/ranting-ranting tersebut sudah dapat dipanen.

(28)

Laporan Tugas Akhir 3.3.3. Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman dalam BPMT harus dilakukan secara optimal agar produksi mata tempel optimal. Pemeliharaan meliputi penyiraman, pembuangan tunas air/pewiwilan, penyiangan, pemupukan dan pengendalian hama-penyakit penting.

1. Penyiraman di berikan secara kontinyu 2-3 hari sekali dan pada saat pertumbuhan tunas, akar dan setelah pemupukan. Teknik penyiraman pohon induk jeruk di BPMT menggunakan sistem irigasi pancaran (sprinkle irrigation).

2. Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut gulma yang tumbuh di sekitar pohon induk jeruk menggunakan kored serta menggunakan tangan.

3. Pemupukan diberikan setelah panen ranting mata tempel, dengan dosis pemupukan 1 glangsi/blek (10 kg) pupuk kandang per meter persegi dan 10 gr NPK + 10 gr urea per tanaman, dengan cara ditaburkan disekeliling tanaman kemudian ditutup dengan tanah.

4. Pengendalian hama menggunakan insektisida winder ditambah perekat dengan dosis 2 ml/l air lalu disemprotkan menggunakan kompresor. Pengendalian dilakukan 2 minggu sekali untuk mengendalikan hama penting seperti Diaphorina citri, aphid, tungau, ulat peliang daun dan Papilio demolian

5. Pengendalian penyakit cendawan dengan fungisida antracol + perekat dilakukan setiap 2 minggu sekali menggunakan kompresor.

6. Ranting yang dipelihara yakni yang tumbuh lurus, jumlahnya tetap dipertahankan 4-6 saja, setiap tunas air/wiwilan yang tumbuh dibuang menggunakan gunting stek.

(29)

3.3.4. Panen dan Perlakukan Pasca Panen

A. Panen

1. Ranting mata tempel yang dipanen yaitu penampangnya telah berbentuk bulat hingga tidak terlalu pipih ± 2,5-3 bulan setelah pemangkasan.

2. Pemanenan ranting mata tempel dalam satu pohon dilakukan serentak. Jika pada satu pohon 50% ranting mata tempelnya dalam kondisi siap panen, maka pohon tersebut dinyatakan siap panen.

3. Ranting yang tumbuh mendatar atau cenderung bengkok ke bawah tidak dipanen/tidak digunakan karena akan menghasilkan benih yang pertumbuhan tunasnya mendatar.

4. Pemanenan ranting mata tempel dengan cara memotong ranting menggunakan gunting stek dan menyisakan 2 mata tempel untuk masing-masing ranting sedemikian rupa sehingga jumlah tunas yang tumbuh selanjutnya tetap dipertahankan 4-6 tunas (ranting) per pohon atau disesuaikan dengan kondisi individual tanaman.

5. Hasil panenan ranting mata tempel segera diproses lebih lanjut.

B. Perlakuan Pasca Panen

1. Ranting mata tempel setelah dipanen, semua daunnya dibuang dengan memotong tangkai daunnya dengan gunting pangkas.

2. Bagian pucuk ranting mata tempel dibuang karena dianggap masih terlalu muda, yaitu yang masih berbentuk relatif pipih.

3. Ranting-ranting dipotong sesuai ukuran yang dikehendaki, dicuci dengan air bersih, kemudian dicelup dalam larutan klorox 10% yang telah dipersiapkan

(30)

Laporan Tugas Akhir

sebelumnya (10 cc klorox + 90 cc air) selama 60 detik kemudian dikering-anginkan.

4. Setelah itu dicelup dalam larutan 1% binomyl (1 gr Benlate + 100 cc air) selama 60 detik dan kemudian dikering-anginkan.

5. Ranting mata tempel siap tempel kemudian dimasukkan dalam kantong plastik transparan dan ikat rapat.

3.3.5. Pengamatan Pertumbuhan Ranting dan Produktivitas Mata Tempel

Pengamatan panjang ranting mata tempel ini dilakukan seminggu sekali selama 10 minggu untuk memantau pertumbuhan ranting mata tempel serta jumlah produksi mata tempel setelah dilakukan pemangkasan. Panjang tunas ranting mata tempel diukur dari pangkal ranting sampai ujung daun terakhir menggunakan rol (penggaris) dan di catat dalam tabel pengamatan.

Untuk pengamatan jumlah tunas/mata tempel dilaksanakan di minggu terakhir pengamatan pertumbuhan panjang tunas dengan cara menghitung jumlah mata tempel/entres yang tumbuh dalam satu ranting tanaman. Pengamatan ini dilakukan pada minggu ke 10 setelah pemangkasan ranting mata tempel. Jumlah mata tempel dikurangi 2 dari bagian bawah dan atas ranting mata tempel, hal ini karena mata tempel bagian bawah pada umumnya dorman sedangkan bagian pucuk/atas umumnya masih muda dan belum layak dijadikan sebagai mata tempel (Setiono, 2013).

(31)

Laporan Tugas Akhir

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Benih jeruk komersial berlabel bebas penyakit yang ada di Indonesia umumnya diperbanyak dengan cara okulasi sehingga mutu mata tempel yang digunakan sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan okulasi dan bibit jadinya. BPMT yang dikelola secara optimal akan mampu menghasilkan mata tempel yang bermutu dan dapat diatur ketersediannya pada saat dibutuhkan oleh penangkar benih.

Tanaman jeruk memerlukan pemangkasan untuk mendapatkan bentuk (penampilan) tanaman yang baik, atau memperoleh percabangan yang ideal dan seimbang. Seluruh tajuk akan secara merata menerima sinar matahari yang diperlukan untuk pertumbuhan dan kesehatan, yang selanjutnya berpengaruh pada produksi.

Tabel 1. Rata-Rata Pertumbuhan Panjang Ranting Pohon Induk Jeruk Varietas Siam dan Batu 55

Varietas Panjang Ranting (cm) Umur (Minggu) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Siam 0 0 2,6 8,6 13,6 18,3 19,6 20,7 21,8 22,8 Batu 55 0 0 4,2 8,7 13,8 19,1 21,7 24,4 27,3 29,1

Data Tabel 1 menunjukkan bahwa pertumbuhan ranting mata tempel pohon induk jeruk varietas batu 55 dan Siam mengalami peningkatan setiap minggunya. Kedua varietas tersebut memiliki perbedaan pertumbuhan ranting, diamana varietas batu 55 lebih panjang pertumbuhan rantingnya dibandingkan dengan varietas Siam.

(32)

Laporan Tugas Akhir

Produktivitas mata tempel sangat dipengaruhi oleh bentuk arsitektur pohon dan tingkat pemeliharaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemeliharaan beberapa ranting mata tempel perpohon yang hanya akan dipanen dapat mengefisienkan pemeliharaan dan meningkatkan produktivitas mata tempel. Dari hasil pengamatan maka didapatlah data produktivitas mata tempel varietas Siam dan Batu 55 pada Tabel 2 dibawah ini.

Tabel 2. Rata-Rata Produktivitas Mata Tempel Varietas Siam dan Batu 55 Varietas Total Mata Tempel Mata Tempel Optimal

Siam 108 74

Batu 55 139 107

Tabel 2 menunjukkan produksi mata tempel pohon induk jeruk varietas Batu 55 dan Siam. Produksi mata tempel varietas Batu 55 dan Siam terdapat perbedaan jumlah mata tempel yang signifikan, varietas Batu 55 lebih tinggi jumlah mata tempelnya dibandingkan varietas Siam.

Tabel 3. Produksi Mata Tempel

Tahun Umur

I 250 mata tempel (2 kali panen) II 250-350 mata tempel (3 kali panen) III >350 mata tempel (3 kali panen)

Sumber : Panduan Teknis Pengelolaan Blok Fondasi dan Blok Penggandaan Mata Tempel Jeruk Bebas Penyakit (2010)

Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa produksi mata tempel setiap tahunnya mengalami peningkatan yang signifikan. Data Tabel 3 merupakan patokan hasil panen meta tempel setiap tahunnya, jika mata tempel yang dihasilkan menurun dibandingkan data Tabel 3 maka pengelolaan pohon induk jeruk di blok penggandaan mata tempel belum terlaksana dengan baik.

(33)

4.2. Pembahasan

Pada Tabel 1 merupakan data pengamatan rata-rata pertumbuhan panjang ranting mata tempel varietas Siam dan Batu 55 setiap minggunya. Pada minggu ke-1 dan 2 setelah pemangkasan belum terlalu terlihat pertumbuhan ranting mata tempelnya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Hardiyanto dkk (2010), dua-tiga minggu setelah pemangkasan, tunas-tunas mulai tumbuh. Pertumbuhan panjang ranting mata tempel varietas siam dan batu 55 dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini.

Gambar 1. Grafik Pertumbuhan Ranting Mata Tempel Varietas Siam dan Batu 55 Gambar diatas menunjukkan pertumbuhan ranting mata tempel setiap minggunya selama 10 minggu. Dimana pada minggu pertama dan kedua belum terlihat pertumbuhan ranting mata tempel tetapi pada minggu ketiga ranting mata tempel varietas Siam dan Batu 55 mulai mengalami peningkatan. Dari Gambar 1 dapat diketahui bahwa ada perbedaan petumbuhan ranting mata tempel varietas Siam dan Batu 55, dimana ranting mata tempel varietas Batu 55 lebih tinggi pertumbuhannya dibandingkan varietas Siam. Hal ini sesuai dengan pernyataan

(34)

Laporan Tugas Akhir

Imam Murtadhlo (2011), pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan tumbuhan dikendalikan beberapa golongan zat yang secara umum dikenal sebagai hormon tumbuhan atau fitohormon.

Menurut Rachmatullah (2010), pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar tumbuhan. Faktor dalam adalah semua faktor yang terdapat dalam tubuh tumbuhan antara lain faktor genetik yang terdapat di dalam gen dan hormon. Gen berfungsi mengatur sintesis enzim untuk mengendalikan proses kimia dalam sel. Hal ini yang menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan. Sedangkan, hormon merupakan senyawa organik tumbuhan yang mampu menimbulkan respon fisiologi pada tumbuhan. Faktor luar tumbuhan yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, yaitu faktor lingkungan berupa cahaya, suhu, oksigen dan kelembapan.

Hasil pengamatan dari pengelolaan Blok Penggandaan Mata Tempel yang telah dilakukan di Kebun Percobaan Tlekung dengan umur pohon induk > 5 tahun dengan pola 1, 3, 9 artinya setiap tanaman dipelihara 1 batang utama, dari satu batang utama ditumbuhkan/ dipelihara 3 cabang utama (primer) dan masing-masing cabang utama dipelihara 3 cabang kedua (sekunder) di dapatkanlah jumlah mata tempel lebih rendah di bandingkan data dari Balitjestro yakni sebanyak 74 mata tempel dalam sekali panen (222 panen mata tempel/tahun) untuk varietas Siam dan sebanyak 107 mata tempel dalam sekali panen (322 panen mata tempel/tahun) untuk varietas Batu 55 (Tabel 2), hal ini menunjukkan bahwa produktivitas ranting mata tempel mulai menurun seiring bertambahnya umur pohon induk jeruk.

(35)

Dari hasil pengamatan pengelolaan pohon induk jeruk Blok Penggandaan Mata Tempel serta data Tabel 2 dapat diketahui bahwa mata tempel yang dihasilkan mengalami penurunan dibandingkan dengan data rekomendasi Balitjestro. Hal ini dikarenakan pengelolaan pohon induk jeruk yang kurang terlaksana dengan baik. Perbandingan hasil panen mata tempel dapat dilihat pada Gambar 2 dibawah ini.

Gambar 2. Grafik Perbandingan Produksi Total Mata Tempel serta Mata Tempel Optimal Varietas Siam dan Batu 55

Gambar 2 diatas menunjukkan bahwa hasil panen mata tempel varietas Batu 55 lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Siam. Hal ini dikarenakan perbedaan panjang ranting mata tempel yang menyebabkan perbedaan jumlah mata tempel yang dihasilkan. Pada Gambar 2 terdapat Total Mata Tempel dan Mata Tempel Optimal, total mata tempel yakni jumlah keseluruhan mata tempel yang terdapat dalam satu ranting. Sedangkan mata tempel optimal yaitu jumlah mata tempel yang bagus yang dapat digunakan sebagai bahan perbanyakan. Menurut Hardiyanto dkk (2010), bagian pucuk ranting mata tempel dianggap masih terlalu muda, yaitu yang masih berbentuk relatif pipih dibuang. Ranting

(36)

Laporan Tugas Akhir

mata tempel dianggap optimal digunakan untuk penempelan jika penampangnya telah berbentuk bulat. Sedangkan menurut Setiono dan Supriyanto (2009), bagian ranting mata tempel yang penampangnya terlalu pipih dan mata tempel dorman dibuang, biasanya terletak pada bagian pangkal ranting mata tempel terutama mata tempel yang tidak berdaun.

Rumah kasa untuk Blok Fondasi dan Blok Penggandaan Mata Tempel mempunyai pintu ganda yang berfungsi untuk meminimalkan kemungkinan masuknya serangga penular lewat pintu rumah kasa. Setiap orang yang ingin memasuki pintu ganda, setelah melewati pintu pertama, harus menutup terlebih dahulu pintu tersebut sebelum membuka pintu kedua, dan menutup pintu tersebut setelah berada di dalam rumah kasa. Akan tetapi pada kenyataannya di lapang SDM yang terkait tidak memeperhatikan akan hal tersebut bahkan terkadang membiarkan kedua pintu tersebut terbuka, sehingga mengakibatkan serangga tular vektor berkemungkinan dapat masuk (Balitjestro, 2009).

Masing-masing pintu dilengkapi dengan “Alas Berfungisida” yang terbuat dari gabus atau bahan lain berbentuk persegi panjang (40-50 cm) yang diisi larutan fungisida dosis anjuran. Setiap petugas atau pengunjung yang memasuki rumah kasa disarankan menggunakan sepatu lapang khusus dan diharuskan kedua telapak sepatu yang digunakan menginjak alas berfungisida sebelum memasuki kedua pintu tersebut. Tujuannya agar tidak membawa patogen jamur busuk akar dan batang terutama phytophthora sp (Balitjestro, 2009).

Di lapangan sering kali petugas mengabaikan pentingnya hal ini, bahkan alas berfungisida dibiarkan tak terpakai sebagai mana mestinya, hal ini dapat

(37)

menyebabkan serangga tular vektor maupun patogen jamur yang berkemungkinan terbawa melalui alas kaki tidak dilakukan pengendalian.

Untuk menjaga pohon induk jeruk dari penyebaran serangga tular vektor maka perlu dibuat screen house sebagai lahan pertanaman yang didalamnya ditanamai pohon induk jeruk dalam upaya menjaga penyebaran penyakit sistemik. Perlu diperhatikan besarnya ukuran lubang insect proof yang digunakan sebagai dinding rumah kasa, agar tidak dapat dilewati oleh serangga penular penyakit yang bisa menularkan penyakit sistemik (bebas dari 5 pathogen sistemik, yaitu : CVPD (Citrus Vein Ploem Degeration), CTV (Citrus Tristeza Virus), CVEV (Citrus Vien Enation Virus), CEV (Citrus Exocortis Viroid) dan CPs V (Citrus Psorosis Virus), menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas hasil dari Blok Penggandaan Mata Tempel. Menurut Balitjestro (2009), bagian luar screen house dilapisi kasa nilon “insect proof” atau bahan sejenis yang lubang-lubangnya tidak bisa dilewati serangga penular penyakit tular vektor. Kasa “insect proof” mempunyai ukuran 625 mesh (1 mesh = jumlah lubang per inch2 sehingga serangga tidak bisa masuk.

Produktivitas ranting mata tempel sangat dipengaruhi oleh bentuk arsitektur pohon dan tingkat pemeliharaan. Bentuk tanaman yang baik apabila percabangannya tertata/tersusun dengan baik sehingga kanopi/tajuk tanaman tampak menyebar ke semua arah dan mendapatkan sinar matahari penuh. Menurut Hardiyanto dkk (2010), pemeliharaan beberapa ranting mata tempel per pohon yang hanya akan dipanen dapat mengefisienkan pemeliharaan dan meningkatkan produktivitas mata tempel

(38)

Laporan Tugas Akhir

Menurut Setiono (2013), lebih kurang 3 minggu setelah pemangkasan bentuk kemudian tunas tumbuh kira-kira sepanjang 5-10 cm, disisakan dan dipertahankan 4-6 ranting/pohon. Artinya tunas-tunas lain yg tumbuh pada batang-bawah maupun batang-atasnya harus dibuang. Selama pertunasan harap dicermati jangan sampai pertumbuhan tunas terhenti atau terhambat karena terserang hama dan penyakit sehingga menyebabkan pembentukan kerangka tidak optimal.

Tanaman jeruk merupakan salah satu jenis tanaman tahunan yang tidak menghendaki kelebihan air. Air diperlukan dalam jumlah banyak pada saat pertumbuhan tunas, akar dan untuk pelarut pupuk. Di lapangan penyiraman dilakukan ± 2-3 hari sekali tergantung kondisi tanahnya, penyiraman di lapangan sudah menggunakan irigasi pancaran (sprinkle irrigation).

Menurut Hardiyanto dan Setiono (2009), kekurangan air mengakibatkan pertumbuhan tanaman terganggu (lambat/kerdil), sedangkan apabila terlalu banyak air menyebabkan tanaman mudah terserang penyakit busuk akar. Pemberian air disesuikan dengan kondisi kelembaban media, artinya apabila media menunjukkan mulai kering harus segera disiram.

Pupuk merupakan hal penting bagi pertumbuhan tanaman, untuk mendapatkan pertumbuhan yang optimal maka dosis pemupukan harus disesuaikan dengan umur dan kebutuhan stadia tanaman. Cara pemupukan dapat dilakukan melalui media tumbuh yaitu langsung diberikan ke akar tanaman dan pupuk daun yang pemberiannya disemprotkan ke daun tanaman.

Tanaman muda dalam masa pertumbuhan vegetatif memerlukan unsur nitrogen lebih banyak disbanding P dan K, sedangkan tanaman pada fase generatif

(39)

memerlukan unsur N, P dan K relatif seimbang. Untuk tanaman berumur 1 tahun dapat diberikan setiap 2-3 bulan dengan dosis yang meningkat secara bertahap yaitu 20-200 gram/ph atau dapat menggunakan NPK (15-15-15) yang dilarutkan dg dosis 500-1000 ppm yang diberikan setiap 2-4 minggu, dan dapat pula menggunakan campuran pupuk NPK (5 gr) + Urea (3 gr) yang dilarutkan dalam 1 liter air dan diberikan setiap bulan. Pupuk daun dapat diberikan sesuai anjuran yang tertera pada kemasan, sedangkan pupuk kandang atau pupuk organik dapat ditambahkan minimal setahun dua kali atau sesuai kebutuhan (Hardiyanto dkk, 2010).

Tunas-tunas muda yang baru tumbuh tidak semuanya dipelihara dan bermanfaat tetapi dipilih sesuai dengan kebutuhan. Pembuangan tunas yang tidak berguna dilakukan pada setiap saat tumbuh tunas baru. Pewiwilan harus dilakukan secara benar, apabila pemangkasannya kurang benar akan menstimulir tumbuhnya tunas baru. Menurut Hardiyanto dkk (2010), kerangka tanaman yang terbentuk harus tetap dipertahankan dengan cara membuang tunas yang tumbuh pada batang utama, cabang primer dan sekunder serta cabang pucuk yang terlalu rimbun. Sanitasi alat pertanian dengan cara di lap dengan kapas yang telah dibasahi larutan alcohol 70% pada setiap kali melakukan pemangkasan bagian tanaman dari satu tanaman ke tanaman lainnya harus tetap dilakukan bertujuan untuk menghindari penularan penyakit.

Monitoring terhadap tanaman pohon induk perlu dilakukan, jika terdapat indikasi serangan hama penyakit maka perlu dilakukan pengendalian. Monitoring terutama ditujukan untuk melihat serangga penular vektor yang terdapat pada pohon induk, karena dapat menyebabkan pohon induk terserang penyakit CVPD.

(40)

Laporan Tugas Akhir

Menurut Setiono (2012), serangga penular penyakit CVPD yaitu Diaphorina citri dan aphids yang merupakan vektor CTV dan Vein enation, tidak boleh dijumpai pada tanaman di Blok Fondasi dan Blok Penggandaan Mata Tempel. Selain itu hama penting lainnya seperti tungau, ulat peliang daun dan Papilio demolian perlu pula mendapat perhatian karena dapat menurunkan produktivitas dan kualitas mata tempel. Dengan beberapa modifikasi pengendalian hama penting di Blok fondasi dapat dilakukan dengan pestisida.

Benih jeruk komersial berlabel bebas penyakit yang ada di Indonesia umumnya diperbanyak dengan cara okulasi sehingga mutu mata tempel yang digunakan sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan okulasi dan bibit jadinya. BPMT yang dikelola secara optimal akan mampu menghasilkan mata tempel yang bermutu dan dapat diatur ketersediannya pada saat dibutuhkan oleh penangkar bibit.

Menurut Setiono dan Supriyanto (2009), cara panen yang salah dapat mempengaruhi pola pertumbuhan tunas dan mengurangi efisiensi pemeliharaan selanjutnya sehingga produksi mata tempel tidak optimal. Tujuh condawan dipahami dapat mencemari ranting mata tempel yaitu: Fusarium sp., Collectroticum sp., Cercosprora sp., Phytium sp., Alternaria sp., Aspergilus sp., dan Penicillum sp. Saat panen harus disesualkan dengan bulan-bulan penempelan, yaitu berkisar pada bulan April-September.

Perlakuan pasca panen ranting mata tempel yang baru dipanen dari Blok Fondasi dan Blok Penggandaan Mata Tempel bertujuan untuk mengeliminasi serangan cendawan sehingga selain dapat lebih lama bertahan dalam penyimpanan dan pengiriman juga meningkatkan keberhasilan penempelan. Jadi perlakuan

(41)

pasca, panen di sini dapat diartikan sebagai upaya meningkatkan mutu, terutama kesehatan mata tempel.

Ranting mata tempel yang dipanen dari BF maupun BPMT masih dapat tercemar tujuh macam jamur yaitu : Fusarium sp, Collectroticum sp, Cercospora sp, Phytium sp, Alternaria sp, Aspergilus sp dan Penicillium sp yang diyakini dapat menurunkan mutu mata tempel terutama selama menjalani pengiriman dan penyimpanan. Perlakuan pasca panen ranting mata tempel bertujuan untuk mengeleminasi serangan jamur sekaligus meningkatkan ketahanan mata tempel dalam menjalani pengiriman dan penyimpanan serta meningkatkan persen tempelan jadi (Hardiyanto dkk, 2010).

(42)

Laporan Tugas Akhir

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil praktek kerja lapang yang telah dilaksanakan selama lebih kurang 3 bulan maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu :

1. Produktivitas dan kualitas mata tempel sangat dipengaruhi oleh tindakan pemeliharaan pra panen dan perlakuan pasca panen ranting mata tempel.

2. Untuk mendapatkan sumber mata tempel yang bebas penyakit maka pohon induk jeruk ditanam didalam rumah kasa serta perlu diperhatikan besarnya ukuran lubang insect proof agar tidak dapat dilewati oleh serangga penular penyakit yang bisa menularkan penyakit sistemik.

3. Mata tempel yang dihasilkan mengalami penurunan dibandingkan dengan data rekomendasi Balitjestro yakni turun sebanyak 28 mata tempel untuk varietas Batu 55 dan 128 mata tempel untuk varietas Siam pertahun.

5.2. Saran

Untuk mendapatkan serta meningkatkan hasil mata tempel yang optimal baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya maka disarankan untuk melakukan pengelolaan pohon induk jeruk di Blok Penggandaan Mata Tempel secara optimal dan sesuai prosedur agar produksi mata tempel optimal.

(43)

Laporan Tugas Akhir

DAFTAR PUSTAKA

AAK, 2004. Budidaya Tanaman Jeruk. Kanisius, Yogyakarta.

Anonim. 2013. Budidaya Jeruk Lengkap. http://budidaya-petani.blogspot.com. Upload, 2013. Unduh, 29 Mei 2014.

Balitjestro. 2009. Model Rumah Kasa Induk Tanaman Jeruk. Balai Penelitian Jeruk dan Buah Sub Tropika. Batu Malang.

Barus, A. dan Syukri, 2008. Agroteknologi Tanaman Buah-Buahan. USU-Press, Medan.

Hadayani, 2009. Prospek Pengembangan Tanaman Jeruk Siam (Citrus Nobilis) Berwawasan Agribisnis Di Kecamatan Bolano Lambunu Kabupaten Parigi Moutong. Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako. Sulawesi Tengah.

Hardiyanto dan Setiono. 2009. Blok Fondasi Sebagai Pohon Induk Jeruk. Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Sub Tropika. Batu-Malang

Hardiyanto. Supriyanto, A. Mulyanto, H. Suhariyono. Sugiyanto, A dan Setiono. 2010. Panduan Teknis Pengelolaan Blok Fondasi dan Blok Penggandaan Mata Tempel Jeruk Bebas Penyakit. Balitjestro. Batu-Malang.

Herdiana, D. 2013. Peluang dan Prospek Usaha Bisnis Budidaya Jeruk. http://www.blogspot.com. Upload, 09 November 2103. Unduh, 29 Mei 2014.

Kurnianti, N. 2012. Budidaya Jeruk. http://www.tanijogonegoro.com. Upload, 15 Desember 2012. Unduh, 02 Juni 2014.

Murtadhlo, Imam. 2011. Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh. Universitas Jendral Soedirman. Purwokerto.

Pracaya, 2009. Cet. XV. Jeruk Manis Varietas, Budidaya, dan Pascapanen. Penebar Swadaya, Jakarta.

Rachmatullah, 2010. Kontrol Pertumbuhan Tanaman. http://rachmatullah83.wordpress.com. Upload, 21 Desember 2010. Unduh, 27 Agustus 2014.

Setiawan, 2000. Botani Tanaman Jeruk. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Setiono. 2012. Produksi Benih Jeruk Bebas Panyakit. Balitjestro. Batu-Malang. Setiono. 2013. Power Point Pengelolaan Blok Fondasi (BF), Blok Penggandaan

(44)

Laporan Tugas Akhir

Setiono dan Supriyanto, A. 2009. Panen dan Penanganan Pasca Panen Ranting Mata Tempel Jeruk Bebas Penyakit. Balitjestro Batu-Malang.

Sukmadjaja, A. 2010. Penanaman Blok Penggandaan Mata Tempel (BPMT) Benih Buah-buahan di Kebun Penangkar. BBPP Ketindan, Lawang. Malang.

Tim Penulis PS, 2003. Peluang Usaha dan Pembudidayaan Jeruk Siam. Penebar Swadaya, Jakarta.

Tim Sinar Tani, 2008. Balitjestro Distribusikan Pohon Induk Jeruk Bebas Penyakit. Sinar Tani. Malang.

(45)

Lampiran 1. Profil Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika Tlekung, Batu-Malang.

PENDAHULUAN

Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro) terletak di Desa Tlekung, Kecamatan Junrejo, Batu, Jawa Timur. Posisi Balitjestro berada pada 4 km dari Kota Batu dan pada ketinggian tempat ± 950 m di atas permukaan laut. Berdasarkan Surat Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 13/Permentan/OT.140/3/2006 Loka Penelitian Jeruk dan Hortikultura Subtropik yang mengalami peningkatan eselonisasi dari Eselon IV ke Eselon III dengan nama Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro). Balitjestro adalah salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) penelitian dan pengembangan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura.

SEJARAH

 1958-1975 Jawatan Perkebunan Rakyat Malang

 1976-1984 Kebun Percobaan Tlekung

 1985-1993 Sub Balai Penelitian Hortikultura Tlekung

 1994-2001 Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Tlekung (IP2TP)

 2002-2005 Loka Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropik (Eselon IV-a)

(46)

Laporan Tugas Akhir

Sruktur Organisasi

Balitjestro

Kepala Balai

Dr. Ir. Djoko Susilo Utomo, MP

Kasubag Tu Koordinator Program Kasie Yantek & Jaspen Langgeng Sutrisno, Sp Ir. Nurhadi, M.Sc Dr. Ir. Harwanto, M.Si

Bendahara Pengeluaran Bendahara Penerimaan Koord. Laboratorium Dr. Ir. Anang T, MP Koordinator Jaslit Ir. Agus Sugiyatno, MP

Supriyanto Noto

TUGAS POKOK

Melaksanakan kegiatan penelitian tanaman jeruk dan buah subtropika

FUNGSI

 Pelaksanaan penyusunan program, rencana kerja, anggaran, evaluasi dan laporan penelitian tanaman jeruk dan buah subtropika;

 Pelaksanaan penelitian genetika, pemuliaan, perbenihan tanaman jeruk dan buah subtropika;

 Pelaksanaan penelitian eksplorasi, konservasi, karakterisasi dan pemanfaatan plasma nutfah tanaman jeruk dan buah subtropika;

(47)

 Pelaksanaan penelitian agronomi, morfologi, fisiologi, ekologi, entomologi dan fitopatologi tanaman jeruk dan buah subtropika;

 Pelaksanaan penelitian komponen teknologi sistem dan usaha agribisnis tanaman jeruk dan buah subtropika;

 Pelaksanaan penelitian penanganan hasil tanaman jeruk dan buah subtropika;

 Pemberian pelayanan teknis penelitian tanaman jeruk dan buah subtropika;

 Penyiapan kerja sama, informasi dan dokumentasi serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil penelitian tanaman jeruk dan buah subtropika;

 Pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, rumah tangga dan perlengkapan Balitjestro.

VISI

“Menjadi Lembaga Penelitian Bertaraf Internasional Dalam Menghasilkan Inovasi Teknologi Jeruk dan Buah Subtropika”

MISI

 Merekayasa, merakit dan menghasilkan inovasi teknologi jeruk dan buah subtropika berbasis sumber daya lokal yang efisien, berdaya saing tinggi serta sesuai kebutuhan pengguna.

 Menjalin dan mengembangkan jaringan kerjasama nasional dan internasional dalam upaya meningkatkan kualitas dan profesionalisme sumber daya manusia serta penguasaan inovasi teknologi jeruk dan buah subtropika.

(48)

Laporan Tugas Akhir

 Menyebarluaskan teknologi inovatif dan produk yang telah dihasilkan kepada pengguna.

 Meningkatkan kapasitas dan publisitas Balitjestro.

 Melestarikan, memanfaatkan dan mengembangkan potensi sumber daya genetik jeruk dan buah subtropika mendukung diversifikasi produk serta digunakan sebagai pusat wisata buah berbasis pendidikan.

MOTO

"Satu Langkah Lebih Maju"

KOMODITAS MANDAT

Jeruk, Apel, Anggur, Lengkeng, Stroberi

ARAH DAN STRATEGI PENELITIAN

Strategi penelitian Balitjestro dituangkan dalam Rencana Stratejik sebagai landasan, arah dan pedoman bagi semua unsur internal dalam melaksanakan kegiatan selama 5 tahun ke depan dan mengacu pada Renstra Badan Litbang dan Renstra Puslitbang Hortikultura. Sasaran penelitian adalah mampu menciptakan dan menghasilkan inovasi teknologi terpadu yang dibutuhkan saat ini serta menciptakan trendsetter inovasi teknologi. Renstra Balitjestro memuat program-program penelitian: (1) Pengkayaan, pengelolaan, pemanfaatan dan pelestarian sumber genetik hortikultura; (2) Penelitian pemuliaan, perbaikan sistem produksi dan teknologi ekonomi jeruk; (3) Penelitian dan pengembangan komoditas buah subtropika prospektif jangka panjang (Demand Driving); (4) Pengembangan kapasitas benih sumber jeruk dan buah subtropika; (5) Pengembangan model

(49)

agribisnis terintegrasi secara vertikal untuk komoditas dan produk pertanian bernilai komersial tinggi; (6) Kaji tindak penanganan permasalahan mendesak serta kasus-kasus darurat nasional dan daerah; dan (7) Pengembangan sistem informasi, komunikasi, diseminasi dan umpan balik inovasi pertanian.

KERAGAAN SUMBERDAYA

Jumlah staf Balitjestro mencapai 104 Pegawai Negeri Sipil meliputi 26 tenaga peneliti dan 78 non peneliti yang diantaranya merupakan teknisi litkayasa. Sarana dan prasarana yang dimiliki terdiri dari laboratorium kultur jaringan, fitopatologi, virologi, entomologi, pemuliaan tanaman dan perbenihan serta laboratorium pengelolaan dan analisis data. Balitjestro memiliki 5 kebun percobaan koleksi plasma nutfah yang terdiri : koleksi 210 aksesi jeruk, 73 aksesi apel, 7 aksesi plum, 2 aksesi nectharine, 2 aksesi apricot, 46 aksesi anggur, 25 aksesi lengkeng dan 19 aksesi Stroberi. Penggunaan aksesi ini terbatas untuk penelitian dan pengelolaan plasma nutfah.

LAYANAN TEKNOLOGI

 Pembersihan pohon induk jeruk varietas unggul dari patogen sistemik.

 Indeksing patogen sistemik pada Blok Fondasi dan contoh dari lapang.

 Penyiapan tenaga terampil pengelolaan benih dan kebun jeruk bebas penyakit.

 Penyediaan benih penjenis dan komersial jeruk, apel, anggur, apokat, mangga dan buah subtropik lainnya.

(50)

Laporan Tugas Akhir

KERJASAMA PENELITIAN

Balitjestro menawarkan dan siap melakukan kerjasama penelitian dengan mitra pengusaha, kelompok tani, pemerintah propinsi maupun kabupaten, perguruan tinggi, balai penelitian/pengkajian lembaga penelitian internasional, organisasi profesi, dan produsen sarana produksi serta pihak lain yang berminat.

FASILITAS BALITJESTRO

Kebun Percobaan Balitjestro :

 KP Banaran, Kebun Pembibitan dan Koleksi PN Apel

 KP Banjarsari, Kebun Koleksi PN Anggur

 KP Kliran, Kebun Stroberi

 KP Punten, Kebun Pohon Induk dan Pembibitan Jeruk

 KP Tlekung, Kebun Koleksi PN Jeruk

Prasarana Pendukung :

 Shade House

 Screen House

 Nursery

 Guest House

 Laboratorium Kultur Jaringan

 Laboratorium Fitopatologi

 Laboratorium Virologi

 Laboratorium Entomologi

 Laboratorium Pemuliaan Tanaman dan Perbenihan

 Laboratorium Pengelolaan dan Analisis Data

(51)

Lampiran 2. Tabel Pengamatan Pertumbuhan Ranting Pohon Induk Jeruk Varietas Siam Sam Pel Cab ang Ran ting

Panjang Ranting (cm) Umur (Minggu setelah Pemangkasan)

Rata-rata 1 (28/3) 2 (4/4) 3 (11/4) 4 (17/4) 5 (25/4) 6 (2/5) 7 (9/5) 8 (16/5) 9 (23/5) 10 (30/5) I 1 1 - - 3,4 13,7 15,7 18,2 18,5 18,7 19,4 20,6 16,0 2 - - 3,8 12,9 14,5 16,8 17,2 17,7 18,3 19,1 15,0 3 - - 2,5 14,2 17,8 19,2 19,4 19,7 19,9 20,9 16,7 2 1 - - 4,4 11,6 13,3 17,8 18,2 18,5 18,7 19,4 15,2 2 - - 3,8 13,2 18,1 23,8 23,9 24,2 24,5 25,3 19,6 3 - - 4,8 12,6 18,7 21,2 21,5 22,1 22,8 24,2 18,5 3 1 - - 3,0 13,4 17,9 22,5 22,7 22,9 23,2 23,8 18,7 2 - - 3,9 13,7 18,4 21,4 22,4 23,0 23,6 24,5 18,9 3 - - 3,3 11,9 20,5 25,8 26,1 26,4 26,6 27,1 21,0 II 1 1 - - 2,3 8,2 16,2 22,6 22,9 23,2 23,5 24,2 17,9 2 - - 3,2 3,9 9,1 18,3 18,7 19,5 20,0 22,4 14,4 3 - - 13,0 6,5 17,6 25,2 29,6 33,7 37,2 39,6 25,3 2 1 - - 2,3 5,7 7,5 9,3 9,7 10,2 10,6 11,2 8,3 2 - - 0,5 9,2 14,9 19,2 23,2 25,8 26,4 27,2 18,3 3 - - 0,9 5,5 9,9 15,4 21,1 26,3 31,4 33,5 18,0 3 1 - - 1,3 7,7 - - - 4,5 2 - - 2,2 11,9 17,3 22,1 25,8 27,4 30,3 31,7 21,1 3 - - 1,3 6,3 11,7 15,3 18,7 22,7 27,5 29,3 16,6 III 1 1 - - 0,7 1,3 2,8 5,9 6,2 6,5 6,6 7,1 4,6 2 - - 0,8 3,8 5,2 7,4 7,9 8,5 8,8 9,6 6,5 3 - - 1,1 4,9 6,8 8,7 9,1 9,4 9,7 10,5 7,5 2 1 - - 1,8 9,3 13,7 18,6 18,8 19,1 19,4 19,7 15,1 2 - - 1,5 8,8 15,1 22,9 23,2 23,8 24,2 25,7 18,2 3 - - 1,3 6,7 13,6 20,7 21,1 21,5 21,7 22,4 16,1 3 1 - - 1,5 5,8 13,9 23,2 25,6 26,8 29,4 30,3 19,6 2 - - 0,4 3,5 9,4 14,3 16,5 17,7 18,7 19,8 12,5 3 - - 1,5 6,3 13,4 20,7 21,6 22,5 23,5 24,2 16,7

(52)

Laporan Tugas Akhir

Lampiran 3. Tabel Produktivitas Mata Tempel Varietas Siam Sekali Panen

Sampel Cabang Ranting Jumlah Total Mata

Tempel Jumlah Produktiv (-4)

I 1 1 11 7 2 10 6 3 12 8 2 1 10 6 2 15 11 3 13 9 3 1 15 11 2 14 10 3 17 13 Jumlah 1 117 81 II 1 1 13 9 2 10 6 3 22 18 2 1 10 6 2 6 2 3 16 12 3 1 - - 2 12 8 3 17 13 Jumlah 2 106 74 III 1 1 4 0 2 5 1 3 8 4 2 1 11 7 2 15 11 3 12 8 3 1 17 13 2 18 14 3 13 9 Jumlah 3 103 67 Total = 1+2+3 326 222 Rata-Rata 108 74

(53)

Lampiran 4. Tabel Pengamatan Pertumbuhan Ranting Pohon Induk Jeruk Varietas Batu 55 Sam pel Cab ang Ran ting

Panjang Ranting (cm) Umur (Minggu Setelah Pangkas)

Rata-rata 1 (21/3) 2 (28/3) 3 (4/4) 4 (11/4) 5 (17/4) 6 (25/4) 7 (2/5) 8 (9/5) 9 (16/5) 10 (23/5) I 1 1 - - 8,3 24 30,3 37,8 38,2 38,6 38,9 39,2 31,9 2 - - 11,3 22,8 25,7 38 40,1 42,9 43,5 44,3 33,6 3 - - 3,2 4,4 10,3 18,3 24,4 26,8 30 31,6 18,5 2 1 - - 2,2 2,8 8,4 11,9 15,5 20,2 - - 10,0 2 - - 3,8 11,3 18,6 28,5 29,2 30,7 32,1 33,7 23,5 3 - - 4,7 8,6 9,2 10,3 16,8 21,2 23,9 26,5 15,2 3 1 - - 1,9 4,9 5,6 5,8 5,9 6 6,3 6,7 5,4 2 - - 0,9 1,9 3,3 8,4 10,4 13,7 15,4 18,7 9,1 3 - - 0,7 8,8 9,7 10,6 13,8 17,7 22,5 24,2 13,5 II 1 1 - - 7,2 9,7 14,1 18,8 23,5 26,3 27,9 30,8 19,8 2 - - 8,5 20,7 28,3 39,8 42,4 45,7 48,2 51 35,6 3 - - 8,8 11,3 12,7 14,6 16,1 16,6 17,5 19,5 14,6 2 1 - - 5,3 4,9 9,3 13,6 23,5 28,1 36,6 40,1 20,2 2 - - 4,1 12,6 15 17,3 26,5 30,7 37,4 40,6 23,0 3 - - 13,5 22,9 30,1 37,9 39,5 40,3 44,8 47,8 34,5 3 1 - - 11,9 18,6 27,4 34,1 - - - - 22,8 2 - - 7,4 13,1 18,4 24,8 27,4 30,3 33,9 35,1 23,8 3 - - 9,4 12,2 20 26,6 29,6 32,7 35,4 37,1 25,4 III 1 1 - - - 2,3 13,8 20,6 23,7 25,7 26,8 27,1 20,0 2 - - - 1,8 7,4 11,3 17,2 20,1 24,9 26,8 15,5 3 - - - 2,3 4,8 7,3 12,5 16,7 18,7 20,2 11,8 2 1 - - - 2,1 3,7 5,9 5,3 5,6 5,9 6,1 4,9 2 - - - 2,2 4,8 7,1 7,2 7,4 7,5 7,6 6,3 3 - - - 0,9 1,3 1,9 2,5 3,7 4 4,2 2,6 3 1 - - 1,5 2,7 14,2 22,2 25,9 29,8 33,7 36,3 20,8 2 - - 1,1 3,2 10,9 16,3 20,7 27,3 31,8 35,5 18,2 3 - - 1,6 2,1 14,8 24,9 26,7 30,1 33,9 37,8 21,4

(54)

Laporan Tugas Akhir

Lampiran 5. Tabel Produktivitas Mata Tempel Varietas Batu 55 Sekali Panen

Sampel Cabang Ranting Jumlah Mata

Tempel Jumlah Produktiv (-4)

I 1 1 21 17 2 26 22 3 18 14 2 1 - - 2 19 15 3 15 11 3 1 4 0 2 12 8 3 14 10 Jumlah 1 129 97 II 1 1 17 13 2 33 29 3 14 10 2 1 22 18 2 22 18 3 27 23 3 1 - - 2 20 16 3 21 17 Jumlah 2 176 144 III 1 1 17 13 2 15 11 3 11 7 2 1 3 0 2 3 0 3 2 0 3 1 21 17 2 20 16 3 21 17 Jumlah 3 113 81 Total = 1+2+3 418 322 Rata-Rata 139 107

(55)

Lampiran 6. Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan

Gambar 1. Pemangkasan Cabang Gambar 2. Pewiwilan Daun

Gambar 3. Pohon Induk Siap Gambar 4. Blok Pohon Induk

Pangkas setelah Pemangkasan

Gambar 5. Pemupukan Pohon Gambar 6. Penimbunan Pupuk Induk dengan tanah

(56)

Laporan Tugas Akhir

Gambar 7. Tunas yang baru tumbuh Gambar 8. Pewiwilan Tunas

Gambar 9. Panen Mata Tempel Gambar 10. Pewiwilan Daun (Pasca Panen)

Gambar 11. Pohon Induk setelah Gambar 12. Pohon Induk dengan Pengelolaan Pengelolaan yang baik

Gambar

Gambar 1. Grafik Pertumbuhan Ranting Mata Tempel Varietas Siam dan Batu 55
Gambar 2. Grafik Perbandingan Produksi Total Mata Tempel serta Mata Tempel  Optimal Varietas Siam dan Batu 55
Gambar 1. Pemangkasan Cabang   Gambar 2. Pewiwilan Daun
Gambar 9. Panen Mata Tempel    Gambar 10. Pewiwilan Daun (Pasca   Panen)

Referensi

Dokumen terkait

kepercayaan rekan kerja akan lebih tinggi bagi karyawan dengan. kepercayaan diri tinggi

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diketahui bahwa Perceived Ease of Use (PEU) berpengaruh positif terhadap Attitude Toward Using Technology (ATUT),

Dengan diadakan program adiwiyata ini memberikan keuntungan bagi sekolah dan guru PAI karena program yang ditekankan pada nilai-nilai adiwiyata sejalan dengan Pendidikan

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori dari Laurance Perrine (1983) yang berhubungan dengan bahasa kiasan dalam bukunya Literature : Structure, Sound and

Hasil kajian ini juga diharap dapat mendorong pelajar untuk meningkatkan prestasi belajar melalui amalan gaya pembelajaran yang bersesuaian dengan diri pelajar dan mengenal pasti

Hal ini sesuai dengan ketentuan pasal 171 huruf c Kompilasi Hukum Islam (KHI), dimana didalammya disebutkan yang dimaksud dengan ahli waris adalah orang yang pada saat

Organisasi Maskapai Penerbangan Internasional Khususnya SkyTeam Organisasi maskapai penerbangan internasional, salah satunya yaitu Skyteam adalah aliansi maskapai

Serangan teroris terhadap WTC pada 11 September 2001 menjadi salah satu peristiwa penting dalam sejarah dunia, karena peristiwa itu menjadi tragedi yang berdimensi