• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI BERBANTUAN PETA KONSEP TERHADAP KOMPETENSI PENGETAHUAN IPS KELAS V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI BERBANTUAN PETA KONSEP TERHADAP KOMPETENSI PENGETAHUAN IPS KELAS V"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

TAI BERBANTUAN PETA KONSEP TERHADAP KOMPETENSI

PENGETAHUAN IPS KELAS V

Luh Dewi Puspawati

1

, I Wayan Darsana

2

, Made Putra

3 1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidkan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: {luhdewi.puspawati@gmail.com

1,

w_darsana@ymail.com

2,

putramd13@yahoo.com

3

} @undiksha.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPS kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assited

Individualization berbantuan peta konsep dan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan

pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Raden Ajeng Kartini Denpasar Barat. Desain penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan rancangan non-equivalent control group

design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Gugus Raden Ajeng Kartini Denpasar

Barat yang berjumlah 446 orang. Sampel diambil dengan teknik random sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VC SDN 19 Pemecutan dengan jumlah 30 siswa sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas VB SDN 32 Pemecutan jumlah 30 siswa sebagai kelompok kontrol. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode tes dalam bentuk tes objektif pilihan ganda biasa. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji-t. Hasil analisis data diperoleh thitnung= 3,73 sedangkan pada taraf signifikansi 5% dan dk = 58 diperoleh nilai ttabel = 2,000 sehingga thitung = 3,73 > ttabel = 2,000. Berdasarkan kriteria pengujian, maka H0 ditolak dan Ha diterima dan diperoleh nilai rata-rata kompetensi pengetahuan IPS pada kelompok yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization berbantuan peta konsep adalah 80,3 dan pada kelompok yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional adalah 69,37. Dengan demikian model pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization berbantuan Peta Konsep berpengaruh terhadap kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas V SD Gugus Raden Ajeng Kartini Denpasar Barat

Kata kunci : TAI , pengetahuan IPS, peta konsep.

Abstract

This study aims to determine the significant differences in the competence of IPS knowledge of groups of students who learned through cooperative learning model Type Assed Individualization Team assisted Concept Map and group of students who learned through conventional learning in grade V SD Gugus Raden Ajeng Kartini Denpasar Barat. The design of this research is quasi-experimental research with non-equivalent control group design. The population of this study is all students of grade V SD Gugus Raden Ajeng Kartini West Denpasar, amounting to 446 people. Samples were taken by random sampling technique. The sample in this research is the students of class VC SD N 19 Pemecutan with the number of 30 students as experimental group and VB students SD N 32 Pemecutan number 30 students as control group. The data were collected using the test method in the form of a standard multiple-choice objective test. The data obtained were analyzed using the t-test. Result of data analysis obtained thitnung = 3,73, while at 5% significance level and dk = 58 obtained ttable value = 2,000 so tarithmetic = 3,73> ttable = 2,000. Based on the test criteria, Ho is rejected and Ha accepted. The average score of Sosial knowledge competence in the group that is taught by cooperative learning model Type Assisted Individualization Team assisted concept map is 80,3 whereas in group which is taught by conventional learning is 69,37. Based on the result, it can be concluded that the cooperative learning model of Team

(2)

2

Assisted Individualization Type assisted Concept Map influences the mastery of knowledge competence of IPS student of grade V SD Gugus Raden Ajeng Kartini Denpasar Barat.

Keywords : TAI, Sosial knowledge, concept mapping.

PENDAHULUAN

Pendidikan saat ini terus berkembang agar mendapatkan mutu pendidikan yang berkualitas. Pada dasarnya peningkatan kualitas mutu pendidikan merupakan salah satu indikator yang harus dicapai. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Trianto, 2015). Pendidikan juga memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa, dan merupakan pondasi dalam meningkatkan sumber daya manusia dan membentuk watak bangsa (Utami, 2015). Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan.

Sejalan dengan visi pendidikan nasional adalah “terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang telah berubah”(Rusman, 2016 :3).

Untuk mewujudkan hal tersebut salah satu upaya yang telah dilakukan pemerintah adalah Kurikulum 2013 dengan menerapkan pendekatan saintifik agar dapat mencetak manusia yang berkualitas dan mampu proaktif menjawab tantangan yang selalu berubah. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia Menurut Permendikbud

No 57 tahun 2014 lampiran I. Dalam kenyataannya penerapan kurikulum 2013 di lapangan masih membuat siswa pasif menyerap materi yang diberikan oleh guru yang terdapat di buku pelajaran. Menurut Sanjaya (2010) proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi dan anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi.

Dalam kurikulum 2013 siswa dituntut melalui beberapa proses secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi dan menerapkan pengetahuan maka sangat diperlukan upaya inovasi guru dalam mensiasati pembelajaran di kelas. Dalam proses pembelajaran siswa dibekali dalam berbagai mata pelajaran salah satunya adalah IPS. Mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan pada kajian geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, tata negara dan sejarah.

Menurut Adnyani (2015) ilmu pengetahuan sosial atau yang disingkat menjadi IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang sekolah dasar. Pembelajaran IPS mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan dalam pembentukan sikap, watak, dan kepribadian siswa. Pembelajaran IPS di sekolah dasar memiliki tujuan yang sangat strategis kaitannya dengan pembentukan dan pembangunan negara yang berkualitas untuk membekali siswa seperangkat pengetahuan, sikap, nilai, moral, dan keterampilan sosial agar dapat memahami dan melakoni lingkungan masyarakat sekitar, serta sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Gunawan (2011:40-41) menyatakan bahwa pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) memiliki tujuan sebagai berikut.(1) membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupan kelak di masyarakat, (2)

(3)

3 membekali anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat, (3) membekali anak didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga dan berbagai bidang keilmuan serta bidang keahlian, (4) membekali anak didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif dan keterampilan terhadap pemanfaatan lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan tersebut serta (5) membekali anak didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi.

Namun pada pembelajaran IPS masih memiliki kelemahan karena keterbatasan aktivitas belajar peserta didik dan peran guru sangat dominan dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat mengakibatkan lemahnya proses dan pengalaman belajar serta rendahnya hasil belajar. Proses belajar seperti ini dapat menimbulkan kebosanan dan kelelahan pikiran , keterampilan yang diperoleh hanya sebatas fakta-fakta dan pengetahuan abstrak. Susanto (2014) menyatakan peserta didik hanya sebatas menghafal, dengan kata lain proses belajarnya terperangkap kepada proses menghafal tanpa dihadapkan kepada masalah untuk berpikir dan bertindak yang mengakibatkan siswa hanya kaya dengan teori tapi miskin aplikasi. Secara tidak langsung membuat kompetensi pengetahuan IPS siswa menjadi tidak optimal.

Berdasarkan hal tersebut, dilakukan penelitian mengenai kompetensi pengetahuan IPS dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TAI berbantuan peta konsep yang diharapkan mampu memberikan pembaharuan terhadap pembelajaran, serta berpengaruh positif terhadap kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas V secara optimal dan maksimal.

Model pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah penggabungan antara model kooperatif dengan pembelajaran individual. Model pembelajaran TAI ini dapat

memenuhi kriteria pembelajaran yang efektif, meminimalisasi keterlibatan guru dalam pemeriksaan atau pengelolaan rutin, memudahkan siswa untuk memahami materi, siswa lebih termotivasi dalam belajar tanpa harus memilih jalan pintas dan membuat siswa lebih bisa berkerja sama dan bertanggung jawab terhadap kelompoknya (Huda, 2014). Menurut Pramana (2014) model pembelajaran TAI merupakan salah satu model pembelajaran TAI yang memberikan ruang gerak dalam membangun pengetahuan. Dalam mencari solusi, siswa dimungkinkan untuk melaksanakan kerjasama dan berkomunikasi dengan siswa lain dalam satu kelompok kerja (cooperating). Terakhir, siswa mencoba mentransfer pengetahuan yang sudah didapatkan selama proses pembelajaran ke konteks pengetahuan yang baru atau untuk menyelesaikan masalah lain yang sifatnya lebih kompleks (transferring).

Untuk lebih menunjang penerapan model pembelajaran tersebut, peta konsep dipilih sebagai sarana penyampaian materi saat proses pembelajaran berlangsung. Peta konsep yang dimaksud adalah gambaran kongkret dari suatu materi pelajaran yang disajikan dalam bentuk semacam diagram yang memudahkan siswa untuk memahami materi ajar. Karena materi telah disusun dari yang paling global ke materi kurang global. Peta konsep selain bertujuan untuk memperjelas pemahaman suatu bacaan atau materi, juga dapat digunakan sebagai alat evaluasi yang efektif. Dengan demikian model pembelajaran kooperatif tipe TAI berbantuan peta konsep dalam penelitian ini dapat memberikan kemudahan bagi siswa dalam memahami pelajaran yang sulit, sehingga siswa dapat memahami pengetahuan IPS dengan maksimal.

Berdasarkan uraian tersebut, maka sangat baik untuk dikembangkan dan diteliti mengenai model pembelajaran kooperatif tipe TAI yang dipadukan dengan penggunaan peta konsep untuk mempermudah siswa memahami materi pelajaran sehingga kompetensi pengetahuan siswa menjadi maksimal melalui penelitian yang diberi judul

(4)

4 “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assited Individualization (TAI) Berbantuan Peta Konsep Terhadap Kompetensi Pengetahuan IPS Siswa Kelas V SD Gugus Raden Ajeng Kartini Denpasar Barat”.

Adapun tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe TAI berbantuan peta konsep terhadap kompetensi pengetahuan IPS dengan yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Raden Ajeng Kartini Denpasar Barat Tahun Pelajaran 2016/2017.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan di SD Gugus Raden Ajeng Kartini Denpasar Barat. SD Gugus Raden Ajeng Kartini terdiri dari 5 sekolah dasar negeri dan 12 kelas V yang akan menjadi populasi. Pemilihan SD ini sebagai tempat penelitian dengan alasan di SD Gugus Raden Ajeng Kartini Denpasar Barat sudah menerapkan kurikulum 2013 dan belum pernah diadakan penelitian dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization berbantuan peta konsep.

Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 sampai dengan bulan Mei 2017. Kegiatan yang dilakukan selama penelitian dimulai dari mengidentifikasi masalah, pengajuan judul, penyusunan proposal hingga laporan penelitian ini selesai.

Perlakuan diberikan sebanyak 6 kali di kelompok eksperimen dan 6 kali di kelompok kontrol. Jenis penelitian yang dilakukan penelitian adalah penelitian kuantatif dengan eksperimental yaitu quasi

eksperiment (Eksperimen Semu). “Dalam

desain eksperimen ini memiliki kelompok kontrol, tetapi tidak bisa sepenuhnya mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen” (Sugiyono, 2012:77). Desain eksperimen yang digunakan adalah “Non-equivalent

Control Group Design”.

Pemberian treatment berupa model pembelajaran kooperatif Team Assisted

Individualization berbantuan peta konsep

dilakukan pada kelas eksperimen, sedangkan pada kelas kontrol dilaksanakan pembelajaran kurikulum 2013. Pada desain ini kedua kelompok yang akan diteliti diberikan pre test dan post test. Pre test tidak dianalisis tetapi hanya digunakan untuk penyetaraan kelompok. Sedangkan pada akhir eksperimen data yang dinilai dianalisis melalui post test. Langkah-langkah penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, dan pengakhiran eksperimen. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Gugus Raden Ajeng Kartini Denpasar Barat. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik random sampling .

Pengambilan sampel dilakukan dengan dua kali pengundian. Pengundian tahap pertama untuk memilih dua kelas yang dijadikan sampel penelitian dengan cara menulis semua nama kelas V di Gugus Raden Ajeng Kartini pada masing-masing kertas yang jumlahnya 12 kelas kemudian kertas digulung. Masukkan gulungan kertas ke dalam kotak dan kocok. Ambil satu gulungan kertas, lalu ambil satu gulungan kertas lain, tanpa memasukkan kembali gulungan kertas pertama. Berdasarkan pengundian pertama diperoleh dua kelas yang akan dijadikan sampel penelitian, yaitu kelas VC SD N 19 Pemecutan yang berjumlah 36 orang dan kelas VB SDN 32 Pemecutan berjumlah 35 orang. Setelah mendapat dua sampel maka kedua sampel yang terpilih akan diberikan

pre-test. Nilai atau skor dari hasil pre-test

yang dilakukan digunakan untuk penyetaraan kedua kelas tersebut. Penyetaraan kedua kelas yang telah terpilih menggunakan teknik matching. “Teknik

matching adalah suatu teknik untuk

menyeragamkan kelompok pada suatu variabel atau lebih yang sudah diidentifikasi memiliki hubungan yang erat dengan penampilan (performance) variabel tidak bebas dengan cara dicarikan jodohnya dan subyek yang tidak mempunyai jodoh harus dihilangkan dalam penelitian” (Darmadi, 2014:234). Nilai pre-test dari kedua sampel dianalisis menggunakan teknik matching

(5)

5 dengan cara menjodohkan nilai pre-test masing-masing kedua sampel tersebut. Jika terdapat nilai siswa yang tidak mendapatkan pasangan, maka siswa tersebut tetap diikutkan dalam proses pemberian perlakuan saat penelitian, tetapi tidak diikutkan sebagai sampel. Berdasarkan hasil analisis nilai pre-test dengan menggunakan teknik matching, diperoleh data nilai 30 siswa yang terbukti memiliki kemampuan yang setara secara akademik. Sehingga sampel yang diteliti dalam penelitian ini hanya 30 sampel pada kelas eksperimen dan 30 pada kelas kontrol.

Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil penelitian adalah validitas internal. Menurut Setyosari (2015:180) menyatakan bahwa “validitas internal merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil penelitian. Validitas internal bersumber dari pelaksanaan penelitian itu sendiri yang berkaitan dengan perlakuan yang diberikan apakah perlakuan yang diberikan benar-benar menyebabkan hasil yang diobservasi dalam penelitian”. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi validitas internal pada penelitian ini yaitu, sejarah, kematangan, pengujian sebelumnya (pretesting), regresi statistik, mortalitas, dan seleksi kelompok. Selain faktor internal, ada faktor lain yang bersifat eksternal yang memiliki pengaruh pada hasil penelitiannya yaitu validitas eksternal. Menurut setyosari (2015:192) menyatakan “validitas eksternal merujuk pada generalisasi dan berkenaan dengan seberapa jauh kita dapat menggeneralisasi hasil penelitian di luar latar penelitian”.Beberapa ancaman yang berkaitan dengan validitas eksternal ini meliputi: interaksi antara perlakuan dan orang, interaksi antara perlakuan dan latar, dan interaksi antara perlakuan dan waktu. Istilah interaksi merupakan suatu kombinasi perlakuan dengan orang, latar dan waktu bukannya dengan perlakuan itu sendiri yang menyebabkan perbedaan hasil. Cara yang dapat dilakukan untuk mengontrol validitas eksternal yaitu dengan menunjukkan melalui pengamatan dan wawancara secara kualitatif yang menyatakan bahwa tidak ada orang-orang dan latar tertentu atau khusus dan peristiwa-peristiwa historis yang akan dapat

menghambat generalisasi hasil penelitian. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan pada tanggal 16 Januari 2017 yang diperoleh dari kepala sekolah dan wali kelas V di masing-masing SD Gugus Raden Ajeng Kartini Denpasar Barat bahwa kelas V dari 5 sekolah dasar dengan 12 kelas yang ada di Raden Ajeng Kartini Denpasar Barat memiliki KKM kompetensi pengetahuan IPS yang sama sebesar 74,00. Dari wawancara yang telah dilakukan rata-rata dari masing-masing kelas di gugus tersebut hampir sama. Dari keterangan tersebut tidak terdapat kelas unggulan. Proses pembelajaran di Gugus Raden Ajeng Kartini juga sudah menerapkan Kurikulum 2013. Jika populasi sudah memiliki karakteristik yang sama, maka hasil penelitian ini memiliki eksternal yang tinggi.Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi validitas eksternal adalah guru dan sarana pembelajaran.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tentang kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas V di Gugus Raden Ajeng Kartini Tahun Pelajaran 2016/2017. Prosedur pengumpulan data menuturkan bagaimana data penelitian itu diperoleh. Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah tes. Metode tes sangat tepat untuk mengukur kompetensi pengetahuan IPS karena pada umumnya metode tes ini banyak digunakan untuk mengukur ranah atau domain kognitif (Agung, 2014). Instrumen yang digunakan untuk mengukur kompetensi pengetahuan IPS adalah tes obyektif dengan bentuk pilihan ganda biasa.

Setelah instrumen tersusun, dilakukan uji coba untuk mendapatkan gambaran secara empirik tentang kelayakan instrumen agar dapat dipergunakan sebagai instrumen penelitian. Instrumen penelitian diuji dengan uji instrumen yang meliputi uji: validitas, reliabilitas, daya beda dan taraf kesukaran. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran apakah instrumen kompetensi pengetahuan IPS layak digunakan sebagai instrumen penelitian. Uji coba instrumen tes kompetensi pengetahuan IPS dilakukan di SD N 19 Pemecutan yang diikuti oleh 50 siswa. Instrumen tes kompetensi pengetahuan IPS

(6)

6 yang diujicobakan berjumlah 40 butir soal. Setelah diuji secara empiris, dari 40 butir soal yang diujicobakan kepada 50 siswa diperoleh 35 butir soal yang layak digunakan sebagai instrumen penelitian dengan reliabilitas tes r11= 0,88 artinya

bahwa soal tes pilihan ganda pada penelitian ini tergolong reliabel dengan kriteria derajat reliabilitas sangat tinggi.

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis data deskriptif dan analisis data inferensial. Analisis data deskriptif dilakukan dengan menghitung

mean kemudian dikonversikan kedalam

PAP skala lima. Sebelum data dianalisis menggunakan analisis data inferensial, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yang meliputi uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran data kompetensi pengetahuan IPS berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas sebaran data dilakukan dengan teknik analisis

Chi-Kuadrat. pengujian dilakukan pada taraf

signifikansinya 5% dan derajat kebebasannya (dk) = (n-1); kriteria

pengujian adalah jika , maka Ho diterima (gagal ditolak) yang berarti data berdistribusi normal. Dengan demikian sampel berasal dari populasi berdistribusi normal. Uji homogenitas dilakukan untuk menunjukkan bahwa perbedaan yang terjadi pada uji hipotesis benar-benar terjadi akibat adanya perbedaan antar kelompok, bukan sebagai akibat perbedaan dalam kelompok. Homogenitas varians diuji dengan menggunakan uji-F. Pengujian dilakukan pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan (dk)pembilang = n1-1 dan dkpenyebut

= n2-1 . kriteria pengujian homogenitas

adalah data mempunyai varians yang homogen jika . Selanjutnya dilakukan analisis data menggunakan analisis data inferensial yaitu uji-t

HASIL DAN PEMBAHASAN

Adapun hasil analisis data baik kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

disajikan pada tabel 1.

Tabel 1. Deskripsi Kompetensi Pengetahuan IPS Kelompok Eksperimen dan Kontrol.

Setelah dilakukan tes kompetensi pengetahuan IPS di akhir penelitian, diperoleh nilai rata-rata kompetensi IPS siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team

Assisted Individualization (TAI) berbantuan

peta konsep dan siswa yang tidak dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

Individualization (TAI). Siswa kelompok

eksperimen yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

Individualization (TAI) memiliki nilai

rata-rata kompetensi pengetahuan IPS sebesar 80,3 dalam kategori PAP skala lima termasuk dalam kategori Baik (B) dan siswa kelompok kontrol yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) memiliki nilai

rata-rata kompetensi pengetahuan IPS sebesar 69,37 dalam kategori PAP skala lima termasuk dalam kategori Cukup (C). Dengan demikian rata-rata kompetensi pengetahuan IPS siswa kelompok Statistik Deskriptif Kelompok

Eksperimen Kelompok Kontrol N 30 30 Mean (M) 80,3 69,37 Nilai Terendah 57 49 Nilai Tertinggi 100 94 StandarDeviasi 11,41 11,17 Varians 130,25 124,79

(7)

7 ekperimen lebih dari rata-rata kompetensi pengetahuan IPS siswa kelompok kontrol

( X ekperimen = 80,3 > X kontrol = 69,37).

Sebelum dianalisis, data kompetensi pengetahuan IPS yang telah diperoleh terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yang meliputi uji normSalitas sebaran data dan uji homogenitas. Berdasarkan uji normalitas sebaran data yang dilakukan dengan teknik analisis

Chi-Square pada taraf signifikansi 5%,

diperoleh pada kelompok eksperimen

sedangkan .

Karena X2hitung< X2tabel (2,56 < 11,07) maka Ho diterima (gagal ditolak) atau Ha ditolak.

Ini berarti sebaran data kompetensi pengetahuan IPS kelompok eksperimen berdistribusi normal.

Sementara itu pada kelompok kontrol

diperoleh sedangkan

. karena X2hitung < X2tabel

(2,44< 11,07) maka Ho diterima atau Ha

ditolak. Ini berarti sebaran data kompetensi pengetahuan IPS kelompok kontrol berdistribusi normal.

Homogenitas varians diuji dengan menggunakan uji-F. Dari uji homogenitas yang dilakukan pada taraf signifikansi 5% dengan dkpembilang = 30 dan dkpenyebut = 30

diperoleh Fhitung= 1,05 sedangkan Ftabel =

1,05. Dengan demikian Fhitung = 1,05 < Ftabel

= 1,85 yang berarti kedua kelompok homogen.

Setelah memenuhi syarat normal dan homogen, selanjutnya dilakukan analisis data menggunakan uji-t dengan rumus

polled varians. Kriteria pengujian adalah

jika t-hitung > t-tabel, maka Ho ditolak. Pengujian dilakukan pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan (dk) = n1+n2

-2. Rekapitulasi hasil uji hipotesis disajikan pada Tabel 2

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Uji-t

Hasil analisis uji t diperoleh thitung =

3,73 Harga tersebut kemudian dibandingkan dengan harga ttabel dengan dk

= 30+30-2=58 dan taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh harga ttabel =2,000,

karena thitung>ttabel thitung= 3,73 > ttabel (α =

0,05, 58) = 2,000 maka H0 ditolak atau Ha

diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPS kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe

Team Assisted Individualization berbantuan

peta konsep dan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran konvensional pada kelas V SD Gugus Raden Ajeng Kartini Denpasar Barat.

Rata-rata kompetensi pengetahuan IPS siswa kelompok eksperimen lebih dari rata-rata kompetensi pengetahuan IPS siswa kelompok kontrol ( X ekperimen = 80,3 >

X kontrol = 69,37). Sehingga dapat

disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

Individualization (TAI) berbantuan peta

konsep berpengaruh terhadap kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas V SD Gugus Raden Ajeng Kartini Denpasar Barat.

Perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPS kelompok eksperimen dan kelompok kontrol terjadi karena perbedaan pemberian treatment yang diberikan saat pembelajaran. Kelompok eksperimen diberikan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

Individualization (TAI) berbantuan peta

konsep memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa dikelompok kontrol yang tidak dibelajarkan meggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI).

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) berbantuan peta

konsep dapat meningkatkan faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi pengetahuan IPS. Model Pembelajaran

No Kelompok N D k M th itung tt abel Kesim pulan 1. 2. Eksperimen Kontrol 30 30 58 80,3 69,37 3,73 2,000 Ho ditolak

(8)

8 Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) berbantuan peta

konsep akan membuat siswa lebih termotivasi, karena penggunaan kelompok dalam belajar yang terdiri dari 4-5 orang, yang tentunya kelompok ini bersifat heterogen. Dipastikan heterogen karena adanya tes penempatan dalam pembentukan setiap kelompok, memiliki perbedaan individual siswa secara akademik dalam menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan bersama dan kompetensi pengetahuan IPS yang maksimal. Hal ini menuntut siswa memiliki tanggung jawab dan membangun pengetahuannya sendiri siswa dapat lebih terbantu melalui peta konsep tersebut karena struktur berpikir peserta didik menjadi lebih sederhana dan terciptanya pembelajaran bermakna dan mampu mengaitkan keterkaitan hubungan antar konsep-konsep dengan kehidupan nyata siswa. Beberapa keuntungan menggunakan media peta konsep di dalam kelas antara lain, peta konsep akan memberikan visualisasi konsep-konsep utama dan pendukung yang telah terstruktur. Pembelajaran ini memiliki kesesuaian dengan karakteristik mata pelajaran IPS. Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, materi pembelajaran dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata siswa sehingga mampu membekali siswa dengan seperangkat pengetahuan, sikap, nilai, moral dan keterampilan untuk memahami lingkungan sosial masyarakat dapat dicapai dan membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran. Sehingga siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, rendah sama-sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan berkontribusi dengan anggota kelompok sangat bernilai. Selain itu pemberian skor dan penghargaan (recognition) kepada tim atau kelompok yang memenuhi kriteria sebagai “tim super”, juga akan menumbuhkan motivasi dan minat setiap siswa untuk lebih tekun dan bersemangat mengalahkan kelompok lain dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang diberikan, sehingga proses pembelajaran akan menjadi lebih aktif dan terciptanya rasa senang dalam belajar IPS.

Berbeda dengan model pembelajaran yang terjadi selama pembelajaran IPS di

kelompok kontrol. Pembelajaran yang biasa diterapkan sehari-hari di sekolah dan kurangnya model pembelajaran yang bervariasi mengakibatkan siswa terlihat tidak bersemangat dan kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran yang tengah berlangsung. Pembelajaran seperti ini, membuat siswa merasa bosan dan jenuh dalam mengikuti pembelajaran.

Hal ini didukung oleh pendapat Slavin (2005) yang menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

Individualization (TAI) memiliki beberapa

kelebihan, diantaranya meningkatkan motivasi siswa, siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalah, menghemat presentasi guru sehingga waktu pembelajaran lebih afektif, peserta didik mendapatkan penghargaan atas usaha mereka, siswa diajarkan bagaimana bekerjasama dalam suatu kelompok, adanya rasa tanggung jawab dalam kelompok dalam menyelesaikan masalah.

Penelitian ini diperkuat oleh penelitian yang relevan yang dilaksanakan oleh Pramana (2014) dengan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran TAI berbasis nilai-nilai karakteristik berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa Kelas IV SD Gugus 6 Kecamatan Kubu Kabupaten Karangasem dan Asriningsih (2014) dengan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Team

Assisted Individualization (TAI)

berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Gugus V Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif kompetensi pengetahuan IPS kelompok eksperimen diperoleh skor rata-rata, = 80,3 dan rerata persentase kompetensi pengetahuan IPS kelompok eksperimen, M% = 80,3%. Rerata persentase kompetensi pengetahuan IPS tersebut kemudian dikonversikan pada tabel PAP skala lima, sehingga dapat diketahui kompetensi pengetahuan IPS siswa kelompok eksperimen berada pada kategori baik. Berdasarkan hasil analisis statistik pengetahuan IPS kelompok kontrol

(9)

9 diperoleh skor rata-rata, = 69,37 dan rerata persentase kompetensi pengetahuan IPS kelompok kontrol, M% = 69,37%. Rerata persentase kompetensi pengetahuan IPS tersebut kemudian dikonversikan pada tabel PAP skala lima, sehingga dapat diketahui kompetensi pengetahuan IPS siswa kelompok kontrol berada pada kategori cukup.

Berdasarkan hasil analisis hasil analisis uji t diperoleh thitung = 3,73. Harga

tersebut kemudian dibandingkan dengan harga ttabel dengan dk = 30 + 30 – 2 = 58

dan taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh harga ttabel =2,000, karena

thitung>ttabel (thitung= 3,73 > ttabel (α = 0,05, 58) =

2,000) maka Ho ditolak. Ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas V di SD Gugus Raden Ajeng Kartini Denpasar Barat yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) berbantuan peta

konsep dan siswa yang tidak dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) berbantuan peta

konsep.

Rata-rata kompetensi pengetahuan IPS siswa kelompok eskperimen lebih dari rata-rata kompetensi pengetahuan IPS siswa kelompok kontrol ( X ekperimen = 80,3 >

X kontrol = 69,37). Sehingga dapat

disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) berbantuan peta

konsep berpengaruh terhadap kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas V SD Gugus Raden Ajeng Kartini Denpasar Barat.

Saran

Berdasarkan simpulan yang diajukan, maka saran dapat diajukan kepada: 1) Model pembelajaran kooperatif tipe TAI berbantuan peta konsep memberikan pengaruh terhadap kompetensi pengetahuan IPS kelas V SD N 19 Pemecutan 2) kepada guru disarankan agar lebih kreatif untuk memberikan fasilitas berupa sumber belajar dan kesempatan yang lebih besar bagi siswa pada pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe TAI berbantuan Peta Konsep sehingga tercipta

pembelajaran bermakna dan menyenangkan bagi siswa. 3) kepada sekolah agar dapat menjadi pedoman bagi sekolah untuk menciptakan kondisi yang mampu memotivasi dan meningkatkan kualitas guru dalam merancang pembelajaran yang inovatif dalam membelajarkan siswa sesuai dengan yang diharapkan dalam kurikulum 2013, sehingga dapat meningkatkan mutu dan kualitas sekolah menjadi lebih unggul dan inovatif. 4) dengan dilakukannya penelitian ini, disarankan kepada peneliti lain agar hasil penelitian ini digunakan sebagai referensi untuk melaksanakan penelitian selanjutnya atau menemukan inovasi kegiatan pembelajaran lainnya yang bermakna dan menyenangkan bagi siswa. DAFTAR RUJUKAN

Adnyani, Ni Wyn Nopi. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI dan Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa.

Tersedia pada

ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJ

PGSD/article/view/5651 (diakses

tanggal 9 Juli 2017) Volume 3 No.1 (hlm1-11).

Agung, A.A Gede. 2014. Metodelogi

Penelitian Pendidikan. Yogyakarta:

Aditya Media Publishing

Darmadi,

Hamid.

2014.

Metode

Penelitian Pendidikan dan Sosial.

Bandung: Alfabeta,cv

Gunawan, Rudy. 2011. Pendidikan IPS

Filosofi, Konsep, Aplikasi. Bandung:

Alafabeta

Huda. 2014. Model-model Pengajaran dan

Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka

Belajar.

Pramana, I Nyoman Arya. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Team Assisted

Individualization Berbasis Nilai-Nilai

Karakteristik Terhadap Hasil Belajar IPS Kelas IV. Skripsi (tidak diterbitkan). Tersedia pada

(10)

10

PGSD/article/view/2235. (diakses 9 Juli 2017) Volume 2 No.1 (hlm 1-10)

Rusman. 2016. Model-Model Pembelajaran

Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Jakarta: PT.RajaGrafindo

Persada

Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar

Proses Pendidikan. Jakarta:

Prenada Media Group.

Setyosari. 2015. Metode Penelitian

Pendidikan &

Pengembangan.Jakarta:

Prenadamedia Group

Slavin. 2005. Cooperative Learning.

Bandung :Nusa Media.

Sugiyono, 2012. Metodelogi Penelitian

Kuantitatif Kualitatif Dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Susanto, Ahmad. 2014. Pengembangan

Pembelajaran IPS. Jakarta:

Kencana.

Trianto. 2015. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual. Jakarta: Kencana

Utami, Ni Kadek Suci Tuti. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Terhadap Hasil Belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Singaraja Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi (tidak diterbitkan). Tersedia pada

ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJ TP/article/view/5917 (diakses pada 9 Juli 2017). Volume 3 No.1 (hlm 1-10

(11)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

yang artinya ada hubungan antara ketuban pecah dini dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di ruang ponek Bapelkes RSD Jombang.Diharapkan bagi petugas

(2) Usulan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal dalam rangka pemberian fasilitas Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan kepada Menteri Keuangan

Tuturan (91) merupakan tuturan yang termasuk tindak tutur ilokusi direktif wujud “perintah” dapat dikatakan sebagai tindak tutur ilokusi direktif wujud perintah,

1) Pendidikan dan Pelatihan (diklat) bagi calon peserta Lampung Mengajar tahun 2018 akan dilaksanakan secara intensif selama 20 hari kalender, yang rencananya akan

Dalam berita ini terdapat enam karakteristik narasi, yaitu keberadaan pemain belakang sebagai pengirim, ketajaman timnas Prancis sebagai objek, melaju ke final Piala Dunia 2018

Grup menggunakan instrumen keuangan untuk mengelola risiko eksposur atas suku bunga dan tingkat perubahan nilai tukar mata uang asing. Penggunaan derivatif lebih

Data diatas menunjukkan bahwa struktur hukum kurang berpengaruh terhadap pemidanaan pelaku tindak pidana narkotika (48.48%) karena antara hukum mengenai hal itu tidak