1
I.1. Latar Belakang
Air memegang peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan kebutuhan terhadap barang ini pun kian meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk di suatu daerah. Terdapat dua hal penting yang harus diperhatikan dalam pemenuhan kebutuhan air yakni masalah kuantitas dan kualitas air tanah, dan salah satu faktor yang dapat mempengaruhinya ialah peningkatan kepadatan penduduk. Pada faktanya hampir setiap daerah khususnya di Provinsi DI Yogyakarta terus mengalami peningkatan jumlah penduduk, yang umumnya juga diikuti dengan perubahan lahan pertanian menjadi lahan permukiman atau industri, tak terkecuali di Kecamatan Seyegan yang menjadi lokasi penelitian kali ini. Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman mencatat bahwa dalam kurun waktu 10 tahun terakhir (2000-2010) Kecamatan Seyegan mengalami peningkatan jumlah penduduk sebesar 5.832 orang, dan trend peningkatan jumlah penduduk ini diperkirakan akan terus terjadi terlebih melihat posisi Kecamatan Seyegan yang berdekatan dengan Kota Sleman. Meningkatnya tingkat kepadatan penduduk yang juga diikuti perluasan wilayah permukiman ini dapat saja mempengaruhi kualitas air tanah terutama yang disebabkan oleh limbah rumah tangga.
Sebagian besar sumber utama air yang digunakan oleh masyarakat di Kecamatan Seyegan berasal dari air tanah yang umumnya dimanfaatkan untuk irigasi, pertanian, peternakan, keperluan industri dan rumah tangga. Oleh karena
itu, kuantitas dan kualitas air tanah menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan, sehingga diperlukan sebuah instrumen yang dapat menjelaskan tentang tingkat perlindungan air tanah tersebut dari aktivitas pencemaran dan mampu menjadi acuan untuk perencanaan dan manajemen air tanah. Alat tersebut dapat ditunjukan dalam sebuah peta, yakni peta kerentanan air tanah terhadap pencemaran.
Kerentanan air tanah terhadap pencemaran diangkat dari sebuah konsep bahwa setiap daerah cenderung memiliki tingkat kesensitifan yang berbeda – beda terhadap aktivitas pencemaran yang ditampilkan dalam beberapa kelas/zona. Penelitian ditujukan untuk membuat peta kerentanan air tanah terhadap pencemaran dan diharapkan mampu berguna dalam pengembangan wilayah pada Kecamatan Seyegan terutama dalam hal pemanfaatan lahan dan perlindungan atau manajemen air tanah.
I.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian kali ini dapat dituliskan sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi geologi, hidrogeologi dan klimatologi di wilayah Kecamatan Seyegan?
2. Bagaimana tingkat kerentanan air tanah terhadap pencemaran di wilayah Kecamatan Seyegan?
3. Bagaimana hubungan tingkat kerentanan air tanah terhadap pencemaran dengan kualitas air tanah dan tata guna lahan pada saat ini di wilayah Kecamatan Seyegan?
I.3. Tujuan Penelitian
Dengan mempertimbangkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian dapat ditetapkan sebagai berikut:
1. Mengetahui karakteristik jenis material zona tidak jenuh, kedalaman muka air tanah dan laju imbuhan di lokasi penelitian.
2. Membuat peta kerentanan air tanah terhadap pencemaran dengan metode SVV (Simple Vertical Vulnerability).
3. Validasi peta kerentanan air tanah terhadap pencemaran dengan kandungan nitrat pada sampel air tanah sebagai parameter.
I.4. Manfaat Penelitian
Penelitian mengenai kerentanan air tanah terhadap pencemaran di Kecamatan Seyegan diharapkan dapat memberikan informasi yang baik dan mampu bermanfaat bagi pemerintah terkait utamanya dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan pengembangan wilayah dan manajemen pengelolaan air tanah di Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman.
I.5. Ruang Lingkup Penelitian
I.5.1. Lingkup wilayah
Lokasi penelitian terletak di Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Gambar 1.1). Lokasi penelitian secara administrasi berada di sebelah barat daya dari Ibukota Kabupaten Sleman. Kecamatan Seyegan memiliki luas wilayah 26,12 km2 yang terdiri atas lima desa, yaitu: Desa Margoagung, Desa Margodadi, Desa Margokaton, Desa Margoluwih, dan Desa Margomulyo. Kecamatan Seyegan memiliki batas – batas wilayah antara lain, sebelah utara oleh Kecamatan Sleman, barat oleh Kecamatan Minggir, timur oleh Kecamatan Mlati, dan selatan oleh Kecamatan Godean.
1.5.2. Ruang lingkup kegiatan
Ruang lingkup kegiatan dalam penelitian mencakup beberapa hal yakni sebagai berikut:
1. Studi pustaka mengenai tema terkait dan kondisi geologi regional lokasi penelitian.
2. Pengumpulan data sekunder berupa data klimatologi lokasi penelitian yang diperoleh dari instansi pemerintah (BMKG Yogyakarta) berupa data tingkat curah hujan dan temperatur selama 11 tahun terakhir.
3. Pengambilan data primer berupa data kedalaman dan elevasi muka air tanah yang diukur dari sumur gali warga dengan menggunakan meteran.
4. Pengambilan data primer berupa data litologi di lokasi penelitian yang dapat diamati dari dinding atau tebing sungai guna mengetahui karakteristik jenis material zona tidak jenuh air.
5. Pengambilan sampel endapan pada zona tidak jenuh air untuk kemudian diayak di laboratorium guna mengetahui distribusi ukuran aktual butir sekaligus penamaanya.
6. Pengamatan tata guna lahan dan pengambilan sampel air tanah guna mengetahui kandungan nitrat untuk kepentingan validasi peta kerentanan air tanah terhadap pencemaran.
7. Melakukan analisis dan evaluasi data primer maupun sekunder untuk membuat peta kerentanan air tanah terhadap pencemaran di lokasi penelitian. 8. Menentukan nilai/bobot masing – masing parameter SVV.
9. Pembuatan peta kerentanan air tanah terhadap pencemaran menggunakan ArcGIS.
10. Validasi peta kerentanan air tanah terhadap pencemaran menggunakan unsur nitrat sebagai parameter dan menganalisis hubungan diantara keduanya.
I.5.3. Tata penelitian waktu
Penelitian dimulai pada bulan Januari 2015 diawali dengan studi pustaka, dilanjutkan dengan pengumpulan data primer dan sekunder, pekerjaan laboratorium, pengolahan dan analisis data, dan penyusunan laporan. Adapun pengambilan data lapangan dilakukan pada bulan Februari hingga Maret yakni pada musim penghujan. Jadwal pelaksanaan dapat dilihat seperti Tabel 1.1.
7 Peninjauan Awal Tahap Pengambilan Data Pengambilan Data Lapangan Tahap Pekerjaan Laboratorium Analisis Geokimia air tanah Analisis Grain Size
Endapan Tahap Pengolahan
& Analisis Data
Analisis dan Interpretasi Data Tahap Penyelesaian Penyusunan Kesimpulan dan Laporan
I.6. Peneliti Terdahulu
Beberapa peneliti terdahulu yang pernah melakukan penelitian di daerah Kecamatan Seyegan dan sekitarnya, maupun yang berkaitan dengan tema penelitian, antara lain:
1. MacDonald dan Partners (1984), melakukan penyelidikan mengenai hidrogeologi Yogyakarta, dan menyatakan bahwa Sistem Akuifer Merapi dibedakan menjadi dua akuifer utama yaitu Formasi Yogyakarta dan Formasi Sleman. Formasi Sleman terletak pada bagian bawah cekungan dari Formasi Yogyakarta dan memiliki ukuran butir yang lebih kasar.
2. Rahardjo dkk (1995), melakukan pemetaan geologi lembar Yogyakarta dengan skala 1:100.000. Kecamatan Seyegan sebagian besar tersusun oleh litologi berupa endapan vulkanik kuarter atau endapan vulkanik muda dan sebagian lagi berupa batuan terobosan.
3. Pramuji (2003), melakukan penelitian mengenai kerentanan air tanah terhadap pencemaran di daerah sumber air PDAM Morangan dan sekitarnya Kabupaten Sleman, menggunakan metode DRASTIC dengan beberapa parameter penyelidikan seperti kedalaman air tanah, recharge, zona tidak jenuh, dan karakteristik akuifer, dan mengatakan bahwa daerah penelitian memiliki tingkat kerentanan air tanah intrinsik yaitu sangat rendah hingga sangat tinggi.
4. Putra (2007), melakukan penelitian mengenai efek urbanisasi terhadap air tanah di Kota Yogyakarta. Metode penyelidikan kerentanan air tanah yang dilakukan adalah metode SVV dan Hoelting dimana diperoleh hasil bahwa
sebagian besar wilayah penelitian memiliki tingkat perlindungan air tanah yang rendah.
5. Suprayitno (2011), melakukan penelitian mengenai kerentanan air tanah di Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman dan menyimpulkan bahwa daerah penelitian terbagi menjadi dua zona kerentanan air tanah terhadap pencemaran yakni zona kerentanan air tanah tinggi dan sangat tinggi. Peneliti juga membagi satuan geomorfologi di lokasi penelitian menjadi satuan dataran dan perbukitan terisolir, sementara secara litologi dibedakan menjadi satuan diorit, satuan andesit, satuan breksi vulkanik dan satuan pasir lempungan.
6. Putra & Aryawicaksona (2013), melakukan penelitian mengenai kerentanan air tanah di Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, dan diperoleh kesimpulan bahwa lokasi penelitian dibedakan menjadi dua kelas kerentanan air tanah yaitu kelas kerentanan air tanah tinggi dan sangat tinggi. Selain itu dikatakan pula bahwa aspek tata guna lahan turut mempengaruhi terhadap kadar nitrat pada sampel air tanah.
7. Hendrayana & Vicente (2013), melakukan penelitian mengenai cadangan air tanah berdasarkan geometri dan konfigurasi sistem akuifer Cekungan Air Tanah Yogyakarta-Sleman, dan menyatakan bahwa Cekungan Air Tanah Yogyakarta-Sleman berada di bagian selatan lereng Gunung Merapi yang dibatasi oleh Samudra Hindia dan terdiri dari tiga satuan hidrostatigrafi, yaitu akuifer atas, akuifer bawah, dan dasar akuifer. Dalam penelitian ini dilakukan perhitungan imbuhan di Kecamatan Seyegan yakni sebesar
15.856.256.284 lt/tahun dan disebutkan pula bahwa kedalaman muka air tanah pada akuifer bagian atas di Kecamatan Seyegan masuk ke dalam katergori yang cukup dangkal yakni berkisar 5-10 m.