• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN KAJIAN AKADEMIS PENDIRIAN BUMD ANEKA USAHA KABUPATEN KUBU RAYA, TAHUN 2020 DAFTAR ISI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN KAJIAN AKADEMIS PENDIRIAN BUMD ANEKA USAHA KABUPATEN KUBU RAYA, TAHUN 2020 DAFTAR ISI"

Copied!
326
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

DAFTAR ISI ix

DAFTAR ISI

BAB 1 Pendahuluan ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Maksud dan Tujuan ... 5

1.4. Sasaran ... 6

1.5. Ruang Lingkup Materi ... 6

1.6. Manfaat ... 7

1.6. Teknik Analisis ... 7

1.7. Metode Pelaksanaan ... 9

1.8. Dasar Hukum ... 10

BAB 2 Gambaran Umum Kabupaten Kubu Raya ... 11

2.1. Sejarah Kabupaten Kubu Raya ... 11

2.2. Kondisi Geografis ... 14

2.3. Kondisi/ Keadaan Iklim ... 17

2.4. Kondisi Demografi/Kependudukan di Kabupaten Kubu Raya dan Per Kecamatan Kabupaten Kubu Raya ... 17

2.4.1. Kondisi Demografi/Penduduk Kecamatan Batu Ampar ... 21

2.4.2. Kondisi Demografi/Penduduk Kecamatan Terentang ... 22

2.4.3. Kondisi Demografi/Penduduk Kecamatan Kubu ... 23

2.4.4. Kondisi Demografi/Penduduk Kecamatan Teluk Pakedai ... 24

2.4.5. Kondisi Demografi/Penduduk Kecamatan Sungai Kakap ... 25

2.4.6. Kondisi Demografi/Penduduk Kecamatan Rasau Jaya ... 26

2.4.7. Kondisi Demografi/Penduduk Kecamatan Sungai Raya ... 27

2.4.8. Kondisi Demografi/Penduduk Kecamatan Sungai Ambawang ... 28

2.4.9. Kondisi Demografi/Penduduk Kecamatan Kuala Mandor B ... 29

2.5. Kondisi Ekonomi ... 30

2.5.1. Kondisi Ekonomi Kalimantan Barat ... 30

(3)

DAFTAR ISI x

2.6. Struktur Ekonomi ... 43

2.6.1. Struktur Ekonomi Kalimantan Barat ... 43

2.6.2. Struktur Ekonomi Kabupaten Kubu Raya ... 44

2.7.1 Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Barat ... 45

2.7.2 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kubu Raya ... 49

2.7. Kondisi Keuangan... 51

2.7.1. Kondisi Keuangan Kalimantan Barat ... 51

2.7.2. Kondisi Keuangan di Kabupaten Kubu Raya ... 61

2.7.3. Pendapatan Daerah ... 62

2.7.4. Belanja Daerah ... 66

BAB 3 Tinjauan Literatur ... 68

3.1. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) ... 69

3.1.1. Pengertian Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) ... 69

3.1.2. Pembentukan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) ... 70

3.1.3. Tujuan dan Manfaat Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) ... 71

3.1.4. Kedudukan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dalam Pemerintahan Daerah ... 73

3.2. Analisis Kebutuhan Daerah ... 75

3.2.1. Aspek Pelayanan Umum... 77

3.2.1.1. Pengertian Pelayanan Umum (Pelayanan Publik) ...77

3.2.1.2. Substansi Pelayanan Umum (Pelayanan Publik) ...81

3.2.1.3. Kualitas Pelayanan Umum (Pelayanan Publik) ...83

3.2.1.4. Standar Pelayanan Umum (Pelayanan Publik) ...85

3.2.1.5. Aspek Pelayanan Masyarakat ...87

3.2.1.6. Kegiatan, Sasaran dan Ruang Lingkup Pelayanan Umum (Publik) Masyarakat oleh Pemerintah ...94

3.2.2. Aspek Kebutuhan Masyarakat ... 98

(4)

DAFTAR ISI xi

3.2.2.2. Jenis-jenis Kebutuhan Manusia ...103

3.2.2.3. Pengertian Kebutuhan Individu dan Kebutuhan Masyarakat ...106

3.2.2.4. Pelayanan Umum (Pelayanan Publik) untuk Pemenuhan Kebutuhan Masyarakat ...107

3.3. Analisis Kelayakan ... 111

3.3.1. Definisi Studi Kelayakan ... 112

3.3.2. Tujuan dan Pengguna Studi Kelayakan ... 113

3.3.3. Aspek Ekonomi ... 116

3.3.4. Aspek Pasar dan Pemasaran ... 117

3.3.5. Aspek Keuangan ... 124

3.3.5.1. Penganggaran Modal ...125

3.3.5.2. Kebutuhan Biaya Investasi ...127

3.3.5.3. Aliran Kas Proyek ...128

3.3.5.4. Analisa Penilaian Investasi ...128

3.3.6. Aspek Hukum dan Peraturan Perundang-Undangan ... 134

3.3.7. Aspek Teknis (Teknologi) ... 135

3.3.7.1. Penentuan Lokasi Usaha ...136

3.3.7.2. Perencanaan Kapasitas/Luas Produksi ...136

3.3.7.3. Tata Letak (Layout) ...137

3.3.7.4. Penggunaan Dan Pemilihan Teknologi ...138

3.3.8. Aspek Manajemen dan Sumber Daya Manusia ... 138

BAB 4 Analisis Keunggulan Daerah Kabupaten Kubu Raya ... 140

4.1. Potensi Sumber Daya Kabupaten Kubu Raya ... 141

4.2. Anlisis LQ dan Shift Share ... 141

4.2.1. Location Quotient (LQ) ... 141

4.2.2. Analisis Shift Share ... 156

(5)

DAFTAR ISI xii

4.3. Analisis Keunggulan Kompetitif dalam Pembentukan BUMD ... 163

BAB 5 Analisis Kebutuhan ... 163

5.1. Analisis Kebutuhan ... 164

5.1.1. Membantu Melaksanakan Kebijakan Pemerintah Dibidang Ekonomi dan Pembangunan Daerah ... 167

5.1.2. Membantu Daerah Dalam Memenuhi Kebutuhan Masyarakat ... 169

5.1.2.1. Perikanan ...169

5.1.2.2. Perkebunan ...170

5.1.3. Membantu Daerah Untuk Menghasilkan Pendapatan Dalam Rangka Menunjang Peningkatan PAD ... 172

5.1.4. Kebijakan Pemerintah di Bidang Ekonomi dan Pembangunan Daerah ... 180

5.2. Analisis Keunggulan Kompetitif Dalam Pembentukan BUMD ... 181

5.3. Sumber Daya Perusahaan ... 181

5.4. Kompetensi Inti... 183

BAB 6 Analisis Kelayakan ... 185

6.1. Analisis Kelayakan ... 186

6.1.1. Analisis Aspek Ekonomi ... 186

6.1.2. Analisis Pasar dan Pemasaran ... 187

6.1.2.1. Persaingan Usaha yang Dihadapi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)187 6.1.2.2. Strategi yang Dapat Dilakukan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) ...189

6.1.2.3. Rencana Bidang Usaha Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) ...194

6.1.3. Analisis Kelayakan Keuangan ... 195

6.1.3.1. Pengaruh Pembentukan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) terhadap Keuangan Kabupaten Kubu Raya ...195

6.1.3.2. Analisis Kebutuhan Modal Usaha ...197

(6)

DAFTAR ISI xiii

6.1.3.4. Analisis NPV dan DPP ...197

6.1.3.5. Analisis BEP ...197

6.1.4. Analisis Hukum dan Peraturan Perundang-Undangan ... 197

6.1.4.1. Dasar hukum dalam pembentukan Badan Usaha Milik Daerah ...197

6.1.4.2. Ketentuan dalam Perdagangan Umum dan Jasa...201

6.1.5. Analisis Teknis (Teknologi) ... 205

6.1.5.1. Perkembangan Teknologi di Kabupaten Kubu Raya ...205

6.1.5.2. Teknis (Teknologi) yang Diperlukan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) ...207

6.1.5.3. Teknis (Teknologi) untuk Perdagangan Barang dan Jasa ...208

6.1.6. Analisis Manajemen dan Sumber Daya Manusia (SDM) ... 208

6.1.6.1. Pengertian dan Peran Manjemen dan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam Bisnis Usaha ...208

6.1.6.2. Kondisi Pendidikan Sumber Daya Manusia (SDM) di Kabupaten Kubu Raya 214 6.1.6.3. Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) di Kabupaten Kubu Raya ...215

6.1.7. Perencanaan Manajemen dan Sumber Daya Manusia (MSDM) untuk Badan Usaha. 216 6.2. Analisis Kelayakan Bidang Usaha BUMD Aneka Usaha ... 219

6.2.1. Analisis Kelayakan Pembangunan dan Pengelolaan Perdagangan Umum 219 6.2.1.1. Analisis Aspek Ekonomi Pembangunan dan Pengelolaan Perdagangan Umum 219 6.2.1.2. Analisis Pasar dan Pemasaran Pembangunan dan Pengelolaan Perdagangan umum ...220

6.2.1.3. Analisis Kelayakan Keuangan Pembangunan dan Pengelolaan Perdagangan Umum ...220

(7)

DAFTAR ISI xiv 6.2.1.3.1 Analisis Kebutuhan Modal Pembangunan dan Pengelolaan

Perdagangan Umum ...220

6.2.1.3.2 Analisis Potensi Pendapatan Pembangunan dan Pengelolaan Perdagangan Umum ...221

6.2.1.3.3 Analisis NPV dan DPP Perdagangan Umum ...222

6.2.1.3.4 Analisis BEP Pembangunan dan Pengelolaan Perdagangan Umum 224 6.2.1.4. Analisis Hukum dan Peraturan Perundang-Undangan ...225

6.2.1.5. Analisis Teknis (Teknologi) Pembangunan dan Pengelolaan Perdagangan umum ...226

6.2.1.6. Analisis Manajemen dan Sumber Daya Manusia (SDM) Pembangunan dan Pengelolaan Perdagangan Umum ...226

6.2.2. Analisis Kelayakan Pembangunan dan Pengelolaan Pertambangan Pasir . 226 6.2.2.1. Analisis Aspek Ekonomi Pembangunan dan Pengelolaan Pertambangan Pasir 226 6.2.2.2. Analisis Pasar dan Pemasaran Pembangunan dan Pengelolaan Pertambangan Pasir ...227

6.2.2.3. Analisis Kelayakan Keuangan Pembangunan dan Pengelolaan Pertambangan Pasir ...227

6.2.2.3.1 Analisis Potensi Pendapatan Pembangunan dan Pengelolaan Pertambangan Pasir ...227

6.2.2.3.2 Analisis Potensi Pendapatan Pengelolaan Pertambangan Pasir ...228

6.2.2.3.3 Analisis NPV dan DPP Pertambangan Pasir ...228

6.2.2.3.4 Analisis BEP Pertambangan Pasir ...231

(8)

DAFTAR ISI xv

6.2.2.5. Analisis Teknis (Teknologi) Pertambangan Pasir ...232

6.2.2.6. Analisis Manajemen dan Sumber Daya Manusia (SDM) Pembangunan dan Pengelolaan Pertambangan Pasir ...232

6.2.3. Analisis Kelayakan Pembangunan dan Pengelolaan Perikanan ... 233

6.2.3.1. Analisis Aspek Ekonomi Perikanan ...233

6.2.3.2. Analisis Pasar dan Pemasaran Perdagangan Sembako ...233

6.2.3.3. Analisis Kelayakan Keuangan Usaha Perikanan ...234

6.2.3.3.1. Analisis Kebutuhan Modal Usaha Perikanan ...234

6.2.3.3.2. Analisis Potensi Pendapatan Usaha Perikanan ...236

6.2.3.3.3. Analisis NPV dan DPP Usaha Perikanan (Lele dan Nila)...236

6.2.3.3.4. Analisis BEP Usaha Perikanan ...241

6.2.3.4. Analisis Hukum dan Peraturan Perundang-Undangan ...243

6.2.3.5. Analisis Teknis (Teknologi) Perikanan ...243

6.2.3.6. Analisis Manajemen dan Sumber Daya Manusia (SDM) Usaha Perikanan ...244

6.2.4. Analisis Kelayakan Perkebunan Kelapa Dalam ... 244

6.2.4.1. Analisis Aspek Ekonomi Perkebunan Kelapa Dalam...244

6.2.4.2. Analisis Pasar dan Pemasaran Perkebunan Kelapa Dalam ...245

6.2.4.3. Analisis Kelayakan Keuangan Usaha Perkebunan Kelapa Dalam ...245

6.2.4.3.1. Analisis Kebutuhan Modal Usaha Perkebunan Kelapa Dalam 245 6.2.4.3.2. Analisis Potensi Pendapatan Usaha Perkebunan Kelapa Dalam ...247

6.2.4.3.3. Analisis NPV dan DPP Usaha Perkebunan Kelapa Dalam ...247

6.2.4.3.4. Analisis BEP Usaha Perkebunan Kelapa Dalam...251

(9)

DAFTAR ISI xvi

6.2.4.5. Analisis Teknis (Teknologi) Perkebunan Kelapa Dalam ...253

6.2.4.6. Analisis Manajemen dan Sumber Daya Manusia (SDM) Perkebunan Kelapa Dalam ...254

6.3. Organ BUMD Aneka Usaha ... 255

6.3.1. Struktur Organisasi BUMD Aneka Usaha ... 255

6.3.2. Struktur Organisasi Pengelolaan BUMD Aneka Usaha Kota Pontianak ... 256

6.3.3. Jadwal Perekrutan/Pengadaan Pegawai ... 258

BAB 7 Kesimpulan dan Saran ... 259

7.1. Kesimpulan ... 260

7.2. Saran ... 264

(10)

DAFTAR ISI xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Nama Kepala Wilayah dan Tahun Menjabat di Kabupaten Kubu Raya ... 13 Tabel 2. Nama Kepala Wilayah dan Tahun Menjabat di Kabupaten Kubu Raya ... 16 Tabel 3. Jumlah Penduduk di Kabupaten Kubu Raya dalam 5 (Lima) Tahun Terakhir (tahun 2015 – 2019) ... 18 Tabel 4. Rata-Rata Laju Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Kubu Raya dalam 5 (Lima) Tahun Terakhir (tahun 2015 – 2019)... 18 Tabel 5. Pertumbuhan PDRB pada Sisi Permintaan Atas Dasar Harga Konstan 2010 ... 32 Tabel 6. Pertumbuhan PDRB pada Sisi Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2017-2019 ... 33 Tabel 7. Persentase Kontribusi terhadap Jumlah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019 ... 34 Tabel 8. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2010 Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 ... 35 Tabel 9. PDRB Kabupaten Kubu Raya Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, 2015 – 2019 ... 40 Tabel 10. PDRB Kabupaten Kubu Raya Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha, 2015 – 2019 ... 42 Tabel 11. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kubu Raya dalam 5 (Lima) Tahun Terakhir (tahun 2015 – 2019) ... 50 Tabel 12. dan Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 – 2019 ... 53

(11)

DAFTAR ISI xviii Tabel 13. Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 – 2019 ... 58 Tabel 14. Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Kubu Raya, 2017 – 2018 ... 62 Tabel 15. Kriteria Penilaian Tingkat Desentralisasi Fiskal ... 65 Tabel 16. Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Menurut Jenisnya di Kabupaten Kubu Raya, 2017 – 2019 ... 66 Tabel 17. Realisasi Belanja Pembangunan Daerah Kabupaten Kubu Raya, ... 67 2017 – 2018 ... 67 Tabel 18. PDRB Kabupaten Kubu Raya Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2014 – 2018 ... 146 Tabel 19. PDRB Provinsi Kalimantan Barat Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2014 – 2018 ... 148 Tabel 20. Hasil Analisis Location Quotient (LQ) Pada Kabupaten Kubu Raya Tahun 2014 – 2018 ... 149 Tabel 21. Hasil Perhitungan Nilai Shift Share Kabupaten Kubu Raya Tahun 2014 - 2018 (Juta Rupiah)... 158 Tabel 22. Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Kubu Raya dalam Kurun Waktu 5 Tahun Terakhir ( 2014 – 2018) ... 174 Tabel 23. Rata-Rata Pertumbuhan dan Kontribusi Komponen Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Kubu Raya dalam Kurun Waktu 5 Tahun Terakhir ( 2014 – 2018) ... 175 Tabel 24. Klasifikasi Usaha ... 204 Tabel 25. Pendidikan (Harapan Lama Sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah) Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat tahun 2018 dan 2019... 215

(12)

DAFTAR ISI xix

Tabel 26. Rencana Kebutuhan Modal Usaha Perdagangan Umum ... 220

Tabel 27. Asumsi Pendapatan Usaha Perdagangan Umum ... 221

Tabel 28. Perhitungan NPV Perdagangan Umum ... 222

Tabel 29. BEP dalam Rupiah Pengelolaan Perdagangan Umum ... 224

Tabel 30. BEP dalam Unit Pengelolaan Perdagangan Umum... 225

Tabel 31. Perencanaan SDM Perdagangan Umum ... 226

Tabel 32. Rencana Kebutuhan Modal Usaha Pertambangan Pasir ... 227

Tabel 33. Asumsi Pendapatan Usaha Perdagangan Umum ... 228

Tabel 34. Perhitungan NPV Pertambangan Pasir ... 228

Tabel 35. BEP dalam Rupiah Pengelolaan Pertambangan Pasir ... 231

Tabel 36. BEP dalam Unit Pengelolaan Pertambangan Pasir ... 231

Tabel 37. Perencanaan SDM Pengelolaan Pertambangan Pasir ... 232

Tabel 38. Rata-rata Pengeluaran per Kapita Sebulan (Makanan) menurut Kelompok Komoditas dan Kabupaten/Kota (Rupiah), Maret 2018 ... 234

Tabel 39. Rencana Kebutuhan Modal Usaha Perikanan (Lele dan Nila) Biaya Investasi Rp. 500 Juta ... 234

Tabel 40. Rencana Kebutuhan Modal Usaha Perikanan (Lele dan Nila) Biaya Investasi Rp. 1 Miliar... 235

Tabel 41. Asumsi Pendapatan Usaha Perikanan (Lele dan Nila) ... 236

Tabel 42. Perhitungan NPV Usaha Perikanan Nilai Investasi Rp. 500 Juta ... 237

(13)

DAFTAR ISI xx

Tabel 44. BEP Dalam Rupiah Usaha Perikanan ... 241

Tabel 45. BEP Dalam Unit Usaha Perikanan ... 241

Tabel 46. BEP Dalam Rupiah Usaha Perikanan ... 242

Tabel 47. BEP Dalam Unit Usaha Perikanan ... 242

Tabel 48. Perencanaan SDM Usaha Perikanan ... 244

Tabel 49. Rencana Kebutuhan Modal Usaha Perkebunan Kelapa Dalam Biaya Investasi Rp. 500 Juta ... 246

Tabel 50. Rencana Kebutuhan Modal Usaha Perkebunan Kelapa Dalam Biaya Investasi Rp. 1 Miliar... 246

Tabel 51. Asumsi Pendapatan Usaha Perkebunan Kelapa Dalam ... 247

Tabel 52. Perhitungan NPV Usaha Perkebunan Kelapa Dalam Nilai Investasi Rp. 500 Juta ... 247

Tabel 53. Perhitungan NPV Usaha Perkebunan Kelapa Dalam Nilai Investasi Rp. 1 Miliar ... 249

Tabel 54. BEP Dalam Rupiah Perkebunan Kelapa Dalam ... 252

Tabel 55. BEP Dalam Unit Perkebunan Kelapa Dalam ... 252

Tabel 56. BEP Dalam Rupiah Perkebunan Kelapa Dalam ... 252

Tabel 57. BEP Dalam Unit Perkebunan Kelapa Dalam ... 252

Tabel 58. Perencanaan SDM Perkebunan Kelapa Dalam ... 254

Tabel 59. Struktur Organinasi ... 256

(14)

DAFTAR ISI xxi Tabel 61. Ringkasan Analisis Aspek Keuangan ... 261 Tabel 62. Ringkasan BEP ... 262

(15)

PENDAHULUAN 22

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Kondisi Geografis Kabupaten Kubu Raya ... 29 Gambar 2: Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Kubu Raya, 2019 ... 31 Gambar 3: Grafik Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Kubu Raya dalam 5 (Lima) Tahun Terakhir (tahun 2015 – 2019) ... 34 Gambar 4: Grafik Persentase Penduduk Per Kecamatan terhadap Total Penduduk di Kabupaten Kubu Raya Tahun 2018 – 2019 ... 35 Gambar 5: Grafik Kepadatan Penduduk Per Km2 di Kabupaten Kubu Raya dalam 5

(Lima) Tahun Terakhir (tahun 2015 – 2019) ... 36 Gambar 6: Grafik Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Batu Ampar Tahun 2018 – 2019 ... 37 Gambar 7: Grafik Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Terentang Tahun 2018 – 2019 ... 38 Gambar 8: Grafik Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Kubu Tahun 2018 – 2019 39 Gambar 9: Grafik Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Teluk Pakedai Tahun 2018– 2019 ... 40 Gambar 10: Grafik Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Sungai Kakap Tahun 2018 – 2019 ... 41

Gambar 11: Grafik Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Rasau Jaya Tahun 2018 – 2019 ... 42 Gambar 12: Grafik Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Sungai Raya Tahun 2018 – 2019 ... 43

(16)

PENDAHULUAN 23 Gambar 13: Grafik Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Sungai Ambawang Tahun 2018 – 2019 ... 44 Gambar 14: Grafik Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Kuala Mandor B Tahun 2018 – 2019 ... 45 Gambar 15: Grafik Kontribusi Kabupaten/Kota terhadap Jumlah Produk Domestik Bruto Regional (PDRB) Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 ... 50 Gambar 16: Grafik PDRB atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2010 Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019 ... 51 Gambar 17: Grafik Sektor Ekonomi Kabupaten Kubu Raya ... 59 Gambar 18: Grafik Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Nasional dan Kalimantan Barat 2015 – 2019 ... 61 Gambar 19: Grafik Hasil Survey Konsumen ... 63 Gambar 20: Grafik Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kubu Raya dalam 5 (Lima) Tahun Terakhir (tahun 2015 – 2019) ... 65 Gambar 21: Grafik Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Barat dan Kabupaten Kubu Raya dalam 5 Tahun Terakhir (2015-2019) ... 65 Gambar 22: Grafik APBD Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 – 2019 66 Gambar 23 : Grafik Rasio Kemandirian Fiskal Provinsi Kalimantan Barat Triwulan IV 2015 – 2019 ... 70 Gambar 24 : Grafik Rasio Belanja Modal terhadap Total Belanja Provinsi Kalimantan Barat Triwulan IV 2015 – 2019 ... 72 Gambar 25: Grafik Rasio Kemandirian Fiskal Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat Triwulan IV 2019 ... 74

(17)

PENDAHULUAN 24 Gambar 26 : Diagram Piramida Maslow Tentang Teori Kebutuhan Manusia ... 113

(18)

PENDAHULUAN 1

BAB 1

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Otonomi daerah merupakan hak yang diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dalam rangka meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam penjelasan umum Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, disebutkan bahwa daerah provinsi berkedudukan sebagai daerah otonom sekaligus wilayah administratif. Dengan kata lain daerah provinsi dibentuk berdasarkan asas desentralisasi dan dekonsentrasi. Pemberian otonomi daerah ini dilaksanakan berdasarkan prinsip negara kesatuan sehingga otonomi daerah merupakan subsistem dari negara kesatuan. Dalam negara kesatuan kedaulatan hanya ada pada pemerintah pusat dan tidak ada pada daerah. Pemerintahan daerah dalam negara kesatuan merupakan satu kesatuan dengan pemerintahan nasional. Jadi daerah otonom harus berperan nyata dalam mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui pelayanan publik, pemberdayaan, partisipasi masyarakat, dan peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, dan kekhasan suatu dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Otonomi daerah bertujuan menciptakan mobilisasi dukungan bagi kebijakan pembangunan nasional sampai ke pemerintah tingkat lokal, sehingga pembangunan yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi rakyat daerah. Pemberian otonomi daerah dilaksanakan dengan memperhatikan aspek demokrasi, keadilan, pemerataan serta potensi dan keanekaragaman daerah. Dengan dikuranginya ketergantungan kepada pemerintah pusat maka Pendapatan Asli Daerah (PAD) seharusnya menjadi salah satu sumber keuangan terbesar dan 2 menjadi tolok ukur terpenting bagi kemampuan daerah dalam menyelenggarakan dan mewujudkan kemandirian daerah. Seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah, kegiatan pemerintah daerah di Indonesia semakin

(19)

PENDAHULUAN 2 meningkat dan meliputi hampir disemua bidang.

Meningkatnya kegiatan pemerintah daerah diikuti pula dengan meningkatnya kebutuhan dana untuk menunjang penyediaan berbagai fasilitas yang dibutuhkan oleh masyarakat. Fungsi utama pemerintah adalah untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Disamping fungsi pelayanan, pemerintah juga menjalankan fungsi melakukan pengaturan,fungsi pembangunan, menjalankan roda pemerintahan, membina kehidupan kemasyarakatan dan menyediakan barang- barang yang tidak disediakan oleh pihak swasta. Mardiasmo dalam Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah (2004:148) menyatakan bahwa: “Otonomi daerah berarti pemerintah daerah harus mencukupi kebutuhan daerahnya dengan berusaha meningkatkan Pendapatan Asli Daerahnya sendiri, akhirnya pemerintah daerah berusaha meningkatkan Pendapatan Asli Daerahnya setinggi-tingginya melalui peningkatan pajak dan retribusi daerah serta bagian laba BUMD”.

Untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian daerah serta memperkuat struktur penerimaan daerah, maka kontibusi PAD dalam struktur APBD harus senantiasa ditingkatkan karena merupakan salah satu tolok ukur kemampuan dan cermin kemandirian daerah. Minimnya perolehan PAD masih dianggap sebagai hambatan dan ini harus segera dievaluasi secara sungguh-sungguh oleh masing-masing pemerintah daerah dalam upaya peningkatan pelayanan dan fasilitasi kepada masyarakat. Padahal, kurang efektif dan efisiennya target untuk mencapai pemenuhan kebutuhan masyarakat merupakan salah satu hal yang menjadi pangkal permasalahan kurang tercapainya pendapatan daerah selama ini.

Kubu Raya memiliki potensi alam yang baik terutama untuk sektor pertanian dan pekebunan. Kabupaten Kubu Raya juga memiliki keunggulan infrastruktur dibandingkan daerah lain di Kalimantan Barat karena letak yang strategis di mana dekat dengan pelabuhan laut dan menjadi satu-satunya daerah yang memiliki bandara internasional di Kalimantan Barat. Hal tersebut tentunya dapat mendukung kelancaran usaha, produksi dan distribusi yang akan dilakukan. Sektor industri pengolahan menjadi sektor yang paling berpengaruh dalam mendukung struktur ekonomi Kabupaten Kubu Raya selama 3 tahun terakhir (tahun 2017- tahun 2019). Selain industri pengolahan,

(20)

PENDAHULUAN 3 sumbangan terbesar kedua dihasilkan oleh sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan dan disusul oleh sektor transportasi dan pergudangan.

Halim (2001) menjelaskan bahwa ciri utama suatu daerah yang mampu melaksanakan otonomi, yaitu (1) kemampuan keuangan daerah, artinya daerah harus memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan, mengelola dan menggunakan keuangan sendiri yang cukup memadai untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahannya, dan (2) ketergantungan kepada bantuan pusat harus seminimal mungkin, agar pendapatan asli daerah (PAD) dapat menjadi bagian sumber keuangan terbesar sehingga peranan pemerintah daerah menjadi lebih besar.

Tingkat Desentralisasi Fiskal adalah ukuran untuk menunjukkan tingkat kewenangan dan tanggung jawab yang diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan pembangunan. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa PAD merupakan aspek yang sangat menentukan keberhasilan suatu daerah dalam menyelenggarakan desentralisasi. Semakin tinggi PAD maka semakin besar kemampuan keuangan daerah untuk membiayai belanja pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahan. Perhitungan derajat desentralisasi Kabupaten Kubu Raya berdasarkan data Realisasi Pendapatan Daerah tahun 2018 di dapatkan persentase sebesar 14,86%, yang menunjukkan bahwa tingkat desentralisasi fiskal Kabupaten Kubu Raya masih dalam kategori Kurang (dinilai sedang jika > 30%).

Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan keuangan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat, yang diukur dengan rasio Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap jumlah bantuan pemerintah pusat dan pinjaman. Keberhasilan kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan otonomi daerah salah satunya dilihat dari kemandirian keuangan daerah tersebut. Suatu daerah yang sudah mandiri dalam aspek keuangan diharapkan bisa melaksanakan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat tanpa mengharapkan transfer dana dari pemerintah pusat. Berdasarkan data Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Bank Indonesia untuk tahun 2019 Kabupaten Kubu Raya menempati urutan ketiga tertinggi untuk rasio kemandirian fiskal dengan persentase sebesar 10,21%. Namun rasio tersebut

(21)

PENDAHULUAN 4 masih rendah karena di bawah angka standar pedoman (dinilai sedang jika ≥ 50%) untuk daerah yang memiliki kemandirian fiskal (keuangan). Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan daerah Kabupaten Kubu Raya masih sangat tergantung kepada transfer pendapatan dari pemerintah pusat. Dengan adanya pembentukan BUMD diharapkan menjadi salah satu usaha pemerintah dalam meningkatkan pendapatan daerah dan menjadikan pemerintah Kabupaten Kubu Raya lebih mandiri secara fiskal (menurunkan ketergantungan keuangan terhadap pemerintah pusat).

Komponen pendapatan asli daerah Kabupaten Kubu Raya tahun 2018 didominasi oleh pajak daerah sebesar Rp. 133,59 miliar atau sebesar 72,38%. Kemudian disusul oleh lain-lain pendapatan asli daerah yang sah sebesar Rp. 37,48 miliar atau sebesar 20,31%, retribusi daerah sebesar Rp. 9,37 miliar atau sebesar 5,08% dan hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan sebesar Rp. 4,11 miliar atau sebesar 2,23%. Untuk pos pajak daerah dan hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan mengalami kenaikan dari tahun 2017. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan pembayaran pajak dan adanya potensi untuk pengembangan perusahaan milik daerah dalam upaya peningkatan pendapatan asli daerah.

Dalam upaya meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), Kabupaten Kubu Raya lebih mengutamakan kualitas dengan cara menggali potensi sumber pendapatan daerah lainnya yang belum dimaksimalkan. Dalam artian bahwa peningkatan PAD dilakukan dengan tidak membebani aktivitas pemerintahan sehingga tidak menghambat investasi dan kegiatan masyarakat. Salah satu upaya untuk meningkatkan pendapatan daerah tanpa membebani masyarakat tersebut, khususnya yang berasal dari daerah sendiri adalah dengan pendirian Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).

Pendirian Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) ini diharapkan dapat membantu Pemerintah Kabupaten Kubu Raya dalam rangka peningkatan PAD dan tentunya turut berperan penting dalam perekonomian daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu BUMD juga diharapkan dapat menghasikan barang dan atau jasa yang diperlukan dalam rangka mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat.

(22)

PENDAHULUAN 5 Oleh karena itu, usaha BUMD tidak terfokus pada satu bidang tetapi dapat melakukan berbagai usaha seperti di bidang pembangunan, agrobisnis, industri strategis, jasa/perdagangan,, energi dan sumber daya mineral, kelautan dan perikanan, dan usaha lain sesuai kebutuhan pemerintah daerah sebagai upaya ekstensifikasi pendapatan daerah maupun untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pada sisi lain BUMD juga diposisikan, sebagai badan usaha yang diupayakan untuk tetap mandiri dan untuk mendapatkan laba sehingga dapat menunjang kelangsungan usaha BUMD itu sendiri.

Berdasarkan pertimbangan yang telah dijelaskan di atas, Kabupaten Kubu Raya berencana untuk mendirikan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan mengelola potensi sumber pendapatan daerah lainnya yang belum dimaksimalkan yang dinilai bisa menghasilkan pendapatan dan perlu dikelola secara mandiri dan profesional, selain dengan melihat kesempatan usaha secara umum dan memberikan tambahan pendapatan tetapi juga dianggap mampu dalam menunjang keberlangsungan layanan pemenuhan kebutuhan kepada masyarakat. Sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang terkait, maka sebelum dilakukan pembentukan atau pendirian BUMD tersebut, perlu dilakukan analisis kelayakan yang akan dijabarkan secara mendalam pada kajian ini.

1.2. Perumusan Masalah

Untuk merumuskan Kebijakan tentang pembentukan BUMD baru, maka diperlukan Analisis Kebutuhan Daerah dan Analisis Kelayakan Bidang Usaha sesuai Pasal 9 dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 54 tahun 2017 tentang Badan Usaha Milik Daerah mengenai dasar Pembentukan Badan Usaha Milik Daerah. Untuk itu, rumusan masalah dalam kajian ini adalah bagaimana kebijakan Pembentukan BUMD Baru berdasarkan hasil analisis kebutuhan daerah dan Kelayakan Bidang Usaha.

1.3. Maksud dan Tujuan

Maksud Kajian Perumusan Kebijakan Pembentukan BUMD Baru adalah menyusun pedoman pembentukan BUMD Baru dengan memperhatikan kebutuhan ekonomi dan kelayakan bidang usaha, sehingga BUMD baru dapat turut berperan serta untuk mengembangkan kegiatan perekonomian daerah dengan cara memenuhi

(23)

PENDAHULUAN 6 kebutuhan masyarakat dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) serta mampu untuk menjadi Badan Usaha yang mampu berkontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah.

Tujuan utama dari kajian ini adalah menentukan kebijakan pemerintah Kabupaten Kubu Raya terkait pembentukan BUMD baru yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan daerah serta menjalankan bidang usaha yang dinilai layak dari segi ekonomi, pasar dan pemasaran, keuangan, dan aspek lainnya yaitu hukum dan peraturan perundang-undangan, teknis (teknologi) dan manajemen dan ketersediaan sumber daya manusia.

1.4. Sasaran

Sasaran yang diharapkan adalah tersedianya dokumen analisis kebutuhan dan kelayakan yang akan menjadi dasar kebijakan pembentukan BUMD baru. Dokumen analisis kebutuhan dan kelayan ini akan menjadi dasar bagi Pemerintah Kabupaten Kubu Raya untuk mengusulkan pembentukan BUMD Aneka Usaha serta menjadi acuan dalam menentukan bidang Usaha yang potensial untuk BUMD Aneka Usaha. Dokumen ini juga akan menjadi acuan dalam penentuan besaran Investasi Pemerintah Kabupaten Kubu Raya dalam Pembentukan BUMD Aneka Usaha.

1.5. Ruang Lingkup Materi

Kajian ini diharapkan menghasilkan rekomendasi terhadap Pembentukan Badan Usaha Milik Daerah Kabupaten Kubu Raya, yang didasarkan pada:

1) Kebutuhan Daerah yang meliputi aspek : a. Pelayanan umum

b. Kebutuhan masyarakat

2) Kelayakan bidang usaha yang akan dijadikan BUMD yang meliputi: a. Analisis kelayakan ekonomi

b. Analisis kelayakan pasar dan pemasaran c. Analisis kelayakan keuangan

d. Analisis kelayakan peraturan hukum dan perundang undangan e. Analisis kelayakan teknis (teknologi)

(24)

PENDAHULUAN 7 f. Analisis kelayakan manajemen dan sumber daya manusia

1.6. Manfaat

Manfaat dari disusunnya rumusan kebijakan Pembentukan BUMD baru antara lain:

1. Memberikan acuan bagi pemerintah Kabupaten Kubu Raya dalam mengambil keputusan Investasi Pembentukan BUMD Baru.

2. Memberikan gambaran Kebutuhan akan pembentukan BUMD Baru. 3. Memberikan informasi tentang peluang dan tantangan BUMD Baru.

1.6. Teknik Analisis

Di samping menganalisis kebutuhan daerah untuk pelayanan umum dan pelayanan masyarakat, Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Aspek Ekonomi

Secara garis besar dampak dari aspek ekonomi dengan adanya suatu usaha atau investasi antara lain melalui analisis peningkatan kesempatan kerja bagi masyarakat, peningkatan ekonomi masyarakat melalui peningkatan pendapatan keluarga, dan peningkatan pendapatan pemerintah baik lokal maupun regional. Kelayakan aspek ekonomi akan ditentukan dari seberapa besar investasi tersebut mampu meningkatkan kesempatan kerja bagi masyarakat, meningkatkan ekonomi masyarakat, dan atau meningkatkan pendapatan pemerintah.

2) Aspek Pasar dan Pemasaran

Analisis aspek pasar dilakukan untuk menjawab pertanyaan “apakah/usaha yang akan dijalankan dapat menghasilkan produk/jasa yang dapat diterima pasar dengan tingkat pendapatan yang menguntungkan?” suatu ide/usaha dianggap layak berdasarkan aspek pasar dan pemasaran jika jasa yang dihasilkan dapat diterima pasar (dibutuhkan dan diinginkan oleh calon konsumen) dengan tingkat keuntungan yang mencukupi. Secara spesifik analisis aspek pasar dan pemasaran dalam studi kelayakan bertujuan untuk menganalisis permintaan atas produk/jasa

(25)

PENDAHULUAN 8 yang akan dihasilkan, menganalisis penawaran atas produk/jasa sejenis.

3) Aspek Keuangan

Analisis aspek keuangan dilakukan untuk menjawab pertanyaan “bagaimana kesiapan permodalan yang akan digunakan untuk menjalankan dan apakah yang akan dijalankan dapat memberikan tingkat pengembalian yang menguntungkan?”. Suatu rencana usaha dinyatakan layak bedasarkan aspek keuangan jika sumber dana untuk membiayai rencana usaha tersebut tersedia serta mampu memberikan tingkat pengembalian yang menguntungkan dengan berdasarkan asumsi-asumsi yang logis. Secara spesifik kajian aspek keuangan dalam studi kelayakan bertujuan untuk menganalisis sumber dana untuk menjalankan usaha, besarnya kebutuhan biaya investasi yang diperlukan, besarnya kebutuhan modal kerja yang diperlukan, memproyeksikan rugi laba usaha yang akan dijalankan, memproyeksikan arus kas dari usaha yang akan dijalankan, menganalisis sumber dana untuk menjalankan dan tingkat pengembalian investasi yang ditanamkan dengan berdasarkan beberapa analisis kelayakan investasi. Dasar menilai kelayakan investasi apakah investasi ini layak atau tidak dijalankan dapat dilakukan melalui pendekatan Payback Period (PP) dan Net Present Value (NPV) 4) Aspek Hukum dan Peraturan Perundang-Undangan

Analisis aspek ini dilakukan dengan tujuan menjawab pertanyaan “apakah yang akan dilakukan dapat memenuhi ketentuan hukum dan perizinan disuatu wilayah?” berdasarkan aspek peraturan perundang-undangan dan hukum suatu ide dinyatakan layak jika ide tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan mampu memenuhi segala persyaratan perizinan diwilayah tersebut. Secara spesifik analisis aspek ini pada studi kelayakan bertujuan untuk menganalisis legalitas usaha yang akan dijalankan, menganalisis ketepatan bentuk badan hukum dengan ide yang akan dilaksanakan.

5) Aspek Teknis (Teknologi)

Analisis aspek teknis dilakukan untuk menjawab pertanyaan “Apakah secara teknis dapat dibangun dan dijalankan dengan baik?” Suatu ide dinyatakan layak berdasarkan aspek teknis dan teknologi jika berdasarkan produk/jasa yang

(26)

PENDAHULUAN 9 direncanakan dapat dibangun dan dijalankan dengan baik. Analisis aspek ini lebih ditekankan kepada tambahan investasi atau teknologi yang dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja pengelolaan aset yang dimiliki SKPD maupun usaha umum yang akan dijalankan.

6) Aspek Manajemen dan Sumber Daya Manusia

Analisis aspek manajemen dan sumber daya manusia dilakukan untuk menjawab pertanyaan “apakah yang akan dijalankan dapat dibangun sesuai dengan waktu yang direncanakan dan apakah tersedia sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk menjalankan atau usaha”. Suatu rencana usaha dinyatakan layak berdasarkan aspek manajemen dan sumber daya manusia jika terdapat kesiapan tenaga kerja untuk menjalankan dan dapat dibangun sesuai waktu yang telah diperkirakan. Secara spesifik analisis manajemen dan sumber daya manusia pada studi kelayakan bertujuan untuk menganalisis penjadwalan pelaksanaan pembentukan bisnis, jenis-jenis pekerjaan yang diperlukan untuk pembentukan, waktu yang diperlukan untuk melaksanakan setiap jenis pekerjaan yang diperlukan untuk pembentukan, biaya yang diperlukan untuk melaksanakan setiap jenis pekerjaan yang diperlukan untuk pembentukan, persyaratan yang diperlukan untuk memangku pekerjaan pada suatu, struktur organisasi yang cocok untuk menjalankan, metode pengadaan tenaga kerja untuk menjalankan serta kesiapan tenaga kerja untuk menjalankan.

1.7. Metode Pelaksanaan

Metode yang digunakan dalam melakukan Kajian Analisis Kelayakan ini adalah: 1) Metode Survey Lapangan

Metode survey lapangan dilakukan dengan mengumpulkan data untuk melaksanakan analisis, wawancara dengan beberapa responden dan pihak-pihak terkait menurut aspek kajian serta mengumpulkan data lainnya untuk melengkapi data sebagai dasar analisis kelayakan.

(27)

PENDAHULUAN 10 Metode pengumpulan data-data sekunder adalah pengumpulan data yang terkait dengan semua aspek kajian seperti:

a. Studi/Analisis Terdahulu,

b. APBD Pemerintah Kabupaten Kubu Raya,

c. Rencana Strategis serta Rencana Kerja Pemerintah Kabupaten Kubu Raya, d. Peraturan perundang-undangan yang terkait langsung dengan pembentukan

Badan Usaha Milik Daerah, dan e. Data penunjang lainnya.

1.8. Dasar Hukum

Dasar hukum dalam pembentukan Badan Usaha Milik Daerah yaitu antara lain: 1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

3) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;

4) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;

5) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;

6) Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 tentang Badan Usaha Milik Daerah; 7) Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah;

8) Peraturan Daerah Kabupaten Kubu Raya No. 25 Tahun 2010 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah.

(28)

GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUBU RAYA 11

BAB 2

Gambaran Umum Kabupaten Kubu Raya

2.1. Sejarah Kabupaten Kubu Raya

Kabupaten Kubu Raya merupakan bagian dari provinsi Kalimantan Barat. Kabupaten Kubu Raya sebelumnya merupakan bagian dari kabupaten Mempawah dan kemudian mengalami pemekaran dan menjadi kabupaten tersendiri. Kabupaten Kubu Raya sangat erat kaitannya dengan keberadaan Kerajaan Kubu. Panembahan Kubu dimulai dari kedatangan 45 orang dari kampung Ar Ridha Tarim Hadramaut (sekitar tahun 1720 M atau 17 Ramadhan 1144 H), yang di antaranya:

1. Syarif Idrus, keturunannya telah berkembang menyebar ke daerah Kubu. 2. Syarif Akhmad.

3. Syarif Abdurrakhman As Sagaf.

4. S Husein Jamallel yang kemudian di Indonesia menamai dirinya dengan Habib Husein Al Qadri, menurunkan sultan-sultan Kesultanan Pontianak.

Kabupaten Kubu Raya didirikan melalui sidang Paripurna DPR RI tanggal 17 Juli 2007 ditetapkan pengesahan RUU tentang pembentukan Kabupaten Kubu Raya Provinsi Kalimantan Barat. Pembentukan kemudian disahkan dengan UU Nomor 35 tanggal 2007, yang kemudian dicatat dalam lembaran Negara tahun 2007 Nomor 101 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 4751. Dari kelanjutan Undang-Undang tersebut, dari segi pembagian wilayah administrasi, Kabupaten Kubu Raya terdiri dari 9 kecamatan, 101 desa dan 370 dusun. Dengan rincin sebagai berikut:

1. Kecamatan Batu Ampar, terdiri dari 14 desa, 50 dusun 2. Kecamatan Terentang, terdiri dari 9 desa, 24 dusun 3. Kecamatan Kubu, terdiri dari 18 desa, 65 dusun

4. Kecamatan Teluk Pakedai, terdiri dari 14 desa, 46 dusun 5. Kecamatan Sungai Kakap, terdiri dari 12 desa, 48 dusun 6. Kecamatan Rasau Jaya, terdiri dari 5 desa, 21 dusun 7. Kecamatan Sungai Raya, terdiri dari 12 desa, 47 dusun

(29)

GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUBU RAYA 12 8. Kecamatan Sungai Ambawang, terdiri dari 12 desa, 48 dusun

9. Kecamatan Kuala Mandor-B, terdiri dari 5 desa, 21 dusun.

Lambang daerah Kabupaten Kubu Raya berbentuk perisai dengan garis lengkung dan garis lurus menyatu berwarna hitam dan biru di dalamnya, mengandung arti bahwa wilayah Kabupaten Kubu Raya merupakan daerah daratan dan pulau-pulau yang dipisahkan oleh sungai dan laut, serta mempunyai potensi sebagai daerah lalu lintas perdagangan dan pariwisata. Pada sisi kanan benteng terdapat butiran padi yang berjumlah 17 dan pada sisi kirinya terdapat 7 lembar daun kelapa yang berpangkal pada angka "2007", serta di bawahnya terdapat tulisan Kubu Raya, yang mengandung arti bahwa berdirinya Kabupaten Kubu Raya pada tanggal 17 Juli 2007. Butiran padi dan lembar daun kelapa menunjukan bahwa Kabupaten Kubu Raya merupakan daerah dengan potensi hasil pertanian dan perkebunan yang subur. Di tengah logo terdapat benteng (kubu pertahanan) yang terdiri dari 9 bagian yaitu 1 di tengah, 4 di sisi kanan, dan 4 di sisi kiri, yang mengandung arti bahwa Kabupaten Kubu Raya pada saat pembentukan terdiri atas 9 Kecamatan, dengan pusat pemerintahan berada di Kecamatan Kubu.

Pada sisi bawah benteng terbentang perahu yang sarat muatan dengan riak ombak di depannya dan layar mengembang serta tiang perahu yang kokoh, mengandung arti transportasi air sebagai media lalu lintas perdagangan hasil usaha keras masyarakat, yaitu hasil laut, pertanian, perkebunan, industri, dan tambang, menuju kehidupan yang bermartabat dan sejahtera. Pada sisi paling bawah terdapat pita bertuliskan "Kubu Raya", mengandung arti budaya masyarakat Kubu Raya heterogen selalu bersatu, harmonis sebagai pencerminan rasa persatuan dan kesatuan. Pada sisi atas benteng terdapat bintang segi lima dan enam sinar yang memancar mengandung arti Pancasila sebagai dasar dalam mewujudkan enam harapan masyarakat yang tertib, aman, mudah pelayanan, adil dan merata, makmur, indah, lestari, beriman dan bertaqwa dalam ridho Tuhan Yang Maha Esa.

Sedangkan arti komposisi warna dari lambang daerah Kabupaten Kubu Raya yaitu:

(30)

GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUBU RAYA 13 1. Warna dasar biru laut, melambangkan keyakinan. Dengan daerah perairan sebagai pemisah daratan, tetapi masyarakat yakin lautan raya sangat berpotensi dengan hasil lautnya juga sebagai lalu lintas pertumbuhan ekonomi sekaligus membuka kerjasama pada bidang pariwisata dan perdagangan baik nasional maupun internasional.

2. Warna hitam, melambangkan perjuangan dan kerja keras dalam menggali dan mengelola potensi daerah menuju masyarakat adil dan makmur.

3. Warna merah dan putih melambangkan keberanian dan kesucian. Berani bersaing dengan daerah lain atas dasar keberanian dan kesucian jiwa di bawah panji Merah Putih Negara Kesatuan Republik Indonesia.

4. Warna hijau melambangkan kesuburan. Dengan Potensi daerah pertanian dan perkebunan yang subur menjadikan masyarakat yang produktif bekerja sesuai dengan keahlian dan kemampuannya dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai penunjangnya.

5. Warna kuning emas melambangkan keagungan, berawal dari sejarah perjuangan mengusir penjajah oleh pejuang-pejuang Kubu Raya.

Adapun nama-nama Kepala Wilayah yang pernah menjabat di Kabupaten Kubu Raya adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Nama Kepala Wilayah dan Tahun Menjabat di Kabupaten Kubu Raya

No. Nama Kepala Wilayah Tahun Pemerintahan

1 Drs. Kamarruzzaman, M.Si. 2007-2009 2 H. Muda Mahendrawan, SH. 2009-2014 3 H. Rusman H. M. Ali, SH. 2014-2019 4 H. Muda Mahendrawan, SH. 2019-Sekarang Sumber : Wikipedia.com dan BPS Kabupaten Kubu Raya

(31)

GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUBU RAYA 14 2.2. Kondisi Geografis

Sumber: Google.com

Gambar 1: Kondisi Geografis Kabupaten Kubu Raya

Kabupaten Kubu Raya memiliki luas wilayah mencapai 6.985,24 km2. Secara atronomis Kabupaten Kubu Raya terletak pada posisi 0˚13’40,83” Lintang Utara sampai dengan 1˚00’53,09” Lintang Selatan, serta 109˚02’19,32” sampai dengan 109˚58’32,16” Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya, Kabupaten Kubu Raya memiliki batas-batas:

• Barat – Laut Natuna

• Timur – Kabupaten Ketapang dan Kabupaten Sanggau

• Utara – Kabupaten Mempawah, Kota Pontianak dan Kabupaten Landak • Selatan – kabupaten Kayong Utara

(32)

GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUBU RAYA 15 Kabupaten Kubu Raya tediri dari 9 kecamatan, yaitu:

1) Batu Ampar 2) Terentang 3) Kubu 4) Teluk Pakedai 5) Sungai Kakap 6) Rasau Jaya 7) Sungai Raya 8) Sungai Ambawang 9) Kuala Mandor B

Akhir tahun 2019, wilayah administrasi Kabupaten Kubu Raya terdiri dari 9 wilayah Kecamatan, berdasarkan UU Nomor 35 Tahun 2007 luas daratan masing-masing Kecamatan, yaitu: Batu Ampar (2.002,70 Km2), Terentang (786,40 Km2), Kubu (1.211,60 Km2), Teluk Pakedai (291,90 Km2), Sungai Kakap (453,17 Km2), Rasau Jaya (111,07 Km2), Sungai Raya (929,30 Km2), Sungai Ambawang (726,10 Km2), serta

(33)

GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUBU RAYA 16 Sumber: BPS Kabupaten Kubu Raya

Gambar 2 : Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Kubu Raya, 2019

Berdasarkan elevasi (ketinggian dari permukaan laut) dataran di Kabupaten Kubu Raya terdiri dari:

• 0 m – 100 m = 20,2% • 101 m – 500 m = 27,2% • 501 m – 1.000 m = 26,7% • 1.001 m ke atas = 25,9%

Tabel 2. Nama Kepala Wilayah dan Tahun Menjabat di Kabupaten Kubu Raya

No. Kecamatan Tinggi Wilayah

(mdpl) Jarak ke Ibukota Kabupaten (km) 1 Batu Ampar 0 – 280 108,0 2 Terentang 0 – 50 31,5 3 Kubu 0 – 401 67,0

(34)

GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUBU RAYA 17

No. Kecamatan Tinggi Wilayah

(mdpl) Jarak ke Ibukota Kabupaten (km) 4 Teluk Pakedai 0 – 50 62,0 5 Sungai Kakap 0 – 50 26,0 6 Rasau Jaya 0 – 50 22,0 7 Sungai Raya 0 – 100 5,0 8 Sungai Ambawang 0 – 160 9,0 9 Kuala Mandor B 0 – 150 27,0

Kabupaten Kubu Raya 0 – 401 5

Sumber : BPS Kabupaten Kubu Raya

2.3. Kondisi/ Keadaan Iklim

Hasil pencatatan dari Stasiun Meteorologi Supadio menunjukkan bahwa pada tahun 2019 temperatur udara berkisar antara 22,4 oC hingga 34,9 oC, sedangkan

rata-rata tekanan udara sebesar 1.010,0 milibar. Rata-rata-rata kecepatan angin di Kabupaten Kubu Raya berkisar antara 5 knots hingga 21 knots dengan kecepatan angin terbesar terjadi pada Bulan Mei yaitu sebesar 33 knots. Selama tahun 2019 hari hujan terbesar terjadi pada Bulan Desember yaitu sebesar 401,8 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 26 hari.

2.4. Kondisi Demografi/Kependudukan di Kabupaten Kubu Raya dan Per Kecamatan Kabupaten Kubu Raya

Dalam perencanaan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan pasar yang dituju yaitu masyarakat atau penduduk Kabupaten Kubu Raya, harus diketahui kondisi demografi atau kependudukan yang ada di Kabupaten Kubu Raya. Sumber utama data kependudukan adalah sensus penduduk yang dilaksanakan setiap sepuluh tahun sekali. Sensus penduduk telah dilaksanakan sebanyak enam kali sejak Indonesia merdeka, yaitu tahun 1961, 1971, 1980, 1990, 2000, dan 2010. Di dalam sensus penduduk, pencacahan dilakukan terhadap seluruh penduduk yang berdomisili di wilayah teritorial Indonesia termasuk warga negara asing kecuali anggota korps diplomatik negara sahabat beserta keluarganya.

Laju pertumbuhan penduduk adalah angka yang menunjukkan persentase pertambahan penduduk dalam jangka waktu tertentu. Kepadatan penduduk adalah rasio

(35)

GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUBU RAYA 18 banyaknya penduduk per kilometer persegi distribusi penduduk adalah pola persebaran penduduk di suatu wilayah, baik berdasarkan batas-batas geografis maupun berdasarkan batas-batas administrasi pemerintahan.

Tabel 3. Jumlah Penduduk di Kabupaten Kubu Raya dalam 5 (Lima) Tahun Terakhir (tahun 2015 – 2019)

No. Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa)

2015 2016 2017 2018 2019 1 Batu Ampar 35.602 36.081 36.469 36.844 37.241 2 Terentang 11.045 11.180 11.287 11.389 11.500 3 Kubu 38.573 38.757 38.839 38.904 38.986 4 Teluk Pakedai 20.143 20.381 20.568 20.747 20.937 5 Sungai Kakap 112.251 114.161 115.796 117.402 119.085 6 Rasau Jaya 25.887 26.382 26.815 27.243 27.690 7 Sungai Raya 204.928 208.233 211.030 213.767 216.643 8 Sungai Ambawang 71.656 74.131 76.489 78.885 81.395 9 Kuala Mandor B 25.319 25.505 25.624 25.733 25.854 Kabupaten Kubu Raya 545.405 554.811 562.917 570.914 579.331 Sumber : BPS Kabupaten Kubu Raya

Jumlah penduduk di Kabupaten Kubu Raya berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) di tahun 2019 sebanyak 579.331 jiwa bertambah 8.417 jiwa (1,47%) jika dibandingkan jumlah penduduk di tahun 2018 sebanyak 570.914 jiwa. Pertambahan tersebut karena adanya kenaikan angka kelahiran dan perpindahan penduduk dari daerah lain ke Kabupaten Kubu Raya.

Tabel 4. Rata-Rata Laju Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Kubu Raya dalam 5 (Lima) Tahun Terakhir (tahun 2015 – 2019)

Tahun Pertumbuhan (%) 2014 – 2015 1,22 2015 – 2016 1,72 2016 – 2017 1,46 2017 – 2018 1,42 2010 – 2019 1,47 Rata-Rata 1,46

(36)

GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUBU RAYA 19 Gambar 3: Grafik Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Kubu Raya dalam 5 (Lima) Tahun Terakhir (tahun 2015 – 2019)

Dari tabel dan grafik di atas dapat dilihat bahwa setiap tahun penduduk di Kabupaten Kubu Raya selalu bertambah, dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduk selama 5 tahun terakhir terhitung dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2019 yaitu sebesar 1,46%.

(37)

GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUBU RAYA 20 Sumber : BPS Kabupaten Kubu Raya

Gambar 4: Grafik Persentase Penduduk Per Kecamatan terhadap Total Penduduk di Kabupaten Kubu Raya Tahun 2018 - 2019

Dari grafik di atas dapat dilihat hanya terdapat sedikit perbedaan persentase total penduduk setiap kecamatan antara tahun 2018 dengan tahun 2019, kecuali untuk kecamatan Terentang dan Kecamatan Sungai Kakap dimana persentase di tahun 2019 sama dengan tahun sebelumnya 2018. Kecamatan yang mengalami peningkatan persentase penduduk di tahun 2019 yaitu kecamatan Rasau Jaya dan kecamatan Sungai Ambawang. Sedangkan kecamatan yang mengalami penurunan persentase penduduk di tahun 2019 dibandingkan tahun 2018 yaitu kecamatan Batu Ampar, kecamatan Kubu, kecamatan Teluk Pakedai, kecamatan Sungai Raya dan kecamatan Kuala Mandor B.

Kecamatan Sungai Raya memiliki persentase penduduk tertinggi terhadap total penduduk di Kabupaten Kubu Raya yaitu sebesar 37,44% di tahun 2018 dan sebesar 37,40% di tahun 2019. Sedangkan kecamatan Terentang adalah kecamatan dengan persentase penduduk terendah terhadap total penduduk di Kabupaten Kubu Raya yaitu sebesar 1,99% di tahun 2018 dan 2019.

(38)

GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUBU RAYA 21 Sumber : BPS Kabupaten Kubu Raya

Gambar 5: Grafik Kepadatan Penduduk Per Km2 di Kabupaten Kubu Raya dalam 5 (Lima) Tahun Terakhir (tahun 2015 – 2019)

Dari data grafik di atas dapat diketahui jumlah kepadatan penduduk di tiap km2 yang ada di Kabupaten Kubu Raya dalam kurun waktu 5 tahun terakhir yaitu tahun 2015 sampai dengan tahun 2019. Dimana setiap tahun selalu terjadi peningkatan kepadatan penduduk, dengan total kepadatan penduduk sebanyak 83 penduduk per km2.

2.4.1. Kondisi Demografi/Penduduk Kecamatan Batu Ampar

Kecamatan Batu Ampar di tahun 2019 memiliki jumlah penduduk sebanyak 37.241 jiwa atau sebesar 6,43% dari total penduduk Kabupaten Kubu Raya. Jumlah penduduk di tahun 2019 meningkat jika dibandingkan jumlah penduduk di tahun 2018 sebanyak 36.844 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk di tahun 2019 sebesar 1,08% mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun 2018 sebesar 1,03%. Kepadatan penduduk di tahun 2019 sebanyak 19 jiwa per km2, sedangkan di tahun 2018 sebanyak 18 jiwa per km2.

(39)

GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUBU RAYA 22 Sumber : BPS Kabupaten Kubu Raya

Gambar 6 : Grafik Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Batu Ampar Tahun 2018 – 2019

2.4.2. Kondisi Demografi/Penduduk Kecamatan Terentang

Kecamatan Terentang di tahun 2019 memiliki jumlah penduduk sebanyak 11.500 jiwa atau sebesar 1,99% dari total penduduk Kabupaten Kubu Raya. Jumlah penduduk di tahun 2019 meningkat dibandingkan jumlah penduduk di tahun 2018 sebanyak 11.389 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk di tahun 2019 sebesar 0,97% mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun 2018 sebesar 0,90%. Kepadatan penduduk di tahun 2019 sebanyak 15 jiwa per km2, sedangkan di tahun 2018 sebanyak 14 jiwa per km2.

(40)

GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUBU RAYA 23 Sumber : BPS Kabupaten Kubu Raya

Gambar 7 : Grafik Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Terentang Tahun 2018 – 2019

2.4.3. Kondisi Demografi/Penduduk Kecamatan Kubu

Kecamatan Kubu di tahun 2019 memiliki jumlah penduduk sebanyak 38.986 jiwa atau sebesar 6,73% dari total penduduk Kabupaten Kubu Raya. Jumlah penduduk di tahun 2019 meningkat dibandingkan jumlah penduduk di tahun 2018 sebanyak 38.904 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk di tahun 2019 sebesar 0,21% mengalami kenaikan jika dibandingkan tahun 2018 sebesar 0,17%. Kepadatan penduduk di tahun 2019 32 jiwa per km2, sedangkan di tahun 2018 sebanyak 72 jiwa

(41)

GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUBU RAYA 24 Sumber : BPS Kabupaten Kubu Raya

Gambar 8 : Grafik Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Kubu Tahun 2018 – 2019

2.4.4. Kondisi Demografi/Penduduk Kecamatan Teluk Pakedai

Kecamatan Teluk Pakedai di tahun 2019 memiliki jumlah penduduk sebanyak 20.937 jiwa atau sebesar 3,61% dari total penduduk Kabupaten Kubu Raya. Jumlah penduduk di tahun 2019 meningkat dibandingkan jumlah penduduk di tahun 2018 sebanyak 20.747 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk di tahun 2019 sebesar 0,92% mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun 2018 sebesar 0,87%. Kepadatan penduduk di tahun 2019 sebanyak 72 jiwa per km2, sedangkan di tahun 2018 sebanyak 71 jiwa per km2.

(42)

GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUBU RAYA 25 .

Sumber : BPS Kabupaten Kubu Raya

Gambar 9 : Grafik Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Teluk Pakedai Tahun 2018 – 2019

2.4.5. Kondisi Demografi/Penduduk Kecamatan Sungai Kakap

Kecamatan Sungai Kakap di tahun 2019 memiliki jumlah penduduk sebanyak 119.085 jiwa atau sebesar 20,56% dari total penduduk Kabupaten Kubu Raya. Jumlah penduduk di tahun 2019 meningkat dibandingkan jumlah penduduk di tahun 2018 sebanyak 117.402 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk di tahun 2019 sebesar 1,43% mengalami kenaikan jika dibandingkan tahun 2018 sebesar 1,39%. Kepadatan penduduk di tahun 2019 sebanyak 263 jiwa per km2, sedangkan di tahun 2018 sebanyak 259 jiwa per km2.

(43)

GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUBU RAYA 26 Sumber : BPS Kabupaten Kubu Raya

Gambar 10 : Grafik Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Sungai Kakap Tahun 2018 – 2019

2.4.6. Kondisi Demografi/Penduduk Kecamatan Rasau Jaya

Kecamatan Rasau Jaya di tahun 2019 memiliki jumlah penduduk sebanyak 27.690 jiwa atau sebesar 4,78% dari total penduduk Kabupaten Kubu Raya. Jumlah penduduk di tahun 2019 meningkat dibandingkan jumlah penduduk di tahun 2018 sebanyak 27.243 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk di tahun 2019 sebesar 1,64% mengalami kenaikan jika dibandingkan tahun 2018 sebesar 1,60%. Kepadatan penduduk di tahun 2019 sebanyak 249 jiwa per km2, sedangkan di tahun 2018 sebanyak 245 jiwa per km2.

(44)

GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUBU RAYA 27 Sumber : BPS Kabupaten Kubu Raya

Gambar 11 : Grafik Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Rasau Jaya Tahun 2018 – 2019

2.4.7. Kondisi Demografi/Penduduk Kecamatan Sungai Raya

Kecamatan Sungai Raya di tahun 2019 memiliki jumlah penduduk sebanyak 216.643 jiwa atau sebesar 37,40% dari total penduduk Kabupaten Kubu Raya. Jumlah penduduk di tahun 2019 meningkat dibandingkan jumlah penduduk di tahun 2018 sebanyak 213.767 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk di tahun 2019 sebesar 1,35% mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun 2018 sebesar 1,30%. Kepadatan penduduk di tahun 2019 sebanyak 233 jiwa per km2, sedangkan di tahun 2018 sebanyak 230 jiwa per km2.

(45)

GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUBU RAYA 28 Sumber : BPS Kabupaten Kubu Raya

Gambar 12 : Grafik Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Sungai Raya Tahun 2018 – 2019

2.4.8. Kondisi Demografi/Penduduk Kecamatan Sungai Ambawang

Kecamatan Sungai Ambawang di tahun 2019 memiliki jumlah penduduk sebanyak 81.395 jiwa atau sebesar 14,05% dari total penduduk Kabupaten Kubu Raya. Jumlah penduduk di tahun 2019 meningkat dibandingkan jumlah penduduk di tahun 2018 sebanyak 78.885 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk di tahun 2019 sebesar 3,18% mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun 2018 sebesar 3,13%. Kepadatan penduduk di tahun 2019 sebanyak 112 jiwa per km2, sedangkan di tahun 2018 sebanyak 109 jiwa per km2.

(46)

GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUBU RAYA 29 Sumber : BPS Kabupaten Kubu Raya

Gambar 13: Grafik Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Sungai Ambawang Tahun 2018 – 2019

2.4.9. Kondisi Demografi/Penduduk Kecamatan Kuala Mandor B

Kecamatan Kuala Mandor B di tahun 2019 memiliki jumlah penduduk sebanyak 25.854 jiwa atau sebesar 4,46% dari total penduduk Kabupaten Kubu Raya. Jumlah penduduk di tahun 2019 meningkat dibandingkan jumlah penduduk di tahun 2018 sebanyak 25.733 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk di tahun 2019 sebesar 0,47% mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun 2018 sebesar 0,43%. Kepadatan penduduk di tahun 2019 sebanyak 55 jiwa per km2, sedangkan di tahun

(47)

GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUBU RAYA 30 Sumber : BPS Kabupaten Kubu Raya

Gambar 14: Grafik Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Kuala Mandor B Tahun 2018 – 2019

2.5. Kondisi Ekonomi

2.5.1. Kondisi Ekonomi Kalimantan Barat

Perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan IV 2019 tumbuh 4,66% (yoy), melambat dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi pada triwulan sebelumnya yang sebesar 5,08% (yoy). Dari sisi permintaan, melambatnya laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada triwulan IV 2019 ini didorong oleh melambatnya konsumsi rumah tangga. Dari sisi penawaran, melambatnya pertumbuhan pada lapangan usaha (LU) pertanian dan industri pengolahan sebagai salah satu LU utama mendorong perlambatan ekonomi. Memasuki triwulan I 2020, perekonomian Kalimantan Barat diprakirakan tumbuh terbatas, antara lain sebagai dampak dari meningkatnya konsumsi rumah tangga seiring dengan perayaan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) dan masih meningkatnya harga komoditas ekspor, ditengah isu Covid-19. Pada sisi penawaran, peningkatan kinerja diperkirakan akan terjadi di antaranya pada LU perdagangan seiring dengan meningkatnya permintaan. Persentase realisasi pendapatan APBD Provinsi

(48)

GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUBU RAYA 31 Kalimantan Barat hingga triwulan IV 2019 tercatat sebesar 100,67% atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan IV 2018 yang mencapai 107,72%.

Sementara itu, persentase realisasi belanja APBD Provinsi Kalimantan Barat hingga triwulan IV 2019 tercatat sebesar 91,05%, juga lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2018 yang mencapai 97,52%. Turunnya penyerapan APBD pada triwulan IV 2019 ini disebabkan oleh realisasi belanja yang lebih rendah pada hampir semua pos belanja. Sementara itu, persentase realisasi belanja APBN di Kalimantan Barat hingga triwulan IV 2019 tercatat sebesar 93,26% atau meningkat dibandingkan triwulan IV 2018 yang mencapai 93,03%. Inflasi Kalimantan Barat pada triwulan IV 2019 tercatat sebesar 2,37% (yoy) atau menurun dibandingkan triwulan III 2019 yang sebesar 3,09% (yoy). Menurunnya inflasi pada triwulan IV 2019 didorong oleh penurunan tekanan harga pada kelompok barang transpor, komunikasi dan jasa keuangan.

Berdasarkan komoditasnya, penurunan inflasi triwulan IV 2019 terutama disebabkan tingkat tarif angkutan udara yang lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu sebagai dampak dari kebijakan harga pada maskapai berbiaya rendah. Pada triwulan I 2020, inflasi diprakirakan akan kembali meningkat. Meningkatnya permintaan masyarakat seiring dengan HBKN di awal triwulan serta tekanan harga yang masih terjadi utamanya pada kelompok makanan, minuman dan tembakau berpotensi memicu tingkat inflasi yang lebih tinggi hingga akhir triwulan I 2020. Pada akhir triwulan IV 2019, DPK perbankan Kalimantan Barat tumbuh 8,59% (yoy) dengan total nominal sebesar Rp 60,01 triliun, lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan DPK pada akhir triwulan III 2019 yang mencapai 8,80% (yoy) dengan total nominal sebesar Rp 59,43 triliun. Kredit berdasarkan lokasi di Kalimantan Barat pada akhir triwulan IV 2019 tumbuh 7,91% (yoy) dengan posisi baki debet sebesar Rp 80,92 triliun, tumbuh tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit pada akhir triwulan III 2019 yang sebesar 4,48% (yoy).

Kualitas kredit tetap stabil pada level yang rendah, tercermin dari rasio NPL yang stabil pada tingkat 1,40% pada akhir triwulan IV 2019, sedikit lebih baik dibandingkan akhir triwulan III 2019 sebesar 1,44%. Sepanjang triwulan IV 2019,

(49)

GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUBU RAYA 32 transaksi kliring di Kalimantan Barat secara nominal tumbuh sebesar 8,47% (yoy) membaik dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan III 2019 yang mengalami kontraksi sebesar 1,42% (yoy). Di sisi lain, transaksi RTGS secara nominal masih terkontraksi hingga 23,40% (yoy), meskipun membaik dibandingkan dengan kontraksi pertumbuhan sebesar 31,35% (yoy) yang terjadi pada triwulan III 2019. KpwBI Provinsi Kalimantan Barat mengalami net outflow sebesar Rp 2,84 triliun di triwulan IV 2019, dengan jumlah uang yang keluar (outflow) mencapai Rp 4,73 triliun. Kondisi ketenagakerjaan Kalimantan Barat pada Agustus 2019 relatif menurun. Angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kalimantan Barat pada Agustus 2019 sebesar 4,45% atau meningkat dibandingkan dengan Agustus 2018 sebesar 4,26%. Berdasarkan data September 2019, tingkat kemiskinan di Kalimantan Barat menurun. Sementara itu, Nilai Tukar Petani (NTP) di akhir triwulan IV 2019 tercatat 95,58, meningkat dibandingkan dengan akhir triwulan III 2019 yang sebesar 94,41.

Tabel 5. Pertumbuhan PDRB pada Sisi Permintaan Atas Dasar Harga Konstan 2010

Komponen Pertumbuhan (%, YoY)

2017 2018 2019

Konsumsi Rumah Tangga 4,3 4,74 4,96

Konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga 8,64 10,51 8,86

Konsumsi Pemerintah 5,69 2,95 5,02

Pembentukan Modal tetap Bruto 2,33 2,82 1,39

Ekspor Luar negeri 54,93 3,66 10,12

Impor Luar Negeri 52,14 28,64 5,85

Total 5,17 5,07 5,00

Sumber : Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat Agustus 2020

Pada sisi Permintaan tahun 2019 semua komponen mengalami pertumbuhan yang cukup baik, namun jka dibandingkan 2018, komponen yang mengalami petumbuhan lebih tinggi yaitu pada komponen Konsumsi Rumah Tangga, Konsumsi Pemerintah dan Ekspor Luar Negeri, sedangkan lainnya mengalami penurunan namun tetap tumbuh di tahun 2019.

(50)

GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUBU RAYA 33 Tabel 6. Pertumbuhan PDRB pada Sisi Lapangan Usaha Atas Dasar Harga

Konstan Tahun 2017-2019

Komponen Pertumbuhan (%, YoY)

2017 2018 2019

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 6,53 6,68 5,85

Pertambangan dan Penggalian 1,78 7,95 6,09

Industri Pengolahan 2,76 2,66 7,49

Listrik, Gas dan Es 4,51 3,58 5,7

Air, Sampah dan Limbah 4,61 4,63 4,75

Konstruksi 6,68 1,94 0,73

Perdagangan Besar dan Eceran 3,91 4,59 5,54 Transportasi dan Pergudangan 5,01 7,47 3,67 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 3,92 6,99 6,52

Informasi dan Komunikasi 15,98 6,91 6,36

Jasa Keuangan dan Asuransi 7,28 8,15 -2,73

Real Estate 2,8 4,11 2,99

Jasa Perusahaan 1,27 4,06 4,93

Administrasi Pemerintahan 4,77 5,73 5,86

Jasa Pendidikan 1,44 3,41 3,92

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 3,89 6,73 7,09

Jasa Lainnya 6,25 5,43 8,26

Total 5,17 5,07 5,00

Sumber : Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat Agustus 2020

Pertumbuhan PDRB dari sisi Lapangan Usaha di tahun 2019 mengalami pertumbuhan kecuali pada komponen Jasa Keuangan dan Asuransi yang mengalami penurunan sebesar -2,73% dibandingkan tahun 2018. Sedangkan untuk komponen lainnya jika dibandingkan dengan tahun 2018 sebagian besar mengalami kenaikan kenaikan pertumbuhan, di antaranya pada komponen Industri Pengolahan, Listrik, Gas dan Es, Air Sampah dan Limbah, Perdagangan Besar dan Eceran, Jasa Perusahaan, Administrasi Pemerintahaan, Jasa Pendidikan, Jasa kegiatan Sosial dan jasa Lainnya

Pada tahun 2018, PDRB provinsi Kalimantan Barat sebesar Rp. 194.032 miliar, dengan PDRB per kapita sebesar Rp. 38,79 juta atau meningkat sebesar 7,8%

(51)

GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUBU RAYA 34 dibandingkan tahun 2017 sebesar Rp. 35,98 juta. Berdasarkan komponen pembentuknya, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kalimantan Barat dari sisi permintaan masih didominasi oleh komponen domestik, utamanya konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah. Komponen konsumsi rumah tangga dan pemerintah masing-masing memiliki pangsa sebesar 53,15% dan 10,22% atau sejumlah 63,37% terhadap total PDRB Kalimantan Barat triwulan I 2019.

Adapun komponen lain yang cukup tinggi pangsanya adalah investasi, sebesar 28,67%. Lapangan usaha pertanian masih mendominasi pangsa terhadap PDRB dengan pangsa sebesar 26,44%, diikuti oleh industri pengolahan sebesar 15,76%, selanjutnya perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor serta konstruksi masing-masing sebesar 14,42% dan 9,95%.

Tabel 7. Persentase Kontribusi terhadap Jumlah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019

Kabupaten/Kota Persentase (%)* Kabupaten Sambas 9,69 Kabupaten Bengkayang 4,11 Kabupaten Landak 4,98 Kabupaten Mempawah 3,91 Kabupaten Sanggau 9,08 Kabupaten Ketapang 12,96 Kabupaten Sintang 6,94

Kabupaten Kapuas Hulu 4,84

Kabupaten Sekadau 3,04

Kabupaten Melawi 2,44

Kabupaten Kayong Utara 1,95

Kabupaten Kubu Raya 13,71

Kota Pontianak 18,34

Kota Singkawang 4,83

Catatan : *Angka sangat sementara Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Barat

(52)

GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUBU RAYA 35 Gambar 15: Grafik Kontribusi Kabupaten/Kota terhadap Jumlah Produk Domestik Bruto Regional (PDRB) Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019

Berdasarkan tabel dan grafik di atas, dapat dilihat bahwa Kabupaten Kubu Raya memberikan kontribusi terbesar kedua setelah Kota Pontianak terhadap jumlah PDRB provinsi Kalimantan Barat dengan persentase sebesar 13,71%.

Tabel 8. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2010 Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2019

Kabupaten/Kota

Nilai (miliar rupiah) Harga Berlaku* Harga Konstan 2010* Kabupaten Sambas 20.583,46 13.673,21 Kabupaten Bengkayang 8.728,55 5.725,63 Kabupaten Landak 10.583,43 7.042,25 Kabupaten Mempawah 8.304,6 5.246,19 Kabupaten Sanggau 19.270,7 13.244,93

Gambar

Tabel 1. Nama Kepala Wilayah dan Tahun Menjabat di Kabupaten Kubu Raya  No.  Nama Kepala Wilayah  Tahun Pemerintahan
Gambar 1: Kondisi Geografis Kabupaten Kubu Raya
Gambar  2  :  Luas  Wilayah  Menurut  Kecamatan  di  Kabupaten  Kubu  Raya,  2019
Tabel 3. Jumlah Penduduk di Kabupaten Kubu Raya dalam  5 (Lima) Tahun  Terakhir (tahun 2015 – 2019)
+7

Referensi

Dokumen terkait