• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 2. Landasan Teori. membantu analisis penulis terhadap makna simbol kadomatsu, penulis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab 2. Landasan Teori. membantu analisis penulis terhadap makna simbol kadomatsu, penulis"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

    8    Bab 2 Landasan Teori

Pada bab ini penulis akan menjelaskan teori-teori yang akan digunakan untuk membantu analisis penulis terhadap makna simbol kadomatsu, penulis menggunakan beberapa teori seperti teori semantik, teori semiotika yaitu teori triangle meaning, konsep Shinto, konsep kadomatsu, konsep cemara, konsep bambu dan konsep plum dalam Shinto.

2.1 Pengertian Semantik

Sebelum memahami lebih mendalam lagi tentang makna-makna simbol yang

tekandung dalam kadomatsu yaitu simbol Sho-Chiku-Bai「松竹梅」penulis akan

menjelaskan pengertian dari makna itu sendiri sebagai dasar analisis. Teori dasar yang dapat membantu untuk memahami dalam penelitian makna-makna dari

Sho-Chiku-Bai「松竹梅」adalah teori semantik.

Semantik adalah sebuah studi tentang makna, karena itu untuk memahami suatu ujaran dalam konteks yang tepat, seseorang harus memahami makna  (Keraf, 2007 : 25). Menurut Saeed (2003 : 3) definisi tentang semantik adalah studi tentang makna yang di komunikasikan melalui bahasa dan semantik adalah studi tentang makna kata dan kalimat. Akan tetapi, ruang lingkup semantik tidak hanya membahas makna dalam kata ataupun kalimat saja.

Keraf memberikan definisi bahwa kata atau bentuk bahasa mempunyai relasi dengan dunia nyata. Sehingga istilah referensi dipakai untuk menyatakan relasi antara bahasa dengan sesuatu yang bukan bahasa. Bidang yang mempelajari

(2)

hubungan itu biasa disebut semantik (Keraf, 2007 : 31-32).

2.1.1. Denotatif dan Konotatif

Menurut Ihalauw (2008 : 39-40) muatan makna itu dibedakan ke dalam dua jenis berikut ini. Muatan makna ekstensional atau denotatif adalah muatan makna tertentu diberikan atau dilekatkan pada simbol untuk menujuk objek atau himpunan objek. Contoh kata lancar, simbol yang merupakan kata aktiva-lancar ini mempunyai muatan makna ekstensional atau denotatif karena kata aktiva-lancar dapat digunakan baik untuk kas, piutang, dan persediaan. Muatan makna intensional atau konotatif adalah muatan makna tertentu diberikan pada atau diisi ke dalam sebuah simbol untuk memperlihatakan adanya ciri-ciri yang mirip dan unik dari objek atau himpunan objek tersebut. Contoh kata pencakar langit, simbol ini menunjukkan ciri-ciri yang mirip dan unik, antara lain: ketinggian; bentuk; fasilitas keselamatan; keamanan struktur.

Keraf mengungkapkan, kata makna dalam semantik dibagi menjadi dua, yaitu makna yang bersifat denotatif dan makna yang bersifat konotatif. Berikut di bawah ini adalah pengertian dari makna denotatif dan makna konotatif, yaitu :

1. Makna denotatif adalah makna dari sebuah frase atau kata yang tidak mengandung arti atau perasaan tambahan. Dalam hal ini, seorang penulis hanya menyampaikan informasi, khususnya dalam bidang ilmiah, biasanya akan cenderung untuk mempergunakan kata-kata yang bermakna denotatif. Tujuan utamanya adalah untuk memberi pengenalan yang jelas terhadap fakta. Ia tidak menginginkan interpretasi tambahan dari tiap pembaca.

2. Makna konotatif adalah makna yang mengandung arti tambahan, perasaan tertentu atau nilai rasa tertentu di samping makna dasar yang umum. Makna

(3)

10   

tersebut sebagian terjadi karena pembicara ingin menimbulkan perasaan setuju atau tidak setuju, senang atau tidak senang pada pihak pendengar dengan orang lain. Sebab bahasa manusia tidak hanya menyangkut masalah makna denotatif atau ideasional dan sebagainya (Keraf, 2007 : 28-29).

2.1.2 Teori Analisis Medan Makna

Pada awal analisis linguistik struktural, para linguis sangat dipengaruhi oleh psikologi asosianistik dalam pendekatan terhadap makna. Para linguis dengan intuisi mereka sendiri yang menyimpulkan hubungan di antara seperangkat kata. Misalnya, dengan data baik, kebaikan, memperbaiki, pembaikan, perbaikan atau satu, satuan, penyatu, persatuan, penyatuan, bersatu, pemersatu memberikan simpulan bahwa kata-kata tersebut memiliki asosiasi antar sesamanya. Berdasarkan hal tersebut, Ferdinand de Saussure memulai konsep asosiasi makna (Parera, 1990 : 67).

Bally, seorang murid Saussure dalam Parera (1990 : 68) memasukkan konsep medan asosiatif dan menganalisisnya secara mendetail dan terperinci. Ia melihat medan asosiatif sebagai satu lingkaran yang mengelilingi satu tanda dan muncul ke dalam lingkungan leksikalnya. Pemikiran tersebut kemudian berkembang menjadi medan makna. Jadi, medan makna adalah satu jaringan asosiasi yang rumit berdasarkan pada similaritas atau kesamaan, kontak atau hubungan dan hubungan-hubungan asosiatif dengan penyebutan satu kata. Dengan penjelasan tersebut, Parera memberikan contoh medan makna dengan kata kerbau dalam Bahasa Indonesia. Dengan kata kerbau tersebut orang mungkin akan berpikir tentang kekuatan atau kebodohan.

(4)

(1990 : 69) yang melukiskan vokabulari sebuah bahasa tersusun rapi dalam medan-medan dan dalam medan itu setiap unsur yang berbeda didefinisikan dan diberi batas yang jelas sehingga tidak ada tumpang tindih antar sesama makna. Setiap medan makna akan selalu tercocokkan antar sesama medan sehingga membentuk satu keutuhan bahasa. Pendekatan medan makna memandang bahasa sebagai satu keseluruhan yang tertata dan dapat dipenggal-penggal atas beberapa bagian yang saling berhubungan secara teratur. Perlu diketahui bahwa pembedaaan medan makna tidak sama untuk setiap bahasa, misalnya dalam bahasa Indonesia medan makna kata melihat yang dapat dibedakan menjadi melirik, mengintip, memandang, menatap, meninjau, melotot dan sebagainya (Parera, 1990 : 69).

2.2 Teori Semiotika

Dalam penelitian ini penulis akan meneliti tentang makna simbol

Sho-Chiku-Bai 「 松 竹 梅 」 dalam kadomatsu, teori dasar yang dapat membantu untuk memahami dalam penelitian makna-makna dari simbol Sho-Chiku-Bai「松竹梅」

ini selain teori semantik adalah teori semiotik.

Odgen dan Richard dalam bukunya the meaning of meaning mengemukakan, istilah “simbol” hanya dipakai untuk kata yang merujuk kepada benda, situasi, peristiwa, dan sebagainya. Ilmu baru tentang simbolisme dibatasi pada bidang semantik yang langsung berhubungan dengan kata yang merujuk kepada benda melalui pikiran. (Odgen dan Richard terjemahan Parera, 28). Apa yang dimaksudkan Odgen dan Richard dapat di gambarkan seperti pada gambar dibawah ini, diagram ini dikenal dengan triagle of meaning atau segi tiga makna.

(5)

Sumber Teor kunci dal tidak mem terjemaha (1) Sy be R se si te R be r: http://www ri segitiga m lam karya O mpergunakan an Parera 19 ymbol Untuk enda, orang, Richard kata-ebagainya t mbolisme O erbatas dari p Bahas Richard ialah ebas atau im Gamba w.rodsmith.o makna atau t Odgen dan R n istilah ide 990 : 28-29) k Odgen dan kejadian, p -kata yang m tidak terma Odgen dan pengalaman a simbolik h bahasa yan mpersonal dan ar 2.1 Segi T org.uk/huma %200148.h triangle of m Richard: sym atau pikiran n Richard ha eristiwa mel menyatakan aksuk dalam Richard ha manusia. seperti ya ng sesuai den n harus dive Tiga Makna nity-of-word htm meaning yan mbol, referen n dan sebaga anya kata-ka lalui pikiran perasaan, si m pengerti anya berurus ang didefin ngan fakta d rifikasikan d a ds/humanity ng terdiri da nce, dan refe ainya. (Odgen ata yang me n symbol. Ba kap, harapan ian symbol san dengan isikan oleh dan kenyataa dengan fakta 1

y-words%20-ari tiga istila ferent. Merek n dan Richar erujuk kepad agi Odgen da n, impian da . Ilmu bar bidang yan h Odgen da an. Simbol i a. 12 -ah ka rd da an an ru ng an itu

(6)

(2) Reference

Odgen dan Richard tidak mempergunakan kata pikiran. Mereka menggunakan istilah reference untuk menunjukkan bahwa pikiran adalah satu reference ke suatu objek, yakni ke satu referent. Odgen dan Richard tidak menyinggung pikiran dalam karya mereka.

(3) Referent

Odgen dan Richard menciptakan istilah referent. Kata itu masih dipakai hingga saat ini. Sudah jelas kata memenuhi satu kebutuhan. Kata merujuk sesuatu di luar otak manusia dan berada di dunia ini. Jika kita mempergunakan simbol, maka kita merujuk kepada referent, misalnya, apa itu, di mana itu, kapan itu, siapa itu yang berada di dunia nyata.

Odgen dan Richard menyatakan bahwa adalah penting untuk menemukan referent agar diketahui apakah satu reference benar atau tidak. Dan jika reference benar, maka ia merujuk kepada fakta. Mereka mengatakan “If a reference ‘hangs together’ in the way the actual referent hangs together, the reference is true and refers to a fact”. Secara simbolis, Odgen dan Richard mengatakan terdapat reference yang kompleks karena beberapa reference dihubungkan satu dengan yang lain. Nah, jika reference kompleks yang saling berhubungan itu tepat sesuai dengan cara referent berhubungan dengan faktual, maka peryataan itu logikal. Hal yang penting dalam ilmu simbolisme ialah mencocokkan konteks psikologis dan konteks fisikal atau kita harus mencocokkan reference yang kompleks dan referent yang kompleks pula. Jika kita telah mencocokkan reference yang kompleks dan referent yang kompleks, maka reference itu benar dan logis (Parera 1990 : 29-31)

(7)

14   

2.3 Konsep Shinto

Menurut Tanaka (2002 : 298) menyatakan bahwa pengertian Shinto didefinisikan sebagai berikut :

一般に「 神道 」と言った場合、「 日本民族などの固有の神、神霊 に基づいて発生し、してきた宗教の総称で 」あるとされているが、 神霊や神について信念のや伝統的な祭祝ばかりでなく、広く生活習 俗や伝承されている考え方などもその中に含まれる。

Terjemahan:

Pada dasarnya, Shinto adalah nama umum yang diberikan kepada kepercayaan terhadap dewa dan roh. Bukan hanya itu, ajaran Shinto menjadi pedoman orang Jepang dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.

Menurut Ono (1998 : 2), Shinto berasal dari dua huruf kanji, yakni kanji shin 「 神 」yang berarti kami atau dewa sedangkan tou atau dou「 道 」 berarti

michi atau jalan, sehingga secara harafiah Shinto dapat diartikan sebagai “jalan para dewa”. Kemudian Ueda (1996 : 27) memberikan definisi tentang pembagian agama Shinto sebagai berikut.

Basic forms. As a religious system, contemporary Shinto has four main forms: the Shinto of Imperial House (koushitsu Shinto), Shrine Shinto (jinja Shinto), Sect Shinto (kyouha Shinto), and Folk Shinto (minkan Shinto).

Terjemahan:

Pada dasarnya. Sebagai sistem agama, Shinto kontemporer memiliki empat bentuk utama: Shinto dari Imperial House (koushitsu Shinto), Kuil Shinto (jinja Shinto), Sekte Shinto (kyouha Shinto), dan Mitos Shinto

(8)

2.4 Konsep Kadomatsu

Kadomatsu 「門松」 yang mengandung arti penjaga pintu gerbang, yang berasal dari dua kanji yaitu 「門」dibaca mon atau kado dan 「松」matsu

adalah dekorasi tahun baru yang dirancang untuk menarik perhatian kami. Dalam tahun baru, arwah leluhur dipercaya datang kembali ke rumah yang dulu pernah dia tinggali dalam bentuk toshigami. Awal kemunculan kadomatsu berasal dari tiongkok. Tradisi ini diperkenalkan ke Jepang pada zaman heian Brandon (1994 : 67). Akan tetapi, pemotongan bambu secara zundou cukup jarang sekali ditemukan. Pada umumnya pemotongan bambu secara sogi yang sering kita temukan. Selain bambu, di dalam kadomatsu terdapat daun cemara dan aprikot. Bambu dan daun cemara selalu di kombinasikan dengan aprikot. Trio bambu, daun cemara pinus dan aprikot juga dikenal dengan sebutan three friends of winter

atau dalam bahasa Jepang disebut dengan Sho-Chiku-Bai 「 松 竹 梅 」 daun

cemara pinus (matsu) bertahan lama mengandung makna dikaitkan dengan panjang umur, dan untuk bambu (take) mengandung makna dengan kekuatan dan fleksibilitas. Sedangkan plum (ume), pohon pertama yang mekar dalam cuaca dingin, mekar di tahun baru ketika kalender lunar digunakan dan merupakan simbol dari keindahan dan harapan untuk tahun yang lebih baik (Bess dan Wein 2007 : 170). Shimoyama (2008 : 135) memberikan penjelasan tentang kadomatsu sebagai berikut.

正月に年神が訪れ、一年の幸福を宿す所とされています。外から見

て左に雄松(葉は硬いもの) 、右に雌松(葉が柔らかく技が多もの) 

と、左右一対で飾ります。 Terjemahan:

Satu set kadomatsu ditempatkan di pintu depan pekarangan rumah dan tempat umum, hal ini di yakini karena pada tahun baru dewa akan

(9)

16   

menginap selama musim tahun baru dan dengan begitu akan mendapatkan keberuntungan. Kadomatsu dihiasi sebagai sepasang, dengan kadomatsu laki-laki, yang terdiri dari daun keras, di pasang di sebelah kanan, dan kadomatsu perempuan, yang terdiri dari daun lembut, di pasang di sebelah kiri .

Shimoyama menjelaskan (2008 : 134) sebaiknya pemasangan kadomatsu dilakukan pada tanggal 27, 28 dan 30 Desember. Pada tanggal 29 Desember tidak baik memasang kadomatsu hal ini dikarenakan, dalam bahasa Jepang tanggal 29 「二十く」dibaca nijuuku mengandung makna menderita dan dianggap sial.

Selain tanggal 29 Desember, pada tanggal 31 Desember tidak diperbolehkan memasang kadomatsu karena hari itu juga dianggap sebagai hari sial.

Ornamen di dalam kadomatsu terdiri dari 「松」cemara, 「竹」bambu dan

「 梅 」 plum. Berikut ini adalah gambar kadomatsu dan penjelasan letak

ornament 「松竹梅」diletakan. Gambar 2.2 Kadomatsu Sumber: http://haradakun.cool.ne.jp/nihonbunka/kadomatu.jpg 「松」cemara 「梅」plum 「竹」bambu

(10)

2.4.1 Konsep Cemara「松」Matsu Menurut Shinto

Pohon cemara merupakan tumbuhan yang mempunyai makna yang penting dalam kehidupan masyarakat Jepang. Norman dan Cornell (2003 : 93) mengemukakan pengertian konsep pohon cemara sebagai berikut.

Pine, the king of the trees, is one of the most traditional ikebana materials. It is often used in festival arrangements, especially at New Year’s. Pine symbolizes constancy, endurance, and happiness.

Terjemahan:

Pohon cemara, raja pohon, adalah salah satu bahan ikebana yang paling tradisional. Hal ini sering digunakan dalam pengaturan festival, terutama pada tahun baru. Pohon cemara melambangkan keteguhan, daya tahan, dan kebahagiaan.

Kemudian Aikawa (2002 : 328) memberikan definisi tentang cemara sebagai berikut.

松は常緑樹で、樹齢が長く、巨木となるところから、長寿や節操を表 すめでたい木とされる。正月や祝いの席に松の生け花や盆栽を飾るの はこのためである。

Terjemahan:

Karena pepohonan cemara yang megah, tumbuh menjadi pohon-pohon yang menjulang tinggi, mereka diambil sebagai simbol umur yang panjang dan keteguhan. Dekorasi cemara atau bonsai yang ditetapkan di tahun baru dan pada kesempatan keberuntungan lainnya.

Pohon cemara di Jepang digunakan sebagai pohon yang memiliki makna khusus pada perayaan Tahun Baru sebagai kadomatsu yang memiliki makna sebagai harapan untuk kesehatan dan panjang umur. Selain itu pohon cemara juga dipercaya sebagai kendaraan dari para dewa-dewi untuk keluar masuk dari dunia ini (Brandon 1994 : 164). Hal ini didukung dengan pernyataan Motoji (2001 : 40) memberikan definisinya tentang cemara sebagai berikut. 

(11)

18   

Since ancient times, the pine (matsu) has been revered as a tree of long life and good fortune. It appears often in a variety of pattern: the tree alone; pine needles; pine nut; and Matsubara, a place known for its pine.

Terjemahan:

Sejak zaman kuno, cemara (matsu) telah dipuja sebagai pohon kehidupan yang panjang dan keberuntungan. Cemara sering muncul dalam berbagai pola: pohon saja; jarum cemara; kacang cemara; dan matsubara, sebuah tempat yang di kenal cemaranya.

Berikut ini adalah gambar daun cemara yang digunakan dalam kadomatsu.

Gambar 2.3 Daun Cemara

Sumber: http://www.sozai-free.com/sozai/images/730-matsu.jpg 

 

2.4.2 Konsep Bambu「竹」Take Menurut Shinto

Wong (2004 : 1) mengemukankan bahwa bambu, salah satu botanical yang dianggap sebagai kelompok khusus dalam keluarga rumput yang menarik untuk alasan yang berbeda. Sebagian besar Cina, Jepang, Indian dan orang-orang Asia Tenggara dan Amerika Selatan, bambu sangat berhubungan erat dengan baik budaya dan bahkan kelangsungan hidup, sejak zaman kuno. Secara garis besar penggunaan bambu sebagai obat, konstruksi, kain, alat musik, bahan dasar kerajinan tangan, pengolahan air dan transportasi. Bees dan Wein (2007 : 18) menyatakan dalam ritual, bambu sebagai simbol dari pemurnian, fleksibilitas,

(12)

ketahanan, dan kebenaran, bambu memegang peranan penting dalam berbagai ritual keagamaan dan festival di Jepang. Dalam beberapa festival, bambu dipilih karena karakteristik simbolisme bambu yang cepat tumbuh, fleksibilitas, warna hijau terang yang menggambarkan pemurnian dan pembaharuan, dan tidak tergantikan. Beberapa jenis bambu khusus pada tahun baru yang digunakan pada kadomatsu untuk menciptakan lingkungan yang ramah bagi roh-roh pelindung. Kemudian Aikawa (2002 : 330) memberikan penjelasan konsep bambu sebagai berikut.

竹は強い萌芽力、まっすぐにすくすく伸びる生長力、常緑のすがす がし姿、地下茎の豊かな広がり、などから繁栄の象徴とされる。竹 はまた神霊を招くとされ、正月の門松に添える。

Terjemahan:

Bambu adalah tumbuhan yang sangat kuat, yang tumbuh sangat lurus, sangat tinggi, dan sangat cepat. Dengan struktur akar yang kokoh, melambangkan simbol kemakmuran. Bambu juga digunakan dalam dekorasi tahun baru, kadomatsu untuk mengundang para dewa.

Menurut Brandon (1994 : 67) ada dua jenis cara pemotongan bambu dalam kadomatsu yaitu, secara sogi (ujung bambu dipotong secara diagonal) dan secara zundou (ujung bambu dipotong secara mendatar). Bees dan Wein (2007 : 168) menjelaskan pemotongan bambu pada konstruksi kadomatsu simbolis dibuat secara teratur dengan puncak-puncak dari tiga tiang vertikal dari bambu yang dipotong secara tajam atau diagonal ke atas (sogi), sebagian besar masyarakat Jepang percaya tiga bambu yang dipotong secara sogi ini untuk menusuk roh jahat.

(13)

20   

Gambar 2.4 Bambu

Sumber: http://markhemmings.blogspot.com 

2.4.3 Konsep Ume「梅」Menurut Shinto

Bees dan Wein (2007 : 170) menjelaskan pohon ume (bai), pohon pertama yang mekar dalam cuaca dingin, mekar di tahun baru ketika kalender lunar digunakan dan merupakan simbol dari keindahan dan harapan untuk tahun yang lebih baik. Berikut ini adalah gambar ume yang digunakan dalam kadomatsu.

Gambar 2.5 Ume

(14)

Menurut Aikawa (2002 : 334) konsep plum atau ume memiliki makna sebagai berikut. 梅は奈良時代に中国から渡来した。梅は清楚、清雅、気品、忍耐など のイメ一ジをもつ。早春、百花にさきがけ、高い香気を放って咲く梅 の花の愛好者は多い。 Terjemahan:

Diperkenalkan dari Cina pada periode nara ketika itu segala sesuatu dalam mode Cina. Ume, adalah kerapian, kemurnian, martabat, dan kesabaran.

Mekar pada awal musim semi, aroma manis telah memenangkan banyak hal mengagumi.

Kemudian Rowthorn dan Florence (2001 : 21) memberikan penjelasan tentang plum atau ume sebagai berikut.

Japanese tradition holds that the Ume functions as a protective charm against evil.For this reason, the Ume is traditionally planted in the north-east of the garden, the direction from which evil is believed to come.The eating of the pickled fruit for breakfast is also supposed to stave off misfortune.

Terjemahan:

Tradisi Jepang menyatakan bahwa fungsi ume sebagai benda untuk melindungi dari kejahatan. Untuk alasan ini, ume secara tradisional ditanam di bagian utara timur taman, yang diyakini dari arah situlah roh jahat akan datang. Makan dari buah acar untuk sarapan juga baik untuk mencegah kemalangan.

Gambar

Gambar 2.3 Daun Cemara
Gambar 2.5 Ume

Referensi

Dokumen terkait

Makna denotatif adalah makna dari sebuah frasa atau kata yang tidak mengandung arti atau perasaan tambahan.. Dalam hal ini seorang penulis yang hanya

Pada bab dua ini akan dibahas mengenai teori-teori yang digunakan penulis untuk membangun sistem yaitu mengenai pembangunan aplikasi penyaringan spam e-mail pada

Teori komponen makna menggunakan komponen-komponen dalam suatu leksem yang berperan sebagai pembeda terhadap leksem lain yang memiliki makna yang berdekatan,

Bab ini antara lain akan menjelaskan tentang tinjauan pustaka, pengertian resep menu makanan sehat, multimedia, serta sekilas penjelasan perangkat lunak yang digunakan untuk

Analisis lingkungan internal bisnis dari sebuah perusahaan digunakan untuk membantu dalam mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang ada pada perusahaan, serta membantu

Dari pendapat tersebut, penulis dapat memahami bahwa tanda merupakan segala yang dianggap memiliki makna, sehingga penulis beragumen bahwa warna hitam pada

Bab ini berisi hasil analisis-analisis dari penulis berdasarkan pada teori-teori yang terdapat di landasan teori tentang makna semiotik dan makna semiotik simbol kadomatsu dan

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Judul Penulis Tahun Penerapan Profile Matching Untuk