• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka konsep

Kegagalan pada endodonti dapat disebabkan oleh terjadinya ekstrusi debris dan larutan irigasi pada saat tindakan irigasi. Debris yang ekstrusi dapat mengandung mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi sekunder sedangkan larutan irigasi dengan toksisitas tinggi dapat menyebabkab iritasi dan inflamasi yang parah. Ekstrusi debris dan larutan dapat terjadi karena adanya tekanan balik dari apikal gigi saat cairan irigasi dialirkan pada saat tindakan irigasi saluran akar. Banyak penelitian yang telah dilakukan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ekstrusi bahan irigasi, yaitu kecepatan aliran, tekanan jarum irigasi, jarak penetrasi jarum dalam saluran akar, teknik instrumentasi yang digunakan, serta larutan irigasi itu sendiri.

Berdasarkan penelitian terdahulu, teknik irigasi konvensional spuit dan jarum irigasi masih sering digunakan oleh para klinisi. Namun teknik ini memberi kemungkinan ekstrusi debris lebih tinggi. Beberapa modifikasi telah dilakukan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya ekstrusi debris dan meningkatkan pembersihan saluran akar. Menurut penelitian, jarum irigasi yang aman digunakan adalah ukuran 28G dan 30G dengan penetrasi jarum 1-3 mm dari panjang kerja. Penetrasi jarum yang terlalu jauh dari panjang kerja tidak dapat membersihkan 1/3 apikal saluran akar dengan baik. Namun, semakin dekat ke foramen apikal, jumlah vortex yang terbentuk semakin berkurang sehingga ekstrusi debris dan bahan irigasi meningkat.

Bahan irigasi yang digunakan saat pembersihan saluran akar ternyata mempengaruhi jumlah debris yang ekstrusi saat tindakan irigasi. Berdasarkan penelitian sebelumnya, NaOCl 5,25% menghasilkan jumlah ekstrusi debris yang paling tinggi, diikuti oleh NaOCl 2,5% dan terakhir CHX dengan jumlah terkecil. Kemampuan bahan tersebut melarutkan jaringan dapat memberi pengaruh terhadap debris dan smear layer yang terbentuk saat proses instrumentasi dan kemampuan

(2)

larutan untuk mengangkat debris dan smear layer tersebut dapat mempengaruhi jumlah debris dan smear layer yang ekstrusi.

Larutan irigasi sodium hipoklorit 2,5% mengandung ion klorin dan memiliki tiga mekanisme yaitu reaksi saponifikasi yang dapat melarutkan jaringan organik, reaksi netralisasi dan kloraminasi yang dapat membunuh mikroorganisme (antimikrobial). Larutan ini memiliki spektrum antibakteri paling baik, mampu menginaktifkan endotoksin, dan tidak seperti larutan lainnya, sodium hipoklorit mampu melarutkan jaringan nekrotik dan mengangkat komponen organik smear layer. Akan tetapi, NaOCl memiliki toksisitas yang dapat menyebabkan iritasi dan inflamasi yang parah di sekitar jaringan bila terjadi ekstrusi bahan saat tindakan irigasi. Larutan ini mampu merusak dan menekan jaringan periapikal, bersifat korosif, dan menyebabkan reaksi alergi.

Dalam penelitian ini, dilakukan pembuatan bahan irigasi alternatif dari kitosan blangkas molekul tinggi (Tachypleus gigas) yang dilarutkan dalam asam asetat 1% sehingga didapat konsentrasi larutan kitosan konsentrasi 0,1% dan 0,2% (pH ±3). Kitosan molekul tinggi dari kulit blangkas memiliki glukosamin yang dipercaya berperan dalam mekanisme antimikrobialnya membunuh mikroba dan chelating agent untuk melarutkan jaringan anorganik dan mengangkat smear layer selama irigasi. Dengan penggunaan bahan irigasi alternatif ini pada tindakan irigasi saluran akar, diharapkan ekstrusi debris yang dihasilkan lebih sedikit bila dibandingkan dengan bahan irigasi NaOCl. Hal ini disebabkan oleh adanya gugus amina yang mampu melarutkan dan mengikat ion Ca2+ yang terdapat dalam smear layer anorganik sehingga terdegradasi.

3.2 Hipotesis penelitian

Dari uraian di atas, maka diambil suatu hipotesis bahwa ada perbedaan jumlah debris yang ekstrusi dari foramen apikal antara bahan irigasi alternatif kitosan blangkas molekul tinggi 0,1% dan 0,2% dengan NaOCl 2,5%.

(3)

Kerangka Konsep Kitosan blangkas molekul tinggi Glukosamin Ion klorin Mampu melarutkan jaringan organik Mampu melarutkan smear layer anorganik

Konsentrasi 0,1% Konsentrasi 0,2% Konsentrasi 2,5% Bahan irigasi Sodium hipoklorit (NaOCl) ?

Jumlah Ekstrusi Debris pada Tindakan Irigasi

(4)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian : Eksperimental laboratorium Rancangan penelitian : Desain posttest only control group

4.2 Tempat dan Waktu

Tempat : 1. Departemen Ilmu Konservasi Gigi FKG USU 2. Laboratorium Kimia FMIPA USU

Waktu : 10 bulan (Juli 2012 s.d. April 2013)

4.3 Sampel Penelitian dan Kriteria Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah gigi-gigi premolar bawah yang dicabut untuk keperluan ortodonti dengan kriteria seperti berikut :

1. Akar utuh dan relatif lurus

2. Hanya memiliki satu saluran akar dan satu foramen apikal 3. Mahkota utuh dan tidak ada karies

4. Akar dan foramen apikal telah terbentuk sempurna

5. Memiliki diameter dan panjang kerja gigi yang hampir sama untuk semua kelompok penelitian (panjang kerja = 20 – 23 mm)

6. Tidak ada kalsifikasi saluran akar

4.4 Besar Sampel

Perhitungan besar sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Federer:

(5)

Keterangan :

t = banyaknya kelompok perlakuan (6) r = jumlah replikasi (t-1) (r-1) > 15 (6-1) (r-1) > 15 5 (r-1) > 15 r-1 > 3,5 r > 4,5

Besar sampel untuk masing-masing kelompok menurut perhitungan di atas adalah 7 (tujuh). Penelitian ini membagi kelompok perlakuan menjadi 6 kelompok, yaitu:

1. Kelompok I : 7 sampel gigi yang diirigasi dengan larutan kitosan molekul tinggi 0,1%.

2. Kelompok II : 7 sampel gigi yang diirigasi dengan larutan kitosan molekul tinggi 0,2%.

3. Kelompok III : 7 sampel gigi yang diirigasi dengan larutan NaOCl 2,5% + kitosan molekul tinggi 0,1%.

4. Kelompok IV : 7 sampel gigi yang diirigasi dengan larutan NaOCl 2,5% + kitosan molekul tinggi 0,2%.

5. Kelompok V : 7 sampel gigi yang diirigasi dengan larutan NaOCl 2,5%. 6. Kelompok VI : 7 sampel gigi yang diirigasi dengan larutan EDTA 17% + NaOCl 2,5%.

(6)

4.5 Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel bebas

– Bahan irigasi alternatif kitosan molekul tinggi dari kulit blangkas konsentrasi 0,1% dan 0,2%

– Bahan irigasi NaOCl 2,5%

Variabel tergantung

- Jumlah debris yang ekstrusi (dalam satuan berat miligram)

Variabel terkendali

– Gigi premolar bawah bersaluran akar tunggal sesuai kriteria inklusi

– Panjang kerja gigi (20-23 mm)

– Teknik preparasi saluran akar hybrid dengan rotary instrument Protaper

– Jumlah file yang digunakan (5file: S1, S2, F1, F2 dan F3) dengan MAF (F3)

– Ukuran tapering saluran akar (6%) – Desain ujung jarum one side-vented – Ukuran jarum 30G

– Tekanan spuit saat irigasi 150kPa dengan kecepatan aliran 0,22ml/dtk dan waktu 25 detik menggunakan alat ukur pressure gauge dan stopwatch

– Penggantian cairan irigasi selama instrumentasi (4x)

– Jumlah bahan irigasi yang digunakan 3ml/penggantian file = 12ml

– Jumlah bahan irigasi sebagai final rinsing (5ml)

Variabel tidak terkendali

– Variasi anatomi internal saluran akar gigi; diameter awal saluran akar, bentuk orifisi, ukuran

foramen apikal, apikal konstriksi – Jarak waktu pencabutan dengan perlakuan yang diberikan – Kelengkungan akar – Pembentukan smear layer saat instrumentasi – Instrumentasi disebabkan perubahan letak rubber stop

(7)

4.5.1 Variabel bebas

a. Bahan irigasi alternatif kitosan molekul tinggi dari kulit blangkas konsentrasi 0,1% dan 0,2%.

b. Bahan irigasi NaOCl 2,5%

4.5.2 Variabel tergantung

a. Jumlah debris yang ekstrusi melewati foramen apikal selama proses cleaning & shaping dengan instrumentasi dan irigasi saluran akar dalam satuan berat miligram.

4.5.3 Variabel terkendali

a. Gigi premolar bawah bersaluran akar tunggal dengan kriteria inklusi b. Panjang kerja gigi (20-23 mm)

c. Teknik preparasi saluran akar hybrid dengan rotary instrument Protaper d. Jumlah file yang digunakan (5 file: S1, S2, FI, F2 dan F3)

e. Ukuran MAF (F3)

f. Ukuran tapering saluran akar (6%)

g. Desain ujung jarum, yaitu one side-vented h. Ukuran jarum 30G

i. Tekanan spuit saat irigasi 150kPa dengan kecepatan aliran 0,22ml/dtk dan waktu 25 detik menggunakan alat ukur pressure gauge dan stopwatch j. Penggantian cairan irigasi (4x)

k. Jumlah bahan irigasi yang digunakan 3ml/penggantian file = 12ml l. Jumlah bahan irigasi pada awal irigasi 5ml dan final rinsing 5ml

4.5.4 Variabel tidak terkendali

a. Variasi anatomi internal saluran akar gigi b. Diameter awal saluran akar

c. Bentuk orifisi

(8)

e. Jarak waktu pencabutan dengan perlakuan yang diberikan f. Kelengkungan akar

g. Pembentukan smear layer saat instrumentasi

(9)

4.6 Definisi Operasional NO VARIABEL

BEBAS

DEFINISI

OPERASIONAL

CARA UKUR ALAT

UKUR SATUAN UKUR SKALA UKUR 1 Larutan kitosan molekul tinggi dari kulit blangkas 0,1% dan 0,2%

Bahan irigasi alernatif yang terbuat dari bubuk kitosan blangkas yang dilarutkan dalam larutan asam asetat 1%

Menimbang berat bubuk kitosan untuk dilarutkan dalam 100ml asam asetat 1% Neraca analitik dan labu ukur gram dan mililiter Rasio 2 Larutan irigasi NaOCl 2,5%

Bahan irigasi perawatan saluran akar yang sering digunakan, dibuat dari pengenceran Bayclin 5,25% menggunakan aquadest

Menghitung volume NaOCl dengan rumus : C1 x V1 = C2 x V2

Labu ukur mililiter Rasio

NO VARIABEL TERGANTUNG

DEFINISI

OPERASIONAL

HASIL UKUR ALAT

UKUR

SATUAN UKUR

SKALA UKUR

1 Jumlah debris yang ekstrusi

Jumlah debris yang ekstrusi selama proses cleaning & shaping saluran akar dengan instrumentasi dan irigasi.

Menimbang tabung eppendorf yang berisi ekstrusi debris

Neraca analitik

(10)

4.7 Alat dan Bahan Penelitian 4.7.1 Alat penelitian

• Labu ukur (Pyrex®, USA) • Beaker glass (Pyrex®, USA) • Magnetic stirrer (Ganz, Germany) • Spuit 10 ml (York, USA)

• Jarum irigasi berbentuk one side-vented ukuran 27 G dan 30G (Max-i-probe®, Dentsply, USA)

Gambar 14. Jarum irigasi one sided-vented 30G (Max-i probe, Dentsply, USA)

• Diamond bur (Carlo, Italy) • Micromotor (Marathon, China) • Handpiece contra-angle (NSK, Japan)

Gambar 15. Micromotor dan Handpiece contra-angle (Marathon, China)

(11)

• Endomotor (VDW, Germany)

Gambar 16. Endomotor (VDW, Germany)

• Neraca analitik elektronik (Sartorius, Japan) • Light cure (Runyes®, China)

Gambar 17. (a) Neraca analitik elektronik, (b) Light cure (Runyes, China) & flowable resin (Madenta, Germany)

• Pressure gauge (Oxford, China)

Gambar 18. (a) Tabung eppendorf, (b) Pressure gauge (Oxford, China)

A B

(12)

• Pipa berdiameter kecil • Tabung eppendorf • Tabung vial • Penggaris logam

4.7.2 Bahan penelitian

• Lautan kitosan blangkas (Tachypleus gigas) molekul tinggi • Larutan NaOCl 2,5% (Bayclin, Indonesia)

• Carboxymethil Cellulose (CMC) Emulsifier • Gigi premolar mandibular

• Flowable Resin Komposit (Megadenta, Germany) • Aquadest

• Larutan saline

4.8 Prosedur Penelitian 4.8.1 Persiapan sampel

Sampel penelitian berjumlah 42 buah premolar mandibula yang dicabut untuk keperluan perawatan ortodonti dan sesuai dengan kriteria inklusi. Sampel gigi dibersihkan dari jaringan dan kotoran yang melekat. Untuk memiliki panjang kerja yang hampir sama dan sesuai kriteria inklusi, seluruh sampel gigi diukur panjangnya dan kemudian sampel gigi direndamkan di larutan saline sebelum diberi perlakuan.

4.8.2 Perhitungan dan Pengenceran larutan NaOCl

Pada penelitian ini, jumlah NaOCl yang diberikan berbeda-beda sesuai dengan kelompok perlakuannya, dimana bila NaOCl diberikan saat irigasi awal 5ml, pada setiap pergantian kelompok 3 ml (empat kali pergantian file) dan irigasi akhir 5ml. Kelompok I dan II tidak membutuhkan larutan NaOCl 2,5%. Kelompok III (N=7) dan IV (N=7) menggunakan larutan NaOCl 2,5% pada irigasi awal dan pada

(13)

setiap pergantian file sehingga membutuhkan larutan NaOCl 2,5% sebanyak 17 ml pada setiap sampel. Kelompok V (N=7) menggunakan NaOCl 2,5% pada seluruh tindakan irigasi saluran akar sehingga membutuhkan 22 ml larutan pada setiap sampel. Kelompok VI (N=7) menggunakan NaOCl 2,5% hanya pada irigasi akhir sehingga membutuhkan 5ml larutan pada setiap sampel. Maka total larutan NaOCl 2,5% yang dibutuhkan adalah 427 ml. Perhitungan larutan dapat dilihat pada Tabel 1. Larutan NaOCl 2,5% disediakan dengan mengencerkan larutan NaOCl 5,25% karena hanya terdapat larutan NaOCl 5,25% di pasaran. Untuk mempermudah pengenceran dilakukan pembulatan, yaitu 630ml. Pengenceran dilakukan dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

C1 = Konsentrasi sebelum diencerkan V1 = Volume larutan sebelum diencerkan C2 =Konsentrasi sesudah diencerkan V2 = Volume larutan sesudah diencerkan

Dengan diketahuinya C1, C2 dan V1, yaitu 5,25%, 2,5% dan 250ml, volume larutan sesudah diencerkan dapat dihitung, yaitu 525 ml. Maka, 275 ml aquadest yang harus ditambahkan ke 250 ml larutan NaOCl 5,25% agar didapat NaOCl 2,5%.

Gambar 19. Pengenceran NaOCl 5,25%

(14)

Tabel 1. PERHITUNGAN LARUTAN NaOCl 2,5% Kelompok Jumlah

sampel

Tindakan Irigasi Total

/sampel Total /kelompok Awal -> S1 S1 -> S2 S2 -> F1 F1 -> F2 F2 -> F3 Akhir I 7 - - - - II 7 - - - - III 7 5 ml 3 ml 3 ml 3 ml 3 ml - 17 ml 119 ml IV 7 5 ml 3 ml 3 ml 3 ml 3 ml - 17 ml 119 ml V 7 5 ml 3 ml 3 ml 3 ml 3 ml 5 ml 22 ml 154 ml VI 7 - - - 5 ml 5 ml 35 ml Total 427 ml

(15)

4.8.3 Pembuatan larutan kitosan

Larutan kitosan 0,1% dibuat dengan melarutkan bubuk kitosan blangkas molekul tinggi (DD 84,20% dan berat molekul 893.000 Mv) sebanyak 0,1 gram (ditimbang dengan neraca analitik) dalam 100ml asam asetat 1% diaduk hingga homogen dengan magnetic stirrer selama 2 jam. Kemudian dilakukan penambahan bahan pengemulsi Carboxymetil Celulose (CMC) untuk mempertahankan konsistensinya dan larutan diaduk kembali hingga homogen. Pembuatan larutan kitosan 0,2% menggunakan bubuk kitosan 0,2 gram dalam 100ml asam asetat 1% dengan cara yang sama. Larutan kitosan kemudian disimpan dalam suhu kamar.

Pada penelitian ini, jumlah larutan kitosan yang dibutuhkan berbeda-beda, dimana bila kitosan digunakan pada irigasi awal 5ml, pada setiap pergantian kelompok 3 ml (empat kali pergantian file) dan irigasi akhir 5ml. Kelompok I (N=7) menggunakan larutan kitosan 0,1% pada keseluruhan tindakan irigasi sehingga membutuhkan 22ml larutan setiap sampelnya. Kelompok III menggunakan kitosan 0,1% hanya pada irigasi akhir sehingga membutuhkan kitosan sebanyak 5ml pada setiap sampel. Kelompok II, IV, V dan VI tidak menggunakan kitosan 0,1%. Maka total larutan kitosan 0,1% yang dibutuhkan adalah 189 ml. Perhitungan larutan dapat dilihat pada Tabel 2.

Untuk kitosan 0,2%, hanya digunakan pada kelompok II dan IV. Kelompok II (N=7) menggunakan larutan kitosan 0,2% pada keseluruhan tindakan irigasi sehingga membutuhkan 22ml larutan setiap sampelnya. Kelompok IV menggunakan kitosan 0,2% hanya pada irigasi akhir sehingga membutuhkan kitosan sebanyak 5ml pada setiap sampel. Maka total larutan kitosan 0,2% yang dibutuhkan adalah 189 ml. Perhitungan kedua larutan dapat dilihat pada Tabel 3.

(16)

Gambar 20. Alur pembuatan larutan kitosan. (A) Larutan asam asetat 1%. (B) Kitosan blangkas molekul tinggi. (C) Carboxymethyl cellulose. (D) Timbang kitosan pada neraca analitik sebanyak 0,1 gram dan 0,2 gram. (E) Masukkan pada labu ukur, tambahkan larutan asam asetat 1% sebanyak 100ml pada masing-masing labu ukur. (F) Aduk larutan menggunakan magnetic stirrer hingga homogen. (G) Tambahkan CMC. (H) Aduk kembali hingga homogen. (I) Larutan kitosan blangkas molekul tinggi konsentrasi 0,1%. (J) Larutan kitosan blangkas molekul tinggi 0,2%.

(17)

Tabel 2. PERHITUNGAN LARUTAN KITOSAN 0,1% Kelompok Jumlah

sampel

Tindakan Irigasi Total

/sampel Total /kelompok Awal -> S1 S1 -> S2 S2 -> F1 F1 -> F2 F2 -> F3 Akhir I 7 5 ml 3 ml 3 ml 3 ml 3 ml 5 ml 22 ml 154 ml II 7 - - - - III 7 - - - 5 ml 5 ml 35 ml IV 7 - - - - V 7 - - - - VI 7 - - - - Total 189 ml

Tabel 3. PERHITUNGAN LARUTAN KITOSAN 0,2% Kelompok Jumlah

sampel

Tindakan Irigasi Total

/sampel Total /kelompok Awal -> S1 S1 -> S2 S2 -> F1 F1 -> F2 F2 -> F3 Akhir I 7 - - - - II 7 5 ml 3 ml 3 ml 3 ml 3 ml 5 ml 22 ml 154 ml III 7 - - - - IV 7 - - - 5 ml 5 ml 35 ml V 7 - - - - VI 7 - - - - Total 189 ml

(18)

4.8.4 Preparasi akses

Panjang kerja diukur dengan mengukur panjang gigi dan dikurangi 1mm. Outline form untuk kavitas preparasi digambarkan pada permukaan oklusal gigi sampel sebagai panduan dalam mempreparasi kavitas. Preparasi akses dilakukan dengan menggunakan bur diamond bulat dan fisur dengan handpiececontra-angle yang dihubungkan ke mikromotor untuk mendapatkan akses lurus ke orifisi saluran akar. Preparasi akses dilakukan hingga menembus kamar pulpa dan terlihat orifisi saluran akar. Sepanjang preparasi akses, sejumlah larutan aquadest diberikan untuk membersihkan debris dentin dan enamel serta memberikan visual yang baik dalam mencari orifisi saluran akar. Kemudian k-file #10 dimasukkan ke dalam saluran akar dan dilakukan foto ronsen untuk memastikan sampel gigi hanya memiliki satu saluran akar, melihat lebar saluran akar dan mengukur panjang kerja.

4.8.5 Perlakuan Sampel

Perlakuan pada sampel ini disesuaikan dengan penelitian Myers dan Montgomery (1991) dengan modifikasi Parirokh (2012). Pada spuit 10 ml dibuat suatu lubang kecil pada ujungnya lalu dipasangkan pipa berdiameter kecil ke lubang tersebut. Pipa kecil tersebut dihubungkan ke pressure gauge untuk mengukur tekanan yang diberikan sewaktu melakukan irigasi. Kedua ujung pipa kecil tersebut dipastikan utuh dan tidak kebocoran. Hal ini untuk menyamakan tekanan yang diberikan kepada seluruh sampel penelitian saat tindakan irigasi.

Pada tabung eppendorf dibuat suatu lubang kecil pada penutupnya dengan menggunakan mikromotor. Kemudian berat tabung eppendorf yang kosong ditimbang terlebih dahulu dan dicatat sebagai berat nol (B0). Tiga pengukuran terhadap masing-masing tabung dilakukan menggunakan neraca analitik 0,0001 hingga didapat berat tabung yang hanya memiliki perbedaan 1-2 pada angka terakhir. Neraca analitik ini diletakkan pada ruang tertutup dengan pintu yang tertutup pada saat penimbangan.

(19)

Sampel gigi dimasukkan ke lubang tersebut dan difiksir menggunakan flowable resin yang disinari dengan Light cure. Pada tindakan preparasi dan irigasi saluran akar, tabung eppendorf akan menampung debris yang ekstrusi bersama larutan irigasi. Ujung jarum 27G dimasukkan ke dalam tutup tabung eppendorf untuk menyamakan keseimbangan udara di dalam dan di luar tabung. Kemudian tabung diletakkan pada tabung vial agar dapat berdiri tegak.

Saluran akar dipreparasi dengan teknik hybrid dengan menggunakan rotary instrument Protaper dari S1 sampai no F3 dengan urutan S1, S2, F1, F2, dan F3 sesuai dengan panjang kerja gigi dan pengaturan kecepatan endomotor (VDW, Munich, Jerman) disesuaikan dengan ketentuan pabrik. Setiap pergantian file, sampel diirigasi dengan larutan irigasi sesuai dengan kelompok perlakuan sebanyak 3ml. Setelah preparasi selesai, setiap sampel diberi irigasi akhir sesuai kelompok perlakuan sebanyak 5ml. Tekanan spuit yang diberikan saat irigasi pada setiap sampel sama untuk menyamakan kondisi sampel perlakuan yaitu 150kPa.

(20)

Gambar 21. Perlakuan Sampel (a) Flowable resin & Light cure, (b) aplikasi Flowable resin, (c) aplikasi Light Cure, (d) protokol Myers & Montgomery, (e) spuit yang dimodifikasi dengan pressure gauge, (f) aplikasi Protaper S1, (g) aplikasi Protaper S2, (h) aplikasi Protaper F1, (i) aplikasi Protaper F2, (j) aplikasi Protaper F3, (k) Tabung eppendorf tanpa gigi yang sudah selesai diirigasi

4.8.6 Pengukuran Ekstrusi Debris

Setelah bahan irigasi diberikan, sampel gigi dilepas dari tabung dan tabung eppendorf diinkubasi selama 3x24 jam dengan suhu 40°C agar larutan irigasi mengering dan hanya tertinggal debris di dlam tabung eppendorf. Tabung eppendorf ditimbang kembali untuk mendapatkan berat x (Bx). Cara menghitung berat debris yang ekstrusi

(21)

menggunakan rumus pada penelitian Parirokh et al (2012). Berat debris yang keluar dari foramen apikal selama tindakan irigasi saluran akar diperoleh dengan mengurangkan berat x dengan berat nol.

Keterangan :

Bx = berat tabung eppendorf setelah perlakuan B0 = berat tabung eppendorf sebelum perlakuan

4.9 Analisa Data

Data hasil penelitian dianalisis dengan memakai uji statistik sebagai berikut: 1. Uji analisis One Way ANOVA digunakan untuk melihat adanya perbedaan jumlah debris yang terangkat secara keseluruhan pada sampel uji.

2. Uji Least Significant Different dilakukan untuk melihat pengaruh signifikan pada masing-masing kelompok uji.

(22)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1 Hasil Uji Karakteristik Larutan Kitosan Blangkas Molekul Tinggi

Pada penelitian ini, dibuat suatu bahan irigasi alternatif yang terbuat dari pelarutan bubuk kitosan blangkas molekul tinggi dengan larutan asam asetat 1% dengan penambahan Carboxymetil cellulose untuk menjaga kestabilan larutan. Konsentrasi larutan kitosan yang dibuat adalah 0,1% dan 0,2% dengan pH ±3 dan viskositas 32 cps dengan tegangan permukaan 30,4 dynes/cm untuk konsentrasi 0,1% dan viskositas 43 cps dengan tegangan permukaan 36,72 dynes/cm.

5.2 Ekstrusi Debris pada Tindakan Irigasi Saluran Akar

Penelitian ini dilakukan terhadap 42 gigi premolar mandibula bersaluran akar tunggal yang dibagi dalam enam kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri atas 7 (tujuh) sampel gigi. Kelompok pertama diirigasi dengan larutan kitosan blangkas molekul tinggi konsentrasi 0,1%, kelompok kedua diirigasi dengan larutan kitosan blangkas molekul tinggi konsentrasi 0,2%, kelompok ketiga diirigasi dengan kombinasi larutan NaOCl 2,5% dan kitosan blangkas molekul tinggi 0,1%, kelompok keempat diirigasi dengan kombinasi larutan NaOCl 2,5% dan kitosan blangkas molekul tinggi 0,2%, kelompok kelima diirigasi dengan larutan NaOCl 2,5%, dan kelompok keenam sebagai kelompok kontrol diirigasi dengan larutan EDTA 17% dan NaOCl 2,5%.

Hasil penelitian tentang rata-rata jumlah ekstrusi debris berdasarkan larutan irigasi yang digunakan dan kombinasinya tercantum pada tabel 4.

(23)

Tabel 4. RATA-RATA DAN STANDAR DEVIASI HASIL JUMLAH EKSTRUSI DEBRIS BERDASARKAN LARUTAN IRIGASI YANG DIGUNAKAN

Larutan Irigasi N Rata-rata ± SD (mg)

Kitosan 0,1% 7 9,471 ± 1.3756 Kitosan 0,2% 7 11,714 ± 2.4654 NaOCl 2,5% + Kitosan 0,1% 7 9,700 ± 1.6186 NaOCl 2,5% + Kitosan 0,2% 7 12,429 ± 1.9448 NaOCl 2,5% 7 13,600 ± 3.0265 EDTA 17% + NaOCl 2,5% 7 19,129 ± 3.7717

Tabel 4 menunjukkan bahwa larutan kitosan 0,1% yang digunakan sendiri maupun kombinasinya dengan larutan NaOCl 2,5% memiliki ekstrusi debris yang terendah dibandingkan dengan larutan irigasi lainnya yaitu 9,471 mg dan 9,700 mg, diikuti dengan kitosan 0,2% dan kombinasinya dengan NaOCl 2,5%, yaitu 11,714 mg dan 12,429 mg. Kelompok larutan NaOCl 2,5% yang digunakan sendiri menghasilkan ekstrusi debris yang lebih banyak bila dibandingkan dengan kelompok NaOCl 2,5% yang dikombinasikan dengan kitosan 0,1% dan 0,2%, yaitu 13,6 mg. Kombinasi EDTA 17% dan NaOCl 2,5% menghasilkan ekstrusi debris paling banyak dibandingkan dengan seluruh kelompok perlakuan yaitu 19,2 mg.

(24)

9,471 11,714 9,7 12,429 13,6 19,2 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

Kitosan 0,1% Kitosan 0,2% NaOCl 2,5%+Kitosan 0,1% NaOCl 2,5%+Kitosan 0,2% NaOCl 2,5% EDTA 17%+NaOCl 2,5% Ekstrusi debris

Grafik 1. Perbandingan jumlah ekstrusi debris

Grafik 1 menunjukkan gambaran perbandingan jumlah ekstrusi debris yang dipengaruhi oleh larutan irigasi yang digunakan. Kelompok I (kitosan 0,1%) menghasilkan ekstrusi debris yang paling sedikit diikuti oleh kelompok III (NaOCl 2,5% + kitosan 0,1%), kelompok II (kitosan 0,2%), kelompok IV (NaOCl 2,5% + kitosan 0,2%), kelompok V (NaOCl 2,5%) dan yang paling banyak menghasilkan ekstrusi debris adalah kelompok VI (EDTA 17% + NaOCl 2,5%).

Tabel 5. HASIL UJI ANOVA SATU ARAH (α = 0,05)

Variabel Mean Square Signifikan

Jumlah ekstrusi debris antar grup*

64.204 .000

Keterangan: *P < 0,05

(25)

Dalam uji statistik ANOVA Satu Arah, terdapat perbedaan jumlah ekstrusi debris yang nyata antar kelompok (P = 0,0001). Hal ini menunjukkan bahwa berbagai larutan irigasi yang digunakan memberi pengaruh yang berbeda terhadap ekstrusi debris yang dihasilkan pada saat tindakan cleaning & shaping saluran akar. (Tabel 5) Oleh karena itu Post Hoc Test – Least Significant Difference dapat digunakan untuk membandingkan kesignifikanan pengaruh masing-masing kelompok dalam penelitian ini. (Tabel 6)

Tabel 6. HASIL UJI LSD

Kelompok Kit 0,1% Kit 0,2% NaOCl 2,5%+ Kit 0,1% NaOCl 2,5%+ Kit 0,2% NaOCl 2,5% EDTA 17%+ NaOCl 2,5% Kit 0,1% - .103 .866 .034* .004* .0001* Kit 0,2% .103 - .142 .598 .168 .0001* NaOCl 2,5%+ Kit 0,1% .866 .142 - .049* .006* .0001* NaOCl 2,5%+ Kit 0,2% .034* .598 .049* - .388 .0001* NaOCl 2,5% .004* .168 .006* .388 - .0001* EDTA 17% + NaOCl 2,5% .0001* .0001* .0001* .0001* .0001* - Keterangan: *signifikan

Tabel 6 menunjukkan adanya perbedaan nyata antara kelompok Kitosan 0,1% dengan kelompok NaOCl 2,5% + Kitosan 0,2%, NaOCl 2,5% dan kelompok EDTA 17% + NaOCl 2,5% namun tidak ditemukan perbedaan yang nyata dengan kelompok lainnya. Kelompok kitosan 0,2% hanya memberi perbedaan yang nyata dengan kelompok EDTA 17% + NaOCl 2,5%. Kelompok NaOCl 2,5% + kitosan 0,1% memiliki hasil yang sama seperti kelompok kitosan 0,1%, yaitu hanya memberi perbedaan yang nyata bila dibandingkan dengan kelompok NaOCl 2,5% + Kitosan 0,2%, NaOCl 2,5% sendiri dan kelompok EDTA 17%+NaOCl 2. Sedangkan kelompok NaOCl 2,5% + kitosan 0,2% memiliki hasil yang sama dengan kelompok NaOCl 2,5%

(26)

sendiri, yaitu hanya memberi perbedaan yang nyata bila dibandingkan dengan kitosan 0,1%, kelompok NaOCl 2,5% +kitosan 0,1% dan kelompok EDTA 17% + NaOCl 2,5%. Kelompok EDTA 17% memberi perbedaan yang nyata bila dibandingkan dengan keseluruh kelompok lainnya. Seluruh kelompok diuji menggunakan tes LSD dengan α=0,05.

Dengan ini dapat dikatakan hipotesa diterima, artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara kitosan 0,1% dengan NaOCl 2,5% dan kitosan 0,1% dan 0,2% dengan kombinasi EDTA 17% + NaOCl 2,5%.

(27)

BAB 6

PEMBAHASAN

Penelitian ini membandingkan pengaruh berbagai larutan irigasi dan kombinasinya terhadap ekstrusi debris pada saat tindakan cleaning & shaping saluran akar. Menurut Silva et al (2012), larutan kitosan 0,2% memiliki efek yang sama baiknya dengan EDTA 15% dalam mengangkat smear layer.20 Dalam penelitian ini, larutan yang diuji adalah alternatif bahan irigasi kitosan dari kulit blangkas (Tachypleus gigas) bermolekul tinggi yang dilarutkan dalam asam asetat 1% dengan konsentrasi yang diuji adalah 0,1% dan 0,2%.

Menurut Praveena (2011), konsentrasi larutan NaOCl 1% dapat melarutkan jaringan pulpa dengan sempurna. Oleh karena itu, konsentrasi larutan NaOCl yang digunakan dalam perawatan saluran akar seharusnya tidak melebihi 1%. Akan tetapi, waktu yang dibutuhkan larutan NaOCl 1% untuk melarutkan jaringan pulpa lebih lama dibandingkan dengan larutan NaOCl dengan konsentrasi yang lebih tinggi.43 Prabaswari et al (2010) telah membandingkan pengaruh konsentrasi larutan NaOCl terhadap kebersihan dinding saluran akar. Penelitian tersebut membuktikan bahwa larutan NaOCl 2,5% cukup aman digunakan dan mempunyai efek melarutkan jaringan pulpa yang efektif.8 Dalam penelitian ini digunakan larutan irigasi NaOCl 2,5% sebagai pembanding terhadap alternatif bahan irigasi kitosan blangkas 0,1% dan 0,2%.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa larutan kitosan 0,1% dan kombinasi NaOCl 2,5% dengan kitosan 0,1% sebagai final rinse menghasilkan ekstrusi debris yang paling sedikit dan tidak memiliki perbedaan yang bermakna dengan kitosan 0,2% dan kombinasi NaOCl 2,5% dengan Kitosan 0,2%. Namun, kitosan 0,1% dan kombinasi NaOCl 2,5% dengan kitosan 0,2% memiliki perbedaan yang bermakna dengan larutan NaOCl 2,5% yang digunakan tanpa kombinasi. Keempat kelompok kitosan dan kombinasinya memberikan perbedaan yang bermakna dengan kombinasi EDTA 17% dan NaOCl 2,5% sebagai final rinse.

(28)

Vande Visse dan Brilliant (1975) Cit Myers (1991) dan Parirokh (2012) menyatakan bahwa tindakan pebersihan saluran akar tanpa menggunakan larutan irigasi tidak menghasilkan ekstrusi debris. Tindakan preparasi saluran akar tanpa irigasi dapat menyebabkan akumulasi debris pada ujung apeks saluran akar gigi dan ini dapat membentuk apical plug. Hal ini dapat disebabkan oleh tidak adanya larutan irigasi yang mengangkat debris dan smear layer yang terbentuk selama preparasi saluran akar ke korona.13,44

Parirokh et al (2012) pertama kali meneliti hubungan antara bahan irigasi serta konsentrasi bahan irigasi dengan ekstrusi debris. Bahan irigasi yang digunakan adalah khlorheksidin 2%, NaOCl 2,5% dan 5%, dengan teknik preparasi disamakan yaitu crown-down menggunakan Hero rotary instrument dan teknik irigasi manual dengan jarum irigasi side-vented ukuran 28G dan jarak penetrasi jarum 2mm dari panjang kerja. Hasilnya menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara NaOCl 5% dengan 2 kelompok lainnya dimana NaOCl 5% memiliki ekstrusi debris tertinggi dibanding NaOCL 2,5% dan khlorheksidin. Hal ini membuktikan bahwa konsentrasi bahan irigasi memberi pengaruh terhadap jumlah ekstrusi debris.13

Perbedaan jumlah ekstrusi debris yang dihasilkan oleh masing-masing larutan irigasi dapat dipengaruhi oleh perbedaan kemampuan larutan irigasi dalam melarutkan jaringan dan dinding dentin serta mengangkatnya ke arah korona. Hasil penelitian ini didapat bahwa kitosan 0,2% memberi jumlah ekstrusi debris lebih besar dibanding kitosan 0,1% meskipun perbedaannya tidak signifikan (P = 0,103). Menurut Silva et al (2012), pengaplikasian kitosan 0,1% selama 3 menit tidak menimbulkan erosi pada dentin, namun pengaplikasian kitosan 0,2% selama 3 menit menunjukkan adanya erosi pada peritubular dentin. Pengaplikasian kitosan baik 0,1% maupun 0,2% selama 5 menit menimbulkan efek erosi yang parah pada permukaan dentin.45 Hal ini dapat memberi kemungkinan bahwa pengaplikasian kitosan dengan konsentrasi yang lebih tinggi dan waktu aplikasi yang lebih lama menyebabkan dinding dentin lebih banyak terlarut sehingga jumlah debris dan smear layer yang terbentuk saat proses cleaning & shaping pun semakin banyak. Kitosan 0,2% lebih banyak menghasilkan dentin yang erosi

(29)

dibanding 0,1%,45 sehingga debris dan smear layer yang terbentuk lebih banyak, menyebabkan kemungkinan ekstrusi debris pun semakin besar.

Kelompok kombinasi NaOCl 2,5% dengan kitosan, baik konsentrasi 0,1% dan 0,2% memberi hasil ekstrusi debris yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok kitosan tanpa kombinasi meskipun hasilnya tidak signifikan (K I – K III, P = 0,866; K II – K IV, P = 0,598). Hal ini dapat disebabkan oleh kemampuan NaOCl yang melarutkan jaringan organik sehingga memberikan efek yang lebih tinggi dalam terbentuknya smear layer. Smear layer dan debris dalam saluran akar terdiri dari jaringan organik dan anorganik.1-5 NaOCl mampu melarutkan jaringan organik3,4,23,24 dan kitosan memiliki efek chelator dengan ion kalsium pada dentin20,21,45 sehingga pada proses instrumentasi, kombinasi kedua larutan ini memberi efek pembentukan smear layer dan debris yang lebih banyak dibandingkan dengan larutan kitosan yang digunakan tanpa kombinasi.

Ekstrusi debris yang dihasilkan oleh kombinasi EDTA 17% dan NaOCl 2,5% memberi perbedaan yang bermakna bila dibanding dengan larutan kitosan (P= 0,0001) dimana kombinasi penggunaan EDTA 17% dan NaOCl 2,5% menghasilkan debris yang ekstrusi lebih banyak hingga 2x lipat. Menurut Silva et al (2012), EDTA 15% memiliki efek yang lebih besar dalam melarutkan jaringan anorganik dibandingkan dengan kitosan 0,2% dengan cara menghitung jumlah ion kalsium yang terdapat pada larutan irigasi yang ditampung setelah penggunaannya pada irigasi saluran akar.20 Hal ini dapat memberi kemungkinan bahwa kombinasi EDTA 17% dengan NaOCl 2,5% dapat melarutkan jaringan lebih banyak dibandingkan dengan kitosan berbagai konsentrasi dan kombinasinya sehingga menyebabkan ekstrusi debris yang lebih banyak.

Selain kemampuan melarutkan jaringan yang menyebabkan banyaknya smear layer yang terbentuk, ekstrusi debris pun dapat dipengaruhi oleh hidrodinamika dari larutan irigasi yang digunakan.Penetrasi larutan irigasi, aksi pembilasan dan ekstrusi debris bergantung pada sistem saluran akar, instrumentasi, teknik irigasi, penetrasi jarum serta volume dan karakteristik dari larutan irigasi tersebut.10 Pada penelitian ini, digunakan teknik irigasi manual menggunakan spuit dan jarum. Teknik ini masih luas

(30)

digunakan oleh para praktisi dokter gigi umum maupun endodontis dan dianggap sebagai teknik irigasi yang paling efisien dan mampu mengatur kedalaman penetrasi jarum dalam saluran akar dan volume cairan yang digunakan.

Penelitian ini menggunakan jarum one-side-vented 30G. Berdasarkan penelitian sebelumnya, desain ujung jarum dan ukuran jarum mempengaruhi tekanan apikal yang dihasilkan sehingga menyebabkan terjadinya ekstrusi debris. Jarum dengan ujung tertutup memberi efek yang lebih kecil dibandingkan dengan jarum ujung terbuka. Sedangkan jarum berukuran 30G memberi laju aliran yang lebih kecil dibandingkan dengan jarum 28G dan memiliki kemungkinan ekstrusi lebih kecil.12 Selain itu, penelitian oleh Vinothkumar (2007) menyatakan bahwa jarum ujung tertutup one-side-vented secara signifikan lebih efisien dalam mengeliminasi bakteri saluran akar dibandingkan dengan two-side-vented dan jarum hipodermik.13

Penetrasi jarum merupakan faktor yang penting dalam terjadinya ekstrusi debris. Penetrasi jarum 2mm dari panjang kerja direkomendasikan menjadi penetrasi yang ideal.11,12 Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan jarak penetrasi jarum 2 mm dari panjang kerja. Namun, pada saat penelitian ini dilakukan, dapat terjadi kesalahan penetrasi ujung jarum sehingga penetrasi menjadi lebih dalam dan kemungkinan ekstrusi menjadi lebih besar.

Selain itu, pada penelitian ini digunakan Ni-ti rotary instrument Protaper 6%. Penggunaan instrumen rotary saat pembentukan saluran akar dapat menyebabkan terjadinya kelebihan instrumentasi bila ada perubahan pada posisi rubber stop sebagai penanda panjang kerja sehingga menyebabkan panjang kerja menjadi lebih panjang dan foramen terbuka.13 Hal ini dapat menyebabkan ekstrusi debris lebih besar. Pada saat penelitian ini dilakukan, dapat terjadi perubahan posisi rubber stop pada file Protaper saat instrumentasi sehingga kemungkinan ekstrusi menjadi lebih besar.

Karakteristik cairan dari larutan irigasi yang digunakan memberikan pengaruh terhadap pergerakan larutan dalam saluran akar untuk mengangkat debris ke arah korona. Pada penelitian ini didapat larutan kitosan yang digunakan memiliki pH asam yaitu ±3. Nilai pH yang asam dapat memberi pengaruh terhadap kemampuannya melarutkan jaringan. Viskositas larutan juga dapat mempengaruhi laju alirannya dan

(31)

kemampuannya dalam mengangkat debris dan smear layer ke arah korona. Hukum Stokes dapat digunakan untuk menjelaskan pengaruh viskositas larutan bahan irigasi terhadap kecepatan partikel debris untuk bergerak ke atas permukaan.(Gambar.23)

Gambar 23. Hukum stokes46

Berdasarkan rumus tersebut, kecepatan debris (partikel) terangkat ke arah korona berbanding terbalik dengan dengan bertambahnya viskositas larutan. Viskositas yang lebih tinggi menghasilkan kecepatan partikel ke arah korona lebih lambat sehingga dapat menyebabkan debris terakumulasi lebih besar di dalam saluran akar.46 Hal ini dapat menyebabkan pergerakan debris untuk ekstrusi melewati foramen apikal lebih besar. Pada penelitian ini, didapat viskositas larutan kitosan blangkas molekul tinggi dengan konsentrasi 0,1% adalah 32cps dan konsentrasi 0,2% adalah 43 cps. Hal ini membuat kemungkinkan pergerakan debris yang terdapat pada sepertiga apikal ke arah korona pada larutan kitosan blangkas konsentrasi 0,2% menjadi lebih lambat bila dibandingkan dengan konsentrasi 0,1%. Oleh karena itu, debris yang ekstrusi dari foramen apikal menggunakan larutan irigasi kitosan 0,2% lebih banyak dibanding dengan 0,1%.

Penelitian ini merupakan studi laboratorium (in vitro), dan hasil yang berbeda mungkin didapat bila dilakukan dengan model studi in vivo atau saat klinis. Pada penelitian ini, tidak terdapat jaringan pulpa dalam saluran akar dan tidak terdapat jaringan periapikal sebagai tahanan agar tidak terjadi ekstrusi debris. Mohorn (1971) Cit Parirokh (2012) menyatakan bahwa jaringan periapikal dapat memberi pengaruh baik mengurangi atau meningkatkan jumlah ekstrusi debris. Oleh karena itu, hasil dalam

(32)

penelitian ini hanya secara relatif dan tidak dapat menggambarkan kondisi yang sebenarnya. Penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan secara in vivo agar didapat hasil yang lebih relevan dan sesuai kondisi yang sebenarnya.

Berdasarkan hasil penelitian ini, didapat bahwa kitosan 0,1% dan 0,2% menghasilkan ekstrusi debris yang lebih kecil dibandingkan dengan NaOCl 2,5% dan kombinasi EDTA 17% dengan NaOCl 2,5%. Oleh karena itu, bila dibandingkan dengan NaOCl 2,5% dengan toksisitas yang lebih tinggi, maka dapat disimpulkan bahwa larutan kitosan blangkas molekul tinggi dalam penelitian ini lebih aman digunakan sebagai alternatif bahan irigasi saluran akar karena efek ekstrusi debrisnya yang lebih kecil.

(33)

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Dalam penelitian ini, berbagai larutan irigasi diberikan pada tindakan irigasi saluran akar untuk melihat perbedaan ekstrusi debris yang terjadi. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata ekstrusi debris Kitosan 0,1% adalah 9,471 ± 1,3756 mg, kombinasi NaOCl 2,5% dan Kitosan 0,1% adalah 11,714 ± 2,4654 mg, Kitosan 0,2% adalah 9,700 ± 1,6186 mg, kombinasi NaOCl 2,5% dan kitosan 0,2% adalah 12,429 ± 1,9448 mg, NaOCl 2,5% adalah 13,600 ± 3,0265 mg, dan kombinasi EDTA 17% dan NaOCl 2,5% adalah 19,129 ± 3,7717 mg. Hasil uji statistik ANOVA dan uji post hoc Least Signifficant Difference (α=0,05) menunjukkan bahwa kitosan 0,1% dan 0,2% menghasilkan ekstrusi debris yang paling sedikit dan berbeda secara signifikan dengan NaOCl 2,5% (P = 0,040) dan kelompok kontrol (P = 0,0001).

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa larutan kitosan blangkas molekul tinggi menghasilkan ekstrusi debris paling sedikit bila dibandingkan dengan larutan NaOCl 2,5% dan dapat dikembangkan sebagai bahan irigasi alternatif di masa depan.

7.2 Saran

Penelitian ini masih berupa penelitian in vitro dan perlu penelitian lebih lanjut mengenai kitosan blangkas (Tachypleus gigas) molekul tinggi sebagai bahan irigasi dilihat dari syarat bahan irigasi ideal lainnya. Oleh karena itu:

1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat dilakukan secara in vivo pada mulut pasien agar dapat memperoleh data yang lebih representatif secara klinis karena melibatkan kondisi-kondisi in vivo dalam penelitian.

2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat membandingkan efek pembersihan smear layer pada tindakan irigasi dan post-operative pain setelah tindakan irigasi menggunakan larutan kitosan blangkas molekul tinggi 0,1% dan 0,2%.

Gambar

Gambar 14. Jarum irigasi one sided-vented 30G (Max-i  probe, Dentsply, USA)
Gambar 19. Pengenceran NaOCl 5,25%
Tabel 1. PERHITUNGAN LARUTAN NaOCl 2,5%
Gambar 20. Alur pembuatan larutan kitosan. (A) Larutan asam asetat 1%. (B) Kitosan blangkas  molekul tinggi
+5

Referensi

Dokumen terkait

Performansi sistem juga tergantung pada teknik dan setting pengendali yang diterapkan. Pada pengendalian yang telah dilakukan diatas digunakan pengendali PID yang memang telah

Sistem informasi ini menangani proses pengolahan data yang berupa data pasien, data hasil pemeriksaan atau rekam medis, data diagnosa, data gigi, data tindakan, data obat,

It relies on your desire where and also where you will certainly read Dreamseller: An Addiction Memoir By Brandon Novak, Joe Frantz One that you need to consistently remember is

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan memudahkan dalam memahami pembahasan perlu terlebih dahulu dijelaskan mengenai istilah yang dipakai dalam penelitian yang

1. Perusahaan dapat mengharapkan kelangsungan hidup sebagai tujuan utamanya jika terjadi kelebihan kapasitasnya, persaingan yang sangat sengit atau keinginan konsumen

 Dalam welfare state, hak kepemilikan diserahkan kepada swasta sepanjang hal tersebut memberikan insentif ekonomi bagi pelakunya dan tidak merugikan secara sosial,

Untuk memastikan integritas data diperlukan Nota Kesepakatan Pemanfaatan Basis Data Terpadu, memastikan bahwa nama &amp; alamat dari Basis Data Terpadu hanya akan dipakai