• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan, Kewenangan Dan Kedudukan Dewan Komisaris Dalam Perseroan Terbatas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peranan, Kewenangan Dan Kedudukan Dewan Komisaris Dalam Perseroan Terbatas"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Oleh

SANGANA TIMOR LUMBAN SIANTAR

107011074/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

TESIS

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

SANGANA TIMOR LUMBAN SIANTAR

107011074/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Program Studi : Kenotariatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH)

Pembimbing Pembimbing

(Prof. Dr. Sunarmi, SH, MHum) (Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum)

Ketua Program Studi, Dekan,

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)

(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH

Anggota : 1. Prof. Dr. Sunarmi, SH, MHum

2. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum

3. Chairani Bustami, SH, SpN, MKn

(5)

Nama : SANGANA TIMOR LUMBAN SIANTAR

Nim : 107011074

Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU

Judul Tesis : PERANAN, KEWENANGAN DAN KEDUDUKAN

DEWAN KOMISARIS DALAM PERSEROAN

TERBATAS

Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri

bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena

kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi

Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas

perbuatan saya tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan

sehat.

Medan,

Yang membuat Pernyataan

Nama : SANGANA TIMOR LUMBAN SIANTAR

(6)

dewan komisaris. Khususnya dewan komisaris yang memiliki tujuan untuk melakukan pengawasan terhadap direksi yang sesuai diatur dalam UU No. 40 tahun 2007. Perubahan signifikan yang terdapat dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang baru adalah semakin besarnya tanggung jawab Dewan Komisaris. Sehingga perlu diuraikan fungsi dan peran dewan komisaris dalam pelaksanaannya dan tugasnya di perseroan terbatas.

Penulisan bertujuan untuk menjelaskan bagaimana dewan komisaris melakukan fungsi dan perannya, pertanggungjawaban apabila melakukan kesalahan dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja direksi dan hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi dewan komisaris dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dalam perseroan terbatas agar dapat berjalan dengan efektif sesuai dengan tujuan perseroan.

Metode penelitian ini menggunakan yuridis normatif berdasarkan studi kepustakaan yang dikaji dalam langkah-langkah yang harus diambil dalam suatu penelitian tesis dan melakukan pendekatan undang-undang khususnya peraturan perundang-undangan mengenai perseroan terbatas tentang pertanggungjawaban dewan komisaris atas kewenangannya sebagai pengawas direksi.

Hasil penelitian menunjukkan kewajiban dewan komisaris dalam tugasnya di perseroan terbatas memiliki peran penting untuk menciptakan pengawasan yang efektif terhadap direksi agar memperhatikan kepentingan perusahaan secara sungguh-sungguh dengan memenuhi unsur-unsur kepedulian, kehati-hatian, etikat baik, kejujuran dan keterampilan dalam derajat yang tinggi. Pertanggungjawaban yang dilakukan oleh dewan komisaris harus sesuai dengan ketentuan Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas sesuai dengan Peraturan Anggaran Dasar Perseroan. Hambatan-hambatan yang dialami oleh dewan komisaris dalam menjalankan tugasnya harus diselesaikan dengan jalan keharmonisan dan saling mendukung antara dewan komisaris dengan direksi. Sehingga pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisaris tidak menimbulkan kerugian kepada perseroan terbatas.

Disarankan agar pelaksanaan kewenangan dewan komisaris tercipta dengan baik haruslah didukung dengan hubungan yang harmonis dengan pihak-pihak yang terikat dalam perseroan terbatas sehingga tujuan perseroan lebih mudah tercapai dan interaksi dewan komisaris dengan direksi dalam hal pengawasan berjalan dengan baik yang tidak bertentangan dengan UU No. 40 tahun 2007.

(7)

of Shareholders, board of directors, and board of commissioners. Especially, the function of the board of commissioners is to oversee the board of directors in accordance with the regulation regulated in Law No. 40/2007. A significant amendment found in the new Law No. 40/2007 on Limited Liability Company is about a bigger responsibility of the Board of Commissioners that the implementation of the company needs to be explained.

The purpose of this study was to explain how the Board of Commissioners implement their function and role, their responsibility when making a mistake in overseeing the performance of the Board of Directors, and the contraints faced by the Board of Commissioners in implementing their duties and authority in a limted liability company that the company can run effectively in accordance with the goals of the company.

The data for this normative juridical study were based on the existing law especially the law on limited liability company related to the responsibbility of Board of Commissioners for their authority as the supervisor of the Board of Director obtained through library research.

The result of this study showed that obligation of Board of Commissioners in implementing their duties in a limited liability company was to creat an effective supervision that the Board of Directors really paid attention to the interest of company by meeting the elements of awareness, prudence, good faith, honesty and high degree of skill. The responsibility given by the Board of Commissioners must be in accordance with both the provision of Law No. 40/2007on Limited Liability Company and the Regulation of the Statute of the Company. The contraints faced by the Board of Commissioners in implementing their duties should be settled with the Directors that the control conducted by the Board of Commissioners will not inflict loss to the limited liability company.

It is suggested that the authority of Board of Commissioners will implemented well if supported by the harmonious relationship with the parties bound to the limited liability company that the goals of the company can be easily achieved and the interaction between the Board of Commissioners and the Board of Directors in terms of supervision can run well and is not in conflict with Law No. 40/2007.

(8)

penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Selanjutnya buat Yesus Kristus yang

selalu memberikan kesehatan kepada saya. Tesis ini berjudul “PERANAN,

KEWENANGAN DAN KEDUDUKAN DEWAN KOMISARIS DALAM

PERSEROAN TERBATAS”. Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan

untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan (M.Kn.) Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara.

Penulisan Tesis ini dapat selesai dengan adanya bantuan dan dorongan serta

bimbingan dari berbagai pihak, Teristimewa sekali ucapan terima kasih kepada

Ayahanda L. Lumban Siantar dan Ibunda tercinta R. Surbakti yang telah banyak

memberikan bantuan material dan spiritual dengan semangat juang yang tinggi,

sehingga penulis dapat menyelesaikan studi.

Ucapan terima kasih secara khusus kepada yang terhormat dan amat terpelajar

Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH, Ibu Prof. Dr. Sunarmi, SH, M.Hum,

dan Ibu Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, M.Hum, selaku Komisi Pembimbing

yang telah dengan tulus ikhlas memberikan bimbingan dan arahan untuk

kesempurnaan penulisan tesis ini.

Kemudian juga, semua pihak yang telah berkenan memberi masukan dan

arahan yang konstruktif dalam penulisan tesis ini sejak kolokium, seminar hasil

(9)

dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Hukum, Program Studi Magister

Kenotariatan Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada

Penulis dalam menyelesaikan pendidikan ini.

3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN, selaku Ketua Program Studi

Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah

memberikan dorongan kepada Penulis untuk segera menyelesaikan penulisan

tesis ini.

4. Ibu Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, M.Hum, selaku Sekretaris Program Studi

Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah

memberikan dorongan kepada Penulis untuk segera menyelesaikan penulisan

tesis ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara, yang telah memberikan bimbingan dan arahan serta ilmu yang

sangat bermanfaat selama Penulis mengikuti proses kegiatan belajar mengajar di

(10)

7. Rehmenda Meliasa dan Billy Suteja Lumban Siantar selaku kakak dan abang

penulis yang tak henti-hentinya membeirkan semangat dan dukungan yang luar

biasa terhadap penyelesaian tesis ini.

8. Rekan-rekan Mahasiswa dan Mahasiswi di Magister Kenotariatan Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara, khususnya angkatan tahun 2010 yang telah

banyak memberikan motivasi kepada Penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

9. Theresia Bangun yang selalu mendukung dalam pengerjakan tesis ini sehingga

dapat terselesaikan. Luv U.

10. Keluarga besar penulis yang selalu memberikan motivasi dan dukungan terhadap

penyelesaian tesis ini.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa dalam

penulisan ini tidak luput dari kesalahan dan kesilapan, namun besar harapan penulis

kiranya tesis ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, terutama para

pemerhati hukum perdata pada umumnya dan ilmu kenotariatan pada khususnya..

Atas segala bantuan dan jasa baik yang telah Bapak, Ibu dan rekan-rekan berikan

semoga mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa. Amin

Medan, Februari 2013 Penulis,

(11)

Nama Lengkap : Sangana Timor Lumban Siantar

Tempat/Tanggal Lahir : Binjai / 2 November 1986

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Kristen

Status : Belum Kawin

Alamat : Jl. Samanhudi Gg. Benteng No. 8 Binjai

II. IDENTITAS KELUARGA

Nama Ayah : L. Lumban Siantar

Nama Ibu : R. Surbakti

III. RIWAYAT PENDIDIKAN

SD Negeri 020584 : Tamat Tahun 1998

SMP Negeri 2 Binjai : Tamat Tahun 2001

SMU Negeri 1 Binjai : Tamat Tahun 2004

S-1 Fakultas Hukum Universitas Pembangunan

Panca Budi Medan : Tamat Tahun 2008

S-2 Program Studi Magister Kenotariatan

(12)

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI... vii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Keaslian Penelitian... 11

F. Kerangka Teori dan Konsepsi... 11

1. Kerangka Teori ... 11

2. Konsepsi... 20

G. Metode Penelitian... 23

1. Sifat Penelitian ... 23

2. Metode Pendekatan ... 24

3. Sumber Data... 24

4. Alat Pengumpulan Data ... 25

5. Analisis Data ... 26

BAB II FUNGSI DAN PERAN DEWAN KOMISARIS DALAM PERSEROAN TERBATAS... 27

A. Pengaturan Fungsi dan Peran Dewan Komisaris ... 27

(13)

A. Pertanggung Jawaban Dewan Komisaris ... 56

B. Pengawasan Dewan Komisaris ... 69

BAB IV HAMBATAN-HAMBATAN YANG DIHADAPI DEWAN KOMISARIS DALAM MELAKSANAKAN TUGAS DAN WEWENANGNYA ... 82

A. Peranan Dewan Komisaris dalam Perseroan Terbatas... 82

B. Hambatan Dewan Komisaris dalam Perseroan Terbatas ... 94

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 99

A. Kesimpulan ... 99

B. Saran... 100

(14)

dewan komisaris. Khususnya dewan komisaris yang memiliki tujuan untuk melakukan pengawasan terhadap direksi yang sesuai diatur dalam UU No. 40 tahun 2007. Perubahan signifikan yang terdapat dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang baru adalah semakin besarnya tanggung jawab Dewan Komisaris. Sehingga perlu diuraikan fungsi dan peran dewan komisaris dalam pelaksanaannya dan tugasnya di perseroan terbatas.

Penulisan bertujuan untuk menjelaskan bagaimana dewan komisaris melakukan fungsi dan perannya, pertanggungjawaban apabila melakukan kesalahan dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja direksi dan hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi dewan komisaris dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dalam perseroan terbatas agar dapat berjalan dengan efektif sesuai dengan tujuan perseroan.

Metode penelitian ini menggunakan yuridis normatif berdasarkan studi kepustakaan yang dikaji dalam langkah-langkah yang harus diambil dalam suatu penelitian tesis dan melakukan pendekatan undang-undang khususnya peraturan perundang-undangan mengenai perseroan terbatas tentang pertanggungjawaban dewan komisaris atas kewenangannya sebagai pengawas direksi.

Hasil penelitian menunjukkan kewajiban dewan komisaris dalam tugasnya di perseroan terbatas memiliki peran penting untuk menciptakan pengawasan yang efektif terhadap direksi agar memperhatikan kepentingan perusahaan secara sungguh-sungguh dengan memenuhi unsur-unsur kepedulian, kehati-hatian, etikat baik, kejujuran dan keterampilan dalam derajat yang tinggi. Pertanggungjawaban yang dilakukan oleh dewan komisaris harus sesuai dengan ketentuan Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas sesuai dengan Peraturan Anggaran Dasar Perseroan. Hambatan-hambatan yang dialami oleh dewan komisaris dalam menjalankan tugasnya harus diselesaikan dengan jalan keharmonisan dan saling mendukung antara dewan komisaris dengan direksi. Sehingga pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisaris tidak menimbulkan kerugian kepada perseroan terbatas.

Disarankan agar pelaksanaan kewenangan dewan komisaris tercipta dengan baik haruslah didukung dengan hubungan yang harmonis dengan pihak-pihak yang terikat dalam perseroan terbatas sehingga tujuan perseroan lebih mudah tercapai dan interaksi dewan komisaris dengan direksi dalam hal pengawasan berjalan dengan baik yang tidak bertentangan dengan UU No. 40 tahun 2007.

(15)

of Shareholders, board of directors, and board of commissioners. Especially, the function of the board of commissioners is to oversee the board of directors in accordance with the regulation regulated in Law No. 40/2007. A significant amendment found in the new Law No. 40/2007 on Limited Liability Company is about a bigger responsibility of the Board of Commissioners that the implementation of the company needs to be explained.

The purpose of this study was to explain how the Board of Commissioners implement their function and role, their responsibility when making a mistake in overseeing the performance of the Board of Directors, and the contraints faced by the Board of Commissioners in implementing their duties and authority in a limted liability company that the company can run effectively in accordance with the goals of the company.

The data for this normative juridical study were based on the existing law especially the law on limited liability company related to the responsibbility of Board of Commissioners for their authority as the supervisor of the Board of Director obtained through library research.

The result of this study showed that obligation of Board of Commissioners in implementing their duties in a limited liability company was to creat an effective supervision that the Board of Directors really paid attention to the interest of company by meeting the elements of awareness, prudence, good faith, honesty and high degree of skill. The responsibility given by the Board of Commissioners must be in accordance with both the provision of Law No. 40/2007on Limited Liability Company and the Regulation of the Statute of the Company. The contraints faced by the Board of Commissioners in implementing their duties should be settled with the Directors that the control conducted by the Board of Commissioners will not inflict loss to the limited liability company.

It is suggested that the authority of Board of Commissioners will implemented well if supported by the harmonious relationship with the parties bound to the limited liability company that the goals of the company can be easily achieved and the interaction between the Board of Commissioners and the Board of Directors in terms of supervision can run well and is not in conflict with Law No. 40/2007.

(16)

A. Latar Belakang

Perseroan Terbatas (PT), dahulu disebut juga Naamloze Vennootschaap (NV),

adalah suatu persekutuan untuk menjalankan usaha yang memiliki modal terdiri dari saham-saham. Dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 disebutkan bahwa :1

Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya.

Demikian juga halnya dengan keberadaan PT juga melalui proses, dan prosesnya harus benar dan sah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Lahir atau berdirinya sebuah PT yang berbentuk badan hukum harus memenuhi syarat-syarat tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.2 Kedudukan-kedudukan badan hukum baru diperoleh dengan adanya pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia ialah sebagai tindakan preventif.3 Pada umumnya PT merupakan badan hukum, karena akta pendiriannya telah memperoleh pengesahan dari pemerintah.4Ini berarti badan usaha yang disebut perseroan terbatas harus menjadikan dirinya sebagai

1Undang-undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007,Yogyakarta, Graha Ilmu, hal. 3 2I.G. Rai Widjaja,Pedoman Dasar Perseroan Terbatas (PT),(Jakarta : Penerbit PT. Pradnya

Paramita, 1994), hal. 3

3Ali Rido,Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan, Koperasi, Yayasan, Wakaf,(Bandung : PT. Alumni) hal. 103

(17)

badan hukum, sebagai subjek hukum yang berdiri sendiri yang mampu mendukung hak dan kewajiban sebagaimana halnya dengan orang yang mempunyai harta kekayaan tersendiri terpisah dari harta kekayaan para pendirinya, pemegang saham dan para pengurusnya.5

Ada dua hal yang kiranya dapat dikemukakan disini, pertama PT didirikan berdasarkan perjanjian. Hal ini berarti sesuai dengan konsep hukum perjanjian, jika melakukan perjanjian harus ada 2 orang.6 Berdasarkan pasal tersebut Perseroan Terbatas adalah suatu asosiasi modal yang berbentuk badan hukum. Sebagai pendukung kewajiban dan hak, dia dapat melakukan hubungan bisnis dengan pihak lain.7 Dikatakan berbentuk badan hukum karena dalam Perseroan Terbatas terdapat harta kekayaan tersendiri yang terpisah dari kekayaan pribadi persero. Dengan demikian maka pemegang saham perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian Perseroan melebihi jumlah saham yang dimilikinya.8

Perseroan Terbatas sebagai suatu badan hukum yang mandiri adalah suatu badan (entity) yang keadaannya terjadi karena hukum undang-undang.9 Sebagai badan hukum, dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pada Pasal 7 ayat (4) diatur bahwa Perseroan Terbatas harus mendapatkan Pengesahan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia untuk

5 Agus Budiarto, Kedudukan dewan dan tanggung jawab perseroan terbatas, (Jakarta:

Penerbit Ghalia Indonesia, 2009) hal. 19 dan hal. 20

6Sentoso Sembiring,Hukum Perusahaan dalam Perundang-undangan, (Bandung : Nuansa

Mulia), hal. 13

7Abdul Kadir Muhammad,Hukum Perusahaan Indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,

1999) hal. 63

8Pasal 3 UU No. 40 tahun 2007.

(18)

mendapatkan statusnya sebagai badan hukum. Hal ini ditegaskan oleh Sulaiman Yunus:

Untuk mendirikan Perseroan Terbatas, harus dengan menggunakan akta resmi yakni akta yang dibuat oleh notaris, yang di dalamnya dicantumkan nama lain dari Perseroan Terbatas, modal, bidang usaha, alamat perusahaan, dan lain-lain. Akta ini harus disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, dahulu Menteri Kehakiman. Untuk mendapat izin dari Menteri Kehakiman, harus memenuhi syarat sebagai berikut. Perseroan Terbatas tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan.10

Dalam menjalankan kegiatannya, Perseroan Terbatas memiliki tiga organ, yaitu Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Direksi dan Dewan Komisaris sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) adalah organ perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada direksi atau dewan komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 dan/atau anggaran dasar perseroan. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) memberikan kewenangan bagi para pemegang sahamnya untuk memutuskan hal-hal penting yang tidak termasuk dalam hal-hal yang bersifat operasional sehari-hari. Sedangkan hal yang sifatnya operasional sehari hari menjadi wewenang bagi Direksi di bawah pengawasan Dewan Komisaris. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan evaluasi kinerja dan kebijakan perusahaan yang harus dilaksanakan. Hasil Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) biasanya dilimpahkan ke komisaris untuk diteruskan ke direksi untuk dijalankan.11

10Sulaiman Yunus,Mendirikan Badan Hukum Perseroan Terbatas,(Bandung: Penerbit Fajar

Utama, 2008), hal. 5.

(19)

Fungsi pengawasan terhadap kinerja direksi dalam menjalankan perusahaan dipegang oleh Dewan Komisaris.

Dewan Komisaris adalah sebuah dewan yang bertugas untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direktur Perseroan Terbatas (PT). Di Indonesia Dewan Komisaris ditunjuk oleh Rapat Umum Pemegang Saham dan di dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas dijabarkan fungsi, wewenang, dan tanggung jawab dari dewan komisaris.12

Dalam Persereoan Terbatas, Dewan Komisaris hanya sebagai pengawas kinerja Direksi dan memberikan nasihat serta masukan bagi direksi. “Komisaris bisa memeriksa pembukuan, menegur direksi, memberi petunjuk, bahkan bila perlu memberhentikan direksi dengan menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham untuk mengambil keputusan apakah direksi akan diberhentikan atau tidak.”13

Anggota dewan komisaris diangkat dan diberhentikan dengan persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham yang kemudian dilaporkan kepada Menteri Hukum dan HAM untuk dicatatkan dalam daftar wajib perusahaan atas pergantian dewan komisaris. “Dalam pengangkatan dewan komisaris diusulkan oleh anggota Rapat Umum Pemegang Saham yang memiliki wewenang untuk mengusulkan dewan komisaris.”14

Perubahan signifikan yang terdapat dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang baru adalah semakin besarnya tanggung jawab Dewan Komisaris. Dalam Pasal 114 ayat (3) secara eksplisit dijelaskan bahwa setiap

12Ibid,Hal. 5. 13Ibid,Hal. 7

(20)

anggota Dewan Komisaris ikut bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya.

Dewan Komisaris bertanggung jawab dalam melakukan pengawasan terhadap pengelolaan perusahaan oleh Direksi, termasuk semua aspek seperti perencanaan dan pengembangan, operasional dan anggaran, kepatuhan Anggaran Dasar Perusahaan dan penerapan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham. Dalam anggaran dasar dapat ditetapkan pemberian wewenang kepada komisaris untuk memberikan persetujuan atau bantuan kepada direksi dalam melakukan perbuatan hukum tertentu.15 “Dewan Komisaris harus melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sesuai dengan Anggaran Dasar Perusahaan, keputusan Rapat Umum Pemegang Saham dan semua peraturan perundang-undangan yang berlaku.”16

Dewan Komisaris memiliki 2 (dua) kewenangan yang diatur dalam Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas, yaitu wewenang preventif dan wewenang represif. Sebagaimana diatur dalam Pasal 117 ayat (1) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas bahwa di dalam Anggaran Dasar perseroan dapat ditetapkan kewenangan Dewan Komisaris untuk memberikan persetujuan atau bantuan kepada Direksi dalam melakukan perbuatan hukum tertentu. Pasal ini merupakan kewenangan preventif Dewan Komisaris.17 Kewenangan pengawasan yang dipercayakan kepada Dewan Komisaris adalah demi kepentingan Perseroan, bukan kepentingan pemegang saham. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 108 ayat (2) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

15Abdul Kadir Muhammad, 1996, Hukum Perseroan Terbatas,(Bandung: PT. Citra Aditya

Bakti), hal. 82

16TelkomGroup, Dewan Komisaris, http.www.telkom.co.id/hubungan-investasi/tata-kelola-perusahaan/komisaris/,diakses tanggal 15 Februari 2012.

17Indonesian InstituteAudit Committee, Kedudukan dan Tanggung Jawab Komisaris dan

(21)

Perseroan Terbatas bahwa pengawasan yang dilakukan Dewan Komisaris bukan pengawasan yang mewakili pemegang saham. Pentingnya kompetensi untuk bisa menjalankan tugasnya dengan efektif, komisaris harus memiliki kompetensi di bidang bisnis perusahaan yang diawasinya dan harus membangun sistem kerja yang mampu memberikan sinyal peringatan dini. Dengan kompetensi yang dimilikinya Komisaris bisa mencegah sejak dini keputusan atau kebijakan Direksi yang membahayakan atau merugikan perusahaan. Perangkat kaidah yang dikenal dengan norma-norma harus memenuhi azas lex certa yaitu rumusan harus pasti dan jelas serta tidak membingungkan.18

Pasal 108 ayat (3) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menentukan bahwa Dewan Komisaris terdiri atas 1 (satu) orang anggota atau lebih. Dewan Komisaris yang terdiri atas lebih dari 1 (satu) orang anggota merupakan majelis dan setiap anggota Dewan Komisaris tidak dapat bertindak sendiri-sendiri, melainkan berdasarkan keputusan Dewan Komisaris.

Dewan Komisaris berwenang meminta segala keterangan yang diperlukan dari Direksi dalam rangka melaksanakan kewajibannya. Sebagai penetrasi agar fungsi pengawasan ini efektif, pada Pasal 106 (1) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Dewan Komisaris diberi kewenangan represif berupa kewenangan untuk memberhentikan sementara anggota Direksi dengan menyebutkan alasannya, tetapi hal ini tidak berarti bahwa Dewan Komisaris membawahi Direksi. Dalam hal pengurusan Perseroan.

(22)

Dengan pertimbangan tersebut maka dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas kembali diperkenalkan konsep Komisaris Utusan, yang berdasarkan Pasal 120 ditunjuk dari anggota Dewan Komisaris yang sedang menjabat. Komisaris Utusan merupakan perwakilan dari Dewan Komisaris yang melakukan pengawasan dengan lebih intens (dengan komitmen waktu yang lebih banyak) dibandingkan anggota Dewan Komisaris lainnya. Dalam menjalankan fungsinya Komisaris Utusan tidak boleh keluar dari koridor tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris. Undang-undang tidak menentukan bahwa Dewan Komisaris itu harus terdiri dari satu orang. Tidak menjadi halangan komisaris hanya terdiri dari satu orang saja, kecuali untuk Perseroan yang menjalankan kegiatan usaha yang berkaitan dengan menghimpun dan atau mengelola dana masyarakat, atau menerbitkan surat pengakuan utang kepada masyarakat atau perseroan terbuka, wajib paling sedikit dua orang anggota komisaris.19

Para pemegang saham selalu berkepentingan mengamankan investasinya agar menghasilkan dividen tiap tahun. Jadi, dividen adalah pembagian laba bersih kepada para pemegang saham perseroan sesuai dengan jumlah saham yang dimiliki masing-masing pemegang saham.20 Untuk itu, mereka menugaskan para dewan pengawas untuk memonitor kinerja manajemen agar sesuai kepentingannya. Lebih lanjut

19 Rudhi Prasetya, Teori & Praktik Perseroan Terbatas, (Jakarta : Penerbit Sinar Grafika,

2011), hal. 33

20Hardjan Rusli,Perseroan Terbatas dan Aspek Hukumnya,(Jakarta : Penerbit Pustaka Sinar

(23)

ditentukan pula bahwa modal ditempatkan itu yang diperoleh dari nilai saham dapat dilakukan dalam bentuk uang atau bentuk lainnya.21Di sinilah letak pentingnya peran dewan pengawas (komisaris) yang bertindak atas mandat yang diberikan para pemegang saham, bukan pihak pengelola. Meski demikian, sudah menjadi rahasia umum, dalam banyak kasus, komisaris tak lebih dari sekadar hiasan yang mempercantik profil perusahaan. Sehingga tak mengherankan jika mereka tidak terlalu peduli dengan apa yang terjadi dalam perusahaan.

Dari sebuah studi yang dilakukan terhadap 500 perusahaan versi Majalah Fortune ditemukan, 40 persen dewan pengawas hanya berfungsi sebagai tukang Stempel. Sedangkan dewan komisaris yang menunjukkan sikap aktif dalam melakukan evaluasi terhadap perusahaan hanya 30 persen. Sedangkan 30 persen sisanya, kalaupun mereka mengevaluasi dan mengontrol perusahaan, tetapi hanya secara minimal saja. Artinya, kehadirannya tetap tidak signifikan terhadap berbagai penyimpangan yang dilakukan oleh pihak manajemen.22

Uraian selanjutnya akan membahas peranan dan fungsi komisaris berdasarkan konsep yang berlaku secara historis di Indonesia.23Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengkaji lebih dalam peranan Dewan Komisaris dalam Perseroan Terbatas setelah disyahkannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, sehingga dengan demikian akan terjawab hal-hal yang berkaitan dengan latar belakang dan permasalahan dalam penelitian ini.

21M. Abdul Muis, Hukum Persekutuan dan Perseroan, (Medan : Fakultas Hukum USU,

2006), hal. 2006

22A. Prasetyantoko, Pelajaran dari Skandal Lippo, http://aprasetyantoko.blog.spot.com/ 2006/04/pelajaran-dari-skandal-lippo.html,diakses tanggal 18 Februari 2012.

(24)

B. Perumusan Masalah

Untuk menentukan identifikasi masalah dalam penelitian ini maka perlu dipertanyakan apakah yang menjadi masalah dalam penelitian yang akan dikaji lebih lanjut untuk menemukan suatu pemecahan masalah yang telah diidentifikasi tersebut.24 Berdasarkan uraian dan gambaran latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah, yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana fungsi dan peran Dewan Komisaris dalam status Perseroan Terbatas?

2. Bagaimana pertanggungjawaban Dewan Komisaris apabila melakukan kesalahan dan atau kelalaian dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja direksi?

3. Hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi Dewan Komisaris dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok-pokok permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian/ penulisan tesis ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana fungsi dan peran Dewan Komisaris dalam status Perseroan Terbatas.

2. Untuk mengetahui bagaimana pertanggungjawaban Dewan Komisaris apabila melakukan kesalahan dan atau kelalaian dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja direksi.

(25)

3. Untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi Dewan Komisaris dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.

D. Manfaat Penelitian

Beranjak dari tujuan penelitian sebagaimana tersebut diatas, diharapkan dengan penelitian ini akan dapat memberikan manfaat atau kegunaan secara teoritis dan praktis di bidang hukum yaitu :

1. Secara Teoritis

a. Sebagai bahan informasi bagi akademisi maupun Sebagai bahan perbandingan bagi para peneliti yang hendak melaksanakan penelitian lanjutan tentang Kewenangan dan Kedudukan Dewan Komisaris Perseroan Terbatas.

b. Sebagai bahan bagi pemerintah Republik Indonesia dalam penyempurnaan peraturan Perundangan-undangan tentang pengaturan Perseroan Terbatas, khususnya yang berkaitan dengan Kewenangan dan Kedudukan Dewan Komisaris Peseroan Terbatas.

c. Memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan hukum, terutama hukum perusahaan atau Perseroan Terbatas di Indonesia.

2. Secara Praktis

(26)

E. Keaslian Penelitian

Penelitian ini difokuskan untuk meneliti tentang Kewenangan dan Kedudukan Dewan Komisaris Perseroan Terbatas, setelah disahkannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Berdasarkan penelusuran kepustakaan dari hasil-hasil penelitan yang pernah dilakukan, khususnya di Universitas Sumatera Utara, penelitian mengenai Kewenangan dan Kedudukan Dewan Komisaris dalam Perseroan Terbatas, ada beberapa judul tesis yang berkaitan dengan perseroan terbatas yakni kedudukan hukum dan tanggung jawab pendiri PT dan tanggung jawab pendiri Perseroan Terbatas terhadap perjanjian yang dibuat sebelum perseroan terbatas berbadan hukum tetapi permasalahan yang dilakukan peneliti lain berbeda dengan penelitian yang peneliti lakukan dalam tesis ini, maka dengan demikian, penelitian ini adalah asli, serta dapat dipertanggungjawabkan keasliannya secara ilmiah.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Teori adalah suatu sistem yang tersusun oleh berbagai abtraksi yang berinterkoneksi satu sama lainnya atau berbagai ide yang memadatkan dan mengorganisasi pengetahuan tentang dunia yang akan menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi”25. Di dalam teori ini mempunyai

25J. J. J M. Wuisman. Penelitan Ilmu - Ilmu Sosial, Asas - asas. Penyunting: M. Hisyam,

(27)

pandangan bahwa hukum bukan hanya merupakan kumpulan norma-norma abstrak atau suatu tertib hukum tetapi juga merupakan suatu proses untuk mengadakan keseimbangan antara kepentingan-kepentingan yang saling bertentang dan menjamin pemuasan kebutuhan maksimal dengan pengorbanan yang minimal.26 Fungsi teori dalam penelitian ini sebagai kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat dalam penelitian mengenai suatu kasus atau permasalahan (problem) yang menjadi bahan perbandingan dan pegangan teoritis. Dan harus berhubungan dengan hukum karena hukum bersifat konservatif artinya hukum bersifat memelihara dan mempertahankan yang telah dicapai.

Teori yang digunakan dalam penelitian tesis ini adalah teori dari Hans Kelsen tentang tanggung jawab hukum. Satu konsep yang berhubungan dengan konsep kewajiban hukum adalah konsep tanggung jawab hukum. Bahwa seseorang bertanggung jawab secara hukum atas suatu perbuatan tertentu atau bahwa dia memikul tanggung jawab hukum, subyek berarti bahwa dia bertanggung jawab atas suatu sanksi dalam hal perbuatan yang bertentangan27. Sedangkan Soeryono Soekanto melihat ejektifitas suatu kaedah hukum pada tatanan penegakan hukum sebagai suatu proses yang pada hakikatnya merupakan penerapan diskresi yang menyangkut pembuat keputusan yang secara ketat tidak diatur oleh kaedah hukum, akan tetapi

pendekatan secara rasional digabungkan dengan pengalaman empiris, artinya dijelaskannya, suatu penjelasan biar bagaimanapun meyakinkan, tetapi harus didukung oleh fakta empiris untuk dapat dinyatakan benar.

26Syafrudin Kalo,Teori dan Penemuan Hukum,(Medan, 2009) Hal. 19

(28)

mempunyai unsur penilaian pribadi dan pada hakekatnya diskresi berada diantara hukum dan moral (etika dalam arti sempit), hal ini sebagaimana pendapat Roscoe Pound.28 Teori tanggung jawab hukum diperlukan untuk dapat menjelaskan antara tanggung jawab Dewan Komisaris yang berkaitan dengan kewenangan dan kedudukannya sebagaimana diatur dalam Undangundang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Tanggung jawab hukum adalah kewajiban orang atau individu untuk mempertanggung jawabkan segala perbuatannya secara baik itu sengaja atau tidak sengaja berdasarkan hukum yang berlaku. Sehingga tercipta keadilan sesuai dengan perbuatan hukum. Namun demikian ketika keadilan merambah pada proses penegakan hukum maka konsep keadilan tersebut mulai bergeser pada model korektif (romedial) yakni bagaimana ketika hukum memberikan koreksi terhadap keseimbangan yang terganggu, yang mana bentuk keadilan yang seperti ini pada prinsipnya menjadi ukuran bagi asas-asas terikat yang mengatur hal pengadministrasian atas proses penerapan aturan hukum.29

Sebagai badan hukum, perseroan memenuhi unsur-unsur badan hukum yang ditentukan dalam Pasal 1 (1) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Unsur-unsur tersebut adalah:

a. Organisasi yang teratur.

Organisasi yang teratur ini dapat dilihat dari adanya organ perusahaan yang

28Soeryono Soekanto, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, (Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2004) Hal. 7

(29)

terdiri atas Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Direksi, Komisaris. Keteraturan organisasi perusahaan dapat diketahui melalui ketentuan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Anggaran Dasar Perseroan, Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham, Keputusan Dewan Komisaris, Keputusan Direksi dan PeraturanPeraturan Perusahaan lainnya yang dikeluarkan dari waktu ke waktu.

b. Harta kekayaan sendiri.

Harta kekayaan sendiri ini berupa modal dasar yang terdiri atas seluruh nilai nominal saham yang terdiri atas uang tunai dan harta kekayaan dalam bentuk lain.

c. Melakukan hubungan hukum sendiri.

Sebagai badan hukum, perseroan melakukan sendiri hubungan hukum dengan pihak ketiga yang diwakili oleh pengurus yang disebut Direksi dan Komisaris. Direksi bertanggungjawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik didalam maupun diluar pengadilan. Dalam melaksanakan kegiatannya, tersebut, direksi berada dalam pengawasan dewan komisaris, yang dalam hal-hal tertentu membantu direksi dalam menjalankan tugasnya tersebut.

d. Mempunyai tujuan hukum sendiri

Tujuan tersebut ditentukan dalam anggaran dasar perseroan. Karena perseroan menjalankan perusahaan, maka tujuan utama perusahaan adalah memperoleh keuntungan.30

Disamping unsur-unsur diatas, Perseroan Terbatas sebagai badan hukum mempunyai 15 (lima belas) elemen yuridis, elemen-elemen tersebut adalah sebagai berikut:

1. Dasarnya adalah perjanjian.

Perjanjian sebagai dasar pendirian Perseroan Terbatas adalah perjanjian yang dibuat diantara para pendiri Perseroan Terbatas tersebut, sehingga menimbulkan teori perjanjian yang menyatakan bahwa para pendiri Perseroan Terbatas, minimal harus 2 (dua) orang/badan hukum.

2. Adanya para pendiri.

Para pendiri Perseroan Terbatas dalam literatur hukum sering juga disebut dengan perintis

3. Pendiri atau Pemegang Saham bemaung di bawah satu nama bersama.

Perseroan Terbatas harus mempunyai nama bersama atau tertentu terlepas dari nama para pendirinya sebagaimana tercantum dalam anggaran dasar. oleh karena itu pengesahan nama Perseroan Terbatas tersebut dilakukan bersama-sama, dengan pengesahan anggaran dasarnya in casudilakukan oleh Menkeh

(30)

dan HAM.

4. Merupakan Badan Asosiasi dari Pemegang Saham atau hanya seorang Pemegang Saham.

5. Merupakan hukum atau manusia semu atau badan intelektual.

Berdasarkan pengertian yuridis maka Perseroan Terbatas adalah suatu Badan Hukum (rechtpersoon, legal entity) manusia semu (artificial person) atau Badan Intelektual(intelectual body).

6. Diciptakan oleh hukum.

dalam proses pendirian Perseroan Terbatas menurut Pasal 7 ayat (6) Undang-Undang Nomr 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas disebutkan bahwa Perseroan Terbatas memperoleh status badan hukumnya setelah akta pendiriannya telah disahkan oleh Menkeh dan HAM.

7. Mempunyai kegiatan usaha.

8. Berwenang melakukan kegiatan usaha.

9. Kegiatannya termasuk dalam ruang lingkup yang ditentukan oleh perundang-undangan yang berlaku.

10. Adanya modal dasar dan juga modal ditempatkan dan modal setor. 11. Modal perseroan dibagi kedalam saham-saham.

12. Eksistensinya terus berlangsung.

13. Berwenang menerima, mengalihkan, dan memegang aset–asetnya. 14. Dapat menggugat dan digugat di pengadilan.

15. Mempunyai organ perusahaan.31

Sebagai badan hukum Perseroan Terbatas pada prinsipnya dapat memiliki segala hak dan kewajiban yang dapat dimiliki oleh setiap orang-perorangan. Pemilikan segala hak dan kewajiban dengan pengecualian hal-hal yang bersifat pribadi, yang hanya mungkin dilaksanakan oleh orang-perorangan, seperti yang diatur dalam Buku Pertama Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, dan sebagian dari Buku Kedua Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tentang kewarisan. Guna melaksanakan segala hak dan kewajiban yang dimilikinya tersebut, ilmu hukum telah merumuskan fungsi dan tugas dari masing-masing organ perseroan tersebut, yang berbeda satu sama lainnya. Organ-organ tersebut kita kenal dengan sebutan Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi dan Komisaris.

31Samuel, Perseroan Terbatas dan 15 elemen Yuridisnya, http://rechtheory. blogspot.

(31)

Direksi berkewajiban untuk mengelola jalannya perusahaan dengan sebaik mungkin. Dewan Komisaris bertugas untuk mengawasi jalannya pengelolaan perseroan oleh Direksi, serta pada kesempatan tertentu turut membantu Direksi dalam menjalankan tugasnya. Selanjutnya Rapat Umum Pemengang Saham perseroan berfungsi untuk melaksanakan pengawasan secara menyeluruh atas setiap pemenuhan kewajiban dari Direksi dan Dewan Komisaris perseroan atas aturan main yang ditetapkan. Selama masing-masing organ dapat berperan dengan baik, maka perseroan akan berjalan dengan baik, dan para pemegang saham perseroan akan terjamin kepentingannya dalam perseroan. Adapun tugas, fungsi, wewenang, hak dan kewajiban dari masing-masing organ tersebut adalah sebagai berikut :

(1) Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

RUPS merupakan organ perseroan yang paling tinggi dan berkuasa untuk menentukan arah dan tujuan perseroan.32 Berdasarkan Ketentuan Pasal 75 Ayat (1) Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas bawah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris, dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang ini dan atau anggaran dasar. Dalam bentuk konkret-nya RUPS merupakan sebuah forum, dimana para pemegang saham memiliki kewenangan utama untuk memperoleh keterangan-keterangan mengenai Perseroan, baik dari Direksi maupun Dewan Komisaris. Keterangan-keterangan tersebut merupakan

32Ahmad Yani & Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas, (Jakarta:

(32)

landasan bagi RUPS untuk mengambil kebijakan dalam menyusun langkah strategis Perseroan, pijakan-pijakan umum dalam mengambil keputusan sebagai sebuah badan hukum.33 Dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) semua pemegang saham sebesar atau sekecil apapun memiliki hak untuk mengeluarkan suaranya.34

Berdasarkan ketentuan Pasal 78 Ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas diatur jenis-jenis RUPS dapat terdiri dari RUPS Tahunan dan RUPS lainnya. RUPS Tahunan Wajib diselenggarakan Direksi minimal 6 bulan setelah tahun buku Perseroan berakhir. Dalam RUPS Tahunan, Direksi mengajukan semua dokumen dari laporan tahunan Perseroan. RUPS lainnya dapat diadakan setiap waktu berdasarkan kebutuhan untuk kepentingan Perseroan.35

(2) Direksi

Direksi atau disebut juga sebagai pengurus perseroan adalah alat perlengkapan perseroan yang melakukan semua kegiatn perseroan dan mewakili perseroan, baik didalam maupun diluar pengadilan.36Tanggung jawab direksi pada dasarnya beriringan dengan keberadaan, tugas, kewenangan, hak dan kewajiban yang melekat pada dirinya, termasuk yang terdapat pada teori dan doktrin hukum yang

33Op. Cit,Pasal 75 ayat (1)

34Farida Hasyim,Hukum Dagang,(Jakarta : Sinar Grafika, 2009), hal. 156 35Ibid,Pasal 78 Ayat (1), (2), (3) dan (4)

36Agus Budiarto,Kedudukan Hukum Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas,(Jakarta:

(33)

telah dikemukakan.37 Dengan demikian, ruang lingkup tugas direksi ialah mengurus perseroan. Berdasarkan ketentuan Pasal 92 Ayat (1) Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Direksi menjalankan pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan. Jadi, dengna ditafsirkan secara gramatikal, maka didapat pengertian bahwa perbuatan pengurus direksi itu hanya ditujukan untuk kepentingan perseroan, yaitu kepentingan perseroan hanyalah untuk mendapat keuntungan (to provide product or services for profit).38 Meski pengurusan itu dijalankan Direksi sesuai dengan kebijakannya sendiri, namun harus tetap dalam batas-batas yang ditentukan Undang-Undang dan Anggaran Dasarnya. Dalam menjalankan pengurusan Perseroan, Direksi dapat memberikan kuasa tertulis kepada karyawan Perseroan, atau kepada orang lain, untuk melakukan perbuatan hukum tertentu atas nama Perseroan.39

Sebagai pengurus Perseroan, Direksi dapat mewakili Perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan. Kewenangan itu dimiliki Direksi secara tak terbatas dan tak bersyarat, selama tidak bertentangan dengan Undang-Undang dan Anggaran Dasarnya serta Keputusan RUPS. Jika anggota Direksi terdiri lebih dari satu orang, yang berwenang mewakili Perseroan adalah setiap anggota Direksi, kecuali Anggaran Dasarnya menentukan lain misalnya Anggaran Dasar

37Try Widiyono,Direksi Perseroan Terbatas, Edisi Kedua (Bogor : Ghalia Indonesia, 2008),

hal. 113

38Freddy Harris, Teddy Anggoro, Hukum Perseroan Terbatas, Kewajiban Pemberitahuan oleh Direksi,(Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2010), hal. 42

(34)

menentukan bahwa hanya Direktur Utama yang berwenang. (3) Dewan Komisaris

Selain Direksi, alat perlengkapan lain dari perseroan yang penting adalah Komisaris.40 Dengan ketentuan diatas dapat disimpulkan bahwa, dewan komisaris di dalm perseroan berkedudukan sebagai badan supervisi. Komisaris adalah badan non eksekutif yang tidak berhak mewakili perseroan kecuali dalam hal tertentu yang disebutkan dalam UUPT dan anggaran dasar perseroan.41 Perkataan “komisaris” mengandung pengertian baik sebagai “organ” maupun sebagai “orang perseorangan”. Sebagai “organ”, komisaris lazim juga disebut “dewan komisaris”, sedangkan sebagai “orang perseorangan” disebut “anggota komisaris”.42Berdasarkan ketentuan Pasal 1 Ayat (2) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas bahwa adanya Dewan Komisaris merupakan suatu keharusan. Tugas Utama Dewan Komisaris berdasar Pasal 108 (1) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas adalah “melakukan pengawasan atas kebijakan dalam jalannya pengurusan pada umumnya baik mengenai perseroan maupun usaha perseroan dan memberi nasehat kepada Direksi”.43 Tidak semua orang dapat diangkat menjadi anggota komisaris, hanya mereka yang memenuhi syarat tertentu yang dapat diangkat

40Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007),

hal. 7

41Ridwan Khairandy, Perseroan Terbatas, Doktrin Peraturan Perundang-undangan dan Yurisprudensi,(Yogyakarta: Penerbit Total Media, 2009), hal. 241-242

42Chatamarrasjid, Menyingkap Tabir Perseroan, (Piercing The Corporate Veil), Kapita Selekta Hukum Perusahaan,(Bandung: Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, 2000), hal. 48

(35)

menjadi komisaris.44Sama halnya dengna direksi yang sebagaimana telah diatur kriteria orang yang dapat menduduki jabatan komisaris suatu perseroan. Direksi tidak dapat melaksanakan tugas sekehendak hatinya atau dengan sewenang-wenang karena komisaris mengawasinya. Oleh karena itu, pengawasan dan pemberian nasihat yang dilakukan oleh Dewan Komisaris tidak untuk kepentingan pihak atau golongan tertentu, tetapi untuk kepentingan perseroan secara menyeluruh dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.45Selain itu, komisaris juga berkewajiban membuat risalah rapat dewan komisaris dan menyimpan salinan rapat, melaporkan kepada Perusahaan Terbatas (PT) dan saham PT lainnya yang telah dilakukan.46

Dalam hal pertanggungjawaban, menurut Pasal 69 ayat (3) dan ayat (4) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas anggota Dewan Komisaris bertanggung jawab secara tanggung renteng apabila terdapat laporan tahunan yang tidak benar dan atau menyesatkan.47

2. Konsepsi

Konsepsi dapat diartikan sebagai kata yang menyatakan abstraksi yang digeneralisasi dari hal-hal yang khusus, yang disebut defenisi operasional. Dalam penelitian ilmiah, konsep atau pengertian adalah salah satu elemen yang utama.

44Rachmadi Usman, Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, (Bandung: Penerbit

PT. Alumni, 2002), hal. 195

45Mulhadi,Hukum Perusahaan, Bentuk-bentuk Badan Usaha di Indonesia, (Bogor: Penerbit

Ghalia Indonesia, 2010), hal.

46Orinton Purba, Petunjuk Praktis bagi RUPS Komisaris dan Direksi Perseroan Terbatas Agar Terhindar dari Jerat Hukum(Jakarta: Penerbit Swadaya Grup, 2001), hal. 61

(36)

Pemaknaan konsep terhadap istilah yang digunakan, terutama dalam judul penelitian, bukanlah untuk keperluan mengkomunikasikannya semata-mata kepada pihak lain, sehingga tidak menimbulkan salah tafsir, tetapi juga demi menuntun peneliti sendiri didalam menangani rangkaian proses penelitian bersangkutan. Dalam penelitian ini, pemilihan sejumlah konsep mengacu kepada batasan masalah dan kerangka teori (ruang lingkup penelitian) dengan maksud untuk membatasi jumlah konsep yang digunakan.48

Untuk dapat menjawab permasalahan dalam penelitian tesis ini maka kerangka konsepsional tidak dapat dipisahkan dari definisi judul tesis yang merupakan konsep dasar dalam rangka menyamakan persepsi yaitu :

1. Kewenangan adalah apa yang disebut “kekuasaan formal”, kekuasaan yang berasal dari kekuasaan yang diberikan oleh Undang-undang atau legislatif dari kekuasaan eksekutif atau administratif. Karenanya, merupakan kekuasaan dari segolongan orang tertentu atau kekuasaan terhadap suatu bidang pemerintahan atau urusan pemerintahan tertentu yang bulat.49

2. Kedudukan adalah tingkatan atau martabat.

3. Hukum adalah kebenaran dan keadilan (le droit, c’est le juste et le Vrai) salah satu ungkapan. Hukum adalah penelitian dimaksudkan pada hukum tertulis yang

48Solly Lubis,Filsafat Ilmu dan Penelitian,(Bandung: Mandar Maju, 1994), hal. 80

49Seksi Informasi Hukum, Ditama Binbangkum, Pelimpahan Wewenang, www.jdih.

(37)

berkaitan dalam pengurusan PT.50

4. Dewan Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada Direksi.51

5. Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan dan pelaksanaannya.52

6. Tanggung Jawab adalah kewajiban, wewenang dan hak yang melekat pada suatu kedudukan.53

Selanjutnya definisi dari istilah-istilah yang digunakan dalam tesis ini juga dibatasi sebagai berikut :

Pasal 1 ayat (5) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang dimaksud Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.

Pasal 1 ayat (4) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

50 Salah satu ungkapan yang dikemukakan oleh Victor Hugo, dalam B.N. Marbun, Kamus Hukum Indonesia(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2006) Hal. 95

51Pasal 1 ayat (6) UU No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas 52Pasal 1 ayat (1) UU No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

(38)

Terbatas menyebutkan Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya disebut RUPS, adalah Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang-Undang ini dan/atau anggaran dasar.

Sero atau disebut dengan saham (stock) adalah bukti penyertaan modal di suatu perusahaan, atau bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Kuorum adalah jumlah suara pemilih atau anggota minimum yang diperlukan untuk mengambil suatu keputusan. Pemegang saham atau yang biasa disebut dengan istilah stakeholder adalah adalah seseorang atau badan hukum yang secara sah memiliki satu atau lebih saham pada perusahaan. Para pemegang saham adalah pemilik dari perusahaan tersebut.54

G. Metode Penelitian

1. Sifat Penelitian

Metodologi penelitian merupakan penelitian yang menyajikan bagaimana cara atau prosedur, maupun langkah-langkah yang harus diambil dalam suatu penelitian secara sistematis dan logis sehingga dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.55 Penelitian ini menggunakan yuridis normatif yang dilakukan berdasarkan data primer

yaitu dari hasil pengumpulan dan penemuan data serta informasi melalui studi perpustakaan terhadap asumsi atau anggaran dasar yang dipergunakan dalam

menjawab permasalahan pada penelitian tesis ini. Dengan demikian kebenaran dalam

(39)

suatu penelitian telah dinyatakan reliabel tanpa harus melalui proses rasionalisasi.56

2. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan undang-undang yaitu suatu metode pendekatan yang dilakukan dengan menelaah semua undang-undang. Pendekatan yuridis normatif dipergunakan untuk mengkaji peraturan perundang-undangan mengenai Perseroan Terbatas dalam

penerapannya pada masyarakat. Prinsip dari teori ini bahwa hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup dalam masyarakat dan perseroan,

khususnya mengenai pertanggungjawaban dewan komisaris atas kewenangannya sebagai pengawas direksi.

3. Sumber Data

Oleh karena jenis penelitiannya adalah yuridis normatif, data yang diperoleh

berasal dari studi kepustakaan dimana penulis memilah dan membaca kepustakaan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder. Pengumpulan data mempunyai hubungan erat

dengan sumber data, karena dengan pengumpulan data yang diperlukan untuk selanjutnya dianalisis sesuai kehendak yang diharapkan. Berkaitan dengan hal tersebut, dalam penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data kepustakaan

56 Rulhome.blog.com/2010/04/11) contoh.metode-penelitian normatif – dengan penelitian –

(40)

atau library research.57 Data ini tidak diperoleh langsung dari sumbernya dan biasanya diperoleh dengan penelusuran perpustakaan yang terdiri dari 3 (tiga) sumber

yaitu :

1) Bahan hukum primer, yaitu berupa Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, Hukum Perusahaan dan peraturan perundang-undangan lainnya yang

berhubungan dengan obyek penelitian adalah merupakan bahan hukum primer.

2) Bahan hukum sekunder, berupa bahan-bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, berupa hasil penelitian para ahli, hasil karya ilmiah, buku-buku ilmiah, ceramah atau pidato yang berhubungan dengan penelitian ini adalah merupakan bahan hukum sekunder.

3) Bahan hukum tertier, kamus hukum, kamus ekonomi, kamus bahasa Inggris, Indonesia, dan artikel-artikel lainnya yang bertujuan untuk mendukung bahan hukum primer dan sekunder.

4. Alat Pengumpulan Data

Seluruh data sekunder yang dipergunakan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan mempergunakan studi dokumen atau studi kepustakaan sebagai alat pengumpul data. Penelitian pustaka dimaksud merupakan penelitian bahan hukum primer yaitu peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan hukum

57 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Suatu Pengantar, (Jakarta: Penerbit

(41)

perusahaan, khususnya mengenai Kewenangan dan Kedudukan Dewan Komisaris dalam Perseroan Terbatas.

Pada tahap awal pengumpulan data, dilakukan inventaris seluruh data dan atau dokumen yang relevan dengan topik pembahasan. Selanjutnya dilakukan pengkatagorian data-data tersebut berdasarkan rumusan permasalahan yang telah ditetapkan. Data tersebut selanjutnya dianalisis dengan metode analisis yang sudah dipilih.

5. Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurut data ke dalam pola, kategori, dan satuan dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang telah disarankan data.58 Semua data yang telah diperoleh dari bahan pustaka dianalisa secara kualitatif. Metode analisa yang dipakai adalah metode deduktif. Melalui metode deduktif, data sekunder yang telah diuraikan dalam tinjauan pustaka secara komparatif akan dijadikan pedoman dan dilihat pelaksanaanya dalam melihat Kewenangan dan Kedudukan Dewan Komisaris dalam Perseroan Terbatas.

“Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dianalisa dengan cara kualitatif,

selanjutnya dilakukan proses pengolahan data. Setelah selesai pengolahan data baru ditarik kesimpulan dengan menggunakan metodededuktif”59.

58 Lexly J. Moeleony, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remeija Rosdarkarya,

1994), hal. 103

59 Sutandyo Wigjosoebroto, Apakah Sesungguhnya Penelitian Itu, Kertas Kerja, Universitas

(42)

A. Pengaturan Fungsi dan Peran Dewan Komisaris

Fungsi dewan komisaris dalam perseroan terbatas ialah bertugas sebagai pengawas jalan keberadaan atau pengawasan terhadap direksi. Dalam keadaan normal masing-masing organ perseroan bertindak sesuai dengan tugas dan kewajiban yang dibebankan kepadanya.60 Seperti yang telah kita ketahui fungsi Dewan Komisaris dalam perseroan terbatas adalah untuk mengawasi dan memberikan nasehat kepada direksi, agar perusahaan tidak melakukan perbuatan pelanggaran hukum yang merugikan perseroan, shareholders dan stakeholders.61 Tugas utama dari dewan komisaris adalah mengawasi kebijakan dan pelaksanaan kebijakan tersebut oleh direksi dalam menjalankan perusahaan serta memberi nasehat kepada direksi. Rincian dari tugas tersebut, biasanya dapat ditemukan pada anggaran dasar perusahaan. Kebijakan yang menjadi perhatian dewan komisaris adalah yang bersifat strategis dan penting. Tugas komisaris sering disebut sebagai business oversight karena menyangkut pemantauan terhadap kemampuan perusahaan untuk bertahan hidup, melakukan kegiatan bisnis, dan tumbuh/berkembang.

Dewan komisaris diharapkan untuk menahan diri untuk tidak terlalu dalam melakukan intervensi pada hal-hal yang bersifat operasional. Dalam kenyataannya,

60Gatot Supramono,Hukum Perseroan Terbatas,(Jakarta : PT. Penerbit Djambatan Jakarta, 2008) 61 Ridwan Khairandy, Tentang Perseroan Terbatas, Doktrin, Peraturan Perundang-Undangan dan

(43)

hal ini tidak selalu mudah. Pertama, karena tidak selalu mudah untuk memisahkan antara kegiatan yang sifatnya operasional dan strategis. Kedua, karena tidak semua anggota dewan komisaris dapat menahan diri. Peran komisaris utama sangat penting dalam hal ini. Dalam melaksanakan tugas, masing-masing anggota dewan komisaris diharapkan untuk bersikap independen dan menaruh kepentingan perusahaan dan para pemangku kepentingan lainnya diatas kepentingan pribadi atau golongan. Tugas lain, yang juga penting dan belakangan mendapat perhatian lebih besar, adalah melakukan

oversight atas ketaatan perusahaan kepada undang-undang dan peraturan dan bahwa perusahaan berperilaku etis dan bermoral. Selain itu, semua anggota dewan komisaris diharapkan untuk melaksanakan tugasnya secara tanggung jawab,prudent, kompeten, cermat, cerdas dan profesional.

(44)

anggota komisaris tersebut. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk lebih menjamin adanya komitmen, terutama dari segi waktu, oleh anggota komisaris adalah membatasinya jumlah jabatannya terlalu banyak, apalagi ada jabatan eksekutif, maka dapat diduga bahwa waktu yang dapat diluangkan oleh anggota komisaris tersebut akan sangat terbatas.

Sikap yang positif terhadap perusahaan dan terhadap tugasnya penting memiliki oleh setiap anggota dewan komisaris. Sikap dasar positif ini diperlukan agar anggota komisaris selalu mengutamakan kepentingan perusahaan, menjalankan tugasnya secara bertanggung jawab, jujur, dan memiliki integritas serta independensi yang tinggi. Tanpa sikap seperti ini, seorang anggota dewan komisaris dapat mudah menjadi bingung dan inkonsisten dalam berpendapat, dan yang lebih berbahaya lagi adalah dapat dengan mudah tergoda untuk tidak mengutamakan kepentingan perusahaan. Sikap penting lainnya adalah sikap obyektif dan terbuka untuk mau mendengarkan pendapat orang lain dan mencernanya secara serius untuk mencari solusi terhadap masalah yang sedang dihadapi. Untuk dapat melihat pemenuhan kriteria pokok tersebut di atas pada calon anggota komisaris, diperlukan fit and proper test yang melibatkan orang-orang yang sangat berpengalaman dan juga beberapa test psikologi yang memang dirancang untuk keperluan tersebut.

(45)

dapat menjalankan tugasnya secara efektif. Proses orientasi bertujuan untuk membantu agar setiap anggota baru dapat dengan cepat memahami hal-hal pokok yang harus segera diketahui dan dipahami. Proses orientasi ini tidak saja terbatas pada pemberian informasi dan bahan-bahan relevan lainnya namun juga mencakup kegiatan-kegiatan seperti kunjungan pabrik, kesempatan untuk berjumpa dengan pemangku jabatan penting di perusahaan maupun pejabat-pejabat penting dan relevan diluar perusahaan, auditor perusahaan serta profesional terkait lainnya, dan kegiatan juga dapat berupa pelatihan yang dapat meningkatkan kemampuan anggota komisaris untuk bekerja dengan lebih baik.

(46)

harus memberi teguran atau hukuman kepada direksi. Mencari dan menjalankan kesesimbangan antara dua hal ini lebih mudah apabila hubungan yang terjalin dijaga untuk terap bersitat formal. Kesulitan akan muncul apabila hubungan ini berubah menjadi hubungan, atau lebih tepatnya, kedekatan pribadi. Kekurang berdayaan komisaris terhadap direksi seringkali berasal dari masalah ini. Berbeda dengan budaya barat dimana pihak-pihak yang berhubungan dapat dengan lebih mudah secara tegas, memisahkan antara hubungan formal dan hubungan pribadi budaya timur sulit memisahkan kedua jenis hubungan ini.

Dewan komisaris dapat lebih efektif dan lancar bekerja apabila teroganisasi dengan baik. Dukungan dari sekretariat dewan komisaris yang selain jumlah memadai, juga handal, adalah suatu keharusan mutlak. Selain itu, Dewan komisaris harus ditunjang oleh staf ahli yang berisi tenaga ahli dari berbagal bidang kompetensi yang dibutuhkan. Paling tidak, ada ahli keuangan, ahli hukum dan beberapa ahli yang relevan dengan bidang industri dimana perusahaan berada. Apabila perusahaan semakin besar dan kompleks, kecermatan analisis yang mempermudah proses pengambilan keputusan, dapat ditunjang dengan selain adanya staf ahli, juga adanya komite-komite seperti komite audit, komite manajemen resiko dan komite remunerasi. Adanya komite-komite ini, selain sebagai wahana pengumpulan keahlian, juga berperan untuk memenuhi persyaratan untuk menjalankan GCG, terutama dalam kaitannya dengan pemerolehan informasi dan analisis yang independen.

(47)
(48)

Untuk dapat melakukan tugas pengawasannya secara efektif, komisaris memerlukan berbagai informasi yang dihasilkan perusahaan. Salah satu informasi yang menjadi kebutuhan utama dewan komisaris adalah laporan keuangan, tidak saja tahunan, melainkan juga bulanan. kwartalan, dan semesteran. Informasi yang handal hanya dapat dihasilkan oleh sistem informasi yang handal pula. Oleh karena itu, salah satu tugas komisaris yang penting adalah mengavvasi prows penyusunan laporan, terutama laporan keuangan. Tugas lainnya yang juga penting adalah memantau proses pemeriksaan/audit terhadap laporan keuangan, baik oleh auditor internal, maupun auditor eksternal, agar dapat diyakini bahwa informasi keuangan.

Mengingat pentingnya sistem informasi keuangan dan laporan yang dihasilkannya bagi dewan komisaris, dewan, dalam kaitannya dengan informasi keuangan sebaiknya melaksanakan hal-hal berikut :

(49)

bahwa keputusan-keputusan strategis yang akan diambil oleh direksi, harus terlebih dahulu diketahui atau disetujui oleh dewan komisaris. Sistem ini tidak saja memberikan informasi dalam bentuk ringkasan namun harus dapat memberikan informasi rinci bagi kepentingan analisis lebih lanjut oleh dewan komisaris apabila diperlukan. Termasuk dalam sistem imni adalah sistem kajian resiko terhadap tindakan yang akan diambil, atau tindakan yang gagal diambil oleh perusahaan.

3. Memiliki sistem yang dapat memantau belanja strategis dan pengeluaran operasional yang penting dan besar.

4. Menciptakan sistem dan prosedur yang menjamin bahwa dewan komisaris memiliki akses kepada audit internal dan hasil temuan auditnya. Demikian juga terhadap auditor eksternal dan hasil auditnya. Hal ini biasanya dipenuhi dengan membentuk komite audit yang menjadi aparat dewan komisaris, yang diperkuat dengan adanyaaudit committee charter.

Pengawasan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh atasan untuk melakukan penilaian terhadap hasil pekerjaan bawahan apakah sesuai dengan suatu pedoman atau kebijaksanaan yang ditetapkan sebelumnya. Jika terjadi penyimpangan terhadap bawahan hanya dapat dilakukan apabila tersedia informasi yang diperlukan. Sumber informasi yang paling sering digunakan oleh dewan komisaris adalah berbagai jenis laporan berkala atau insidentil yang diterima dari direksi.

(50)

keuangan yang disusun dengan baik merupakan perangkat yang efektif untuk melakukan pengawasan. Semua penyimpangan yang dilaporkan dapat dianalisis dan tindakan perbaikan dapat segera dilakukan sehingga dapat mengurangi atau mencegah timbulnya kerugian. Pengawasan melalui anggaran sangat sederhana dan dapat dipahami oleh orang awam dalam masalah pengawasan.

Apabila perseroan tidak mempunyai anggaran keuangan hilanglah sebagian besar fungsi pengawasan yang dilakukan dewan komisaris. Teknis pelaksanaannya adalah membandingkan realisasi atau hasil yang sebenarnya dengan rencana atau yang dianggarkan. Untuk dapat memahami pengawasan seperti ini tidak memerlukan keahlian khusus. Namun apabila pengawasan lebih rinci, maka diperlakukan pengetahuan khusus.

Walaupun tugas utama komisaris adalah untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas-tugas direksi, tetapi komisaris tidak berwenang untuk memberikan instruksi-instruksi langsung kepada direksi. Hal ini dikarenakan jika kewenangan ini diberikan kepada komisaris, maka posisinya akan berubah dari badan pengawas menjadi badan eksekutif. Sehingga dalam hal ini fungsi pengawasan komisaris dilakukan melalui jalan sebagai berikut:

a. Menyetujui tindakan-tindakan tertentu yang diambil oleh direksi b. Memberhentikan direksi untuk sementara

c. Memberi nasehat kepada direksi, baik diminta ataupun tidak, dalam rangka pelaksanaan pengawasan.

(51)

komisaris tidak dapat diperintah oleh RUPS, meskipun diketahui bahwa RUPS memiliki kekuasaan tertinggi dalam suatu perseroan. RUPS sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dapat memberhentikan komisaris, dengan atau tanpa menunjukkan alasan pemberhentiannya(with or without cause).

Meskipun komisaris prinsipnya menjalankan fungsi pengawasan, namun tingkat pengawasan tersebut berbeda-beda, maka bila dilihat berdasarkan tingkat pengawasannya komisaris dapat dilihat pada berbagai tingkatan sebagai berikut:62

1. Komisaris minimum, yaitu komisaris dipergunakan karena syarat undang-undang dan anggaran dasar perseroan, jadi hanya merupakan syarat formalitas.

2. Komisaris kosmetik, yaitu komisaris yang bertugas melegitimasi segala keputusan direksi.

3. Komisaris pajangan, yaitu komisaris yang dipasang untuk menakut-nakuti orang jika ada pihak-pihak yang ingin memprotes kebijakan dari perseroan. 4. Komisaris oversight, yaitu komisaris yang berfungsi sematamata mengawasi

kegiatan dan kebijaksanaan dari direksi dan perseroan.

5. Komisaris independen, komisaris yang tidak ada hubungan keluarga atau hubungan bisnis dengan direksi maupun dengan pemegang saham.

6. Komisaris pengambil keputusan, yaitu komisaris yang diajak mengambil keputusan-keputusan tertentu yang merupakan kegiatan dari suatu perseroan. Pasal 108 ayat (3) UUPT menentukan bahwa dewan komisaris terdiri atas 1

62Munir Fuady, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti,

(52)

(satu) orang atau anggota atau lebih. Oleh Pasal 108 ayat (4) UUPT ditentukan lagi bahwa dewan komisaris yang terdiri atas lebih dari 1 (satu) orang anggota merupakan majelis dan setiap anggota dewan komisaris tidak dapat bertindak sendiri-sendiri, melainkan berdasar keputusan dewan komisaris.

Khusus untuk perseroan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan menghimpun dana/atau mengelola dana masyarakat, perseroan yang menerbitkan surat pengakuan utang kepada masyarakat atau perusahaan terbuka, oleh Pasal 108 ayat (5) UUPT ditentukan wajib paling sedikit memiliki paling sedikit 2 (dua) orang anggota direksi.

Melihat fungsi dewan komisaris yang meliputi pengawasan dan pemberian nasihat, ada baiknya apabila seorang komisaris memiliki pengetahuan dan kemampuan yang memadai atau bersifat umum dan tidak perlu secara teknis dan memahami masalah khusus mengenai hal-hal berikut :

1. Memahami strategi perusahaan, kebijakan perseroan dan rencana jangka panjang, daya saing perseroan.

2. Memahami mengenai masalah keuangan perusahaan, investasi dan divestasi,

merger,pasar modal, termasuk membaca laporan keuangan, pangsa pasar. 3. Memahami perkembangan ekonomi, indikator ekonomi seperti inflasi,

pengangguran.

4. Memahami teknis yang umum mengenai bidang usaha perseroan, pengembangan, dan riset.

5. Memahami politik nasional dan perburuhan.

Referensi

Dokumen terkait

Jika seorang anggota Dewan Komisaris melakukan kesalahan, kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang, maka seluruh anggota Dewan Komisaris lain (termasuk yang tidak

Hasil penelitian ditemukan Pengaturan prosedur pembubaran Perseroan Terbatas diatur dalam Undang – Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbaatas Pasal 142,

Lalu bagaimana Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas mengatur mengenai pemberian kuasa direksi kepada komisaris dalam meminjam kredit pada bank, bagaimana

Direksi bertindak sebagai pengurus Perseroan untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan yang diatur dalam Pasal 92 ayat (1) UUPT, sedangkan Dewan

BATAS KEWENANGAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS.. Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif

Definisi yuridis perseroan terbatas terdapat di dalam Pasal 1 angka 1 Undang - Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU Nomor 40 Tahun 2007) yang menyatakan bahwa

Lalu bagaimana Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas mengatur mengenai pemberian kuasa direksi kepada komisaris dalam meminjam kredit pada bank, bagaimana

Solusi Implementasi POJK Terkait Undang-Undang Perseroan Terbatas Pemegang Saham RUPS Direksi Dewan Komisaris Perseroan Diperlukan bridging sebagai dasar hukum bagi Pemegang