• Tidak ada hasil yang ditemukan

WUJUD DAN FUNGSI TINDAK ILOKUSI ANTARA GURU DENGAN SISWA DI SMP PANGUDI LUHUR 1 YOGYAKARTA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "WUJUD DAN FUNGSI TINDAK ILOKUSI ANTARA GURU DENGAN SISWA DI SMP PANGUDI LUHUR 1 YOGYAKARTA SKRIPSI"

Copied!
159
0
0

Teks penuh

(1)

i

WUJUD DAN FUNGSI TINDAK ILOKUSI ANTARA GURU

DENGAN SISWA DI SMP PANGUDI LUHUR 1 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Disusun oleh Ni Ketut Artini

141224005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

MOTTO

“Jadi yoga tidak selalu melakukan tapa, brata dan semadhi, yoga dapat berarti pula melakukan kewajiban/pekerjaan yang seimbang dalam menjalankan kehidupan kita masing-masing, terlepas dari keberhasilan ataupun kegagalan, kita

tetap harus berusaha dan berjuang untuk melakukan kewajiban/pekerjaan tersebut.”

(Bhagavad Gita 2.48)

“Memulai dengan penuh keyakinan menjalankan dengan penuh keikhlasan, menyelesaikan dengan penuh kebahagian.”

(Ibu Kartini)

“Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah.”

(Thomas Alva Edison)

“Jangan pernah mengangap rendah diri sendiri karena percayalah setiap manusia pasti memiliki kemampuan didalam dirinya, teruslah berusaha dan sabar dalam

menggapai sebuah tujuan.” (Ni Ketut Artini)

(5)

v

PERSEMBAHAN

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang dilimpahkan, dengan kerendahan hati teriring salam dan doa,

kupersembahkan karya sederhana ini untuk:

Kedua orangtuaku, terima kasih atas untaian doa yang tiada henti yang selalu mengiringi langkahku. Kasih sayang, perhatian, kesabaran, ketulusan, dan perjuangan yang kalian curahkan untuk merawat dan mendidikku. Terima kasih

telah menuntunku menemukan jalan kehidupan. Dan terima kasih untuk kakak kakak dan adikku yang tersayang karena selalu mendukung serta memberikan

(6)
(7)
(8)

viii

ABSTRAK

Artini, Ni Ketut.2018. Wujud Dan Fungsi Tindak Ilokusi Antara Guru Dengan

Siswa Di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta:

Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan jenis-jenis tindak ilokusi antara guru dan siswa ketika interaksi belajar mengajar, mendeskripsikan wujud dan fungsi tindak ilokusi. Sasaran dalam penelitian ini adalah guru dengan siswa yang sedang melakukan kegiatan interaksi belajar mengajar di kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan tujuan untuk mendapatkan deskripsi objek tentang tuturan guru dengan siswa dalam interaksi belajar mengajar di kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik simak bebas libat cakap, teknik observasi, dan teknik wawancara. Teknik pengumpulan data tersebut digunakan peneliti untuk memperoleh data yang lengkap mengenai tindak ilokusi. Peneliti melakukan analisis data meliputi empat tahap: indentifikasi, klasifikasi, interpretasi, dan pelaporan.

Hasil dari penelitian ini ditemukan 102 tuturan meliputi: Wujud tindak ilokusi asertif yaitu “menuntut, melapor, saran” Wujud tindak ilokusi direktif yaitu “perintah”, nasehat, permintaan” Wujud tindak ilokusi ekspresif yaitu “mengucapkan trimakasih, memuji, meminta maaf” Wujud tindak ilokusi deklaratif yaitu “larangan, memaafkan, mengizinkan”.

Fungsi tindak tutur asertif yang ditemukan dalam penelitian ini yaitu “mengharuskan, mengeluh, mengadu, memberitahu, menyarankan”. Fungsi tindak tutur direktif yang ditemukan dalam penelitian ini yaitu “menginstruksikan, meminta, menyilahkan, menasehati, melarang, menghendaki,.” Fungsi tindak tutur ekspresif ditemukan dalam penelitian ini yaitu “ucapan terimakasih, permintaan maaf, pujian.” Fungsi tindak tutur deklaratif yang ditemukan dalam penelitian ini yaitu “mengampuni, membolehkan, menyetujui.”

Hasil penelitian membuktikan bahwa memahami maksud dari suatu tuturan, penutur dan mitra tutur harus memahami konteks situasi yang mendasari suatu tuturan tersebut. situasi konteks tersebut sangat berpengaruh ketika terjadi peristiwa tutur. Pentingnya pemahaman suatu konteks situasi tuturan dari pihak penutur maupun mitra tutur dapat mengurangi adanya salah tafsir dari maksud tuturan.

Kata kunci: tindak ilokusi asertif, direktif, ekspresif, deklaratif, wujud dan fungsi tindak ilokusi.

(9)

ix ABSTRACT

Artini, Ni Ketut. 2018. “Form and Function of Ilocution Act Between Teacher and Student in Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Junior Hight School”. Undergraduate Thesis. Yogyakarta: Study Program of Indonesia Language and Literature Education, Education of Language and Art Course, Teacher Education and Science of Education Faculty, Sanata Dharma University.

This reserach purpose is describing kind of ilocution act between theacher and student event learning-theaching interaction, olso describing form and function of ilocution act. The target in this research is theacher and student who make learning-teaching interaction in class VII of Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Junior Hight School. Kind of this research is qualitative descriptive to have description object of theacher speech to student when learning-theaching interaction in class VII of Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Junior Hight School. The tecnique of datas collecting in this research is free ably involvement of refer technique, observation technique, and interview technique. That datas collecting technique used by researcher to have complete data about ilocution act. Datas analyze covers four stages: identification, clasification, interpretation, and reporting.

The result of this research is 102 speech which covers: assertive form of ilocution act, that is “demand, report, suggestion.” Directive form of ilocution act, that is “commanding, advice, request.” Expressive form of ilocution act, that is “say thank you, praised, and apologize” Declarative form of ilocution act, that is “forgive, and allow”.

Assertive function of ilocution act, that is “require, complained, telling, and recomend.” Directive function of ilocution act, that is “instruct, ask, advise, prohibit, and desire.” Expressive function of ilocution act, that is “say thank you, apologize, and praise”. Declarative function of ilocution act, that is “forgive, allow, and accept”.

The result of this research is attest that to understanding a speech, speaker and listener must be understanding context that underlying that speech. Situation of context has very influential event conversations occur. The important of understanding a speech situation of context from speaker or listener can be reduce misinterpretation meaning of speech.

Key word: assertive ilocution act, dirrective, expresive, declarative, form and function of ilocution act.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya yang melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Wujud Dan Fungsi Tindak Ilokusi Antara Guru Dengan Siswa Di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Penelitian ini disusun demi menelaah serta mengkaji wujud dan fungsi tindak ilokusi antara guru dengan siswa di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Maka dari itu, penulis memecahkan atau menjawab permasalahan tersebut dengan melakukan penelitian menggunakan ilmu pragmatik sebagai dasar untuk menganalisis tuturan-tuturan guru dengan siswa yang dicurigai mengandung tindak ilokusi. Skripsi ini dapat terselesaikan berkat kerja sama dan bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo S.Pd., M.Si. selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Prof. Dr. Pranowo, M.Pd., selaku dosen pembimbing tunggal, atas kesabaran dalam membimbing, memberi solusi dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

4. Dr. B. Widharyanto. M.Pd., selaku dosen triangulator yang telah bersedia meluangkan waktu untuk mengoreksi dan memberi masukan terhadap data-data penelitian penulis.

5. Para dosen Program Studi Pendidikan. Bahasa Sastra Indonesia yang telah memberi banyak ilmu mengenai bahasa dan sastra Indonesia, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

6. Pegawai sekretariat Program Studi PBSI yang telah membantu dan melayani penulis dalam mengurusi berbagai hal yang berhubungan dengan skripsi ini.

(11)
(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

MOTO...iv

HALAMAN PERSEMBAHAN...v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH...vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH...vii

ABSTRAK...viii ABSTRAK...ix KATA PENGANTAR...x DAFTAR ISI...xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Indentifikasi Masalah...4 1.3 Batasan Masalah...4 1.4 Rumusan Masalah...4 1.5 Tujuan Penelitian...5 1.6 Manfaat Penelitian...5 1.7 Definisi Istilah...6

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Relevan...8

2.2 Landasan Teori...9

2.2.1 Pragmatik...9

2.2.2 Konteks...11

2.2.3 Teori Tindak Tutur...13

2.3 Kerangka Berpikir...27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian...30

3.2 Sumber Data dan Data Penelitian...31

(13)

xiii

3.3.1 Teknik Simak Bebas Libat Cakap...31

3.3.2 Teknik Observasi...32

3.3.3 Teknik Wawancara...32

3.4 Instrumen Penelitian...33

3.5 Teknik Analisis Data Penelitian...33

3.6 Triagulasi...34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data...35

4.2 Hasil Penelitian...37

4.2.1 Wujud Tindak Ilokusi...37

4.2.1.1 Wujud Tindak Ilokusi Asertif...37

4.2.1.1.1 Menuntut...38

4.2.1.1.2 Mengeluh...39

4.2.1.1.3 Melapor...40

4.2.1.2.4 Saran………...41

4.2.1.2 Wujud Tindak Ilokusi Direktif………...41

4.2.1.2.1 Perintah...41

4.2.1.2.2 Permintaan...42

4.2.1.2.3 Nasehat...44

4.2.1.3 Wujud Tindak Ilokusi Ekspresif …...45

4.2.1.3.1 Mengucapkan Terima kasih……….………...45

4.2.1.3.2 Memuji………...46

4.2.1.3.3 Meminta Maaf...48

4.2.1.4 Wujud Tindak Ilokusi Deklaratif...49

4.2.1.4.1 Memaafkan………...49

4.2.1.4.2 Mengizinkan...50

4.2.2 Fungsi Tindak Ilokusi...52

4.2.2.1 Fungsi Tindak Ilokusi Asertif...52

4.2.2.1.1 Mengharuskan...52

4.2.2.1.2 Keluhan………...53

(14)

xiv

4.2.2.1.4 Memberitahu………...55

4.2.2.15 Menyarankan…………...56

4.2.2.2 Fungsi Tindak Ilokusi Direktif...……57

4.2.2.2.1 Menginstruksikan………...57 4.2.2.2.2 Menyilahkan...59 4.2.2.2.3 Menghendaki...60 4.2.2.2.4 Melarang...62 4.2.2.2.5 Meminta………64 4.2.2.2.6 Menasehati...65

4.2.2.3 Fungsi Tindak Ilokusi Ekspresif...66

4.2.2.3.1 Ucapan Trimakasih...66

4.2.2.3.2 Pujian...67

4.2.2.3.3 Permintaan Maaf...68

4.2.2.4 Fungsi Tindak Ilokusi Deklaratif...70

4.2.2.4.1 Mengampuni...70

4.2.2.3.2 Membolehkan...71

4.2.2.3.3 Menyetujui...72

4.3 Pembahasan ...73

4.3.1 Wujud Tindak Ilokusi...74

4.2.1 Fungsi Tindak Ilokusi...76

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan...78 5.2 Implikasi...79 5.3 Saran...79 DAFTAR PUSTAKA BIODATA PENULIS LAMPIRAN

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam mengadakan hubungan atau interaksi dengan sesamanya, manusia memerlukan sebuah alat komunikasi. Alat komunikasi tersebut digunakan untuk menyampaikan ide, gagasan, atau pun alat pendapat. Bahasa merupakan satu wujud yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahasa memungkinkan manusia untuk saling berhubungan (berkomunikasi). Melalui bahasa, seseorang dapat mengungkapkan segala sesuatu yang ingin dikemukakannya sehingga lawan tuturnya akan memahami maksud ungkapan yang dikemukakan oleh penutur tersebut. Lawan tutur akan mengungkapkan apa yang ingin dikemukakannya juga melalui bahasa, salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi.

Menurut Chaer dan Agustina (2004: 11) fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi atau alat interaksi. Melalui kegiatan berkomunikasi setiap penutur hendak menyampaikan tujuan atau maksud tertentu kepada mitra tutur. Komunikasi yang terjadi harus berlangsung secara efektif dan efisien, sehingga pesan yang disampaikan dapat dipahami dengan jelas oleh mitra tutur yang terlibat dalam proses komunikasi. Proses komunikasi yang efektif dan efesien tidak akan terjadi dengan baik, apabila bahasa yang digunakan oleh penutur tidak mampu dipahami oleh mitra tutur.

(16)

Dengan demikian, untuk mempermudah proses komunikasi, bahasa yang digunakan oleh penutur harus bahasa yang mudah dipahami oleh mitra tutur. Bahasa sebagai gejala sosial yang sangat kompleks baik masalah sosialnya, kulturnya, maupun situasionalnya. Dengan demikian, mendekati bahasa dari pandangan linguistik belumlah cukup sebab studi bahasa juga memperhitungkan faktor sosial dan situasionalnya. Dalam penelitian ini pendekatan pragmatik digunakan untuk mengkaji satuan analisis tindak ujaran atau tindak tutur. Dengan itu dapat diketahui apa fungsi tindak tutur itu diujarkan (oleh penuturnya). Tindak tutur dalam interaksi belajar mengajar di kelas dapat dimanfaatkan sebagai pengajaran pragmatik.

Pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang makna yang berhubungan dengan situasi ujar (Leech, 1993: 8). Pragmatik mengkaji makna tuturan yang dikehendaki oleh penutur dan menurut konteksnya. Konteks dalam hal ini berfungsi sebagai dasar pertimbangan dalam mendeskripsikan makna tuturan dalam rangka penggunaan bahasa dalam komunikasi. Salah satu objek kajian pragmatik yaitu tindak tutur. Salah satu peristiwa berbahasa yang menarik dikaji secara pragmatik adalah peristiwa berbahasa antara guru dengan siswa dalam interaksi belajar di sekolah. Interaksi belajar-mengajar adalah proses komunikasi antar guru dengan siswa dalam ikatan tujuan pendidikan, yaitu proses siswa belajar dan guru mengajar. Keberadaan tindak tutur guru dalam interaksi belajar mengajar sangat berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa, merangsang perubahan tingkah laku dan memberikan pengalaman berbahasa bagi siswa.

(17)

Nababan (1987: 68) menyatakan bahwa alat utama yang digunakan dalam interaksi belajar-mengajar antara siswa, guru, dan pelajaran adalah bahasa. Dalam proses belajar-mengajar terjadilah komunikasi timbal balik atau komunikasi dua arah antara guru dan siswa. Pada proses pembelajaran di kelas, guru memberikan pengetahuan kepada siswanya, hal ini termasuk dalam wujud tindak tutur seseorang. Dalam bertutur guru harus memahami konteks bahasa untuk menentukan suatu ujuran. Pada konteks pemakaian bahasa yang perlu diperhatikan adalah tempat komunikasi terjadi, objek yang dituturkan, dan bagaimana tindakan penutur seharusnya terhadap apa yang dituturkan.

Guru sebagai orang yang mempunyai peranan penting dalam interaksi belajar-mengajar selalu menggunakan tuturan sebagai media untuk menyampaikan ide kepada siswa. Penggunaan tuturan oleh guru sebagai media penyampai ide kepada siswa tidak selalu pada satu ragam tindak tutur tertentu. Guru sebagai orang yang memiliki peranan penting dalam kegiatan pembelajaran, lebih banyak menggunakan tuturan lisan sebagai media untuk menyampaikan ide kepada siswa. Oleh sebab itu, bahasa memiliki peranan sentral dalam perkembangan intelektual siswa dan penggunaan tindak tutur yang baik dan sesuai dengan konteks dalam interaksi belajar mengajar akan menciptakan suasana belajar mengajar yang mengesankan bagi guru dan siswa. Dalam kajian pragmatik yang dikemukakan oleh Austin (1969) disebutkan bahwa ketika seseorang berbicara, ia tidak hanya mengucapkan sebuah ujaran saja, tetapi ia juga melakukan tindakan dengan ujarannya tersebut. Pandangan ini disebut dengan (Speech Act ) atau tindak tutur

(18)

yang terdiri atas lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Sehubungan dengan itu, melalui penelitian ini yang menjadi pokok penelitian ini adalah kajian pada tindak ilokusi yang terdapat antara guru dengan siswa di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Karena peneliti ingin mengetahui secara langsung pemakaian tindak ilokusi dalam interaksi belajar mengajar disekolah.

1.2 Indentifikasi Masalah

1. Wujud tindak ilokusi antara guru dengan siswa di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

2. Fungsi tindak ilokusi antara guru dengan siswa di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan dari identifikasi masalah di atas, fokus permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut.

1. Wujud tindak ilokusi apa saja yang terdapat antara guru dengan siswa di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

2. Fungsi tindak ilokusi apa saja yang terdapat antara guru dengan siswa di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

1.4 Rumusan Masalah

Peneliti membuat suatu rumusan masalah untuk lebih memfokuskan penelitian. Dalam penelitian ini, rumusan masalah utama apa sajakah wujud dan fungsi tindak ilokusi antara guru dan siswa di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta, dengan sub-masalah sebagai berikut:

(19)

1. Wujud tindak ilokusi apa sajakah yang terjadi antara guru dengan siswa di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

2. Fungsi tindak ilokusi apa sajakah yang terjadi antara guru dengan siswa di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah di atas, maka dalam penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan wujud tindak ilokusi antara guru dengan siswa di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

2. Mendeskripsikan fungsi tindak ilokusi antara guru dengan siswa di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini meliputi manfaat teoritis dan praktis:

1. Manfaat Teoretis

Secara teoritis penelitian ini bermanfaat sebagai salah satu referensi yang menambah pengetahuan kajian pragmatik khususnya tindak tutur ilokusi. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai acuan dalam penelitian yang lain.

2. Secara Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi atau wawasan kepada pembaca mengenai wujud dan fungsi tindak ilokusi. Selain itu dalam pembelajaran bahasa, digunakan untuk menambah

(20)

wawasan mengenai pemahaman sebuah tuturan, sehingga mitra tutur dapat memahami maksud sebuah tuturan yang mengandung tindak ilokusi

1.7 Definisi Istilah

Batasan istilah ini bertujuan untuk menghindari perbedaan tanggapan terhadap istilah dalam penelitian. Batasan istilah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Pragmatik

Yule (2006:3) menegaskan bahwa pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur atau penulis dan ditafsir oleh pembaca tau pendengar.

b. Konteks

Kridalaksana (2011:134) mengartikan konteks adalah (1) aspek-aspek lingkungan fisik atau sosial yang kait mengait dengan ujaran tertentu, (2) pengetahuan yang sama-sama memiliki pembicara dan pendengar sehingga pendengar paham apa yang dimaksud pembicara. c. Tindak tutur

Tindak tutur adalah tuturan dari seorang yang bersifat psikologis dan yang dilihat dari makna tindakan dalam tuturannya itu. Serangkaian tindak tutur akan membentuk suatu peristiwa tutur. Kemudian, tindak tutur dan peristiwa ini menjadi dua gejala yang terdapat pada satu proses, yaitu proses komunikasi. (Chaer, 2010: 27)

(21)

d. Tindak Ilokusi

Wijana (1996:18) menyatakan bahwa tindak ilokusi adalah sebuah tuturan selain berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu, dapat juga dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Searle mendeskripsikan tindak ilokusi ke dalam lima bentuk tindak tutur diantaranya asertif, direktif, komisif, ekspresif, deklaratif.

(22)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Relevan

Penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh David Kurniawan berjudul Analisis Tindak Tutur Wacana dalam Iklan Siswa kelas IX

SMP N 1 Srandakan, Bantul, Yogyakarta. Hasil penelitian yang didapatkan dari

penelitian David Kurniawan adalah 1) Tindak lokusi dalam bentuk berita, bentuk tanya, dan bentuk perintah. 2) Tindak ilokusi meliputi asertif (menunjukkan, menegaskan, menyebutkan, memberitahu), b) direktif (bertanya, menyuruh, melarang, memerintah), c) komisif (meminjam). 3) Tindak perlokusi dalam bentuk membuat mitra tutur melakukan sesuatu, membuat mitra tutur berpikir dan membuat mitra tutur tertarik. Dan penelitian yang dilakukan oleh Novika Kurniari berjudul Tindak Tutur Mahasiswa PPL UNY 2010 dalam Proses Belajar

Mengajar Bahasa Indonesia di SMP N 1 Seyegan. Hasil penelitian yang

didapatkan dari penelitian Novika adalah jenis tindak tutur yang ditemukan, 1)

tindak lokusi meliputi bentuk berita, bentuk tanya, dan bentuk perintah. 2) tindak ilokusi meliputi: representatif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklarasi. 3) tindak perlokusi meliputi tuturan yang membuat mitra tutur terbujuk, menjadi

malu, memaklumi kesalahan penutur, termotivasi, menjalankan sesuatu, menjadi takut, dan menyetujui suatu hal.

(23)

Penelitian yang dilakukan oleh David Kurniawan dan Novika Kurniari meneliti tindak tutur dengan kajian pragmatik. Hal yang membedakan dengan penelitian ini terletak pada objek penelitian, penelitian Novika Kurniari dan David Kurniawan menekankan pada semua jenis tindak tutur (lokusi, ilokusi dan perlokusi). Oleh karena itu, peneliti mencoba melakukan penelitian yang lebih menekankan pada tindak ilokusi.

2.2 Landasan Teori

Landasan teori merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah penelitian karena akan menjadi dasar yang kuat dalam sebuah penelitian yang akan dilakukan. Dalam landasan teori ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan peneliti sebagai acuan dalam penelitian Wujud dan Fungsi Tindak Ilokusi antara Guru dengan Siswa di

SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. 2.2.1 Pragmatik

Yule (2015: 188) berpendapat bahwa pragmatik adalah kajian makna yang tidak terlihat atau bagaimana kita mengetahui apa yang dimaksud bahkan ketika makna tersebut sebenarnya tidak dikatakan atau ditulis. Agar bisa mengetahuinya, pembicara (atau penulis) harus mampu bergantung pada banyak asumsi dan pengharapan yang telah ada ketika mereka mencoba berkomunikasi. Pragmatik adalah studi tentang makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar (speech situations). Leech (1993: 8) pragmatik diperlukan dengan menganalisis makna yang dipertuturkan antara penutur disesuaikan dengan situasi ujar.

(24)

Levinson (dalam Nababan, 1987: 2) memberikan lima definisi dari ilmu pragmatik, dua diantaraya adalah: Pertama, kajian dari hubungan antara bahasa dan konteks yang mendasari penjelasan pengertian bahasa. Pengertian bahasa menunjukan kepada fakta bahwa untuk mengerti suatu ungkapan atau ujaran bahasa diperlukan pengetahuan di luar makna kata dan hubunganya dengan konteks pemakaiannya. Kedua, kajian tentang kemampuan pemakaian bahasa mengaitkan kalimat dengan konteks-konteks yang sesuai bagi kalimat-kalimat itu. Pragmatik mengkaji tentang makna kalimat-kalimat yang dituturkan oleh penutur disesuaikan dengan konteks dan situasi.

Cahyono, (1995: 213) berpendapat bahwa pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang mempelajari tentang makna yang dikehendaki oleh penutur. Pendapat Cahyono lebih menekankan pada makna yang dikehendaki penutur, tuturan yang dituturkan terdapat makna yang hanya dikehendaki penutur. Morris (dalam Wijana 1996:4-5) menjelaskan bahwa pragmatik merupakan bagian dari ilmu tanda sebenarnya. Morris menjelaskan bahwa pragmatik mengkaji hubungan antara tanda-tanda bahasa bukan tanda yang lainnya. Nadar (2009:2) menjelaskan bahwa pragmatik adalah cabang linguistik yang mempelajari bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dalam situasi tertentu. Pragmatik adalah cabang semiotika yang mengkaji hubungan tanda dengan pengguna bahasa.

Parker (dalam Nadar 2009:4) mengatakan bahwa pragmatik adalah kajian tentang bagaimana bahasa digunakan untuk berkomunikasi dan menegaskan

(25)

bahwa pragmatik tidak menelaah struktur bahasa secara internal seperti tata bahasa, melainkan secara eksternal. Gasdar (dalam Nadar 2009:4) mengatakan bahwa pragmatik adalah kajian tentang bagaimana bahasa digunakan untuk berkomunikasi dan menegaskan bahwa pragmatik tidak menelaah struktur bahasa secara internal seperti tata bahasa, melainkan secara eksternal. Stalnaker (dalam Nadar 2009:5) mengatakan bahwa pragmatik adalah kajian antara lain mengenai deiksis, implikatur, presuposisi, tindak tutur, dan aspek-aspek struktur wacana. Katz (dalam Nadar 2009:5) mengatakan bahwa kebalikannya, teori-teori pragmatik tidak menjelaskan struktur konstruksi bahasa atau bentuk dan relasi gramatikal. Teori-teori tersebut mengkaji alasan penutur dan pendengar yang membuat korelasi wujud kalimat dengan proposisi. Dalam hal ini, teori pragmatik merupakan bagian dari pragmatik. Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari makna tuturan penutur pada situasi ujar tertentu.

2.2.2 Konteks

Kridalaksana (2011:134) mengartikan konteks adalah (1) aspek-aspek lingkungan fisik atau sosial yang kait mengait dengan ujaran tertentu, (2) pengetahuan yang sama-sama memiliki pembicara dan pendengar sehingga pendengar paham apa yang dimaksud pembicara. Mulyana (2005: 21) konteks dapat dianggap sebagai sebab dan alasan terjadinya suatu pembicaraan/dialog. Segala sesuatu yang berhubungan dengan tuturan, apakah itu berkaitan dengan arti, maksud, maupun informasinya, sangat tergantung pada konteks yang

(26)

melatarbelakangi peristiwa tuturan itu. Mey (dalam Nadar, 2009: 3-5) mendefinisikan bahwa konteks adalah situasi lingkungan dalam arti luas yang memungkinkan peserta pertuturan untuk dapat berinteraksi, dan yang membuat ujaran mereka dapat dipahami. Nadar (2009: 6-7) Konteks adalah hal-hal yang gayut dengan lingkungan fisik dan sosial sebuah tuturan maupun latar belakang yang sama-sama dimiliki oleh penutur dan lawan tutur dan yang membantu lawan tutur menafsirkan makna tuturan.

Purwo (2001:4) menjelaskan konteks adalah pijakan utama dalam analisis pragmatik. Konteks ini meliputi penutur dan petutur, tempat, waktu, dan segala sesuatu yang terlibat di dalam ujaran tersebut. Preston (dalam Supardo, 2000:46) membagi konteks menjadi konteks bahasa (linguistik) dan konteks di luar bahasa

(nonlinguistik). Konteks bahasa berupa unsur yang membentuk struktur lahir,

yakni bunyi, kata, kalimat, dan ujaran atau teks. Konteks nonbahasa adalah konteks yang tidak termasuk unsur kebahasaan. Kleden (dalam Sudaryat, 2009:141) mengatakan konteks adalah ruang dan waktu yang spesifik yang dihadapi seseorang atau kelompok orang.

Berdasarkan pendapat para ahli mengenai konteks diatas, dapat disimpulkan bahwa konteks adalah bagian suatu uraian atau kalimat yang dapat mendukung atau menambah kejelasan makna situasi yang ada hubungannya dengan suatu kejadian. Konteks merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari tuturan, baik itu tulisan atau lisan. Untuk memahami maksud atau makna dari sebuah tuturan. Penutur dan mitra tutur harus memahami konteks yang mendasari

(27)

terjadinya suatu tuturan. Apabila penutur dan mitra tutur tidak memahami konteks suatu tuturan, maka maksud dari tuturan tersebut tidak akan dipahami. Oleh karena itu, penutur dan mitra tutur harus sama-sama saling mengetahui konteks tuturan sehingga apa yang disampaikan penutur dapat diterima dengan baik oleh mitra tutur.

2.2.3 Teori Tindak Tutur

Searle di dalam bukunya Speech Acts: An Essay in The Philosophy of

Language (dalam Wijana,1996:17). Mengemukakan bahwa secara pragmatis

setidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yaitu tindak lokusi (locutionary act), tindak ilokusi (illocutionary act), dan tindak perlokusi (perlocutionary act). Tindak tutur merupakan aksi (tindakan) dengan menggunakan bahasa (Djajasudarma, 1994:63). Bahasa digunakan pada hampir semua aktifitas. Kita menggunakan bahasa untuk menyatakan informasi (permohonan informasi, memerintah, mengajukan, permohonan, mengingatkan, bertaruh, menasehati, dan sebagainya).

Tindak tutur adalah tuturan dari seorang yang bersifat psikologis dan yang dilihat dari makna tindakan dalam tuturannya itu. Serangkaian tindak tutur akan membentuk suatu peristiwa tutur. Kemudian, tindak tutur dan peristiwa ini menjadi dua gejala yang terdapat pada satu proses, yaitu proses komunikasi (Chaer, 2010: 27). Tindak tutur (istilah Kridalaksana penuturan atau speech

act, speech event) adalah pengajaran kalimat untuk menyatakan agar suatu

(28)

Tindak Tutur adalah suatu tuturan yang berfungsi psikologis dan sosial di luar wacana yang sedang terjadi (Ibrahim, 1993:109). Dari pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa tindak tutur adalah kemampuan seorang individu melakukan tindak ujaran yang mempunyai maksud tertentu sesuai dengan situasi tertentu.

Tindak tutur merupakan perwujudan dari fungsi bahasa. Di balik suatu tuturan terdapat fungsi bahasa yang tercermin dalam maksud dari tuturan tersebut. Ada tiga wujud tindak tutur yang dikemukakan oleh Austin dalam Chaer (2004:53) yaitu tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak perlokusi. Ketiga tindakan tersebut dapat dijelaskan sebagai tindakan untuk menyatakan sesuatu (an act of saying

something), tindak untuk melakukan sesuatu (an act of doing something), dan

tindak untuk mempengaruhi (an act of affecting) berikut uraiannya:

1) Tindak Lokusi

Chaer (2010:27) mengemukakan bahwa tindak tutur lokusi adalah tindak

tutur yang menyatakan sesuatu atau (The Act of Saying Something). Contoh:

(a) Bajumu kotor sekali. (b) Tanganku gatal. Kalimat (a) Bajumu kotor sekali

apabila ditinjau dari segi lokusi memiliki makna sebenarnya. seperti yang dimiliki komponen-komponen kalimatnya. Dengan demikian, dari segi lokusi kalimat di atas mengatakan atau menginformasikan sebuah pernyataan bahwa baju itu kotor sekali (makna dasar). Tuturan (b) semata-mata hanya dimaksudkan untuk memberitahu si mitra tutur pada saat dimunculkannya tuturan itu tangan penutur sedang dalam keadaan gatal. Dari analisis contoh

(29)

(a) dan (b), maka dapat ditarik simpulan bahwa tindak lokusi hanya berupa

tindakan menyatakan sesuatu dalam arti yang sebenarnya tanpa disertai unsur nilai dan efek terhadap mitra tuturnya.

2) Tindak Ilokusi

Chaer (2010:28) bahwa tindak ilokusi adalah selain menyatakan sesuatu

juga menyatakan tindakan melakukan sesuatu. Rohmadi (2004:31) mengungkapkan bahwa tindak ilokusi adalah tindak tutur yang berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu dan dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Wijana (1996:18) menyatakan bahwa tindak ilokusi adalah sebuah tuturan selain berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu, dapat juga dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Contoh:

(a) Ayo Bu, Pak ! Tiga Kilo sepuluh ribu saja, manis lo Pak mangganya. Ayo-ayo beli di sini saja!

(b) Kakak sedang belajar (c) Tanganku gagal

Pada kalimat (a) di atas dituturkan oleh seorang pedagang yang menawarkan dagangannya. Dalam tuturan itu mengandung maksud agar orang-orang mau membeli dagangannya. Dengan demikian, tindak ilokusi tersebut menekankan pentingnya pelaksanaan isi ujaran bagi penuturnya. Tuturan (b) jika kalimat ini dituturkan kepada mitra tutur yang sedang menyalakan televisi dengan volume yang sangat tinggi, berarti tuturan ini

(30)

tidak hanya dimaksudkan untuk memberikan informasi, tetapi juga menyuruh agar mengecilkan volume atau bahkan mematikan televisi karena ada pihak ketiga yang sedang belajar. Tuturan (c) yang diucapkan penutur bukan semata-mata dimaksudkan untuk memberitahu si mitra tutur bahwa pada saat dituturkannya tuturan itu rasa gatal sedang bersarang pada tangan penutur, namun lebih dari itu bahwa penutur menginginkan mitra tutur melakukan tindakan tertentu berkaitan dengan rasa gatal pada tangannya itu. Searle (dalam Leech, 1993:163-166) mendeskripsikan tindak ilokusi diantaranya asertif, direktif, komisif, ekspresif, deklaratif.

(a) Asertif

Tindak tutur yang terikat pada kebenaran proposisi yang diungkapkan. Tindak tutur ini meliputi menyatakan, menyarankan, mengeluh, menuntut, membanggakan, melaporkan (Searle dalam Tarigan, 1990: 47-48). Tindak tutur asertif berfungsi untuk menetapkan atau menjelaskan sesuatu seperti apa adanya. Berikut ini adalah beberapa contoh tuturan yang termasuk ke dalam tindak tutur asertif.

1) Kalimat pernyataan adalah kalimat yang dibentuk untuk menyiarkan

informasi. Contoh “ Saya suka bermain futsal” penutur mengakui bahwa dirinya suka bermain futsal, hal tersebut mengikat penuturnya akan kebenaran isi tuturan tersebut.

2) Kalimat mengusulkan atau saran adalah kalimat yang dikemukakan

(31)

tuturan tersebut hanya sebuah saran kepada temannya agar membeli buku, melainkan juga penutur memiliki maksud lain agar mitra tutur dapat meminjam buku itu. Penutur mengingikan agar mitra tutur dapat mencari tambahan buku lainnya.

3) Kalimat mengeluh adalah kalimat yang dikemukakan untuk

menyatakan sesuatu yang susah. Contoh “Saya pusing mengerjakan

PR Bahasa Indonesia ini” tuturan di atas dituturkan oleh penutur

mengerjakan PR Bahasa Indonesia melainkan juga bahwa penutur memiliki maksud kepada mitra tutur agar membantu mengerjakan PR Bahasa Indonesia.

4) Kalimat melapor dikemukakan untuk melaporkan sesuatu. Contoh “PR saya sudah selesai dikerjakan Bu” tuturan ini terjadi pada siang

hari di rumah. Tuturan yang dituturkan penutur (anak) kepada mitra tutur (Ibu). Tuturan ini bukan hanya sebuah laporan bahwa ia telah selesai mengerjakan PR nya yang diperintahkan melainkan juga menginginkan ibunya mengizinkan ia bisa bermain karena tugasnya sudah selesai dikerjakan dengan baik.

5) Kalimat membanggakan dikemukakan untuk menimbulkan

perasaan bangga. Contoh “Ibu bangga siswa-siswi di kelas ini

pandai-pandai” tuturan ini terjadi pada pagi hari di ruang kelas.

(32)

yang pandai, tetapi juga penutur menginginkan agar mahasiswanya lebih semangat dalam belajar.

6) Kalimat menuntut adalah kalimat yang dikemukakan untuk

meminta sesuatu agar terpenuhi. Contoh “Pokoknya bulan depan

Ibu harus ke Jakarta” tuturan ini terjadi pada malam hari di teras

rumah. Tuturan ini tidak hanya berupa tuturan agar bulan depan Ibu harus ke Jakarta tetapi penutur (anak) menginginkan Ibunya untuk membelikan tablet baru untuk bulan depan.

(b) Direktif

Tindak tutur yang dimaksudkan untuk menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh penutur. Tindak tutur ini mendorong lawan tuturnya untuk mau melakukan sesuatu. Pada dasarnya tindak tutur ini dapat memerintah lawan tutur melakukan suatu tindakan baik verbal maupun non verbal. Tindak tutur jenis ini antara lain tuturan memesan, meminta, perintah, menasihati, memohon. Berikut ini adalah beberapa contoh tindak tutur direktif terdapat pada tuturan berikut.

1) Kalimat memesan dikemukakan untuk memberikan pesan kepada

orang lain. Contoh “Pesan ibu, kau harus rajin belajar” tuturan ini pesan ibu, kau harus rajin belajar. Tuturan ini dituturkan seorang ibu yang akan pergi ke luar kota dalam jangka waktu yang lama kepada anak-anaknya. Tuturan ini bukan hanya sebuah

(33)

pesan agar anak-anaknya harus rajin belajar saat itu saja tetapi sang ibu menginginkan adik-adiknya selalu belajar setiap hari.

2) Kalimat perintah dikemukakan agar mitra tutur melaksanakan atau

mengerjakan apa yang diinginkan penutur/pembicara. Contoh

“Lemparkan bola itu” tuturan ini termasuk tuturan direktif karena

tuturan tersebut dimaksudkan penuturnya agar mitra tutur melakukan tindakan melemparkan bola yang dipegang oleh mitra tuturnya.

3) Kalimat permintaan dikemukakan agar mitra tutur memberikan

sesuatu yang diminta. Contoh “Bu, belikan aku tas baru” tuturan ini terjadi pada malam hari saat sedang santai di teras rumah. Tuturan ini dituturkan penutur (seorang anak) kepada mitra tutur (ibu). Tuturan ini termasuk tuturan meminta sesuatu kepada mitra tuturnya agar segera membelikan tas baru.

4) Kalimat nasehat dikemukakan untuk memberikan anjuran atau

petunjuk kepada orang lain. Contoh “Agar tugas-tugas sekolah mu

cepat selesai, kamu harus rajin mengunjungi perpustakaan sekolah” tuturan ini terjadi pada siang hari di sekolah. Tuturan

ini dituturkan seorang guru kepada siswanya pada saat di kelas. Tuturan ini berisi nasihat kepada siswa jika ingin tugasnya cepat selesai harus rajin ke perpustakaan. Guru menginginkan

(34)

siswanya rajin membaca dan mengisi waktu luang dengan berkunjung ke perpustakaan.

(c) Ekspresif

Tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar tuturannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan dalam tuturan itu. Tindak tutur jenis ini meliputi tuturan mengucapkan terimakasih, mengucapkan selamat, meminta maaf, mengecam, memuji, mengucapkan belasungkawa, menyanjung, menyalahkan, menuduh, dan mengkritik. Berikut ini adalah beberapa contoh tindak tutur ekspresif sebagai berikut.

1) Mengucapkan Terima Kasih adalah tuturan penutur kepada

lawan tuturnya yang mengungkapkan atau mengekpresikan bahwa penutur telah menerima kebaikan langsung maupun tidak langsung dan oleh karena itu mengucapkan terima kasih kepada lawan tuturnya (Nadar, 2009: 225). Contoh “Saya mengucapkan terima

kasih atas kehadiran rekan-rekan pada seminar proposal tesis ini.” Tuturan ini merupakan tindak tutur ekspresif mengucapkan

terima kasih, yakni rasa bahagia atas partisipasi kehadiran rekan-rekan dalam acara seminar proposal tesis yang dinantikan.

2) Mengucapkan Selamat. Contoh “Selamat ya atas kelulusan sekolahnya” tuturan ini merupakan tindak tutur ekspresif

(35)

lulus sekolah. Hal ini menunjukkan kita dapat merasakan kegembiraan orang tersebut.

3) Meminta Maaf adalah ungkapan permintaan ampun atau

penyesalan. Contoh :

(a) Maaf ya kemarin aku tidak bisa datang ke acara ulang

tahun mu.

(b) Iya, tidak apa-apa.

Tuturan ini merupakan tuturan seseorang yang meminta maaf karena tidak bisa hadir pada suatu acara seminar. Tuturan tersebut mengekspresikan penutur yang mengucapkan maaf dan mendapat respon (timbal balik) tuturan memaafkan dari mitra tuturnya.

4) Mengecam adalah celaan yang diekspresikan dengan

menunjukkan mana yang baik dan mana yang buruk. Contoh

“Kelakuanmu sangat memuakkan!” tuturan ini diungkapkan

oleh penutur untuk mencela perilaku yang dilakuan oleh mitra tuturnya dengan maksud meminta mitra tutur untuk memperbaiki dan menyesuaikan tingkah lakunya ke arah lebih baik.

5) Memuji adalah mengungkapkan sesuatu yang dianggap baik atau

yang bersifat positif lainnya. Contoh “Ali, kamu mememang

siswa yang sangat pandai dan ibu bangga sekali atas prestasi yang telah kamu capai di sekolah. Tuturan ini diungkapkan oleh

(36)

penutur (seorang ibu) untuk memberikan pujian kepada mitra tuturnya (anak) karena memiliki prestasi yang bagus disekolahnya.

6) Mengucapkan belasungkawa adalah pernyataan ikut berduka

cita. Contoh “Innalillahi wa innailahi rojiun! Kasihan keluarga

itu” tuturan ini merupakan tuturan dari belasungkawa.

Mengekspresikan rasa duka terhadap kerabat atau teman yang sedang mendapatkan kemalangan. Sudah sepantasnya mengirimkan pernyataan serta menghayati sikap emosi ikut berduka cita.

7) Menyalahkan adalah pernyataan yang menyalahkan seseorang

yang telah melakukan perbuatan yang tidak baik. Contoh

“Ini semua kesalahan mu bawa motornya ngebut akhirnya sekarang makanan kita jadi jatuh dan dan kita juga terluka.”

tuturan ini merupakan tindak tutur ekspresif menyalahkan. Termasuk tuturan ekspresif karena tuturan tersebut ditunjukkan kepada seseorang yang telah melakukan tindakan yang tidak baik sehingga mengakibatkan kerugian untuk mereka.

8) Menuduh berarti menunjukkan dan mengatakan bahwa kurang

baik; mendakwa; menyangka bahwa melanggar hukum. Perbuatan menuduh tidak dapat dilakukan seenaknya saja tanpa bukti-bukti nyata. Contoh “Ali, keluarkan dompet itu dari

(37)

dalam tas mu. Kembalikan pada gea. Kita bukan sembarangan menuduh. Tuduhan kita beralasan, karena tadi kita melihat kelakuan mu yang jelek itu.

(c) Komisif

Tindak tutur komisif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan segala hal yang disebutkan dalam ujarannya. Tindak tutur ini berfungsi mendorong penutur untuk melakukan sesuatu. Tindak tutur ini meliputi tindak tutur komisif menjanjikan, bersumpah, menyatakan kesanggupan, menawarkan, dan bernazar. Berikut ini adalah beberapa contoh tindak tutur komisif terdapat pada tuturan berikut.

1) Berjanji yaitu suatu tindakan bertutur yang dilakukan oleh

penutur dengan menyatakan janji akan melakukan suatu pekerjaan yang diminta orang lain. Contoh “Pasti ! Jangan

khawatir, surat-surat lamaran pekerjaan itu pasti tidak tercecer! Kirimkan ke kantor SMA, walaupun sudah di luar jam kerja pasti tetap akan saya terima.” Tuturan tersebut

termasuk tindak tutur komisif berfungsi berjanji. Maksud tuturan tersebut adalah berjanji akan tetap menerima surat-surat yang dikirimkan dari mitra tutur walaupun sudah di luar jam kerja. Fungsi berjanji ditandai dengan kata „pasti.‟

2) Bersumpah yaitu tindak tutur untuk meyakinkan tentang apa

(38)

dikatakannya itu benar. Contoh “Sumpah bu, saya tidak melihat

kakak pergi dari rumah” tuturan tersebut termasuk tindak tutur

komisif berfungsi bersumpah. Maksud tuturan tersebut bersumpah bahwa sebenarnya dia tidak melihat kakaknya pergi. Fungsi berjanji ditandai dengan kata „sumpah‟.

3) Bernazar yaitu kemunculannya dilatarbelakangi keinginan

khusus, tetapi belum terlaksana. Apabila hal yang dikehendaki itu telah terlaksana atau terwujud, penutur akan melaksanakan apa yang dinazarkannya. Contoh tuturannya sebagai berikut.

Contoh “Jika ibu sedang banyak rezeki, ibu akan membelikan kamu tas sepatu baru” tuturan tersebut termasuk tindak tutur

komisif berfungsi nazar. Maksud tuturan tersebut adalah bernazar akan membelikan jam tangan kepada mitra tutur jika penutur mendapatkan rezeki yang banyak.

(d) Deklaratif

Deklaratif adalah adalah ilokusi yang digunakan untuk memastikan kesesuaian antara isi proposisi dengan kenyataan, misalnya mengesahkan, memutuskan, membatalkan, melarang, mengabulkan, mengangkat, menggolongkan, menghukum, memaafkan, dan mengampuni. Tindak tutur deklarasi dapat dilihat dari beberapa contoh berikut ini.

1) Mengesahkan yaitu digunakan untuk memastikan kesesuaian antara isi proposisi dengan kenyataan. Contoh “Proposal untuk

(39)

pengesahan dana telah ditandatangani oleh Walikota” tuturan

ini merupakan ilokusi deklaratif mengesahkan, yakni ilokusi yang digunakan untuk memastikan kesesuaian antara isi proposisi dengan kenyataan. Tindak tutur tersebut menyatakan bahwa pengesahan terhadap proposal yang telah diajukan.

2) Memutuskan bermakna bahwa penutur telah memutuskan hari

keberangkatan untuk ke puncak. Contoh “Keluargaku telah

menyepakati pembelian tanah yang di desa kembang” tuturan

ini merupakan ilokusi deklaratif memutuskan, tindak tutur ini bermakna bahwa penutur telah memutuskan pembelian tanah di desa kembang.

3) Membatalkan merupakan maksud untuk membatalkan janji

dengan mitra tutur. Contoh “Saya tidak jadi pergi kepantai” tuturan ini merupakan ilokusi deklatif membatalkan, tindak tutur ini merupakan maksud untuk membatalkan janji dengan mitra tutur.

4) Mengizinkan yaitu memiliki maksud mengizinkan mitra tutur

untuk mengajukan pertanyaan. Contoh “Kamu boleh

mengajukan pertanyaan” tuturan ini merupakan ilokusi

deklaratif mengizinkan, tindak tutur ini memiliki maksud mengizinkan mitra tutur untuk mengajukan pertanyaan.

(40)

5) Memaafkan yaitu memiliki maksud memberi maaf dan

menasihati agar tidak mengulangi perbuatan yang tercela.

Contoh “Bapak harap kamu tidak mengulangi perbuatan yang bisa membahayakan oranglain” tuturan ini merupakan ilokusi

deklaratif memaafkan, tindak tutur ini memiliki maksud memberi maaf dan menasihati agar tidak mengulangi perbuatan yang tidak baik.

3) Tindak Perlokusi

Chaer (2010:28) tindak perlokusi adalah tindak tutur yang mempunyai pengaruh atau efek terhadap lawan tutur atau orang yang mendengar tuturan itu. Tindak tutur yang pengutaraannya dimaksudkan untuk mempengaruhi lawan tutur disebut dengan tindak perlokusi. Tindak ini disebut The Act of

Affecting Someone. Contoh: (a) Rumah saya jauh.

(b) Minggu lalu saya ada keperluan keluarga yang tidak dapat ditinggalkan.

Tuturan (a) bukan hanya memberikan informasi bahwa rumah si penutur itu jauh; tetapi juga bila dituturkan oleh seorang guru kepada kepala sekolah dalam rapat penyusunan jadwal pelajaran pada awal tahun menyatakan maksud bahwa si penutur tidak dapat datang tepat waktu pada jam pertama. Maka pengaruhnya yang diharapkan si kepala sekolah akan memberikan tugas mengajar tidak pada jam-jam pertama; melainkan pada

(41)

jam-jam lebih siang. Tuturan (b) selain memberikan informasi bahwa si penutur pada minggu lalu ada kegiatan di keluarga, juga bila dituturkan pada mitra tutur yang pada minggu lalu mengundang untuk hadir pada resepsi pernikahan, bermaksud juga meminta maaf. Lalu, efek yang diharapkan adalah agar si mitra tutur memberi maaf kepada si penutur.

Dalam kenyataannya, terkadang sulit membedakan antara tindak tutur ilokusi dan perlokusi. Karena dalam tindak tutur yang menyatakan maksud ujaran terkandung juga akan adanya efek kepada mitra tutur, seperti pada tuturan (a) dan (b). Kata kerja yang menunjukan tindak tuturnya adalah ilokusi, misalnya kata kerja melaporkan, mengumumkan bertanya, menyarankan, dan sebagainya. Di samping itu terdapat juga kata kerja yang menunjukan tindak tuturnya adalah perlokusi, seperti kata kerja membujuk, menipu, menjengkelkan, menakut-nakuti, dan sebagainya (Gunawan dalam Chaer, 2010: 29).

2.3 Kerangka Berpikir

Penelitian mengenai tindak ilokusi antara guru dengan siswa di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta memiliki kerangka berpikir. Tujuan kerangka berpikir ini untuk memudahkan peneliti dalam menjelaskan alur penelitian tindak ilokusi antara guru dengan siswa di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Dalam kerangka ini peneliti akan membahas permasalah yang diangkat, yaitu wujud dan fungsi tindak ilokusi yang terkandung dalam tuturan guru yang dicurigai mengandung tindak ilokusi. Pembahasan masalah tersebut akan

(42)

dijelaskan dengan konsep, teori, dan metode yang berhubungan dengan masalah penelitian.

Peneliti menggunakan teori pragmatik dalam analisis penelitian, permasalahan dalam penelitian ini adalah tindak ilokusi antara guru dan siswa yang merupakan bentuk ujaran, maka peneliti berpikir bahwa teori pragmatik sangat tepat digunakan dalam analisis penelitian. Komponen penting dalam teori pragmatik yang menjadi fokus peneliti adalah tindak ilokusi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dalam bentuk lisan maupun tulisan. Peneliti memberikan gambaran mengenai data penelitian berdasarkan proses pengumpulan data dan analisis data. Dari kegiatan pengumpulan data dan analisis data, peneliti berupaya untuk menuliskan hasil penelitian tersebut. Hasil penelitian merupakan sasaran yang ingin dicapai peneliti dalam penelitiannya. Dalam hasil penelitiannya, peneliti menguraikan secara runtut proses penelitian yang kemudian mendeskripsikan secara singkat.

(43)

Bagan Kerangka Berpikir

Tuturan Guru dengan Siswa

Kajian Pragmatik

(44)

30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini mempelajari kasus-kasus yang terdapat di masyarakat beserta situasi-situasi penyebabnya baik dari sikap, pandangan, dan proses yang sedang berlangsung. Bogdan dan Taylor (melalui Moleong, 2001:3) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Peneliti deskriptif hanya mengambarkan berdasarkan fakta tentang suatu variabel, gejala atau keadaan. Sementara menurut sangaji (2010:21) penelitian deskriptif ialah penelitian terhadap masalah-masalah berupa fakta-fakta saat ini dari suatu populasi yang meliputi kegiatan penilaian sikap atau pendapat terhadap indivudu, organisasi, keadaan, ataupun prosedur.

Alasan peneliti menggunakan penelitian jenis deskriptif adalah kemutakhiran dan sumbangsih yang banyak terhadap ilmu pengetahuan, sehingga penelitian ini dapat membantu mengidentifikasi berbagai faktor-faktor dan informasi dalam suatu kondisi kelompok masyarakat. Alasan ini didukung oleh Sevilla (1993) yang menyatakan bahwa metode deskriptif banyak memberikan sumbangan kepada ilmu pengetahuan melalui pemberian informasi keadaan mutakhir dan

(45)

dapat membantu kita dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang berguna untuk pelaksanaan percobaan.

3.2 Sumber Data dan Data Penelitian

Sumber data adalah tempat atau letak ditemukannya data yang hendak diteliti. Sumber data penelitian ini berupa tuturan antara guru dengan siswa di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta yang sedang melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas VII. Data adalah hasil capaian yang nantinya akan diolah untuk menjawab pertanyaan penelitianyang diangkat oleh peneliti. Data penelitian dalam penelitian ini berupa tuturan guru dan siswa yang dicurigai mengandung wujud dan fungsi tuturan tindak ilokusi.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam sebuah penelitian dibutuhkan data sebagai bukti yang akurat. Oleh karena itu dibutuhkan teknik pengumpulan data, penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan datanya berupa:

1. Teknik Simak Bebas Libat Cakap

Teknik ini merupakan teknik penjaringan data yang dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa tanpa ikut berpatisipasi dalam proses pembicaraan. Dengan menggunakan teknik ini, peneliti tidak melibatkan diri secara langsung untuk pembentukan calon data. Tetapi dengan teknik ini peneliti hanya sebagai pengamat calon data yang terbentuk dan muncul dari peristiwa kebahasaan. Dalam teknik simak bebas libat cakap ini diikuti

(46)

dengan teknik lanjutan berupa teknik catat dan teknik rekam untuk mencatat dan merekam informasi yang ada di lapangan.

2. Teknik Observasi

Penelitian ini berlangsung dalam proses pengamatan atau observasi yang dilakukan secara langsung oleh peneliti untuk mendapatkan informasi. Teknik observasi berarti peneliti melihat dan mendengarkan apa yang dilakukan dan dikatakan atau yang diperbincangkan para responden dalam aktivitasnya, dalam hal ini peneliti datang dilokasi penelitian. Dalam penelitian ini observasi digunakan untuk mengamati peristiwa tutur yang terjadi antara guru dengan siswa untuk membantu proses penyimakan.

3. Teknik Wawancara

Esterberg (melalui Sugiyono, 2012:231) berpendapat bahwa wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikontruksikan makna dalam topik suatu tertentu. Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak, yaitu pewawancara sebagai pengaju/pemberi pertanyaan dan yang diwawancarai sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan itu. Peneliti menggunakan teknik wawancara untuk menggali informasi dari lapangan secara mendalam. Dalam penelitian ini wawancara digunakan untuk melakukan konfirmasi terhadap tuturan guru dengan siswa.

(47)

3.4 Instrumen Penelitian

Menurut Nasution (1992) dalam Prastowo (2014:43) mengatakan bahwa instrumen penelitian merupakan alat penelitian utama yang digunakan untuk mengambil data. Instrumen penelitian merupakan alat ukur yang digunakan oleh peneliti dalam memperoleh data atau fakta. Penelitian ini menggunakan instrumen berupa peneliti sendiri yang berbekal atau memiliki pengetahuan mengenai teori pragmatik pada wujud dan fungsi tuturan antara siswa dan guru dalam melakukan interaksi di sekolah.

3.5 Teknik Analisis Data Penelitian

Dalam penelitian ini metode atau teknik yang digunakan untuk menganalisis data. Metode atau teknik digunakan untuk mendeskripsikan wujud dan fungsi tuturan yang digunakan antara guru dan siswa dalam berkomunikasi. Adapun langkah-langkah untuk menganalisis data dilakukan sebagai berikut:

1. Identifikasi data

Peneliti mengidentifikasi data berdasarkan hasil temuan data peneliti berupa ciri-ciri penanda khas tuturan guru dan siswa.

2. Klasifikasi data

Peneliti mengklasifikasikan data berdasarkan wujud dan fungsi tindak tutur. 3. Interpretasi hasil analisis data

Peneliti menginterpretasikan data berdasarkan pemaknaan setiap wujud tuturan yang ditemukan dan fungsi tindak tuturan.

(48)

4. Paparan laporan penelitian

Peneliti mendeskripsikan data dan melakukan pembahasan berdasarkan analisis data.

3.6 Triangulasi

Untuk menguji keabsahan data yang telah dikumpulkan maka teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Triangulasi. Teknik triangulasi diartikan sebagai teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang diluar data itu untuk keperluaan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Lexy J. Moleong, 2001:178). Peneliti memilih Dr. B. Widharyanto, M.Pd. dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) di Universitas Sanata Dharma sebagai triangulator, karena beliau merupakan ahli bahasa. Selain itu, peneliti mempercayai beliau sebagai triangulator karena pengalaman dan kompetennya.

(49)

35

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan berisi tentang deskripsi data, hasil penelitian data, serta pembahasan. Deskripsi data yang diperoleh merupakan deskripsi berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan membuat klasifikasi data berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, pada bab ini akan disajikan hasil analisis data dan pembahasan tentang wujud dan fungsi tindak ilokusi antara guru dengan siswa di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Hasil analisis data akan dipaparkan secara singkat beberapa bentuk analisis data yang telah dicantumkan dilampiran sedangkan pada bagian pembahasan akan dipaparkan lebih lanjut mengenai hasil analisis data yang telah dilakukan mengenai wujud dan fungsi tindak ilokusi antara guru dengan siswa di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

4.1 Deskripsi Data

Pelaksanan penelitian dilakukan di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta yang beralamatkan di jalan Timoho II/29 Desa/Kelurahan Muja Muju Kec. Umbulharjo Yogyakarta. Sumber data dari penelitian ini adalah tuturan antara guru dengan siswa SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta saat proses interaksi belajar mengajar di kelas VII, sedangkan datanya adalah yang dicurigai mengandung tindak tutur

(50)

ilokusi. Penelitian ini dilakukan saat pelajaran bahasa Indonesia di kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta, yaitu terdiri dari kelas VII A (20 perempuan, 22 laki-laki), dan kelas VII C (19 perempuan, 22 laki-laki). Fokus penelitian ini berupa tuturan ilokusi antara guru dan siswa ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung di kelas VII di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil observasi, menyimak ketika guru dan siswa sedang melakukan kegiatan belajar mengajar serta wawancara. Setelah melakukan penelitian secara mendalam, hanya ditemukan empat tindak ilokusi diantaranya ada asertif, direktif, ekspresif, dan deklaratif dalam tuturan antara guru dengan siswa di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta dan data yang berhasil dikumpulkan ada 102 data.

Berdasarkan tabel 1 klasifikasi wujud dan fungsi tindak ilokusi yang terdapat antara guru dengan siswa di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta (dapat dilihat

dilampiran). Wujud tindak tutur asertif yang ditemukan meliputi: menuntut,

melapor, dan saran. Wujud tindak tutur direktif yang ditemukan meliputi: Perintah, permintaan, dan nasehat. Wujud tindak tutur ekspresif yang ditemukan meliputi: mengucapkan trimakasih, memuji, meminta maaf. Wujud tindak tutur deklaratif yang ditemukan meliputi: memaafkan, mengizinkan. Fungsi tindak tutur asertif yang ditemukan dalam penelitian ini meliputi: 3 tuturan mengharuskan, 2 tuturan mengeluh, 1 tuturan mengadu, 4 tuturan memberitahu, 4 tuturan menyarankan. Fungsi tindak tutur direktif yang ditemukan dalam penelitian ini meliputi: 52 tuturan menginstruksikan, 8 tuturan meminta, 9 tuturan

(51)

menyilahkan, 7 tuturan menasehati, 2 tuturan menghendaki. Fungsi tindak tutur ekspresif ditemukan dalam penelitian ini meliputi: 2 tuturan ucapan terimakasih, 2 tuturan permintaan maaf, 2 tuturan pujian. Fungsi tindak tutur deklaratif yang ditemukan dalam penelitian ini meliputi: 2 tuturan mengampuni, 2 tuturan membolehkan, 1 tuturan menyetujui. Pengambilan data melalui teknik observasi, wawancara dan simak bebas libat cakap mulai dilaksanakan pada tanggal 28 maret 2018.

4.2 Hasil Analisis Data

Pada bagian ini akan dibahas hasil analisis data yang berupa wujud dan fungsi tindak tutur ilokusi yang terdapat antara guru dengan siswa di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

4.2.1 Wujud Tindak Ilokusi antara Guru dengan Siswa di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta

Wujud tindak tutur ilokusi yang terjadi antara guru dengan siswa di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta akan dideskripsikan pada bagian ini.

1) Wujud Tindak Ilokusi Asertif antara Guru dengan Siswa di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta

Setelah melakukan penelitian secara mendalam, ditemukan tiga wujud tindak ilokusi asertif dalam tuturan antara guru dengan siswa di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Ketiga wujud tindak ilokusi asertif adalah tindak ilokusi asertif “menuntut, melapor, saran.” Berikut akan dijelaskan mengenai wujud tindak ilokusi asertif yang ditemukan.

(52)

a. Menuntut

Tindakan menuntut adalah kalimat yang dikemukakan untuk menuntut sesuatu agar terpenuhi. Penutur mengungkapkan tuturannya yang harus dilakukan oleh mitra tuturnya. Tindakan menuntut dapat dilihat pada data berikut.

(1) Guru:“Waktu jam istrihat kalian ngapain saja. Masa dari tadi kalian izin ke toilet terus, kalian ini harus bisa memanfaatkan waktu ketika istirahat biar kalian tidak selalu meminta izin ke toilet dan tidak menganggu jam pelajaran jadi mulai hari ini memanfaatkan waktu jam istirahat dengan baik.” Data no.01

Konteks:

Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada siswa, tuturan ini terjadi ketika siswa sering meminta izin ke kamar mandi pada waktu jam pelajaran berlangsung.

(2) Guru:“Pokoknya sepuluh menit lagi tugasnya harus sudah selesai dan dikumpul di depan jadi kerjakan dengan sungguh-sungguh.” Data no.13

Konteks:

Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada siswa pada saat jam pelajaran hampir selesai.

Pada data (01), (13), merupakan proses interaksi yang dilakukan guru kepada siswanya. Apa yang diungkapkan oleh guru adalah kepercayaan bahwa ujurannya mengandung alasan yang cukup baik bagi siswa untuk segera melakukan tindakan dan ujarannya sebagai kebenaran yang harus dilaksanakan oleh siswa. Pada data (01) mengandung maksud supaya siswa tidak keseringan meminta izin ke kamar mandi karena hal tersebut akan menganggu jam pelajaran.

(53)

Tuturan pada (13) mengandung maksud agar siswa tidak bermain-main dalam mengerjakan tugas dan bisa menyelesaikan tugas sebelum jam pelajaran berakhir. Dalam tuturan data (01) dan (13) tersebut bahwa penekanan menuntut ditandai pada kata “harus” yang artinya siswa dituntut untuk melakukan tindakan yang disampaikan oleh guru.

b. Melapor

Kalimat melapor untuk melaporkan sesuatu. Penutur hendak menyampaikan kepada mitra tutur tentang apa yang yang dialami atau yang diketahui oleh si penutur itu sendiri. Tindakan melapor dapat dilihat pada data berikut.

(3) Siswa: “Dia nakal bu, masa buku ku dicoret-coret.” Data no.05

Konteks:

Tuturan yang disampaikan oleh siswa kepada guru dan tuturan ini terjadi ketika guru jam pelajaran berlangsung, seorang siswa menyampaikan kenakalan teman sebangkunya karena bukunya telah dicoret.

(4) Siswa:“Aku belum selesai, tapi dikit lagi selesai kok bu tinggal nomer delapan, ini masih dikerjain.” Data no.07

Konteks:

Tuturan ini disampaikan oleh siswa pada saat guru bertanya apakah sudah ada yang selesai mengerjakan tugas. Dan salah satu siswa menyampaikan bahwa masih mengerjakan tugasnya. Data (05) dan (07) merupakan interaksi yang dilakukan siswa kepada guru. Kedua tuturan tersebut merupakan tindak wujud melapor. Pada data (05) siswa melapor kepada gurunya mengenai perbuatan temannya. Siswa menyampaikan tuturan melapor tersebut karena siswa berharap agar guru menegur teman sebangkunya karena telah mencoret buku miliknya.

(54)

Tuturan (07) bermaksud bahwa penutur (siswa) telah menyampaikan laporan bahwa ia belum selesai mengerjakan tugasnya tetapi siswa tersebut meyakinkan gurunya bahwa tugasnya akan segera selesai dengan maksud lain bahwa siswa berharap agar guru bersedia memberikan waktu untuk menyelesaikan tugasnya.

c. Saran

Kalimat yang berupa saran adalah kalimat yang dikemukakan untuk mempertimbangkan. Dalam menyampaikan tuturannya, penutur memberikan saran lawan tutur untuk melakukan tindakan yang hendak disampaikan. Tindakan saran dapat dilihat pada data berikut.

(5) Guru:“Selagi saya sedang menjelaskan sebaiknya kalian tetap duduk dibangku kalian masing-masing.” Data no.03 Siswa: “Iyaaa bu.”

Konteks:

Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada siswa ketika pelajaran berlangsung, pada saat itu ada siswa berpindah-pindah tempat duduk.

(6) Guru:“Ini kelasnya sudah di sapu apa belum?” Siswa: “Udah bu tadi pagi.”

Guru:”Itu sampah ada di mana-mana, lebih baik kelas kalian dijaga kebersihannya. Kalau kelas kalian kotor begini apa nyaman belajarnya, ibu saja tidak nyaman ngajar di kelas kalian kalau kelasnya kotor.” Data no.06

Konteks:

Tuturan ini terjadi ketika guru berkeliling, kemudian guru melihat sampah di dalam kelas.

Data (03) dan (06) tuturan itu dituturkan seorang guru kepada siswa-siswanya. Tuturan (03) ini tidak hanya sebagai sebuah saran agar anak-anak tetap duduk di bangku masing-masing, tetapi maksud lain

(55)

yang diinginkan penutur siswanya dapat memperhatikan pelajaran yang sedang diterangkan. Siswa-siswa tidak ribut sehingga tidak mengganggu belajar. Sedangkan tuturan (06) bahwa guru memberikan saran kepada siswa agar menjaga kebersihan kelas. Karena dalam tuturan tersebut ditandai dengan kata “sebaiknya” dan “lebih baik” merupakan mengandung saran.

2) Wujud Tindak Ilokusi Direktif antara Guru dengan Siswa di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta

Setelah melakukan penelitian secara mendalam, ditemukan tiga wujud tindak ilokusi direktif dalam tuturan antara guru dengan siswa di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Ketiga wujud tindak ilokusi direktif adalah tindak ilokusi direktif “perintah, permintaan, nasehat.” Berikut akan dijelaskan mengenai wujud tindak ilokusi direktif yang ditemukan.

a. Perintah

Tindakan perintah mengindikasikan bahwa ketika mengucapkan suatu tuturan, penutur menghendaki mitra tutur untuk melakukan perbuatan. Penutur mengungkapkan keinginan bahwa ujarannya dalam hubungan dengan posisi di atas mitra tutur, merupakan alasan yang cukup bagi mitra tutur untuk melakukan tindakan. Penutur mengungkapkan maksud agar mitra tutur melakukan tindakan (paling tidak sebagian dari) keinginan penutur. Tindakan perintah dapat dilihat pada data berikut.

(7) Guru:“Seperti tadi yang sudah ibu jelaskan bahwa surat pribadi memiliki beberapa bagian, yaitu tanggal surat, salam pembuka, isi, penutup, dan nama pengirim surat beserta tanda

Referensi

Dokumen terkait

Dari permasalah yang didapat, maka penulis mencoba untuk membangun suatu aplikasi yang dapat meningkatkan daya beli dan kualitas usaha serta memudahkan pelanggan,

Rekonstruksi merupakan salah satu teknik dalam metode pemeriksaan yang dilakukan oleh penyidik dalam proses penyidikan tindak pidana, rekonstruksi adalah suatu

Metode Lightning Distribution merupakan bentuk pemetaan kerapatan sambaran petir dengan menggunakan “Format File grid”, dimana setiap grid diukur sebesar 1 x 1 km 2

Pendekatan yang akan diambil untuk membangun Akademi Kuliner Jepang ini adalah dengan perancangan baru pada bangunan tunggal yang berfungsi sebagai kampus dengan konsep

Sedangkan saluran pemasaran yang paling efisien untuk ikan sagela asap asal Desa Pasalae dan Pentadu Barat adalah saluran yang langsung dari produsen ke konsumen sedangkan di

Sedangkan komponen yang belum sepenuhnya diterapkan petani di seluruh lahan yang dimiliki adalah penggunaan varietas unggul (6 petani), penggunaan benih bermutu

Melakukan penyiapan bahan pembinaan, pembimbingan, dan fasilitasi pelaksanaan kebijakan teknis, norma, standar, prosedur, kriteria, serta pemantauan dan evaluasi di

Beberapa alasan mengapa bahan organik seperti kotoran sapi perlu dikomposkan sebelum dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman antara lain adalah : 1) bila tanah mengandung