• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab V Korelasi Hasil-Hasil Penelitian Geolistrik Tahanan Jenis dengan Data Pendukung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab V Korelasi Hasil-Hasil Penelitian Geolistrik Tahanan Jenis dengan Data Pendukung"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Bab V

Korelasi Hasil-Hasil Penelitian Geolistrik Tahanan Jenis dengan Data Pendukung

V.1. Hasil Metoda Geolistrik Tahanan Jenis

Hasil penelitian geolistrik yang dilakukan oleh Badan Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi pada tahun 2005 di daerah penelitian (desa Cinyasag) ini menunjukkan lapisan lempung yang relatif mengikuti kemiringan lereng, seperti terlihat pada Gambar IV.8. Belum ada indikasi yang menunjukkan adanya batas antara daerah yang stabil dan yang labil.

Hasil penelitian yang dilakukan dalam penelitian kali ini menunjukkan adanya bidang batas antara daerah stabil (batuan kompak) dengan yang labil (batuan massif) yang diperkirakan sebagai bidang gelincir longsoran. Terutama pada lintasan L-2 dan L-4 pada lokasi yang pertama yaitu Kampung Kondang, Desa Cinyasag, Kecamatan Panawangan, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Hal ini dapat dilihat pada Gambar IV.10 dan Gambar IV.12. Pada kedua gambar ini terlihat jelas bidang batas yang ditunjukkan oleh warna hijau tua sampai kuning dengan kisaran harga resistivitas antara 44.3 Ωm sampai 86.8 Ωm.

Berdasarkan peta geologi pada Gambar IV.3 bahwa kedua lintasan di atas memotong batas antara Formasi Cijulang dengan Hasil Gunungapi Tua (gunung Sawal). Bahkan di bagian bawahnya diperkirakan sampai pada batas antara Formasi Cijulang dengan Formasi Halang karena Hasil Gunungapi Gunung Sawal secara geologi menumpang di atas Formasi Cijulang. Sementara di lokasi kedua yaitu Kampung Cirikip bidang batasnya tidak terlalu jelas karena merupakan kompleks pemukiman. Namun demikian setidaknya dapat ditarik suatu batas pemisah antara Formasi Cijulang dengan Hasil Gunugapi Tua Gunung Sawal, terutama pada lintasan L-6 yang dapat dilihat pada Gambar IV.14 atau dapat dipertegas pada Gambar V.1.

(2)

Gambar V.1. Hasil Inversi L-6 yang menunjukkan bidang batas Formasi Cijulang dan Hasil Gunungapi G. Sawal

V.2. Hasil Metoda GPR (Ground Penetrating Radar)

Hasil metoda Geolistrik di atas didukung oleh hasil metoda GPR (Ground Penetrating Radar) yang dilakukan di dekat pengambilan data Geolistrik, baik di lokasi pertama maupun di lokasi kedua. Pengambilan data GPR terdiri atas beberapa lintasan, namun lintasan yang berdekatan dengan lokasi pengambilan data Geolistrik hanya terdiri atas tiga lintasan, yaitu lintasan 2, lintasan 6 dan lintasan 7, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar V.2.

Gambar V.2. Lintasan pengambilan data GPR

2

(3)

Hasil pengolahan data GPR pada lokasi pertama menunjukkan adanya pola refleksi yang diperkirakan sebagai bidang gelincir. Pada Gambar V.3, pola reflektor yang kuat secara kontinyu terlihat pada waktu sekitar 40 ns di kedalaman sekitar 3 meteran dari permukaan jalan. Reflektor ini kemudian diperkirakan sebagai bidang batas antara breksi vulkanik dengan batulempung. Ciri refleksi breksi cenderung memiliki tampilan sama, yaitu pola refleksi yang saling memotong dan tampilan reflektor yang teratenuasi kuat. Data ini didukung dengan ditemukannya singkapan bidang kontak antara breksi dengan batulempung yang berada di sekitar 3 meter di bawah jalan. Singkapan ini tepat berada di gorong-gorong yang memanjang memotong di bawah permukaan jalan. Kedudukan batulempung adalah N 165 E/60.

Gambar V.3. Profil penampang radargram dari hasil GPR pada lintasan 6 (Sitorus, 2007)

Selain itu, di daerah ini ditemukan adanya nendatan (longsoran rotasi), yang dicirikan adanya celah (crack) pada tanah, undulasi permukaan jalan, blok-blok hancuran, amblesan tanah, rusaknya infrastruktur jalan, dinding rumah retak-retak, dan kondisi vegetasi yang batangnya miring. Bidang longsoran ini terlihat dari profil radargram berupa reflektor-reflektor yang terdifraksi tidak beraturan dan polaritasnya mengalami pembalikan secara acak. Fenomena ini terlihat pada

Nendatan

Saluran Irigasi Batas Breksi - Batulempung

Nendatan

Batulempung Breksi

(4)

waktu 35an ns atau berada pada kedalaman 0 – 4 meter (di atas reflektor breksi – batulempung). Bidang longsoran yang memotong jalan diprediksikan memiliki lebar 50 – 60 meter.

Data-data di atas tidak jauh berbeda dengan hasil pengolahan GPR pada lintasan 7 (Gambar V.4). Yang mana memperlihatkan kemenerusan pola reflektor yang kuat pada waktu 75an ns di kedalaman sekitar 5 meteran dari permukaan. Reflektor tersebut diperkirakan sebagai bidang batas antara breksi vulkanik dengan batulempung dengan ciri-ciri seperti di jelaskan di atas. Batas kontak breksi dan batulempung diduga berada sekitar 5 - 6 meter dari permukaan jalan.

Gambar V.4. Profil penampang radargram dari hasil GPR pada lintasan 7 (Sitorus, 2007)

Bidang longsoran yang terlihat dari profil radargram berupa reflektor-reflektor yang terdifraksi tidak beraturan dan polaritasnya mengalami pembalikan secara acak. Fenomena ini terlihat pada waktu sekitar 70an ns atau berada pada kedalaman 0 – 4 meter (di atas reflektor breksi – batulempung). Bidang longsoran yang memotong jalan diprediksikan memiliki lebar sekitar 60 - 100 meter.

(5)

Data ini didukung oleh observasi di lapangan tepat di jalan raya yang terdapat undulasi, kerusakan infrastuktur (rumah warga, jalan raya, dan saluran air) yang sangat parah. Selain itu, di sekitar jalan banyak ditemukan celah (crack) akibat pergerakan tanah.

Apabila lintasan L-4 pada pengukuran geolistrik diteruskan sampai ke jalan, maka skema bidang gelincir longsoran dapat di lihat seperti pada grafik berikut.

Gambar V.5. Skema bidang gelincir longsoran pada lokasi pertama (Kampung Kondang)

Di lokasi kedua yaitu kampung Cirikip, hasil pengukuran GPR untuk lintasan 2 (Gambar V.7) menunjukkan adanya pola-pola refleksi kuat di sekitar permukaan (waktu 30 ns). Reflektor ini terjadi karena di sepanjang kanan – kiri lintasan terdapat dinding-dinding pondasi perumahan dan dinding-dinding jalan yang terbuat dari beton. Pola-pola difraksi terlihat lagi pada waktu 125 ns atau pada kedalaman sekitar 6 meter dari permukaan. Hal ini disebabkan oleh refleksi fagmen batuan beku (lava, tufa, dll), sehingga diperkirakan pada kedalaman ini masih terhampar endapan breksi hasil letusan gunungapi muda yang berada di atas endapan breksi Formasi Cijulang secara tidak selaras.

Lintasan L-2 U

(6)

Gambar V.6. Profil penampang radargram dari hasil GPR pada lintasan 2 (Sitorus, 2007)

Pada waktu 300 ns terdapat pola difraksi. Selang domain waktu tersebut gelombang yang diterima oleh receiver mengalami perubahan kecepatan akibat perbedaan medium. Pada zona ini diperkirakan sebagai batas antara endapan breksi Formasi Cijulang dengan batulempung Formasi Halang. Batulempung berada pada kedalaman sekitar 15 meter. Kedudukan breksi berada tidak selaras di atas batulempung. Hasil observasi di lapangan, disekitar sungai yang berada 40 meter di selatan lintasan, terdapat tersingkap batulempung. Dan pada jarak kurang lebih 10 meter dari titik awal lintasan terdapat gorong-gorong (saluran air) yang terletak di bawah dan memotong jalan. Hal ini dapat dilihat pada radargram yang memperlihatkan pola difraksi hiperbola pada waktu sekira 70 ns.

Dengan demikian bidang batas yang terlihat pada data Geolistrik lintasan L-6, dapat dikatakan bahwa bidang batas tersebut merupakan batas antara Formasi

Gorong- gorong

Soil+Tuf+Fragmen batuan beku Jalan

0,25 m/ns

Breksi

(7)

Cijulang dan hasil Gunungapi G. Sawal yang memiliki umur lebih mudah. Walaupun batuan dasarnya sama-sam breksi vulkanik, tetapi breksi pada Formasi Cijulang lebih terkompaksi sehingga mempunyai porositas jelek Apabila kita merujuk pada peta lintasan Geolistrik (Gambar IV.3), maka bidang batas pada lintasan L-6 data Geolistrik bersesuaian dengan ketidakselarasan pada radargram di lintasan 2 data GPR di atas.

(8)

Bab VI

Kesimpulan dan Saran

VI.1. Kesimpulan

Dari hasil analisis data akuisisi yang telah dilakukan, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Estimasi bidang gelincir longsoran yang diperoleh dari hasil inversi data geolistrik tahanan jenis 2D profiling, ditandai oleh bidang batas yang memiliki kisaran harga resistivitas antara 44.3 Ωm sampai 86.8 Ωm (warna hijau tua sampai kuning). Bidang batas ini diperkirakan sebagai batas antara Formasi Cijulang dengan Hasil Gunungapi Tua Gunung Sawal yang terletak di atas Formasi Cijulang secara tidak selaras.

2. Pernyataan pada poin (1) didukung oleh hasil survei GPR yang menunjukkan adanya reflektor bidang gelicir tanah longsor seperti halnya hasil Geolistrik.

VI.2. Saran

Beberapa saran yang dapat diusulkan setelah hasil-hasil penelitian ini diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Pengukuran periodik metoda Geolistrik Tahanan Jenis dapat dilakukan memonitor kondisi bawah permukaan dari waktu ke waktu. Minimal dua kali dala satu tahun, yaitu masing-masing pada musim hujan dan musim kemarau untuk membedakan hasil resistivitas akibat perbedaan saturasi air di kedua musim tersebut.

2. Usahakan agar lintasan pengukuran metoda geofisika yang sama, sehingga hasil dari suatu metoda mendukung hasil-hasil dari metoda lainnya.

Gambar

Gambar V.1. Hasil Inversi L-6 yang menunjukkan bidang batas Formasi  Cijulang dan Hasil Gunungapi G
Gambar V.3. Profil penampang radargram dari hasil GPR pada lintasan 6  (Sitorus, 2007)
Gambar V.4. Profil penampang radargram dari hasil GPR pada lintasan 7  (Sitorus, 2007)
Gambar V.5. Skema bidang gelincir longsoran pada lokasi pertama (Kampung  Kondang)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan total pendapatan usahatani jagung manis yang diperoleh petani responden adalah sebesar Rp.55.383.000 dengan rata-rata pendapatan per responden adalah

Dari data kelebihan dan kekurangan berbagai macam proses di atas, dapat disimpulkan bahwa proses pembuatan dodekilbenzen dengan mereaksikan olefin dan benzen

asesoris, sedotan, biji plastic, dan remah- remah plastic di Kecamatan Cipondoh dalam membantu menentukan perencanaan dan proses produksi, perhitungan harga pokok dan

En música, no contamos más allá del cinco, similares en esto a esta gente que, hablando también de aritmética, no pasaban del número tres y dieron lugar al dicho alemán sobre

Demikian juga dasar pengaturan pembebasan kewajiban pembayaran pajak bumi dan bangunan dalam bentuk Peraturan Bupati, dari kajian perundang-undangan tidak termasuk dalam kategori

Melihat sosok Yesus yang berani bertanggung jawab untuk misi yang diemban-Nya dan tidak serta merta menjadi ‘cengeng’ atas penderitaan yang dialami, mental dan karakter

Hasil analisis of variance dengan Uji F taraf 5 % kadar kolesterol total (mg/dl) tikus sebelum maupun sesudah pemberian pakan tinggi lemak dan pemberian