• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN TERHADAP POTENSI PARIWISATA KREATIF DI KABUPATEN PANDEGLANG BANTEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN TERHADAP POTENSI PARIWISATA KREATIF DI KABUPATEN PANDEGLANG BANTEN"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

KAJIAN TERHADAP POTENSI PARIWISATA KREATIF DI KABUPATEN PANDEGLANG BANTEN

A STUDY TOWARDS THE POTENTIAL OF CREATIVE TOURISM IN PANDEGLANG REGENCY BANTEN

Abstrak

Penelitian ini secara khusus mengkaji potensi penerapan pariwisata kreatif di Kabupaten Pandeglang, Banten dengan tujuan untuk mengoptimalkan pengembangan pariwisata di daerah tersebut. Hal ini menjadi suatu hal yang penting karena kesesuaian bentuk pariwisata yang dikembangkan dengan karakteristik destinasi harus mempertimbangkan kondisi tata kelola destinasi yang ada.

Sehubungan dengan hal tersebut dilakukan kajian terhadap lingkungan internal dan eksternal destinasi wisata yang digunakan untuk menyusun informasi dasar dan profil bauran pemasaran dari beberapa destinasi wisata di Kabupaten Pandeglang. Metode studi yang digunakan adalah metode deskriptif. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara observasi, survei dengan kuesioner dan wawancara terstruktur. Sedangkan pengumpulan data sekunder dengan diperoleh dari berbagai sumber lain yang dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dipercaya, contohnya dari Badan Pusat Statistik, Dinas Pariwisata setempat, website internet, makalah ataupun penelitian-penelitian yang sudah pernah dibuat sebelumnya. Hasil dari penelitian-penelitian ini adalah bahwa Kabupaten Pandeglang memiliki potensi bagi penerapan pariwisata kreatif, namun secara bertahap, dimulai dengan atraksi yang paling memenuhi kriteria pariwisata kreatif.

Kata kunci: pariwisata kreatif, manajemen destinasi, bauran pemasaran

Abstract

This study is focusing on the potential of creative tourism application in Pandeglang Regency, Banten in relation of the effort to optimize the tourism development in the respective area. The issue has become important because a compliance between the type of development and the characteristic of the destination also have to match the condition of the existing destination management.

Therefore a study on the internal and external condition of the destination was conducted in order to make a profile of the destination as well as the marketing mix of tourism destination in Pandeglang Regency. The methodology used is descriptive method. The primary data was gathered by conducting the observation, survey with questionnaire and structured interview, while the secondary data was retrieved from credible sources such as Center of Statistical Institute, local tourism office, official website, article from journal consist of previous studies in related topics. The conclusion of this study is that Pandeglang Regency has the potential to be developed as creative tourism destination, with staging development, starting with the attraction which comply most with a creative tourism criterias.

(4)

PENDAHULUAN

Pada program tata-kelola destinasi sebuah destinasi salah satu hal yang perlu dilakukan adalah adanya upaya perumusan konsep destinasi yang unggul, sehingga adanya daya saing dan keberlanjutan dapat terwujud. Adanya destinasi wisata yang dapat memberikan pilihan atau alternatif telah menjadi sebuah kebutuhan. Dengan semakin meningkatnya persaingan dalam dunia pariwisata, para pemangku kepentingan yaitu pemerintah pusat, pemerintah daerah, pengelola dan lembaga terkait lainnya perlu mengembangkan obyek wisata yang diminati wisatawan dan sesuai dengan karakteristik lokalitas daerah-daerah-daerah wisata di Indonesia. Dengan kata lain, potensi obyek wisata yang ada dikembangkan dengan tidak mengabaikan kearifan lokal daerah terkait dan sedapat mungkin memaksimalkan keunggulan obyek wisata yang dimiliki.

Provinsi Banten yang disahkan menjadi provinsi melalui Undang-Undang no. 23 tahun 2000, adalah wilayah yang memiliki banyak potensi wisata. Wilayah Provinsi Banten dengan luas 9.018,64 km2 dibagi kedalam empat kabupaten: Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Serang, dan Kabupaten Tangerang; serta empat kota: Kota Tangerang, Kota Cilegon, Kota Serang dan Kota Tangerang Selatan. Kedelapan wilayah administratif Provinsi Banten tersebut memiliki potensi wisata masing-masing yang bervariasi dan dapat dikembangkan untuk menjadi destinasi yang unggul. Namun, kesemua potensi yang ada belum dioptimalkan dengan baik sehingga masih banyak perencanaan dan pengembangan yang perlu dilakukan bagi kepariwisataan di provinsi ini. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan yang masih rendah dibandingkan dengan jumlah kunjungan wisatawan di destinasi-destinasi lainnya di Indonesia, sehingga Provinsi Banten tidak dimasukan dalam perhitungan 20 provinsi destinasi wisata unggulan Indonesia menurut Badan Pusat Statistik (data 2012). Dengan demikian, adanya upaya-upaya pembangunan kepariwisataan yang mendasar dan komprehensif adalah suatu hal yang mendesak dilakukan untuk memajukan kepariwisataan Provinsi Banten.

Fokus dan Tujuan Studi

Merujuk kepada uraian mengenai beberapa permasalahan umum yang terjadi pada destinasi wisata pada bagian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa kompleksitas pengelolaan sebuah destinasi wisata merupakan kendala yang memerlukan penanganan serius, dan tidak bisa dilakukan secara sekaligus. Oleh sebab itu, penelitian ini secara khusus akan mengkaji model pariwisata yang dapat diterapkan pada suatu destinasi, dalam hal ini adalah model pariwisata kreatif, untuk mengantisipasi permasalahan tata kelola destinasi yang terjadi. Dengan demikian, model pengembangan pariwisata yang dilakukan dapat mengoptimalkan potensi dari destinasi tersebut karena sudah sesuai dengan kondisi tata kelola destinasi yang ada.

Sehubungan dengan hal tersebut akan dilakukan kajian terhadap lingkungan internal dan eksternal destinasi wisata serta penyempurnaan kajian awal mengenai tata kelola destinasi wisata yang mencakup atraksi, transportasi intra dan antar destinasi, infrastruktur, fasilitas dan layanan, event dan festival, serta aktivitas wisata. Selanjutnya, hasil kajian akan digunakan untuk menyusun informasi dasar dan profil bauran pemasaran, dari beberapa destinasi wisata di Kabupaten Pandeglang. Pada

(5)

akhirnya, hasil dari kajian awal yang disempurnakan akan memberikan gambaran apakah model pariwisata kreatif dapat diterapkan di Kabupaten Pandeglang.

Menurut Richards dan Wilson (2007) pariwisata kreatif adalah pariwisata yang mendorong munculnya potensi kreatif wisatawan melalui partisipasi aktif dalam program dan pengalaman pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik destinasi yang dikunjunginya.

Untuk mewujudkan destinasi pariwisata kreatif tersebut, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah menyusun profil dari kepariwisataan Kabupaten Pandeglang dan kajian terhadap tata kelola destinasi wisata melalui identifikasi Bauran Pemasaran (marketing mix) dari suatu destinasi.

Variabel-variabel dari serangkaian alat pemasaran tersebut adalah : produk, harga, tempat (distribusi) dan promosi. Tetapi bagi produk pariwisata, Morrison (2010) menambahkan empat komponen lagi, yaitu people (manusia), packaging (pengemasan), programming (pemrograman) dan partnership (kerjasama).

Program pemasaran yang efektif menggabungkan variabel-variabel dari Bauran Pemasaran tersebut ke dalam suatu program yang terkoordinasi dan didisain untuk mencapai tujuan pemasaran dari perusahaan. Dalam penerapannya bagi produk pariwisata, Morrison (2010) berpendapat senada dengan Kotler, Bowen dan Makens(2014:9), bahwa Bauran Pemasaran adalah faktor-faktor yang dapat dikendalikan oleh perusahaan untuk memuaskan kebutuhan konsumen. Berbagai variabel yang dikombinasikan dalam Bauran Pemasaran tersebut dapat digunakan untuk mengkomunikasikan berbagai manfaat dari produk yang ditawarkan, serta menjadi rujukan dalam pembuatan model pengemasan produk wisata.

Paparan mengenai bauran pemasaran di atas dapat diaplikasikan oleh Provinsi Banten sebagai langkah awal untuk mengembangkan kepariwisataannya, yang dimulai dengan melakukan tata kelola destinasi. Oleh sebab itu melalui penelitian ini akan dilakukan identifikasi variabel-variabel bauran pemasaran dari destinasi wisata di provinsi Banten.

Menimbang bahwa Provinsi Banten adalah provinsi yang sangat luas, maka sebagai langkah awal penelitian akan difokuskan terhadap salah satu wilayah saja. Dari delapan wilayah administratif di Provinsi Banten, Kabupaten Pandeglang adalah daerah yang memiliki potensi wisata yang lengkap, meliputi: pantai, pegunungan, dan wisata budaya. Seluruh potensi wisata di Kabupaten Pandeglang dibagi kedalam beberapa kawasan, yaitu: Taman Nasional Ujung Kulon (termasuk Pulau Peucang dan Pulau Panaitan), Kawasan Pantai Carita, Tanjung Lesung, Situ Cikendal, Kawasan Gunung Karang dan Kawasan Pantai Selatan. Di dalam kawasan pariwisata tersebut terdapat obyek wisata budaya seperti Rampak Bedug serta wisata kuliner. Keanekaragaman jenis obyek wisata tersebut menjadikan Kabupaten Pandeglang dapat dijadikan percontohan model pengembangan destinasi pariwisata kreatif. Setelah variabel-variabel bauran pemasaran dari obyek-obyek wisata di Kabupaten Pandeglang ini teridentifikasi, selanjutnya dapat disusun sebuah model destinasi wisata pariwisata kreatif yang meliputi produk, harga, tempat, promosi, manusia, pengemasan, pemrograman dan kerjasama yang dibutuhkan.

Tinjauan Literatur Destinasi Wisata

Menurut Undang-Undang RI No.10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, Daerah Tujuan Wisata atau Destinasi Wisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang didalamnya terdapat daya tarik

(6)

wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan. Definisi yang berdasarkan area geografis tersebut merupakan pendekatan lama terhadap sebuah destinasi.

Stankovic dan Dukic (2009) menyatakan bahwa pengembangan dan implementasi dari strategi pemasaran yang inovatif mengharuskan adanya perubahan pada definisi dan pengertian mengenai sebuah destinasi. Selanjutnya, Stankovic dan Dukic (2009) mengajukan konsep destinasi pariwisata sebagai kumpulan berbagai produk pariwisata yang terintegrasi. Adapun produk dasar yang tersedia pada sebuah destinasi pariwisata terdiri dari :

1. Atraksi destinasi, faktor-faktor asli yang menjadi dasar pembentukan citra sebuah destinasi pariwisata.

2. Aksesibilitas destinasi, diukur dengan menggunakan jarak ekonomik yang dijelaskan melalui perjalanan yang harus ditempuh.

3. Persyaratan yang harus tersedia dalam sebuah destinasi, ketersediaan akomodasi dan faktor-faktor lain yang penting bagi para wisatawan selama tinggal dalam destinasi terkait.

Keberadaan sebuah destinasi wisata merupakan hal yang sangat penting bagi suatu negara yang mengembangkan kepariwisataannya karena sebuah destinasi adalah tempat yang dipilih wisatawan untuk tinggal sementara, dimana mereka akan menghabiskan waktu dengan menikmati beberapa fitur produk pariwisata yang ditawarkan (Leiper, 1995). Konsep tersebut menegaskan destinasi sebagai fokus dari fasilitas dan layanan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan wisatawan.

Fasilitas dan layanan yang ditawarkan oleh sebuah destinasi oleh Buhalis (2000) digolongkan kedalam enam kategori dan dapat disebut sebagai enam komponen produk pariwisata, yaitu: attraction, accessibility, amenities, available

packages, activities and ancillary services, (atraksi, aksesibilitas, amenitas, paket

layanan yang tersedia, aktivitas dan layanan tambahan lainnya yang memberikan kemudahan kepada wisatawan). Berbagai hal yang menjadi elemen dari keenam komponen tersebut merupakan faktor-faktor yang harus dikelola dan dikendalikan dengan baik agar dapat memuaskan wisatawan sekaligus membentuk citra yang positif bagi destinasi tersebut.

Konsep tersebut dijabarkan lagi oleh Stankovic dan Dukic (2009) sebagai komponen produk pariwisata dari sebuah destinasi yaitu:

1. Atraksi (alam, buatan manusia, dibangun untuk tujuan tertentu acara special dan mempunyai nilai sejarah)

2. Aksesibilitas (keseluruhan sistem transportasi yang mencakup rute-rutenya, terminal dan kendaraan yang tersedia)

3. Amenitas (fasilitas akomodasi dan makan minum, ritel dan layanan wisata lainnya)

4. Paket-paket yang tersedia – available packages (berbagai paket yang sudah diatur sebelumnya oleh perantara dan principal)

5. Aktivitas (semua aktivitas yang tersedia di sebuah destinasi, dan apa yang bisa dilakukan wisatawan selama waktu kunjungannya)

6. Layanan tambahan – ancillary services (berbagai layanan tambahan yang digunakan wisatawan seperti bank, wartel, rumah sakit, dan sebagainya)

(7)

Keenam komponen produk pariwisata dari sebuah destinasi tersebut adalah indikator-indikator yang membentuk citra (image) sebuah destinasi pariwisata. Studi ini akan mengambil empat dari enam komponen diatas sebagai indikator pengukur citra sebuah destinasi wisata. Keempat komponen tersebut adalah : atraksi, aksesibilitas, amenitas, dan layanan tambahan (ancillary services).

Menurut Cooper et.al. (1998) daerah tujuan wisata memiliki komponen berikut, yang dikenal sebagai empat A:

1. Attraction (Atraksi)

Salah satu motivasi bagi manusia untuk melakukan perjalanan wisata adalah karena adanya sesuatu yang menarik yang berada di luar lingkungan tempat tinggalnya. Sesuatu yang yang menarik tersebut biasa disebut sebagai atraksi wisata. Terdapat beberapa pengertian dan terminologi mengenai atraksi wisata, diantaranya diberikan oleh Inskeep1 yaitu : “Tourist attraction are all those natural, cultural, and special

features and related activities of an area that attract tourist to visit it”.

Esensi dari tujuan suatu perjalanan wisata adalah adanya atraksi (sesuatu yang menarik) yang hendak dikunjungi dimana atraksi tersebut merupakan aspek sentral dari pariwisata. Atraksi wisata tersebut memiliki berbagai karakteristik dan kesemuanya memiliki tendensi untuk menarik wisatawan datang mengunjunginya.

Secara singkat, suatu atraksi wisata akan:

a. Menyediakan motivasi awal wisatawan untuk datang berkunjung. b. Menjadi gambaran yang wisatawan bayangkan dan membawa mereka

datang.

2. Amenities (Fitur-fitur yang membuat nyaman)

a. Segala sesuatu yang membuat wisatawan tinggal dengan nyaman b. Memenuhi kebutuhan wisatawan yang jauh dari rumah.

c. Termasuk: Akomodasi, makanan dan minuman, toko-toko, dan layanan lainnya

3. Accessibility (Aksesibilitas)

a. Seberapa mudah daerah tujuan wisata dicapai dari rumah

b. Pengembangan dan perawatan jaringan transportasi menuju lokasi yang efisien menghasilkan pasar yang penting untuk keberhasilan daerah tujuan wisata

c. Tidak hanya akses fisik dan pasar menuju lokasi, namun juga bantuan layanan seperti penyewaan kendaraan dan transportasi lokal, untuk membawa wisatawan menuju tempat akomodasi

4. Ancillary services (Layanan pendukung)

a. Kebanyakan daerah tujuan wisata menyediakan layanan pendukung kepada konsumen dan industri melalui badan pariwisata lokal

b. Layanan ini termasuk kegiatan pemasaran, pengembangan, dan koordinasi

c. Perusahaan mungkin merupakan perusahaan pemerintah, gabungan pemerintah dan swasta, atau dalam beberapa kasus merupakan perusahaan swasta

d. Layanan utama yang biasa disediakan antara lain: 1) Promosi daerah tujuan wisata

2) Koordinasi dan kendali pengembangan

(8)

3) Bantuan layanan informasi dan pemesanan kepada publik

Sebagai tambahan atas keempat komponen di atas, infrastruktur dan superstruktur dari sebuah daerah juga merupakan faktor yang penting. Infrastruktur mewakilkan semua bentuk bangunan di atas atau di bawah tanah yang dibutuhkan oleh daerah yang sudah ada penduduk, dengan komunikasi secara luas dengan dunia luar sebagai dasar untuk kegiatan pariwisata di daerah itu. Suprastruktur umumnya merupakan kegiatan sektor swasta, yang digunakan sebagai elemen penghasilan dari daerah tujuan wisata. Suprastruktur meliputi akomodasi, bangunan atraksi dan toko-toko dan layanan lainnya.

Konsep Bauran Pemasaran (Marketing Mix)

Marketing Mix atau bauranan pemasaran menurut Kotler dan Armstrong

(2004: 56) adalah :

“A set of controllable, tactical marketing tools that the firm blends to produce

the response it wants in the target market. The Bauran Pemasaran consists of everything the firm can do to influence the demand for its product. The possibilities can be collected into four groups of variables known as the “four Ps ”: product, price, place and promotion.”

Pengertian Bauran Pemasaran di atas dapat diterjemahkan secara bebas sebagai serangkaian alat pemasaran yang dapat dikontrol oleh manajemen perusahaan untuk mendapatkan respon yang diinginkan oleh perusahaan tersebut dari pasar sasarannya. Bauran Pemasaran tersebut terdiri dari segala sesuatu yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk mempengaruhi permintaan terhadap produknya. Variabel-variabel dari serangkaian alat pemasaran tersebut adalah : produk, harga, tempat (distribusi) dan promosi. Tetapi bagi produk pariwisata dapat ditambahkan satu komponen lagi, yaitu people (manusia) yang terkait dengan pelayanan.

Berikut ini adalah uraian dari masing-masing variabel tersebut : 1. Produk (Product)

Menurut Kotler dan Armstrong (2004:276-279) produk adalah kombinasi dari barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan kepada konsumen. Produk dibagi kedalam 3 tingkatan, yaitu :

a. Core product :

merupakan manfaat utama dari sebuah produk yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen yang membeli produk tersebut. Atau dengan kata lain, core product adalah apa yang sebenarnya dibeli oleh konsumen apabila ia membeli sebuah produk.

b. Actual product :

merupakan berbagai atribut yang menyertai sebuah produk yang membuat core product yang ada dapat ditampilkan dengan ciri khas tertentu yang menambah nilainya. Actual product biasanya muncul dalam lima aspek, yaitu: fitur, desain, merk dagang, tingkat kualitas dan pengemasannya.

c. Augmented product :

merupakan manfaat yang menyertai sebuah produk setelah seorang konsumen mendapatkan core product dan actual product - nya.

(9)

Augmented product ini biasanya muncul dalam bentuk pelayanan

tambahan seperti garansi dan reparasi dari produk tersebut. 2. Harga (Price)

Menurut Kotler dan Armstrong (2004:56) harga adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan oleh konsumen untuk mendapatkan produk yang diingininya. Menurut Heath dan Wall (1992:140) harga bagi sebuah produk pariwisata adalah variabel yang paling nyata bagi konsumennya. Harga inipun dapat diatur oleh perusahaan sehingga merupakan juga sebuah variabel yang paling fleksibel. Walaupun harga adalah sebuah komponen yang penting dari Bauran Pemasaran namun perlu diingat bahwa harga hanyalah salah satu aspek saja yang mempengaruhi keputusan wisatawan untuk membeli karena banyak aspek-aspek lain yang dapat mempengaruhi ketertarikan seseorang akan sebuah produk wisata. Tujuan penetapan harga lainnya bagi sebuah produk pariwisata adalah :

a. Membuat suatu produk pariwisata yang bersifat intangible menjadi ‘visible’.

b. Membuat produk pariwisata tersebut menjadi populer sehingga ramai dikunjungi.

c. Menciptakan rasa ketertarikan dan perasaan senang terhadap penawaran harga tersebut.

d. Meningkatkan ‘image’ dari produk pariwisata tersebut 3. Promosi (Promotion) :

Promosi adalah upaya-upaya perusahaan untuk mengkomunikasikan keunggulan produknya agar konsumen tertarik untuk membeli produk tersebut. Promosi merupakan sarana bagi sebuah perusahaan, organisasi atau asosiasi untuk berkomunikasi dengan konsumen potensialnya, karyawan, manajemen dan berbagai publik yang ada. Selain itu, promosi sangat berperan dalam usaha untuk meningkatkan penjualan melalui berbagai ‘alat’ yang dipilih untuk menjadi programnya. Menurut Kotler dan Armstrong (2004:467), program komunikasi suatu perusahaan secara keseluruhan disebut dengan nama promotion mix (bauranan promosi), yang terdiri atas:

Advertising (periklanan), Personal Selling (penjualan pribadi), Sales Promotion (promosi penjualan), dan Public Relation (hubungan

masyarakat). 4. Tempat (place)

Menurut Morrison (2010:310), tempat (place) adalah:

How does the organization plan to place the product or to work with other complementary groups in the distribution channel?

Untuk lebih jelasnya lagi, dengan mengaitkan tempat sebagai saluran distribusi, maka Morrison (2010:749) berpendapat bahwa distribusi adalah:

The plan that the organization makes to allow it to work with other complimentary groups in the distribution channel.

Dengan kata lain, distribusi dapat diartikan sebagai sebuah rencana yang dibuat oleh sebuah organisasi untuk memungkinkannya bekerja dengan kelompok komplimen lainnya dalam jaringan distribusi.

(10)

Jaringan distribusi terdiri dari kumpulan institusi yang melakukan semua aktivitas yang dimanfaatkan untuk menggerakkan sebuah produk dari tahap produksi ke tahap konsumsi. Dalam mendistribusikan produk pariwisata, jaringan ini terdiri dari enam besar perantara travel yaitu: retail travel

agents, tour wholesalers and operators, incentive travel planners, convention/meeting planners, online travel companies.

5. Manusia (people)

Sebagai tambahan bagi empat variabel yang sudah dikemukakan sebelumnya yaitu produk, harga, distribusi dan promosi, Morrison (2010) menambahkan 4 variabel lagi bagi Bauran Pemasaran yang digunakan dalam hospitality and travel industry. Keempat variabel tersebut adalah : manusia (people), pengemasan (packaging), pemrograman (programming), dan kemitraan (partnership).

Dalam industri pariwisata, manusia (people) adalah suatu hal yang penting dan menjadi tulang punggung dari setiap produk yang ditawarkan kepada konsumennya. Menurut Morrison (2010:362), pariwisata adalah ‘people

industry’ dimana dalam hal ini dikatakan bahwa seorang karyawan (people)

memberikan pelayanan kepada seorang pelanggan (people) yang membagi pelayanan tersebut dengan pelanggan lainnya (people).

6. Pengemasan dan Pemrograman (Packaging and Programming)

Menurut Morrison (2010:392), pengemasan adalah kombinasi dari layanan yang berhubungan dengan layanan pelengkap dalam satu harga yang ditawarkan. Sedangkan pemrograman adalah suatu teknik yang berkaitan erat dengan pengemasan. Pemrograman meliputi aktivitas-aktivitas, acara-acara serta program-program untuk meningkatkan kemampuan konsumen dalam membeli produk atau untuk meningkatkan daya tarik konsumen terhadap pengemasan produk yang ditawarkan.

Packaging dan programming sangat penting karena kedua hal tersebut akan

membantu perusahaan jasa dalam usahanya untuk memenuhi keinginan konsumen dan untuk sedapat mungkin menyamakan tingkat permintaan dengan penawaran. Hal ini perlu diperhatikan karena produk jasa tidak dapat disimpan. Dengan membuat paket dan program yang tepat, tingkat jasa yang terbuang dapat dikurangi.

7. Kerjasama (Partnership)

Menurut Morrison (2010:352), organisasi yang ada semakin menyadari pentingnya dan keuntungan memiliki hubungan jangka panjang atau kerjasama dengan pelanggan, pemasok, dan organisasi lainnya. Kerjasama dapat terjalin dalam jangka panjang ataupun jangka pendek yang merupakan suatu perjanjian yang meliputi kombinasi dari produk dan jasa dari dua atau lebih organisasi.

Partnership lebih mengarah kepada upaya pemasaran untuk meningkatkan

kerjasama dengan industri-industri jasa lainnya yang secara bersama-sama menjadi supplier bagi produksi jasa yang ada. Kerjasama ini dimaksudkan untuk memperkuat jaringan mereka, karena dalam industri jasa ini yang memiliki jaringan terkuatlah yang akan lebih unggul dalam persaingan. Konsep Pariwisata Kreatif

Menurut Richards dan Raymond (2000) pariwisata kreatif adalah sebuah pengalaman berwisata yang memberikan peluang kepada wisatawan untuk mengembangkan potensi kreatifnya. Selanjutnya, Richards dan Wilson (2007)

(11)

menyatakan bahwa potensi kreatif wisatawan tersebut muncul melalui adanya partisipasi aktif dalam berbagai program dan pengalaman pembelajaran sesuai dengan karakteristik destinasi yang didatangi. Sementara itu, King (2009) berpendapat bahwa dalam pariwisata kreatif, keterlibatan dan pengalaman otentik adalah hal utama yang harus ada. Selain itu, dalam pariwisata kreatif, seni, heritage, dan karakter khusus dari sebuah tempat tempat berperan sebagai wadah pembelajaran partisipatif bagi wisatawan, yang memberikan peluang kepada wisatawan untuk melakukan kontak dengan masyarakat setempat.

Konsep pariwisata kreatif berkembang karena adanya perubahan dalam permintaan wisatawan terhadap produk-produk pariwisata. Saat ini, wisatawan tidak puas hanya dengan mengunjungi sebuah obyek, melihat-lihat apa yang ada pada obyek tersebut, lalu mencicipi kuliner yang tersedia. Mereka menuntut adanya suatu pengalaman yang berbeda, yang menjadikan mereka pelaku dalam kegiatan wisata yang ada. Misalnya, ketika berkunjung ke suatu obyek mereka tidak hanya melihat-lihat hasil kerajinan dari penduduk lokal, namun juga mempelajari proses pembuatannya secara aktif. Dalam hal ini (Ritzer, 2005) menyatakan adanya pergeseran dari istilah konsumen/consumer menjadi “prosumer” atau konsumen yang juga berperan sebagai produsen, distributor, dan juga perfomer.

Terkait dengan uraian di atas, dalam memahami definisi pariwisata kreatif, Adriani (2012) menggarisbawahi beberapa hal:

1. Mengutamakan pengalaman otentik yang dirasakan wisatawan. 2. Adanya pembelajaran secara partisipatif, interaktif, dan informal.

3. Memberikan peluang kepada wisatawan untuk memanfaatkan potensi kreatifnya dalam mengonsumsi produk pariwisata.

4. Tidak bersifat massal, diadakan dalam kelompok kecil.

5. Berhubungan erat dengan masyarakat lokal sebagai pelaku kegiatan tersebut.

Dalam pengembangan pariwisata kreatif, Richards dan Wilson (2007) menyatakan dibutuhkan adanya transformasi elemen-elemen intangible dari nilai budaya suatu tempat (culture of a place) ke dalam suatu ‘pengalaman’ yang dapat dikonsumsi wisatawan sebagai dasar, yang merupakan proses kompleks dan membutuhkan koordinasi antara:

1. Perangkat keras kreatif (Creative hardware), yang meliputi infrastruktur dan tempat terjadinya produksi kreatif, konsumsi, dan prosumsi

2. Perangkat lunak kreatif (Creative software), yang meliputi atmosfer / keadaan, kualitas hidup, keberagaman, dan ‘vibrancy’ (antusiasme).

3. Perangkat organisasi kreatif (Creative orgware), mencakup kelembagaan (pemangku kepentingan terkait seperti industri, pemerintah, masyarakat), serta adanya peraturan perundangan yang mendukung.

Lebih jauh lagi, karakteristik yang harus ada dari pariwisata kreatif menurut Adriani (2012) adalah:

1. Topik yang diangkat adalah yang berhubungan dengan budaya lokal, meliputi aktivitas budaya masyarakat, makanan, alam, kesenian, dan sebagainya.

2. Kegiatan yang dilaksanakan adalah kegiatan yang informal dan tidak kaku.

(12)

4. Wisatawan sebagai peserta harus dibagi dalam kelompok kecil atau secara individual.

5. Untuk menjamin adanya suasana yang asli dan informal, kegiatan dilakukan di tempat pengajar atau tempat kerja/bengkel, bukan di ruang seminar mewah.

6. Tidak ada kurikulum pengajaran yang ketat dan membatasi sehingga wisatawan dapat mengeksplorasi kreativitas mereka.

7. Keberadaan pasar/market bagi peningkatan kemampuan/skill tradisional suatu komunitas serta pemanfaatan sarana dan prasarana yang sudah ada merupakan bentuk dukungan terhadap pariwisata yang berkelanjutan. 8. Wisatawan dapat berinteraksi dan mendekat pada komunitas lokal,

termasuk pengajar dan masyarakat di sekelilingnya.

Selanjutnya, Adriani (2012) memberikan daftar dari Supply/sediaan pariwisata kreatif yang berupa produk pariwisata baik yang bersifat tangible (berwujud) maupun

intangible (tidak berwujud) yang dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 1 Sediaan Pariwisata Kreatif

KEGIATAN WISATA PRODUK INDUSTRI KREATIF Kegiatan di alam terbuka

- Olahraga pantai dan laut (berselancar, snorkeling, menyelam, berenang)

- Memancing

- Berperahu, berkano, arung jeram - Mengamati flora dan fauna - Mengamati landscape - Fotografi - Hiking - Memanjat tebing - Mendaki gunung - Bersepeda - Tur geologi

- Berpartisipasi dalam event Kegiatan seni budaya

- Mengamati dan mengikuti tradisi/adat-istiadat masyarakat setempat

- Belajar dan mempertunjukkan kesenian (seni tari, musik) Karya seni tari, musik - Belajar dan mempertunjukkan bela diri

- Terlibat dalam kegiatan budidaya hasil pantai/laut, hutan, perkebunan, pertanian

Produk budidaya - Mengamati dan mempelajari seni bangunan tradisional

Sejarah dan heritage

- Melakukan tur ke situs arkeologi, situs bersejarah - Melakukan tur pendidikan barang-barang koleksi ke

museum

Arsitektur dan urban design - Melakukan tur arsitektural

- Melihat dan mengamati urban landscape Kegiatan desain

(13)

KEGIATAN WISATA PRODUK INDUSTRI KREATIF desain grafis , desain industri, fesyen fesyen

- Mengkonsumsi produk Film, tv, dan radio

- Mengamati dan terlibat dalam kegiatan pembuatan film/sinema

Karya film - Mengamati dan terlibat dalam kegiatan pembuatan acara

tv dan radio

Acara televise dan radio

Teknologi dan industri high tech

- Mengamati dan ikut melakukan proses produksi Produk teknologi dan industri berteknologi tinggi

- Melihat dan mengamati industrial landscape

- Melihat dan mengamati tempat tinggal pekerja industri Rekreasi

- Menikmati konser music - Menikmati pertunjukan theatre - Berekreasi di theme park - Bersantai di taman Kuliner

- Mengamati dan terlibat dalam kegiatan kuliner baik tradisional maupun kontemporer

Makanan dan minuman - Berpartisipasi dalam event kuliner

- Mengkonsumsi produk Literatur

- Ikut serta dalam event/festival literature - Mengamati proses pembuatan percetakan

- Tur melihat kediaman dan tempat kerja penulis terkenal - Mengunjungi perpustakaan, toko buku dan cultural space

- Mengkonsumsi produk literature Literatur/buku Kriya/craft

- Mengamati dan terlibat dalam pembuatan kerajinan, baik

folk art maupun kontemporer

Produk kerajinan - Ikut berpartisipasi dalam event kriya

- Mengkonsumsi produk Sumber: Adriani (2012)

Merujuk kepada daftar di atas, dapat disimpulkan bahwa seperti namanya, pariwisata kreatif dapat menggunakan berbagai sumber daya yang ada sebagai sarana dan tempat pelaksanaannya, selama pengelola kegiatan memiliki ide-ide kreatif. Misalnya, kegiatan di alam terbuka seperti mengamati flora dana fauna, bisa dikategorikan sebagai aktivitas pariwisata kreatif adalah karena kegiatan tersebut terjadi pada konteks alam terbuka di suatu destinasi tertentu, dan kegiatan yang dilakukan bersifat informal dan tidak kaku. Kemudian dalam aktivitas tersebut wisatawan terlibat dan belajar secara interaktif. Hal lain yang menjadikannya pariwisata kreatif adalah karena pada kegiatan pengamatan flora dan fauna peserta harus dibagi dalam kelompok kecil atau secara individual, kegiatan dilakukan pada suasana yang

(14)

asli dan informal, serta tidak ada kurikulum pengajaran yang ketat dan membatasi sehingga wisatawan dapat mengeksplorasi kreativitas mereka.

Metode Studi

Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif. Menurut Sekaran dan Bougie (2013) penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk memastikan dan memampukan peneliti untuk menggambarkan karakteristik dari variabel-variabel yang menjadi perhatian pada suatu situasi. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk mendapatkan suatu profil atau gambaran yang lengkap dari aspek-aspek relevan mengenai sebuah gejala yang menarik, yang terjadi pada suatu individu, organisasi, industri, atau hal-hal lainnya.

Terkait dengan paparan mengenai metode penelitian deskriptif di atas, metode tersebut dipilih karena pada studi ini dilakukan upaya-upaya untuk mendapatkan profil lengkap dari potensi wisata di Kabupaten Pandeglang Banten, yang selanjutnya akan digunakan untuk membuat sebuah model pariwisata kreatif. Kawasan pariwisata/obyek wisata di Kabupaten Pandeglang yang disurvei pada penelitian ini adalah Taman Nasional Ujung Kulon (termasuk P. Peucang dan P. Panaitan), kawasan P. Carita, Tanjung Lesung, Situ Cikendal, Gunung Karang, sebagian Pantai Selatan dan wisata budaya Rampak Bedug.

Adapun metode pengumpulan data yang akan digunakan untuk penelitian ini adalah:

1. Data Primer

a. Observasi Langsung (Pengamatan)

Kegiatan observasi akan dilakukan terhadap destinasi wisata di Kabupaten Pandeglang Banten untuk mendapatkan gambaran jelas sebelum menyusun sebuah model destinasi wisata kreatif. Secara rinci, hal-hal yang akan diamati secara langsung adalah:

1) Kondisi dari atraksi wisata yang ada

2) Kondisi dari amenitas (hal-hal yang memberikan kenyamanan bagi wisatawan di suatu destinasi) seperti: fasilitas akomodasi, makan-minum, sarana transportasi, ketersediaan jasa pariwisata dan sebagainya.

3) Kondisi aksesibilitas, yang meliputi: ketersediaan jaringan transportasi menuju dan di dalam destinasi, kemudahan mendapatkan informasi mengenai destinasi dan juga melakukan pemesanan terhadap produk-produk wisata yang ada.

4) Kondisi layanan tambahan yang tersedia seperti: promosi dari pemerintah daerah setempat terhadap destinasi, badan pengelola pariwisata setempat.

b. Survei dengan menggunakan kuesioner

Survei dengan menggunakan kuesioner ini ditujukan kepada wisatawan sebagai pihak yang berkepentingan sebagai pengguna dari sebuah destinasi wisata. Kuesioner akan berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai karakteristik pasar dan menggali perilaku pasar dari sudut pandang bauran pemasaran (marketing mix) yang diinginkan oleh wisatawan terhadap destinasi wisata Kabupaten Pandeglang Banten, jika destinasi tersebut diarahkan menjadi sebuah destinasi pariwisata kreatif.

(15)

Metode sampling yang digunakan dalam penyebaran kuesioner adalah metode convenience sampling. Menurut Sekaran dan Bougie (2013),

convenience sampling memberikan kebebasan pada peneliti saat

menentukan sampel yang diambil. Adapun responden yang dituju adalah wisatawan nusantara di wilayah Kabupaten Pandeglang. Jumlah kuesioner yang disebarkan sebanyak 330 kuesioner, dan yang valid sebanyak 300 kuesioner. Responden terdiri dari responden pria sebanyak 135 orang dan wanita sebanyak 165 orang, dan sebagian besar responden (64%) datang ke kawasan Pandeglang untuk berlibur.

c. Wawancara Terstruktur

Wawancara terstruktur adalah wawancara yang ditujukan untuk menggali lebih dalam dan menambah informasi serta pengetahuan tentang obyek penelitian sehingga data yang didapatkan akan lebih lengkap, akurat dan aktual. Teknik yang dilakukan yaitu mewawancarai narasumber secara langsung yaitu para pemangku kepentingan dari destinasi wisata Kabupaten Pandeglang Banten seperti: Pemerintah Kabupaten, Dinas Pariwisata Banten, Bagian Pengembangan Destinasi dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, para pelaku usaha pariwisata di Kabupaten Pandeglang Banten, para pemimpin daerah, penduduk serta wisatawan.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari berbagai sumber lain yang dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dipercaya, contohnya dari Badan Pusat Statistik, Dinas Pariwisata setempat, website internet, makalah ataupun penelitian-penelitian yang sudah pernah dibuat sebelumnya. Pengumpulan data sekunder ini bertujuan untuk menambah keaktualan data yang telah didapat dari data primer sehingga studi mengenai potensi wisata di Kabupaten Pandeglang ini menjadi lebih valid.

Hasil dan Pembahasan

Profil Potensi Wisata di Kabupaten Pandeglang

Kabupaten Pandeglang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Banten, yaitu provinsi yang secara geografis terletak berdekatan dengan pulau Jawa dan kepulauan Sumatra. Batas administrasi kabupaten ini adalah terletak sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Serang, sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia, Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan sebelah barat berbatasan dengan Selat Sunda.

Kabupaten Pandeglang memiliki 24 wilayah kecamatan yang terdiri dari 322 desa dan 13 kelurahan, dengan luas daerah mencapai 369.308 hektar, yang dimanfaatkan oleh penduduk sekitar sebagai lahan perkebunan campuran, tegalan, pemukiman penduduk bahkan bangunan-bangunan lainnya. Penduduk lokal di Kabupaten Pandeglang mayoritas bermata pencarian di bidang pertanian, tetapi melihat potensi yang besar di wilayah ini, pemerintah mulai membantu masyarakat untuk meningkatkan pendapatan di bidang pariwisata dengan cara membantu membuat desa-desa di Kabupaten Pandeglang menjadi desa-desa wisata dengan tujuan membantu meningkatkan pendapatan masyarakat.

Beberapa destinasi wisata di kabupaten ini memang cukup dikenal bagi wisatawan, misalnya Taman Nasional Ujung Kulon, bahkan beberapa destinasi seperti Pantai Carita, telah memiliki fasilitas-fasilitas yang lengkap seperti akomodasi

(16)

dengan fasilitas hotel bintang, toko yang menjual cenderamata yang dibuat oleh masyarakat sekitar serta adanya pusat penyewaan peralatan selam dan sebagainya.

Untuk mencapai destinasi wisata di Kabupaten Pandeglang, sebenarnya telah banyak akses yang dapat dilalui. Dari Kota Jakarta sendiri terdapat jalan bebas hambatan (toll) ke arah timur yang dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih 1,5 jam. Selain itu Kabupaten Pandeglang juga dapat diakses melalui tol Cilegon yang memakan waktu selama kurang lebih 2 jam. Sedangkan dari kota Bogor menuju Pandeglang dapat melalui Rangkasbitung yang dapat ditempuh dalam waktu sekitar 3 jam. Untuk mencapai lokasi selama perjalanan dengan menggunakan transportasi pribadi, banyak sekali penunjuk arah yang sangat membantu dalam menemukan lokasi wisata yang dituju. Bahkan untuk beberapa lokasi wisata, banyaknya transportasi umum seperti bis Damri juga dapat dipergunakan sebagai alat transportasi yang cukup murah.

Secara garis besar, Provinsi Banten membedakan obyek dan daya tarik wisata menjadi empat kategori:

1. Kategori Wisata Alam, yaitu wisata yang meliputi daerah pantai, pulau, kawasan gunung, kawasan cagar alam, air terjun, pemandian dan danau.

2. Kategori Obyek Wisata Sejarah dan Budaya, yaitu obyek wisata yang meliputi sejarah di daerah tersebut, budaya, masjid, keraton, benteng dan situs-situs.

3. Kategori Obyek Wisata Buatan, meliputi agrowisata atau tempat-tempat wisata seperti pemandian air panas buatan.

4. Kategori Wisata Kehidupan Masyarakat (living culture), meliputi atraksi kesenian, desa wisata dan kerajinan tradisional.

Kabupaten Pandeglang sebenernya sangat berpotensi untuk menjadi salah satu destinasi wisata terbaik di Indonesia, karena keindahan wisata alam, wisata budaya, wisata buatan dan kehidupan maasyarakat yang kemudian dijadikan kesenian sangat menarik untuk dilihat dan bahkan dipelajari sebagai bentuk pariwisata kreatif. Berikut ini adalah paparan mengenai atraksi, kegiatan, fasilitas wisata dan aksesibilitas beberapa kawasan/obyek pariwisata yang dijadikan obyek penelitian di Kabupaten Pandeglang.

1. Kawasan Ujung Kulon

Taman Nasional Ujung Kulon

Taman Nasional Ujung Kulon merupakan taman nasional dengan lokasi konservasi alam yang ditetapkan oleh UNESCO sebagai situs warisan alam dunia pada tahun 1992. Luas kawasan ini mencapai 1206 km2 (443 km2 diantaranya adalah laut). Sebelum Gn. Krakatau meletus pada tahun 1883, kawasan Ujung Kulon adalah kawasan yang diperuntukan bagi pertanian.

a. Atraksi wisata: Kawasan ini memiliki keindahan hutan topis dan habitat alami berbagai jenis binatang yang dilindungi seperti Badak Jawa (Rhinoceros Sondaicus), Kijang, Banteng, Rusa, dan berbagai jenis burung. Termasuk dalam kawasan ini adalah Pulau Peucang, Handeuleum, Cidaun, Cigenter dan Panaitan. Dari seluruh atraksi wisata yang tersedia, yang menjadi favorit para wisatawan adalah keberadaan Badak Jawa (Rhinoceros Sondaicus), walaupun tidak semua wisatawan dapat bertemu dengan satwa ini. Namun demikian, badak Jawa merupakan Icon dari Taman Nasional Ujung Kulon.

b. Kegiatan wisata: Kegiatan wisata yang dapat dilakukan di Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon hampir semuanya adalah kegiatan di alam terbuka, seperti olahraga pantai dan laut (berselancar, snorkeling, menyelam dan

(17)

berenang), memancing, berperahu, berkano, mengamati flora dan fauna, dan fotografi. Semua kegiatan tersebut adalah kegiatan yang termasuk dalam pariwisata kreatif, karena setiap aktivitas wisata yang dilakukan di lokasi ini terjadi pada konteks alam terbuka di suatu destinasi tertentu, dan kegiatan yang dilakukan bersifat informal serta tidak kaku. Kemudian, semua kegiatan dalam berolahraga pantai mengharuskan wisatawan terlibat dan belajar secara interaktif, dalam kelompok kecil atau secara individual, Selain itu, kegiatan dilakukan pada suasana yang asli dan informal, serta tidak ada kurikulum pengajaran yang ketat dan membatasi sehingga wisatawan dapat mengeksplorasi kreativitas mereka.

c. Fasilitas wisata: Kawasan ini telah memiliki berbagai fasilitas yang bertujuan untuk menunjang daerah wisata, walaupun fungsi utama dari fasilitas utama yang ada sebagian besar juga ditujukan untuk kegiatan konservasi hutan, contohnya pusat informasi yang terdapat pada Balai taman Nasional Ujung Kulon di Labuan, pemandu wisata (seringkali dilakukan oleh para jagawana – petugas penjaga kawasan hutan) dan juga adanya fasilitas transportasi walaupun masih terbatas.

d. Aksesibilitas: Untuk mencapai kawasan Ujung Kulon dari Jakarta, dapat melalui perjalanan darat maupun perjalanan laut maupun gabungan keduanya. Rute perjalanan yang paling umum adalah gabungan antara darat dan laut, dimana wisatawan dapat melakukan perjalanan darat hingga Sumur, lalu dilanjutkan dengan naik perahu menuju Taman Nasional Ujung Kulon. Alternatif lain adalah perjalanan darat hingga Carita, lalu dilanjutkan dengan speedboat hingga TNUK. Namun rute alternatif ini lebih tinggi biayanya daripada alternatif perjalanan melalui Sumur. Perlu dicatat bahwa jalan darat menuju Sumur sebagian berada dalam kondisi rusak.

2. Kawasan Pantai Carita

Pantai Carita terletak di pesisir Selat Sunda, berdampingan dengan wisata pantai lainnya seperti Pantai Anyer, Pantai Karang Bolong dan Pantai Tanjung Lesung. Lokasi Pantai Carita adalah 35 km ke arah barat dari Kabupaten Pandeglang. Kawasan Pantai Carita adalah salah satu atraksi wisata yang populer bagi wisatawan nusantara, terutama yang berasal dari Jakarta.

a. Atraksi wisata: Atraksi utama dari Pantai Carita adalah keindahan pantainya dan juga pemandangan Gn. Krakatau yang dapat terlihat dari pantai. Namun demikian, kondisi pantai ini sebagai sebuah atraksi wisata perlu diperhatikan dan ditata kembali oleh pengelola karena tidak terjaga kebersihannya serta dipenuhi oleh pedagang asongan.

b. Kegiatan wisata: Pantai Carita memberikan berbagai aktivitas wisata air seperti

surfing, berperahu, berenang, snorkeling dan permainan di air seperti banana boat dan jetski. Bagaimana kegiatan-kegiatan tersebut dapat dikatakan sebagai

pariwisata kreatif adalah karena setiap aktivitas wisata yang dilakukan di lokasi ini terjadi pada konteks alam terbuka di suatu destinasi tertentu yaitu Pantai Carita, dan kegiatan yang dilakukan bersifat informal serta tidak kaku. Kemudian, semua kegiatan wisata air tersebut mengharuskan wisatawan terlibat dan belajar secara interaktif, dalam kelompok kecil atau secara individual, Selain itu, kegiatan dilakukan pada suasana yang asli dan informal, serta tidak ada kurikulum pengajaran yang ketat dan membatasi sehingga wisatawan dapat mengeksplorasi kreativitas mereka.

(18)

c. Fasilitas wisata: Untuk menunjang banyaknya wisatawan yang datang ke pulau ini, fasilitas seperti akomodasi, transportasi telah cukup lengkap, termasuk ketersediaan akomodasi dalam bentuk hotel dan resor.

d. Aksesibilitas: dapat ditempuh dengan melakukan perjalanan darat dengan transportasi darat seperti kendaraan pribadi maupun dengan menggunakan transportasi umum seperti bis baik dari Kota Cilegon maupun kota Pandeglang. 3. Kawasan Tanjung Lesung

Tanjung Lesung merupakan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Propinsi Banten.Terletak di kecamatan Cigeulis sebelah barat Pantai Panimbang, 30 km di sebelah barat pantai Panimbang.

a. Atraksi wisata: Daya tarik utama dari Pantai Tanjung Lesung adalah panorama dan keindahan alam pantai serta air yang jernih. Kawasan pantai ini juga dikembangkan sebagai sebuah kawasan pantai dan resor yang berkesan eksklusif karena fasilitas yang tersedia memiliki harga yang cukup tinggi. b. Kegiatan wisata: Arus air laut di pantai ini cukup tenang sehingga lokasi ini

banyak diminati wisatawan untuk melakukan rekreasi air seperti berenang, memancing dan berperahu. Selain itu kegiatan olah raga golf juga terdapat di sekitar kawasan Tanjung Lesung. Kembali seperti pada penjelasan-penjelasan sebelumnya, maka kegiatan wisata seperti berenang, memancing dan berperahu dapat dikatakan sebagai pariwisata kreatif adalah karena mereka memenuhi kriteria sebuah pariwisata kreatif yaitu terjadi pada konteks alam terbuka di suatu destinasi tertentu (Tanjung Lesung), dan kegiatan yang dilakukan bersifat informal serta tidak kaku. Kemudian, semua kegiatan tersebut mengharuskan wisatawan terlibat dan belajar secara interaktif, dalam kelompok kecil atau secara individual. Selain itu, kegiatan dilakukan pada suasana yang asli dan informal, serta tidak ada kurikulum pengajaran yang ketat dan membatasi sehingga wisatawan dapat mengeksplorasi kreativitas mereka.

c. Fasilitas wisata: Untuk menunjang kegiatan wisata, kawasan Tanjung Lesung terlah menyediakan berbagai fasilitas seperti akomodasi dengan fasilitas hotel berbintang, perlengkapan rekreasi air yang lengkap serta sarana dan prasarana untuk berolah raga disekitar pantai.

d. Aksesibilitas: Kawasan ini berjarak kurang lebih 76 km dari Pusat Kabupaten Pandeglang. Untuk mencapai lokasi ini dari Jakarta, tersedia akses jalan tol yang menuju Merak, dilanjutkan dengan perjalanan menuju Pandeglang, Panimbang dan akhirnya Tanjung Lesung.

4. Situ Cikendal

Situ Cikendal atau Danau Cikendal merupakan wisata alam yang terletak di Desa Karyasari Kecamatan Cikendal.

a. Atraksi wisata: Danau dengan pemandangan alam yang indah.

b. Kegiatan wisata: wisatawan dapat melakukan aktivitas memancing sekaligus menikmati pemandangan alam. Dalam kaitannya dengan pariwisata kreatif, wisatawan dapat melakukan kegiatan fotografi.

c. Fasilitas wisata: Situ Cikendal telah memiliki fasilitas listrik dan telepon d. Aksesibilitas: perjalan ke Situ Cikendal Jarak tempuh ke lokasi ini adalah 36

km dari Pandeglang kearah Labuan dengan perjalanan darat.

e. Pengembangan pariwisata di sekitar danau dinilai membawa dampak positif bagi masyarakat sekitar. Selain taman seluas 1,5 hektar yang memiliki fungsi sebagai agro wisata yang banyak membantu dalam konservasi air dan saluran irigasi, penduduk juga melakukan budi daya perikanan air tawar yang dapat meningkatkan pendapatan sekaligus pelestarikan lingkungan.

(19)

5. Gunung Karang

Kawasan Gunung Karang terletak pada sisi utara perbatasan antara Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Serang. Menurut kepercayaan masyarakat, Gunung Karang merupakan bagian dari letusan Gunung Krakatau pada tahun 1928 karena banyaknya batu-batu karang di pegunungan tersebut. Ketinggian Gunung dari permukaan laut mencapai 1778 m, sehingga kawasan ini memiliki keindahan alam pegunungan hujan tropis dengan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan dan binatang yang hidup di pegunungan.

a. Atraksi wisata: Keindahan alam pegunungan hutan tropis and hewan-hewan yang hidup di gunung. Daya tarik lainnya adalah adanya Makam raja-raja kerajaan Banten yang mengundang wisatawan untuk wisata ziarah ke lokasi ini.

b. Kegiatan wisata: karena memiliki tebing-tebing yang curam dan terjal, banyak wisatawan yang datang ke Gunung Karang untuk melakukan kegiatan memanjat tebing (climbing). Kegiatan memanjat tebing merupakan kegiatan pariwisata kreatif karena memberikan pengalaman dan menguji kemampuan pelakunya dalam melakukan suatu aktivitas. Kegiatan lainnya seperti wisata pemandian air panas dapat djuga dinikmati di kawasan ini yaitu di obyek wisata Cisolong, Citaman dan Cikoromoy.

c. Fasilitas Wisata: Keberadaan obyek wisata Gunung Karang mendorong perkembangan fasilitas akomodasi dan makan minum di sekitar kawasan ini. Umumnya akomodasi yang tersedia adalah akomodasi dalam bentuk guest

house.

d. Aksesibilitas: Perjalanan menuju kawasan Gunung Karang dapat menggunakan transportasi darat. Transportasi umum juga tersedia sepert bis dengan tujuan Labuan dengan waktu sekitar 3 jam dari pusat kota Pandeglang. 6. Kawasan Pantai Selatan

Kawasan Pantai Selatan terletak di Desa Cikeruh Wetan, Kecamatan Cikeusik. Jarak tempuh untuk mencapai lokasi adalah 72 km dari kota Pandeglang.

a. Atraksi wisata: pantai-pantai dengan keindahan alam.

b. Kegiatan wisata: wisatawan dapat melakukan kegiatan memancing atau aktivitas berperahu di sekitar pantai serta menikmati pemandangan alam serta melakukan kegiatan fotografi.

c. Fasilitas wisata: Beberapa lokasi pantai fasilitas akomodasi dan transportasi telah tersedia, sedangkan lokasi lainnya yang dijadikan kawasan konservasi, fasilitas masih terbatas.

d. Aksesibilitas: untuk mencapai destinasi wisata ini dapat dilalui jalan raya provinsi, baik dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Kualitas jalan yang dilalui pada umumnya masih kurang baik.

7. Wisata Kesenian Rampak Bedug.

Rampak Bedug merupakan kesenian tradisional masyarakat Pandeglang, Banten. Kesenian ini terdapat di beberapa wilayah desa yang berada di Pandeglang Selatan. Kata Rampak sendiri mengandung makna “serempak” sedangkan Bedug merupakan media yang menginformasikan datangnya shalat wajib lima waktu bagi umat Muslim. Tradisi memukul beduk sebenarnya diperkenalkan pada saat menyambut perayaan keagamaan umat Muslim seperti Idul fitri dan Idul Adha. Tradisi ini kemudian berkembang menjadi tradisi mengadu bedug dengan tujuan menghasilkan irama selaras yang kemudian banyak dinikmati oleh para wisatawan. Dalam kaitannya dengan kegiatan pariwisata kreatif, mempelajari Rampak Bedug dapat menjadi suatu aktivitas yang menarik. Sasaran pasar utama adalah wisatawan

(20)

yang memiliki tujuan budaya atau kesenian, seperti mahasiswa jurusan musik. Untuk dapat menikmati atraksi ini, terdapat beberapa kelompok kesenian Rampak Bedug yang masih aktif melakukan pertunjukan.

8. Wisata Kuliner

Wisata yang tidak kalah menarik di Kabupaten Pandeglang adalah wisata kuliner. Lokasi yang berdekatan dengan laut, menjadikan panganan dari bahan dasar ikan sebagai hidangan favorit di kawasan ini seperti kebab ikan, sate ikan, otak-otak. Tetapi banyak juga panganan lainnya yang disajikan di sekitar kawasan seperti rabeg (sejenis soto), balok, kikiping, dan apem putih. Selain itu, juga terdapat wisata kuliner khusus mengonsumsi buah durian jatuhan di sepanjang jalan menuju Pandeglang. Untuk hal ini lokasi yang menjadi favorit adalah kebun durian H. Arief.

Wisata kuliner di Kabupaten Pandeglang saat ini masih berkembang secara spontan dan belum secara khusus dijadikan obyek dalam pola perjalanan wisata. Dalam kaitannya dengan pengembangan pariwisata kreatif, keberadaan produk kuliner yang sangat bervariasi menjadi suatu potensi yang dapat digarap secara serius oleh pengelola pariwisata di kawasan ini.

Profil Bauran Pemasaran Pariwisata Kabupaten Pandeglang

Berdasarkan hasil survei dengan kuesioner kepada 300 responden dan juga wawancara terstruktur kepada para pemangku kepentingan pariwisata di Kabupaten Pandeglang dapat dibuat suatu rangkuman terkait delapan variabel dari bauran pemasaran pariwisata di kawasan ini.

Terkait dengan produk pariwisata di Kabupaten Pandeglang Banten, variasi atraksi wisata dan fasilitas yang tersedia cukup tinggi. Kabupaten Pandeglang menyediakan produk pariwisata bagi segmen pasar menengah ke bawah juga menengah ke atas. Produk pariwisata juga terdiri bagi kegiatan mass tourism, hingga pariwisata minat khusus. Kondisi ini menjadikan Kabupaten Pandeglang sangat potensial untuk dikembangkan kepariwisataannya. Dalam kaitannya dengan kegiatan pariwisata kreatif, para responden berpendapat bahwa sebagian dari atraksi wisata di Kabupaten Pandeglang dapat dikembangkan untuk pariwisata kreatif. Hal ini diperkuat oleh data hasil wawancara terstruktur dengan para pemangku kepentingan kepariwisataan Banten yaitu pemerintah daerah, dan perwakilan HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia) Banten bahwa sediaan pariwisata kreatif di wilayah Kabupaten Pandgelang mencukupi bagi pengembangan model pariwisata tersebut. Sebagai langkah awal, direkomendasikan untuk mencoba model tersebut pada Taman Nasional Ujung Kulon, kegiatan Rampak Bedug serta kegiatan wisata kuliner.

Berkenaan dengan harga, persepsi responden bervariasi karena adanya varian jenis produk pariwisata di kawasan Kabupaten Pandeglang. Persepsi harga tertinggi adalah pada kawasan Tanjung Lesung dan Taman Nasional Ujung Kulon. Namun demikian, para responden mengetahui dengan pasti bahwa produk pariwisata di kedua tempat tersebut memang membutuhkan biaya tinggi. Contohnya, kegiatan ekowisata di Taman Nasional Ujung Kulon yang membutuhkan biaya tinggi untuk transportasi dan konsumsi karena kawasan ini memang tidak diperuntukan bagi kegiatan mass

tourism.

Adapun persepsi para responden mengenai lokasi ataupun tempat pada umumnya membicarakan mengenai aksesibilitas yang belum memberikan kemudahan pencapaian ke lokasi. Terkait dengan lokasi, aksesibilitas dalam bentuk ketersediaan informasi juga belum memadai sehingga kebanyakan wisatawan mendapatkan informasi berdasarkan getok tular (word of mouth). Informasi yang lengkap hanya

(21)

tersedia bagi kawasan ataupun atraksi yang sudah terkenal saja misalnya Taman Nasional Ujung Kulon, Pantai Carita dan Tanjung Lesung.

Masalah aksesibilitas sangat berkaitan dengan persepsi responden mengenai promosi dari kepariwisataan Kabupaten Pandeglang. Umumnya responden merasa kesulitan untuk mendapatkan informasi dan juga jarang menemukan adanya materi promosi dari kepariwisataan Kabupaten Pandeglang. Informasi yang tersedia pada

website terbatas dan tidak mutakhir sehingga minat untuk berwisata ke Kabupaten

Pandeglang juga tidak terstimulasi karena ketidaktahuan wisatawan.

Variabel bauran pemasaran selanjutnya adalah variabel pemaketan (packaging). Varaibel ini biasanya sangat terkait erat dengan pemrograman (programming). Mengenai kedua variabel ini, kembali para responden memberikan jawaban yang menyatakan bahwa jarang sekali terdapat penawaran mengenai paket-paket maupun program-program di kawasan pariwisata Kabupaten Pandeglang. Dalam kegiatan pemasaran pariwisata, kegiatan pemaketan dan pemrograman dapat menjadi salah satu cara untuk meningkatkan kunjungan wisatawan.

Variabel terakhir yang ditanyakan kepada para responden adalah variabel kerjasama (partnership) yang dilakukan oleh obyek dan daya tarik wisata di Kabupaten Pandeglang. Sejauh ini tidak banyak kerjasama yang diselenggarakan untuk memajukan layanan terhadap wisatawan maupun untuk menambah daya tarik dari kawasan tersebut, paling tidak para responden tidak menyadari adanya kerjasama yang dilakukan oleh kawasan/atraksi wisata yang dikunjunginya yang dapat meningkatkan layanan kepada mereka.

Mengacu kepada paparan mengenai profil kepariwisataan dan bauran pemasaran di Kabupaten Pandeglang, dapat disimpulkan bahwa potensi kepariwisataan di Kabupaten Pandeglang belum digarap secara optimal. Kawasan pariwisata yang ada memiliki obyek wisata dengan daya tarik yang tinggi dan menarik bagi wisatawan namun belum ada suatu upaya untuk mengembangkan produk, harga, lokasi dan promosi secara lebih serius. Hal ini terkait dengan sistem tata kelola destinasi yang juga masih bersifat apa adanya.

Mengenai hal ini sebenarnya Dinas Pariwisata Provinsi Banten telah melakukan banyak upaya untuk menggali potensi kepariwisataan di daerahnya. Dilakukan berbagai pelatihan dan bimbingan teknis bagi para pelaku usaha pariwisata di provinsi ini. Namun demikian, keterbatasan dana, sumber daya manusia yang terampil untuk memberikan pendampingan kepada para pelaku pariwisata menjadikan program-program yang dilaksanakan tidak dapat diawasi dengan teratur. Kondisi lain yang juga menyulitkan adalah sangat tergantungnya kepariwisataan terhadap ketersediaan infrastruktur. Keberadaan infrastruktur yang lengkap pada suatu kawasan pariwisata adalah hal yang mendasar untuk kemajuannya.

Terkait dengan uraian di atas maka definisi pariwisata kreatif menurut Adriani (2012) berikut ini dapat menjadi titik awal untuk pertimbangan pengembangan pariwisata kreatif. Definisi ini menggarisbawahi beberapa hal:

1. Mengutamakan pengalaman otentik yang dirasakan wisatawan. Obyek wisata yang disurvei di Kabupaten Pandeglang sangat

memungkinkan terjadinya hal ini, misalnya Taman Nasional Ujung Kulon yang merupakan kawasan Taman Nasional dengan fungsi utama

konservasi, akan memberikan pengalaman tersendiri ketika wisatawan mengunjunginya. Pengalaman otentik juga dapat dirasakan ketika

wisatawan mengunjungi obyek-obyek wisata lain di Kabupaten Pandeglang ketika mereka melakukan aktivitas fotografi, memanjat tebing, berwisata kuliner dan sebagainya/

(22)

2. Adanya pembelajaran secara partisipatif, interaktif, dan informal.

Berbagai aktivitas yang tersedia merupakan bagian dari sediaan pariwisata kreatif menurut Adriani (2012), misalnya: fotografi, berperahu, berkano, memancing, mempelajari cara memainkan alat musik dan sebagainya. Dalam berbagai aktivitas tersebut terdapat proses pembelajaran secara partisipati, interaktif dan informal dari wisatawan ketika melakukan kegiatan di lokasi atraksi wisata. Misalnya, ketika berkunjung ke Taman Nasional Ujung Kulon dan melakukan kanoing ke sungai Cigenter, wisatawan akan dapat memperhatikan flora dan fauna yang ada sambil mendayung kano. Hal ini akan menjadi pengalaman dan pembelajaran tersendiri bagi wisatawan.

3. Memberikan peluang kepada wisatawan untuk memanfaatkan potensi kreatifnya dalam mengonsumsi produk pariwisata.

Pada berbagai kegiatan yang tersedia pada kawasan pariwisata di Kabupaten Pandeglang, tersedia peluang bagi wisatawan untuk memanfaatkan potensi kreatifnya. Misalnya ketika melakukan kegiatan fotografi terhadap pemandangan alam yang ada, para wisatawan dapat berkreasi dengan mengambil foto dari sudut-sudut yang menarik dan mungkin saja yang berbeda sehingga foto yang ada menjadi lebih menarik. 4. Tidak bersifat massal, diadakan dalam kelompok kecil.

Beberapa atraksi wisata di Kabupaten Pandeglang sangat sesuai dengan karakteristik pada poin ini, yaitu tidak bersifat massal dan dilaksanakan dalam kelompok kecil. Atraksi wisata yang sesuai dengan karakteristik ini adalah kunjungan ke Taman Nasional Ujung Kulon, belajar melakukan Rampak Bedug serta kegiatan wisata kuliner yang dapat menawarkan partisipasi wisatawan dalam proses pembuatan makanan. Kesemua itu akan optimal jika dilaksanakan dalam kelompok-kelompok kecil.

5. Berhubungan erat dengan masyarakat lokal sebagai pelaku kegiatan tersebut.

Pada dasarnya, berbagai aktivitas yang ditawarkan pada kawasan/atraksi pariwisata di Kabupaten Pandeglang sangat melibatkan masyarakat lokal sebagai pelaku usaha pariwisata. Misalnya, pelaku usaha kegiatan wisata kuliner kebanyakan adalah masyarakat setempat yang memiliki ketrampilan dalam membuat penganan khas Kabupaten Pandeglang, sehingga wisatawan yang bermaksud mencicipi maupun belajar membuat penganan tersebut harus berinteraksi dengan masyarakat lokal.

Simpulan, Rekomendasi dan Keterbatasan Penelitian

Tujuan dari studi ini adalah melakukan kajian terhadap kondisi kawasan dan obyek wisata di Kabupaten Pandeglang yang mencakup atraksi, transportasi intra dan antar destinasi, infrastruktur, fasilitas dan layanan, event dan festival, serta aktivitas wisata. Selanjutnya, hasil kajian akan digunakan untuk menyusun informasi dasar dan profil bauran pemasaran, dari beberapa destinasi wisata di Kabupaten Pandeglang. Pada akhirnya, hasil dari kajian awal yang disempurnakan akan memberikan gambaran apakah model pariwisata kreatif dapat diterapkan di Kabupaten Pandeglang.

Data hasil penelitian ini mengarahkan bahwa Kabupaten Pandeglang dapat menjadi destinasi yang melaksanakan model pariwisata kreatif karena karakteristik kepariwisataan di daerah ini sesuai dengan kriteria dan tipologi pariwisata tersebut.

(23)

Namun demikian, direkomendasikan agar untuk tahap awal, penerapan pariwisata kreatif ini dilaksanakan secara bertahap, dimulai dari obyek wisata yang paling sesuai dengan kriteria pariwisata kreatif, yaitu Taman Nasional Ujung Kulon, kegiatan Rampak Bedug dan kegiatan wisata kuliner terlebih dahulu. Rekomendasi selanjutnya adalah disarankan untuk menggalakkan kembali program desa wisata yang sudah ada di beberapa kawasan Kabupaten Pandeglang sehingga kegiatan pariwisata kreatif dapat diterapkan secara lebih optimal.

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu: penggunaan convenience

sampling dalam penyebaran kuesioner, keterwakilan para pemangku kepentingan

yang diwawancara sebagai narasumber dan juga tidak dilakukannya observasi pada seluruh kawasan pariwisata di Kabupaten Pandeglang. Disarankan pada penelitian berikutnya keterbatasan-keterbatasan tersebut di atas dapat diatasi.

Daftar Pustaka

Adriani, Yani. (2012). Naskah Akademik: Kajian Pengembangan Pariwisata Kreatif. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia.

Buhalis, D. (2000). Marketing the Competitive Destination of the Future, Tourism Management 21, pp. 97-116.

Cooper, C., Fletcher, J., Gilbert D., dan Wanhill, S. (2006). Tourism : Principles & Practices 3rd edition, London : Pittman Publishing.

Heath, Ernie and Wall, Geoffrey. (1992). Marketing Tourism Destinations : A Strategic Planning Approach, Toronto : John Wiley & Sons Inc.

King, B. (2009), Creative Tourism and Cultural Development: Some Trends and Observations, Presentation at the Cultural Tourism Conference, Bonavista Institute in New Foundland, 19th November.

Kotler, Phillip and Armstrong, Gary. (2004). Principles of Marketing, ed. 10th. New Jersey : Prentice Hall.

Kotler, Bowen, John T. and Makens, James. (2014). Marketing for Hospitality and Tourism, ed. 6th. London: Pearson Education, Ltd..

Leiper, Neil. (1995). Tourism Management. Melbourne: RMIT Press. TAFE Publications.

Morrison, Alastair M. (2010). Hospitality and Travel Marketing. Ed. 4. New York : Delmar Cengage Learning.

Parasuraman, A., Zeithaml, V. A. and Berry, L. L. (1985). A conceptual model of service quality and its implications for future research. Journal of Marketing, 49, 41-50.

Richards, G. dan Raymond, C. (2000). Creative Tourism. In Atlas News no. 23. Richards, G. dan J. Wilson. (2007). Tourism, Creativity and Development. Routledge

(24)

Ritzer, G. (2010). Enchanting a disenchanted world: Revolutionizing the means of consumption 2nd. edition. Thousand Oaks, CA: Pine Forge Press.

Sekaran, Uma & Bougie, Roger. (2013). Research Methods for Business 6th edition. New York: John Wiley and Sons, Inc.

Stankovic, Liljana dan Dukic, Suzana. (2009). Challenges of Strategic Marketing of Tourist Destination Under The Crisis Conditions. Economics and Organization Vol. 6, No.1, pp. 23 – 31

Undang-Undang Kepariwisataan RI No.10 Tahun 2009. Kementerian Pariwisata Seni dan Budaya Indonesia (2009).

Gambar

Tabel 1 Sediaan Pariwisata Kreatif

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal ini, penulis menggunakan long shot tersebut pada adegan dibagian akhir dari film dengan memperlihatkan kedua tokoh utama beserta setting lokasi karakter

Untuk tujuan mengevaluasi masalah rendahnya kandungan hara, telah dilakukan penelitian pada tanah sawah bukaan baru yang berumur satu tahun dan merupakan hasil konversi dari

[r]

Hal ini menunjukkan bahwa dari ketiga jenis amelioran yang dicobakan hanya pupuk kandang dan daun gamal yang mampu meningkatkan pH tanah sedangkan pengaruh

Secara umum dikenal adanya dua macam atau jenis kompensasi yang dapat diminta oleh pemberi waralaba (franchisor) dari penerima waralaba (franchisee).Pertama,

bahwa Kang Yoto itu sebenarnya memaksa birokrasi untuk patuh dengan skenarionya dengan cara „melemparkan‟ birokrasi kepada rakyat Bojonegoro. Pemaksaan tersebut

Berdasarkan hasil analisis bahwa problematika pemungutan, pengelolaan dan pendistribusian zakat adalah sikap tradisional masyarakat dengan menyerahkan zakat kepada tokoh-tokoh

Keterkaitan faktor pendidikan terhadap wanita pengusaha adalah dengan adanya pengetahuan seputar dunia usaha secara umum maka dapat membantu para wanita pengusaha tersebut