• Tidak ada hasil yang ditemukan

BE GCG Annisa Nurlestari Hapzi Ali BOARD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BE GCG Annisa Nurlestari Hapzi Ali BOARD"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BOARD OF DIRECTOR DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) Pergertian Corporate Social Responsibility (CSR)

Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social

Responsibility (CSR) adalah suatu konsep

bahwa organisasi atau perusahaanadalah memiliki berbagai bentuk tanggung jawab terhadap seluruh pemangku kepentingannya, yang di

antaranya adalah konsumen,karyawan, pemegang

saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Oleh karena itu, CSR berhubungan erat dengan "pembangunan berkelanjutan", yakni suatu organisasi, terutama perusahaan, dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan dampaknya dalam aspek ekonomi, misalnya tingkat keuntungan atau deviden, tetapi juga harus menimbang dampak sosial dan lingkungan yang timbul dari keputusannya itu, baik untuk jangka pendek maupun untuk jangka yang lebih panjang. Dengan pengertian tersebut, CSR dapat dikatakan sebagai kontribusi perusahaan terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan dengan cara manajemen dampak (minimisasi dampak negatif dan maksimisasi dampak positif) terhadap seluruh pemangku kepentingannya.

Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia Penerapan CSR di perusahaan akan menciptakan iklim saling percaya di dalamnya, yang akan menaikkan motivasi dan komitmen karyawan. Pihak konsumen, investor, pemasok, dan stakeholdersyang lain juga telah terbukti lebih mendukung perusahaan yang dinilai bertanggung jawab sosial, sehingga meningkatkan peluang pasar dan keunggulan kompetitifnya. Dengan segala kelebihan itu, perusahaan yang menerapkan CSR akan menunjukkan kinerja yang lebih baik serta keuntungan dan pertumbuhan yang meningkat.

(2)

global terhadap produk-produk yang ramah lingkungan dan diproduksi dengan memperhatikan kaidah-kaidah sosial dan prinsip-prinsip hak azasi manusia (HAM). Bank-bank di Eropa menerapkan kebijakan dalam pemberian pinjaman hanya kepada perusahaan yang mengimplementasikan CSR dengan baik. Sebagai contoh, bank-bank Eropa hanya memberikan pinjaman pada perusahaan-perusahaan perkebunan di Asia apabila ada jaminan dari perusahaan tersebut, yakni ketika membuka lahan perkebunan tidak dilakukan dengan membakar hutan.

Di Indonesia pelaksanaan CSR telah diatur didalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, yang diatur didalam bab V pasal 74 ayat (1),(2),(3),(4) dimana dalam pasal tersebut mengatur bagaimana tanggung jawab perusahaan dengan lingkungan sosial dan lingkungan hidup dengan kata lain perusahaan bertanggung jawab dalam permasalahan sosial dan lingkungan yang ditimbulkan dari pelaksanaan kegiatan perusahaan, adanya undang-undang ini tidak serta merta memaksa perusahaan untuk melaksanakan CSR, karena didalam undang-undang ini tidak memberikan kejelasan terhadap sanksi jika sebuah perusahaan tidak melaksanakan CSR, didalam pasal tersebut hanya menjelaskan bahwa ayat (3) perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, (4) ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah, namun sanksi yang diberikan tidak jelas.

(3)

Sedangkan dari perusahaan masih banyak perusahaan yang menjalankan CSR-nya hanya untuk meningkatkan image perusahaan bahkan ada beberapa perusahaan sama kali tidak mau menjalankan CSR-nya. Permasalahan yang datang dari masyarakat, kadang kala masyarakat belum siap untuk diajak mengimplementasikan CSR terutama bila sifatnya partisipatif, dimana masyarakat tidak mau diajak berubah hanya ingin mendapatkan bantuan saja berupa kucuran dana (filantropi) serta cultur dan terkadang capacity building ketika masyarakat tidak bisa menyerap keinginan perusahaan. Sedangkan dari perusahaan masih banyak perusahaan yang menjalankan CSR-nya hanya untuk meningkatkan image perusahaan bahkan ada beberapa perusahaan sama kali tidak mau menjalankan CSR-nya.

Karena adanya kendala pada pengimplementasian CSR sehingga memberikan dampak pada lingkungan sekitar seperti pembuangan limbah pabrik yang mencemari lingkungan sekitar sehingga banyak masyarakat yang kehilangan pencahariannya, misalnya limbah cair yang dihasilkan oleh pabrik kimia yang menyebabkan air yang digunakan untuk mengairi sawah. Dan contoh lainnya adalah supermarket besar yang berada di lingkungan pemukiman warga yang menyebabkan konsumen usaha-usaha kecil beralih.

Agar CSR berjalan dengan baik terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan oleh perusahaan yaitu:

1. Tahap perencanaan

Perencanaan terdapat tiga langkah utama, yaitu awareness building, CSRAssessment, dan CSR manual building. Awareness building merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran mengenai pentingnya CSR dan komitmen manajemen, Upaya ini dapat dilakukan antara lain melalui seminar, lokakarya, diskusi kelompok, dan lain-lain.

(4)

perhatian dan langkah-langkah yang tepat untuk membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR secara efektif.

Langkah selanjutnya adalah membuat CSR manual. Hasil assessmen tmerupakan dasar menyusun manual atau pedoman implementasi CSR. Upaya yang mesti dilakukan antara lain melalui benchmarking, menggali dari referensi atau menggunakan tenaga ahli.

2. Tahap Implementasi

Perencanaan sebaik apapun tidak akan berarti dan tidak akan berdampak apapun bila tidak diimplementasikan dengan baik. Akibatnya tujuan CSR secara keseluruhan tidak akan tercapai, dan masyarakat tidak akan merasakan manfaat yang optimal. Padahal anggaran yang telah dikucurkan tidak bisa dibilang kecil. Oleh karena itu perlu disusun strategi untuk menjalankan rencana yang telah dirancang.

Dalam memulai implementasi, pada dasarnya terdapat tiga aspek yang harus disiapkan, yaitu; siapa yang akan menjalankan, apa yang harus dilakukan, dan bagaimana cara mealakukan impelementasi beserta alat apa yang diperlukan

Berdasarkan realitas ini sebagai warga Indonesia yang baik, menjadi perlu bagi saya untuk mewujudkan perekonomian Indonesia yang baik dengan memperbaiki sistem implementasi CSR agar tidak terjadi ketimpangan karena lahiranya perusahaan di tengah lingkungan masyarakat.

Aturan Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia

Program CSR sudah mulai bermunculan di Indonesia seiring telah disahkannya Undang – Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, adapun isi Undang – Undang tersebut, yaitu:

Pada pasal 74 di Undang – Undang Nomor 40 Tahun 2007, berbunyi:

(5)

2. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Sedangkan pada pasal 25 (b) Undang – Undang Penanaman Modal menyatakan kepada setiap penanam modal wajib melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.

Dari kedua pasal diatas dapat kita lihat bagaimana pemerintah Indonesia berusaha untuk mengatur kewajiban pelaksanaan CSR oleh perusahaan atau penanam modal. Kondisi pemaksaan ini menjadi permasalahan bagi kebanyakan perusahaan karena bagi beberapa perusahaan kegiatan CSR merupakan suatu kesukarelaan bukan suatu kewajiban. Pada dasarnya, CSR memanglah bukan suatu kewajiban melainkan suatu kesukarelaan perusahaan, namun sukarela bukan berarti perusahaan boleh tidak melaksanakan CSR ataupun hanya melaksanakan CSR seperlunya saja. Oleh karena itu, dalam melaksanakan program CSR ada beberapa prinsip dasar tanggung jawab sosial yang harus ada dalam CSR (Jalal, 2011), yaitu:

1. Akuntabilitas

2. Transparensi

3. Perilaku Etis

4. Penghormatan kepada Kepentingan Stakeholder

5. Kepatuhan kepada Hukum

(6)

7. Penegakan HAM

Untuk mengimplementasikan CSR tergantung dari pemahaman dan kebutuhan dari perusahaan yang bersangkutan karena sampai saat ini belum ada kesatuan pandangan baik dari lembaga maupun para pakar mengenai pengertian maupun ruang lingkup CSR tersebut. Namun pada tahun 1998, seorang pakar CSR dari University of Bath Inggris yaitu Alyson Warhurst menjelaskan ada 16 (enam belas) prinsip yang harus diperhatikan dalam mengimplementasikan CSR (Isa Wahyudi & Busyra Azheri, 2011: 57). Adapun prinsip – prinsip itu adalah sebagai berikut:

1. Prioritas perusahaan. Perusahaan harus menjadikan tanggung jawab sosial sebagai prioritas tertinggi penentu utama dalam pembangunan berkelanjutan.

2. Manajemen terpadu. Manajer sebagai pengendali dan pengambil keputusan harus mampu mengintegrasikan setiap kebijakan dan program dalam aktivitas bisnisnya, sebagai salah satu unsur fungsi manajemen.

3. Proses perbaikan. Melakukan evaluasi atas setiap kebijakan, program, dan kinerja sosial secara berkesinambungan.

4. Pendidikan karyawan Sebagai stakeholders primer karyawan harus ditingkatkan kemampuan dan keahliannya, oleh karena itu perusahaan harus memotivasi mereka melalui program pendidikan dan pelatihan.

5. Pengkajian. Pengkajian mengenai dampak sosial yang terjadi atas suatu kegiatan harus dilakukan terlebih dahulu sebelum kegiatan tersebut dilakukan.

6. Produk dan jasa. Berusaha untuk mengembangkan suatu produk dan jasa yang tidak mempunyai dampak negatif secara sosial.

(7)

tentang penggunaan, penyimpanan, dan pembuangan atas suatu produk barang atau jasa.

8. Fasilitas dan operasi. Mengembangkan, merancang, dan mengoperasikan fasilitas serta menjalankan kegiatan dengan mempertimbangkan temuan yang berkaitan dengan dampak sosial dari suatu kegiatan perusahaan.

9. Penelitian. Melakukan dan atau mendukung suatu riset atas dampak sosial dari penggunaan bahan baku, produk, proses, emisi, dan limbah yang dihasilkan sehubungan dengan kegiatan usaha.

10. Prinsip pencegahan. Memodifikasi manufaktur, pemasaran dan atau penggunaan atas produk barang atau jasa yang sejalan dengan hasil penelitian mutakhir. Kegiatan ini dilakukan sebagai upaya mencegah dampak sosial yang bersifat negatif.

11. Kontraktor dan pemasok. Mendorong kontraktor dan pemasok untuk mengimplementasikan dari prinsip – prinsip tanggung jawab sosial perusahaan, baik yang telah maupun yang akan melakukannya. Bila perlu menjadikan tanggung jawab sosial sebagai bagian dari suatu persyaratan dalam kegiatan usahanya.

12. Siaga menghadapi darurat. Perusahaan harus menyusun dan merumuskan rencana dalam menghadapi keadaan darurat. Dan bila terjadi keadaan berbahaya perusahaan harus bekerja sama dengan layanan gawat darurat, instansi berwenang, dan komunitas lokal. Selain itu perusahaan berusaha mengenali potensi bahaya yang muncul.

13. Transfer Best Practice. Berkontribusi pada pengembangan dan transfer bisnis praktis sepanjang betanggung jawab secara sosial pada semua industri dan sektor publik.

(8)

pendidikan yang akan membantu meningkatkan kesadaran akan tanggung jawab sosial.

15. Keterbukaan. Menumbuh kembangkan budaya keterbukaan dan dialogis dalam lingkungan perusahaan dan dengan unsur publik. Selain itu perusahaan harus mampu mengantisipasi dan memberikan respon terhadap resiko potensial yang mungkin muncul, dan dampak negatif dari operasi, produk, limbah, dan jasa.

16. Pencapaian dan pelaporan. Melakukan evaluasi atas hasil kinerja sosial, melaksanakan audit sosial secara berkala dan mengkaji pencapaian berdasarkan kriteria perusahaan dan ketentuan peraturan perundang – undangan serta menyampaikan informasi tersebut kepada dewan direksi, pemegang saham, pekerja, dan publik.

Prinsip – prinsip ini yang dianggap penulis sangat cocok sebagai panduan utama dalam usaha untuk mengimplementasikan kegiatan – kegiatan CSR. Namun masih banyak lagi pendapat dari pakar maupun kelompok kerja mengenai prinsip implementasi kegiatan CSR yang dapat digunakan sebagai panduan dalam menyusun program CSR.

(9)

Melihat hal ini, tampaknya kegiatan tersebut hanya untuk menunjukkan bahwa perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang dermawan dan bermurah hati.

Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia

Penerapan CSR di perusahaan akan menciptakan iklim saling percaya di dalamnya, yang akan menaikkan motivasi dan komitmen karyawan. Pihak konsumen, investor, pemasok, dan stakeholdersyang lain juga telah terbukti lebih mendukung perusahaan yang dinilai bertanggung jawab sosial, sehingga meningkatkan peluang pasar dan keunggulan kompetitifnya. Dengan segala kelebihan itu, perusahaan yang menerapkan CSR akan menunjukkan kinerja yang lebih baik serta keuntungan dan pertumbuhan yang meningkat.

Kesadaran tentang pentingnya mengimplementasikan CSR ini menjadi tren global seiring dengan semakin maraknya kepedulian masyarakat global terhadap produk-produk yang ramah lingkungan dan diproduksi dengan memperhatikan kaidah-kaidah sosial dan prinsip-prinsip hak azasi manusia (HAM). Bank-bank di Eropa menerapkan kebijakan dalam pemberian pinjaman hanya kepada perusahaan yang mengimplementasikan CSR dengan baik. Sebagai contoh, bank-bank Eropa hanya memberikan pinjaman pada perusahaan-perusahaan perkebunan di Asia apabila ada jaminan dari perusahaan tersebut, yakni ketika membuka lahan perkebunan tidak dilakukan dengan membakar hutan.

(10)

perusahaan tidak melaksanakan CSR, didalam pasal tersebut hanya menjelaskan bahwa ayat (3) perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, (4) ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah, namun sanksi yang diberikan tidak jelas.

Pelaksanaan CSR di Indonesia masih menimbulkan berbagai masalah baik itu dalam masyarakat , pemerintah maupun perusahaan itu sendiri. Permasalahan yang datang dari masyarakat, kadang kala masyarakat belum siap untuk di ajak mengimplementasikan CSR terutama bila sifatnya partisipatif, dimana masyarakat tidak mau diajak berubah hanya ingin mendapatkan bantuan saja berupa kucuran dana (filantropi) serta cultur dan terkadang capacity building ketika masyarakat tidak bisa menyerap keinginan perusahaan.

Sedangkan dari perusahaan masih banyak perusahaan yang menjalankan CSR-nya hanya untuk meningkatkan image perusahaan bahkan ada beberapa perusahaan sama kali tidak mau menjalankan CSR-nya. Permasalahan yang datang dari masyarakat, kadang kala masyarakat belum siap untuk diajak mengimplementasikan CSR terutama bila sifatnya partisipatif, dimana masyarakat tidak mau diajak berubah hanya ingin mendapatkan bantuan saja berupa kucuran dana (filantropi) serta cultur dan terkadang capacity building ketika masyarakat tidak bisa menyerap keinginan perusahaan. Sedangkan dari perusahaan masih banyak perusahaan yang menjalankan CSR-nya hanya untuk meningkatkan image perusahaan bahkan ada beberapa perusahaan sama kali tidak mau menjalankan CSR-nya.

(11)

lingkungan pemukiman warga yang menyebabkan konsumen usaha-usaha kecil beralih.

Hubungan Board of Directors dan CSR

Pemangku kepentingan perusahaan yaitu termasuk pemegang saham, karyawan, masyarakat dan pejabat publik, mengharapkan perusahaan dapat mengelola ,mengurangi atau mencegah dampak sosial dan lingkungan yang merugikan yang mungkin terkait dengan operasi perusahaan. Program CSR membantu perusahaan memastikan bahwa mereka responsif terhadap masalah ini. Program CSR yang efektif dilaksanakan melalui kebijakan dan standar tingkat korporat dan didukung oleh mekanisme pengawasan, program pelatihan dan tindakan akuntabilitas.

Kegagalan untuk menangani masalah pemangku kepentingan secara efektif dapat mengekspos perusahaan ke berbagai risiko finansial dan non-keuangan, termasuk hilangnya akses terhadap keuangan, moral karyawan yang buruk, penolakan masyarakat dan meningkatnya paparan terhadap denda peraturan dan tuntutan hukum. Dampak buruk, bahkan akibat dari insiden tunggal, menyebabkan perusahaan mengalami kerusakan reputasi. Ini adalah perusahaan yang memiliki reputasi baik yang memiliki kemampuan untuk memanfaatkan hubungan dengan pemangku kepentingan publik dan swasta utama dan menerapkan strategi bisnis jangka pendek dan jangka panjang. Maka tidak mengherankan, bahwa 54 persen direktur yang disurvei pada tahun 2009 oleh Eisner mengidentifikasi risiko reputasi sebagai area risiko utama bagi

perusahaan mereka.

(12)

risiko relatif dari operasi perusahaan, board of directors harus memastikan bahwa mereka memiliki informasi yang mereka perlukan untuk mengevaluasi keefektifan sistem manajemen perusahaan yang ada sehubungan dengan masalah sosial dan lingkungan. board of directors berada dalam posisi untuk mengajukan pertanyaan mengenai proses dan kriteria dimana personil manajemen mengevaluasi risiko sosial dan lingkungan yang mungkin terkait dengan lingkungan operasi atau hubungan bisnis tertentu, termasuk di dalamnya dengan pemerintah tuan

rumah dan mitra usaha patungan.

Board of directors harus menekankan pentingnya memastikan bahwa personil manajemen memiliki sumber daya yang mereka butuhkan untuk menanggapi kekhawatiran dan harapan pemangku kepentingan yang bergeser dengan cara yang sesuai dengan nilai-nilai dan prioritas strategis perusahaan. Melalui pendekatan pengawasan yang memantau kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan sementara juga mengevaluasi dampak potensial dari harapan masa depan, board of directors memiliki peran penting dalam membangun dan memperkuat serangkaian harapan yang menyeluruh berkenaan dengan pengelolaan sosial dan sosial jangka pendek dan jangka panjang.

Daftar Pustaka

Business Insider. 2011. Corporate Social Responsibility And The Role Of

The Board Of Directors. Diambil

dari http://www.businessinsider.com/corporate-social-responsibility-and-the-role-of-the-board-of-directors-2011-6/?IR=T (22 September 2017) Kompasiana. 2017. Implementasi CSR yang Masih Lesu. Diambil

dari http://www.kompasiana.com/nelishaaaa/implementasi-csr-yang-masih-lesu_587d7fa350f9fd2705ea7dce (29 September 2017)

(13)

Wordpress. 2011. Implementasi Corporate Social Responsibility Di

Indonesia Terjebak Dalam Budaya Pop.Diambil

Referensi

Dokumen terkait

Hasil studi memperlihatkan, antara tahun 1980-2000, di Jawa Barat telah terjadi perubahan struktur umur dan jenis kelamin penduduk, kondisi tersebut telah berdampak

Sampai sekarang cara pengobatan DBD hanya bersifat simptomatis, sedangkan cara vaksinasi sebagai tindakan pencegahan, pada saat sekarang masih dikembangkan dan hasilnya belum

Sesuai dengan judulnya maka penulis akan membahas mengenai prinsip kerja, komponen utama yang digunakan, proses pembuatan, gambar rangkaian serta susunan dan

Kesenjangan antara jaminan kebebasan yang lebih besar yang disediakan pasar di satu sisi dan cara-cara tidak demokratis yang ditempuh dalam melahirkan dan mewujudkan

Pada penelitian ini telah dirancang dan direalisasikan program sistem verifikasi nomor kendaraan bermotor, yang diujikan pada kondisi pagi, siang, dan sore hari, dimana

Masalah etos kerja bagi bangsa Indonesia adalah masalah yang amat krusial, bukan hanya karena banyaknya penganggur yang sampai saat ini masih bertahan pada angka 40 juta orang

Salah satu cara untuk meningkatkan eksistensi Taman Budaya Provinsi Kalimantan Barat adalah dengan memperbaiki dan mengembangkan fisik bangunan Taman Budaya Provinsi

Pencapaian interaktif modern pada desain interior ini ialah ketika pengunjung dapat tertarik dan merasakan suasana latar bela-kang koleksi melalui sistem display,