• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH INFLASI DAN ANGKATAN KERJA TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI KOTA MAKASSAR SKRIPSI. Oleh: MUH. RIZAL NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH INFLASI DAN ANGKATAN KERJA TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI KOTA MAKASSAR SKRIPSI. Oleh: MUH. RIZAL NIM"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh:

MUH. RIZAL

NIM 105711119016

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021

(2)

ii

PENGARUH INFLASI DAN ANGKATAN KERJA TERHADAP

TINGKAT PENGANGGURAN DI KOTA MAKASSAR

SKRIPSI

Oleh:

MUH. RIZAL

NIM 105711119016

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Makassar

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021

(3)

iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

PERSEMBAHAN

Karya ilmiah Muh. Rizal ini dipersembahkan untuk kedua orang tua, saudara/i yang telah mendukung dan memberikan motivasi sehingga penulis bisa sampai ke titik ini serta penulis juga berterima kasih kepada Dosen Pembimbing I Bapak H. Andi Jam’an dan Dosen pembimbing II Bapak Asdar atas bimbingan dan arahannya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

MOTTO HIDUP

(4)
(5)
(6)
(7)

vii

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya berupa ilmu pengetahuan, petunjuk dan kesehatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi yang berjudul “Pengaruh Inflasi dan Angkatan Kerja Terhadap Tingkat Pengangguran di Kota Makassar” ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad Salallahu alaihi wasallam dan juga keluarga, sahabat, serta para pengikut beliau.

Skripsi ini ditulis merupakan dan persyaratan untuk menyelesaikan studi pendidikan program Strata Satu (SI) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE).

Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua penulis bapak Rudi dan ibu Wahyuni yang telah berjasa selama ini dengan pelajaran hidup yang diberikan juga saudara tercinta yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat hingga akhir studi ini. Serta seluruh keluarga besar atas segala pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat kepada:

(8)

viii

1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Ismail Rasulong, SE., MM, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Hj. Naidah SE., M.Si, selaku Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Dr. Andi Jam’an, SE,.M.Si selaku Pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi selesai dengan baik.

5. Bapak Asdar, SE., M.Si, selaku Pembimbing II yang telah berkenan membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga ujian skripsi.

6. Bapak/Ibu dan asisten dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah banyak menuangkan ilmunya kepada penulis selama mengikuti kuliah.

7. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

8. Rekan - rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis program studi Ekonomi Pembangunan Angkatan 2016 yang selalu belajar bersama yang tidak sedikit bantuannya dan dorongan dalam aktivitas studi penulis

9. Semua penghuni kontrakan Gerhana Alauddin Blok E/20 yang senantiasa menjadi pendorong dan penyemangat dalam menyusun skripsi ini.

10. Terima kasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa saya tuliskan satu per- satu yang telah memberikan semangat dan motivasi sehingga penulis dapat

(9)

ix merampungkan penulisan skripsi ini.

Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritiknya demi kesempurnaan skripsi ini.

Mudah-mudahan skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak utamanya kepada almamater kampus biru Universitas Muhammadiyah Makassar.

Billahi Fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Makassar, Januari 2021

(10)

x

ABSTRAK

Muh. Rizal, Tahun 2020. “Pengaruh Inflasi dan Angkatan Kerja Terhadap Tingkat Pengangguran di Kota Makassar”. Skripsi Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Pembimbing I Andi Jam’an dan pembimbing II Asdar.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Inflasi dan Angkatan Kerja terhadap Tingkat Pengangguran di Kota Makassar. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Data yang diolah adalah data sekunder yakni Inflasi, Angkatan Kerja dan Pengangguran di Kota Makassar Tahun 2011-2019.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap pengangguran di Kota Makassar, ini terlihat dari hasil olah data di mana nilai koefisien regresi sebesar 0,484 dengan nilai signifikan 0,767 yang lebih besar dari 0,05 (0,767>0,05) dan angkatan kerja berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap pengangguran di Kota Makassar, ini terlihat dari hasil olah data di mana nilai koefisien regresi sebesar -0,097 dengan nilai signifikan 0,373 dari 0,05 (0,373>0,05).

(11)

xi

ABSTRACT

Muh. Rizal, 2020. "The Influence of Inflation and the Labor Force on

Unemployment Rate in Makassar City". Thesis of Development Economics Study Program, Faculty of Economics and Business, Muhammadiyah University of Makassar. Supervised by Advisor I Andi Jam'an and mentor II Asdar.

This study aims to determine the effect of inflation and the labor force on the unemployment rate in Makassar City. This type of research used in this research is quantitative research. The data processed is secondary data, namely inflation, labor force and unemployment in the city of Makassar in 2011-2019.

The results showed that inflation has a positive but not significant effect on unemployment in Makassar City, this can be seen from the results of data processing where the regression coefficient value is 0.484 with a significant value of 0.767 which is greater than 0.05 (0.767> 0.05) and the workforce has an effect. negative but not significant to unemployment in Makassar City, this can be seen from the results of data processing where the regression coefficient value is -0.097 with a significant value of 0.373 from 0.05 (0.373> 0.05).

(12)

xii

DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... vi

LEMBAR PENGESAHAN ... v

LEMBAR PERNYATAAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK BAHASA INDONESIA ... x

ABSTRACT ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... vx BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 6 C. Tujuan Penelitian ... 6 D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori ... 8 1. Tingkat Inflasi ... 8 2. Angkatan Kerja ... 14 3. Tingkat Pengangguran ... 16 B. Tinjauan Empiris ... 18 C. Kerangka Konsep ... 19 D. Hipotesis... 22

(13)

xiii BAB III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... 23

B. Lokasi dan Waktu Penelitian... 23

C. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 24

D. Populasi dan Sampel ... 25

E. Teknik Pengumpulan Data ... 26

F. Teknik Analisis Data ... 26

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 30

B. Hasil Penelitian ... 32

1. Deskripsi Variabel ... 32

2. Uji Asumsi Klasik ... 36

3. Analisis Regresi Linear Berganda ... 39

4. Uji Hipotesis ... 41

C. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Pengaruh Inflasi Terhadap Pengangguran di Kota Makassar ... 44

2. Pengaruh Angkatan Kerja Terhadap Pengangguran di Kota Makassar ... 45 BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 46 B. Saran ... 47 DAFTAR PUSTAKA ... 48 LAMPIRAN ... 50

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 17

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran ... 23

Tabel 4.1 Inflasi di Kota Makassar Tahun 2011-2019 ... 33

Tabel 4.2 Angkatan Kerja di Kota Makassar Tahun 2011-2019 ... 34

Tabel 4.3 Tingkat Pengangguran di Kota Makassar Tahun 2011-2019 ... 35

Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas ... 39

Tabel 4.5 Hasil Uji Analisis Regresi Linear Berganda ... 40

Tabel 4.6 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 41

Tabel 4.7 Hasil Uji Simultan ... 42

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Konsep ... 21

Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitasp ... 37

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Suatu negara dipandang berhasil atau tidak dalam memecahkan permasalahan ekonomi negaranya sendiri dapat dilihat dari ekonomi makro dan mikro negara tersebut. Ekonomi makro adalah kajian tentang aktivitas yang membahas ekonomi suatu negara. Salah satu indikator ekonomi makro yang digunakan untuk melihat/mengukur stabilitas perekonomian suatu negara adalah inflasi. Perubahan dalam indikator ini akan berdampak terhadap dinamika pertumbuhan ekonomi. Dalam perspektif ekonomi, inflasi merupakan fenomena moneter dalam suatu negara di mana naik turunnya inflasi cenderung mengakibatkan terjadinya gejolak ekonomi.

Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang sangat ditakuti oleh semua negara. Inflasi itu sendiri yaitu kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan secara terus menerus. Pembicaran mengenai inflasi mulai sangat populer di Indoenesia ketika laju inflasi demikian tingginya hingga mencapai 650% pada pertengahan dasawarsa 1960an. Tingginya inflasi tersebut dengan berbagai implikasi negatif nya telah menyebabkan pemerintah memberikan perhatian yang khusus terhadap laju inflasi. Dengan kebijaksanaan makro ekonomi yang diarahkan pada penekanan laju inflasi tidak lagi mengalami inflasi yang doble-digit.

Inflasi pada 2018 rendah terkendali dalam rentang sasaran 3,5±1%, meskipun pada saat bersamaan rupiah mengalami depresiasi. Inflasi IHK pada akhir 2018 tercatat 3,13%, sehingga membuat inflasi berada dalam

(17)

kisaran sasaran dalam 4 tahun berturut-turut. Inflasi 2018 tercatat rendah, baik bila dibandingkan dengan capaian inflasi tahun 2017 (3,61%) maupun dengan rerata historis empat tahun terakhir (4,59%). Inflasi yang rendah satu sisi dipengaruhi faktor siklikal dari global dan domestik. Dari global, inflasi yang rendah dipengaruhi oleh harga pangan global yang menurun, kemudian berpengaruh positif pada harga pangan domestik. Dari domestik, permintaan yang terkendali juga memengaruhi tekanan inflasi yang terus menurun inflasi VF yang rendah dan inflasi AP yang minimal juga berpengaruh pada rendahnya inflasi 2018.

Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya. Lebih jauh dari itu, inflasi yang rendah pada sisi lain tidak terlepas dari pengaruh perbaikan struktural karakter inflasi Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Perbaikan struktural dipengaruhi oleh kebijakan moneter yang konsisten menjangkar ekspektasi inflasi pelaku ekonomi. Struktur pasar yang semakin kompetitif juga sejalan dengan struktur persaingan pasar ritel yang makin kompetitif di tengah perkembangan

(18)

3

pembentukan harga pangan di tingkat konsumen, seperti dengan adanya Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), juga mempengaruhi penurunan tren inflasi. Perbaikan struktural lain yang memengaruhi penurunan inflasi ialah distribusi dan logistik barang yang lebih lancar. Kondisi ini tidak terlepas dari dampak positif kordinasi erat bank Indonesia dengan Pemerintah Pusat dan Daerah melalui tim pengendalian inflasi pusat (TPIP) dan tim pengendalian inflasi daerah (TPID).

Pengangguran merupakan masalah bagi semua negara di dunia. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi akan mengganggu stabilitas nasional setiap negara. Sehingga setiapnegara berusaha untuk mempertahankan tingkat pengangguran pada tingkat yang wajar. Dalam teori makro ekonomi masalah pengangguran dibahas pada pasar tenaga kerja yang juga dihubungkan dengan keseimbangan antara tingkat upah dan tenaga kerja masalah pengangguran selalu menjadi permasalahan yang sulit terpecahkan disetiap negara sebab jumlah penduduk yang bertambah semakin besar tiap tahunnya, akan menyebabkan meningkatnya jumlah orang pencari kerja, dan seiring itu tenaga kerja juga akan bertambah. Jika tenaga kerja tidak dapat terserap ke dalam lapangan pekerjaan maka mereka akan tergolong ke dalam orang yang menganggur.

Pengangguran merupakan masalah yang serius dan membutuhkan penanganan cepat baik dari pemerintah maupun pihak swasta demi keberlangsungan hidup serta perputaran ekonomi yang saling berinteraksi satu sama lain. Adapun penyebab pengangguran yaitu pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, angkatan kerja, upah minimum, tingkat kemiskinan, dan tingkat pendidikan suatu wilayah (Nugroho, 2014).

(19)

Berdasarkan hasil penelitian di Kota Jambi mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi secara signifikan berpengaruh terhadap pengangguran. Hal ini menandakan pertumbuhan ekonomi merupakan tolak ukur perekonomian suatu daerah dengan salah satu indikator makro dan mikro dengan tersedianya infrastruktur yang memadai (Rosalina, 2018).

Sedangkan data BPS Provinsi Sulawesi Selatan mencatat tingkat pengangguran terdapat peningkatan menjadi 6,07% dari total angkatan kerja sebanyak 4.160.680 orang dan yang menganggur 252.499 orang khususnya di Kota Makassar menjadi daerah yang paling tinggi tingkat pengangguran di Sulawesi Selatan sebesar 10,39% (BPS, 2020).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia jumlah pengangguran per Februari 2020 mencapai 6,88 juta orang, jumlah ini naik 0,06 juta atau 60 ribu orang dibandingkan Februari 2019. Penurunan jumlah tenaga kerja terjadi dibeberapa sektor seperti industri barang bekas, perdagangan reparasi, dan perawatan mobil (BPS, 2020).

Dengan adanya krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 2020 yang disebabkan oleh pandemi mendorong penurunan penghasilan dengan pemutusan hubungan kerja menyebabkan tingkat pengangguran semakin tinggi. Berdasarkan hasil penelitian mengatakan bahwa tingkat kemiskinan berpengaruh terhadap tingkat pengangguran (Nugroho, 2014).

Berdasarkan penjabaran tema diatas tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pengangguran di Indonesia Khusunya Kota Makassar, maka penulis mengangkat judul “Pengaruh Inflasi dan Angkatan Kerja Terhadap Pengangguran di Kota MakassarTahun 2011 - 2019”.

(20)

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang disampaikan, maka rumusan masalah dalam penelitian sebagai berikut:

1. Apakah inflasi berpengaruh terhadap tingkat pengangguran di Kota Makassar tahun 2011 - 2019?

2. Apakah angkatan kerja berpengaruh terhadap tingkat pengangguran di Kota Makassar tahun 2011 - 2019?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang dicapai dalam penelitian sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh inflasi terhadap tingkat pengangguran di Kota Makassar tahun 2011 - 2019.

2. Untuk mengetahui pengaruh angkatan kerja terhadap tingkat pengangguran di Kota Makassar tahun 2011 - 2019.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini penting untuk dilakukan dan diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian diharapkan dapat memberikan bantuan pemikiran dan perkembangan ilmu pengetahuan studi ekonomi pembangunan tentang pengaruh inflasi dan angkatan kerja terhadap tingkat pengangguran di Kota Makassar.

(21)

2. Manfaat Praktis a. Bagi Penulis

Diharapkan dapat menambah pengetahuan, wawasan, dan gambaran serta sebagai acuan untuk peneliti selanjutnya yang tertarik meneliti tentang tingkat pengangguran di Indonesia khususnya Kota Makassar b. Bagi Instansi

Diharapkan dapat menjadi referensi atau masukan bagi penentu kebijakan dalam hal ini Pemerintah maupun Swasta guna mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia khususnya di Kota Makassar terkait dengan kebijakan tepat sasaran.

c. Bagi Universitas Muhammadiyah Makassar

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah karya ilmiah yang melenpgkapi pengetahuan dan wawasan yang ada di perpustakaan Universitas Muhammadiyah Makassar.

(22)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori 1. Inflasi

Inflasi adalah proses meningkatnya harga-harga secara umum dan bersifat terus menerus yang berkaitan dengan mekanisme pasar disebabkan oleh beberapa faktor seperti konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihan likuiditas dipasar yang memicu konsumsi ketidak lancaran distribusi barang dan jasa.

Adapun pengertian Inflasi menurut para ahli sebagai berikut: a. Parkin dan Bade

Inflasi adalah pergerakan ke arah atas dari tingkat harga, secara mendasar ini berhubungan dengan harga hal ini bisa juga disebut dengan berapa banyaknya uang untuk diperoleh barang tersebut. b. Nopirin

Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus menerus selama periode tertentu.

c. A. P. Lahnerinflasi

Inflasi adalah suatu keadaan yang dimana sudah terjadinya kelebihan dari suatu permintaan atas barang-barang didalam suatu perekonomian dengan cara menyeluruh.

Inflasi dapat diartikan sebagai gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus menerus (Rahardja & Manurung, 2004). Dari definisi ini ada tiga syarat untuk dapat dikatakan telah terjadi inflasi.

(23)

Pertama, adanya kenaikan harga. Kedua, kenaikan tersebut terjadi terhadap harga-harga barang secara umum. Ketiga, kenaikan tersebut berlangsung cukup lama. Dengan demikian kenaikan harga yang terjadi pada hanya satu jenis barang, atau kenaikan yang terjadi hanya sementara waktu tidak dapat disebut dengan inflasi.

Pandangan kaum moneteris menganggap inflasi sebagai akibat dari jumlah uang yang beredar yang terlalu banyak, sehingga daya beli uang tersebut (purchasing power of money) menurun (Mangkoesoebroto & Algifari,1998) sebagai akibatnya harga barang-barang menjadi naik. Sedangkan menurut kaum strukturalis, inflasi merupakan gejala ekonomi yang disebabkan oleh masalah struktural seperti masalah gagal panen yang menyebabkan kekurangan persediaan barang, sehingga tidak dapat memenuhi jumlah permintaan secara keseluruhan, sebagai akibat harga barang tersebut mengalami kenaikan.

a. Jenis-Jenis Inflasi

Inflasi yang terjadi dapat dikelompokkan berdasarkan sifat, sebab terjadinya, dan berdasarkan asalnya.

1) Inflasi Berdasarkan Sifatnya

Berdasarkan sifatnya, inflasi dibagi menjadi empat kategori utama yaitu:

a) Inflasi Rendah (Creeping Inflation), yaitu inflasi yang besarnya kurang dari 10% pertahun. Inflasi ini dibutuhkan dalam ekonomi karena akan mendorong produsen untuk memproduksi lebih banyak barang dan jasa.

(24)

9

b) Inflasi Menengah (Galloping Inflation), yaitu inflasi yang besarnya antara 10-30% per tahun. Inflasi ini biasanya ditandai oleh naiknya harga-harga secara cepat dan relatif besar. Angka inflasi pada kondisi ini biasanya disebut inflasi 2 digit, misalnya 15%, 20%, dan 30%.

c) Inflasi Berat (High Inflation), yaitu inflasi yang besarnya antara 30- 100% per tahun.

d) Inflasi Sangat Tinggi (Hyperinflation), yaitu inflasi yang ditandai oleh naiknya harga secara drastis hingga mencapai 4 digit (diatas 100%). Pada kondisi ini, masyarakat tidak ingin lagi menyimpan uang, karena nilainya turun sangat tajam sehingga lebih baik ditukarkan dengan barang.

2) Inflasi Berdasarkan Sebabnya

a) Demand Pull Inflation Inflasi ini terjadi sebagai akibat pengaruh permintaan yang tidak diimbangi oleh peningkatan jumlah penawaran produksi. Akibatnya sesuai dengan hukum permintaan, jika permintaan banyak sementara penawaran tetap, harga akan naik. Jika hal ini berlangsung secara terus-menerus, akan mengakibatkan inflasi yang berkepanjangan. Oleh karena itu, untuk mengatasinya diperlukan adanya pembukaan kapasitas produksi baru dengan penambahan tenaga kerja baru.

b) Cost Push Inflation Inflasi ini disebabkan karena kenaikan biaya produksi yang disebabkan oleh kenaikan biaya input atau biaya faktor produksi. Akibat naiknya biaya faktor

(25)

produksi, dua hal yang dapat dilakukan oleh produsen, yaitu langsung menaikkan harga produknya dengan jumlah penawaran yang sama atau harga produknya naik karena penurunan jumlah produksi.

c) Bottle Neck Inflation Inflasi ini dipicu oleh faktor penawaran (supply) atau faktor permintaan (demand). Jika dikarenakan faktor penawaran maka persoalannya adalah sekalipun kapasitas yang ada sudah terpakai tetapi permintaannya masih banyak sehingga menimbulkan inflasi. Adapun inflasi kerena faktor permintaan disebabkan adanya likuiditas yang lebih banyak, baik itu berasal dari sisi keuangan (monetary) atau akibat tingginya ekspektasi terhadap permitaan baru (Wijayanta & Aristanti, 2007).

b. Penyebab Inflasi

Inflasi dapat digolongkan karena penyebab-penyebabnya yaitu sebagai berikut:

1) Natural Inflation dan Human Error Inflation. Natural Inflation adalah inflasi yang terjadi karena sebab-sebab alamiah yang manusia tidak mempunyai kekuasaan dalam mencegahnya. 2) Human Error Inflation adalah inflasi yang terjadi karena kesalahan

yang dilakukan oleh manusia sendiri.

3) Actual/Anticipated/ Expected Inflation dan Unanticipated/ Unexpected Inflation. Pada Expected Inflation tingkat suku bunga

pinjaman riil sama dengan tingkat suku bunga pinjaman nominal dikurangi inflasi. Sedangkan pada Unexpected Inflation tingkat

(26)

11

suku bunga pinjaman nominal belum atau tidak merefleksikan kompensasi terhadap efek inflasi.

4) Demand Pull dan Cost Push Inflation. Demand Pull diakibatkan oleh perubahan-perubahan yang terjadi pada sisi Permintaan Agregatif (AD) dari barang dan jasa pada suatu perekonomian.

Cost Push Inflation adalah inflasi yang terjadi karena adanya

perubahan-perubahan pada sisi Penawaran Agregartif (AS) dari barang dan jasa pada suatu perekonomian.

5) Spiralling Inflation Inflasi jenis ini adalah inflasi yang diakibatkan inflasi yang terjadi sebelumnya yang mana inflasi yang sebelumnya itu terjadi sebagai akibat dari inflasi yang terjadi sebelumnya lagi begitu seterusnya.

6) Imported Inflation dan Domestic Inflation. Imported Inflation adalah inflasi di negara lain yang ikut dialami oleh suatu negara karena harus menjadi price taker dalam pasar internasional. Domestic

Inflation bisa dikatakan inflasi yang hanya terjadi didalam suatu

negara yang tidak begitu mempengaruhi negara-negara lainnya. c. Metode Perhitungan

Angka inflasi dihitung berdasarkan angka indeks yang dikumpulkan dari beberapa macam barang yang diperjual belikan di pasar dengan masing-masing tingkat harga (barang-barang ini tentu saja yang paling banyak dan merupakan kebutuhan pokok atau utama bagi masyarakat). Berdasarkan data harga itu disusunlah suatu angka yang diindeks, angka indeks yang memperhitungkan semua barang yang dibeli oleh konsumen pada masing-masing harganya disebut

(27)

sebagai indeks harga konsumen (IHK atau consumer price index = CPI).

Berdasarkan indeks harga konsumen dapat dihitung berapa besarnya laju kenaikan harga-harga secara umum dalam periode tertentu. Biasanya setiap bulan, 3 bulan, dan 1 tahun. Selain menggunakan IHK, tingkat inflasi juga dapat dihitung dengan menggunakan GNP atau PDB deflator, yaitu membandingkan GNP atau PDB yang diukur berdasarkan harga berlaku (GNP atau PDB nominal) terhadap GNP atau PDB harga konstan (GNP atau PDB riel). Adapun rumus untuk menghitung tingkat inflasi adalah:

In= IHKn-IHKn-1 IHKn-1 In= Dfn-Dfn-1 c Dfn-1 100% d. Dampak Inflasi

Dampak inflasi terhadap suatu perekonomian diantaranya sebagai berikut:

1) Nilai suatu mata uang akan mengalami penurunan dan daya beli mata uang tersebut menjadi semakin rendah. Penurunan daya beli mata uang selanjutnya berdampak pada individu, dunia usaha dan APBN, dengan kata lain, laju inflasi yang tinggi dapat berdampak buruk terhadap perekonomian secara keseluruhan.

2) Inflasi mendorong redistribusi pendapatan diantara anggota masyarakat, hal inilah yang disebut dengan efek redistribusi dari inflasi. Inflasi akan mempengaruhi kesejahteraan ekonomi anggota masyarakat, sebab redistribusi pendapatan yang terjadi akibat inflasi akan mengakibatkan pendapatan riil satu orang meningkat, tetapi pendapatan riil yang lain akan jatuh. Umumnya

(28)

13

bagi mereka yang berpendapatan tetap seperti pegawai negeri akan mengalami dampak negatif inflasi, hal tersebut dikarenakan inflasi yang tinggi pendapatan riil mereka akan turun.

3) Inflasi menyebabkan perubahan-perubahan dalam output dan kesempatan kerja. Hal tersebut terjadi dikarenakan inflasi memotivasi perusahaan untuk memproduksi lebih atau kurang dari yang telah dilakukan selama ini (Firmansyah, 2014).

2. Angkatan Kerja

Angkatan kerja dapat dijelaskan dengan beberapa definisi yaitu angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu waktu tertentu (Sukirno, 2013).

Selain itu angkatan kerja dapat didefinisikan dengan penduduk usia kerja yang bekerja atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan yang sedang mencari pekerjaan (Feriyanto,2014). Menurut Mulyadi, angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat atau berusaha untuk terlibat dalam kegiatan produksi yaitu produksi barang dan jasa (Sabri, 2014).

Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan diatas maka dapat disimpulkan bahwa angkatan kerja adalah penduduk usia kerja, yaitu penduduk yang berusia 15 tahun ke atas yang memiliki pekerjaan maupun yang sedang mencari pekerjaan. Angkatan kerja yaitu tenaga kerja berusia 15 tahun yang selama seminggu yang lalu mempunyai pekerjaan, baik yang bekerja maupun yang sementara tidak bekerja karena suatu alasan.

(29)

Angkatan kerja terdiri dari pengangguran dan penduduk bekerja. Pengangguran adalah mereka yang sedang mencari pekerjaan atau mereka yang mempersiapkan usaha atau mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan dan mereka yang sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja dan pada waktu bersamaan mereka tidak bekerja.

Pengangguran dengan konsep ini disebut dengan pengangguran terbuka. Sedangkan penduduk bekerja didefinisikan sebagai penduduk yang melakukan kegiatan ekonomi dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan selama paling sedikit satu jam secara tidak terputus selama seminggu yang lalu. Penduduk yang bekerja dibagi menjadi dua, yaitu penduduk yang bekerja penuh dan setengah menganggur, setengah menganggur merupakan penduduk yang bekerja kurang dari jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu, tidak termasuk yang sementara tidak bekerja).

Jumlah angkatan kerja yang bekerja merupakan gambaran kondisi dari lapangan kerja yang tersedia. Semakin bertambahnya lapangan kerja yang tersedia maka semakin meningkatnya total produksi suatu negara, dimana salah satu indikator untuk melihat perkembangan ketenagakerjaan di Indonesia adalah tingkat partisipasi angkatan kerja.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) menunjukkan suatu ukuran proporsi penduduk usia kerja yang terlibat secara aktif dalam pasar tenaga kerja baik yang bekerja maupun sedang mencari pekerjaan. TPAK dapat dinyatakan untuk seluruh tenaga kerja yang ada atau jumlah tenaga kerja menurut kelompok umur tertentu, jenis kelamin, tingkat

(30)

15

pendidikan maupun desa-kota (Kusnendi, 2009). TPAK diukur sebagai persentase jumlah angkatan kerja terhadap jumlah penduduk usia kerja (Kuncoro, 2013).

Mengindikasikan besaran ukuran relatif penawaran tenaga kerja

(labour supply) yang dapat terlibat dalam produksi barang dan jasa dalam

suatu perekonomian. Secara umum, TPAK didefinisikan sebagai ukuran yang menggambarkan jumlah angkatan kerja untuk setiap 100 penduduk usia kerja.

3. Tingkat Pengangguran

Pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya (Sukirno,2000). Seseorang yang tidak bekerja, tetapi tidak secara aktif mencari pekerjaan tidak tergolong sebagai penganggur. Pengangguran dapat terjadi disebabkan oleh tidakseimbangan pada pasar tenaga kerja. Hal ini menunjukkan jumlah tenaga kerja yang ditawarkan melebihi jumlah tenaga kerja yang diminta. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dalam indikator ketenagakerjaan, pengangguran merupakan penduduk yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan atau sedang mempersiapkan suatu usaha baru atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena sudah diterima bekerja tetapi belum mulai bekerja (Badan Pusat Statistik, 2020).

Sadono Sukirno mengklasifikasikan pengangguran berdasarkan cirinya, dibagi menjadi empat kelompok:

a. Pengangguran Terbuka. Pengangguran terbuka adalah tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran

(31)

jenis ini cukup banyak karena memang belum mendapat pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal dan sebagai akibat pertambahan lowongan pekerjaan yang lebih rendah daripada pertambahan tenaga kerja. Efek dari keadaan ini didalam suatu jangka masa yang cukup panjang mereka tidak melakukan suatu pekerjaan. Jadi mereka menganggur secara nyata dan separuh waktu, dan oleh karena nya dinamakan pengangguran terbuka. Pengangguran terbuka dapat pula wujud sebagai akibat dari kegiatan ekonomi yang menurun, dari kemajuan teknologi yang mengurangi penggunaan tenaga kerja, atau sebagai akibat dari kemunduran perkembangan suatu industri.

b. Pengangguran Tersembunyi. Pengangguran tersembunyi adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu. Salah satunya adalah karena kecilnya perusahaan dengan tenaga kerja yang terlalu banyak sehingga untuk menjalankan kegiatannya tidak efisien. Kelebihan tenaga kerja yang digunakan digolongkan dalam pengangguran tersembunyi.

c. Setengah Menganggur. Setengah mengangguradalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu. Mereka mungkin hanya bekerja satu hingga dua hari dalam seminggu, atau satu hingga empat jam sehari. Pekerja yang mempunyai masa kerja seperti ini digolongkan sebagai setengah menganggur.

(32)

17

d. Pengangguran musiman. Pengangguran musiman adalah tenaga kerja yang tidak bekerja karena terikat pada musim tertentu. Pengangguran seperti ini terutama disektor pertanian dan perikanan. Pada umumnya petani tidak begitu aktif diantara waktu sesudah menanam dan panen. Apabial dalam masa tersebut mereka tidak melakukan pekerjaan lain maka mereka terpaksa menganggur.

Tingkat pengangguran terbuka memberikan indikasi tentang penduduk usia kerja yang termasuk dalam kelompok penganggur. Tingkat pengangguran kerja diukur sebagi persentase jumlah penganggur terhadap jumlah angkatan kerja. Untuk mengukur tingkat pengangguran terbuka pada suatu wilayah bisa didapat dari presentase membagi jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja dan dinyatakan dalam persen.

TPT=Jumlah Pengangguran

Jumlah Angkatan Kerja X 100

B. Tinjauan Empiris

Hasil penemuan di penelitian–penelitian terdahulu dapat memberikan pengetahuan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengangguran sangat luas, maka dari peneliti menjabarkan hasil penelitian terdahulu sebagai berikut:

(33)

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No

Nama

(Tahun) Penelitian Judul Analisis Teknik Hasil Penelitian 1. Rosalina, Purwaka Hari Prihanto, dan Erni Achmad. (2018). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran Terdidik di Provinsi Jambi. Regresi Linear Berganda Menunjukkan bahwa secara simultan tingkat pendidikan, pertumbuhan ekonomi, tingkat kesempatan kerja dan upah memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengangguran terdidik di Provinsi Jambi. Secara parsial tingkat pendidikan dan tingkat kesempatan kerja berpengaruh signifikan sedangkan pertumbuhan ekonomi dan upah tidak

berpengaruh terhadap tingkat pengangguran terdidik di Provinsi Jambi. 2. Karismatika (2017). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 1978-2014. Regresi Linear Berganda Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel angkatan kerja berpengaruh positif sebesar 3, 059904% dan tidak signifikan, inflasi bepengaruh positif sebesar 0, 020060% dan tidak signifikan, pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif sebesar 3,105293% dan signifikan, Upah minimum

berpengaruh negatif sebesar 1,003877% dan signifikan, dan tingkat pendidikan

(34)

19 berpengaruh positif sebesar 0, 282733% dan signifikan terhadap tingkat pengangguran di Provinsi Sumatera Utara tahun 1978-2014. 3. Riza Firdhania, dan Fivien Muslihatinn ingsih. (2017). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran di Kabupaten Jember. Regresi Linear Berganda Bahwa jumlah penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pengangguran di Kabupaten Jember. Varibel inflasi, upah minimum, dan indeks pembangunan

manusia berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat pengangguran di Kabupaten Jember. Sedangkan variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap tingkat pengangguran di Kabupaten Jember. 4. Dwi Aprilia Putri (2015). Analisis Faktor -Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran Terbuka di Jawa Timur Tahun 2003-2014. Regresi Linear Berganda. Hasilnya menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang bekerja, tingkat partisipasi angkatan kerja laki-laki, tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat pengangguran. Sebaliknya, tingkat pertumbuhan angkatan kerja dan

(35)

share angkatan kerja usia 15-24 tahun berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pengangguran. Sedangkan share angkatan kerja usia di atas 60 tahun dan tingkat pertumbuhan ekonomi tidak signifikan. 5. Fatimah, Prof. Dr. Raja Masbar, M.Sc, dan Dr. Sofyan Syahnur, M.Si. (2015). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran di Aceh. Regresi Linear Berganda Menunjukan variabel Upah berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pengangguran di Provinsi Sulawesi Utara dengan probabilitas 0.0104, sedangkan Inflasi dan Tingkat Pertumbuhan PDRB tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengangguran dengan masingmasing probabilitas 0.5619 (Inflasi) dan 0.3791 (Pertumbuhan PDRB). 6. Arfan Poyoh, Gene H. M. Kapantow dan Juliana R. Mandei (2014). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Penggangguran di Provinsi Sulawesi Utara. Regresi Linear Berganda Menunjukkan bahwa variabel inflasi dan upahminimum berpengaruhsignifikan terhadap tingkat pengangguran terbuka, sedangkan variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh tidak signifikan terhadap tingkat pengangguranterbuka .

(36)

21 Inflasi (X1) Angkatan Kerja (X2) Tingkat Pengangguran (Y) C. Kerangka Konsep

Untuk memudahkan kegiatan penelitian serta memperjelas akar pemikiran dalam penelitian, digambarkan suatu kerangka konsep yang skematis. Adapun kerangka konsep, yang dimaksud adalah gambar yang didalamnya terdapat beberapa variabel yang digunakan seperti besarnya tingkat inflasi dan angkatan kerja. Dengan menggunakan data Inflasi dan angkatan kerja sebagai variabel yang mempengaruhi Tingkat pengangguran di Kota Makassar. Kerangka yang dimaksud adalah untuk melihat secara kasar pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat dan adapun kerangka konsep yang dimaksud adalah sebagaimana yang tergambar pada gambar berikut ini

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Konsep

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan kesimpulan sementara penelitian terhadap objek yang diteliti. Berdasarkan penjelasan diatas maka peneliti menarik hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Diduga bahwa inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pengangguran di Kota Makassar tahun 2011-2019.

2. Diduga bahwa angkatan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pengangguran di Kota Makassar tahun 2011-2019.

(37)

22 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif yaitu penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan. Pendekatan metode ini berangkat dari data lalu diproses menjadi informasi yang berharga bagi pengambilan keputusan (Muhammad Idrus, 2009:30). Metode ini juga harus menggunakan alat bantu kuantitatif software komputer. Defenisi lain menyebutkan penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak menuntut penggunaan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Demikian pula pada tahap kesimpulan penelitian akan lebih baik bila disertai dengan tabel, grafik, atau tampilan lainnya.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Makassar tepatnya di Badan Pusat Statistik (BPS) Jalan Prof. Abdurahman Basalamah No. 1.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini berlangsung selama kurang lebih 2 bulan, yakni bulan Oktober sampai dengan bulan Desember tahun 2020.

(38)

23

C. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Pada dasarnya variabel yang akan diteliti dikelompokkan dalam konsep teoritis, empiris, dan analitis. Konsep teoritis merupakan variabel utama yang bersifat umum sedangkan konsep empiris merupakan konsep yang bersifat operasional dan terjabar dari konsep teoritis. Konsep analitis adalah penjabaran dari konsep teoritis yang merupakan dimana data itu diperoleh.

Defenisi operasional adalah penentuan variabel-variabel yang akan diteliti sedangkan pengukuran variabel adalah pemberian angka atau kode pada suatu objek penelitian.

Tabel 3.1 Defenisi Operasional Variabel dan Pengukuran No. Variabel Defenisi Operasional

Variabel

Pengukuran 1. Inflasi (X1) Inflasi adalah kenaikan

harga barang yang terus meningkat yang tidak terkendali dan jatuh nya nilai mata uang. Inflasi diukur dengan menghitung perubahan tingkat persentase perubahan sebuah indeks harga, indeks harga tersebut diantaranya Indeks Harga Konsumen (IHK) 2. Angkatan Kerja (X2) Angkatan kerja adalah

seseorang yang

tergolong usia produktif baik yang bekerja, tidak bekerja maupun yang sedang mencari pekerjaan.

Angkatan kerja = jumlah yang bekerja. Selain itu, BPS juga mendefinisikan tingkat pengangguran sebagai persentase dari angkatan kerja yang tidak bekerja.

(39)

3. Tingkat

Pengangguran (Y)

Tingkat Pengangguran adalah keadaan

seseorang yang masuk kategori angkatan kerja berkeinginan

mendapatkan pekerjaan tapi belum dapat

memperolehnya.

Tingkat

pengangguran = (Jumlah yang tidak bekerja/angkatan kerja) X 100. BPS juga memakai hasil survei yang sama untuk

menghasilkan data menyangkut partisipasi angkatan kerja.

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya.

Menurut Kuncoro, Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, transaksi, atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajari atau menjadikannya objek penelitian. Objek penelitian yang akan diambil dalam penelitian ini adalah data yang dikumpulkan dan diambil melalui data BPS Kota Makassar.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari sejumlah karekteristik yang dimiliki oleh populasi yang digunakan untuk penelitian. Dalam hal ini penulis menggunakan sampel 9 tahun terakhir yaitu tahun 2011 -2019.

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel penelitian ini adalah Purposive Sampling. Kriteria yang digunakan sebagai sampel yaitu Tingkat Pengangguran, Tingkat Inflasi dan Angkatan Kerja.

(40)

25

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik library reseach atau kepustakaan diantaranya meliputi jurnal ilmiah,

website, artikel, dan laporan-laporan penelitian lainnya yang ada kaitannya

dengan topik penelitian. Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu pencatatan langsung dan pengumpulan data sekunder time series dalam bentuk data tahunan dari Badan Pusat Statistik Kota Makassar.

F. Teknik Analisis Data

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah taknik Analisis Regresi Linear Berganda dengan bantuan program SPSS25.

1. Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linear berganda adalah salah satu model regresi linear yang melibatkan lebih dari satu variabel independen (Sugiyono, 2012). Adapun model regresi linear berganda dilukiskan dengan persamaan sebagai berikut:

Y = α + β1 X1 + β2 X2 +µ Keterangan:

Y = Tingkat Pengangguran (Variabel Terikat) X1 = Inflasi

X2 = Angkatan Kerja α = Konstanta

β1, β2 = Koefisen Regresi

(41)

2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian dan sebaiknya dilakukan sebelum data diolah berdasarkan model-model penelitian.

b. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas diartikan sebagai suatu keadaan dimana satu atau lebih variabel bebas dapat dinyatakan sebagai kombinasi kolinier dari variable yang lain. Tujuan dari uji multikolinearitas adalah untuk mengetahui apakah didalam regresi ditemukan korelasi antar variabel independen, jika ditemukan korelasi maka diartikan mengandung problem multikolinearitas. Beberapa cara yang digunakan untuk mendeteksi multikolinearitas yaitu: (1) Jika uji R2 cukup tinggi (0,7 - 0.1), tetapi uji t statistik dalam tingkat signifikan variabel bebas sangat sedikit atau tidak signifikan. (2) Tingginya R2 menjadi syarat yang cukup (sufficient), akan tetapi syarat ini bukan syarat yang diperlukan untuk terjadinya Multikolinearitas, sebab dalam R2 yang rendah < 0,05 bisa juga terjadi multikolinearitas. (3) Meregresi variabel independen X dengan variabel independen yang lain, kemudian dihitung R2 dengan uji F: Jika F*>F tabel berati Ho ditolak, terdapat multikolinearitas jika F*<F tabel berarti Ho diterima, tidak terdapat dalam suatu model salah satunya dengan melihat koefisien korelasi

(42)

27

yang lebih besar dari 0,8 maka terdapat gejala multikolinieritas (Syamsul, 2012).

c. Uji Heterokodastisitas

Uji Heterokodastisitas suatu model regresi dikatakan mengandung heterokodastisitas apabila adanya ketidaksamaan varian dari residual dari semua pengamatan yang lain, jika varian dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Apabila varian berbeda maka disebut heteroskedastisitas. Sifat heteroskedastisitas ini dapat membuat penaksiran dalam model yang bersifat tidak efisien.

3. Uji Statistik

Uji Statistik Analisis Regresi adalah prosedur yang digunakan untuk menguji jika terjadi kesalahan atau kebenaran darai hasil hipotesis nol dari sampel. Terdapat 3 jenis kriteria dalam pengujian, diantaranya yaitu, uji koefisien determinasi (R2), uji F statistik, dan uji t-statistik.

a. Uji Koefisien Determinan (R2)

Uji R2ini digunakan untuk mengetahui berapa besar model regresi dalam menerangkan variabel terikat dan mengukur kebaikan suatu model (goodness of fit), dengan kata lain koefisien determinan menunjukkan variasi turunnya variabel Y yang diterangkan oleh pengaruh linier X. Nilai koefisien determinan antara 0-1, jika nilai koefisien determinan yang mendekati 0 (nol) hal ini berarti kemampuan semua variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas. Jika nilai koefisien determinan mendekati 1 (satu) hal ini berarti varaiabel-variabel independen hampir

(43)

memberikan informasi yang menjelaskan dalam memprediksi variabel dependen.

b. Uji Simultan (Uji-F)

Uji F-Statistik dilakukan untuk mengetahui seberapa besar variabel bebas secara keseluruhan mempengaruhi variabel terikat secara bersama-sama, pengujian ini digunakan hipotesis sebagai berikut: (1) Ho : β1 = β2 = 0, artinya secara bersama-sama tidak terdapat pengaruh variabel independen terhadap veriabel dependen. (2) Ha: β1 ≠ β2 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh secara individual anatara masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel jika Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak, yang berarti veriabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.

c. Uji Parsial (Uji t)

Pengujian yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat dalam suatu model regresi. Rumusan hipotesis Ho : β1 = β2 = 0, artinya secara bersama-sama tidak terdapat pengaruh variabel independen terhadap veriabel dependen. Ha : β1 ≠ β2 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh secara individual anatara masing-masing variabel independen terhadap veriabel dependen. Pengambilan keputusan penelitian ini penulis menggunakan α = 0,05 apabila probabilitas variabel independen > 0,05 maka hipotesis Ho diterima, artinya jilka

(44)

29

variabel independen secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

(45)

30 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

Makassar adalah Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan, yang terletak di bagian Selatan Pulau Sulawesi yang dahulu disebut Ujung Pandang, terletak antara 119º24’17’38” Bujur Timur dan 5º8’6’19” Lintang Selatan yang berbatasan sebelah Utara dengan Kabupaten Maros, sebelah Timur Kabupaten Maros, sebelah selatan Kabupaten Gowa dan sebelah Barat adalah Selat Makassar. Kota Makassar adalah kota yang terletak dekat dengan pantai yang membentang sepanjang koridor barat dan utara dan juga dikenal sebagai “Waterfront City” yang didalamnya mengalir beberapa sungai (Sungai Tallo, Sungai Jeneberang, dan Sungai Pampang) yang kesemuanya bermuara ke dalam kota. Kota Makassar merupakan hamparan daratan rendah yang berada pada ketinggian antara 0-25meter dari permukaan laut. Dari kondisi ini menyebabkan Kota Makassar sering mengalami genangan air pada musim hujan, terutama pada saat turun hujan bersamaan dengan naiknya air pasang.

Kota Makassar merupakan kota terbesar keempat di Indonesia dan terbesar di Kawasan Timur Indonesia. Sebagai pusat pelayanan di Kawasan Timur Indonesia (KTI), Kota Makassar berperan sebagai pusat perdagangan dan jasa, pusat kegiatan industri, pusat kegiatan pemerintahan, simpul jasa angkutan barang dan penumpang baik darat, laut maupun udara dan pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan.

(46)

31

Secara administrasi kota ini terdiri dari 14 kecamatan dan 143 kelurahan. Kota ini berada pada ketinggian antara 0-25 m dari permukaan laut. Penduduk Kota Makassar pada tahun 2000 adalah 1.130.384 jiwa yang terdiri dari laki-laki 557.050 jiwa dan perempuan 573.334 jiwa dengan pertumbuhan rata-rata 1,65%.

a. Letak: Koordinat 5°8′S 119°25′E di pesisir barat daya pulau Sulawesi, menghadap Selat Makassar.

b. Batas: Selat Makassar di sebelah barat, Kabupaten Pangkajene Kepulauan di sebelah utara, Kabupaten Maros di sebelah timur dan Kabupaten Gowa di sebelah selatan.

c. Masyarakat Kota Makassar terdiri dari beberapa etnis yang hidup berdampingan secara damai. Penduduk Makassar kebanyakan dari Suku Makassar, sisanya berasal dari suku Bugis, Toraja, Mandar, Buton, Tionghoa, Jawa dan sebagainya. Mayoritas penduduknya beragama Islam

d. Pembagian Wilayah: Kota Makassar dibagi menjadi 14 kecamatan, 143 kelurahan, 885 RW dan 4446 RT.

e. Kondisi Geografis: Ketinggian Kota Makassar bervariasi antara 0-25meter dari permukaan laut, dengan suhu udara antara 20° C sampai dengan 32° C. Kota Makassar diapit dua buah sungai yaitu: Sungai Tallo yang bermuara disebelah utara kota dan Sungai Jeneberang bermuara pada bagian selatan kota. Lihat juga kondisi geografis Makassar selengkapnya. f. Luas wilayah: 128,18 km² (Total 175,77 km2).

(47)

B. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Variabel

a. Inflasi

Inflasi merupakan salah satu indikator penting dalam pengendalian ekonomi makro yang berdampak luas terhadap berbagai sektor ekonomi. Tingkat infalsi yang relatif tinggi merupakan hal yang sangat merugikan perekonomian sebab berdampak pada melemahnya daya beli masyarakat dan dapat juga berdampak melambatnya perkembangan produksi, juga naiknya harga-harga barang dan jasa di suatu negara dalam jangka waktu panjang atau berkelanjutan yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara ketersediaan barang dan uang. Hal ini terjadi karena kebutuhan-kebutuhan terhadap barang atau jasa yang diminta tidak tersedia, sementara permintaan masyarakat terhadapnya semakin tinggi, dan hal tersebutlah yang menyebabkan terjadinya kelangkaan barang di pasaran. Dipihak lain, inflasi juga dibutuhkan oleh produsen untuk merangsang perkembangan penawaran barang dan jasa. Inflasi menjadi sangat penting karena inflasi yang tinggi akan mengakibatkan pertumbuhan ekonomi yang menurun. Jika inflasi disebabkan oleh permintaan agregat maka kenaikan jumlah barang yang diminta akan berakibat pada kenaikan harga sehingga ketersediaan jumlah barang/jasa menjadi terbatas. Dalam rangka memenuhi kapasitas tersebut, perusahaan akan banyak memerlukan tenaga kerja.

(48)

33

Tabel 4.1Inflasi Kota Makassar Tahun 2011-2019

No Tahun Inflasi(%) 1 2011 2,87 2 2012 4,57 3 2013 6,24 4 2014 8,51 5 2015 5,18 6 2016 3,18 7 2017 4,48 8 2018 3,48 9 2019 2,43

Sumber: BPS Kota Makassar, Tahun 2020

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa perkembangan inflasi di Kota Makassar mengalami fluktuasi. Pada tahun 2011 jumlah inflasi di Kota Makassar sebesar 2,87% dan pada tahun 2012-2015 jumlah inflasi di Kota Makassar terus menerus mengalami peningkatan sedangkan di tahun 2016 jumlah inflasi di Kota Makassar mengalami penurunan sebesar 3,18%. Pada tahun 2017 jumlah inflasi di Kota Makassar kembali mengalami peningkatan sebesar 4,48%. namun pada tahun 2018 dan 2019 inflasi mengalami penurunan yaitu sebesar 3,48% di tahun 2018 dan 2,43% di tahun 2019.

b. Angkatan Kerja

Angkatan kerja adalah penduduk yang sudah memasuki usia kerja, baik yang sudah bekerja, belum bekerja, atau sedang mencari pekerjaan. Menurut ketentuan pemerintah Indonesia, penduduk yang

(49)

sudah memasuki usia kerja adalah mereka yang yang berusia minimal 15 tahun sampai 65 tahun.

Tabel 4.2Angkatan Kerja Kota Makassar Tahun 2011-2019

No Tahun Angkatan Kerja (Ribu)

1 2011 49.557 2 2012 55.125 3 2013 127 4 2014 65.538 5 2015 71.224 6 2016 15.057 7 2017 64.954 8 2018 81.823 9 2019 68.703

Sumber: BPS Kota Makassar, Tahun 2020

Berdasarkan tabel 4.2 jumlah angkatan kerja di Kota Makassar mengalami fluktuasi dimana pada tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 127 ribu orang. Pada tahun 2014 dan 2015 mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2014 sebesar 65.538 ribu orang dan di tahun 2015 sebesar 71.224 ribu orang. Pada tahun 2016 jumlah angkatan kerja kembali mengalami penurunan sebesar 15.057 ribu orang, sedangkan di tahun 2018 kembali mengalami peningkatan sebesar 81.823 ribu orang dan pada tahun terakhir tahun 2019 jumlah angkatang kerja di Kota Makassar sebesar 68.703 ribu orang.

c. Tingkat Pengangguran

Menurut Sadono Sukirno (2004), efek buruk dari pengangguran adalah mengurangi pendapatan masyarakat yang pada akhirnya mengurangi tingkat kemakmuran yang telah dicapai seseorang.

(50)

35

Semakin turunnya kesejahteraan masyarakat karena menganggur tentunya akan meningkatkan peluang mereka terjebak dalam kemiskinan karena tidak memiliki pendapatan. Apabila pengangguran di suatu negara sangat buruk, kekacauan politik dan sosial selalu berlaku dan menimbulkan efek yang buruk bagi kesejahteraan masyarakat dan prospek pembangunan ekonomi dalam jangka panjang yang ditawarkan.

Untuk melihat bagaimana pengangguran yang ada di Kota Makassar berdasarkan Badan Pusat Statistik selama sembilan tahun terakhir yaitu:

Tabel 4.3Pengangguran Kota Makassar Tahun 2011-2019

No Tahun Pengangguran (Jiwa) Presentase Pengangguran% 1 2011 49,668 8,41 2 2012 55,596 9,97 3 2013 55,619 9,53 4 2014 65,623 10,93 5 2015 53,650 12,02 6 2016 71,604 12,07 7 2017 64,954 10,59 8 2018 64,935 12,19 9 2019 64,675 10,39

Sumber: BPS Kota Makassar, Tahun 2020

Berdasarkan tabel 4.3 di atas, dapat dilihat bahwa data angka pengangguran mulai dari tahun dimana pada tahun 2018 merupakan angka pengangguran yang paling tinggi yaitu sebesar 12,19%, hal ini disebabkan karena ketidakseimbangan pertumbuhan angkatan kerja dan penciptaan kesempatan kerja. Sedangkan angka pengangguran yang paling rendah yaitu pada tahun 2011 sebesar 8,41%, hal ini

(51)

disebabkan karena bertambahnya lapangan pekerjaan, sehingga mengurangi jumlah pengangguran.

2. Hasil Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Uji Normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak. Menurut Imam Ghozali (2011) model regresi dikatakan berdistribusi normal jika data ploting (titik-titik) yang menggambarkan data sesungguhnya mengikuti garis diagonal. Berikut ini hasil uji normalitas menggunakan aplikasi SPSS 25:

Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas

Sumber: Data Diolah SPSS 25, Tahun 2020

Berdasarkan gambar 4.1 di atas, terlihattitik-titik data mengikuti garis diagonal, sehingga sebagaimana dasar pengambilan keputusan uji normalitas di atas maka peneliti menarik kesimpulan model regresi berdistribusi normal.

(52)

37

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap.

Menurut Imam Ghozali (2011) tidak terjadi heteroskedastisitas jika tidak ada pola yang jelas (bergelombang, melebar kemudian menyempit) pada gambar scatterplots, serta titik-titik meyebar di atas dan di bawah angka 0. Berikut ini hasil uji heteroskedastisitas menggunakan aplikasi SPSS 25:

Gambar 4.2Hasil Uji Heteroskedastisitas

Sumber: Data Diolah SPSS 25, Tahun 2020

Berdasarkan Gambar 4.2 di atas, terlihat titik-titik data tidak membentuk pola yang jelas (bergelombang, melebar ataupun menyempit) serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 sehingga sebagaimana dasar pengambilan keputusan di atas, maka kesimpulannya tidak ada gejala heteroskedastisitas.

(53)

c. Uji Mutikolinearitas

Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya kolerasi antar variabel dependen. Menurut Imam Ghozali (2011) tidak terjadi gejala multikoliniaritas jika nilai Tolerance > 0,100 dan nilai VIF < 10,00. Berikut adalah hasil uji multikolinearitas menggunakan aplikasi SPSS 25:

Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF (Constant)

INFLASI .842 1.187 ANGKATAN KERJA .842 1.187 a. Dependent Variable: PENGANGGURAN

Sumber: Data Diolah SPSS 25, Tahun 2020

Berdasarkan Tabel 4.4 di atas, nilai Tolerance untuk variabel X1 (inflasi) dan variabel X2 (angkatan kerja) sebesar 0,842 atau lebih dari 0,100 (0,842> 0,100). Kemudian nilai VIF untuk variabel X1 (inflasi) dan X2 (angkatan kerja) yaitu sebesar 1,187 yang berarti kurang dari 10,00 (1,187< 10,00). Oleh karena itu, sebagaimana dasar pengambilan keputusan di atas, maka tidak ada gejala multikolinearitas.

3. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi bertujuan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih dan menunjukan arah hubungan antara variabel dependen (Pengangguran) dengan variabel independen (Inflasi dan Angkatan Kerja). Formulasi persamaan regresi berganda sendiri adalah sebagai berikut:

(54)

39

Y = α+β1 X1+β2 X2+µ

Berikut adalah hasil analisis regresi linier berganda menggunakan aplikasi SPSS 25:

Tabel 4.5 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolera nce VIF 1 (Constant) 64.990 8.038 8.085 .000 INFLASI .484 1.563 .128 .309 .767 .842 1.187 ANGKATA N KERJA -.097 .101 -.399 -.963 .373 .842 1.187 a. Dependent Variable: PENGANGGURAN

Sumber: Data Diolah SPSS 25, Tahun 2020

Berdasarkan Tabel 4.5 di atas, diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:

Y = 64.990 + 0,484X1 -0,097X2 + µ

Koefisien-koefisien persamaan regresi linier berganda di atas dapat diartikan sebagai berikut:

a. Nilai constant sebesar 64,990 yang berarti bahwa jika variabel lain bernilai konstan, maka nilai Y akan berubah dengan sendirinya sebesar nilai konstanta yakni 64,990%.

b. Nilai koefisien variabel X1 (Inflasi) sebesar 0,484 bertanda positif artinya setiap kenaikan 1% pada tingkat inflasi maka pengangguran akan mengalami peningkatan sebesar 0,484%.

c. Nilai koefisien variabel X2 (Angkatan Kerja) sebesar -0,097 bertanda negatif artinya setiap kenaikan 1% pada tingkat pertumbuhan ekonomi maka pengangguran akan mengalami penurunan sebesar 0,097%.

(55)

4. Uji Hipotesis

a. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalan nol dan satu. Nilai R2 yang rendah berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

Berikut hasil uji R2 yang dilakukan mengunakan aplikasi SPSS dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.6 Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate 1 .367a .135 -.154 7.76658

a. Predictors: (Constant), ANGKATAN KERJA, INFLASI b. Dependent Variable: PENGANGGURAN

Sumber: Data Diolah SPSS 25, Tahun 2020

Berdasarkan Tabel 4.6 di atas, dapat diketahui bahwa nilai koefisien determinasi terdapat pada nilai R Square sebesar 0,135. Hal ini menunjukkan bahwa varibel X1 (Inflasi) dan X2 (Angkatan Kerja) mempengaruhi variabel Y (Pengangguran) sebesar 1,35% sedangkan sisanya (100-1,35) = 98,65% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini.

b. Uji Simultan (Uji F)

Uji Simultan (Uji F) ini dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara serentak menurut Imam

(56)

41

Ghozali (2011) jika nilai Sig. < 0,05 maka artinya variabel independen (X) secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen (Y). Kemudian menurut V Wiratna Sujarweni (2014) jika nilai F hitung > F tabel maka artinya variabel independen (X) secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen (Y). Berikut hasil Uji F menggunakan aplikasi SPSS 25:

Tabel 4.7 Hasil Uji Simultan (Uji F)

ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 56.322 2 28.161 .467 .648b

Residual 361.919 6 60.320 Total 418.240 8

a. Dependent Variable: PENGANGGURAN

b. Predictors: (Constant), ANGKATAN KERJA, INFLASI

Sumber: Data Diolah SPSS 25, Tahun 2020

Berdasarkan Tabel 4.7 di atas dapat dilihat bahwa variabel independen (X) mendapatkan nilai F hitung sebesar 0,467 dan F tabel sebesar 4,47 (F hitung 0,467<F tabel 4,47) dengan nilai siginifikansi sebesar 0,648 (0,648 > 0,05). Ini berarti secara bersama-sama/serempak variabel X1 (Inflasi) dan X2 (Angkatan Kerja) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel Y (Pengangguran).

(57)

c. Uji Parsial (Uji t)

Uji Parsial (Uji t) merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi berganda segnifikan atau tidak terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel independen lainnya konstan.

Menurut Imam Ghozali (2011) jika nilai Sig. < 0,05 maka artinya variabel independen (X) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Y). Uji Parsial juga dapat dilakukan dengan melihat data t hitung dan t tabel. Menurut V. Wiratna Sujarweni (2014), jika nilai t hitung > t tabel maka artinya variabel independen (X) secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen (Y).

Tabel 4.8 Hasil Uji Parsial (Uji t)

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolera nce VIF 1 (Constant) 64.990 8.038 8.085 .000 INFLASI .484 1.563 .128 .309 .767 .842 1.187 ANGKATAN KERJA -.097 .101 -.399 -.963 .373 .842 1.187 a. Dependent Variable: PENGANGGURAN

Sumber: Data Diolah SPSS 25, Tahun 2020

Berdasarkan Tabel 4.8 di atas dapat dilihat bahwa:

1. Variabel X1 (Inflasi) memperoleh t hitung sebesar 0,309 lebih kecil dari t tabel sebesar 2,447 (0,309 < 2,447) dengan nilai signifikansi 0,767 yang lebih besar dari 0,05 (0,767> 0,05). Ini berarti variabel X1 (inflasi) berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap variabel Y (Pengangguran).

(58)

43

2. Variabel X2 (Angkatan Kerja) memperoleh nilai t hitung sebesar -0.963 lebih kecil dari t tabel sebesar 2,447 (-0,963 < 2,447) dengan nilai signifikansi 0,373 lebih besar dari 0,05 (0,373 > 0,05). Ini berarti variabel X2 (Angkatan Kerja) berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap variabel Y (Pengangguran) di Jawa Timur.

C. Pembahasan

1. Pengaruh Inflasi Terhadap Tingkat Pengangguran di Kota Makassar Inflasi berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap pengangguran di Kota Makassar, ini terlihat dari hasil olah data dimana nilai koefisien regresi sebesar 0,084 dengan nilai t hitung sebesar 0,309 lebih kecil dari t tabel sebesar 2,447 (0,309 < 2,447) dan nilai signifikansi 0,767 yang lebih besar dari 0,05 (0,767 > 0,05).

Jumlah pengangguran akan meningkat seiring dengan peningkatan inflasi di Kota Makassar. Penggambaran dari kurva Phillips yang menghubungkan inflasi dengan pengangguran, dimana inflasi dan pengangguran mempunyai hubungan yang terbalik di dalam kurva Philips, penelitian ini untuk di Kota Makassar tidak tepat digunakan sebagai kebijakan untuk menekan tingkat pengangguran yang ada karena dalam kurva Philips ini hanya berlaku pada saat tingkat inflasi tinggi dan pada waktu jangka pendek saja. Oleh karena itu, Analisis A.W. Phillips melalui kurva yang dikenal dengan kurva Phillips tidak sesuai dengan kondisi inflasi dan pengangguran di Kota Makassar.

Hasil penelitian di atas sejalan dengan penelitianSuwarni (2016) dengan judul penelitian “Pengaruh Jumlah Penduduk dan Inflasi Terhadap Pengangguran di KotaMakassar tahun 2002-2014”. Hasil penelitian ini

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Konsep ..............................................................
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu  No  Nama  (Tahun)  Judul  Penelitian  Teknik  Analisis  Hasil Penelitian  1
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Konsep
Tabel 3.1 Defenisi Operasional Variabel dan Pengukuran  No.  Variabel  Defenisi Operasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kota Makassar yang merupakan salah satu wilayah dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat juga tidak terlepas dari permasalahan tenaga kerja, seperti penyerapan tenaga

Begitupun dengan penelitian yang dilakukan oleh Ester Magdalena ( 2009 ) yang menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi memberikan peluang kesempatan kerja baru ataupun