• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. TINJAUAN PUSTAKA. Nama umum : Kerang darah Nama lokal : Kerang darah. Gambar 2. Kerang darah (A. granosa)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2. TINJAUAN PUSTAKA. Nama umum : Kerang darah Nama lokal : Kerang darah. Gambar 2. Kerang darah (A. granosa)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi dan Morfologi Kerang Darah (Anadara granosa)

Menurut Linnaeus (1958) in Dance (1974) kerang darah (Anadara granosa) (Gambar 2) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Filum : Moluska Kelas : Bivalvia Subkelas : Lamellibranchia Ordo : Arcoida Superfamili : Arcacea Famili : Arcidae Genus : Anadara

Species : Anadara granosa Linn (1958) Nama umum : Kerang darah

Nama lokal : Kerang darah

Gambar 2. Kerang darah (A. granosa)

Berdasarkan FAO (2009) A. granosa memiliki nama sinonim Arca (Tegillarca) granosa Linn 1758, sedangkan nama FAO A. granosa adalah En-Granular ark (formerly reported as”blood cockle”), Fr-Arche granuleuse, Sp-Arco del Pacifico occidental; Anadara bisenensis Shrenck & Reinhart, 1938; Anadara

(2)

memiliki nama lokal yang berbeda-beda pada setiap daerah, sebagai contoh di Malaysia dikenal dengan nama kerang, di Thailand dengan sebutan “hoi kreng”, di Kanton (China) disebut dengan “siham”, dan orang Inggris menamakannya dengan

mangrove cockle atau blood cockle. Di Indonesia A. granosa memiliki nama lokal

yaitu kerang darah (Suwignyo et al. 2005). Penamaan kerang darah karena kelompok kerang ini memiliki pigmen darah merah/haemoglobin sehingga disebut

bloody cockles.

Kerang darah memiliki cangkang simetris bilateral dengan mantel lunak yang memadati antara dua cangkang lateral yang secara dorsal berhimpitan. Cangkang yang melindungi tubuh berbentuk bulat yang ditandai dengan garis pertumbuhan konsentrik yang berputar memusat kearah tempat yang lebih besar (umbo) dekat dengan ujung anterior bagian dorsal. Sendi ligamen menahan cangkang bagian dorsal secara bersama-sama dan membentang untuk membuat kedua belah cangkang berpisah secara ventral. Permukaan interior pada masing-masing cangkang memiliki tanda yang menandakan dimana beberapa otot melekat. Otot ini berperan dalam membuka cangkang dan menggerakan kakinya (Storer et al. 1977). Barnes (1987) menambahkan A. granosa termasuk Famili Arcidae yang memiliki ciri cangkang dengan bentuk segitiga, persegi atau oval yang umumnya sama sisi dan memiliki jari-jari yang kuat dan ornamen konsentris. A. granosa merupakan kerang yang memiliki ciri tubuh yang tebal dan menggembung, cangkang bulat panjang dan hampir sama pada kedua sisinya. Selain itu, A. granosa juga memiliki alur sebanyak 20 yang saling berhubungan dengan bintil yang berbentuk seperti persegi panjang. Warna cangkangnya putih kecoklatan hingga warna gelap ke daerah periostracum (lapisan zat tanduk cangkang). Periostracum pada kerang ini tipis dan lembut. Anatomi organ kerang di tunjukan pada Gambar 3.

Kerang darah (A. granosa) hidup di daerah pasang surut umumnya ditemukan pada lahan pantai yang berada di antara daerah rataan pasang dan rataan surut, tetapi hampir tidak ditemukan di atas garis ratan pasang. Kerang darah hidup di daerah tropik pada lumpur halus atau kadang-kadang pasir berlumpur dan dilindungi atau berasosiasi dengan pohon-pohon bakau (Broom 1985). Pathansali (1966) menambahkan walaupun A. granosa L. ditemukan juga pada lumpur berpasir, jumlah dan ukurannya tidak sebaik di lumpur halus yang payau dan habitat yang

(3)

ideal bagi A. granosa adalah pada substrat dengan kandungan lumpur halus berukuran kurang dari 0,124 mm (diameter lumpur) sebanyak dari 90% pada hamparan pasang yang terlindung dari ombak dan terletak di muara atau diluar dengan salinitas antara 18 sampai 30 ‰ dengan kecerahan 0,5-2,5 m dan pH 7,5-8,4 (Pathansali (1966) in Mubarak 1987). Kerang darah terdapat di pantai laut pada substrat lumpur berpasir dengan kedalaman 10 m sampai 30 m. Kerang ini hidup dalam cekungan-cekungan di dasar perairan di wilayah pantai pasir berlumpur. Broom (1982) in Broom (1985) berdasarkan penelitian yang dilakukan di Sungai Selangor dan Sungai Buloh, Malaysia, menyatakan bahwa A. granosa paling banyak ditemukan pada daerah dengan kandungan air substrat 55-65% dan proporsi diameter partikel yang berukuran <53µm di kedua lokasi tersebut sebesar 80-90%. Tiap jenis Anadara menghendaki lingkungan yang berbeda. A. antiguata, misalnya, hidup di perairan berlumpur dengan tingkat kekeruhan tinggi. Kerang darah dilihat dari populasinya terbesar umumnya ditemukan pada daerah pasang surut berlumpur lunak berbatasan dengan hutan bakau dan hamparan lumpur yang berada dekat muara dengan kisaran salinitas 28-31‰ pada musim kemaru dan salinitas 15‰ di musim hujan, hal ini merupakan kondisi yang disukai kerang darah (Broom 1985).

Dody (1998) dalam penelitiannya mengatakan kerang darah dijumpai membenamkan diri dalam substrat sedalam 5-10 cm. Warga Anadarinae mempunyai organ siphon yang tidak berkembang dengan sempurna, aliran air masuk (Inhalent) dan keluar (exhalent) terjadi melalui organ yang berbeda dibagian butiran (posterior margin) dari cangkangnya. Dengan tipe habitat seperti disebutkan di atas maka lumpur dengan muda diserap, sehingga diserapnya lumpur maka kerang darah memperoleh pakan yang terkandung dalam lumpur yang berbentuk detritus dan plankton dengan cara dengan menyaring air (filter feeder) (Tetelepta 1990).

Kerang darah termasuk kedalam subkelas Lamellibranchia, dengan filamen insang memanjang dan melipat. Menurut Brogstrom (1962); OFCF (1987); Budiyanto (1990); Winarno (1991) in Trilaksi dan Nurjanah (2004) bagian yang dapat dimakan dari kerang terdiri dari mantel 3-5% kaki 5-7%, otot adductor 2,5-3%, sedangkan siphon, insang dan organ pencernaan merupakan bagian yang tidak dimakan (limbah) yang besar sekitar 4-7%.

(4)

Komposisi kimia kerang darah meliputi kandungan protein 9-13 %, lemak 0-2 %, glikogen 1-7 %. Komposisi kimia sangat bervariasi tergantung pada spesies, jenis, kelamin, umur, musim, dan habitat. Dalam 100 gram daging kerang terkandung kurang lebih 300 kalori, sedangkan rendemannya sekitar 20%. Jenis kerang ini termasuk makanan yang mengandung kolestrol tinggi berkisar antara 100-200 mg per 100 gram berat dapat dimakan (Borgstrom 1962; OFCF 1987; Budiyanto et al 1990; Winarno 1991 in Trilaksi dan Nurjanah 2004).

Gambar 3. Anatomi organ kerang (Wahyono 1993)

2.2. Alat Tangkap

Penangkapan atau pengambilan kerang banyak dilakukan di perairan Cirebon, Kabupaten Cirebon. Penangkapan kerang merupakan salah satu mata pencarian nelayan Cirebon. Masyarakat sekitar melakukan kegiatan penangkapan dengan menggunakan tangan/gogo (without gear), kemudian berkembang terus menerus secara perlahan-lahan dengan menggunakan alat tangkap yang masih tradisonal hingga modern saat ini.

Alat tangkap yang banyak digunakan nelayan Cirebon khususnya untuk penangkapan kerang darah adalah garuk. Pada prinsipnya alat garuk berbentuk kantong jaring yang dilengkapi dengan kisi berupa barisan gigi-gigi dari besi yang dipasang di bagian bawah mulut kantong jaring tersebut. Pada saat

(5)

pengoprasiannya, garuk ditarik menyusuri di atas dasar perairan seperti jaring trawll dasar. Gigi-gigi kisi menggaruk kerang yang ada di dasar perairan, sebagian akan tergaruk dan masuk ke dalam kantong. Jenis kerang yang banyak tertangkap di perairan Cirebon adalah kerang bulu, kerang darah, kerang mencos, kerang putih, dan simping. Pada umumnya penangkapan kerang dengan garuk dilakukan pada siang hari.

Gambar 4. Deskripsi alat tangkap garuk (Sri 2009)

2.3. Aspek Reproduksi Kerang Darah

Hewan ini termasuk hewan berumah dua (dioecious). Menurut Wilmoth (1987), pada umumnya bivalvia dioecious, namun ada beberapa yang hermaprodit seperti pada Ostrea (oysters: tiram), pecten (scallops: kerang) dan Anadonta (kerang air tawar). Pada hewan dioecious terjadi pemisahan antara jantan dan betina dan jenis kelamin terpisah secara sempurna. Produk genital (gonad) terhubung dengan rongga ginjal, adapula yang terpisah dekat dengan genital duct. Umumnya rongga terbuka kelapisan suprabranchial, dimana gamet dibawah keluar dan pembuahan ini terjadi secara eksternal dan perkembangan terjadi secara tidak langsung (Brusca &

(6)

Richard 1990). Dua gonad mencakup intestinal loops, yaitu bagian yang berhubungan dengan usus dan keduanya dalam kondisi yang sulit untuk dideteksi (Barnes 1987).

Pelepasan gamet pada pembuhan eksternal sangat di pengaruhi oleh lingkungan, gamet disalurkan secara langsung ke bagian luar oleh gonaduct yang terpisah, dimana tidak berhubungan dengan nephridia. Reproduksi jenis kerang darah ini terjadi secara eksternal. Telur yang menetas akan berkembang menjadi larva yang bersifat planktonik sampai beberapa minggu, kemudian akan mengalami metamorphosis. Larva ini kemudian berkembang menjadi spat (juvenil), hingga menjadi kerang yang sempurna sampai dewasa (Barnes 1987).

2.3.1. Rasio kelamin

Berdasarkan Hamilton (1967) rasio kelamin adalah perbandingan antara individu jantan dan betina dalam suatu populasi. Secara ideal perbandingan antara individu jantan dan betina adalah 1:1 (50% jantan dan 50% betina), namun pada kenyataannya di alam perbandingan antara jantan dan betina terjadi penyimpangan dari pola 1:1 yang disebabkan olah pola tingkah laku bergerombol antara jantan dan betina. Hal ini di pengaruhi oleh pola hidup yang disebabkan oleh ketersediaan makanan, kepadatan populasi, dan keseimbangan rantai makanan (Effendie 2002). Menurut Ball dan Rao (1984) in Effendie (2002), penyimpangan dari kondisi ideal disebabkan oleh faktor tingkah laku, perbedaan laju mortalitas, dan pertumbuhanya. Keseimbangan rasio kelamin dapat berubah menjelang pemijahan.

Perbandingan jumlah jenis kelamin dapat digunakan untuk menduga tingkat keberhasilan dalam pemijahan, yaitu dengan melihat proporsi kerang jantan dan kerang betina. Perbandingan jenis kelamin juga dapat mempelajari struktur populasi di dalam menduga kesimbangannya. Menurut Purwanto et al. (1986) in Novitriana (2004) menyatakan bahwa untuk mempertahankan populasi diharapkan memiliki perbandingan ikan jantan dan ikan betina berada dalam kondisi seimbang atau ikan betina lebih banyak. Rasio kelamin penting diketahui karena berpengaruh terhadap kestabilan suatu populasi.

(7)

2.3.2. Tingkat kematangan gonad (TKG)

Tingkat kematangan gonad adalah tahap-tahap tertentu perkembangan gonad sebelum dan sesudah memijah. Pengamatan tingkat kematangan gonad dilakukan dengan cara morfologi dan histologis. Dengan cara morfologi tidak akan sedetail cara histologi akan tetapi cara morfologi banyak dan mudah dilakukan dengan dasar mengamati morfologi gonad antara lain ukuran panjang gonad, bentuk gonad, berat gonad, dan perkembangan isi gonad (Effendie 2002). Syandri (1996) menyatakan bahwa selama perubahan yang terjadi di dalam ovarium dan testis, maka terjadi pula perubahan bobot dan volume gonad yang menjadi tolak ukur dalam penentuan tingkat kematangan gonad (TKG), sedangkan dengan cara histologi, anatomi perkembangan gonad dapat dilihat lebih jelas dan akurat perkembangan gonad dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor lingkungan dan hormon (Affandi dan Tang 2002).

Mubarak (1987) menyampaikan kembali penelitian mengenai reproduksi kerang darah A. granosa L. di Malaysia yang dilakukan oleh Pathansali (1966), bahwa gonad kerang tersebut mulai berkembang pada ukuran terkecil 15 sampai 16 mm. Perkembangan gonad mencapai maksimum pada bulan Juli atau Agustus. Kematangan gonad terjadi pada saat kerang darah mencapai ukuran panjang 18-20 mm dan berumur kurang dari satu tahun. Adapun pemijahan mulai terjadi pada ukuran 20 mm dan kerang darah memijah sepanjang tahun dengan puncaknya biasanya terjadi pada bulan Juni sampai Agustus ketika suhu air laut sekitar 27°C sampai 28°C (Broom 1985). Informasi mengenai tingkat kematangan gonad diperlukan untuk mengetahui perbandingan kerang yang matang gonad dengan kerang yang belum matang gonad dari stok kerang di perairan, selain itu dapat mengetahui waktu pemijahan, lama pemijahan dalam setahun, frekuensi pemijahan dan umur atau ukuran kerang pertama matang gonad.

Tingkat kematangan gonad dapat memberikan informasi atau keterangan apakah kerang akan memijah, baru memijah atau selasai memijah. Afiati (2007) menyebutkan bahwa kerang darah memijah sepanjang tahun secara bertahap (partial

spawner). Di Penang, Thailand periode utama proses pemijahan kerang darah

(8)

September (Broom 1985). Secara alamiah TKG akan berjalan menurut siklusnya sepanjang kondisi makanan dan faktor lingkungan tidak berubah (Handayani 2006).

Pendugaan ukuran pertama kali matang gonad merupakan salah satu cara untuk mengetahui perkembangan populasi dalam suatu perairan. Menurut penelitian yang telah dilakukan Broom (1985) diperoleh data bahwa kerang darah pertama matang gonad pada selang ukuran panjang cangkang 18-20 mm dan berumur kurang dari satu tahun. Berdasarkan penelitian Marliana (2010) menyatakan bahwa kerang darah jantan pertama matang goand pada ukuran panjang cangkang 18,5 mm dan kerang darah betina pertama kali matang gonad pada ukuran panjang cangkang 19,9 mm. Narasimham (1988) menambahkan bahwa kerang darah memijah sepanjang tahun dan bulan pemijahan berbeda pada setiap tahunnya. Siklus pemijahan dapat mencapai 2-4 kali dalam satu tahun. Faktor-faktor yang mempengaruhi saat pertama kali kerang matang gonad adalah faktor internal (perbedaan spesies, umur, ukuran, serta sifat-sifat fisiologis dari kerang tersebut dan faktor eksternal (makanan, suhu, arus, serta adanya individu yang berlainan jenis kelamin yang berbeda dan tempat memijah yang sama) (Atmadja 2007).

2.3.3. Indeks kematangan gonad (IKG)

Indeks Kematangan Gonad (IKG) adalah persentase perbandingan berat gonad dengan berat tubuh ikan (Effendie 2002 ). Menurut Niskolsky (1997) in Effendie (2002) menggunakan tanda utama untuk membedakan kematangan gonad berdasarkan berat gonad secara alamiah. Hal ini berhubungan dengan ukuran dan berat tubuh secara keseluruhan. Indeks kematangan gonad merupakan cara untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada gonad pada setiap kematangan secara kuantitatif.

Perubahan IKG erat kaitnya dengan tahap perkembangan telur. Sejalan dengan pertumbuhan gonad, gonad akan semakin bertambah berat dan bertambah besar mencapai ukuran maksimum ketika ikan memijah (Atmadja 2007), kemudian menurun dengan cepat sampai selesai pemijahan. Adakalanya nilai IKG dihubungkan dengan TKG yang pengamatanya berdasarkan ciri-ciri morfologi kematangan gonad. Perbandingan itu akan tampak hubungan antara perkembangan

(9)

di dalam dan luar gonad. Menurut Marliana (2010) bahwa kerang jantan pertama kali matang gonad pada ukuran yang lebih kecil daripada kerang betina.

2.4. Aspek Eksploitasi dan Reproduksi

Di dalam suatu habitat populasi kerang yang tidak ditangkap, biomasa atau berat total kerang akan tumbuh mendekati daya dukung (carrying capacity). Populasi kerang akan lebih banyak jika kerang yang berumur lebih tua lebih besar dari pada kerang muda jika dibandingkan dengan keadaan populasi di habitat yang ada kegiatan penangkapan. Ketika terjadi penangkapan maka sebagian besar kerang dewasa dan berukuran besar tertangkap. Pengurangan kerang akibat penangkapan ini mengakibatkan turunnya biomasa dibawah daya dukung habitat dan meningkatkan kesempatan bertumbuh bagi kerang kecil (Murdiyanto 2004). Selanjutnya Widodo dan Suadi (2006) mengenalkan istilah rekruitment overfishing yang berarti pengurangan melalui penangkapan terhadap suatu stok sedemikian rupa sehingga jumlah stok induk tidak cukup banyak untuk memproduksi telur-telur yang kemudian menghasilkan rekrut terhadap stok yang sama.

Salah satu ciri populasi kerang yang telah mengalami tekanan eksplotasi adalah perubahan komposisi ukuran menjadi lebih kecil. Hal ini dapat mempengaruhi secara signifikan terhadap hasil reproduksi. Eksploitasi dengan skala besar menyebabkan perubahan struktur populasi kerang. Nelayan cenderung menangkap kerang yang berukuran besar dari pada kerang yang berukuran kecil. Konsekuensinya, populasi didominasi oleh kerang dengan ukuran kecil dengan pertumbuhan yang lebih cepat dan kematangan gonad yang lebih awal.

Referensi

Dokumen terkait

Didalam ayat ini menerangkan bahwa sesungguhnya pembalasan yang adil dan setimpal terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasulnya dan yang berkeliaran membuat kerusakan

Pada lokus HEL9 alel yang ditemukan adalah alel A dan B denganhanya genotipe AB yang ditemukan (100%).Sedangkan pada lokus INRA035 ditemukan tiga alel yakni A (0.4813),

Dalam simulasi perancangan pengaturan putaran motor satu fasa digunakan untuk merancang rangkaian penyearah gelombang penuh, osilator astable, inverter thyristor,

Motif prososial yang ada dalam diri mahasiswa Program Studi Keperawatan akan berguna bagi profesi yang ditekuninya kelak yaitu menjadi seorang perawat

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan penulis yaitu Studi Penggunaan Layar sebagai Sumber Utama Penggerak Kapal, maka dapat disimpulkan bahwa dengan

Karena tajen sangat sukar untuk di berantas, maka pemerintah juga tidak mampu untuk mencegah, sekarang tergantung pada masyarakat itu sendiri dan menurut peneliti, sebagai

Kemudian dalam aktivitas keberanian anak saat menceritakan kembali isi cerita juga mengalami peningkatan dikarenakan dengan pemberian motivasi dan pujian kepada anak

Pada bab ini penulis akan menjelaskan teori-teori yang akan digunakan untuk membantu analisis penulis terhadap makna simbol kadomatsu, penulis menggunakan beberapa teori seperti