• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II: TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teoritis

2.1.1 Pengertian Sirkulasi

Sirkulasi menurut Kim W Todd mempunyai pengertian gerakan dari orang-orang atau benda-benda yang diperlukan oleh orang-orang-orang-orang melalui sebuah tapak. Sirkulasi pada dasarnya merupakan pergerakan atau kegiatan, bisa juga diartikan sebagai peredaran atau perputaran, Qubro (2015).

Adapun definisi sirkulasi adalah sebagai berikut:

 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Sugono, 2008:1361), sirkulasi adalah suatu peredaran.

 Cryill M. Haris (1975) menyebutkan bahwa sirkulasi merupakan suatu pola lalu lintas atau pergerakan yang terdapat dalam suatu area atau bangunan. Di dalam bangunan, suatu pola pergerakan memberukan keluwesan, pertimbangan ekonomis, dan fungsional.

 Tali yang terlihat dan menghubungkan ruang-ruang dalam suatu bangunan atau tali yang menghubungkan deretan ruang dalam dan ruang luar secara bersama-sama (D.K. Chink, 1973).

 Dewar & Watson (1990) menyebutkan bahwa sirkulasi terbagi menjadi 2 yaitu, sirkulasi utama dan sirkulasi sekunder, dimana sirkulasi utama memiliki lebar jalan mencapai 3-4 meter dan sirkulasi sekunder mencapai 1,5-2 meter.

2.1.2 Jenis-jenis Sirkulasi

Logi Tofani (2011) dalam laporan tugas akhirnya, menyebutkan pada dasarnya sirkulasi dapat dibagi menjadi 3 berdasarkan fungsinya, yaitu:

 Sirkulasi Manusia: Pergerakan manusia akan mempengaruhi sistem sirkulasi dalam tapak. Sirkulasi manusia dapat berupa pedestrian atau plaza yang

(2)

membentuk hubungan erat dengan aktivitas kegiatan di dalam tapak. Hal yang perlu diperhatikan, antara lain lebar jalan, pola lantai, kejelasan orientasi, lampu jalan, dan fasilitas penyeberangan (Hari, 2009). Selain itu ada beberapa ciri dari sirkulasi manusia, yakni: 1) kelonggaran dan flaxsibel dalam bergerak, 2) berkecepatan rendah, dan 3) sesuai dengan skala manusia (Tofani, 2011).

 Sirkulasi Kendaraan: Aditya Hari (2008) mengungkapkan bahwa secara hierarki sirkulasi kendaraan dapat dibagi menjadi 2 jalur, yakni antara lain: 1) jalur distribusi, jalur untuk gerak perpindahan lokasi (jalur cepat), dan 2) jalur akses, jalur yang melayani hubungan jalan dengan pintu masuk bangunan.  Sirkulasi Barang: Sirkulsi barang umumnya disatukan atau menumpang pada

sistem sirkulasi lainnya. Namun, pada perancangan tapak dengan fungsi tertentu sistem sirkulasi barang menjadi sangat penting untuk diperhatikan. Contoh sistem sirkulasi barang secara hovizontal dan vertikal adalah lift barang, conveyor belt, jalur troli, dan lain-lain (Rahmah, 2010).

2.1.3 Unsur-unsur Sirkulasi

a. Konfigurasi sirkulasi

Konfigurasi jalur menurut pandangan DK. Ching.

 Grid

Konfigurasi grid terdiri dari dua pasang jalan sejajar yang saling berpotongan pada jarak yang sama dan menciptakan bujur atau kawasan ruang segi empat.

Gambar 1. Konfigurasi Grid

(3)

b. Hubungan jalan dengan ruang

 Melalui ruang-ruang

o Kesatuan tiap-tiap ruang dipertahankan o Konfigurasi jalan fleksibel

o Ruang-ruang perantara dapat dipergunakan untuk menggunakan jalan dengan ruang-ruangnya.

Gambar 2. Hubungan Jalan dengan Ruang Sumber : DK. Ching

2.2 Kajian Teoritis

Kajian teoritis ialah teori-teori dan standar peraturan yang telah di kaji dan di rangkum secara sistematis sebagai dasar untuk melakukan analisis penelitian.

2.2.1 Standar Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, Menteri

Perdagangan, Menteri Kesehatan, dan Standar Nasional Indonesia

Peraturan menteri dan standar nasional Indonesia ini disusun berdasarkan kebutuhan untuk penelitian dan mempermudah pembaca dalam memahami penelitian ini. Berikut adalah daftar istilah dan definisi menurut Standar Nasional Indonesia (2015) :

1. Toko/kios

(4)

2. Los

Ruang dagang yang bersifat tetap dan terbuka, dapat dilengkapi dengan meja.

3. Jongko/konter/pelataran

Ruang dagang yang bersifat temporer.

Tabel 2. Kajian Teori

(Sumber : Dokumentasi pribadi, 2017)

STANDAR PERATURAN

No. Sumber Uraian

Aksesibilitas 1. Peraturan Menteri

Perdagangan RI: Pasar

Tradisional Yang Modern

(Dalam Rangka

Peningkatan Daya Saing Pasar Tradisional) BAB V : 5.4 Peningkatan Mutu Dan

Pembenahan Pengaturan

Sarana Fisik Pasar.

a. Ada tempat parkir kendaraan yang mencukupi. Keluar masuknya kendaraan tidak macet.

b. Dari tempat parkir terdapat akses langsung menuju kios di PASAR.

2. Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum No :

03/PRT/M/2014 : Pedoman

Persyaratan Teknis

Bangunan Gedung. Bab III :

(5)

33 Persyaratan Kenyamanan Ruang Gerak dalam Bangunan Gedung.

3. Peraturan Standar Nasional Indonesia (SNI) 8152:2015 BSN 2015 tentang Pasar Rakyat.

a. Seluruh fasilitas harus bisa diakses dan dimanfaatkan oleh semua orang, termasuk penyandang cacat, dan lansia

b. Akses kendaraan bongkar muat barang harus berada di lokasi yang tidak menimbulkan kemacetan

c. Pintu masuk dan sirkulasi disediakan untuk menjamin ketercapaian semua fasilitas di dalam pasar, baik ruang dagang maupun fasilitas umum, termasuk untuk menanggulangi bahaya kebakaran.

d. Koridor/gangway harus dapat memberikan kemudahan untuk sirkulasi pedagang dan pembeli, termasuk penyandang cacat, dalam melakukan kegiatan transaksi dan keluar masuk barang dari area bongkar muat ke toko/kios, los, maupun jongko/konter pelataran. 4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum : 03/PRT/M/2014 tentang Persyaratan Perencanaan, Penyediaan, dan Pemanfaatan Prasarana

dan Sarana Jaringan

Pejalan Kaki di Kawasan

Perkotaan Bab II :

Ketentuan Perencanaan

a. Fungsi dan manfaat prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki yaitu untuk menfasilitasi pergerakan pejalan kaki dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menjamin aspek keselamatan dan kenyamanan pejalan kaki.

b. Ruang jalur pejalan kaki merupakan ruang yang diperlukan pejalan kaki untuk berdiri dan berjalan yang dihitung berdasarkan dimensi tubuh manusia pada saat membawa barang atau berjalan bersama dengan pejalan kaki lainnya baik dalam kondisi diam maupun bergerak.

(6)

Kesimpulan

Dari keempat literatur diatas peneliti menyimpulkan bahwa aksesibilitas pada bangunan perlu memperhatikan beberapa kondisi yaitu kondisi untuk menempatkan akses pejalan kaki, penyandang disabilitas, akses untuk loading dan unloading barang, akses kendaraan pengunjung yang harus dipisah yaitu pintu keluar dan masuk kendaraan, dan akses langsung dari area parkir menuju bagian dalam bangunan.

Pengaturan Lalu Lintas

5. Peraturan Menteri

Perdagangan RI: Pasar

Tradisional Yang Modern

(Dalam Rangka

Peningkatan Daya Saing Pasar Tradisional) BAB V : 5.4 Peningkatan Mutu Dan

Pembenahan Pengaturan

Sarana Fisik Pasar.

a. Kendaraan pengunjung harus dapat parkir di dalam area PASAR.

b. Terdapat jalan yang mengelilingi PASAR dan mencukupi untuk keperluan bongkar muat dan memiliki 2 lajur guna menghindari penumpukan/antrian.

c. Tersedia banyak akses keluar masuk sehingga sirkulasi pembeli/pengunjung menjadi lancar dan semua areal dapat mudah terjangkau.

Kesimpulan

Pada bangunan pasar perlu diperhatikan kendaran pengunjung harus cukup untuk parkir pada area pasar, nyediakan akses masuk kendaraan pengunjung dan loading, dan akses menuju bangungan dari banyak sirkulasi.

Penataan Ruang Dagang

6. Peraturan Menteri

Kesehatan RI No :

519/MENKES/SK/VI/2008 :

Pedoman Penyelenggaraan

a. setiap los (area berdasarkan zoning) memiliki lorong yg lebarnya minimal 1,5 meter

(7)

Pasar Sehat Bab V:

Kesehatan Lingkungan

Pasar.

nama pemilik dan mudah dilihat.

7. Peraturan Standar Nasional

Indonesia (SNI) 8152:2015 BSN 2015 tentang Pasar Rakyat.

a. Toko/kios dibuat tidak menutupi arah angin b. Los harus dibuat modular

c. Jongko/konter pelataran berada pada area yang sudah ditentukan yang tidak menganggu akses keluar masuk pasar dan tidak menutupi pandangan toko/kios atau los.

Kesimpulan

Setiap los/kios perlu memberikan identitas supaya mudah dicari oleh pengunjung., dan memperhatikan kenyamanan kios/los tersebut.

Zonasi

8. Peraturan Standar Nasional

Indonesia (SNI) 8152:2015 BSN 2015 tentang Pasar Rakyat.

a. Dikelompokkan secara terpisah untuk bahan pangan basah, bahan pangan kering, siap saji, non pangan, dan tempat pemotongan unggas hidup

b. Memiliki jalur yang mudah diakses untuk seluruh konsumen dan tidak menimbulkan penumpukan orang pada satu lokasi tertentu

c. Tersedia papan nama yang menunjukkan keterangan lokasi zonasi.

d. Area bongkar muat sebaiknya terpisah dari tempat parkir pengunjung. Khusus setelah digunakan untuk kegiatan bongkar muat hewan hidup, area yang digunakan harus dibersihkan dengan metode tertentu.

(8)

Kesimpulan

Zonasi adalah pembagian/pengelompokkan antara area kering dan area basah didalam pasar. Dan memiliki jalur yang dapat mudah diakses oleh pengunjung.

Area Parkir

9. Peraturan Menteri

Kesehatan RI No :

519/MENKES/SK/VI/2008 :

Pedoman Penyelenggaraan

Pasar Sehat Bab V:

Kesehatan Lingkungan

Pasar.

a. Adanya pemisah yg jelas pada batas wilayah pasar b. Adanya parkir yg terpisah berdasarkan jenis alat

angkut, seperti : mobil, motor, sepeda, andong/delman dan becak

c. Tersedia area bongkar muat khusus yg terpisah dari tempat parkir pengunjung

d. Ada tanda masuk dan keluar kendaraan secara jelas, yg berbeda antara jalur masuk dan keluar

e. Adanya tanaman penghijauan

f. Adanya area resapan air di pelataran parkir 10. Peraturan Standar Nasional

Indonesia (SNI) 8152:2015 BSN 2015 tentang Pasar Rakyat.

a. Tersedia area parkir yang proporsional dengan area pasar

b. Tersedia pemisah yang jelas antara area parkir dengan wilayah ruang dagang

c. Memiliki tanda masuk dan keluar kendaraan yang jelas dan dibedakan antara jalur masuk dan keluar d. Area parkir dipisahkan berdasarkan jenis alat angkut,

seperti; mobil, motor, sepeda, andong/delman dan/atau becak

(9)

e. Memiliki area yang rata, tidak menyebabkan genangan air dan mudah dibersihkan.

Kesimpulan

Pintu masuk area parkir pasar harus di pisah keluar dan masuk kendaraan, dan area parkir juga harus memiliki tanda yang jelas untuk mempermudah pengunjung saat masuk maupun keluar area pasar. Tangga 11. Peraturan Menteri Kesehatan RI No : 519/MENKES/SK/VI/2008 : Pedoman Penyelenggaraan

Pasar Sehat Bab V:

Kesehatan Lingkungan

Pasar.

a. Tinggi, lebar dan kemiringan anak tangga sesuai dengan ketentuan yang berlaku

b. Ada pegangan tangan di kanan dan kiri tangga c. Terbuat dari bahan yg kyat dan tidak licin

Data Arsitek, Neufert Jilid 1

Edisi 33 : Tangga Lebar serta Kemiringan anak tangga sesuai dengan

ketentuan yang berlaku yaitu Lebar tangga untuk bangunan bertingkat kurang lebih 1,25 m dan Ada pegangan tangan di kanan dan kiri tangga dengan tinggi 90 cm, Terbuat dari bahan yg kuat dan tidak licin.

Kesimpulan

Pada bangunan pasar perlu perancangan tangga dengan memperhatikan aspek keselamatan dan kenyaman bagi pengguna.

2.2.2 Penerapan Persyaratan pada Kalsifikasi Pasar

Persyaratan teknis menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 8152:2015 BSN (2015) untuk setiap tipe pasar rakyat secara rinci dapat dlihat dalam Tabel 3.

(10)

Tabel 3. Persyaratan Pasar Rakyat Berdasarkan Tipe

(Sumber : Dokumentasi pribadi, 2017)

No. Kriteria Tipe I Tipe II Tipe III Tipe IV

1. Jumlah pedagang

terdaftar >750 orang 501-750 orang 250-500 orang <250 orang Persyaratan Teknis

2. Ukuran luas ruang

dagang Minimal 2m² Minimal 2m² Minimal 2m² Minimal 1m² 3. Zonasi • Pangan basah

• Pangan kering • Siap saji • Non pangan • Tempat pemotongan unggas hidup • Pangan basah • Pangan kering • Siap saji • Non pangan • Tempat pemotongan unggas hidup • Pangan basah • Pangan kering • Siap saji • Non pangan • Tempat pemotongan unggas hidup • Pangan basah • Pangan kering • Siap saji • Non pangan • Tempat pemotongan unggas hidup 4. Area parkir Proporsional

dengan luas lahan pasar Proporsional dengan luas lahan pasar Proporsional dengan luas lahan pasar Proporsional dengan luas lahan pasar 5. Area bongkar

muat barang Tersedia khusus

Tersedia

khusus Ada Ada

6. Akses untuk masuk dan keluar kendaraan

(11)

7. Lebar

Koridor/gangway Minimal 1,8 m Minimal 1,8 m Minimal 1,5 m Minimal 1,2 m 8. Tinggi anak

tangga (untuk pasar 2 lantai)

Maksimal 18 cm Maksimal 18 cm Maksimal 18 cm Maksimal 18 cm

9. Tinggi meja tempat penjualan dari lantai, di zona pangan

Minimal 60 cm Minimal 60 cm Minimal 60 cm Minimal 60 cm

10. Akses untuk kursi

roda ada ada - -

11. Jalur evakuasi ada ada ada ada

2.3 Pengertian Pasar

Menurut Wicaksono (2013) Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar.  Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996), definisi dari pasar tradisional dapat

diartikan menjadi tempat orang berjual beli yang memiliki adat tertentu.

 Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 112 tahun 2007 mendefinisikan pasar sebagai area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya.

(12)

 Menteri Perdagangan Republik Indonesia, Pasar dalam pengertian teori ekonomi adalah suatu situasi seorang atau lebih pembeli (konsumen) dan penjual (produsen dan pedagang) melakukan transaksi setelah kedua pihak telah mengambil kata sepakat tentang harga terhadap sejumlah (kuantitas) barang dengan kuantitas tertentu yang menjadi objek transaksi. Kedua pihak, pembeli dan penjual, mendapatkan manfaat dari adanya transaksi atau pasar.

2.3.1 Fungsi Pasar

Menurut Khair (2013) Pasar menyediakan fasilitas ritel murah didasarkan pada operasi skala kecil dan biasanya ditemukan di berpenghasilan rendah dan menengah , daerah kepadatan tinggi kota-kota kecil dan di pusat-pusat desa di daerah pedesaan . Fungsi utama pasar adalah :

1. Untuk memberikan kesempatan pertukaran barang dan penjualan oleh produsen di daerah pedesaan

2. Untuk menyediakan akses mudah ke berbagai produk bagi konsumen

3. Untuk menyediakan sarana penting untuk menghasilkan beragam gerai ritel di kota-kota, dengan menyediakan ruang murah untuk PKL yang menggunakan kios atau gerobak dan karenanya tidak memerlukan bangunan.

2.3.2 Jenis-Jenis Pasar

Menurut Lilananda (1997) Dalam Oktavina (2011), pasar sebagai perusahaan daerah digolongkan menurut beberapa hal, yakni menurut jenis kegiatannya, menurut lokasi dan kemampuan pelayanannya, menurut waktu kegiatannya, dan menurut status kepemilikannya. Menurut jenis kegiatannya, pasar digolongkan menjadi tiga jenis:

1. Pasar eceran : Pasar dimana terdapat permintaan dan penawaran barang secara eceran.

(13)

2. Pasar grosir : Pasar dimana terdapat permintaan dan penawaran dalam jumlah besar.

3. Pasar induk : Pasar ini lebih besar dari pasar grosir, merupakan pusat pengumpulan dan penyimpanan bahan‐bahan pangan untuk disalurkan ke grosirgrosir dan pusat pembelian.

2.3.3 Pasar Menurut Status Kepemilikannya

Menurut Oktavina (2011) pasar menurut status kepemilikannya dibagi menjadi tiga (3) golongan yaitu :

1. Pasar pemerintah, yaitu pasar yang dimiliki dan dikuasai oleh pemerintah pusat maupun daerah.

2. Pasar swasta, yaitu pasar yang dimiliki dan dikuasai oleh badan hukum yang diijinkan oleh pemerintah daerah.

3. Pasar liar, yaitu pasar yang aktivitasnya diluar pemerintah daerah, yang kehadirannya disebabkan karena kurangnya fasilitas perpasaran yang ada dan letak pasar yang tidak merata, biasanya dikelola oleh perorangan/ketua RW. Pasar liar ini dibagi tiga berdasarkan penanggungjawabannya, yakni pasar perorangan, pasar RW dan pasar desa.

2.3.4 Sarana Pendukung Pasar

Menurut Khair (2013) Sarana pendukung sebagaimana dimaksud, yang dapat juga menunjang suatu pasar yang di lihat dari kualitas yang ada di pasar ini antara lain :

1. Kantor pengelola 2. Area parkir

3. Tempat pembuangan sampah sementara/sarana pengelolaan sampah 4. Air bersih

(14)

5. Sanitasi/drainase 6. Tempat ibadah 7. Toilet umum 8. Pos keamanan

9. Tempat pengelolaan limbah/Instalasi Pengelolaan Air Limbah 10. Hidran dan fasilitas pemadam kebakaran

11. Peneterangan 12. Sarana komunikasi

13. Area bongkar muat dagangan

2.4 Kerangka Teoritis

Dibawah ini adalah kerangka yang menunjukan keseluruhan isi bab yang di gambarkan dengan skema kerangka sebagai berikut :

(15)

Tabel 4. Kerangka Teori

(Sumber : Dokumentasi pribadi, 2017)

2.5 Kesimpulan

Sirkulasi adalah suatu alur/pola yang menguhubungkan dari ruang yang satu ke ruang lainnya secara menerus. Sirkulasi terbagi dari 3 jenis, yaitu sirkulasi manusia, sirkulasi kendaraan dan sirkulasi barang. Pasar adalah tempat terjadinya aktivitas antara penjual dan pembeli melakukan transaksi jual beli. Pasar terbagi dlam 3 jenis, yaitu pasar eceran, pasar grosir, dan pasar induk.

Gambar

Gambar 2. Hubungan Jalan dengan Ruang  Sumber : DK. Ching
Tabel 2. Kajian Teori
Tabel 3. Persyaratan Pasar Rakyat Berdasarkan Tipe  (Sumber : Dokumentasi pribadi, 2017)
Tabel 4. Kerangka Teori  (Sumber : Dokumentasi pribadi, 2017)

Referensi

Dokumen terkait

 Prinsip: memeriksa berat jenis urine dengan alat urinometer  Tujuan: mengetahui kepekatan urine.  Alat

di lingkungan Kemendikbud yang dibuktikan dengan Surat Keterangan dari atasan langsung. Tidak sedang mengikuti tugas belajar yang dibuktikan dengan Surat Keterangan

bahwa Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis I (PS PDS I) Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya periode Juli 2015 diperuntukkan bagi calon mahasiswa

RANCANG BANGUN APLIKASI PENGELOLAAN KEUANGAN DESA STUDI KASUS : KANTOR DESA BULULAWANG KECAMATAN.. BULULAWANG

Tabel 1 menunjukkan bahwa terjadi perbedaan intensitas serangan CMV pada tanaman tomat hasil penularan virus dari empat gulma yang sakit sebagai sumber inokulum

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kalsium dari gipsum dengan dosis 300 kg/ha meningkatkan bobot polong kering galur G200-I, yaitu 1751,5 g/6 m 2 atau 2,92 t/ha di

Surat–surat tersebut biasanya berisikan informasi yang harus diketahui oleh pimpinan perusahaan, karena itu seorang sekretaris dapat menjadi pusat dari pengelolaan

Bab II Tinjauan Pustaka, dalam bab ini akan dikemukakan hasil tinjauan kepustakaan yang berhubungan rumusan permasalahan, yakni bagaimana kondisi geografis suatu