• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III DATA PERANCANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III DATA PERANCANGAN"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

12

BAB III

DATA PERANCANGAN

A. TABEL DATA PERANCANGAN

Penyajian urutan dalam data berbentuk table :

Rincian Data

Sifat Data Manfaat Data Dalam Perancangan Kesiapan data Primer (Utama) Sekunder

(Pendamping) Sudah Belum

A. Data Objek Perancangan

Keakuratan info tentang pembuatan sebuah furniture melingkupi konsepsi,solusi, inovasi dan implementasi.

Data furniture Meja rias portable dari berbagai website, buku dan media lain

Keakuratan info, Tentang , penerapan bentuk-bentuk furniture yang sudah ada.

Dasar-dasar desain dalam menunjang pembuatan furniture

Melakukan pendekatan dasar desain untuk proses perancangan

Analisis teori penunjang dalam pembuatan furniture

Analisis teori untuk Mengoptimalkan proses perancangan

(2)

13 B Data Teknis Perancangan

Brain Storming dan Sketsa

Alur dalam menentukan konsep, bentuk dan ide gagasan.

Pemilihan

media dasar (Jenis Kayu)

Guna mengetahui jenis media kayu yang digunakan dalam perancangan furniture

Pelapis Kayu

Untuk mengetahui pelapis kayu yang akan di gunakan

warna dan finishing furniture

Guna mengetahui wana dan finishing saat pengaplikasian

Tabel 3.1 Tabel Data Perancangan Sumber Cynthia Kristiyana, 2015

B. RINCIAN DATA PERANCANGAN 1. Identifikasi Meja Rias Portable

Meja rias adalah tempat menyimpan peralatan atau alat rias (make-up) terdiri dari berbagai macam kosmetik yang biasanya dipakai oleh para wanita untuk mempercantik diri, merawat wajah, tubuh juga agar terlihat bersih dan wangi. Biasanya meja rias ditemukan di kamar pribadi wanita atau kamar pasangan suami istri. Meja rias karena difungsikan untuk tempat menaruh kosmetik maka dilengkapi dengan cermin. Agar mempermudah penggunanya melihat wajah dan bagian tubuh mereka ketika merias atau memakai kosmetik. Bentuk meja rias pun disesuaikan dengan keadaan kamar. Meja rias bisa ditaruh di tengah ruang kamar, pojokan dimana pun si penghuni suka. Asalkan tidak mengganggu kenyamanan penghuni kamar.

(3)

14 Portable adalah kata sifat yang artinya mudah di pindah pindahkan, mudah dibawa bawa. Berarti meja rias portable adalah furniture yang keberadaannya mudah untuk dipindah pindahkan.

2. Teori Penunjang

Dalam konteks proses merancang sebuah desain produk, diperlukan teori-teori yang mendukung jalannya proses tersebut. Teori-teori tersebut diperlukan guna mencapai desain produk yang optimal dengan proses perancangan.

a. Pendekatan Ergonomi dan Antropometri

Sebagai salah satu cabang ilmu, ergonomi atau dikenal juga dengan sebutan Human Factor Enginering adalah sebuah praktek mendesain sebuah produk sehingga pengguna bisa melakukan tugas kegunaan, operasional, pelayanan, dan dukungan dengan tingkat stres sekecil mungkin dan tingkat efisiensi semaksimal mungkin. Untuk mencapai ini, desainer harus membekali diri mereka dengan pengertian dan pengetahuan akan kebutuhan, karakteristik, kemampuan, dan batasan yang ditujukan untuk pengguna dan desain itu sendiri. Atau dengan kata lain, desainer harus membuat desain yang tepat sesuai dengan manusia bukan manusia yang sesuai desain.

b. Konsep Desain Furniture

Furnitur hadir sebagai benda yang berhubungan erat dengan manusia dan aktivitasnya. Oleh karena itu, proses perancangannya membutuhkan konsep-konsep yang akan mendasari terciptanya furnitur itu sendiri. Menurut Marizar (2005:76), dalam konteks merancang desain furnitur kreatif, ada sembilan langkah yang harus dilalui untuk mencapai desain furnitur yang optimal.

(4)

15 i. Analisis Aktivitas Manusia

Analisis mencakup semua aktivitas manusia yang dilakukan berkenaan dengan fungsi sebuah furnitur. Dalam analisis akan ditemukan beragam sikap tubuh manusia terhadap sebuah furnitur, misalkan posisi duduk diatas sebuah kursi, sikap duduk normal ketika didepan meja, dan lain-lain.

ii. Analisis Bentuk dan Fungsi

Kenyamanan dapat dicapai melalui bentuk yang sesuai dengan fungsi dan juga anatomi tubuh manusia. Bentuk furnitur yang kreatif dan inovatif biasanya mengacu pada bentuk-bentuk dasar yang ada disekitar lingkungan manusia. Ide bentuk bisa berasal dari bentuk-bentuk organik, seperti bunga, burung, pohon dan lain-lain.

Bentuk tersebut dapat dipilih untuk kemudian diolah menjadi bentuk baru guna memnuhi fungsi-fungsi sebuah furnitur. Analisis ini dapat membuka peluang yang besar dalam eksplorasi bentuk furnitur yang kreatif dan inovatif.

iii. Analisis Ergonomi

Menurut Marizar (2005: 106) Ergonomi merupakan sistem kerja manusia yang berkaitan dengan fasilitas dan lingkungannya, yang saling berkaitan satu sama lain. Analisis ini bertujuan untuk mencari kesesuaian antara karakteristik pekerjaan dan karakteristik tubuh manusia. Selain itu, analisis ini juga bertujuan untuk menciptakan kenyamanan bagi pengguna produk furnitur dalam kehidupan nyata.

iv. Analisis Antropometrik

Antropometri dibutuhkan dalam proses desain furnitur berkaitan denganukuran tubuh manusia secar

(5)

16 fisik. Antropometri meliputi pengukuran terhadap berbagai sikap gerak tubuh manusia secara umum sebagai upaya penyesuaian dalam pencapaian kenyamanan dan keamanan.

v. Analisis Bahan dan Teksture

Secara garis besar, bahan terbagi menjadi dua jenis. Pertama, bahan dari alam seperti kayu, rotan, bambu, besi, kulit, pandan dan sejenisnya. Kedua, bahan buatan atau sintetis seperti plastik, fiberglass, upholstery, kulit imitasi dan sejenisnya.

c. Analisis Struktur dan kontruksi

 Struktur dan konstruksi merupakan bagian dari proses desain yang disusun setelah bahan-bahanuntuk furniture dipilih dan disatukan dengan sambungan-sambungan. Konstruksi adalah sambungan antara komponen satu dengan komponen lainya, yang tersusun secara structural. Konstruksi dipisahkan menjadi 3 klasifikasi menurut B. suparto (1979) berdasarkan jenis, sistem, atau sifat konstruksinya.

 Konstruksi antara materi dengan materi secara permanen, tidak berubah atau sering disebut dengan fixed construction.

 Konstruksi antara materi dengan materi atau antara elemen dengan elemenyang dapat dilepasatau dapat dibongkar pasang atau yang sering disebut dengan knocked down system.

 Kontruksi antar material dengan material yang dapat bergerak, labil, yang dapat dipasang menurut kebutuhan, dapat berubah dan selalu berubah sesuai dengan beban.

(6)

17 d. Klasifikasi Furnitur

 Knockdown furniture adalah sebuah kontruksi pada produk mebel yang dalam pembuatannya menggunakan sistem lepasan atau bongkar pasang. Atau cara gampangnya, furnitur knockdown dapat diartikan sebagai furnitur yang bisa dibongkar pasang (dibongkar lalu dirakit kembali). Jadi kekuatan pada furniture knockdown sebagian besar berasal dari baut atau sekrup yang digunakan untuk merekatkan komponen-komponen antar bagian, sebab dalam konstruksi ini tidak menggunakan lem sama sekali pada sambungan antar komponennya.

Gambar 3.1. Knockdown furniture Sumber : Google image/knockdown

 Furniture Multifungsi

Furniture multifungsi memiliki lebih dari 1 fungsi dalam satu benda. Furnitur jenis ini cocok untuk ruangan yang sempit seperti apartemen tipe studio. Contohnya adalah sebuh sofa yang dapat menjadi tempat tidur.

Gambar 3.2 Furniture multifungsi Sumber : Google image/multifungsi

(7)

18

 Loose Furniture

Loose furniture adalah jenis furnitur yang sangat umum, furniture ini memiliki banyak jenis bentuk dan dapat dipindahkan dengan mudah.

Gambar 3.3. loose furniture Sumber : Googleimage/loose furniture

 Indoor Furniture

Adalah semua jenis furniture yang hanya dapat digunakan dalam ruangan, seperti sofa. Jenis furnitur ini biasanya tidak memiliki finishing yang tahan terhadap cuaca panas/hujan.

Gambar 3.4 Indoor furniture Sumber : Googleimage/indoor furniture

 Outdoor Furniture

Adalah jenis furniture yang dapat digunakan di luar ruangan, biasanya terbuat dari material yang tahan panas dan hujan. Furniture ini juga memiliki finishing yang tahan panas, air, dan lembab.

(8)

19

Gambar 3.5 Outdoor furniture Sumber : Google image/outdoor furniture

 Built in furniture

Adalah jenis furniture yang dibuat khusus dalam area tertentu sehingga ukurannya tepat dan tidak dapat dipindah-pindahkan. Jenis furniture ini banyak digunakan agar dapat menggunakan area dengan maksimal, dan dapat dibuat sesuai keinginan kita.

Gambar 3.6 Built in furnitur Sumber : Google image/built in furniture

 Recycled Material Furniture

Adalah jenis furniture yang menggunakan bahan bekas/recycled material sebagai bahan bakunya.

(9)

20

Gambar 3.7 Recyled material furniture Sumber : Google image/recycled furniture

e. Sistem dan Konstruksi Furniture

Butt joints : adalah teknik menyambung kayu membentuk siku yang paling mudah dilakukan. Sambungan untuk mengikat sambungan ini diperlukan bantuan paku, sekrup, atau lem. Kekurangannya sambungan ini agak kasar penampilannya.

Gambar 3.8. Butt joints

Sumber : Tikno, I. (2008) Mengenal konstruki kayu untuk furniture dan bangunan. Jakarta: Esensi

Mitred Butt Joints : adalah jenis sambungan Butt Joints di mana ujung siku sambungan dipotong membentuk sudut 45 derajat, sehingga ketika kedua papan dipadukan, kedua ujung siku akan bertemu dan membentuk sudut tepat 90 derajat.

(10)

21 Di indonesia sistem ini dikenal dengan istilah “adu manis”. Kelebihan sistem ini dibanding dengan basic joinery (penyambungan kayu standar) lainnya adalah sambungan akan terlihat lebih rapi. Namun kelemahannya adalah cara ini lebih sulit, di mana sudut potong harus benar-benar tepat dan presisi, karena bila tidak, sambungan akan bergeser dan sudutnya tidak tepat 90 derajat.

Gambar 3.9 Mitred Butt Joints

Sumber : Tikno, I. (2008) Mengenal konstruki kayu untuk furniture dan bangunan. Jakarta: Esensi

Lap joints : Sambungan ini sangat sederhana dan juga hanya menggunakan ketebalan papan untuk disambungkan.

Gambar 3.10. Lap joints

Sumber : Tikno, I. (2008) Mengenal konstruki kayu untuk furniture dan bangunan. Jakarta: Esensi

Half lap joints : Sambungan ini termasuk sambungan sutut, namun yang digunakan adalah baguan ketebalan papan. Cara membuat sambungan ini adalah dengan

(11)

22 memotong ketebalan papan masing-masing menjadi setengahnya, kemudian papan menjadi satu. Setelah itu papan dapat dipaku atau dilem.

Gambar 3.11. Half lap joints

Sumber : Tikno, I. (2008) Mengenal konstruki kayu untuk furniture dan bangunan. Jakarta: Esensi

Rabbet Joints : adalah sistem sambungan dengan cara membuat alur sepanjang kayu atau papan yang hendak disambung secara perpasangan. Keduanya kemudian dipadukan menjadi satu sesuai alur yang telah dibuat. Jenis sambungan ini dapat dibuat dengan berbagai macam variasi.

Gambar 3.12. Rabbet joints

Sumber : Tikno, I. (2008) Mengenal konstruki kayu untuk furniture dan bangunan. Jakarta: Esensi

(12)

23

Box Joints : merupakan cara menyambung sudut kayu dengan cara membuat gerigi pada ujung sambungan secara overlaping atau tumpang-tindih. Gerigi sambungan tersebut akan bertemu dan saling mengikat satu dengan yang lain. Keuntungan sambungan ini adalah hasilnya lebih kokoh dan kuat. Tapi cara pembuatannya lebih sulit dan memerlukan alat yang lengkap. Sistem Box Joints memerlukan pahat untuk memotong bagian dasar gerigi agar hasilnya lebih rapi.

Gambar 3.13. Box Joints

Sumber : Tikno, I. (2008) Mengenal konstruki kayu untuk furniture dan bangunan. Jakarta: Esensi

Dovetail Joints : merupakan sambungan sudut yang mirip dengan sistem Box Joints. Perbedaan antara Box Joints dengan Dove Tail terletak pada ujung gerigi. Pada sistem Box Jointx ujung dan pangkal gerigi memiliki sudut yang sama, yaitu 90 derajat. Sementara pada sistem dovetail, ujung gerigi dibuat agak melebar, mirip dengan ekor burung dara. Pada sistem Box Joints, sambungan dapat dilepas dengan cara menarik keduanya dari dua arah. Namun pada sistem Dovetail Joints, sambungan hanya dapat dilepas dari satu arah. Sistem Dovetail joints lebih kokoh daripada sistem box joints.

(13)

24

Gambar 3.14. Dovetail Joints

Sumber : Tikno, I. (2008) Mengenal konstruki kayu untuk furniture dan bangunan. Jakarta: Esensi

Through Dovetail adalah sambungan yang merupakan variasi dari Common Dovetail namun dibuat dengan banyak lidah. Sistem ini kuat, meski begitu sambungan akan terlihat pada kedua sisinya.

Gambar 3.15. Through Dovetail

Sumber : Tikno, I. (2008) Mengenal konstruki kayu untuk furniture dan bangunan. Jakarta: Esensi

Dovetail-Keyed Mitered adalah sistem sambungan Dovetail yang didasari dengan sistem Mitered. Ujung sambungan dibuat dengan sudut 45 derajat, dan bertemu dengan rapi, kemudian diperkuat dengan sistem Dovetail sebagai penguncinya.

(14)

25

Gambar 3.16. Dovetail-Keyed

Sumber : Tikno, I. (2008) Mengenal konstruki kayu untuk furniture dan bangunan. Jakarta: Esensi

 Lapped Dovetail adalah sistem Dovetail yang satu bagian sisinya tidak dipotong menembus ketebalan kayu, tapi hanya setengah atau tiga per empat bagian yang dipahat. Sehingga bila dilihat pada gambar dibawah ini, sisi kiri tidak nampak ada sambungan.

Gambar 3.17. Lapped Dovetail

Sumber : Tikno, I. (2008) Mengenal konstruki kayu untuk furniture dan bangunan. Jakarta: Esensi

Secret Lapped Dovetail adalah sistem sambung Dovetail namun sambungan tidak terlihat pada kedua sisinya. Apabila disambung, kedua sisinya akan terlihat seolah-olah seperti sambungan Butt Joints, namun sebenarnya pada bagian tengah terdapat gerigi untuk memperkuat sambungan.

(15)

26

Gambar 3.18. Secret Lapped Dovetail

Sumber : Tikno, I. (2008) Mengenal konstruki kayu untuk furniture dan bangunan. Jakarta: Esensi

Sliding Dove Joints adalah cara menyambung dua buah kayu dengan membuat alur pada papan pertama, sesuai motif lidah Dove Joints yang dibentuk pada ujung papan kedua. Sistem ini sangat kuat dan presisi, namun pembuatan alurnya membutuhkan kecermatan yang tinggi.

Gambar 3.19. Sliding Dovetail

Sumber : Tikno, I. (2008) Mengenal konstruki kayu untuk furniture dan bangunan. Jakarta: Esensi

Finger Joints adalah sistem penyambungan kayu dengan membuat lidah-lidah pada ujun kayu, sehingga kedua ujung kayu dapat dipadukan menjadi satu.

(16)

27 Kegunaan dari sistem Finger Joints untuk kayu ini adalah untuk membentuk papan yang lebar. Sistem ini membutuhkan ketepatan pembuatan yang tinggi, sehingga untuk membuat lidah-lidahnya menggunakan mesin.

Gambar 3.20. Finger Joints

Sumber : Tikno, I. (2008) Mengenal konstruki kayu untuk furniture dan bangunan. Jakarta: Esensi

Mortise & Tenon Joints adalah sistem penyambungan kayu dengan membuat lubang (Mortise) pada salah satu kayu yang hendak disambung, dan membuat lidah Tenon untuk dimasukkan pada lobang Mortise tersebut. Sistem Mortise & Tenon ini juga dapat dibuat bervariasi tergantung model dan konstruksi model barang yang akan dibuat.

Gambar 3.21. Mortise & Tenon

Sumber : Tikno, I. (2008) Mengenal konstruki kayu untuk furniture dan bangunan. Jakarta: Esensi

(17)

28

Spline Joints adalah sistem penyambungan kayu dengan membuat alur pada kedua buah kayu yang akan disambung, dan memberikan sepotong kayu kecil sebagai bahan penyambung ditengahnya. Alur kayu juga dapat digantikan dengan lubang seperti pada sistem Mortise & Tenon.

Gambar 3.22. Spline Joints

Sumber : Tikno, I. (2008) Mengenal konstruki kayu untuk furniture dan bangunan. Jakarta: Esensi

Dowel adalah sistem sambungan kayu yang mirip dengan sistem Spline , yaitu kayu yang disambung dengan pasak (Dowel). Bedanya adalah kayu penyambungnya (Dowel) berbentuk bundar, dan cara penyambungannya adalah dengan membuat lubang pada kayu-kayu yang hendak disambung. Dowel biasalnya dibuat dengan alur atau gerigi, dengan tujuan agar menempel erat pada kayu yang disambung, dan pembuatan alur tersebut dimaksudkan agar deposit lem kayu lebih banyak. Dowel juga dapat divariasi dengan bentuk bertingkat atau disebut dengan Stepped Dowel.

(18)

29

Gambar 3.23. Dowel

Sumber : Tikno, I. (2008) Mengenal konstruki kayu untuk furniture dan bangunan. Jakarta: Esensi

Pocket Joints merupakan sistem penyambungan sudut dengan cara memperkuat sambungan dengan menambahkan sekrup, setelah membuat lubang kecil dengan sudut kemiringan 30 sampai 45 derajat. Sistem ini tidak berbeda dengan Mortise & Tenon atau Dowel Joints, hanya pada sistem ini digunakan sekrup untuk memperkuatnya yang dipasang secara diagonal dari kayu ke kayu.

Gambar 3.24. Pocket Joints

Sumber : Tikno, I. (2008) Mengenal konstruki kayu untuk furniture dan bangunan. Jakarta: Esensi

(19)

30

Tongue & Groove adalah sistem yang biasanya digunakan untuk menyambung lantai kayu, atau bidang-bidang kayu dengan tujuan untuk memperlebar bidang tersebut. Pada selembar kayu, dibuat Tongue (lidah) pada salah satu sisinya, dan Groove (alur) pada sisi yang lain. Tongue & Groove ini akan saling sambung menyambung, hingga mencapai lebar yang diinginkan.

Gambar 3.25. Tongue & Groove

Sumber : Tikno, I. (2008) Mengenal konstruki kayu untuk furniture dan bangunan. Jakarta: Esensi

f. Analisis Warna

Salah satu unsur desain furniture yang perlu di analisis secara cermat adalah pemilihan warna yang aan digunakan dalam desain furniture. Secara psikologis pemilihan warna akan berfungsi kepada fungsi dan karakter desain furniture yang diciptakan. Dengan memperdalam analisis dan teori warna dengan literature yang lengkap, maka diharapkan disainer dapat lebih bijak memilih pewarnaan pada furniture. Warna furniture adalah jiwa pemakai sekaligus jiwa dari ruang yang ditempatinya.

Menurut Maran L. David dalam bukunya Visual Design in Dress (1987:119) yang dikutip Sulasmi Darmaprawira,

(20)

31 menggolongkan warna menjadi dua, yaitu earna eksternal ddan internal. Warna eksternal adalah warna yang bersifak fisika atau faali, sedangkan warna internal adalah warna sebagai persepsi manusia, secara manusia melihat warna kemudian pengolahannya diotak dan cara mengekspresikanya3.

g. Semiotika dan Perancangan

Pendekatan semiotika dalam sebuah proses perancangan dipilih sebagai landasan berpikir kearah pemaknaan akan semua komponen penyusun karya desain furnitur. Dimana setiap komponen merupakan sebuah “tanda” yang mewakili suatu sifat, ide atau bahasa sebagai elemen komunikasi kepada pengguna (user).

3. Prinsip Desain

Dalam perancangan furniture kursi makan ini tidak terlepas dari prinsip-prinsip desain, Karen prinsip desain merupakan rule atau aturan dasar yang harus diikuti guna mendapatkan desain yang baik. Menurut Adi Kusrianto (2007) prinsip-prinsip desain sebagai berikut :

a. Keseimbangan

Fungsi dari keseimbangan akan lebih terlihat ketika anda menyatukan pandangan pada sebuah kesatuan (unity) desain yang utuh, sehingga tidak tertangkap kesan berat sebelah, penuh sebelah, ramai sebelah dan seterusnya. Hal itu disebabkan setiap elemen pada susunan visual telah ditentukan oleh ukurannya, kegelapan/ketebalan atau keringanan. Keseimbangan mempunyai 2 pangkal pokok metoda yang biasa dipakai: keseimbangan simetris yaitu

3 Sulasmi Darmaprawira W.A, Warna, Teori dan Kreatifitas Penggunaanya ( Bandung, Penerbit

(21)

32 keseimbangan berdasarkan pengukuran dari pusat yang menyebar ke arah sisi dan kanan. Keseimbangan asmetris yang merupakan pengaturan yang berbeda dengan berat benda yang sama disetiap sisi bentuk. Warna, nilai, ukuran, bentuk dan tekstur dapat digunakan sebagai unsur balancing. b. Kesatuan

Prinsip kesatuan atau unity (pakar lain menyebutkan proximity atau kedekatan) adalah hubungan antara elemen - elemen desain yang semula berdirisendiri serta memiliki ciri - ciri sendiri yang disatukan menjadi satu kesatuan yang baru dan akan memiliki fungsi baru yang utuh.

c. Irama

Pola berulang menghasilkan Rhythm / Irama, hal itu dihasilkan dan dibuat oleh unsur-unsur yang berbeda-beda dengan pattern yang berirama dan unsur serupa dan konsisten dan mungkin dengan variasi (perubahan dalam bentuk, ukuran, posisi atau elemen) yang menjadi kunci untuk visual ritme4.

d. Penekanan

Pada setiap desain dan tata letak mempuyai sebuah stressing (penekanan) dan "keyword" sebagai bagian titik tolak perhatian dari khalayak.

4. Aspek Desain

Ruang yang sempit dan terbatas untuk kamar tidur merupakan kondisi yang tak terhindarkan dikawasan urban saat ini. Dengan keterbatasan ruang, pengguna ruangan tersebut tidak dapat merasakan kenyamanan, dengan desain yang portable, ringkas dan multifungsi meja rias ini memungkinkan dapat memberikan kenyamanan saat digunakan. Memberikan fungsi lain yaitu sebagai meja belajar atau meja kerja.

4 Prinsip desain (2015,12 Juni). Diakses dari http://www.ilmugrafis.com/artikel.php?page=prinsip-

(22)

33 5. Pengertian dan Teori Dasar Meja Rias

Meja adalah salah satu furniture berupa permukaan datar yang disokong oleh beberapa kaki. Meja sering dipakai untuk menyimpan barang dengan ketinggian tertentu supaya mudah dijangkau saat kita duduk. Meja umumnya dipasangkan dengan kursi. Meja yang umum tidak memiliki laci, tapi jika berlaci dia bisa berbentuk meja rias, lemari meja dengan banyak laci, dan lain sebagainya. Meja yang khusus dipakai untuk bekerja disebut meja tulis atau bangku.

Meja hadir dengan beragam bentuk, tinggi, dan bahan pembuat yang ditujukan untuk membangun desain, gaya, dan tujuan penggunaan. Biasanya meja mempunyai struktur permukaan datar dan dasar yang terdiri dari satu kaki atau lebih sebagai penopangnya. Untuk meja dengan satu kaki biasanya digunakan untuk menghias ruang makan. Sementara untuk meja-meja yang panjang biasanya dilengkapi dengan kaki tambahan sebagai dukungannya.

Saat ini, meja terdiri dari berbagai bentuk. Ada meja berbentuk persegi panjang, persegi, bulat, dan elips. Masing-masing bentuk meja ini memiliki ketinggian yang disesuaikan dengan kursi yang dipasangkannya. Kebanyakan meja juga dilengkapi dengan pengatur ketinggian sehingga kita bisa menyesuaikannya tingginya yang tepat dengan mudah. Beberapa meja juga didesain secara apik agar bisa dilipat. Meja seperti biasanya digunakan untuk tujuan dibawa ke mana-mana, contohnya berkemah. Penataan meja bisa diletakkan berdiri sendiri ataupun ditempelkan pada dinding.

6. Material Struktur

Material struktur menjadi perhatian utama dalam pemilihan furniture penyimpanan. Dengan struktur yang kuat, tentunya furniture dapat digunakan lebih baik dan sesuai konsep keinginan perancangan serta usia penggunaannya pun lebih lama. Setiap material penyusun struktur yang akan dipilih nantinya tentu memiliki kelebihan dan kelemahan

(23)

masing-34 masing. Sebelum memutuskan untuk pergi ke pengrajin furniture, ada baiknya jika melakukan studi banding dan mengetahui jenis-jenis material yang akan digunakan.

Kayu

A. Pengertian Kayu

Kayu merupakan salah satu material yang paling sering digunakan untuk furnitur. Kayu juga merupakan bahan yang kita dapatkan dari tumbuh – tumbuhan dan termasuk vegetasi alam. Komponen terbesar kayu adalah selulosa komponen ini meliputi 70% berat kayu. Komponen lainnya adalah lignin dimana komponen ini meliputi 18% - 28% dari ebrat kayu. Komponen tersebut memberikan sifat keteguhan pada kayu.

B. Bagian – Kagian Kayu

Kulit luar : Lapisan yang berada paling luar dalam keadaan kering berfungsi sebagai pelindung bagian-bagian yang lebih dalam pada kayu

Kulit dalam : Lapisan yang ebrada di sebelah dalam kulit luar yang bersifat basah dan lunak, berfungsi mengakut bahan makanan dari daun ke bagian lain.

Kambium : Lapisan yang berada di sebelah kulit, jaringan yang ke dalam akan membentuk kayu baru sedangkan yang ke luar akan membentuk sel-sel jangat (kulit)

Kayu gubal : Berfungsi sebagai pengangkut air berikut zat bahan makanan ke bagian-bagian pohon yang lain.

Kayu teras : Berasal dari kayu gubal, sel-sel yang sudah kosong dan tua ini berisi zat-zat ekstrasi

Galih/hati : Bagian ini memiliki umur paling tua, karena galih (hati) ini sudah ada sejak permulaan kayu tumbuh.

Garis teras : Jari-jari retakan yang timbul akibat dari penyusutan pada waktu pengeringan yang tidak teratur.

Lingkaran tahun : Lingkaran tahun tumbuh antara kayu yang terbentuk pada permulaan dan akhir suatu musim, apabila pertumbuhan diameter terganggu oleh musim kemarau karena pengguguran daun ataupun serangan

(24)

35 serangga/hama, maka lingkaran tahun dapat terdiri lebih dari satu lingkaran tahun dalam satu musim yang sama.

Jari-jari : Bagian ini berada dari luar ke dalam berpusat pada sumbu batang, berfungsi sebagai tempat saluran bahan makanan yang mudah diproses di daun guna pertumbuhan pohon.

Gambar 3.26. Bagian pohon Sumber : Google image/bagian pohon

C. Jenis – Jenis Kayu

 BJ (berat jenis) : Berat jenis adalah rasio suatu bahan dengan kerapatan air. Simson, et.al, (1999)

mengemukakan bahwa berat jenis adalah rasio antara kerapatan kayu dengan kerapatan air pada kondisi anomali air (4,4 derajat Celcius) Berdasarkan volume basahnya, berat jenis kayu akan mencerminkan berat kayunya, berikut klasifikasi berat kayu :

a. Kayu dengan berat ringan, bila BJ kayu < 0,3

b. Kayu dengan berat sedang, bila BJ kayu 0,36 – 0,56

c. Kayu dengan berat berat, bila BJ kayu > 0,56

 Keawetan kayu : Keawetan alami ialah ketahanan kayu terhadap serangan dari unsur-unsur perusak kayu deri luar seperti : jamur, rayap, hama, dan makhluk lainnya yang

(25)

36 diukur dalam waktu tahunan. Keawetan kayu tersebut disebabkan oleh adanya satu zat di dalam kayu (zat ekstraktif) yang merupakan sebagai unsur racun bagi perusak-perusak kayu, sehingga perusak kayu tersebut tidak sampai masuk dan tinggal di dalamnya serta merusak kayu.

 Ada lima penggolongan kelas keawetan kayu : Kelas awet I :Lama pemakaian kelas awet I dapat mencapai 25 tahun.

Kelas awet II : Lama pemakaian kelas awet II adalah 15-25 tahun

Kelas awet III : Lama pemakain kelas awet III adalah 10-15 tahun

Kelas awet IV : Lama pemakain kelas awet IV adalah 5-10 tahun

Kelas awet V :Lama pemakain kelas awet V adalah 5 tahun

 Kelas kekuatan kayu : Kekuatan kayu di Indonesia

dihitung berdasarkan berat jenis kayu, keteguhan lengkung mutlak (Klm) dan keteguhan tekan mutlak.

Kelas kekuatan I :

BJ 0,9 Klm 1.100 kg/cm² Ktm 650 kg/cm²

Kelas kekuatan II :

BJ 0,6 - < 0,9 Klm 725 kg/cm² – < 1100 kg/cm²

Ktm 425 kg/cm² -< 650 kg/cm²

Kelas kekuatan III :

BJ 0,4 -< 0,6 Klm 500 kg/cm² -< 725 kg/cm²

(26)

37 Kelas kekuatan IV : BJ 0,3 -<0,4 Klm 300 kg/cm² -< 500 kg/cm² Ktm 215 kg/cm² -< 300 kg/cm² Kelas kekuatan V : BJ < 0,3 Klm < 300 kg/cm² Ktm < 215 kg/cm²

 Contoh kayu yang sering digunakan pada pembuatan furniture Kayu Jati Kelas awet I, II Kelas Kuat I, II

Gambar 3.27. Kayu jati Sumber : http://www.sari-jati.com

Kayu Merbau Kelas awet I, II Kelas Kuat I, II

Gambar 3.28. Kayu merbau Sumber : http://www.sari-jati.com

(27)

38 Kayu Mahoni Kelas awet III Kelas Kuat II, III

Gambar 3.29. Kayu Mahoni Sumber : http://www.sari-jati.com

Kayu Bangkirai Kelas awet I, II, III Kelas Kuat I, II

Gambar 3.30. Kayu bingkirai Sumber : http://www.sari-jati.com

Kayu Kamper Kelas awet II, III Kelas Kuat I, II

Gambar 3.31. Kayu kamper Sumber : http://www.sari-jati.com

Kayu Senokeling Kelas awet I Kelas Kuat II

Gambar 3.32. Kayu senokeling Sumber : http://www.sari-jati.com

(28)

39 Kayu Sungkai Kelas awet III Kelas Kuat II, III

Gambar 3.33. Kayu sungkai Sumber : http://www.sari-jati.com

 Contoh kayu olahan yang sering digunakan pada pembuatan furniture

a. Multipleks

Plywood/multipleks merupakan kayu olahan yang relatif lebih kuat dibanding jenis kayu olahan lainnya seperti hdf, mdf, blockboard atau partikel board. Bahan dasar plywood adalah kulit kayu yang berlapis-lapis dan dipress, sedangkan mdf atau hdf adalah serbuk kayu halus yg diproses menyerupai bahan kertas yg tebal dan solid.

Multipleks merupakan material kayu yang disusun atas beberapa lapisan kayu sejenisbiasanya kelipatan 3mm, misalnya 9mm, 12mm, 15mm, 18mm. Sebagai material sruktur untuk furniture, multipleks cukup kokoh dibanding kayu sejenisnya.

Kelebihan plywood/multipleks adalah karena daya tahannya terhadap penyusutan kayu dan ukuran panjang lebar yang tidak mungkin didapatkan dari kayu solid pada posisi kualitas yang sama.

(29)

40 Tetapi bukan berarti plywood/multipleks punya daya tahan yang sama kuatnya terhadap cuaca. material ini hanya direkomendasikan untuk perabot di dalam ruangan (indoor). Kelemahan paling besar pada plywood/multipleks terdapat pada sisi tebalnya. Sisi tebal plywood/multipleks merupakan bagian yang paling mudah menyerap air dan permukaannya sangat kasar. Untuk mendapatkan kehalusan yang baik harus ditambahkan penutup sisi tebal.

b. Triplek

Plywood atau kayu lapis atau yang lebih dikenal dengan

istilah triplek terbuat dari bahan kayu solid yang diproses

menjadi beberapa lembaran tipis atau lapisan kayu yang

arah seratnya disusun saling melintang antara lembaran

bawah dengan lembaran bagian atasnya secara bersamaan

dengan perekat khusus di bawah tekanan besar sehingga

didapatkan ketebalan tertentu. Dari proses ini maka bahan

ini sangat tahan terhadap resiko pecah/retak, melengkung

atau melintir yang tergantung pula pada ketebalannya.

Triplek diproduksi karena kebutuhan akan papan lebar sangat besar dan apabila menggunakan kayu biasa susah didapatkan dan sangat beresiko tinggi terhadap efek penyusutan kayu misalnya melengkung, melintir dan pecah atau retak. Ukuran triplek pada umumnya panjang 244cm, lebar 122cm dan ketebalannya bermacam-macam ukuran.

(30)

41 Kelebihan triplek adalah karena sangat praktis penggunaannya,daya tahannya terhadap penyusutan kayu serta ukurannya yang panjang dan lebar yang tidak mungkin didapatkan dari kayu biasa pada posisi dan kualitas yang sama.

Sedangkan kekurangannya adalah triplek tidak punya daya tahan terhadap cuaca yang sama kuatnya dengan kayu biasa sehingga tidak cocok untuk digunakan luar ruangan.Bahan bangunan ini hanya direkomendasikan digunakan di dalam ruangan misalnya untuk menyekat ruangan,untuk daun pintu sederhana dan untuk plafon.. Kelemahan paling besar pada triplek adalah pada sisi tebalnya.Sisi tebal triplek merupakan bagian yang paling mudah menyerap air dan permukaannya sangat kasar.

7. Bahan Pelapis / Finishing.

Apapun bahan dasar struktur yang digunakan untuk furniture penyimpanan, permukaan luarnya harus di finishing agar tampilannya indah.Dan juga untuk menutupi beberapa kelemahan kayu dalam hal warna, tekstur dan ketahan dalam hal benturan dan keadaan cuaca.

Ada berbagai jenis finishing kayu. Berdasarkan jenis materialnya, finishing untuk kayu solid dan olahan ada 2 jenis, yaitu Transparan dan Non Transparan.

a. Lapisan Tranparan

Politur

Biasanya berbentuk serpihan atau batangan yang dicairkan dengan alkohol. Tetapi ada juga yang siap pakai dengan komposisi alkohol yang tepat. Politur diaplikasikan dengan

(31)

42 menggunakan kain yang di poles secara berkala pada permukaan kayu. Pengaplikasian politur dapat diulang secara berkala jika warnanya sudah memudar.

Nitro Cellulose (NC)

Terbuat dari bahan resin NC dan tiner. Bahan ini akan membentuk lapisan film yang tahan air, namun belum kuat untuk menahan goresan maupun benturan fisik. NC di aplikasikan dengan cara semprot (spray) bertekanan udara atau memakai kuas.

Melamin

Memberikan lapisan film yang lebih baik daripada NC. Permukaan kayu yang dilapis melamik menjadi sangat halus karena pori-pori kayu tertutup. Bahan ini lebih sulit untuk dilapis ulang dan akan berbau menyengat setelah aplikasi. Ada 2 pilihan finishing, yaitu matt dan glossy (mengkilat). Pengaplikasiannya dengan cara semprot atau memakai kuas.

Polyurethane (PU)

Merupakan jenis finishing yang paling tebal lapisan filmnya. Tampilannya menyerupai lapisan plastik sehingga membuat kayu tidak alami. Daya tahannya terhadap panas dan air sangat baik, membuat PU cocok untuk furniture eksterior. Waterbased lacquer. Menggunakan pencair air murni dan resin yang tertinggal dipermukaan kayu. Lapisannya tahan air dan goresan. Bhan ini lebih disukai oleh para konsumen dari Eropa.

b. Lapisan Non Transparan.

Material ini akan menutup 100% seluruh permukaan kayu dan menyembunyikan tampak aslinya. Bentuk fisiknya dapat berupa cat duco dan lapisan (laminate) dalam bentu lembaran atau rol.

(32)

43 Cat Duco

Cat Duco adalah methode penyemprotan cat duco pada permukaan furniture. Warnanya bervariasi seperti baturan dan warna-warna menyolok. Cocok untuk furniture bernuansa modern, minimalis dan juga furniture anak. Harganya relatif mahal dan bila sudah dicat, serat asli tidak bisa dikembalikan lagi. Pengaplikasiannya menggunakan semprot atau kuas. Dengan kemajuan tehnologi dan desain sekarang ini, berbagai motif dapat dibuat dari cat ini, seperti motif batu, marmer, motif pecah seribu maupun motif perak, tembaga dan emas.

Laminate

Laminate adalah metode finishing furniture dengan merekatkan bahan pelapis di permukaan furniture. Proses pelapisan menggunakan lem khusus kayu, seperti lem kuning. Pelapis yang umum digunakan antara lain veneer, PVC, decosit, tacon, HPL.

Veneer

Terbuat dari serat tipis kayu asli. Motifnya tergantung jenis kayu ; ada motif jati, sungkai, nyatoh, kamper atau mahoni. Furniture yang dibri lapissn ini mirip kayu asli sehingga tampilannya benar2 alami. Dijual dalam bentuk gulungan dengan lebar 10-20 cm, harganya relatif mahal. PVC (Polyvinyl Carbonate).

Merupakan lapisan berbentuk lembaran dan terbuat dari plastik. Permukaannya lebih halus dibanding bahan dari plastik lain, seperti tacon dan decosif. Berbentuk lembaran ukuran 120 cm x 240 cm dan tebal 3 mm. Pilihan warna terbatas, hanya ada coklat dan warna turunannya. Harganya relatif murah.

(33)

44 HPL (High Pressure Laminate)

Terbuat dari campuran Akrilik dan kayu. Lapisan luarnya menyerupai kayu dan mengandung serat-serat kayu, tapi bagian belakangnya akrilik.HPL biasanya berbentuk lembaran ukuran 120 cm x 240 cm dan tebal 3 mm. Variasi motif dan warna cukup banyak serta permukaannya bertekstur. Harga bervariasi tergantung merk dan motifnya.Warna polos relatif murah dan paling mahal warnasilver. Keunggulan HPL adalah mengandung unsur kayu, cocok bagi yang ingin menampilkan warna-warna alami kayu. Bahan ini kuat (karena cukup tebal) dan elastis sehingga bisa ditekuk untuk melapisi bagian tepi furniture.

Gambar

Tabel 3.1 Tabel Data Perancangan  Sumber Cynthia Kristiyana, 2015
Gambar 3.1. Knockdown furniture  Sumber : Google image/knockdown
Gambar 3.3. loose furniture  Sumber : Googleimage/loose furniture
Gambar 3.6 Built in furnitur  Sumber : Google image/built in furniture
+7

Referensi

Dokumen terkait

kimia berbahaya menyebabkan penyakit kronis manusia. Tidak hanya itu kerusakan lingkungan juga terjadi karena asap rokok, kekurangan udara bersih dan segar

Pembangunan pelabuhan perikanan yang dilakukan sejak Pelita II didasarkan pada program yang mempunyai prospek jangka panjang sebagai konsekwensi logis dan realisasi dari

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka dalam rangka pembentukan modal pemerintah, yang dimaksud pengeluaran pemerintah bidang infrastruktur jalan dalam penelitian ini

Saragih (2001) menambahkan bahwa dasar pemikiran strategi pengembangan industri berbasis pertanian adalah sebagai berikut : (1) agroindustri memiliki keterkaitan yang besar, baik

SEPAM 1000 .... Gambar 3.2 Perancangan Konstruksi Pengujian Karakteristik Relay SEPAM 1000 ... Gambar 3.3 Flowchart Perancangan ... Gambar 3.7 Simulator Sumber Jaringan 3 Fasa

dapat menghentikan sewaktu-waktu kegiatan IUP Operasi Produksi (Konstruksi, Produksi, Pengolahan, Pemurnian, Pengangkutan dan Penjualan), di setiap bagian atau

Berdasarkan pengalaman, penerapan strategi pemasaran dalam dunia sosial terbukti dapat memberdayakan organisasi dalam memperoleh dukungan untuk melanjutkan hidupnya, antara lain

Frekuensi relatif tertinggi (FR) di Stasiun I yaitu jenis Rhizophora mucronata untuk kategori pohon, pancang dan semai yaitu dengan nilai frekuensi relatif